BAB I PENDAHULUAN
1.5 Metode Penelitian
1.5.2 Kerja Laboratorium
Dalam kerja laboratorium, penulis akan mengumpulkan data, mulai dariwawancara, dokumentasi, dan perekaman diuraikan secara rinci, detail danditafsirkan dengan pendekatan emik dan etik. Data perekaman audio menjadi objekyang diteliti oleh penulis dengan cara di transkripsikan dengan cara didengar danmenuliskannya kedalam notasi balok.
Selanjutnya, data tersebut diklasifikasi dan dibentuk sebagai data. Data tersebut di perbaiki dan diperbarui agar tidak rancu sesuai objek penelitian dalam menulis skripsi. Pengolahan data ini dilakukan bertahap data-data tidak didapat atau diperoleh sekaligus. Data-data tersebut juga merupakan data-data yang diperlukan sesuai dengan kriteria disiplin ilmu Etnomusikologi.
1.5.3 Studi Kepustakaan
Sebelum melakukan penelitian lapangan, penulis terlebih dahulu melakukan studi kepustakaan yaitu membaca buku-buku, skripsi, makalah yang berhubungan dengan apa yang kita teliti atau objek permasalahan. Studi kepustakaan ini dilakukan untuk menjadi kerangka acuan didalam penulisan dan juga untuk melengkapi data-data. Koentjaraningrat (2009:35) menyatakan bahwa studi pustaka bersifat penting karena membantu penulis untuk menemukan gejala-gejala dalam objek penelitian. Melalui studi pustaka, penulis sebagai peneliti awam diperkaya dengan informasi-informasi yang terdapat dalam berbagai sumber buku yang berhubungan dengan penulisan skripsi ini.
Dalam ilmu Etnomusikologi, ada dua sistem kerja dalam penelitian, yaitu deskwork (kerja laboratorium) danfield work (kerja lapangan). Studi kepustakaantergolong ke dalam kerja laboratorium. Di mana sebelum melakukan
penelitian, peneliti mengumpulkan data-data dan merangkum data-data yang telah didapat. Kerja ini dimaksudkan untuk mempermudah peneliti saat terjun ke lapangan. Selain itu, penulis dipersiapkan dan diarahkan untuk melakukan penelitian lapangan.
Penulis juga mengumpulkan data dengan teknologi internet. Dengan melalui penelusuran di situs www.google.com, website Melayu, blog-blog, dokumen dan lainnya. Semua data informasi yang penulis dapatkan melalui, buku, internet, skripsi dan lainnya membantu penulis untuk menyempurnakan penulisan skripsi ini.
1.6 Lokasi Penelitan
Lokasi penelitian penulis bertempat di Medan. Di karenakan informan adalah anak dari Ahmad Baqi yaitu Bapak Tama yang beralamat di jl.
Sisingamaraja Marandal 2, Medan Amplas dan juga Kakanda Paramudita adalah cucu kandung Ahmad Baqi. Yang menjadi informan kunci dalam penelitian ini adalah Bapak Tama.
BAB II
PERJALANAN MUSIK PADANG PASIR DI NUSANTARA DAN SUMATERA UTARA
2.1 Pengertian Musik Padang Pasir
Musik Timur Tengah/ Padang Pasir yaitu jenis musik yang berkembang di kawasan Timur Tengah yaitu di Negara Arab dan sekitarnya, Kuwait, Mesir, Irak dll. Musik yang paling menonjol adalah Qasidah lagu bernafaskan islam yang alur nadanya / melodinya berakar / berorientasi pada lagu timur tengah) Syair lagu qasidah meceritakan keagungan Allah, kebesaran Rasulnya, ajakan untuk beramal dan berjihad di Jalan Allah serta anjuran untuk menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangannya (www.wikipedia.com).
2. 2 Sejarah Perkembangan Musik Padang Pasir di Nusantara
Musik Padang Pasir adalah musik yang berkembang dimasyarakat secara turun temurun, dan dikembangkan sebagai sarana hiburan. Tiga komponen yang saling memengaruhi diantaranya adalah seniman, musik itu sendiri, dan masyarakat penikmatnya.Hal ini bermaksud untuk mempersatukan persepsi antara pemikiran seniman dan masyarakat tentang usaha bersama dalam mengembangkan dan melestarikan seni musik Padang Pasir. Menjadikan musik Padang Pasir sebagai perbendaharaan seni musik dimasyarakat, sehingga musik Padang Pasir lebih menyentuh pada sektor komersial umum.Musik Padang Pasir juga adalah musik yang berkembang secara tradisional, di kalangan suku –suku tertentu. Keberadaan musik Padang Pasir yang digunakan sebagai hiburan, tentunya sudah sangat sering dilakukan dalam sebuah seni pertunjukan. Dalam
sebuah pertunjukan seni,musik Padang Pasir sering diaransemen kembali menjadi sebuah musik yang lebih modern dan dalam jumlah pemusik yang diminimaliskan dengan tujuan untuk sebagai hiburan dan untuk seni pertunjukan.
Musik Padang Pasir adalah perkembangan seni yang terpengaruh dari dampak modernisasi. Musik yang bernuansa dari Timur Tengah ini memiliki sejarah yang sudah dimulai sejak tahun enam puluhan di Indonesia. Musik Padang Pasir dulu sering disebut musik Gambus, namun mengalami perubahan sesuai dengan perkembangan zaman, maka sekarang sebutan Gambus sudah berubah menjadi musik Padang Pasir. Oleh karena itu, musik Padang Pasir adalah musik yang berkembang sesuai dengan perkembangan zaman, dan sekarang ini teknologi telah mengubah warna musik. Berbagai jenis musik telah banyak yangmenggunakan alat-alat elektronik yang sesuai dengan apa yang dialami oleh jaman sekarang ini.
Nasyid berasal dari bahasa Arab yang berarti senandung. Kata ini mengalami penyempitan makna dari senandung secara umum, menjadi senandung yang bernafaskan Islam. Nasyid dipercaya sudah ada sejak zaman Nabi Muhammad.Syair thola'al badru 'alaina (yang artinya telah muncul rembulan di tengah kami)yang kini kerap dinyanyikan oleh tim qosidah dan majelis ta'lim, adalah syair yang dinyanyikan kaum muslimin saat menyambut kedatangan Rasulullah SAW ketika pertama kali hijrah ke Madinah. Nasyid kemudian berkembang seiring dengan situasi dan kondisi saat itu. Misalnya nasyid di Timur Tengah yang banyak mengumandangkan pesan jihad maupun perlawanan terhadap imperialisme Israel lebih banyak dipengaruhi oleh situasi politik yang ada saat itu.
Qasidah adalah seni suara yang bernapaskan Islam, di mana lagu-lagunya banyak mengandung unsur-unsur dakwah Islamiyah dan nasihat-nasihat baik sesuai ajaran Islam. Biasanya lagu-lagu itu dinyanyikan dengan irama penuh kegembiraan yang hampir menyerupai irama-irama Timur Tengah dengan diiringi rebana, yaitu sejenis alat tradisional yang terbuat dari kayu, dibuat dalam bentuk lingkaran yang dilobangi pada bagian tengahnya kemudian di tempat yang dilobangi itu di tempel kulit binatang yang telah dibersihkan bulu- bulunya.Awalnya rebana berfungsi sebagai instrument dalam menyayikan lagu-lagu keagamaan berupa pujian-pujian terhadap Allah swt dan rasul-rasul-Nya, salawat, syair-syair Arab, dan lain lain. Oleh karena itulah ia disebut rebana yang berasal dari kata rabbana, artinya wahai Tuhan kami (suatu doa dan pujian terhadap Tuhan) Seni qasidah lahir bersamaan dengan kelahiran Islam. Untuk pertama kalinya, qasidah ditampilkan oleh kaum Anshar (penolong Nabi Muhammad SAW. dan sahabat-sahabatnya dari kaum Muhajirin dalam perjalanan hijrah dari tanah kelahirannya (Makkah) ke Yatsrib (Madinah). Pada saat itu beberapa kaum Anshar menyambut kedatangan Nabi dan mendendangkan lagu-lagu pujian diiringi dengan lantunan musik rebana. Lagu-lagu-lagu pujian saat itu pun melegenda hingga hari ini sebagai lagu klasik dan masih dapat dinikmati hingga
Ya Kekasih, keselamatan untukmu budaya Indonesia, qasidah merupakan kesenian yang diapresiasi oleh kalangan ulama dan pesantren. Dimana dalam hal berkesenian, kalangan ulama dan pesantren dapat dikatakan kurang menerima jenis kesenian lainnnya, bahkan cenderung mengharamkan. Sehingga dengan kondisi seperti ini dapat dipahami jika kesenian qasidah lebih banyak berkembang pada masyarakat yang memiliki ciri budaya Islam yang kental seperti di pesantren-pesantren.Dalam hal ini di Propinsi Banten dengan ciri busaya pesantren yang masih kental, maka kesenian qasidah dapat hidup dan terus bertahan dari waktu ke waktu. Dari segi isi syair lagu-lagu pada seni qasidah, para ulama membuat batasan, bahwa lagu qasidah haruslah mengandung pesan-pesan sebagai berikut:
(a) Mendorong keimanan kepada Allah dan Hari Akhir.
(b) Mendorong orang untuk beribadah dan taat terhadap Allah serta Rasulnya.
(c) Mendorong orang untuk berbuat kebajikan dan menjauhi ma‟shiyat.
(d) Mendorong orang untuk bertindak amar ma‟ruf dan nahyi munkar.
(e) Mendorong orang agar memiliki etos kerja tinggi dan berjiwa patriotis.
(f) Mendorong orang agar menjauhi gaya hidup mewah serta berbuat riya.
(g) Tidak menampilkan pornografi maupun porno-aksi dan mengguga syahwat.
(h) Tidak menampilkan syair yang cengeng sehingga membuat orang malas bekerja.
Qasidah sebagai salah satu bentuk kesenian dapat bertahan sejak mulai berkembang di daerah ini hingga sekarang. Dari waktu ke waktu grup-grup qasidah selalu datang silihberganti. Jenis kesenian ini dari yang masih asli yaitu menggunakan alat musik rebanadan kecrek hingga pada bentuknya yang bercampur musik modern dapat terusberkembang. Bahkan bentuk qasidah yang asli masih kuat dipertahankan oleh kaummuslimin, termasuk daerah Propinsi Banten. Tahun 2002 di Propinsi Banten terdaftartidak kurang dari 83 grup Qasida yang tersebar di seluruh kota dan kabupaten.
Pernah juga muncul qasidah modern, yaitu grup Rofiqoh Darto wahab merupakan grup Qasidah yang pernah popular di negeri ini. Setelah ketenaran grup ini mulai pudar muncul pula grup lain yaitu grup Nasyidaria (dari kota Semarang) hingga sempat pula mengenyam masa kepopulerannya, kemudian meredup kembali. Demikianlah Qasidah-qasidah modern ini datang dan pergi silih berganti. Namun tetap saja seni qasidah baik yang mempertahankan bentuk seninya yang asli maupun seni qasidah yang sudah dimodernisir dapat bertahan dengan pengemarnya masing-masing.
Lagu kasidah modern liriknya juga dibuat dalam bahasa Indonesia selain Arab. Grup kasidah modern membawa seorang penyanyi bintang yang dibantu paduan suara wanita. Alat musik yang dimainkan adalah rebana dan mandolin, disertai alat-alat modern, misalnya: biola, gitar listrik, keyboard dan flute. Perintis
kasidah modern adalah grup Nasida Ria dari Semarang yang semuanya perempuan. Lagu yang top yakni Perdamaian dari Nasida Ria. Pada tahun 1970-an, Bimbo, Koes Plus dan AKA mengedarkan album kasidah modern.
Nasida Ria adalah sebuah kelompok musikkasidah modern Indonesia yang terdiri dari 9 wanita dari Semarang, Jawa Tengah. Kelompok yang dibentuk pada tahun 1975 dikelola oleh H. M Zain dan H. Mudrikah Zain yang kemudian dilanjutkan oleh Choliq Zain. Nasida Ria adalah salah satu kelompok kasidah modern tertua di Indonesia.
Nasida Ria dibentuk di Semarang, Jawa Tengah pada tahun 1975 oleh H.
Mudrikah Zain, seorang guru qira'at; Zain yang sebelumnya berpengalaman dengan kelompok campur Assabab mengumpulkan sembilan siswinya untuk membentuk suatu kelompok musik kasidah: Mudrikah Zain, Mutoharoh, Rien Jamain, Umi Kholifah, Musyarofah, Nunung, Alfiyah, Kudriyah, dan Nur Ain.
Pada awalnya kelompok musik ini hanya menggunakan rebana sebagai alat musik.
Setelah wali kota Semarang Iman Soeparto Tjakrajoeda, yang juga merupakan penggemar mereka, menyumbangkan suatu organ untuk membantu Nasida Ria, dan mendukung mereka untuk juga memperlancar pelajaran musik, mereka kemudian mendapatkan dan menggunakan gitar bas, biola, dan gitar.
Album debut Nasida Ria, Alabaladil Makabul, dibuat tiga tahun kemudian dan dipasarkan oleh Ira Puspita Records. Lagu mereka berdasarkan dakwah dan menarik ilham dari musik Arab. Tiga album mereka berikutnya menggunakan tema yang sama dan banyak berbahas Arab. Setelah saran dari kyai Ahmad Buchori Masruri bahwa lagu mereka akan lebih efektif jika semuanya berbahasa Indonesia, gaya Nasida Ria diubah; Masruri juga menulis lagu untuk mereka
dengan nama samaran Abu Ali Haidar.Gaya Nasida Ria yang baru ternyata popular, dengan beberapa lagu mereka seperti "Pengantin Baru", "Tahun 2000",
"Jilbab Putih", "Anakku", dan "Kota Santri", banyak diputar di radio, baik di Mülheim, dan Düsseldorf.Setelah tahun 2000, Nasida Ria lebih jarang suksesnya.
Beberapa anggota diganti karena telah meninggal atau keluar dari band.Nasida Ria sekarang dimarkaskan di Semarang.Manajernya adalah Choliq Zain, anak dari H.M. Zain (https://id.wikipedia.org/wiki/Nasida_Ria)
2.3 Maqam dalam Musik Islam
Musik Arab di ciptakan menggunakan sistem melodi dan ritme tanpa harmoni. Melodi Arab bersumber pada banyak susunan model, atau mode melodi yang dikenal dengan maqamat (Purwanto, 2006: 22). Hal ini turut dinyakan Sumaryo, menurutnya musik Timur hingga sekarang masih mempergunakan modalitas atau penggunaan mode pemolaan. Bermacam-macam mode dipergunakan baik yang melodis, maupun yang ritmis. Menurut Sumaryo, justru tidak dipergunakan sistem harmoni dalam musik Timur –harmoni dalam arti Barat– menyebabkan musik-musik Timur lebih mengarahkan keindahan musiknya
pada penggarapan melodi serta ritme yang dikendalikan oleh adanya mode tertentu (Sumaryo, 1980: 72). Menurut Sumaryo, pemolaan merupakan penggarapan melodi yang diarahkan oleh adanya mode tertentu, di India disebut raga, di negara-negara yang berkebudayaan Islam dinamakan maqam. Pemolaan ritmis, yang di India dinamakan tala, di dalam kebudayaan Islam disebu iqa‟at (Sumaryo, 1980: 72).
Sistem maqomat (bentuk jamak maqam) menetapkan modus sebagai dasar melodis pada saat komposisi musik dan lagu dibentuk (Takari, 2005: 9). Menurut Takari, banyak istilah yang digunakan untuk menyebut maqam. Di Turki menyebutnya makam, Persia datsgah, Mesir naghmah, dan Afrika Utara taba.
Menurutnya teori maqam umumya membicarakan tangga nada dan modus (Takari, 2005: 9). Maqomat atau maqam dapat didefinisikan sebagai deretan tangga nada heptatonik dengan sebuah nada oktafnya dalam Yunani Kuno dibagi kepada dua unit yang terdiri dari empat nada tetrakord (Takari, 2005: 9).
Tangga nada ini merupakan tangga nada devisit, yaitu nada-nadanya yang didasarkan pada prinsip pembagian-pembagian rentangan senar yang diperoleh dengan cara membagi panjang senar yang diukur secara matematis untuk menghasilkan beberapa bagian yang berbeda dalam satu oktaf, demikian juga berbagai ukuran interval yang berbeda (Takari, 2005: 9). Penggunaana alat musik
„ud adalah prinsip dasar sistem ini, sehingga berbagai modus dapat dibentuk (Takari, 2005: 9).
2.3.1 Jenis Maqam
Jenis maqam secara lebih luas sangatlah beragam. Keberagaman ini hal yang cukup rasional mengingat masing-masing daerah budaya musik di Timur Tengah memiliki maqam sendiri-sendiri. Setiap maqam memiliki nama, ada yang diambil dari suatu nama tempat. Di antaranya adalah Isfahan, nama kota di Iran, Rak, kemungkinan bentuk Persia yang di India disebut raga menandakan bahwa aslinya dari India, Hijaz bagian dari Saudi Arabia, Nahawand desa di Turki (Purwanto, 2006: 20). Pada kajian ini yang hendak diuraikan adalah maqam-maqam yang digunakan dalam aktivitas pelaguan Seni Tilawatil Qur‟an. Seperti Bayati, Hijaz, Saba, Rast, Jiharkah, Sikah, dan Nahawand.
2.3.2 Bentuk Auditif Maqam
Sebuah benda seni harus memiliki bentuk agar dapat diterima secara inderawi –dilihat, didengar, atau didengar dan dilihat– oleh orang lain. Benda seni itu suatu bentuk fisik (termasuk auditif). Tetapi bentuk fisik itu sendiri tidak serta merta menjadi karya seni. Berseni dan tidaknya suatu bentuk fisik ditentukan oleh nilai yang ada di dalamnya (Sumardjo, 2000: 115). Bentuk dalam konteks ini adalah skema atau pola musik itu (Sumaryo, 1978: 101). Bentuk ini terdiri atas unsur-unsur yang disusun begitu rupa bedasarkan nilai esensial yang disebut struktur (Sumardjo, 2000: 140). Adapun bentuk fisik maqam dalam kajian ini dikutip dari sumber www.maqamworld.com dan dipaparkan sebagai berikut.
a. Maqam Hijaz
Maqam Hijaz has two forms shown above. Often the (Hijaz-Rast) form is used on the way up, and the (Hijaz-Nahawand) form is used on the way down. The Sikah trichord on the 6th note (in the first form) and the Ajam trichord on the 6th note (in the second form) are seconday ajnas, often used in modulation. A very important peculiarity of the Hijaz tetrachord is a microtonal variation from the Western even-tempered scale, where the 2nd note (E ) is tuned slightly higher, and the 3rd note (F#) is tuned slightly lower, so as to narrow down the 1 1/2 tone interval (Takari, 2012:12).
Artinya, maqam Hijaz memiliki dua bentuk yang ditunjukkan di atas.
Seringkali Rast– bentuk tersebut digunakan secara umum, dan –Hijaz-Nahawand– bentuk tersebut digunakan ke arah yang menurun. Sikah trichord pada notasi 6 –dalam bentuk pertama– dan Ajam trichord pada notasi 6 –dalam
bentuk kedua– adalah ajnas sekunder, dan ini sering digunakan dalam modulasi.
Kekhasan yang sangat penting dari tetrachord Hijaz adalah variasi microtonal dari skala bahkan-berkarakter Barat, di mana notasi 2 (E ) disetel sedikit lebih tinggi, dan notasi 3 (F#) disetel sedikit lebih rendah, sehingga dapat mempersempit 1 1/2 Interval nada.
Hijaz Tetrachord
One of the most common sounds in Arabic music. The E is tuned slightly higher than usual, while the F# is tuned slightly lower, in order to narrow down the 1 1/2 tone difference and make it more mellow. Artinya, salah satu nada yang paling umum dalam musik Arab. E disetel sedikit lebih tinggi dari biasanya, sedangkan F # disetel sedikit lebih rendah, untuk mempersempit 1 1/2 nada perbedaan dan membuatnya lebih lembut.
b. Bayati
Keterangan notasi di atas adalah sebagai berikut, maqam Bayati starts with a Bayati tetrachord on the first note, and a Nahawand tetrachord on the 4th note –thedominant. The secondary ajnas are the Ajam trichord on the 3rd note, and another Ajam trichord onthe 6th note. These are often used in modulation (sumber: www.maqamworld.com). Artinya, maqam Bayati
dimulai dengan tetrachord Bayati pada notasi pertama, dan tetrachord Nahawand pada notasi 4 –dominan. Ajnas sekunder adalah trichord Ajam
pada notasi 3, dan trichord Ajam lain pada notasi 6. Hal ini juga sering digunakan dalam modulasi. Adapun tetrachord Bayati nampak terlihat seperti di bawah ini.
c. Maqam Saba
Maqam Saba has two possible forms, shown above. The first form ends on the octave (D) while the second goes beyond 8 notes and doesn't include
the octave of the tonic (D). Since the first 3 notes of maqam Saba are the beginning of the Bayati tetrachord, Saba is a popular modulation from maqam Bayati. Artinya, maqam Saba memiliki dua kemungkinan bentuk, yang ditunjukkan di atas. Bentuk pertama berakhir pada oktaf (D) sedangkan yang kedua melampaui notasi 8 dan tidak termasuk oktaf dari tonik (D). Sejak pertama notasi 3 dari maqam Saba adalah awal tetrachord Bayati, Saba adalah modulasi populer dari maqam Bayati. Saba Tetrachord
The first 3 notes are a partial Bayati tetrachord. Also notes 3 and 4 are usually used to start a Hijaz tetrachord. Pertama pada notasi 3 adalah bentuk parsial dari tetrachord Bayati. Bahkan notasi 3 dan 4 biasanya digunakan untuk memulai tetrachord Hijaz.
d. Maqam Rast
Maqam Rast has two forms shown above. In general the first form (Rast-Rast) is used on the way up, and the second form (Rast-Nahawand) is used on the way down. The secondary jins is the Sikah trichord on the 3rd note, often used in modulation.
Artinya, maqam Rast memiliki dua bentuk seperti ditunjukkan di atas. Secara umum bentuk pertama (Rast-Rast) digunakan untuk memulai, dan bentuk kedua (Rast-Nahawand) digunakan dalam perjalanan ke bawah. Jins sekunder adalah trichord Sikah pada notasi 3 ini sering digunakan dalam modulasi.
Rast Tetrachord
One of the most common sounds in Arabic music. Its 3rd note falls between a minor 3rd and a major 3rd in Western Classical Music.
Artinya, salah satu suara yang paling umum dalam musik Arab. notasi yang ke 3 jatuh antara 3 kecil dan 3 besar seperti di Musik Klasik Barat.
e. Maqam Jiharkah
Jiharkah Trichord
The Jiharkah trichord sounds very similar to the first 3 notes in a major scale in Western Classical Music. The 3rd note is tuned slightly lower than the major scale, and even lower than in the Ajam trichord. Artinya, jiharkah Trichord terdengar sangat mirip dengan yang pertama notasi 3 dalam skala besar di Musik Klasik Barat. notasi 3 disetel sedikit lebih rendah dari skala besar, dan bahkan lebih rendah dari pada trichord Ajam.
f. Maqam Sikah
Maqam Sikah has two forms shown above. Often the first form (Sikah-Rast) is used on the way up, and the second form (Sikah-Nahawand) is used on the way down. Artinya, maqam Sikah memiliki dua bentuk seperti ditunjukkan di atas. Seringkali bentuk pertama (Sikah-Rast) digunakan dalam permulaan, dan bentuk kedua (Sikah-Nahawand) digunakan dalam perjalanan ke bawah.
Sikah Trichord
One of the most common sounds in Arabic music. Some books represent this trichord as 3 different tetrachords, depending on the next possible
tonal interval: 1/2 tone is called Huzam Tetrachord, 3/4 tone is called Iraq Tetrachord, and 1 tone is called Sikah Tetrachord. Artinya, salah satu suara yang paling umum dalam musik Arab. Beberapa buku merupakan Trichord ini sebagai 3 perbedaan tetrachords, tergantung pada interval nada berikutnya mungkin: 1/2 nada disebut Huzam Tetrachord, 3/4 nada disebut Irak Tetrachord, dan 1 nada disebut Sikah Tetrachord.
g. Maqam Nahawand
Maqam Nahawand has two versions shown above. In general the first version (Nahawand-Hijaz) is used on the way up, and the second version (Nahawand-Kurd) is used on the way down. The secondary jins is the Ajam trichord on the 3rd note, often used in modulation. Artinya, maqam Nahawand memiliki dua versi di atas. Secara umum versi pertama (Nahawand-Hijaz) digunakan di permulaan, dan versi kedua (Nahawand-Kurdi) digunakan dalam
perjalanan ke bawah. Para jins sekunder adalah Trichord Ajam pada notasi 3, ini sering digunakan dalam modulasi.
Nahawand Tetrachord
The Nahawand tetrachord sounds very similar to the first 4 notes of a minor scale in Western Classical Music. Artinya, nahawand tetrachord terdengar sangat mirip dengan yang pertama, notasi 4 skala minor di Musik Klasik Barat.
2.4 Perkembangan Musik Padang Pasir di Sumatera Utara
Pertumbuhan dan perkembangan Orkes Padang Pasir di Indonesia kemudian tumbuh di Sumatra Utara sekitar tahun 1960-an. Tokoh-tokoh seperti Hasyim P.E, H. Adam Sakimaman, H.Azra' i Abduraufdan H.A Rifai Abdja
Pertumbuhan dan perkembangan Orkes Padang Pasir di Indonesia kemudian tumbuh di Sumatra Utara sekitar tahun 1960-an. Tokoh-tokoh seperti Hasyim P.E, H. Adam Sakimaman, H.Azra' i Abduraufdan H.A Rifai Abdja