• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.3 Tanaman Sawit

2.3.2 Panen dan Proses Panen Kelapa Sawit

Panen adalah pemotongan tandan buah dari pohon sampai dengan pengangkutan ke pabrik yang meliputi kegiatan pemotongan tandan buah matang, pengutipan brondolan, pemotongan pelepah, pengangkutan hasil ke TPH, dan pengangkutan hasil ke pabrik (PKS).

Panen merupakan salah satu kegiatan penting dalam pengelolaan tanaman

kelapa sawit menghasilkan. Selain bahan tanam (bibit) dan pemeliharaan tanaman, panen juga merupakan faktor penting dalam pencapain produktivitas.

Berdasarkan tinggi tanaman ada 2 cara panen yg umum di lakukan oleh perkebunan kelapa sawit.

Cara-cara tersebut di antaranya adalah :

1. Menggunakan gagang pipa besi/tongkat kayu (Dodos).

Untuk tanaman yg berumur kurang dari 7 tahun cara panen menggunakan alat dodos yg lebar 10-72,5 cm. Dengan cara ini pekerja harus mengangkat alat dodos dan menancapkannya ke buah yang akan di panen, sehingga buah yang tertancap mata pisau dodos akan jatuh ke bawah.

2. Menggunakan egrek yang di sambung dengan pipa almunium atau tongkat bambu (Egrek).

Untuk tanaman yg berumur 7 tahun atau lebih, pekerja harus menggunakan egrek yang di sambung dengan tongkat yang panjang di karenakan kelapa sawit yang akan di panen lebih tinggi. Dengan cara ini pekerja harus mengangkat egrek dan menancapkannya ke buah yang akan di panen.

2.4 Kecelakaan Kerja Perkebunan

Bentuk kecelakaan kerja di perkebunan, khususnya perkebunan sawit adalah tertimpa pelepah dan buah, mata terkena kotoran dan duri bagi buruh bagian panen. Terkena tetesan gromoxone, roun-dup dan terhirup racun pestisida, fungisida dan insektisida terutama pekerjaan yang berhubungan dengan penyemprotan. Bentuk kecelakaan kerja tersebut berdampak pada resiko cacat

anggota tubuh seperti mata buta bagi pemanen buah sawit dan penderes karet, cacat kelahiran terutama bagi wanita penyemprot, bahkan menemui ajal ketika tertimpa tandan buah segar (TBS).

Umumnya penyebab kecelakaan kerja adalah tempat kerja yang tidak aman seperti lokasi yang tidak rata menyulitkan memanen, lokasi kerja bersemak tempat bersemainya binatang berbisa jalan licin dan berlobang terpeleset. Serta budaya kerja kurang beradap seperti alat pelindung kerja tidak cukup atau tidak memenuhi standar keselamatan kerja dan perilaku tidak mengindahkan kerja yang benar terutama akibat minimnya sosialisasi dan pelatihan kerja bagi buruh perkebunan.

Dengan demikian di sektor perkebunan potensi kecelakaan kerja cukup tinggi. Sedangkan penyebab kecelakaan kerja di perkebunan umumnya disebabkan oleh :

1. Lingkungan kerja fisik oleh pemakaian alat/mesin (suara, panas, sinar, dan lainnya).

2. Lingkungan kerja kimia oleh pemakaian bahan kimia (pupuk, pestisida, dan lainnya).

3. Lingkungan kerja biologis oleh makhluk hidup (babi, tikus, landak, lalat anclylostoma, dan lain-lain).

4. Lingkungan kerja ergonomi oleh pemakaian alat yang tidak sesuai dengan keterbatasan kemampuan anatomi dan fisiologis tenaga kerja.

5. Lingkungan kerja umumnya disebabkan oleh suasana kerja, lokasi pemukiman jauh dari kota.

6. Human Error (Sumber daya manusia yang salah).

2.5 Kerangka Konsep Penelitian

Variabel Independen Variabel Dependen

Gambar 2.1 Kerangka Konsep

Pemakaian APD Kecelakaan Kerja

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini bersifat survey analitik yaitu penelitian untuk mencari hubungan antara pemakaian APD dengan kecelakaan kerja. Dengan menggunakan desain studi cross-sectional yaitu mencari hubungan dengan variabel dependen (informasi dan gambaran analisis mengenai situasi yang ada) dalam waktu yang bersamaan. Penggunaan jenis penelitian yang dimaksud adalah untuk mengetahui bagaimana hubungan pemakaian APD dengan kecelakaan kerja pada pekerja kelapa sawit di PT. Socfindo Kebun Bangun Bandar Kabupaten Serdang Bedagai tahun 2017.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di PT. Socfindo Kebun Bangun Bandar Afdeling 1 Kabupaten Serdang Bedagai.

3.2.2 Waktu Peneltian

Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni 2017 sampai bulan Februari 2018.

3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi

Populasi penelitian ini adalah seluruh pekerja kelapa sawit yang bekerja di

Kebun Bangun Bandar Afdeling 1 Kabupaten Serdang Bedagai PT. Socfindo yang dalam pekerjaannya memerlukan Alat Pelindung Diri (APD) berjumlah 38 orang.

3.3.2 Sampel

Sampel adalah total populasi atau seluruh populasi dijadikan sampel yang berjumlah 38 orang.

3.4 Pengumpulan Data

Pengumpulan data diperoleh dengan dua cara, yakni data primer (wawancara langsung kepada responden dan observasi) dan data sekunder yang diperoleh dari Profil PT. Socfindo Kebun Bangun Bandar Kabupaten Serdang Bedagai meliputi data geografis kebun Socfindo dan Visi, Misi PT. Socfindo.

3.5 Variabel Penelitian

3.5.1 Variabel Bebas (Independen Variabel)

Adapun yang menjadi variabel bebas (Independent Variabel) adalah : Pemakaian APD.

3.5.2 Variabel Terikat (Dependen Variabel)

Adapun yang menjadi variabel terikat (Dependen Variabel) adalah : Kecelakaan Kerja.

3.6 Definisi Operasional Variabel

Variabel penelitian ini dibagi dalam 2 (dua) kelompok, yaitu variabel bebas (independent variable) dan variabel terikat (dependent variable). Variabel bebas adalah Pemakaian Alat Pelindung Diri. Variabel terikat adalah Kecelakaan Kerja.

Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel Defenisi Alat

Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala

3.7 Aspek Pengukuran 3.7.1 Kecelakaan Kerja

Untuk mengukur variabel Kecelakaan Kerja dilakukan dengan cara pembagian lembar kuesioner untuk menanyakan kecelakaan kerja yang terjadi tahun 2017 yang diberi 32 pertanyaan dengan alternatif jawaban Ya dan Tidak, dimana jawaban Ya diberi nilai 1, dan Tidak diberi nilai 0. Maka nilai tertinggi yang didapat adalah 32 dan nilai terendah adalah 0.

Berdasarkan jumlah yang diperoleh maka Kecelakaan Kerja dapat dikategorikan :

1. Ada kecelakaan kerja = jika jawaban responden dengan nilai 1 2. Tidak ada kecelakaan kerja = jika jawaban responden dengan nilai 0 3.7.2 Pemakaian Alat Pelindung Diri

Untuk mengukur variabel Pemakaian Alat Pelindung Diri dilakukan dengan cara pembagian lembar kuesioner yang diberi 18 pertanyaan dengan alternatif jawaban Ya dan Tidak, dimana jawaban Ya diberi nilai 1, dan Tidak diberi nilai 0.

Maka nilai tertinggi yang didapat adalah 18 dan nilai terendah adalah 0.

Berdasarkan jumlah yang diperoleh maka Pemakaian Alat Pelindung Diri dapat dikategorikan :

1 Memakai dengan lengkap = jika jawaban responden dengan nilai 6 APD

2. Tidak memakai dengan lengkap = jika jawaban responden dengan nilai < 6 APD

3.8 Pengolahan Data

Setelah data terkumpul maka data diolah dengan langkah sebagai berikut : 1. Editing, yaitu setelah data dikumpulkan, data tersebut diolah sedemikian rupa

sehingga jelas sifat-sifat yang dimiliki oleh data tersebut. Dalam tahap ini kegiatan yang dilakukan, antara lain memeriksa kelengkapan data, memeriksa kesinambungan data, dan memeriksa keseragaman data.

2. Coding, yaitu proses pemberian kode pada jawaban kuesioner untuk memudahkan data ketika dimasukkan ke dalam komputer (komputerisasi).

Coding merupakan kegiatan merubah data berbentuk huruf menjadi data berbentuk angka.

3. Entry Data, yaitu proses memasukkan data dari kuesioner ke dalam komputer dengan menggunakan bantuan program komputer setelah semua jawaban kuesioner diberikan kode serta kuesioner terisi penuh dan benar.

4. Cleaning, yaitu proses pengecekan kembali data yang sudah di entry untuk memastikan tidak terdapat kesalahan pada data tersebut. Kemudian data tersebut telah siap diolah dan dianalisis.

5. Tabulating, yaitu mengelompokkan data tersebut ke dalam suatu tabel tertentu menurut sifat-sifat yang dimilikinya, sesuai dengan tujuan dan variabel penelitian.

3.9 Analisis Data

Penelitian ini menggunakan analisis univariat dan analisis bivariat.

1. Analisis univariat merupakan suatu analisis untuk mendeskripsikan masing-masing variabel yang diteliti. Analisis ini bertujuan untuk mengetahui gambaran distribusi frekuensi dan persentase dari variabel dependen dan independen yang ada pada penelitian ini, yaitu variabel Kecelakaan Kerja dan pemakaian APD.

2. Analisis bivariat dilakukan untuk melihat hubungan antara faktor independen dengan faktor dependen. Variabel independen terdiri dari: Pemakaian APD, sedangkan variabel dependen yaitu Kecelakaan Kerja. Analisis menggunakan uji statistik Chi Square (X2) dengan α= 0,05.

Persamaan Chi Square:

df = (k-1) (b-1)

Keterangan :

X2 = Chi Square

O = Nilai yang diamati (Observasi) E = Nilai yang diharapkan (Ekspetasi) df = derajat kebebasan (degree of freedom) k = Jumlah kolom

b = Jumlah baris

Apabila nilai p≤α maka hasilnya bermakna secara statistik atau terdapat hubungan (Ha diterima), sedangkan bila nilai p≥α maka hasilnya tidak bermakna secara statistik atau tidak terdapat hubungan (Ha ditolak).

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Perusahaan 4.1.1 Sejarah Singkat Perusahaan

Pada awal lahirnya PT SOCFIN INDONESIA bernama PT SOCFIN MEDAN SA (Societe Financiere des Caoutchoucs Medan Societe Anonyme) yang didirikan pada tahun 1930 berdasarkan akte notaris William Leo No.45 tanggal 07 Desember 1930 yang berkedudukan di Medan dan mengelola perkebunan di daerah Sumatera Timur, Aceh Barat, Aceh Selatan dan Aceh Timur.

Perkembangan selanjutnya berdasarkan penetapan Presiden No.6 tahun 1965, Keputusan Kabinet Dwikor No.A/D/58/1965,No.SK.100/Men.Perk/1965 menyatakan bahwa perusahaan perkebunan yang dikelolah oleh PT Socfin diletakkan di bawah pengawasan Pemerintah, kemudian pada tahun 1966 diadakan serah terima hak milik perusahaan kepada Pemerintah Indonesia atas dasar penjualan perkebunan dan harta Socfin SA.

Pada tanggal 29 April 1968 dicapai kesepakatan antara Pemerintah RI dengan pemilik saham SOCFIN SA diperkuat dengan Surat Keputusan Presiden RI No.B.68./PRES/6/1968 tanggal 13 Juni 1968 dan Surat Keputusan Menteri Pertanian No.94/Kpts/Op/6/1968 tanggal 17 Juni 1968 yang berisikan patungan antara Pemerintah RI dengan pengusaha Belgia dengan komposisi permodalan 40%

Pemerintah Republik Indonesia dan 60% Pengusaha Belgia.

Pengusaha Belgia kemudian memberi nama PT SOCFIN INDONESIA (Socfindo) yang didirikan melalui Akte Notaris Chairil Bahri di Jakarta pada

tanggal 21 Juni 1968 No.23 dan Akte Perubahan No.64 tanggal 12 Mei 1968.

Disahkan oleh Menteri Kehakiman pada tanggal 3 September 1969 dan diumumkan dalam tambahan berita negara RI No.68/69 tanggal 31 Oktober 1969.

Sesuai akta tanggal 3 Mei 2002 No.5, Pernyataan Keputusan Para Pemegang Saham PT. Socfindo yang diterbitkan oleh Notaris Ny.R.Arie Soetarjo SH, Pemerintah RI telah melepas 30% sahamnya kepada SOCFIN SA, sehingga saham pemerintah RI saat ini hanya 10% saja.

PT. Socfindo Kebun Bangun Bandar sudah menerapkan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja dengan baik, termasuk dalam penggunaan alat pelindung diri.

PT. Socfindo menyediakan APD yang digunakan pekerja kebun untuk melindungi pekerja dari potensi bahaya terdiri dari pelindung kepala (safety helmet), pelindung tangan (gloves), pelindung mata dan wajah (googles, face shield), pelindung pernapasan (masker),pelindung kaki (safety shoes), dan pelindung pakaian. Semua APD yang di sediakan PT. Socfindo telah memenuhi Standar Nasional Indonesia atau SNI sehingga APD yang di gunakan oleh pekerja layak dan apabila APD yang di berikan kepada pekerja rusak atau tidak memungkinkan untuk di pakai lagi perusahaan akan mengganti APD tersebut dengan yang baru.

PT. Socfindo berdasarkan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Tentang Alat Pelindung Diri menerapkan manajemen APD yaitu identifikasi kebutuhan dan syarat APD, pemilihan APD yang sesuai dengan jenis bahaya dan kebutuhan atau kenyamanan pekerja, pelatihan, penggunaan,

perawatan, dan penyimpanan, serta penatalaksanaan pembuangan atau pemusnahan, pembinaan, inspeksi dan evaluasi dan pelaporan.

PT. Socfindo berdasarkan akte pendiriannya yang berkedudukan di Medan, Jl.K.L. Yos Sudarso No.106 Po.Box.1254 Medan-20115, yang bergerak dalam bidang perkebunan kelapa sawit dan karet. Dimana luas areal perkebunan kelapa sawit untuk provinsi Sumatera Utara dan Nangroe Aceh Darussalam seluas 37.800 ha dan luas areal untuk perkebunan karet untuk provinsi Sumatera Utara seluas 10.150 ha.

PT Socfindo ini tersebar di wilayah Aceh dan Sumatera Utara yang dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.1 Perkebunan, Komoditi dan Lokasi Perkebunan PT. Socfindo Medan

No Perkebunan Komoditi Lokasi Provinsi 1. Seunagan Kelapa Sawit Aceh Barat, Aceh 4. Sei Liput Kelapa Sawit Aceh Timur, Aceh 5. Mata Pao Kelapa Sawit Serdang Bedagai, Sumut 6. Bangun Bandar Kelapa Sawit Deli Serdang, Sumut 7. Tanjung Maria Karet Deli Serdang, Sumut

8. Tanah Besi Karet Serdang Bedagai, Sumut

9. Lima Puluh Karet Asahan, Sumut

10. Tanah Gambus Kelapa Sawit Asahan, Sumut 11. Aek Loba Kelapa Sawit Asahan, Sumut 12. Padang Pulo Kelapa Sawit Asahan, Sumut 13. Negeri Lama Kelapa Sawit Labuhan Batu, Sumut 14. Aek Pamingke Karet Labuhan Batu, Sumut

15. Halimbe Karet Labuhan Batu, Sumut

4.1.2 Visi dan Misi PT. Socfindo 4.1.2.1 Visi

Menjadi perusahaan perkebunan kelapa sawit dan karet kelas dunia yang menghasilkan produk yang berkelanjutan dan efisien serta memberikan keuntungan dan manfaat kepada pemegang saham dan para pekerja mendapat keberterimaan dari masyarakat.

4.1.2.2 Misi

1. Mengembangkan bisnis dan memberikan keuntungan bagi pemegang saham.

2. Memberlakukan sistem manajemen yang mengacu pada standar nasional, internasional dan acuan yang berlaku di bisnisnya.

3. Menjalankan operasi dengan efisien dan hasil yang tertinggi (mutu dan produktifitas) serta harga yang kompetitif.

4. Menjadi tempat kerja pilihan bagi karyawannya, aman, sehat dan sejahtera.

5. Penggunaan sumberdaya yang efisien dan minimasi limbah.

6. Membagi kesejahteraan bagi masyarakat di mana kami beroperasi.

4.2 Hasil Penelitian 4.2.1 Analisis Univariat

Analisis univariat digunakan untuk menggambarkan distribusi frekuensi dan persentase dari tiap variabel confounding (umur, masa kerja, dan pendidikan, ketersediaan APD sesuai jumlah pekerja, sesuai peruntukan pekerja, sesuai standar (SNI) dan perawatannya), variabel bebas (pemakaian alat pelindung diri) dan variabel terikat (kecelakaan kerja) yang telah diperoleh dari hasil penelitian.

4.2.1.1 Umur

Umur pekerja kelapa sawit di PT. Socfindo Kebun Bangun Bandar tahun 2017 dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.2 Distribusi Umur Responden pada Pekerja Kelapa Sawit di PT.

Socfindo Kebun Bangun Bandar Tahun 2017

Umur Jumlah (n) Persentase (%)

≤ 34 Tahun 27 71,1%

> 34 Tahun 11 28,9%

Jumlah 38 100,00%

Pengukuran umur responden pada pekerja kelapa sawit di PT. Socfindo kebun Bangun Bandar dilakukan dengan cara mengambil median pada umur pekerja dari yang paling rendah yaitu 19 tahun dan yang paling tinggi berumur 45 tahun.

Tabel 4.2. di atas menjelaskan bahwa umur pekerja kelapa sawit di PT.

Socfindo Kebun Bangun Bandar tahun 2017 pada kisaran umur ≤ 34 Tahun berjumlah 27 orang (71,1%), umur > 34 tahun berjumlah 11 orang (28,9%). Dengan demikian, persentase umur yang tertinggi adalah pada kisaran ≤ 34 tahun berjumlah 27 orang (71,1%) dan yang terendah pada kisaran > 34 tahun berjumlah 11 orang (28,9%).

4.2.1.2 Masa Kerja

Masa kerja pekerja kelapa sawit di PT. Socfindo Kebun Bangun Bandar tahun 2017 dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.3 Distribusi Masa Kerja Responden pada Pekerja Kelapa Sawit di PT. Socfindo Kebun Bangun Bandar Tahun 2017

Masa Kerja (Tahun) Jumlah (n) Persentase (%)

≤ 6 Tahun

Pengukuran masa kerja responden pada pekerja kelapa sawit di PT. Socfindo kebun Bangun Bandar dilakukan dengan cara mengambil median pada masa kerja pekerja dari yang paling rendah yaitu 2 tahun dan yang paling tinggi 15 tahun.

Tabel 4.3 di atas menjelaskan bahwa masa kerja pekerja kelapa sawit di PT.

Socfindo Kebun Bangun Bandar tahun 2017 pada kisaran ≤ 6 tahun berjumlah 24 orang (63,2%), masa kerja > 6 tahun berjumlah 14 orang (36,8 %). Dengan demikian, persentase masa kerja yang tertinggi adalah pada kisaran ≤ 6 tahun berjumlah 24 orang (63,2%) dan masa kerja yang terendah pada kisaran > 6 tahun berjumlah 14 orang (36,8%).

4.2.1.3 Pendidikan

Pendidikan pekerja kelapa sawit di PT. Socfindo Kebun Bangun Bandar tahun 2017 dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.4 Distribusi Pendidikan Responden pada Pekerja Kelapa Sawit di PT. Socfindo Kebun Bangun Bandar Tahun 2017

Pendidikan Jumlah (n) Persentase (%)

SD/SMP

Tabel 4.4 di atas menjelaskan bahwa pendidikan pekerja kelapa sawit di PT.

Socfindo Kebun Bangun Bandar tahun 2017 pada pendidikan SD/SMP berjumlah

22 orang (57,9%), dan pada pendidikan SMA/SMK berjumlah 16 orang (42,1%).

Dengan demikian, persentase pendidikan yang tertinggi adalah SD/SMP berjumlah 22 orang (57,9%) dan persentase pendidikan yang terendah adalah SMA/SMK berjumlah 16 orang (42,1%).

4.2.1.4 Pemakaian Alat Pelindung Diri (APD)

Pemakain alat pelindung diri pekerja kelapa sawit di PT. Socfindo Kebun Bangun Bandar tahun 2017 dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.5 Distribusi Pemakain APD Responden pada Pekerja Kelapa Sawit di PT. Socfindo Kebun Bangun Bandar Tahun 2017

Pemakaian APD Jumlah (n) Persentase (%) Lengkap

Pengukuran pemakaian alat pelindung diri (APD) pada pekerja kelapa sawit di PT. Socfindo kebun Bangun Bandar dilakukan untuk melihat berapa pekerja yang memakai APD dengan lengkap dan tidak lengkap sehingga dikategorikan menjadi lengkap apabila pekerja memakai semua alat pelindung diri (6APD) yang diberikan dan tidak lengkap apabila pekerja tidak memakai atau memakai kurang dari 6 alat pelindung diri yang diberikan.

Berdasarkan tabel 4.5. di atas dapat diperoleh responden yang memakai APD yang lengkap sebanyak 11 orang (28,9%) dan yang tidak lengkap sebanyak 27 orang (71,1%).

4.2.1.5 Gambaran Ketersediaan APD pada Pekerja Kelapa Sawit di PT.

Socfindo Kebun Bangun Bandar tahun 2017

pekerjaan di kebun, sesuai standar (SNI) dan perawatannya pada pekerja kelapa sawit dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.6 Distribusi Gambaran Ketersediaan APD Responden pada Pekerja Kelapa Sawit di PT. Socfindo Kebun Bangun Bandar Tahun 2017 Gambaran Ketersediaan

Berdasarkan tabel 4.6 dapat diketahui bahwa ketersedian APD sesuai jumlah pekerja responden menjawab sebanyak 38 orang (100%), berdasarkan ketersedian APD sesuai jenis pekerjaan sebanyak 38 orang (100%), berdasarkan ketersedian APD sesuai Standar Nasional Indonesia (SNI) responden menjawab sebanyak 38 orang (100%), dan berdasarkan perawatan APD oleh responden pekerja menjawab sebanyak 38 orang (100%).

4.2.1.6 Kecelakaan Kerja

Kecelakaan kerja pada pekerja kelapa sawit di PT. Socfindo Kebun Bangun Bandar tahun 2017 dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.7 Distribusi Kecelakaan Kerja Responden pada Pekerja Kelapa Sawit di PT. Socfindo Kebun Bangun Bandar Tahun 2017

Kecelakaan Kerja Jumlah (n) Persentase (%) Pernah

Kecelakaan kerja pada pekerja kelapa sawit di PT. Socfindo kebun Bangun Bandar dari 38 pekerja, pekerja yang pernah mengalami kecelakaan kerja yaitu 21 orang (55,3%), dan pekerja yang tidak pernah mengalami kecelakaan kerja yaitu 17 orang (44,7%).

4.2.1.7 Klasifikasi Kecelakaan Kerja pada Pekerja Kelapa Sawit di PT.

Socfindo Kebun Bangun Bandar tahun 2017

Kecelakaan kerja berdasarkan klasifikasi, seperti : jenis kecelakaan, penyebab kecelakaan, sifat luka dan letak luka dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.8 Distribusi Responden yang Mengalami Kecelakaan Kerja Menurut Jenis Kecelakaan pada Pekerja Kelapa Sawit di PT. Socfindo Kebun Bangun Bandar Tahun 2017

No. Jenis Kecelakaan Ya % Tidak % Total

1. Terjatuh 10 47,6 11 52,4 100%

2. Tertimpa benda (TBS) 8 38,1 13 61,9 100%

3. Terbentur (tergores, terpotong, tertusuk)

8. Kontak dengan bahan berbahaya dan radiasi

0 0 21 100 100%

Berdasarkan tabel 4.8 dapat diketahui bahwa jenis kecelakaan kerja yang dialami oleh pekerja pada umumnya terbentur seperti tergores, terpotong dan tertusuk sebanyak 16 orang (76,2 %).

Tabel 4.9 Distribusi Responden yang Mengalami Kecelakaan Kerja Menurut Penyebab Kecelakaan pada Pekerja Kelapa Sawit di PT. Socfindo Kebun Bangun Bandar Tahun 2017

No. Penyebab Kecelakaan Ya % Tidak % Total

1. Mesin 0 0 21 100 100%

2. Gigitan binatang buas 6 28,6 15 71,4 100%

3. Alat potong (pisau, dodos, engrek)

Berdasarkan tabel 4.9 dapat diketahui bahwa penyebab kecelakaan kerja yang dialami oleh pekerja pada umumnya alat potong pisau dodos, egrek yaitu sebanyak 9 orang (42,9%) dan lingkungan kerja yaitu sebanyak 9 orang (42,9%).

Tabel 4.10 Distribusi Responden yang Mengalami Kecelakaan Kerja Menurut Sifat Luka pada Pekerja Kelapa Sawit di PT. Socfindo Kebun

Berdasarkan tabel 4.10 dapat diketahui bahwa sifat luka yang dialami oleh pekerja pada umumnya luka di permukaan sebanyak 10 orang (47,6%).

Tabel 4.11 Distribusi Responden yang Mengalami Kecelakaan Kerja Menurut Letak Kelainan atau Luka pada Pekerja Kelapa Sawit di PT.

Socfindo Kebun Bangun Bandar Tahun 2017

No. Letak Kelainan atau Luka Ya % Tidak % Total

Berdasarkan tabel 4.11 dapat diketahui bahwa letak kelainan atau luka yang dialami oleh pekerja pada umumnya terletak di bagian tangan yaitu sebanyak 15 orang (71,4%).

4.2.2 Analisis Bivariat

Analisis bivariat dilakukan untuk melihat hubungan antara faktor independen dengan faktor dependen. Variabel independen terdiri dari: Pemakaian APD, sedangkan variabel dependen yaitu Kecelakaan Kerja. Analisis bivariat dilakukan terhadap variabel yang diduga berhubungan atau berkorelasi. Uji statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji Chi-Square. Jika P value ≤ 0,05 maka perhitungan secara statistik menunjukkan bahwa adanya hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat. Jika P-value > 0,05 maka perhitungan secara statistik menunjukkan bahwa tidak adanya hubungan bermakna antara variabel bebas dengan. Syarat uji Chi-Square adalah tidak ada sel yang mempunyai nilai expected (E) kurang dari 5.

4.2.2.1 Hubungan Pemakain APD dengan Kecelakaan Kerja

Untuk menguji hubungan variabel pemakaian APD dengan kecelakaan kerja digunakan uji statistik Chi-Square selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.12 Hubungan Pemakaian APD dengan Kecelakaan Kerja pada Pekerja Kelapa Sawit di PT. Socfindo Kebun Bangun Bandar tahun 2017

Pemakaian Alat Pelindung Diri

(APD)

Kecelakaan Kerja Total

P value Pernah Tidak Pernah

n % N % N %

Lengkap 3 7,9 8 21,1 11 28,9

Tidak Lengkap 18 47,4 9 23,7 27 71,1 0,037

Total 21 55,3 17 44,7 38 100,0

Berdasarkan tabel 4.11, dapat dilihat bahwa kecelakaan kerja yang pernah dialami oleh pekerja yang memakai alat pelindung diri dengan lengkap (6APD) sebanyak 3 orang (7,9%) dan pekerja yang tidak memakai alat pelindung diri dengan lengkap (<6APD) sebanyak 18 orang (47,4%), sedangkan pekerja yang tidak pernah mengalami kecelakaan kerja oleh pekerja yang memakai alat pelindung diri dengan lengkap (6APD) sebanyak 8 orang (21,1%) dan pekerja yang tidak memakai alat pelindung diri dengan tidak lengkap sebanyak 9 orang (23,7%).

Berdasarkan hasil uji Chi-Square diperoleh nilai p value = 0,037 < 0,05 yang berarti bahwa ada hubungan yang bermakna antara variabel pemakaian alat pelindung diri dengan kecelakaan kerja.

BAB V PEMBAHASAN

5.1 Analisis Univariat

5.1.2 Karakteristik Responden

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pemakaian APD dengan kecelakaan kerja pada pekerja kelapa sawit di PT. Socfindo kebun Bangun Bandar. Jumlah responden penelitian adalah 38 orang. Pembahasan mengenai karakteristik responden digunakan untuk mengetahui gambaran umum responden yang berdasarkan atas umur, masa kerja, pendidikan.

1. Umur

Pengukuran umur responden pada pekerja kelapa sawit di PT Socfindo kebun Bangun Bandar dilakukan dengan cara mengambil median pada umur pekerja dari yang paling rendah yaitu 19 tahun dan yang paling tinggi berumur 45 tahun.

Umur pekerja kelapa sawit di PT. Socfindo Kebun Bangun Bandar tahun 2017 pada kisaran umur ≤ 34 Tahun berjumlah 27 orang (71,1%), umur > 34 tahun berjumlah 11 orang (28,9%). Dengan demikian, persentase umur yang tertinggi adalah pada kisaran ≤ 34 tahun berjumlah 27 orang (71,1%) dan yang terendah pada kisaran > 34 tahun berjumlah 11 orang (28,9%).

2. Masa Kerja

Pengukuran masa kerja responden pada pekerja kelapa sawit di PT Socfindo kebun Bangun Bandar dilakukan dengan cara mengambil median pada masa kerja pekerja dari yang paling rendah yaitu 2 tahun dan yang paling tinggi 15 tahun.