• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN PEMAKAIAN APD DENGAN KECELAKAAN KERJA PADA PEKERJA KELAPA SAWIT DI PT. SOCFINDO KEBUN BANGUN BANDAR KABUPATEN SERDANG BEDAGAI TAHUN 2017

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "HUBUNGAN PEMAKAIAN APD DENGAN KECELAKAAN KERJA PADA PEKERJA KELAPA SAWIT DI PT. SOCFINDO KEBUN BANGUN BANDAR KABUPATEN SERDANG BEDAGAI TAHUN 2017"

Copied!
110
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN PEMAKAIAN APD DENGAN KECELAKAAN KERJA PADA PEKERJA KELAPA SAWIT DI PT. SOCFINDO

KEBUN BANGUN BANDAR KABUPATEN SERDANG BEDAGAI

TAHUN 2017

SKRIPSI

OLEH :

OCTAVIANUS SIHOMBING NIM. 131000698

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2018

(2)

HUBUNGAN PEMAKAIAN APD DENGAN KECELAKAAN KERJA PADA PEKERJA KELAPA SAWIT DI PT. SOCFINDO

KEBUN BANGUN BANDAR KABUPATEN SERDANG BEDAGAI

TAHUN 2017

Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Kesehatan Masyarakat

OLEH :

OCTAVIANUS SIHOMBING NIM. 131000698

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “HUBUNGAN PEMAKAIAN APD DENGAN KECELAKAAN KERJA PADA PEKERJA KELAPA SAWIT DI PT. SOCFINDO KEBUN BANGUN BANDAR KABUPATEN SERDANG BEDAGAI TAHUN 2017” ini beserta seluruh isinya adalah benar hasil karya saya sendiri dan saya tidak melakukan penjiplakan atau mengutip dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung risiko atau sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Medan, April 2018 Yang Membuat Pernyataan

Octavianus Sihombing

(4)

HALAMAN PENGESAHAN Skripsi dengan judul

HUBUNGAN PEMAKAIAN APD DENGAN KECELAKAAN KERJA PADA PEKERJA KELAPA SAWIT DI PT. SOCFINDO

KEBUN BANGUN BANDAR KABUPATEN SERDANG BEDAGAI

TAHUN 2017

Yang disiapkan dan dipertahankan OCTAVIANUS SIHOMBING

NIM. 131000698 Disahkan oleh : Komisi Pembimbing

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Ir. Kalsum, M.Kes Umi Salmah, SKM., M.Kes NIP.195908131991032001 NIP.197305232008122002

Medan, April 2018 Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara Dekan,

Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si

(5)

ABSTRAK

Kecelakaan kerja yang tinggi akan mengakibatkan kerugian yang sangat besar bagi perusahaan dan pekerja. Untuk menurunkan angka kecelakaan kerja perlu adanya upaya penanggulangan berupa pemakaian alat pelindung diri agar kecelakaan kerja yang ada dapat diminimalisir. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pemakaian alat pelindung diri dengan kecelakaan kerja pada pekerja kelapa sawit di PT. Socfindo Kebun Bangun Bandar Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2017.

Penelitian ini bersifat survey analitik dengan menggunakan desain studi cross-sectional. Sampel sebanyak 38 orang (total populasi). Analisa yang digunakan adalah chi square untuk mengetahui hubungan variabel bebas yaitu pemakaian APD dan variabel terikat yaitu kecelakaan kerja.

Pemakaian APD pada pekerja yang memakai APD dengan lengkap sebanyak 11 orang (28,9%) dan yang tidak lengkap sebanyak 27 orang (71,1%).

Kecelakaan kerja yang terjadi pada pekerja sebanyak 21 kecelakaaan (55,3%).

Analisis data menunjukkan kecelakaan kerja yang sering terjadi pada bagian tangan sebanyak 15 orang (71,4%).

Berdasarkan hasil penelitian ada hubungan yang bermakna (signifikan) antara pemakaian alat pelindung diri dengan kecelakaan kerja dengan p < 0,05. Uji statistik chi square diperoleh hasil p = 0,037.

Saran untuk pekerja sebaiknya memakai alat pelindung diri dengan lengkap yang telah disediakan oleh perusahaan dan perusahaan harus lebih tegas memberikan sanksi kepada pekerja yang tidak memakai APD dalam bekerja.

Kata Kunci : Alat Pelindung Diri, Kecelakaan Kerja, PT. Socfindo

(6)

ABSTRACT

The high work accident will cause huge lose for the company and the labor force. In order to decrease the number of work accidents, a prevention act in the form of personal protective equipment using is needed so that exiting work accident risk does not increase to be work accident. This research was conducted to find out the relation of the use of personal protectif equipment with work accident risk of oil palm workers in PT. Socfindo Kebun Bangun Bandar, Serdang Bedagai 2017.

The use of PPE on workers that use PPE completelyas much as 11 workers (28.9%) and that use PPE not completely as much as 2 workers (71.1%). Based from the research, found that work accident occured 21 times (55.3%). Data analysis indicate that work accident often occur on hand as many as 15 people (71.4%).

Kind of this reaserch is case control with retrospective approach. With 38 oil palm workers (total population) as the sample in this study. Analysis used in this reaserch is Chi Square with p = 0.037.

Suggestions from this study are workers should using personal protective equipment completely which is 6 personal protective equipment that provided by the company and the company should be more assertive to give a punishment to worker who doesn’t use self protective equipment.

Keyword : Personal Protective Equipment, Work accident, PT. Socfindo

(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan YME atas rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

“HUBUNGAN PEMAKAIAN APD DENGAN KECELAKAAN KERJA PADA PEKERJA KELAPA SAWIT DI PT. SOCFINDO KEBUN BANGUN BANDAR KABUPATEN SERDANG BEDAGAI TAHUN 2017” skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak, untuk itu pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

2. Dr. Ir. Gerry Silaban, M.Kes selaku Ketua Departemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara sekaligus dosen penguji yang telah banyak memberikan masukan dan saran demi kesempurnaan skripsi ini.

3. Ir. Kalsum, M.Kes selaku Dosen Pembimbing I yang telah banyak membimbing dan meluangkan waktu, memberikan saran, dukungan, nasihat, serta arahan dalam penyelesaian skripsi ini.

4. Umi Salmah SKM. M.Kes. selaku Dosen Pembimbing II yang juga telah banyak membimbing dan meluangkan waktu, memberikan saran, dukungan, nasihat, serta arahan dalam penyelesaian skripsi ini.

(8)

5. Arfah Mardiana Lubis, S.Psi., M.Psi selaku dosen penguji yang telah banyak memberikan masukan dan saran demi kesempurnaan skripsi ini.

6. Seluruh dosen dan staff di FKM USU khususnya Departemen KKK yang telah memberikan ilmu dan membantu penulis menyelesaikan kepentingan administrasi selama masa perkuliahan.

7. Terimakasih kepada kawan- kawan peminatan Kesehatan dan Keselamatan Kerja yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang telah berjuang bersama- sama dalam menyelesaikan skripsi.

8. Seluruh pekerja kelapa sawit dan staff PT. Socfindo kebun Bangun Bandar yang telah membantu penulis dengan memberikan banyak informasi dan data- data yang bersangkutan dengan penulisan skripsi ini.

9. Secara khusus penulis mengucapkan terima kasih yang tiada terhingga kepada kedua orang tua penulis, yaitu Alm. Karliston Sihombing dan Meriati Sipahutar yang telah membesarkan dan mendidik penulis menjadi seperti sekarang, juga atas doa yang tiada henti selalu diberikan kepada penulis.

10. Untuk keluargaku terkasih Franky Sihombing, Mega Rosmawati Sihombing, Edison Sihombing, dr. Simon Andri Sihombing, dan Paulus Sihombing terima kasih untuk kebersamaan, dukungan dan doa yang diberikan kepada penulis.

11. Untuk yang terkasih Rachel Rybka D Sitompul terima kasih untuk kebersamaan, dukungan, bantuan dalam mengerjakan skripsi ini, dan doa yang diberikan kepada penulis.

(9)

Penulis menyadari masih terdapat banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini baik dari segi isi maupun penyajianya. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak dalam rangka penyempurnaan skripsi ini. Akhir kata semoga skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua.

Medan, April 2018 Penulis

Octavianus Sihombing

(10)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

ABSTRAK ... iii

ABSTRACT ... iv

KATA PENGANTAR ...v

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

RIWAYAT HIDUP ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 6

1.3 Tujuan Penelitian ... 6

1.3.1 Tujuan Umum ... 6

1.3.2 Tujuan Khusus ... 6

1.4 Hipotesis Penelitian ... 7

1.5 Manfaat Penelitian ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 9

2.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja ... 9

2.1.1 Pengertian Kecelakan Kerja ... 9

2.1.2 Jenis-jenis Kecelakan Kerja ... 11

2.1.3 Klasifikasi Kecelakaan Kerja ... 11

2.1.4 Usaha- Usaha Pencegahan ... 15

2.2 Alat Pelindung Diri (APD)... 17

2.2.1 Pengertian Alat Pelindung Diri (APD) ... 17

2.2.2 Ketersedian Alat Pelindung Diri (APD) ... 18

2.2.3 Manfaat Alat Pelindung Diri (APD) ... 24

2.2.4 Syarat-syarat Alat Pelindung Diri (APD) ... 25

2.2.5 Kebijakan Tentang Alat Pelindung Diri (APD) ... 26

2.2.6 Masalah Pemakaian Alat Pelindung Diri (APD) ... 30

2.3 Tanaman Sawit ... 31

2.3.1 Pengertian Tanaman Kelapa Sawit ... 31

2.3.2 Panen dan Proses Panen Kelapa Sawit ... 31

2.4 Kecelakan Kerja Perkebunan ... 32

2.5 Kerangka Konsep Penelitian ... 34

(11)

BAB III METODE PENELITIAN ... 35

3.1 Jenis Penelitian ... 35

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 35

3.2.1 Lokasi Penelitian ... 35

3.2.1 Waktu Penelitian ... 35

3.3 Populasi dan Sampel ... 35

3.3.1 Populasi ... 35

3.3.2 Sampel ... 36

3.4 Pengumpulan Data ... 36

3.5 Variabel Penelitian ... 36

3.5.1 Variabel Bebas (Independen Variabel) ... 36

3.5.2 Variabel Terikat (Dependen Variabel) ... 36

3.6 Definisi Operasional Variabel ... 36

3.7 Aspek Pengukuran ... 38

3.5.1 Kecelakan Kerja ... 38

3.5.3 Pemakaian Alat Pelindung Diri ... 38

3.8 Pengolahan Data... 39

3.9 Analisis Data ... 49

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 42

4.1 Gambaran Umum Perusahaan ... 42

4.1.1 Sejarah Singkat Perusahaan ... 42

4.1.2 Visi dan Misi PT. Socfindo ... 45

4.1.2.1 Visi ... 45

4.1.2.2 Misi ... 45

4.2 Hasil Penelitian ... 45

4.2.1 Analisis Univariat ... 45

4.2.1.1 Umur ... 46

4.2.1.2 Masa Kerja ... 46

4.2.1.3 Pendidikan ... 47

4.2.1.4 Pemakaian Alat Pelindung Diri (APD) ... 48

4.2.1.5 Gambaran Ketersediaan APD pada Pekerja Kelapa Sawit di PT. Socfindo Kebun Bangun Bandar Tahun 2017 ... 48

4.2.1.6 Kecelakaan Kerja ... 49

4.2.1.7 Klasifikasi Kecelakaan Kerja pada Pekerja Kelapa Sawit di PT. Socfindo Kebun Bangun Bandar Tahun 2017 ... 50

4.2.2 Analisis Bivariat ... 52

4.2.2.1 Hubungan Pemakaian APD dengan Kecelakaan Kerja ... 52

BAB V PEMBAHASAN ... 54

5.1 Analisis Univariat... 54

5.1.2 Karakteristik Responden ... 54

(12)

5.1.3 Pemakaian Alat pelindung Diri ... 55

5.1.4 Gambaran Ketersedian APD pada Pekerja Kelapa Sawit di PT. Socfindo Kebun Bangun Bandar Tahun 2017 ... 55

5.1.5 Kecelakaan Kerja ... 56

5.1.6 Klasifikasi Kecelakaan Kerja pada Pekerja Kelapa Sawit di PT. Socfindo Kebun Bangun Bandar Tahun 2017 ... 56

5.2 Analisis Bivariat ... 57

5.2.1 Hubungan Pemakaian APD dengan Kecelakaan Kerja pada Pekerja Kelapa Sawit di PT. Socfindo Kebun Bangun Bandar Tahun 2017 ... 57

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 64

6.1 Kesimpulan ... 64

6.2 Saran ... 64

DAFTAR PUSTAKA ... 66

LAMPIRAN ... 69

(13)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Definisi Operasional ... 37 Tabel 4.1 Perkebunan, Komoditi dan Lokasi Perkebunan PT.Socfindo

Medan ... 44 Tabel 4.2 Distribusi Umur Responden pada Pekerja Kelapa Sawit

di PT. Socfindo Kebun Bangun Bandar Tahun 2017 ... 46 Tabel 4.3 Distribusi Masa Kerja Responden pada Pekerja Kelapa Sawit

di PT. Socfindo Kebun Bangun Bandar Tahun 2017 ... 47 Tabel 4.4 Distribusi Pendidikan Responden pada Pekerja Kelapa Sawit

di PT. Socfindo Kebun Bangun Bandar Tahun 2017 ... 47 Tabel 4.5 Distribusi Pemakain APD Responden pada Pekerja Kelapa

Sawit di PT. Socfindo Kebun Bangun Bandar Tahun 2017 ... 48 Tabel 4.6 Distribusi Gambaran Ketersediaan APD Responden pada

Pekerja Kelapa Sawit di PT. Socfindo Kebun Bangun Bandar

Tahun 2017 ... 49 Tabel 4.7 Distribusi Kecelakaan Kerja Responden pada Pekerja Kelapa

Sawit di PT. Socfindo Kebun Bangun Bandar Tahun 2017 ... 49 Tabel 4.8 Distribusi Responden yang Mengalami Kecelakaan Kerja

Menurut Jenis Kecelakaan pada Pekerja Kelapa Sawit

di PT. Socfindo Kebun Bangun Bandar Tahun 2017 ... 50 Tabel 4.9 Distribusi Responden yang Mengalami Kecelakaan Kerja

Menurut Penyebab Kecelakaan pada Pekerja Kelapa Sawit

di PT. Socfindo Kebun Bangun Bandar Tahun 2017 ... 51 Tabel 4.10 Distribusi Responden yang Mengalami Kecelakaan Kerja

Menurut Sifat Luka pada Pekerja Kelapa Sawit di

PT. Socfindo Kebun Bangun Bandar Tahun 2017 ... 51 Tabel 4.11 Distribusi Responden yang Mengalami Kecelakaan Kerja

Menurut Letak Kelainan atau Luka pada Pekerja Kelapa Sawit

di PT. Socfindo Kebun Bangun Bandar Tahun 2017 ... 52 Tabel 4.12 Hubungan Pemakaian APD dengan Kecelakaan Kerja

pada Pekerja Kelapa Sawit di PT. Socfindo Kebun Bangun

Bandar tahun 2017 ... 53

(14)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Konsep ... 34

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Kuesioner Penelitian ... 69

Lampiran 2. Master Data ... 73

Lampiran 3. Output SPSS ... 79

Lampiran 4. Susunan Komisi Pembimbing Skripsi ... 88

Lampiran 5. Surat Izin Penelitian ... 89

Lampiran 6. Surat Balasan Penelitian ... 90

Lampiran 7. Surat Selesai Penelitian ... 91

Lampiran 8. Dokumentasi Penelitian ... 92

(16)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Octavianus Sihombing yang dilahirkan pada tanggal 04 Oktober Tahun 1994 di Duri, beragama Kristen Protestan, tinggal di Jln. Melati No.

16 Duri, Riau. Penulis merupakan anak kelima dari enam bersaudara pasangan Ayahanda Alm. Karliston Sihombing dan Ibunda Meriati Sipahutar.

Pendidikan formal penulis dimulai di Sekolah Dasar Swasta Immanuel 075 Mandau Duri pada tahun 2001 dan selesai tahun 2007, Sekolah Menengah Pertama Negeri 02 Mandau Duri pada tahun 2007 dan selesai tahun 2010, Sekolah Menengah Atas Negeri 01 Mandau Duri pada tahun 2010 dan selesai tahun 2013, pada tahun 2013 melanjutkan pendidikan S1 di Universitas Sumatera Utara Fakultas Kesehatan Masyarakat Program Studi Keselamatan Kerja dan selesai di tahun 2018.

(17)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ditinjau dari letak geografisnya, Negara Indonesia merupakan negara yang beriklim tropis dan memiliki sumber daya alam yang kaya serta tanah yang subur.

Oleh karena itu pemerintah menggalakkan program kerja disektor pertanian dan perkebunan. Pendapatan atau devisa negara juga berasal dari hasil pertanian dan perkebunan tersebut, dan rata-rata penduduk Indonesia bermata pencaharian sebagai petani, sehingga Indonesia dikenal sebagai negara agraris. Sebagai negara agraris pada mulanya pekerjaan perkebunan dilaksanakan secara manual dan tradisional. Pada waktu itu, kebun yang dibuka masih berskala kecil dengan kecelakaan kerja yang tidak begitu diperhatikan. Sejak perkebunan dibuka dengan berskala besar, penerapan teknologi mulai berkembang, baik dalam penggunaan alat-alat besar/mesin-mesin maupun penggunaan bahan kimia untuk pemberantasan hama dan dalam mempertahankan dan meningkatkan kesuburan tanah sesuai dengan komoditi yang ditanam, kecelakaan kerja mulai dirasakan sebagai kendala keberhasilan di sektor perkebunan.

Melalui penggunaan teknologi yang semakin canggih, kecelakaan kerja disektor perkebunan yang bila tidak dikendalikan dengan upaya-upaya keselamatan dan kesehatan kerja akan menimbulkan kerugian baik terhadap tenaga kerja itu sendiri, maupun terhadap perusahaan/unit kerja tersebut. Risiko kerja ini dapat berupa kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang disebabkan oleh faktor- faktor lingkungan kerja yang dihadapi, untuk itu harus diketahui penyebab yang

(18)

dapat menimbulkan kecelakaan dan berusaha mengatasinya sehingga tercapai kondisi perusahaan tanpa kecelakaan atau zero accident (Djati, 2006).

Berdasarkan hal tersebut di atas diperlukan perhatian semua komponen agar masalah keselamatan dalam bekerja dapat ditingkatkan. Pelaksanaan keselamatan di setiap tempat kerja sebagaimana yang diamanatkan Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 dan UU N0. 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, merupakan kewajiban pengusaha untuk melindungi tenaga kerja dari potensi bahaya yang dihadapi. Semuanya untuk mewujudkan kondisi kerja yang aman, sehat, bebas kecelakaan dan penyakit akibat kerja (Depnaker 2003).

Sebagaimana disebutkan dalam Peraturan dan Perundang-undangan tentang perlindungan tenaga kerja maka salah satu cara untuk pencegahan kecelakaan, bahaya-bahaya lingkungan kerja, penyakit akibat kerja dan keselamatan kerja adalah dengan menggunakan alat pelindung diri. Pemakaian alat pelindung diri oleh tenaga kerja merupakan upaya terakhir yang dianjurkan dan bahkan diwajibkan (Siswanto, 1983).

Saat ini peran Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) sangatlah vital, selain sebagai salah satu aspek perlindungan terhadap tenaga kerja juga berperan untuk melindungi aset perusahaan. Hal ini tercermin dalam pokok-pokok pikiran dan pertimbangan dalam Undang-Undang RI No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja yaitu bahwa setiap tenaga kerja berhak mendapat perlindungan atas keselamatan dalam melakukan pekerjaan dan setiap orang lainnya yang berada di tempat kerja perlu terjamin pula keselamatannya serta setiap sumber produksi perlu dipakai dan dipergunakan secara aman dan efisien, sehingga proses produksi berjalan lancar. Hak

(19)

atas jaminan keselamatan ini membutuhkan prasyarat adanya lingkungan kerja yang sehat dan aman bagi tenaga kerja dan masyarakat di sekitarnya (Pudjowati, 2002).

Menurut ILO, di Indonesia rata-rata per tahun terdapat 99.000 kasus kecelakaan kerja. Dari total jumlah itu, sekitar 70% berakibat fatal yaitu kematian dan cacat seumur hidup. Dari data BPJS Ketenagakerjaan akhir tahun 2015 menunjukkan telah terjadi kecelakaan kerja sejumlah 105.182 kasus dengan korban meninggal dunia sebanyak 2.375 orang. Tahun 2014 yaitu 24.910 kasus kecelakaan kerja dan Tahun 2013 yaitu 35.917 kasus kecelakaan kerja.

Berdasarkan data PT Jamsostek Provinsi Sumatera Utara cabang Medan terjadi 744 kasus, Pematang Siantar 299 kasus, Kisaran 489 kasus, Sibolga 71 kasus, Tanjung Morawa 954 kasus, Belawan 1,708 kasus dan Binjai 321 kasus. Dari 4.586 kasus tersebut, dibagi berdasarkan empat klasifikasi yaitu kondisi kerja, cedera, kondisi kerja dan sumber kecelakaan. Berdasarkan klasifikasi kondisi kerja, lanjutnya, di dalam lokasi kerja mencapai 76,93%, kecelakaan saat lalu lintas 14,59% dan di luar lokasi 8.48%. Berdasarkan klasifikasi cedera, pada bagian kaki mencapai angka dominan sebesar 20,80%, kemudian kecelakaan pada jari tangan sebesar 19,28%, kecelakaan pada mata sebesar 13,45%, dan kepala 12,58%.

Kecelakaan kerja dapat terjadi karena disebabkan beberapa faktor antara lain adanya faktor teknologi, manajemen dan manusia. Faktor teknologi terkait dengan kemampuan dari suatu peralatan atau mesin. Faktor manajemen yaitu berupa komitmen, kebijakan, pengawasan dan prosedur kerja mengenai pelaksanaan K3. Faktor manusia yaitu perilaku atau kebiasaan kerja yang tidak aman (Suma’mur, 2002).

(20)

Cara yang terbaik untuk mencegah kecelakaan kerja adalah dengan menghilangkan risikonya atau mengendalikan sumber bahayanya secara teknis dan apabila mungkin, bila tidak mungkin maka perusahaan perlu menyediakan alat pelindung diri yang sesuai bagi pekerja yang berisiko, sesuai dengan Undang- Undang No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja Bab IX pasal 13 yang menyatakan bahwa barang siapa akan memasuki suatu tempat kerja diwajibkan mentaati semua petunjuk keselamatan kerja dan memakai alat pelindung diri yang diwajibkan (Suma’mur, 2002).

PT. Socfin Indonesia (Socfindo) Kebun Bangun Bandar merupakan salah satu dari beberapa perusahaan milik PT. Socfindo yang bergerak dibidang perkebunan kelapa sawit dan karet. Socfin Indonesia (Socfindo) merupakan salah satu perusahaan perkebunan komersil tertua di Indonesia, saat ini beroperasi di wilayah Sumatera Utara dan Aceh dengan budidaya tanaman kelapa sawit dan karet.

Sejak awal pendiriannya tahun 1909, perusahaan ini telah beberapa kali berganti nama dan kepemilikan. Kemudian sejak tahun 1968, nama perusahaan ini ditetapkan menjadi Socfin Indonesia sebagai gabungan dari nama kedua pemilik saham yakni SOCFIN SA dan Pemerintah REPUBLIK INDONESIA.

Sejak perkembangannya, Socfin telah menjadi bagian dari sejarah panjang perkebunan sawit dan karet di Indonesia. Khusus pada perkebunan kelapa sawit, setelah membangun kebun kelapa sawit komersil pertama di dunia, Adrien Hallet (Pendiri) pada tahun 1913 telah mengembangkan teknik pemuliaan benih unggul

(21)

kelapa sawit melalui teknik seleksi massa, sehingga memberikan kontribusi besar pada perkembangan kebun kelapa sawit di Indonesia dan Malaysia.

Pekerja kelapa sawit di PT. Socfindo memiliki tahap-tahap dalam bekerja.

Tahap yang pertama, biasanya pekerja kelapa sawit akan melakukan panen buah dengan cara mendodos dan mengegrek buah telah matang. Tahap kedua, buah yang telah di panen akan di kumpulkan oleh pekerja dan di bawa dengan gerobak, lalu gerobak yang telah berisi buah hasil panen akan di dorong oleh pekerja menuju truk pengangkutan.

Berdasarkan survey pendahuluan yang dilakukan diperoleh data kecelakaan kerja pada PT. Socfindo Kebun Bangun Bandar Kabupaten Serdang Bedagai dua tahun terakhir ini tergolong tinggi. Selama kurun waktu dua tahun (2015-2017 bulan Juni) telah terjadi delapan belas kali kecelakaan kerja di kebun. Pada tahun 2015, terdapat 6 pekerja yang mengalami kecelakaan kerja. Tahun 2016, terdapat 8 pekerja yang mengalami kecelakaan kerja. Tahun 2017 sampai bulan Juni, terdapat 4 pekerja yang mengalami kecelakaan kerja. Hasil survey pendahuluan diketahui kecelakaan kerja yang terjadi pada pekerja kebun kelapa sawit PT.Socfindo berbagai kejadian seperti tertimpa buah kelapa sawit, tertusuk duri, di gigit ular atau hewan buas, terpotong mata pisau engrek, dan terpeleset atau jatuh.

Jumlah pekerja pada perkebunan kelapa sawit PT. Socfindo adalah 38 orang, yang dalam pekerjaannya terbagi 3, yaitu mendodos/ engrek, mengangkut buah dan menimbang, semua pekerja melakukan 3 bagian pekerjaan tersebut dengan bergantian. Hasil observasi awal yang dilakukan menunjukkan bahwa masih ada pekerja yang menggunakan APD belum lengkap pada saat bekerja, dan

(22)

tidak menggunakan satupun APD saat bekerja, walaupun APD telah disediakan dengan lengkap oleh perusahaan.

Kecelakaan kerja terus terjadi dan ancaman kecelakaan kerja masih tetap sering terjadi di sektor perkebunan kelapa sawit yang disebabkan beberapa faktor antara lain adanya faktor teknologi, manajemen dan manusia. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk meneliti lebih dalam hubungan pemakaian APD dengan kecelakaan kerja pada pekerja kelapa sawit di PT. Socfindo kebun Bangun Bandar Kabupaten Serdang Bedagai tahun 2017.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan yang di teliti adalah bagaimana hubungan pemakaian APD dengan kecelakaan kerja pada pekerja kelapa sawit di PT. Socfindo Kebun Bangun Bandar Kabupaten Serdang Bedagai tahun 2017.

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan pemakaian APD dengan kecelakaan kerja pada pekerja kelapa sawit di PT. Socfindo Kebun Bangun Bandar Kabupaten Serdang Bedagai tahun 2017.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui gambaran ketersediaan APD sesuai jumlah pekerja, sesuai jenis pekerjaan, sesuai standar (SNI) dan perawatannya pada pekerja kelapa

(23)

sawit di PT. Socfindo Kebun Bangun Bandar Kabupaten Serdang Bedagai tahun 2017.

2. Untuk mengetahui pemakaian APD pada pekerja kelapa sawit di PT. Socfindo Kebun Bangun Bandar Kabupaten Serdang Bedagai tahun 2017.

3. Untuk mengetahui kecelakaan kerja menurut klasifikasi jenis kecelakaan, penyebab kecelakaan, sifat luka, letak kelainan dan waktu terjadi pada pekerja kelapa sawit di PT. Socfindo Kebun Bangun Bandar Kabupaten Serdang Bedagai tahun 2017.

1.4 Hipotesis Penelitian

Ha : Ada hubungan pemakaian APD dengan kecelakaan kerja pada pekerja kelapa sawit di PT. Socfindo Kebun Bangun Bandar Kabupaten Serdang Bedagai tahun 2017.

1.5 Manfaat Penelitian

1. Untuk memberikan informasi pada pekerja kelapa sawit akan pentingnya pemakaian APD dalam melakukan pekerjaan sehingga dapat melakukan pekerjaan dengan baik dan aman.

2. Sebagai bahan masukan bagi PT Socfindo Kebun Bangun Bandar untuk menyukseskan pemakaian APD di perusahaan.

3. Sebagai bahan masukan bagi Instansi terkait tentang pelaksanan kesehatan dan keselamatan kerja yaitu khususnya tentang pemakaian alat pelindung diri.

(24)

4. Sebagai bahan masukan bagi peneliti-peneliti yang akan datang dalam melakukan penelitian mengenai alat pelindung diri pada pekerja stimulasi.

5. Secara khusus bagi penulis adalah untuk menambah ilmu pengetahuan dan keterampilan dalam penulisan skripsi.

(25)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Keselamatan dan Kesehatan Kerja 2.1.1 Pengertian Kecelakaan Kerja

Menurut Notoadmodjo (2007) perkembangan pesat industri mendorong penggunaan mesin, peralatan kerja dan bahan-bahan kimia dalam proses produksi semakin meningkat. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dapat memberikan kemudahan dalam proses produksi, meningkatnya produktivitas kerja, dan meningkatnya jumlah tenaga kerja. Dengan demikian, banyak pula masalah ketenagakerjaan yang timbul termasuk dalamnya masalah-masalah Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3). Seperti, meningkatnya jumlah dan ragam sumber bahaya di tempat kerja, peningkatan jumlah maupun tingkat keseriusan kecelakaan kerja, penyakit akibat kerja, dan pencemaran lingkungan.

Kesehatan kerja merupakan bagian dari kesehatan masyarakat atau aplikasi kesehatan masyarakat di dalam suatu masyarakat pekerja dan masyarakat lingkungannya. Kesehatan kerja bertujuan untuk memperoleh derajat kesehatan setinggi-tingginya, baik fisik, mental, dan sosial bagi masyarakat pekerja dan masyarakat lingkungan perusahaan atau organisasi melalui usaha-usaha preventif, promotif dan kuratif terhadap gangguan kesehatan akibat kerja atau lingkungannya.

Keselamatan kerja adalah keselamatan yang berhubungan dengan peralatan, tempat kerja, lingkungan kerja, serta cara-cara melakukan pekerjaan. Sekarang ini teknologi sudah lebih maju maka keselamatan kerja menjadi salah satu aspek yang sangat penting, mengingat risiko bahayanya dalam penerapan teknologi.

(26)

Keselamatan kerja merupakan tugas semua orang yang bekerja dan juga masyarakat pada umumnya.

Tujuannya adalah sebagai berikut (Daryanto, 2007) :

1. Melindungi tenaga kerja atas hak keselamatannya dalam melaksanakan pekerjaan.

2. Menjamin keselamatan setiap orang yang berada di tempat kerja.

3. Sumber produksi dipelihara dan dipergunakan secara aman dan efisien.

Manajemen keamanan (safety management), langsung atau tidak langsung, menaruh perhatian terhadap peristiwa kecelakaan kerja. Pada saat ini, perhatian terhadap masalah kecelakaan kerja di perguruan-perguruan tinggi modern telah tumbuh sampai suatu titik yang menunjukkan bahwa kurikulum menejemen perlu mencakup bidang kecelakaan kerja, ini sebagai salah satu program instruksionalnya. Oleh karena itu, untuk memastikannya, kita memerlukan definisi mengenai kecelakaan (accident) tersebut. Para ahli telah menyodorkan sejumlah definisi kecelakaan, diantaranya :

1. Kecelakaan adalah suatu peristiwa yang terjadi secara kebetulan (by chance) atau akibat dari penyebab yang tidak diketahui (unknown causes) yang berkaitan dengan pekerjaan.

2. Kecelakaan adalah peristiwa yang tidak diharapkan dan biasanya tiba-tiba atau peluang yang terjadi karena ketidakhati-hatian atau kelalaian atau penyebab yang tidak dapat dihindari yang berhubungan dengan pekerjaan.

3. Kecelakaan adalah setiap peristiwa yang tidak biasa dan tidak diharapkan yang mengganggu kemajuan kegiatan yang tetap, biasa dan teratur.

(27)

2.1.2 Jenis- Jenis Kecelakaan Kerja

Menurut Anizar (2009) jenis-jenis kecelakaan kerja itu terbagi menjadi dua, yaitu :

1. Kecelakaan industri (industrial accident) yaitu suatu kecelakaan yang terjadi di tempat kerja, karena adanya potensi bahaya yang tidak terkendali.

2. Kecelakaan di dalam perjalanan (community accident) yaitu kecelakaan yang terjadi di luar tempat kerja dalam kaitannya dengan adanya hubungan kerja.

2.1.3 Klasifikasi Kecelakaan Kerja

Klasifikasi kecelakaan akibat kerja menurut Organisasi Perburuhan Internasional 1962 adalah sebagai berikut :

1. Klasifikasi menurut jenis kecelakaan : a. Terjatuh.

b. Tertimpa benda jatuh.

c. Tertumbuk atau terkena benda-benda, terkecuali benda jatuh.

d. Terjepit oleh benda.

e. Gerakan-gerakan melebihi kemampuan.

f. Pengaruh suhu tinggi.

g. Terkena arus listrik.

h. Kontak dengan bahan-bahan berbahaya atau radiasi.

i. Jenis-jenis lain, termasuk kecelakaan-kecelakaan yang data-datanya tidak cukup atau kecelakaan-kecelakaan lain yang belum masuk klasifikasi tersebut.

(28)

2. Klasifikasi menurut penyebab : a. Mesin.

1. Pembangkit tenaga, terkecuali motor-motor listrik.

2. Mesin penyalur (transmisi).

3. Mesin-mesin untuk mengerjakan logam.

4. Mesin-mesin pengolah kayu.

5. Mesin pertanian.

6. Mesin pertambangan.

7. Mesin-mesin lain yang tidak termasuk klasifikasi tersebut.

b. Alat angkut dan alat angkat.

1. Mesin angkat dan peralatannya.

2. Alat angkutan di atas rel.

3. Alat angkut lain yang beroda, terkecuali kereta api.

4. Alat angkutan udara.

5. Alat angkutan air.

6. Alat-alat angkutan lain.

c. Peralatan lain.

1. Bejana bertekanan.

2. Dapur, pembakar dan pemanas.

3. Instalasi pendingin.

4. Instalasi listrik, termasuk motor listrik, tetapi dikecualikan alat-alat listrik (tangan).

5. Alat-alat listrik (tangan).

(29)

6. Alat-alat kerja dan perlengkapannya, kecuali alat-alat listrik.

7. Tangga.

8. Perancah.

9. Peralatan lain yang belum termasuk klasifikasi tersebut.

d. Bahan-bahan, zat-zat dan radiasi.

1. Bahan peledak.

2. Debu, gas, cairan dan zat-zat kimia, terkecuali bahan peledak.

3. Benda-benda melayang.

4. Radiasi.

5. Bahan-bahan dan zat-zat lain yang belum termasuk golongan tersebut.

e. Lingkungan kerja.

1. Di luar bangunan.

2. Di dalam bangunan.

3. Di bawah tanah.

f. Penyebab-penyebab lain yang belum termasuk golongan-golongan tersebut.

1. Hewan.

2. Penyebab lain.

g. Penyebab-penyebab yang belum termasuk golongan tersebut atau data tak memadai.

3. Klasifikasi menurut sifat luka atau kelainan : a. Patah tulang.

b. Dislokasi/keseleo.

c. Regang otot/urat.

(30)

d. Memar dan luka dalam yang lain.

e. Amputasi.

f. Luka-luka lain.

g. Luka di permukaan.

h. Gegar dan remuk.

i. Luka bakar.

j. Keracunan-keracunan mendadak (akut).

k. Akibat cuaca dan lain-lain.

l. Mati lemas.

m. Pengaruh arus listrik.

n. Pengaruh radiasi.

o. Luka-luka yang banyak dan berlainan sifatnya.

p. Lain-lain.

4. Klasifikasi menurut letak kelainan atau luka di tubuh : a. Kepala.

b. Leher.

c. Badan.

d. Anggota atas.

e. Anggota bawah.

f. Banyak tempat.

g. Kelainan umum.

h. Letak lain yang tidak dapat dimasukkan klasifikasi tersebut.

Klasifikasi menurut jenis menunjukkan peristiwa yang langsung

(31)

mengakibatkan kecelakaan dan menyatakan bagaimana suatu benda atau zat sebagai penyebab kecelakaan menyebabkan terjadinya kecelakaan, sehingga sering dipandang sebagai kunci bagi penyelidikan sebab lebih lanjut.

Klasifikasi kecelakaan berguna untuk menemukan sebab-sebab kecelakaan.

Upaya untuk mencari sebab kecelakaan dapat dilakukan dengan analisa kecelakaan.

Analisa kecelakaan tidak mudah, oleh karena penentuan sebab-sebab kecelakaan secara tepat adalah pekerjaan sulit. Klasifikasi kecelakaan yang bersifat jamak adalah pencerminan kenyataan, bahwa kecelakaan akibat kerja jarang sekali disebabkan oleh suatu, melainkan berbagai factor.

2.1.4 Usaha-Usaha Pencegahan

Pencegahan dan penanggulangan kecelakaan kerja haruslah ditujukan untuk mengenal dan menemukan sebab-sebabnya bukan gejala-gejalanya untuk kemudian sedapat mungkin dikurangi atau dihilangkan. Setelah ditentukan sebab- sebab terjadinya kecelakaan atau kekurangan-kekurangan dalam sistem atau proses produksi, sehingga dapat disusun rekomendasi cara pengendalian yang tepat (Syukri, 1997).

Suma’mur (1996) menjelaskan bahwa kecelakaan yang terjadi dapat dicegah dengan hal-hal sebagai berikut :

1. Peraturan perundangan, yaitu ketentuan-ketentuan yang diwajibkan mengenai kondisi kerja pada umumnya, perencanaan, perawatan, dan pengawasan, pengujian, dan cara kerja peralatan.

2. Standarisasi yang ditetapkan secara resmi, setengah resmi, atau tidak resmi misalnya syarat-syarat keselamatan sesuai intruksi alat pelindung diri (APD).

(32)

3. Pengawasan, agar ketentuan undang-undang wajib dipenuhi.

4. Penelitian bersifat teknik, misalnya tentang bahan-bahan yang berbahaya, pagar pengaman, pengujian APD, pencegahan ledakan.

5. Penelitian secara statistik, untuk menetapkan jenis-jenis kecelakaan yang terjadi.

6. Pendidikan meliputi subyek keselamatan sebagai mata ajaran dalam akademi teknik, sekolah dagang ataupun kursus magang.

7. Pelatihan yaitu pemberian instruksi-instruksi praktis bagi pekerja, khususnya bagi pekerja baru dalam hal-hal keselamatan kerja.

8. Asuransi yaitu insentif untuk meningkatkan pencegahan kecelakaan dan usaha keselamatan pada tingkat perusahaan.

Usaha pengendalian kecelakaan kerja pokok menurut Tarwaka (2008) ada 5 usaha, yaitu :

1. Eliminasi

Suatu upaya atau usaha yang bertujuan untuk menghilangkan bahaya secara keseluruhan.

2. Substitusi

Mengganti bahan, material atau proses yang berisiko tinggi terhadap bahan, material atau proses kerja yang berpotensi resiko rendah.

3. Pengendalian rekayasa

Mengubah struktural terhadap lingkungan kerja atau proses kerja untuk menghambat atau menutup jalannya transisi antara pekerja dan bahaya.

(33)

4. Pengendalian administrasi

Mengurangi atau menghilangkan kandungan bahaya dengan memenuhi prosedur atau instruksi. Pengendalian tersebut tergantung pada perilaku manusia untuk mencapai keberhasilan.

5. Alat pelindung diri

Pemakaian alat pelindung diri adalah sebagai upaya pengendalian terakhir yang berfungsi untuk mengurangi keparahan akibat dari bahaya yang ditimbulkan.

2.2 Alat Pelindung Diri (APD)

2.2.1 Pengertian Alat Pelindung Diri (APD)

Perlindungan keselamatan pekerja melalui upaya teknis pengamanan tempat, mesin, peralatan dan lingkungan kerja wajib diutamakan. Namun, kadang- kadang risiko terjadinya kecelakaan masih belum sepenuhnya dapat dikendalikan, sehingga digunakan alat pelindung diri (personal protective equipment).

Jadi penggunaan APD adalah alternatif terakhir yaitu kelengkapan dari segenap upaya teknis pencegahan kecelakaan. Pakaian kerja harus dianggap suatu alat perlindungan terhadap bahaya kecelakaan.

Pakaian pekerja pria yang bekerja melayani mesin seharusnya berlengan pendek, pas (tidak longgar) pada dada atau punggung, tidak berdasi dan tidak ada lipatan atau pun kerutan yang mungkin mendatangkan bahaya. Wanita sebaiknya memakai celana panjang, jala atau ikat rambut, baju yang pas dan tidak mengenakan perhiasaan.

(34)

Pakaian kerja sintetis hanya baik terhadap bahan kimia korosif, tetapi justru berbahaya pada lingkungan kerja dengan bahan yang dapat meledak oleh aliran listrik statis (Suma’mur, 2009).

2.2.2 Ketersedian Alat Pelindung Diri (APD)

PT. Socfindo Kebun Bangun Bandar sudah menerapkan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja dengan baik, termasuk dalam penggunaan alat pelindung diri.

Berdasarkan survey pendahuluan yang dilakukan peneliti telah diketahui beberapa APD yang disediakan dan digunakan pekerja kebun di PT. Socfindo untuk melindungi pekerja dari potensi bahaya terdiri dari pelindung kepala (safety helmet), pelindung tangan (gloves), pelindung mata dan wajah (googles, face shield), pelindung pernapasan (masker),pelindung kaki (safety shoes), dan pelindung pakaian.

1. Alat Pelindung Kepala (Safety Helmet)

Alat pelindung kepala (safety helmet) digunakan untuk melindungi pekerja dari bahaya terbentur oleh benda tajam atau benda keras yang dapat meyebabkan luka gores, terpotong, tertusuk, kejatuhan benda, atau terpukul oleh benda-benda yang melayang di udara (seperti kejatuhan buah sawit dan pelepah). Safety helmet juga berfungsi untuk melindungi rambut pekerja dari bahaya terjepit mesin yang berputar, bahaya panas radiasi, dan percikan bahan kimia.

Safety helmet dapat terbuat dari berbagai bahan, antara lain plastic, fiberglass dan logam. Di Indonesia belum ada standar/klasifikasi untuk safety helmet. Di amerika terdapat 4 (empat) jenis safety helmet yaitu (Milos, 2007) :

(35)

a. Kelas A : untuk penggunaan umum dan untuk tegangan listrik yang terbatas.

b. Kelas B : tahan terhadap tegangan listrik tinggi.

c. Kelas C : tanpa perlindungan terhadap tegangan listrik, biasanya terbuat dari logam.

d. Kelas D : yang digunakan untuk pemadam kebakaran.

Safety helmet yang baik harus memiliki standar umum sebagai berikut (Milos, 2007) :

a. Bagian dari luarnya harus kuat dan tahan terhadap benturan atau tusukan benda-benda runcing. Cara mengujinya : diuji dengan menjatuhkan benda seberat 3 kg dari ketinggian 1 m, safety helmet tidak boleh pecah.

b. Jarak antara lapisan luar dan lapisan dalam dibagian puncak 4 – 5 cm.

c. Tidak menyerap air. Cara mengujinya : diuji dengan merendam dalam air selama 24 jam, air yang diserap kurang 5% beratnya.

d. Tahan terhadap api. Cara mengujinya : diuji dengan membakar safety helmet selama 10 detik dengan pembakar bunsen atau propan, dengan nyala api bergaris tengah 1 cm. Api harus padam setelah 5 detik.

e. Tahan terhadap tegangan arus listrik. Cara mengujinya : untuk listrik tegangan tinggi diuji dengan mengalirkan arus bolak balik 20.000 volt dan 60 Hz selama 3 menit, kebocoran arus harus lebih kecil dari 9 mA. Sedangkan untuk listrik tegangan rendah diuji dengan mengalirkan arus bolak-balik 2200 volt dan 60 Hz selama 1 menit, kebocoran harus kurang dari 9 mA.

(36)

2. Pelindung Tangan (Gloves)

Pelindung tangan digunakan untuk melindungi tangan dan jari-jari dari api, panas, dingin, radiasi elektromagnetik, dan radiasi mengion, listrik, bahan kimia, benturan dan pukulan, luka, lecet dan infeksi. Menurut bentuknya alat pelindung tangan dan jari dapat dibedakan menjadi (Milos, 2007) :

a. Sarung tangan (gloves).

b. Mitten : Sarungan tangan dengan ibu jari terpisah sedang jari lain menjadi satu.

c. Hand pad : Melindungi telapak tangan.

d. Sleeve : Untuk pergelangan tangan sampai lengan, biasanya digabung dengan sarung tangan.

Bahan untuk sarung tangan bermacam-macam bahannya, sesuai dengan fungsinya:

a. Bahan asbes, katun, wool untuk panas dan api.

b. Bahan kulit untuk panas, listrik, luka dan lecet.

c. Bahan karet alam atau sintetik untuk kelembaban air dan bahan kimia.

d. Bahan PVC (Poli Vinil Chloride) untuk zat kimia, asam kuat dan oksidator.

3. Pelindung Mata dan Wajah (googles, face shield)

Pelindung mata dan wajah digunakan untuk melindungi mata dan wajah dari lemparan benda-benda kecil, lemparan benda-benda panas, pengaruh cahaya, pengaruh radiasi tertentu, dan bahaya kimia. Lensa alat pelindung muka dan wajah dapat terbuat dari bahan gelas/kaca biasa dan plastik. Bahan gelas ada 2 jenis yaitu gelas yang ditempa secara panas, dan gelas dengan laminasi aluminium. Sedangkan dari bahan plastik ada beberapa jenis yaitu selulosa asetat, akrilik, poli karbonat,

(37)

allyl, diglycol carbonat. Syarat-syarat yang harus dimiliki alat pelindung mata dan wajah (Milos, 2007) :

a. Ketahanan terhadap api, sama dengan helm.

b. Ketahanan terhadap lemparan-lemparan benda. Cara mengujinya : diuji dengan menjatuhkan bola yang berdiameter 1 inchi, dengan bebas dari ketinggian 125 cm, mengenai lensa pada titik pusat geometris lensa, lensa tidak boleh pecah dan tergeser dari framenya.

c. Syarat optis tertentu. Lensa tidak boleh mempunyai efek distorsi/efek prisma lebih dari 1/16 prisma dioptri, artinya perbedaan refraksi, harus lebih dari 1/16 dioptri.

d. Tahan terhadap radiasi. Prinsipnya kacamata yang hanya tahan terhadap panjang gelombang tertentu; standar Amerika ada 16 jenis kaca dengan sifat- sifat tertentu.

Menurut OSHA jenis-jenis pelindung mata dan wajah terdiri dari :

a. Safety spectacles : kacamata ini mempunyai lensa yang terbuat dari gelas atau plastik yang tahan terhadap benturan, dengan atau tanpa pelindung samping.

b. Googles : pelindung mata yang sepenuhnya melindungi mata, rongga mata, dan sekitar area dari paparan debu dan percikan bahan korosif.

c. Welding shields : digunakan untuk melindungi mata dari inframerah, radiasi cahaya yang berlebihan dan juga untuk melindungi mata dan wajah dari serpihan partikel kecil, percikan api dari kegiatan pengelasan, brazing, pematrian, dan pemotongan. Lensanya terbuat dari kaca-serat atau serat yang ditempa panas serta memiliki filter pada lensanya.

(38)

d. Laser safety googles : kacamata ini khusus dibuat untuk melindungi mata pekerja dari gelombang sinar laser tertentu yang spesifik penggunaannya.

e. Face shields : digunakan untuk melindungi bagian wajah dari alis mata sampai dagu dari paparan debu, percikan api, bahan korosif. Penggunaannya dapat dikombinasikan dengan menggunakan googles.

4. Pelindung Pernapasan (Masker)

Masker digunakan untuk melindungi saluran pernapasan dari pernapasan secara inhalasi terhadap sumber-sumber bahaya di udara pada tempat kerja seperti kekurangan oksigen, pencemaran oleh partikel (debu, kabut, asap dan uap logam), pencemaran oleh gas atau uap (Milos, 2007). Penggunaannya selain menutup mulut dan hidung, ada juga yang mencakup wajah dan kepala. Penggunaan masker hendaklah memperhatikan apa yang sebaiknya digunakan, dengan memperhatikan jenis bahaya yang dihadapi dan berapa banyak kontak dengan bahan berbahaya tersebut. Berdasarkan jenisnya masker dibagi menjadi 2 (dua) yaitu masker debu dan masker carbon (Milos, 2007).

a. Masker debu

Melindungi dari debu phylon, buffing, grinding, serutan kayu dan debu lain yang tidak terlalu beracun. Masker debu tidak dapat melindungi dari uap kimia, asap cerobong dan asap dari pengelasan.

b. Masker carbon

Melindungi dari bahan kimia yang daya toxicnya rendah yang memiliki absorben dari karbon aktif. Masker carbon harus disertifikasi oleh badan sertifikasi.

(39)

5. Pakaian Pelindung

Pakaian pekerja harus dianggap sebagai alat pelindung diri. Pakaian tenaga kerja pria yang bekerja melayani mesin seharusnya berlengan pendek, pas dan bagian dada atau punggung tidak ada lipatan-lipatan yang memungkinkan mendatangkan bahaya. Pakaian kerja wanita sebaiknya memakai celana panjang, baju yang pas, tutup rambut dan tidak memakai perhiasan-perhiasan.

Pakaian kerja khusus untuk pekerja dengan sumber-sumber berbahaya tertentu seperti :

a. Terhadap radiasi panas

Pakaian kerja untuk radiasi panas harus dilapisi bahan yang bias merefleksikan panas biasanya aluminium dan berkilap, sedangkan pakaian kerja untuk panas konveksi terbuat dari katun yang mudah menyerap keringat serta longgar.

b. Terhadap radiasi mengion

Pakaian harus dilengkapi dengan timbal dan biasanya berupa apron.

c. Terhadap cairan dan bahan-bahan kimiawi

Pakaian kerja terbuat dari plastik atau karet (Milos, 2007).

6. Pelindung Kaki (Safety Shoes)

Safety shoes digunakan untuk melindungi kaki dari tertimpa benda-benda berat, terbakar karena logam cair atau bahan korosif, dermatitis karena zat-zat kimia, tertusuk benda runcing, kemungkinan tersandung atau tergelincir. Safety shoes dapat terbuat dari bahan kulit, karet sintetik atau plastik. Safety shoes yang digunakan harus disesuaikan dengan jenis risikonya seperti (Milos, 2007) :

(40)

a. Untuk melindungi jari-jari kaki terhadap benturan dan tertimpa benda-benda keras, safety shoes dilengkapi dengan penutup jari dari baja atau campuran baja dengan karbon.

b. Untuk mencegah tergelincir dipakai sol anti slip luar dari karet alam atau sintetik dengan bermotif timbul (permukaan kasar).

c. Untuk mencegah tusukan dari benda-benda runcing, sol dilapisi dengan logam.

d. Terhadap bahaya listrik, sepatu seluruhnya harus dijahit atau direkat, tidak boleh menggunakan paku.

e. Untuk pekerja yang bekerja dengan mesin-mesin berputar tidak diperkenankan menggunakan sepatu yang menggunakan tali.

2.2.3 Manfaat Alat Pelindung Diri (APD)

Alat Pelindung Diri (APD) digunakan sebagai cara terakhir untuk melindungi pekerja dari potensi bahaya yang ada apabila pengendalian engineering dan administratif telah dilakukan/tidak mungkin dilakukan/dalam keadaan darurat.

APD tidak dapat menghilangkan ataupun mengurangi bahaya yang ada, APD hanya mengurangi jumlah kontak dengan bahaya dengan menempatkan penghalang antara pekerja dengan bahaya. Sebagai upaya terakhir dalam usaha melindungi tenaga kerja, APD haruslah enak dipakai, tidak mengganggu kerja dan memberikan perlindungan yang efektif terhadap bahaya.

Oleh sebab itu menurut Budiono (2008), APD yang telah dipilih hendaknya memberikan perlindungan yang adekuat terhadap bahaya yang spesifik atau bahaya yang dihadapi oleh pekerja, beratnya harus seringan mungkin dan tidak menyebabkan rasa ketidaknyamanan yang berlebihan, harus dapat dipakai secara

(41)

fleksibel, bentuknya harus cukup menarik, tidak mudah rusak, tidak menimbulkan bahaya-bahaya tambahan bagi pemakainya, suku cadangnya harus mudah diperoleh sehingga pemeliharaan alat pelindung diri dapat dilakukan dengan mudah, memenuhi ketentuan dari standar yang ada, pemeliharaannya mudah, tidak membatasi gerak, dan rasa tidak nyaman tidak berlebihan (rasa tidak nyaman tidak mungkin hilang sama sekali, namun diharapkan masih dalam batas toleransi). Oleh sebab itu pemeliharaan dan pengendalian APD penting karena alat pelindung diri sensitif terhadap perubahan tertentu, punya masa kerja tertentu dan APD dapat menularkan beberapa jenis penyakit jika secara bergantian.

2.2.4 Syarat-syarat Alat Pelindung Diri (APD)

Dalam menyediakan perlindungan terhadap bahaya, prioritas pertama seorang majikan adalah melindungi pekerjanya secara keseluruhan ketimbang secara individu. Penggunaan PPE hanya dipandang perlu jika metode-metode perlindungan yang lebih luas ternyata tidak praktis dan tidak terjangkau. Dengan seluruh jenis PPE yang tersedia, pemasok akan menyarankan jenis yang paling sesuai untuk kebutuhan pelindungan pekerja dan dapat menawarkan beberapa pilihan berdasarkan material, desain, warna dan sebagainya.

Persyaratan umum penyediaan alat pelindung diri (personal protective equipment) tercantum dalam Personal Protective Equipment at Work Regulation 1992.

PPE yang efektif harus :

1. Sesuai dengan bahaya yang dihadapi.

2. Terbuat dari material yang akan tahan terhadap bahaya tersebut.

(42)

3. Cocok bagi orang yang akan menggunakannya.

4. Tidak mengganggu kerja operator yang sedang bertugas.

5. Memiliki kontruksi yang sangat kuat.

6. Tidak mengganggu PPE lain yang sedang dipakai secara bersamaan.

7. Tidak meningkatkan risiko terhadap pemakainya.

PPE harus :

1. Disediakan secara gratis.

2. Diberikan satu perorang atau jika tidak, harus dibersihkan setelah digunakan.

3 Hanya digunakan sesuai peruntukannya.

4 Dijaga dalam kondisi baik.

5. Diperbaiki atau diganti jika mengalami kerusakan.

6. Disimpan ditempat yang sesuai ketika tidak digunakan.

Operator-operator yang menggunakan PPE harus memperoleh : 1. Informasi tentang bahaya yang dihadapi.

2. Intruksi tentang tindakan pencegahan yang perlu diambil.

3. Pelatihan tentang penggunaan peralatan dengan benar.

4. Konsultasi dan diizinkan memilih PPE yang tergantung pada kecocokannya.

5. Pelatihan cara memelihara dan menyimpan PPE dengan rapi.

6. Intruksi agar melaporkan setiap kecacatan atau kerusakan.

2.2.5 Kebijakan Tentang APD

Undang-Undang Nomor 1 tahun 1970 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) memberikan perlindungan hukum kepada tenaga kerja yang bekerja agar tempat dan peralatan produksi senantiasa berada dalam keadaan selamat dan

(43)

aman bagi mereka. Selain itu pasal 86, paragraf 5 keselamatan dan kesehatan kerja, bab X Undang-Undang RI No. 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan antara lain menyatakan bahwa setiap pekerja mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas K3 untuk melindungi keselamatan pekerja guna mewujudkan produktivitas kerja yang optimal diselenggarakan upaya K3, dan perlindungan sebagaimana dimaksud dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundangundangan yang berlaku.

Penjelasan pasal 86, ayat 2 menyatakan upaya K3 dimaksudkan untuk memberikan jaminan keselamatan dan meningkatkan derajat kesehatan para pekerja dengan cara pencegahan kecelakaan dan penyakit akibat kerja, pengendalian bahaya di tempat kerja, promosi kesehatan, pengobatan, dan rehabi-litasi (Suma’mur, 2009).

Oleh karena itu upaya perlindungan terhadap pekerja akan bahaya khususnya pada saat melaksanakan kegiatan/proses di tempat kerja perlu dilakukan oleh pihak manajemen perusahaan. Salah satu upaya perlindungan terhadap tenaga kerja tersebut adalah dengan penggunaan alat pelindung diri (APD). Undang- Undang RI No. 1 tahun 1970 tentang keselamatan kerja khususnya pasal 9, 12 dan 14 yang mengatur penyediaan dan penggunaan alat pelindung diri ditempat kerja baik pengusaha maupun tenaga kerja. Demikian juga Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor PER.08/MEN/VII/2010 tentang Alat Pelindung Diri telah mengatur tentang penggunaan APD adalah antara lain :

a. Pasal 3 ayat 1 butir f menyatakan bahwa salah satu syarat-syarat keselamatan kerja adalah dengan cara memberikan alat pelindung diri (APD) pada pekerja.

(44)

b. Pasal 9 ayat 1 butir c menyatakan bahwa pengurus (perusahaan) diwajibkan menunjukkan dan menjelaskan pada setiap tenaga kerja baru tentang alat-alat pelindung diri bagi tenaga kerja yang bersangkutan.

c. Pasal 12 butir b menyatakan bahwa tenaga kerja diwajibkan untuk memakai alat pelindung diri (APD).

d. Pasal 12 butir e menyatakan bahwa pekerja boleh mengatakan keberatan apabila alat pelindung diri yang diberikan diragukan tingkat keamanannya.

e. Pasal 13 menyatakan bahwa barang siapa akan memasuki suatu tempat kerja, diwajibkan mentaati semua petunjuk keselamatan kerja dan memakai alat pelindung diri yang diwajibkan.

f. Pasal 14 butir c menyatakan bahwa pengurus (pengusaha) diwajibkan untuk mengadakan secara cuma-cuma, semua alat perlindungan diri yang diwajibkan pada tenaga kerja yang berada dibawah pimpinannya dan menyediakan bagi setiap orang lain yang memasuki tempat kerja tersebut, disertai dengan petunjuk-petunjuk yang diperlukan menurut petunjuk pegawai pengawas atau ahli-ahli keselamatan kerja.

Peraturan lain yang mengatur penggunaan APD adalah Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 01/Men/1981, disebutkan dalam pasal 4 ayat 3, bahwa pengurus wajib menyediakan secara cuma-cuma semua alat perlindungan diri yang diwajibkan penggunaannya oleh tenaga kerja yang berada di bawah pimpinannya untuk mencegah penyakit akibat kerja. Begitu pula dalam pasal 5 ayat 2 disebutkan bahwa tenaga kerja harus memakai alat-alat perlindungan diri yang diwajibkan untuk pencegahan penyakit akibat kerja.

(45)

Kebijakan sebuah perusahaan tentang pelaksanaan K3 dijelaskan dengan detail dalam bentuk peraturan-peraturan. Kepastian hukum yang kuat akan memberikan kemantapan dalam pengawasan. Karena apabila diberi teguran dan peringatan tidak dihiraukan maka perangkat peraturanlah yang akan berperan dalam hal pemberian sanksi. Maka peraturan yang berkaitan dengan situasi kerja merupakan upaya yang dilakukan dalam meningkatkan efektifitas pelaksanaan program K3 di sebuah perusahaan. Adanya kebijakan dalam bentuk sanksi dan pemberian penghargaan/hadiah ternyata mempunyai makna dalam meningkatkan motivasi berperilaku pekerja terutama dalam penggunaan APD.

Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Pudjowati pada tahun 2002 dikatakan bahwa secara statistik tidak ada perbedaan yang bermakna antara persentase yang menyatakan ada kebijakan dengan yang menyatakan tidak ada kebijakan dalam pemakaian APD. Menurut pendapatnya bahwa kebijakan yang dilakukan oleh pihak manajemen terkesan sebagai suatu hal yang tidak banyak memberikan motivasi positif kepada pekerja, padahal motivasi ini sangat diperlukan agar para pekerja lebih peduli lagi terhadap pentingnya penggunaan APD.

Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Sumbung pada tahun 2010 dikatakan bahwa secara statistik variabel kebijakan terbukti mempunyai hubungan bermakna terhadap penggunaan APD. Didalam hal kebijakan, semua responden mengetahui adanya peraturan tentang diberlakukannya penggunaan APD. Pekerja juga mengetahui jika mereka melanggar peraturan, maka mereka akan mendapatkan sanksi dari perusahaan. Namun sanksi yang ada tidak jalan

(46)

sebagaimana mestinya, juga tidak ada penghargaan bagi yang memenuhi peraturan khususnya yang bersifat individual sehingga tidak memberikan dorongan kepada pekerja untuk lebih peduli terhadap penggunaan APD.

2.2.6 Masalah Pemakaian Alat Pelindung Diri (APD)

Adapun yang menjadi masalah dalam pemakaian alat pelindung diri (APD), yaitu (Santoso, 2004) :

1. Pekerja tidak mau memakai dengan alasan.

a. Tidak sadar/tidak mengerti.

b. Panas.

c. Sesak.

d. Tidak enak dipakai.

e. Tidak enak dipandang.

f. Berat.

g. Mengganggu pekerjaan.

h. Tidak sesuai dengan bahaya yang ada.

i. Tidak ada sangsi.

j. Atasan juga tidak memakai.

2. Tidak disediakan oleh perusahaan.

a. Ketidakmengertian.

b. Pura-pura tidak mengerti.

c. Alasan bahaya.

d. Dianggap sia-sia (karena pekerja tidak mau memakai).

3. Pengadaan oleh perusahaan.

(47)

a. Tidak sesuai dengan bahaya yang ada.

b. Asal beli (terutama memilih yang murah).

2.3 Tanaman Sawit

2.3.1 Pengertian Tanaman Kelapa Sawit

Kelapa sawit (Elaeis) adalah tumbuhan industri penting penghasil minyak masak, minyak industri, maupun bahan bakar (biodiesel). Perkebunannya menghasilkan keuntungan besar sehingga banyak hutan dan perkebunan lama dikonversi menjadi perkebunan kelapa sawit. Indonesia adalah penghasil minyak kelapa sawit terbesar di dunia. Di Indonesia penyebarannya di daerah Aceh, pantai timur Sumatra, Jawa, Kalimantan, dan Sulawesi.

Kelapa sawit pertama kali diperkenalkan di Indonesia oleh pemerintah kolonial Belanda pada tahun 1848. Ketika itu ada empat bibit kelapa sawit yang dibawa oleh Mauritius dari Amsterdam dan ditanam di Kebun Raya Bogor.

Tanaman Kelapa Sawit mulai diusahakan dan dibudidayakan secara komersial pada tahun 1911 di Aceh dan Sumatera Utara oleh Adrien Hallet, seorang berkebangsaan Belgia. Luas kebun kelapa sawit terus bertambah dari tahun ke tahun.

2.3.2 Panen dan Proses Panen Kelapa Sawit

Panen adalah pemotongan tandan buah dari pohon sampai dengan pengangkutan ke pabrik yang meliputi kegiatan pemotongan tandan buah matang, pengutipan brondolan, pemotongan pelepah, pengangkutan hasil ke TPH, dan pengangkutan hasil ke pabrik (PKS).

Panen merupakan salah satu kegiatan penting dalam pengelolaan tanaman

(48)

kelapa sawit menghasilkan. Selain bahan tanam (bibit) dan pemeliharaan tanaman, panen juga merupakan faktor penting dalam pencapain produktivitas.

Berdasarkan tinggi tanaman ada 2 cara panen yg umum di lakukan oleh perkebunan kelapa sawit.

Cara-cara tersebut di antaranya adalah :

1. Menggunakan gagang pipa besi/tongkat kayu (Dodos).

Untuk tanaman yg berumur kurang dari 7 tahun cara panen menggunakan alat dodos yg lebar 10-72,5 cm. Dengan cara ini pekerja harus mengangkat alat dodos dan menancapkannya ke buah yang akan di panen, sehingga buah yang tertancap mata pisau dodos akan jatuh ke bawah.

2. Menggunakan egrek yang di sambung dengan pipa almunium atau tongkat bambu (Egrek).

Untuk tanaman yg berumur 7 tahun atau lebih, pekerja harus menggunakan egrek yang di sambung dengan tongkat yang panjang di karenakan kelapa sawit yang akan di panen lebih tinggi. Dengan cara ini pekerja harus mengangkat egrek dan menancapkannya ke buah yang akan di panen.

2.4 Kecelakaan Kerja Perkebunan

Bentuk kecelakaan kerja di perkebunan, khususnya perkebunan sawit adalah tertimpa pelepah dan buah, mata terkena kotoran dan duri bagi buruh bagian panen. Terkena tetesan gromoxone, roun-dup dan terhirup racun pestisida, fungisida dan insektisida terutama pekerjaan yang berhubungan dengan penyemprotan. Bentuk kecelakaan kerja tersebut berdampak pada resiko cacat

(49)

anggota tubuh seperti mata buta bagi pemanen buah sawit dan penderes karet, cacat kelahiran terutama bagi wanita penyemprot, bahkan menemui ajal ketika tertimpa tandan buah segar (TBS).

Umumnya penyebab kecelakaan kerja adalah tempat kerja yang tidak aman seperti lokasi yang tidak rata menyulitkan memanen, lokasi kerja bersemak tempat bersemainya binatang berbisa jalan licin dan berlobang terpeleset. Serta budaya kerja kurang beradap seperti alat pelindung kerja tidak cukup atau tidak memenuhi standar keselamatan kerja dan perilaku tidak mengindahkan kerja yang benar terutama akibat minimnya sosialisasi dan pelatihan kerja bagi buruh perkebunan.

Dengan demikian di sektor perkebunan potensi kecelakaan kerja cukup tinggi. Sedangkan penyebab kecelakaan kerja di perkebunan umumnya disebabkan oleh :

1. Lingkungan kerja fisik oleh pemakaian alat/mesin (suara, panas, sinar, dan lainnya).

2. Lingkungan kerja kimia oleh pemakaian bahan kimia (pupuk, pestisida, dan lainnya).

3. Lingkungan kerja biologis oleh makhluk hidup (babi, tikus, landak, lalat anclylostoma, dan lain-lain).

4. Lingkungan kerja ergonomi oleh pemakaian alat yang tidak sesuai dengan keterbatasan kemampuan anatomi dan fisiologis tenaga kerja.

5. Lingkungan kerja umumnya disebabkan oleh suasana kerja, lokasi pemukiman jauh dari kota.

6. Human Error (Sumber daya manusia yang salah).

(50)

2.5 Kerangka Konsep Penelitian

Variabel Independen Variabel Dependen

Gambar 2.1 Kerangka Konsep

Pemakaian APD Kecelakaan Kerja

(51)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini bersifat survey analitik yaitu penelitian untuk mencari hubungan antara pemakaian APD dengan kecelakaan kerja. Dengan menggunakan desain studi cross-sectional yaitu mencari hubungan dengan variabel dependen (informasi dan gambaran analisis mengenai situasi yang ada) dalam waktu yang bersamaan. Penggunaan jenis penelitian yang dimaksud adalah untuk mengetahui bagaimana hubungan pemakaian APD dengan kecelakaan kerja pada pekerja kelapa sawit di PT. Socfindo Kebun Bangun Bandar Kabupaten Serdang Bedagai tahun 2017.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di PT. Socfindo Kebun Bangun Bandar Afdeling 1 Kabupaten Serdang Bedagai.

3.2.2 Waktu Peneltian

Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni 2017 sampai bulan Februari 2018.

3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi

Populasi penelitian ini adalah seluruh pekerja kelapa sawit yang bekerja di

(52)

Kebun Bangun Bandar Afdeling 1 Kabupaten Serdang Bedagai PT. Socfindo yang dalam pekerjaannya memerlukan Alat Pelindung Diri (APD) berjumlah 38 orang.

3.3.2 Sampel

Sampel adalah total populasi atau seluruh populasi dijadikan sampel yang berjumlah 38 orang.

3.4 Pengumpulan Data

Pengumpulan data diperoleh dengan dua cara, yakni data primer (wawancara langsung kepada responden dan observasi) dan data sekunder yang diperoleh dari Profil PT. Socfindo Kebun Bangun Bandar Kabupaten Serdang Bedagai meliputi data geografis kebun Socfindo dan Visi, Misi PT. Socfindo.

3.5 Variabel Penelitian

3.5.1 Variabel Bebas (Independen Variabel)

Adapun yang menjadi variabel bebas (Independent Variabel) adalah : Pemakaian APD.

3.5.2 Variabel Terikat (Dependen Variabel)

Adapun yang menjadi variabel terikat (Dependen Variabel) adalah : Kecelakaan Kerja.

3.6 Definisi Operasional Variabel

Variabel penelitian ini dibagi dalam 2 (dua) kelompok, yaitu variabel bebas (independent variable) dan variabel terikat (dependent variable). Variabel bebas adalah Pemakaian Alat Pelindung Diri. Variabel terikat adalah Kecelakaan Kerja.

(53)

Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel Defenisi Alat

Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala Ukur Kecelakaan

kerja

Kecelakaan yang terjadi pada saat pekerja bekerja di tahun 2017.

Kuesioner Menggunaka n kuesioner.

Yang terdiri

dari 32

pertanyaan dengan alternatif jawaban : Ya= 1 dan Tidak = 0

3. Ada = jika nilai 1

4. Tidak ada = jika nilai 0

Ordina l

Pemakaian APD

APD yang digunakan pekerja pada saat bekerja dengan lengkap / tidak

lengkap terdiri dari pelindung kepala (safety helmet), pelindung tangan (gloves), pelindung mata dan wajah (googles, face shield), pelindung pernapasan (masker), dan pelindung kaki (safety shoes), pelindung pakaian.

Kuesioner Menggunaka n kuesioner.

Yang terdiri

dari 18

pertanyaan dengan alternatif jawaban : Ya

= 1 dan Tidak

= 0

1. Memaka i dengan lengkap (6 APD) 2. Tidak

memakai dengan lengkap (<6APD)

Ordina l

(54)

3.7 Aspek Pengukuran 3.7.1 Kecelakaan Kerja

Untuk mengukur variabel Kecelakaan Kerja dilakukan dengan cara pembagian lembar kuesioner untuk menanyakan kecelakaan kerja yang terjadi tahun 2017 yang diberi 32 pertanyaan dengan alternatif jawaban Ya dan Tidak, dimana jawaban Ya diberi nilai 1, dan Tidak diberi nilai 0. Maka nilai tertinggi yang didapat adalah 32 dan nilai terendah adalah 0.

Berdasarkan jumlah yang diperoleh maka Kecelakaan Kerja dapat dikategorikan :

1. Ada kecelakaan kerja = jika jawaban responden dengan nilai 1 2. Tidak ada kecelakaan kerja = jika jawaban responden dengan nilai 0 3.7.2 Pemakaian Alat Pelindung Diri

Untuk mengukur variabel Pemakaian Alat Pelindung Diri dilakukan dengan cara pembagian lembar kuesioner yang diberi 18 pertanyaan dengan alternatif jawaban Ya dan Tidak, dimana jawaban Ya diberi nilai 1, dan Tidak diberi nilai 0.

Maka nilai tertinggi yang didapat adalah 18 dan nilai terendah adalah 0.

Berdasarkan jumlah yang diperoleh maka Pemakaian Alat Pelindung Diri dapat dikategorikan :

1 Memakai dengan lengkap = jika jawaban responden dengan nilai 6 APD

2. Tidak memakai dengan lengkap = jika jawaban responden dengan nilai < 6 APD

(55)

3.8 Pengolahan Data

Setelah data terkumpul maka data diolah dengan langkah sebagai berikut : 1. Editing, yaitu setelah data dikumpulkan, data tersebut diolah sedemikian rupa

sehingga jelas sifat-sifat yang dimiliki oleh data tersebut. Dalam tahap ini kegiatan yang dilakukan, antara lain memeriksa kelengkapan data, memeriksa kesinambungan data, dan memeriksa keseragaman data.

2. Coding, yaitu proses pemberian kode pada jawaban kuesioner untuk memudahkan data ketika dimasukkan ke dalam komputer (komputerisasi).

Coding merupakan kegiatan merubah data berbentuk huruf menjadi data berbentuk angka.

3. Entry Data, yaitu proses memasukkan data dari kuesioner ke dalam komputer dengan menggunakan bantuan program komputer setelah semua jawaban kuesioner diberikan kode serta kuesioner terisi penuh dan benar.

4. Cleaning, yaitu proses pengecekan kembali data yang sudah di entry untuk memastikan tidak terdapat kesalahan pada data tersebut. Kemudian data tersebut telah siap diolah dan dianalisis.

5. Tabulating, yaitu mengelompokkan data tersebut ke dalam suatu tabel tertentu menurut sifat-sifat yang dimilikinya, sesuai dengan tujuan dan variabel penelitian.

3.9 Analisis Data

Penelitian ini menggunakan analisis univariat dan analisis bivariat.

(56)

1. Analisis univariat merupakan suatu analisis untuk mendeskripsikan masing- masing variabel yang diteliti. Analisis ini bertujuan untuk mengetahui gambaran distribusi frekuensi dan persentase dari variabel dependen dan independen yang ada pada penelitian ini, yaitu variabel Kecelakaan Kerja dan pemakaian APD.

2. Analisis bivariat dilakukan untuk melihat hubungan antara faktor independen dengan faktor dependen. Variabel independen terdiri dari: Pemakaian APD, sedangkan variabel dependen yaitu Kecelakaan Kerja. Analisis menggunakan uji statistik Chi Square (X2) dengan α= 0,05.

Persamaan Chi Square:

df = (k-1) (b-1)

Keterangan :

X2 = Chi Square

O = Nilai yang diamati (Observasi) E = Nilai yang diharapkan (Ekspetasi) df = derajat kebebasan (degree of freedom) k = Jumlah kolom

b = Jumlah baris

Gambar

Tabel 3.1  Definisi Operasional  Variabel  Defenisi  Alat
Tabel 4.1  Perkebunan,  Komoditi  dan  Lokasi  Perkebunan  PT.  Socfindo  Medan
Gambar 2. Pekerja Sedang Bekerja Mendorong Gerobak
Gambar 3. Pekerja Sedang Mengegrek Buah
+2

Referensi

Dokumen terkait

T{ant}a&gt;wi&gt; melihat teks ayat ini, tidak seperti al-’Asma&gt;wi&gt; yang ‘meng abaikan’ penafsiran teks sebelum dan sesudahnya, sejatinya ter fokus ( mah all al-sha } &gt;

Hambatan-hambatan yang dihadapi dalam proses Implementasi Program Pembangunan Insfrastruktur Pedesaan Oleh Aparatur Pemerintah Desa di Desa Darmacaang Kecamatan Cikoneng

keterampilan pola asuh anak perlu diajarkan kepada orang tua peserta didik sejak dini agar orang tua lebih paham dalam hal pola pengasuhan anak yang baik dan

Selama periode renstra sebelumnya, Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Selatan telah menunjukkan kinerja yang baik di bidang peningkatan kapasitas aparat pengawasan

Massa dari struktur bangunan merupakan faktor yang sangat penting, karena beban gempa merupakan gaya inersia yang bekerja pada pusat massa, yang menurut hukum gerak dari

Berdasarkan Undang-undang ini dimungkinkan bagi bank konvensional membuka kantor cabang syariah yang merupakan tonggak penting dimulainya awal sistem perbankan

guru tentang sudut putaran penuh, sudut setengah putaran, dan sudut seperempat putaran menggunakan media paper fan. 13) Siswa secara aktif bertanya jawab dengan

Oleh karena itu, strategi manajemen pendidikan perlu secara khusus memperhatikan pengembangan potensi peserta didik yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa