• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Kecelakaan Kerja Di PT. Socfindo Kebun Seunagan Kabupaten Nagan Raya Tahun 2008

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Gambaran Kecelakaan Kerja Di PT. Socfindo Kebun Seunagan Kabupaten Nagan Raya Tahun 2008"

Copied!
98
0
0

Teks penuh

(1)

GAMBARAN KECELAKAAN KERJA DI PT. SOCFINDO KEBUN SEUNAGAN KABUPATEN NAGAN RAYA

TAHUN 2008

SKRIPSI

OLEH :

051000104 CUT NEIFA YUSTINI

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

GAMBARAN KECELAKAAN KERJA DI PT. SOCFINDO KEBUN SEUNAGAN KABUPATEN NAGAN RAYA

TAHUN 2008

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh:

051000104 CUT NEIFA YUSTINI

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

HALAMAN PENGESAHAN Skripsi dengan Judul

GAMBARAN KECELAKAAN KERJA DI PT. SOCFINDO KEBUN SEUNAGAN KABUPATEN NAGAN RAYA

TAHUN 2008 Oleh :

051000104 CUT NEIFA YUSTINI

Telah Diuji dan Dipertahankan Dihadapan Tim Penguji Skripsi Pada Tanggal 20 Juni 2009

dan Dinyatakan Telah Memenuhi Syarat Untuk Diterima Tim Penguji

Ketua Penguji

Eka Lestari Mahyuni, SKM, MKes NIP. 132307954

Penguji I

dr. Mhd. Makmur Sinaga, MS NIP. 131655401

Penguji II

Dra. Lina Tarigan, Apt, MS NIP. 131803345

Penguji III

Ir. Kalsum, M.Kes NIP. 131964120 Medan, 30 Juni 2009

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

Dekan,

(4)

ABSTRAK

Kecelakaan pada hakikatnya merupakan peristiwa yang tidak terduga dan diharapkan oleh siapapun juga. Kecelakaan kerja yang terjadi di PT. Socfindo Kebun Seunagan Kabupaten Nagan Raya tahun 2008 yaitu sebanyak 24 kasus kecelakaan kerja.

Tujuan dari penelitian ini untuk mendeskripsikan kasus kecelakaan kerja di PT. Socfindo Kebun Seunagan Kabupaten Nagan Raya dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Data diperoleh dari wawancara secara mendalam (indepth interview) dengan pekerja PT. Socfindo. Ada 23 kasus kecelakaan yang pernah terjadi pada tahun 2008. Wawancara dilakukan dengan bantuan tape recorder.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kecelakaan kerja berdasarkan klasifikasi ILO dibagi menjadi empat. Pertama penyebab kecelakaan antara lain, alat kerja, alat angkut, dan penyebab lain sebanyak 3 orang, penyebab lain (binatang, sikap kasar pekerja, kurang hati-hati) sebanyak 6 orang, bahan kimia (organoclorine dan garam isopropylamine) sebanyak 5 orang, alat kerja, alat angkut dan penyebab lain sebanyak 3 orang dan alat kerja sebanyak 1 orang, kedua jenis kecelakaan antara lain tertimpa buah sawit dan terjepit kerata sorong sebanyak 18 orang dan kontak dengan bahan-bahan pestisida sebanyak 5 orang, ketiga sifat luka antara lain memar sebanyak 1 orang, luka dalam sebanyak 2 orang, luka-luka lain sebanyak 1 orang dan luka permukaan sebanyak 19 orang dan keempat bagian tubuh yang terkena antara lain kepala sebanyak 1 orang, mata sebanyak 3 orang, badan sebanyak 2 orang, tangan sebanyak 3 orang, kaki sebanyak 8 orang dan kaki dan tangan sebanyak 6 orang. Diharapkan perusahaan memberi pelatihan sebelum kerja kepada seluruh pekerja, memberi pelatihan tentang keselamatan dan kesehatan kerja kepada seluruh pekerja, dan menyediakan alat pelindung diri yang lebih lengkap kepada para pekerja, sehingga pekerja dapat bekerja dengan aman dan kecelakaan dapat diantisipasi.

(5)

ABSTRACT

Accident at work is surely something that nobody wants to have or expect to. There are 24 cases of work accident happened in Socfindo Company Seunagan Plantation Nagan Raya Regency in 2008.

The objective of the research is description of the cases of work accident in Socfindo Company Seunagan Plantation Nagan Raya Regency by using qualitative approach, the data is gotten from indepth interview with Socfindo worker. There are 23 cases accident that have ever happened in 2008. The interview is done by using tape recorder.

The result of the research shows that based on classification of ILO are divided in four types. The first cause of accident, work equipment and other causes are 8 persons, other causes (animal and other reason such as unwell relation with the supervisor) are 6 persons , chemical materials (organoclorine and isopropylamine salt) are 5 persons, work and lift equipment and other causes are 3 persons, and work equipment are 1 person, second the kind of the accident, there are hit by falling coconut and clamped by certain things are 18 persons and has contact with dangerous material are 5 persons, third the type of wound, there are bruised are 1 person, inner wound are 2 persons, other type of wound are 1 person, and outer wound are 19 persons and fourt the part of body that suffer from wound are head are 1 person, eye are 3 persons, body are 2 persons, hand are 3 persons, foot are 8 persons and hand and foot are 6 persons. Socfindo Company Seunagan was hoped to give before work-trainning to every worker, was hoped to give training about health and working safety and make available of safety equipment in good condition so that the worker can be work on safety and could anticipated from accident.

(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : CUT NEIFA YUSTINI

Tempat/Tanggal Lahir : Meulaboh, 18 Januari 1987 Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Status Perkawinan : Belum Kawin Jumlah Anggota Keluarga : 4 orang

Alamat Rumah : Jln. Abadi No. 157 Kelurahan Rundeng Meulaboh-Aceh Barat

Riwayat Pendidikan :

1. 1993-1999 : MIN Drien Rampak 2. 1999-2002 : MTsN Model I Meulaboh 3. 2002-2005 : SMA Negeri 1 Meulaboh

(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang hanya dengan Hidayah dan karunia yang tiada terhingga yang telah diberikan-Nyalah penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Gambaran Kecelakaan Kerja di PT. Socfindo Kebun Seunagan Kabupaten Nagan Raya Tahun 2008”.

Skripsi ini merupakan wujud persembahan penulis dari proses belajar yang diterima selama belajar di Fakultas Masyarakat Universitas Sumatera Utara Medan dalam rangka memperoleh gelar sarjana.

Dalam pembuatan skripsi ini penulis banyak mendapatkan bantuan baik moral maupun materil dari berbagai pihak. Untuk itu, ucapan terima kasih penulis kepada :

1. Ibu dr. Ria Masniari Lubis, MSi selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara beserta Pembantu Dekan I, II dan III. 2. Ibu Dra. Lina Tarigan , Apt, MS selaku ketua departemen K3 dan dosen

penguji I yang telah banyak membantu penulis dalam menjalankan pendidikan khususnya di departemen K3 dari awal hingga akhir dan memberikan masukan untuk memaksimalkan hasil dari skripsi ini.

3. Ibu Eka Lestari Mahyuni, SKM, M.Kes selaku dosen pembimbing I yang telah banyak mengerahkan pikiran dan waktu untuk memberikan saran, bimbingan, motivasi terbaik yang tiada terhingga dengan penuh kesabaran terus diberikan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

(8)

motivasi terbaik yang tiada terhingga dengan penuh kesabaran terus diberikan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

5. Ibu Kalsum selaku dosen penguji II yang telah banyak membantu penulis dalam memberikan masukan untuk memaksimalkan hasil dari skripsi ini. 6. Bapak dan Ibu dosen serta pegawai FKM USU khususnya Staf edukatif dan

non edukatif Departemen K3 yang telah banyak membantu, memberikan ilmu dan pengalaman yang bermanfaat serta motivasi-motivasi dalam menjalani pendidikan selama di FKM USU.

7. Bapak Hakim selaku Kepala KTU dan seluruh pegawai dan karyawan PT. Socfindo yang telah memberi kesempatan dan informasi kepada penulis, sehingga penelitian ini dapat dilaksananakan.

8. Kedua orang tua tercinta Ayanda Teuku Yusnaidi dan Ibunda Cut Fatimah yang telah meberikan motivasi, semangat, doa serta selalu berada disamping penulis dalam suka dan duka, tiada kata yang dapat dilukiskan untuk semua yang telah kalian berikan.

9. Adik tercinta Teuku Reza Ferdiansyah yang selalu mendukung dan menghibur penulis. Tetap berjuang mencapai cita-cita. Juga buat seluruh keluarga besar penulis, terima kasih atas semua dukungannya.

(9)

11.Teman-teman seangkatan K3 (Noni, Erna, Evan, Lia, Winda, Decy, Jenny,Widya, Fani, Ika, Gita dan lainnya) yang menjadi rekan penulis selama satu semester di ruang 12.

12.Teman-teman angkatan 2005 yang selama 4 tahun sama-sama belajar di kampus tercinta. Senior dan junior FKM USU yang membantu penulis selama ini, bang Budi, makasih pinjaman skripsinya.

13.Teman-teman di Kesenian IPTR (Noni “thanks tuk abstrak”, Hesty, Nadia, Nabila, K’Kiki, K’Raihan) yang masih bertahan di belantika dunia tari sampai saat ini. Juga tuk junior n senior IPTR dan pengurus IPMAB.

14.Untuk pihak-pihak yang selama ini membantu penulis baik secara langsung maupun tidak langsung yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Medan, Juni 2009

(10)

DAFTAR ISI

Halaman Pengesahan ... ... i

Abstrak ... ii

Abstract ...iii

Daftar Riwayat Hidup ... iv

Kata Pengantar ... v

Daftar Isi ...viii

Daftar Tabel ... x

Daftar Lampiran ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan masalah... 4

1.3 Tujuan penelitian ... 4

1.3.1 Tujuan Umum ... 4

1.3.2 Tujuan Khusus ... 4

1.4 Manfaat Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 6

2.1 Pengertian Kecelakaan ... 6

2.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Kecelakaan ... 7

2.3 Klasifikasi Kecelakaan kerja ... 11

2.4 Kecelakaan Kerja di Perkebunan ... 15

2.5 Pencegahan kecelakaan Akibat Kerja ... 18

2.6 Kerangka Konsep ... 20

BAB III METODE PENELITIAN ... 21

3.1 Jenis Penelitian ... 21

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 21

3.2.1 Lokasi Penelitian ... 21

3.2.2 Waktu Penelitian ... 21

3.3 Populasi dan Sampel ... 21

3.3.1 Populasi ... 21

3.3.2 Sampel ... 22

3.4 Cara Pengambilan Data ... 22

3.4.1 Data Primer ... 22

3.4.2 Data Sekunder ... 22

3.5 Definisi Operasional... 22

3.6 Teknik Analisa Data ... 23

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 24

4.1 Gambaran Umum Perusahaan PT. Socfindo ... 24

(11)

4.1.2 Lokasi Pabrik PT. Socfindo ... 26

4.1.3 Sumber Bahan Baku dan Realisasi Penerimaan... 27

4.1.4 Struktur Organisasi PT. Socfindo ... 27

4.1.5 Distribusi Pekerja Berdasarkan Jenis Kelamin pada PT. Socfindo ... 29

4.2 Proses Kerja di Lapangan PT. Socfindo ... 30

4.3 Waktu Kerja di PT. Socfindo ... 31

4.4 Karakteristik Informan ... 32

4.5 Pelatihan yang Diberikan Kepada Pekerja Kebun Seunagan ... 34

4.6 Pengarahan dan Peraturan Kerja dari Mandor ... 35

4.7 Cara dan Fasilitas Kerja Informan ... 35

4.8 Penyebab Kecelakaan... 36

4.9 Jenis Kecelakaan ... 38

4.10 Sifat Luka ... 39

4.11 Bagian Tubuh yang Terkena ... 40

4.12 Perawatan yang Diberikan Perusahaan ... 41

4.13 Jumlah Hari Tidak Bekerja ... 42

4.14 Penggunaan Alat Pelindung Diri ... 43

4.15 Kepesertaan Jamsostek di PT. Socfindo Kebun Seunagan ... 43

BAB V PEMBAHASAN ... 45

5.1 Gambaran Karakteristik Informan ... 45

5.2 Jam Kerja Informan... 46

5.3 Pelatihan yang Diberikan Kepada Informan ... 47

5.4 Pengarahan dan Peraturan Kerja dari Mandor ... 49

5.5 Cara Kerja Informan ... 50

5.6 Penyebab Kecelakaan... 51

5.7 Jenis Kecelakaan ... 53

5.8 Sifat Luka ... 55

5.9 Bagian Tubuh yang Terkena ... 56

5.10 Perawatan yang Diberikan Perusahaan ... 57

5.11 Jumlah Hari Tidak Bekerja ... 58

5.12 Penggunaan Alat Pelindung Diri ... 59

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 61

6.1 Kesimpulan ... 61

(12)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1. Distribusi Pekerja Berdasarkan Jenis Kelamin untuk

KHT (Karyawan Harian tetap) di PT. Socfindo Kebun Seunagan… 29 Tabel 4.2 Distribusi Informan yang Mengalami Kecelakaan Berdasarkan

Kelompok Umur di PT. Socfindo Kebun Seunagan Tahun 2008…. 32 Tabel 4.3 Distribusi Informan yang mengalami kecelakaan Berdasarkan

Tingkat pendidikan di PT. Socfindo Kebun Seunagan Tahun 2008.. 33 Tabel 4.4 Distribusi Informan yang mengalami kecelakaan Berdasarkan

Jenis Pekerjaan di PT. Socfindo Kebun Seunagan Tahun 2008…… 33 Tabel 4.5 Distribusi Pelatihan Kerja Informan sebelum Menjadi

Karyawan di PT. Socfindo Kebun Seunagan Tahun 2008……….... 34 Tabel 4.6 Distribusi Cara Kerja Informan di PT. Socfindo Kebun

Seunagan Tahun 2008………... 35 Tabel 4.7 Distribusi Penyebab kecelakaan Informan di PT. Socfindo

Kebun Seunagan Tahun 2008………... 36 Tabel 4.8 Distribusi Jenis kecelakaan Informan di PT. Socfindo

Kebun Seunagan Tahun 2008………... 37 Tabel 4.9 Distribusi Bentuk Luka pada Informan yang Mengalami

Kecelakaan di PT. Socfindo Kebun Seunagan Tahun 2008……… 38 Tabel 4.10 Distribusi Bagian Tubuh yang Terkena pada Informan yang Mengalami

Kecelakaan di PT. Socfindo Kebun Seunagan Tahun 2008…….... 39 Tabel 4.11 Distribusi Perawatan yang Diberikan Perusahaan pada

Informan di PT. Socfindo Kebun Seunagan Tahun 2008……….... 39 Tabel 4.12 Distribusi Jumlah Hari tidak Bekerja pada Informan

di PT. Socfindo Kebun Seunagan Tahun 2008………. 40 Tabel 4.13 Distribusi Penggunaan Alat Pelindung Diri pada Informan

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Daftar Pertanyaan Untuk Pekerja Lapangan 2. Matrik Hasil Penelitian Jam Kerja Karyawan

3. Matrik Hasil Penelitian Pelatihan Sebelum Menjadi Karyawan

4. Matrik Hasil Penelitian Pelatihan Mengenai Keselamatan dan Kesehatan Kerja 5. Matrik Hasil Penelitian Pengarahan dan Peraturan Kerja dari Mandor

6. Matrik Hasil Penelitian Cara Kerja Karyawan

7. Matrik Hasil Penelitian Penyebab Kecelakaan dan Jenis Kecelakaan 8. Matrik Hasil Penelitian Bentuk Luka dan Bagian Tubuh yang Terkena 9. Matrik Hasil Penelitian Perawatan yang Diberikan Perusahaan

10.Matrik Hasil Penelitian Jumlah Hari Tidak Bekerja 11.Matrik Hasil Penelitian Penggunaan Alat Pelindung Diri 12.Surat Izin Penelitian dari FKM USU

(14)

ABSTRAK

Kecelakaan pada hakikatnya merupakan peristiwa yang tidak terduga dan diharapkan oleh siapapun juga. Kecelakaan kerja yang terjadi di PT. Socfindo Kebun Seunagan Kabupaten Nagan Raya tahun 2008 yaitu sebanyak 24 kasus kecelakaan kerja.

Tujuan dari penelitian ini untuk mendeskripsikan kasus kecelakaan kerja di PT. Socfindo Kebun Seunagan Kabupaten Nagan Raya dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Data diperoleh dari wawancara secara mendalam (indepth interview) dengan pekerja PT. Socfindo. Ada 23 kasus kecelakaan yang pernah terjadi pada tahun 2008. Wawancara dilakukan dengan bantuan tape recorder.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kecelakaan kerja berdasarkan klasifikasi ILO dibagi menjadi empat. Pertama penyebab kecelakaan antara lain, alat kerja, alat angkut, dan penyebab lain sebanyak 3 orang, penyebab lain (binatang, sikap kasar pekerja, kurang hati-hati) sebanyak 6 orang, bahan kimia (organoclorine dan garam isopropylamine) sebanyak 5 orang, alat kerja, alat angkut dan penyebab lain sebanyak 3 orang dan alat kerja sebanyak 1 orang, kedua jenis kecelakaan antara lain tertimpa buah sawit dan terjepit kerata sorong sebanyak 18 orang dan kontak dengan bahan-bahan pestisida sebanyak 5 orang, ketiga sifat luka antara lain memar sebanyak 1 orang, luka dalam sebanyak 2 orang, luka-luka lain sebanyak 1 orang dan luka permukaan sebanyak 19 orang dan keempat bagian tubuh yang terkena antara lain kepala sebanyak 1 orang, mata sebanyak 3 orang, badan sebanyak 2 orang, tangan sebanyak 3 orang, kaki sebanyak 8 orang dan kaki dan tangan sebanyak 6 orang. Diharapkan perusahaan memberi pelatihan sebelum kerja kepada seluruh pekerja, memberi pelatihan tentang keselamatan dan kesehatan kerja kepada seluruh pekerja, dan menyediakan alat pelindung diri yang lebih lengkap kepada para pekerja, sehingga pekerja dapat bekerja dengan aman dan kecelakaan dapat diantisipasi.

(15)

ABSTRACT

Accident at work is surely something that nobody wants to have or expect to. There are 24 cases of work accident happened in Socfindo Company Seunagan Plantation Nagan Raya Regency in 2008.

The objective of the research is description of the cases of work accident in Socfindo Company Seunagan Plantation Nagan Raya Regency by using qualitative approach, the data is gotten from indepth interview with Socfindo worker. There are 23 cases accident that have ever happened in 2008. The interview is done by using tape recorder.

The result of the research shows that based on classification of ILO are divided in four types. The first cause of accident, work equipment and other causes are 8 persons, other causes (animal and other reason such as unwell relation with the supervisor) are 6 persons , chemical materials (organoclorine and isopropylamine salt) are 5 persons, work and lift equipment and other causes are 3 persons, and work equipment are 1 person, second the kind of the accident, there are hit by falling coconut and clamped by certain things are 18 persons and has contact with dangerous material are 5 persons, third the type of wound, there are bruised are 1 person, inner wound are 2 persons, other type of wound are 1 person, and outer wound are 19 persons and fourt the part of body that suffer from wound are head are 1 person, eye are 3 persons, body are 2 persons, hand are 3 persons, foot are 8 persons and hand and foot are 6 persons. Socfindo Company Seunagan was hoped to give before work-trainning to every worker, was hoped to give training about health and working safety and make available of safety equipment in good condition so that the worker can be work on safety and could anticipated from accident.

(16)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ditinjau dari letak geografisnya, Negara Indonesia merupakan negara yang beriklim tropis dan memiliki sumber daya alam yang kaya serta tanah yang subur. Oleh karena itu pemerintah menggalakkan program kerja disektor pertanian dan perkebunan. Pendapatan atau devisa negara juga berasal dari hasil pertanian dan perkebunan tersebut, dan rata-rata penduduk Indonesia bermata pencaharian sebagai petani, sehingga Indonesia dikenal sebagai negara agraris.

Sebagai negara agraris pada mulanya pekerjaan perkebunan dilaksanakan secara manual dan tradisional. Pada waktu itu, kebun yang dibuka masih berskala kecil dengan resiko kerja yang tidak begitu diperhatikan. Sejak perkebunan dibuka dengan berskala besar, penerapan teknologi mulai berkembang, baik dalam penggunaan alat-alat besar/mesin-mesin maupun penggunaan bahan kimia untuk pemberantasan hama dan dalam mempertahankan dan meningkatkan kesuburan tanah sesuai dengan komoditi yang ditanam, resiko kerja mulai dirasakan sebagai kendala keberhasilan di sektor perkebunan.1

(17)

pencemaran, kebakaran dan lain-lain. Manusia dalam melakukan pekerjaannya disuatu perusahaan yang menggunakan mesin-mesin berteknologi tinggi dituntut untuk memiliki produktivitas yang tinggi. Produktivitas yang tinggi dari pekerja akan banyak mendatangkan keuntungan bagi perusahaan yang mempekerjakannya. Produktivitas pekerja ini dipengaruhi oleh banyak faktor dan salah satu faktor adalah faktor keselamatan dan kesehatan kerja .2

Melalui penggunaan teknologi yang semakin canggih, muncul resiko kerja disektor perkebunan yang bila tidak dikendalikan dengan upaya-upaya keselamatan dan kesehatan kerja akan menimbulkan kerugian baik terhadap tenaga kerja itu sendiri, maupun terhadap perusahaan/unit kerja tersebut. Resiko kerja ini dapat berupa kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang disebabkan oleh faktor-faktor lingkungan kerja yang dihadapi.

Kecelakaan pada hakekatnya merupakan peristiwa yang tidak terduga dan diharapkan oleh siapapun juga.3 Kecelakaan kerja adalah kecelakaan yang berhubungan dengan hubungan kerja pada perusahaan. Penyebab terjadinya kecelakaan kerja diakibatkan oleh interaksi berbagai faktor lingkungan kerja, faktor pekerjaan dan faktor pekerja.2

(18)

Dari sekitar 270 juta kecelakaan kerja yang terjadi, 355 ribu di antaranya merupakan kecelakaan fatal, dan 160 juta penyakit akibat pekerjaan terjadi setiap tahun.4

Berdasarkan data Depnakertrans, angka kecelakaan kerja di Indonesia masih tergolong tinggi, meskipun cenderung turun dari tahun ke tahun. 5

Tabel Kasus Kecelakaan Kerja selama tahun 2003-2007 di Indonesia :

No. Jumlah Kasus Kecelakaan Kerja Tahun

1 105.846 2003

2 95.418 2004

3 99.023 2005

4 95.624 2006

5 37.845 2007

Sumber : Depnakertrans tahun 2008

Dalam empat bulan terakhir pada tahun 2008, di salah satu perkebunan kelapa sawit di Sumatera Utara terjadi 47 kecelakaan yang tercatat oleh Kelompok Pekerja Sejahtera (KPS). Sebanyak 32 korban mengalami kecelakaan ringan, dan 11 korban lainnya cacat total terkena getah dan tertimpa kelapa sawit. Akibat terparah para korban mengalami buta, dan dua korban meninggal karena tertimpa tandan buah segar serta terkena sengatan listrik di areal perbatasan perkebunan.6

(19)

Oleh karena itu, penulis tertarik untuk meneliti lebih dalam bagaimana kejadian kecelakaan kerja pada PT. Socfindo Kebun Seunagan Kabupaten Nagan Raya di tahun 2008.

1.2 Perumusan Masalah

Yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “bagaimana gambaran kecelakaan kerja di PT.Socfindo Kebun Seunagan Kabupaten Nagan Raya pada tahun 2008”.

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui gambaran kasus kecelakaan kerja berdasarkan klasifikasi ILO di PT. Socfindo Kebun Seunagan Kabupaten Nagan Raya pada tahun 2008.

1.3.2 Tujuan khusus

1. Untuk mengetahui gambaran kasus kecelakaan kerja di PT. Socfindo Kebun Seunagan Kabupaten Nagan Raya pada tahun 2008 berdasarkan penyebab kecelakaan kerja.

2. Untuk mengetahui gambaran kasus kecelakaan kerja di PT. Socfindo Kebun Seunagan Kabupaten Nagan Raya pada tahun 2008 berdasarkan jenis kecelakaan kerja.

(20)

4. Untuk mengetahui gambaran kasus kecelakaan kerja di PT. Socfindo Kebun Seunagan Kabupaten Nagan Raya pada tahun 2008 berdasarkan letak kelainan.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Memberi masukan kepada perusahaan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya kecelakaan kerja dan upaya pencegahan kecelakaan kerja.

2. Menambah wawasan penulis tentang faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya kecelakaan kerja.

(21)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian kecelakaan

Kecelakaan adalah kejadian yang tidak terduga dan tidak diharapkan. Tidak terduga oleh karena dibelakang peristiwa itu tidak terdapat unsur kesengajaan, lebih-lebih dalam bentuk perencanaan.7

Kecelakaan menurut M. Sulaksmono (1997) adalah suatu kejadian tidak diduga dan tidak dikehendaki yang mengacaukan proses suatu aktivitas yang telah diatur.8

Kecelakaan akibat kerja adalah berhubungan dengan hubungan kerja pada perusahaan. Hubungan kerja disini dapat berarti bahwa kecelakaan terjadi dikarenakan pekerjaan atau pada waktu pekerjaan berlangsung.9

Oleh karena itu, kecelakaan akibat kerja ini mencakup dua permasalahan pokok, yakni: a). kecelakaan adalah akibat langsung pekerjaan, b). kecelakaan terjadi pada saat pekerjaan sedang dilakukan.10

Bennett Silalahi dan Rumondang Silalahi menyatakan bahwa kecelakaan kerja adalah setiap perbuatan atau kondisi tidak selamat yang dapat mengakibatkan kecelakaan.11

(22)

2.2 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Kecelakaan Kerja

Menurut Suma’mur (1989) menyatakan bahwa kecelakaan kerja yang terjadi dapat disebabkan oleh dua faktor, yaitu :11

a. Faktor manusia meliputi aturan kerja, kemampuan pekerja (usia, masa kerja/pengalaman, kurangnya kecakapan dan lambatnya mengambil keputusan), disiplin kerja, perbuatan-perbuatan yang mendatangkan kecelakaan, ketidakcocokan fisik dan mental. Kesalahan-kesalahan yang disebabkan oleh pekerja dan karena sikap yang tidak wajar seperti terlalu berani, sembrono, tidak mengindahkan instruksi, kelalaian, melamun, tidak mau bekerja sama, dan kurang sabar. Kekurangan kecakapan untuk mengerjakan sesuatu karena tidak mendapat pelajaran mengenai pekerjaan. Kurang sehat fisik dan mental seperti adanya cacat, kelelahan dan penyakit.

b. Faktor mekanik dan lingkungan.

(23)

Menurut Benny dan Achmadi (1991) mengelompokkannya sebagai berikut2 :

1. Faktor Lingkungan Kerja (Work Environment) a. Faktor Kimia

Disebabkan oleh bahan baku produksi, proses produksi dan hasil produksi suatu kegiatan usaha. Untuk golongan kimia dapat digolongkan kepada benda-benda mudah terbakar, mudah meledak dan lainnya.

b. Faktor Fisik

Misalnya penerangan yang cukup baik di luar ruangan maupun di dalam ruangan, panas kebisingan dan lainnya.

c. Faktor Biologi

Dapat berupa bakteri, jamur, mikroorganisme lain yang dihasilkan dari bahan baku proses produksi dan proses penyimpanan produksi, dapat juga berupa binatang-binatang pengganggu lainnya pada saat berada di lapangan atau kebun.

d. Faktor Ergonomi

Pemakaian atau penyediaan alat-alat kerja, apakah sudah sesuai dengan keselamatan kerja sehingga pekerja dapat merasakan kenyamanan saat bekerja. Ergonomi terutama dikhususkan sebagai perencanaan dari cara kerja yang baik meliputi tata cara bekerja dan peralatan.

e. Faktor Psikologi

(24)

2. Faktor Pekerjaan a. Jam Kerja

Yang dimaksud jam kerja adalah jam waktu bekerja termasuk waktu istirahat dan lamanya bekerja sehingga dengan adanya waktu istirahat ini dapat mengurangi kecelakaan kerja.

b. Pergeseran Waktu

Pergeseran waktu dari pagi, siang dan malam dapat mempengaruhi terjadinya peningkatan kecelakaan akibat kerja.

3. Faktor Manusia (human Factor) a. Umur Pekerja

Penelitian dalam test refleks memberikan kesimpulan bahwa umur mempunyai pengaruh penting dalam menimbulkan kecelakaan akibat kerja. Ternyata golongan umur muda mempunyai kecenderungan untuk mendapatkan kecelakaan lebih rendah dibandingkan usia tua, karena mempunyai kecepatan reaksi lebih tinggi. Akan tetapi untuk jenis pekerjaan tertentu sering merupakan golongan pekerja dengan kasus kecelakaan kerja tinggi, mungkin hal ini disebabkan oleh karena kecerobohan atau kelalaian mereka terhadap pekerjaan yang dihadapinya.

b. Pengalaman Bekerja

(25)

resiko tinggi terhadap terjadinya kecelakaan kerja akan mengakibatkan besarnya kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja.

c. Tingkat Pendidikan dan Keterampilan

Pendidikan seseorang mempengaruhi cara berpikir dalam menghadapi pekerjaan, demikian juga dalam menerima latihan kerja baik praktek maupun teori termasuk diantaranya cara pencegahan ataupun cara menghindari terjadinya kecelakaan kerja.

d. Lama Bekerja

Lama bekerja juga mempengaruhi terjadinya kecelakaan kerja. Hal ini didasarkan pada lamanya seseorang bekerja akan mempengaruhi pengalaman kerjanya.

e. Kelelahan

Faktor kelelahan dapat mengakibatkan kecelakaan kerja atau turunnya produktifitas kerja. Kelelahan adalah fenomena kompleks fisiologis maupun psikologis dimana ditandai dengan adanya gejala perasaan lelah dan perubahan fisiologis dalam tubuh. Kelelahan kan berakibat menurunnya kemampuan kerja dan kemampuan tubuh para pekerja.

Kecelakaan kerja umumnya disebabkan oleh berbagai penyebab, teori tentang terjadinya suatu kecelakaan adalah :3

(26)

2. Teori Kecenderungan Kecelakaan (Accident prone Theory), pada pekerja tertentu lebih sering tertimpa kecelakaan, karena sifat-sifat pribadinya yang memang cenderung untuk mengalami kecelakaan kerja.

3. Teori Tiga Faktor (Three Main Factor), menyebutkan bahwa penyebab kecelakaan peralatan, lingkungan dan faktor manusia pekerja itu sendiri.

4. Teori Dua Faktor (Two main Factor), kecelakaan disebabkan oleh kondisi berbahaya (unsafe condition) dan tindakan berbahaya (unsafe action).

5. Teori Faktor Manusia (Human Factor Theory), menekankan bahwa pada akhirnya seluruh kecelakaan kerja tidak langsung disebabkan karena kesalahan manusia.

2.3 Klasifikasi Kecelakaan Kerja

Klasifikasi kecelakaan kerja menurut Organisasi perburuhan Internasional tahun 1962 adalah sebagai berikut 7:

1. Klasifikasi menurut jenis kecelakaan a. terjatuh

b. tertimpa benda jatuh

c. tertumbuk atau terkena benda-benda, terkecuali benda jatuh d. terjepit oleh benda

e. gerakan-gerakan melebihi kemampuan f. pengaruh suhu tinggi

g. terkena arus listrik

(27)

i. jenis-jenis lain, termasuk kecelakaan yang dayanya tidak cukup atau kecelakaan lain yang belum masuk klasifikasi tersebut.

2. Klasifikasi menurut penyebab a. Mesin

1. pembangkit tenaga, terkecuali motor-motor listrik 2. mesin penyalur (transmisi)

3. mesin untuk mengerjakan logam 4. mesin pengolah kayu

5. mesin pertanian 6. mesin pertambangan

7. mesin lain yang tidak termasuk klasifikasi tersebut b. alat angkut dan alat angkat

1. mesin angkat dan peralatannya 2. alat angkutan di atas rel

3. alat angkutan lain yang beroda, terkecuali kereta api 4. alat angkutan udara

5. alat angkutan air 6. alat angkutan lain c. peralatan lain

1. bejana bertekanan

(28)

4. instalasi listrik, termasuk motor listrik, tidak dikecualikan alat-alat listrik (tangan)

5. alat-alat listrik (tangan)

6. alat-alat kerja dan perlengkapannya, kecuali alat-alat listrik 7. tangga

8. perancah (steger)

9. peralatan lain yang belum termasuk klasifikasi tersebut d. bahan-bahan, zat-zat dan radisai

1. bahan peledak

2. debu, gas, cairan dan zat-zat kimia, terkecuali bahan peledak 3. benda-benda melayan

4. radiasi

5. bahan-bahan dan zat-zat yang belum termasuk golongan tersebut e. lingkungan kerja

1. di luar bangunan 2. di dalam bangunan 3. di bawah tanah

f. penyebab-penyebab lain yang belum termasuk golongan tersebut 1. hewan

2. penyebab lain

(29)

3. Klasifikasi menurut sifat luka atau kelainan a. patah tulang

b. dislokasi/keseleo c. regang otot/urat

d. memar dan luka dalam yang lain e. amputasi

f. luka-luka lain g. luka dipermukaan h. geger dan remuk i. luka bakar

j. keracunan-keracunan mendadak (akut) k. akibat cuaca

l. mati lemas

m. pengaruh arus listrik n. pengaruh radiasi

o. luka-luka yang banyak dan berlainan sifatnya p. lain-lain

4. Klasifikasi menurut letak kelainan atau luka di tubuh a. kepala

(30)

f. banyak tempat g. kelainan umum

h. letak lainnya yang tidak dapat dimasukkan klasifikasi tersebut

2.4 Kecelakaan Kerja di Perkebunan

Bentuk kecelakaan kerja di perkebunan, khususnya perkebunan sawit dan karet adalah tertimpa pelepah dan buah, mata terkena kotoran dan tatal (getah) bagi buruh bagian panen dan pembersihan lahan.Terkena tetesan gromoxone, roun-dup dan terhirup racun pestisida, fungisida dan insektisida terutama pekerjaan yang berhubungan dengan penyemprotan. Bentuk kecelakaan kerja tersebut berdampak pada resiko cacat anggota tubuh seperti mata buta bagi pemanen buah sawit dan penderes karet, cacat kelahiran terutama bagi wanita penyemprot, bahkan menemui ajal ketika tertimpa tandan buah segar (TBS).

(31)

Sedangkan penyebab kecelakaan kerja di perkebunan umumnya disebabkan oleh :

1. Lingkungan kerja fisik oleh pemakaian alat/mesin (suar, panas, sinar, dan lain-lain)

2. Lingkungan kerja kimia oleh pemakaian bahan kimia (pupuk, pestisida, dan lain-lain)

3. Lingkungan kerja biologis oleh makhluk hidup (babi, tikus, landak, lalat anclylostoma, dan lain-lain)

4. Lingkungan kerja ergonomi oleh pemakaian alat yang tidak sesuai dengan keterbatasan kemampuan anatomi dan fisiologis tenaga kerja.

5. Lingkungan kerja umumnya disebabkan oleh suasana kerja, lokasi pemukiman jauh dari kota.

6. Human Error (sikap kerja (Sumber daya manusia) yang salah).

Kecelakaan kerja yang mungkin terjadi pada sektor kerja perkebunan adalah sebagai berikut :1

1. Pembukaan Lahan

Luka akibat pemakaian alat pertanian untuk pembukaan lahan seperti parang, babat, kampak, cidera akibat tertimpa pohon yang tumbang, serangan binatang buas dapat juga menimbulkan cidera sedangkan digigit ular dapat menimbulkan kondisi yang fatal akibat racun ular.

2. Pemeliharaan Tanaman

(32)

hati-hati, luka oleh duri sawit juga merupakan ancaman bagi pekerja pemeliharaan tanaman sedangkan iritasi kulit dan keracunan bahan kimia dapat terjadi akibat pemakaian pestisida dan pupuk, malahan terjadi nekrose jaringan tubuh akibat kena tetesan pestisida yang pekat.

3. Panen

Kecelakaan akibat menggunakan alat panen yang tidak ergonomis terutama untuk lokasi yang dipanen cukup tinggi seperti penggunaan egrek dapat menyebabkan pemanen kena timpa buah yang dipanen.

4. Pengolahan

Kecelakaan kerja dapat terjadi akibat pemakaian boiler, luka oleh cutting machine, jari terpotong oleh proses machine dan ancaman kecelakaan kerja oleh house keeping yang jelek seperti susunan barang hasil panen yang tidak teratur, tangga yang curam, lantai yang licin yang dapat menimbulkan tertimpa barang, terjatuh dari tangga dan terpeleset.

5. Gudang

Dapat juga terjadi kecelakaan kerja di gudang yang merupakan lokasi penyimpanan pupuk, bahan kimia dan lain-lain akibat house keeping yang jelek. Penyimpanan Bahan Bakar Minyak (BBM) harus diawasi dengan ketat untuk mencegah terjadinya kecelakaan untuk kebakaran.

6. Kabel Listrik

(33)

2.5 Pencegahan Kecelakaan Akibat Kerja

1. Menurut Bennett NBS (1995) bahwa teknik pencegahan kecelakaan harus didekati dengan dua aspek, yakni :8

a. Aspek perangkat keras (peralatan, perlengkapan, mesin, letak, dan sebagainya)

b. Aspek perangkat lunak (manusia dan segala unsur yang berkaitan)

2. Menurut Julian B. Olishifski (1985) bahwa aktivitas pencegahan kecelakaan dalam keselamatan kerja professional dapat dilakukan dengan beberapa hal berikut :

a. Memperkecil (menekan) kejadian yang membahayakan dari mesin, cara kerja, material dan struktur perencanaan

b. Memberikan alat pengaman agar tidak membahayakan sumber daya yang ada dalam perusahaan tersebut

c. Memberikan pendidikan (training) kepada tenaga kerja atau karyawan tentang kecelakaan dan keselamatan kerja

d. Memberikan alat pelindung diri tertentu terhadap tenaga kerja yang berada pada area yang membahayakan.

3. Menurut Suma’mur (1996), kecelakaan-kecelakaan akibat kerja dapat dicegah dengan 12 hal berikut :

(34)

peralatan industri, tugas-tugas pengusaha dan buruh, latihan, supervisi medis, P3K dan pemeriksaan kesehatan.

b. Standarnisasi yang ditetapkan secara resmi, setengah resmi atau tidak resmi mengenai misalnya syarat-syarat keselamatan sesuai instruksi peralatan industri dan alat pelindung diri (APD)

c. Pengawasan, agar ketentuan UU wajib dipatuhi

d. Penelitian bersifat teknik, misalnya tentang bahan-bahan yang berbahaya, pagar pengaman, pengujian APD, pencegahan ledakan dan peralatan lainnya.

e. Riset medis, terutama meliputi efek fisiologis dan patalogis, faktor lingkungan dan teknologi dan keadaan yang mengakibatkan kecelakaan. f. Penelitian psikologis, meliputi penelitian tentang pola-pola kewajiban

yang mengakibatkan kecelakaan.

g. Penelitian secara statistik, untuk menetapkan jenis-jenis kecelakaan yang terjadi.

h. Pendidikan i. Latihan-latihan

j. Penggairahan, pendekatan lain agar bersikap yang selamat

k. Asuransi, yaitu insentif financial untuk meningkatkan pencegahan kecelakaan

(35)

2.6 Kerangka Konsep

Penyebab Kecelakaan

Jenis Kecelakaan Kerja

Sifat Luka

Letak Kelainan PT. Socfindo

Kebun Seunagan

Kasus Kecelakaan Kerja

(36)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian deskriptif, dengan pendekatan kualitatif yang bertujuan untuk menggali informasi mengenai kejadian kecelakaan kerja di PT. Socfindo Kebun Seunagan Kabupaten Nagan Raya tahun 2008.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian adalah PT. Socfindo Kebun Seunagan Kabupaten Nagan Raya. Adapun alasan dilakukannya penelitian ini di perusahaan tersebut adalah :

1. Adanya kemudahan dan dukungan dari pihak perusahaan untuk melakukan penelitian ini.

2. Belum adanya penelitian yang mengangkat masalah kecelakaan kerja di perusahaan tersebut.

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan Desember 2008-Juni 2009.

3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi

(37)

3.3.2 Sampel

Pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling. Oleh karena itu, sampel yang diambil adalah seluruh pekerja yang mengalami kecelakaan kerja di bagian lapangan PT. Socfindo Kebun Seunagan Kabupaten Nagan Raya Tahun 2008 yaitu sebanyak 23 informan

3.4 Cara Pengambilan Data 3.4.1 Data Primer

Data primer yang diperlukan dalam penelitian ini diperoleh langsung melalui teknik wawancara secara mendalam (indepth interview) dengan bantuan tape recorder dan observasi di lingkungan kerja.

3.4.2 Data Sekunder

Data sekunder yang digunakan yaitu informasi kecelakaan kerja PT. Socfindo Kebun Seunagan Kabupaten Nagan Raya tentang jumlah kecelakaan kerja selama tahun 2008 dan profil perusahaan yang berisikan data umum PT. Socfindo Kebun Seunagan Kabupaten Nagan Raya.

3.5 Definisi Operasional

(38)

2. Kecelakaan kerja adalah suatu kejadian yang tidak terduga yang terjadi dalam hubungan kerja yang dicatat dan dilaporkan pada periode waktu tertentu di PT Socfindo Kebun Seunagan Kabupaten Nagan Raya Tahun 2008.

3. Penyebab kecelakaan kerja adalah faktor lingkungan kerja, pekerjaan dan pekerja yang menyebabkan kecelakaan kerja di PT. Socfindo Kebun Seunagan Kabupaten Nagan Raya Tahun 2008.

4. Jenis kecelakaan kerja adalah bentuk kecelakan seperti terjatuh, terjepit dan sebagainya yang terjadi di PT. Socfindo Kebun Seunagan Kabupaten Nagan Raya Tahun 2008.

5. Sifat luka adalah bentuk kecelakaan seperti patah tulang, memar dan sebagainya yang terjadi di PT. Socfindo Kebun Seunagan Kabupaten Nagan Raya Tahun 2008.

6. Letak kelainan adalah bagian tubuh yang mengalami kecelakaan yang terjadi di PT. Socfindo Kebun Seunagan Kabupaten Nagan Raya tahun 2008.

3.6 Teknik Analisa Data

(39)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Perusahaan PT. Socfindo 4.1.1 Sejarah Singkat Perusahaan PT. Socfindo

PT. Socfindo awal berdirinya pada tahun 1926 bernama Societe Finance Des Caucthaude Medan SA yang disingkat dengan Socfin Medan SA. Usaha ini

dimulai pada tahun 1911, ketika seorang bangsa Belgia bernama M. Adrean Alfselet melaukan investasi di Indonesia dan diikuti oleh bangsa Belgia lainnya, yang kemudian sepakat untuk mendirikan suatu usaha yang bergerak di bidang perkebunan kelapa sawit. PT. Socfin Indonesia (SOCFINDO) ini merupakan badan usaha milik swasta (BUMS) yang berdasarkan akta notaries William Leo No.45 tanggal 17 Desembar 1930 berkedudukan di medan dengan kebun yang dikelola yaitu di daerah Sumatera Timur, Aceh Timur, Aceh Barat dan Aceh selatan.

Ketika Jepang berkuasa di Indonesia pada tahun 1942, seluruh perkebunan kelapa sawit Socfin Medan SA dikuasai oleh bangsa Jepang. Baru pada tahun 1945 setelah Indonesia merdeka, Socfin dengan sendirinya beralih ke tangan pemerintah RI dan pengelolaan serta perluasan kebun mulai aktif kembali pada tahun 1950.

(40)

perusahaan oleh pimpinan Socfin Medan SA ke pemerintah RI dilakukan pada tanggal 1 Januari 1966 sesuai dengan naskah No.1/Dept.perk/66 atas dasar penjualan perkebunan serta harta milik socfin lainnya.

Keadaan ini tidak berlangsung lama, pada tanggal 29 April 1968 antara pemerintah RI yang diwakili Menteri Perkebunan dan Plantation North Sumatere sebagai pemilik saham membatalkan penjualan, dan Socfin dikembalikan ke pemilik yaitu bangsa Belgia. Pembatalan tersebut bertujuan untuk mendirikan suatu perusahaan perkebunan patungan antara pemerintah RI dengan penguasa Belgia dengan komposisi modalnya 40:60, maksudnya yaitu 40% keuntungan menjadi hak milik pemerintah RI dan 60% keuntungan menjadi hak milik penguasa Belgia. Berdasarkan keputusan pemerintah RI 13 Juni 1969 No.B.69/PRES/6/1968 dan keputusan Menteri Pertanian 17 Juni 1968 no.94/Kpts/Op.6/1968, akhirnya disetujui nama baru yaitu PT. Socfin Indonesia (PT. SOCFINDO).

PT. Socfindo melakukan perluasan area perkebunan ke berbagai daerah pada tahun 1975 mulai membuka perkebunan di daerah Seunagan, Aceh Barat dan terus melakukan perluasan di daerah tersebut hingga saat ini. Kemudian pada tahun 1993 dibangun PT. Socfindo, di daerah tersebut PT. Socfindo perkebunan Seunagan ini bergerak di bidang perkebunan kelapa sawit dan mengolah tandan buah segar menjadi minyak kelapa sawit (CPO) dan inti kelapa sawit (kernel).

Adapun legalitas PT. Socfindo adalah sebagai berikut:

(41)

2. Disahkan oleh menteri kehakiman yang ditetapkan tanggal 3 September 1969. 3. Didaftarkan di pengadilan negeri Medan No.68/69 tanggal 17 September 1969. 4. Diumumkan dalam T.B.N. RI No.17 tanggal 31 Oktober 1969.

5. Berkedudukan di Medan dengan perkebunan di Sumatera Utara yaitu di daerah : Malapal, Bangun Bandar, Tanjung Maria, Tanah Bersih, Lima Puluh, Tanah Gambus, Aek Loba, Aek Pamingke dan Negeri Lama. Selain itu terdapat juga di daerah Aceh, yang meliputi daerah Sungai Liput, Seunagan, Seumayam, dan Lae Butar.

6. Bergerak dalam bidang perkebunan kelapa sawit.

4.1.2 Lokasi Pabrik PT. Socfindo

PT. Socfindo perkebunan Seunagan yang berlokasi di desa Seunagan kecamatan Kuala kabupaten Nagan Raya, terletak pada Km 25 jalan Meulaboh-Tapak Tuan. Pabriknya terletak ± 150 m dari jalan tersebut.

Tata letak pabrik PT. Socfindo perkebunan Seunagan ini yaitu: 1. Sebelah Timur berbatasan dengan desa Purwodadi

(42)

Sumber Bahan Baku dan Realisasi Penerimaan

Sumber bahan baku (tandan buah segar) yang masuk ke PT. Socfindo Seunagan ini berasal dari :

1. Kebun seinduk yang terdiri dari :

a. DEVISION I yang terletak di sebelah Timur dari pabrik PT. Socfindo. b. DEVISION II yang terletak di sebelah Barat dari pabrik PT. Socfindo. c. DEVISION III yang terletak di sebelah Utara dari pabrik PT. Socfindo. d. DEVISION IV yang terletak di sebelah Selatan dari pabrik PT. Socfindo. 2. Pihak ke II

a. CV. PEMUDA b. CV. PUTRA ABADI

Pihak ke II ini merupakan sumber bahan baku yang berasal dari luar perkebunan seunagan. Sumber bahan baku dapat berasal dari perkebunan milik masyarakat. Kemudian dikumpulkan dalam suatu perusahaan seperti CV. Pemuda dan CV. Putra Abadi yang merupakan mitra kerja PT. Socfindo Seunagan dalam mengumpulkan sumber bahan baku.

Struktur Organisasi PT. Socfindo

(43)

Struktur Organisasi Perusahaan PT. Socfindo Seunagan Tahun 2008

Sumber :PT. Socfindo Kebun Seunagan Tahun 2008

ADM (Pengurus)

ASISTEN KEPALA

ASISTEN DEVISION I

ASISTEN DEVISION II

MANDOR KEBUN

KARYAWAN

MANDOR KEBUN

KARYAWAN

ASISTEN III

MANDOR KEBUN

KARYAWAN

ASISTEN IV

T TEKNIK

II

MANDOR KEBUN

MANDOR Bengkel arus/Listrik

MANDOR Pengolah

TEKNIK I

KARYAWAN

(44)
[image:44.612.115.523.202.374.2]

4.1.5 Distribusi Pekerja Berdasarkan Jenis Kelamin pada Kebun Seunagan Pekerja Kebun Seunagan dibagi dalam beberapa afdelling (posko untuk mengawasi perkebunan Socfindo). Pekerja bagian Kebun Seunagan di bagi menjadi dua bagian yaitu Karyawan Harian Tetap (KHT) dan Karyawan Tetap (pegawai). Tabel 4.1. Distribusi Pekerja Berdasarkan Jenis Kelamin untuk KHT dan Pegawai

di PT. Socfindo Kebun Seunagan NO Pekerja

Jenis Kelamin

Jumlah Karyawan

Harian Tetap

Karyawan Tetap Pria Wanita Pria Wanita

1. Afdelling I 161 46 15 - 222

2. Afdelling II 161 59 13 1 233

3. Afdelling III 184 59 17 1 261

4. Afdelling IV 99 23 11 - 133

5. Afdelling V 82 26 9 - 117

Jumlah 687 213 65 2 967

Sumber :PT. Socfindo Kebun Seunagan Tahun 2008

Dari tabel 4.1 di atas menunjukkan bahwa pekerja PT. Socfindo Kebun Seunagan berdasarkan jenis kelamin untuk KHT yang paling banyak adalah pria sebanyak 687 orang dan untuk pegawai sebanyak 65 orang pria.

(45)

4.2 Proses Kerja di Pekebunan PT. Socfindo Seunagan

Tahap demi tahap proses kerja perkebunan adalah sebagai berikut: a. Pembibitan

Kecambah dibibitkan sesuai dengan kebutuhan kebun dengan teknis pembibitan sesuai pula dengan komoditi yang akan dikembangkan. Dalam pembibitan terdapat proses penyiraman bibit, menyiang atas/bawah, pengendalian hama/penyakit dan memupuk bibit kelapa sawit. Agar kecambah tumbuh dengan baik dan bebas hama serta penyakit dan ilalang, kecambah diberi pupuk dan disemprot dengan pestisida. Pekerja yang mengawasi pembibitan disebut bagian tunas.

b. Pemeliharaan atau Perawatan

Proses kerja pemeliharaan bertujuan agar lahan bersih dan tanaman subur. Proses pemeliharaan sebagai berikut:

1. Gawangan adalah lahan sekitar tanaman dibersihkan/dibabat secara rutin untuk memudahkan pelaksanaan kerja dan meningkatkan kesuburan tanah. 2. Piringan sekitar pohon dibersihkan/digaruk yang dipersiapkan untuk

pelaksanaan pemupukan.

3. Jalan kebun harus dipersiapkan dan dipelihara dengan baik, baik dengan menggunakan alat sederhana maupun dengan alat berat agar pengangkutan bibit, pupuk dan hasil panen tidak terkendala.

(46)

(bahan pemusnah ilalang), Roundup (jenis herbisida pemusnah ilalang), dan sebagainya. Sedangkan pupuk yang digunakan seperti Urea, KCL dan SP.

c. Pemanenan

Proses kerja panen dengan menggunakan alat panen sesuai dengan komoditi yang dipanen. Alat panen yang digunakan adalah egrek untuk pohon yang panjang, dengan bantuan galah. Sedangkan untuk pohon pendek menggunakan dodos.

Buah diambil dengan ditarik oleh egrek dan dodos. Bila terdapat cabang-cabang yang menghalangi, cabang-cabang tersebut harus dipotong terlebih dahulu dan diturunkan, jangan dibiarkan menggantung di pohon. Kemudian setelah buah ditarik, bila ada tangkai yang terlalu panjang dipotong terlebih dahulu dan buah dinaikkan ke kereta sorong dan diangkut keluar ke tempat penampungan sementara. Pekerja yang bekerja di bagian panen biasanya disebut potong buah.

Buah yang sudah dikumpulkan akan diambil oleh bagian pengangkutan buah dengan menggunakan truk pengangkut buah. Pada saat buah diangkut ke dalam truk, buah diambil menggunakan gancu. Kemudian buah tersebut dibawa ke pabrik untuk diolah lebih lanjut.

4.3 Waktu Kerja di PT. Socfindo

(47)

Untuk bagian lapangan waktu kerja sesuai yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Tapi, pekerja lapangan boleh memilih untuk bekerja borongan yaitu bila pekerja dapat mengumpulkan TBS sebanyak 190 janjang sebelum 7 jam kerja, mereka boleh pulang. Untuk mandor tetap 7 jam kerja sesuai yang ditetapkan perusahaan.

Dari 23 informan yang diwawancarai, 12 orang menyatakan bahwa jam kerja setiap harinya selama 7 jam, 8 orang menjawab jam kerja 5 jam setiap harinya dan 3 orang informan menjawab jam kerjanya tergantung target, bisa selama 1 jam kerja, 2 jam kerja, 3 jam kerja atau 4 jam kerja.

4.4 Karakteristik Informan

Informan adalah karyawan yang mengalami kecelakaan di Kebun Seunagan pada tahun 2008 yang merupakan sampel dalam penelitian ini. Sampel disebut informan karena penelitian ini menggunakan teknik wawancara mendalam dengan menggunakan tape recorder.

(48)
[image:48.612.137.490.107.305.2]

Tabel 4.2 Distribusi Informan yang Mengalami Kecelakaan Berdasarkan Kelompok Umur di PT. Socfindo Kebun Seunagan Tahun 2008

NO Kelompok Umur (tahun)

Jumlah (orang)

%

1. 26-30 12 52,17

2. 31-35 3 13,04

3. 36-40 4 17,39

4. 41-45 3 13,04

5. 46-50 1 4,35

Jumlah 23 100

Dari tabel 4.2 dapat dilihat bahwa umur informan yang terbanyak mengalami kecelakaan berada pada interval umur 26-30 tahun yaitu sebanyak 12 orang (52,17%). Tabel 4.3 Distribusi Informan yang Mengalami Kecelakaan Berdasarkan Tingkat

Pendidikan di PT. Socfindo Kebun Seunagan Tahun 2008

NO Tingkat Pendidikan Jumlah (orang)

%

1. Tidak sekolah 2 8,69

2. SD 9 39,13

3. SMP 7 30,44

4. SMA 5 21,74

Jumlah 23 100

[image:48.612.116.501.387.570.2]
(49)
[image:49.612.132.487.99.264.2]

Tabel 4.4 Distribusi Informan yang Mengalami Kecelakaan Berdasarkan Jenis Pekerjaan di PT. Socfindo Kebun Seunagan Tahun 2008

NO Jenis Pekerjaan Jumlah (orang)

%

1. Potong Buah 16 69,57

2. Penyemprot 5 21,74

3. Tunas 2 8,69

Jumlah 23 100

Dari tabel 4.4 dapat dilihat bahwa jenis pekerjaan informan yang mengalami kecelakaan paling banyak adalah bagian potong buah yaitu sebanyak 16 orang (69,57%).

4.5Pelatihan yang Diberikan Kepada Informan Kebun Seunagan

Pekerja kebun Seunagan mendapat pelatihan sebelum bekerja. Dari hasil penelitian, 23 informan menyatakan bahwa lama pelatihan yang didapatkan berbeda-beda. Hal ini dapat dilihat dalam tabel berikut ini :

Tabel 4.5 Distribusi Pelatihan Kerja Informan Sebelum Bekerja di PT. Socfindo Kebun Seunagan Tahun 2008

No. Pelatihan Kerja Jumlah Informan %

1. Pelatihan selama 3 bulan 11 47,83

2. Pelatihan selama 1 bulan 1 4,35

3. Pelatihan selama 2 minggu 6 26,09

4. Tidak mendapat pelatihan 5 21,74

[image:49.612.119.500.527.667.2]
(50)

Dari tabel 4.5 dapat dilihat bahwa informan yang menyatakan mendapat pelatihan selama 3 bulan sebanyak 11 orang (47,83% ). Pelatihan yang diperoleh seperti cara kerja, peraturan-peraturan selama kerja dan pengarahan-pengarahan kerja. Semua informan juga menyatakan bahwa tidak pernah mendapat pelatihan mengenai keselamatan dan kesehatan kerja, hanya pelatihan sebelum bekerja yang mereka dapatkan.

4.6Pengarahan dan Peraturan Kerja dari Mandor

Dari hasil penelitian, semua informan yaitu 23 orang menyatakan bahwa mendapat pengarahan dan peraturan kerja dari mandor berupa cara kerja, misalnya cara memilih buah. Juga peraturan kerja, misalnya cabang harus diturunkan dan rancak harus bersih.

4.7Cara dan Fasilitas Kerja Informan

(51)

micron untuk menyemprot pestisida dengan mengendong alat penyemprot di punggung dan mangkuk untuk menaburkan pupuk dengan menggunakan tangan.

[image:51.612.118.527.186.346.2]

Untuk pembagian fasilitas kerja dapat dilihat pada tabel 4.6 dibawah ini: Tabel 4.6 Distribusi Fasilitas Kerja Informan di PT. Socfindo Kebun Seunagan

Tahun 2008

No. Cara Kerja Jumlah Informan %

1. Menggunakan egrek, kapak, gancu, kereta sorong.

16 69,56

2. Menggunakan knepset, micron dan mangkuk 5 21,74 3 Menggunakan dodos, kapak, gancu, kereta

sorong.

2 8,70

Jumlah 23 100

Dari tabel 4.6 dapat dilihat bahwa 16 informan (69,56%) bekerja dibagian potong buah, yang menggunakan alat kapak, gancu, kereta sorong, egrek atau dodos untuk menarik buah, mengangkat buah dan mengeluarkan buah ke tempat pengumpulan buah.

4.8Penyebab Kecelakaan

(52)
[image:52.612.114.529.101.470.2]

Tabel 4.7 Distribusi Penyebab Kecelakaan Informan Berdasarkan Jenis Pekerjaan di PT. Socfindo Kebun Seunagan Tahun 2008

No. Jenis Pekerjaan Penyebab Kecelakaan

Jumlah Informan

%

1. Potong Buah dan Tunas

a. Alat kerja dan penyebab lain

8 34,78

b. Penyebab lain (binatang, sikap kasar pekerja, kurang hati-hati)

5 21,74

c. Alat kerja, alat angkut, dan penyebab lain

2 8,70

d. Alat kerja 1 4,35

2. Penyemprot Bahan-bahan kimia. 5 21,74

3. Tunas a. Penyebab lain (binatang, sikap kasar pekerja, kurang hati-hati)

1 4,35

b. Alat kerja, alat angkut, dan penyebab lain

1 4,35

Jumlah 23 100

(53)

4.9Jenis Kecelakaan

[image:53.612.115.529.195.491.2]

Hasil penelitian mengenai bagaimana jenis kecelakaan menurut informan dapat dilihat pada tabel 4.8 dibawah ini:

Tabel 4.8 Distribusi Jenis Kecelakaan Berdasarkan Jenis Pekerjaan Informan di PT. Socfindo Kebun Seunagan Tahun 2008

No. Jenis Pekerjaan Jenis Kecelakaan Jumlah Informan

%

Potong Buah a. Tertimpa 6 26,09

b. Jenis-jenis lain dan tertimpa

6 26,09

c. Jenis-jenis lain 3 13,04 d. Terjatuh dan tertimpa 1 4,35

e. Terjatuh 1 4,35

2. Penyemprot Jenis-jenis lain 5 21,74

3. Tunas a. Terjatuh dan tertimpa 1 4,35 b. Jenis-jenis lain dan

tertimpa

1 4,35

Jumlah 23 100

Dari tabel 4.8 dapat dilihat bahwa 18 orang informan yang bekerja dibagian tunas dan potong buah menyatakan bahwa jenis kecelakaan terjatuh, tertimpa buah sawit dan cabang, jenis-jenis lain seperti tertusuk duri dan kapak dan terjepit oleh kererta sorong dan 5 orang informan yang bekerja dibagian penyemprot menyatakan bahwa jenis-jenis lain seperti tertumpah dan terciprat pestisida seperti gramoxon.

(54)

4.10 Sifat Luka

[image:54.612.116.530.193.389.2]

Hasil penelitian tentang bagaimana sifat luka akibat kecelakaan menurut informan dapat dilihat pada tabel 4.9 dibawah ini:

Tabel 4.9 Distribusi Sifat Luka Informan yang Mengalami Kecelakaan Berdasarkan Jenis Pekerjaan di PT. Socfindo Kebun Seunagan Tahun 2008

No. Jenis Pekerjaan Sifat Luka Jumlah

Informan

%

1. Potong Buah a. Luka di permukaan 12 82,61

b. Luka dalam 2 8,70

c. Memar 1 4,35

d. Luka-luka lain 1 4,35

2. Penyemprot Luka di permukaan 5 21,74

3. Tunas Luka di permukaan 2 8,70

Jumlah 23 100

(55)

4.11 Bagian Tubuh yang Terkena

[image:55.612.115.530.202.466.2]

Hasil penelitian tentang bagian mana tubuh yang terkena akibat kecelakaan menurut informan dapat dilihat pada tabel 4.10 dibawah ini:

Tabel 4.10 Distribusi Bagian Tubuh yang Terkena pada Informan yang Mengalami Kecelakaan Berdasarkan Jenis Pekerjaan di PT. Socfindo Kebun Seunagan Tahun 2008

No. Jenis Pekerjaan Bagian Tubuh yang Terkena

Jumlah Informan

%

1. Potong Buah a. Kepala 1 4,35

b. Mata 1 4,35

c. Tangan 3 13,04

d. Kaki 7 30,43

e. Tangan dan kaki 4 17,39

2. Penyemprot a. Mata 2 8,70

b. Badan 2 8,70

c. Kaki 1 4,35

3. Tunas Tangan dan kaki 2 8,70

Jumlah 23 100

(56)

4.12 Perawatan yang diberikan Perusahaan

Hasil penelitian mengenai bagaimana perawatan yang diberikan perusahaan menurut informan dapat dilihat pada tabel 4.11 dibawah ini:

Tabel 4.11 Distribusi Perawatan yang Diberikan Perusahaan pada Informan di PT. Socfindo Kebun Seunagan Tahun 2008

No. Perawatan yang diberikan Jumlah Informan %

1. Mendapat Perawatan 22 95,65

2. Tidak mendapat perawatan 1 4,35

Jumlah 23 100

(57)

4.13 Jumlah Hari Tidak Bekerja

[image:57.612.114.531.194.408.2]

Hasil penelitian mengenai berapa jumlah hari yang hilang karena tidak bekerja menurut informan dapat dilihat pada tabel 4.12 dibawah ini:

Tabel 4.12 Distribusi Jumlah Hari Tidak Bekerja pada Informan di PT. Socfindo Kebun Seunagan Tahun 2008

No. Jumlah hari tidak bekerja Jumlah Informan %

1. 1 hari 2 8,70

2. 2 hari 3 13,04

3. 3 hari 4 17,39

4. 4 hari 4 17,39

5. 7 hari 3 13,04

6. 14 hari 5 21,74

7. 21 hari 1 4,35

8. 30 hari 1 4,35

Jumlah = 82 hari 23 100

(58)

4.14 Penggunaan Alat Pelindung Diri

[image:58.612.112.530.181.291.2]

Hasil penelitian mengenai apakah informan menggunakan alat pelindung diri ketika bekerja dapat dilihat pada tabel 4.13 di bawah ini:

Tabel 4.13 Distribusi Penggunaan Alat Pelindung Diri pada Informan di PT. Socfindo Kebun Seunagan Tahun 2008

No. Penggunaan alat pelindung diri Jumlah Informan %

1. Menggunakan alat pelindung diri 22 95,65

2. Tidak menggunakan alat pelindung diri 1 4,35

Jumlah 23 100

Dari tabel 4.13 dapat dilihat bahwa 22 orang informan mengatakan menggunakan alat pelindung diri ketika bekerja, dimana 16 informan mengatakan alat pelindung diri berasal dari diri sendiri dan 6 orang informan mengatakan dari perusahaan. 1 orang informan mengatakan tidak menggunakan alat pelindung diri. 17 orang informan bekerja dibagian tunas dan potong buah menggunakan alat pelindung diri berupa sepatu. Sedangkan 5 orang informan bekerja dibagian penyemprot menggunakan alat pelindung diri berupa sepatu, celana, baju dan masker.

4.15 Kepesertaan Jamsostek di PT. Socfindo Kebun Seunagan

(59)
(60)

BAB V PEMBAHASAN

5.1 Gambaran Karakteristik Informan.

Berdasarkan umur informan yang terbanyak mengalami kecelakaan berada pada interval umur 26-30 tahun yaitu sebanyak 12 orang (52,17%). Hal ini disebabkan adanya sikap kurang hati-hati dari informan. Hal ini bertentangan dengan pendapat Benny L. Priatma dan Umar Fahmi Achmadi (1991) yang mengatakan umur muda mempunyai kecenderungan untuk mendapatkan kecelakaan lebih rendah dibandingkan usia tua, karena mempunyai kecepatan reaksi lebih tinggi. Dalam kasus kecelakaan di Kebun Seunagan, pekerja dengan umur muda lebih banyak mengalami kecelakaan karena disebabkan oleh pengalaman, tingkat keterampilan dan lamanya bekerja. Selain itu, pekerja dengan umur muda bekerja dengan terburu-buru.

Dari tingkat pendidikan informan yang mengalami kecelakaan paling banyak adalah tamatan SD yaitu sebanyak 9 orang (39,13%). Hal ini dikarena tingkat pendidikan mempengaruhi cara berfikir dalam menghadapi pekerjaan dan kecakapan pekerja dalam bekerja. Pernyataan ini sesuai dengan yang dikatakan oleh Benny dan Achmadi (1991).

(61)

5.2 Jam kerja Informan

Pada umumnya informan mengatakan bahwa dalam 1 hari, jam kerja informan adalah 7 jam yaitu dari jam 7 pagi sampai jam 2 siang, sesuai dengan pernyataan informan:

“Kerja sebenarnya diharuskan mulai jam 7 pagi sampe jam 2 siang. Tapi, kalau kami bisa mencapai borong, borongan kami bisa sampai 190. misalnya siap jam 11 atau 12 boleh pulang”

Sesuai dengan UU No. 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan pasal 77 ayat 2 yang berbunyi “Waktu kerja sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) meliputi: a. 7 (tujuh) jam 1 (satu) hari dan 40 (empat puluh) jam 1 (satu) minggu untuk 6 (enam) hari kerja dalam 1 (satu) minggu.”

Dalam pelaksanaannya terdapat perbedaan, karena pakerja lapangan di Socfindo bekerja sesuai dengan borongan. Sesuai dengan pernyataan informan:

“…..kami kerja 5 jam karena dah dapat target”.

Jadi, apabila pekerjaan mereka telah mencapai borongan atau target, pekerja boleh pulang walaupun jam kerja mereka kurang dari 7 jam. Jam kerja yang ditentukan oleh PT. Socfindo tidak melebihi batas sehingga dapat mencegah terjadinya kecelakaan akibat jam kerja yang berlebihan. Studi bertajuk “Working Time Around the World: Trends in Working Hours, Laws and Policies in a Global

Comparative Perspective”mengingatkan bahwa jam kerja yang lebih pendek bisa

(62)

5.3 Pelatihan yang Diberikan Kepada Informan

Umumnya informan mengatakan bahwa pekerja mendapat pelatihan sebelum bekerja selama 3 bulan atau 2 minggu, sesuai dengan pernyataan informan:

“Waktu masuk kita training dulu dalam jangka waktu 3 bulan. Selama training kita dikasih pengarahan-pengarahan kerja dan peraturan-paraturan waktu kerja”

Beberapa informan di Kebun Seunagan, mendapat pelatihan sebelum bekerja. Selama pelatihan, mereka mendapat pengarahan-pengarahan tentang cara kerja dan peraturan kerja.

Ada juga yang informan yang mengatakan tidak mendapat pelatihan, mereka mengetahui cara kerja dengan melihat temannnya bekerja, seperti pernyataan informan berikut:

“Ga ada training, langsung kerja. Saya tau dari temen dan lihat-lihat orang kerja”

Pelatihan sebelum bekerja sangat diperlukan. Karena pekerja belum pernah bekerja dan menggunakan alat-alat kerja yang dapat membahayakan pekerja bila tidak tahu bagaimana cara menggunakannya. Walaupun pekerja dapat belajar dari teman atau melihat cara kerja pekerja yang lain, namun lebih baik mendapat pelatihan langsung dari perusahaan sehingga pekerja mengetahui cara kerja yang benar yang dapat mencegah terjadinya kecelakaan.

(63)

yang harus dipatuhi oleh semua karyawan. Selain itu, dengan mengikuti pelatihan para pekerja bisa mengembangkan ketrampilannya dan mau melakukan tindakan pencegahan kecelakaan ditempat kerjanya, sehingga dapat mengurangi resiko kecelakaan ditempat kerjanya masing-masing.

Sedangkan untuk pelatihan keselamatan dan kesehatan kerja, umumnya informan mengatakan bahwa informan tidak pernah mendapat pelatihan mengenai keselamatan dan kesehatan kerja selama bekerja,

Informan Socfindo tidak pernah mendapatkan pelatihan mengenai keselamatan dan kesehatan kerja. Para informan mengatakan bahwa, keselamatan adalah dari mereka sendiri. Contohnya, kalau bekerja harus hati-hati, siap menggunakan bahan kimia harus mencuci tangan, dan sebagainya. Agar para pekerja dapat bekerja dengan aman, pekerja harus menjaga dirinya sendiri. Akan tetapi, ada baiknya bila pekerja mendapat pelatihan mengenai keselamatan dan kesehatan kerja agar tumbuh kesadaran dan keterampilan dalam diri pekerja sehingga dapat bekerja dengan aman. Hal ini juga berguna untuk mencegah terjadinya kecelakaan.

(64)

5.4 Pengarahan dan Peraturan Kerja dari Mandor

Umumnya informan berpendapat bahwa mandor memberikan pangarahan dan peraturan tentang pekerjaan, sesuai dengan pernyataan informan:

“Banyak, ya kayak,suruh kerja yang rajin, yang rapi. Kalau dah siap kerja baru pulang. Disuruh hati-hati kalau kerja, jangan sampe kena cabang, dodos, egrek. Peraturan dari mandor ya..harus dipatuhi semuanya”

Mandor sebagai pimpinan lapangan yang mengawasi pekerjaan lapangan di Socfindo memberikan peraturan dan pengarahan kepada para pekerja. Mandor juga berhak untuk menegur pekerja yang tidak patuh atau cara kerjanya salah. Sehingga pekerja dapat bekerja dengan baik dan aman. Para informan juga mengatakan bahwa mereka mematuhi apa yang mandor katakan. Dengan demikian, dapat mencegah terjadinya kecelakaan.

Berdasarkan kode praktis ILO keselamatan dan Kesehatan Kerja Kehutanan menyatakan bahwa para manajer dan para penyelia harus menerapkan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja perusahaan, melalui pemilihan peralatan yang aman, cara kerja dan organisasi kerja serta pemeliharaan tingkat keterampilan yang tinggi. Para manejer dan penyelia harus memberikan tugas kepada bawahan mereka dengan cara yang jelas dan tepat. Para manejer dan penyelia harus yakin bahwa para pekerja itu memahami dan melaksanakan syarat-syarata keselamatan dan kesehatan kerja.

(65)

Oleh karena itu, sangat diperlukan pengarahan dan peraturan kerja dari mandor atau pimpinan kepada para pekerja sehingga pekerja dapat bekerja asecara benar dan kesalahan-kesalahan dalam bekerja dapat dihindari.

5.5 Cara kerja Informan

Umumnya informan bekerja dibagian potong buah, tunas dan penyemprot. Untuk pekerjaan potong buah dan tunas memiliki cara kerja yang sama, sesuai dengan pernyataan informan:

“Saya kerja dibagian tunas. Alat kerja saya egrek, kapak, geledekan (kereta sorong), galah. Pertama kita asah dulu egrek atau dodos atau kapak. Kemudian kalau egrek diikat di bambu yang panjang yang telah diluruskan. Kemudian baru untuk kerja atau untuk menarik buah, kemudian kalau geledekan untuk mengangkat buah. Jangan dipikul atau disunggih, kalau kapak itu untuk mengepras cabang buah”

yang berbeda cara kerja penyemprot,

“Kalau pupuk dicampur aja. Kalau racun dicampur sama meta prima sama air. Saya kerja kadang pake knapset, kadang pake tangki, itu untuk racun, kalau pupuk pake mangkok. Kalau mendung ga nyemprot. Sekitar 3 bulan sekali diadakan penyemprotan ma pemupukan untuk 1 blok. Kalau lagi ga kerja nyemprot atau mupuk, ikut orang motong buah. Racun bisa KCl, pupuk bisa urea. Kalau nyemprot ya..nyemprot aja, yang campur racunnya beda”

(66)

mengakibatkan kecelakaan akibat kelalaian mereka sendiri. Hal ini dikarenakan kurangnya pelatihan cara kerja yang baik dan aman. Serta kurangnya kesadaran dari pekerja agar bekerja dengan baik dan aman. Bila pekerja mengerti cara kerja yang baik dan sadar akan pentingnya keselamatan dan kesehatan kerja ketika bekerja, kecelakaan dapat dicegah.

5.6 Penyebab Kecelakaan

Pada umumnya informan berpendapat bahwa penyebab kecelakaan adalah karena alat kerja,

“Kecelakaan kerja di masa kerja yaitu dipotong buah karena apa..karena ketimpa cabang, karena kesilapan sendiri. Itu bagian kadang-kadang yang banyak sekali kejadian karena menangkis cabang atau mengelak karena kaki apa..terlilit oleh rumput maka tidak bisa mengelak kemudian ditangkis. Ada juga yang terkena pisau karena apa ya..karena ketidaksengajaan, terkena angin alatnya kemudian menjatuhi diri sendiri. Ada juga yang kapak, terpeleset kemudian mengenai tubuh. Kalau binatang ga pernah saya diserang. Gara-gara kereta sorong juga pernah terjadi, karena terpeleset di parit karena licin sehingga terjatuh menyebabkan kecelakaan atau patah kaki, biasanya patah kaki. Gara-gara di pagi hari karena masih berembun atau hujan. Karena walaupun hujan masih tetap kerja. Kadang-kadang berhenti sebentar, tapi karena mengingat waktu sudah siang kita kerja. Karena harus mencapai target. Hubungan ga baik, kadang-kadang ada. Apa e…kesalahpahaman. Kadang-kadang si pekerja itu kondisi panas, kadang-kadang atasan membuat jengkel, menyuruh dengan tangan kiri. Membuat sang pekerja akan jengkel dan marah. Kadang-kadang sampe bertumbuk atau berkelahi. Kadang-kadang mengalah juga atasannya dan meminta maaf sama-sama biasanya. Gara-gara itu kadang kerja ga konsen lagi”

(67)

dalam bekerja sehingga dapat menyebabkan kecelakaan. Kecelakaan juga terjadi karena ketidaksengajaan atau kelalaian pekerja seperti sembarangan menyandarkan alat kerja sehingga alat kerja dapat menimpa pekerja.

Kecelakaan juga dapat terjadi ketika pekerja pulang dari kerja, seperti pernyataan informan berikut:

“Jatuh dalam perjalanan pulang dari kerja. Ya..terjatuh lah. Kalau diserang binatang saya belum pernah, teman-teman saya pernah. Kena alat-alat kerja juga saya ga pernah. Saya di bagian potong buah, jadi ga pernah pake bahan kimia. Kalau hubungan ga baik sama yang lain, saya dengar-dengar ada, kalau saya belum pernah”

Informan juga berpendapat bahwa penyebab kecelakaan adalah karena binatang,

“…..diserang binatang pernah, ulat gatal….” “…..Diserang tawon juga pernah ma lipan…..”

“…..Diserang binatang juga pernah, diserang kelabang…..”

Penyebab kecelakaan juga disebabkan oleh faktor biologi yaitu binatang seperti tawon, ulat gatal. lipan dan kelabang.

Informan untuk bagian penyemprot mengatakan bahwa penyebab kecelakaan adalah,

“Tulah, aku karena ketumpahan bahan kimia waktu kerja. Kesalahan sendiri juga, ga hati-hati waktu kerja. Tertumpah racun, aku kan kerja dibagian pestisida. Kadang tangkinya bocor, tutupnya pipa selangnya, ga pas ngangkatnya kan bisa bocor. Kadang-kadang cepat-cepat diangkat mau dikerjakan jadinya ketumpahan. Kalau diserang binatang ga pernah. Hubungan ga baik dengan yang lain juga ga ada. Kalau lagi ikut orang motong buah, saya ga pernah juga kecelakaan”

(68)

Kecelakaan yang terjadi di PT. Socfindo Kebun Seunagan paling banyak terjadi dibagian potong buah dibandingkan dengan tunas dan penyemprot.

Menurut Organisasi perburuhan International (ILO) tahun 1962, penyebab kecelakaan di PT Socfindo berdasarkan klasifikasi adalah alat angkut dan alat angkat (kereta sorong), peralatan lain (alat-alat kerja dan perlengkapannya, kecuali alat-alat listrik yaitu egrek, dodos, kapak), bahan kimia (glisofat dalam roundup dan paraquat dalam gramoxon) dan penyebab-penyebab lain (hewan dan penyebab lain seperti hubungan yang tidak baik dengan atasan akibat sikap kasar dari mandor kepada para pekerja).

Hal ini disebabkan karena banyak pekerja kebun belum mengerti keselamatan dan kesehatan kerja termasuk hak dan kewajiban perusahaan perkebunan, pemerintah baik dalam bentuk pengetahuan dan kaitannya dengan operasi kerja mereka. Padahal keselamatan dan kesehatan kerja berfungsi untuk melindungi dan menjaga diri buruh tersebut agar terhindar dari kecelakaan kerja yang merugikan mereka. Pemberiaan alat kerja dan pelindung kerja yang tidak cukup dan tidak memenuhi standar keselamatan kerja juga dapat menyebabkan kecelakaan.

Jenis Kecelakaan

Umumnya informan mengatakan bahwa jenis kecelakaan yang terjadi,

“…..Gara-gara kereta sorong juga pernah terjadi, karena terpeleset di parit karena licin sehingga terjatuh menyebabkan kecel

Gambar

Tabel Kasus Kecelakaan Kerja selama tahun 2003-2007 di Indonesia :
Tabel 4.1.    Distribusi Pekerja Berdasarkan Jenis Kelamin untuk KHT dan Pegawai
Tabel 4.2  Distribusi Informan yang Mengalami Kecelakaan Berdasarkan Kelompok Umur di PT
Tabel 4.5  Distribusi Pelatihan Kerja Informan Sebelum Bekerja di PT. Socfindo
+7

Referensi

Dokumen terkait