ANALISIS STRUKTUR MELODI DAN MAKNA TEKS LAGU SELIMUT PUTIH KARYA AHMAD BAQI
SKRIPSI SARJANA DIAJUKAN
O L E H
NAMA : YUSDITHIRA RIFQHY H. SIREGAR NIM : 130707003
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU BUDAYA
PROGRAM STUDI ETNOMUSIKOLOGI MEDAN
2018
ABSTRAK
Skripsi sarjana ini berjudul “Analisis Struktur Melodi dan Makna Teks Lagu Selimut Putih Ciptaan Ahmad Baqi.” Secara sosial dan agama lagu ini sangat dikenal di kalangan masyarakat muslim di Asia Tenggara, dengan tema utama kematian di dalam perspektif agama Islam. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengungkapkan tiga masalah pokok: (1) Biografi Ahmad Baqi sebagai seniman musik Islam dari Sumatera Utara. (2) Bagimana struktur melodi lagu Selimut Putih, (3) Apa saja makna-makna agama dan budaya yang terkandung dalam teks lagu Selimut Putih karya Ahmad Baqi ini. Untuk mengkaji pokok masalah pertama, digunakan teori biografi. Selanjutnya untuk menguraikan pokok masalah kedua digunakan teori struktur musik oleh Karl Edmun Prier dan Soeharto. Setersunya untuk memecahkan pokok masalah ketiga dipergunakan teori pemaknaan teks P.Walm. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif-analitik dan metode kualitatif, berbasis pada penelitian lapangan. Teknik yang digunakan adalah berupa:
pengamatan, wawancara, perekaman visual dan audiovisual. Proses kerja adalah kerja lapangan dan laboratorium. Hasil yang diperoleh: (1) Ahmad Baqi adalah seorang musisi dan seniman Melayu yang berasal dari Sumatera Utara khususnya di kota Medan. Beliau mendapat gelar Profesor Honoris Causa di bidang musik dari pemerintah Malaysia tahun 1978. Delapan belas tahun kemudian, tepatnya 1995 pemerintah Malaysia memberikan gelar Datuk yang langsung diberi oleh menteri Besar Sabah. Dua tahun sebelum wafat ia diberi gelar ASDK (Ahli Setia Darjah Kota Kinabalu) oleh kerajaan Sabah Malaysia (1997). Beliau dikenal sebagai pencipta lagu dengan unsur- unsur islami yang dipengaruhi kuat oleh nada- nada Al- Qur‟an yang disebut dengan qira‟at. Beliau juga mencampurkan perpaduan antara musik Melayu dan musik Arab, sehingga terkonsep sebagai musik yang bergenre qasidah. Karya Ahmad Baqi yang sangat fenomenal adalah Selimut Putih. (2) Struktur melodi lagu terdiri dari 98 birama dengan menggunakan 2 maqam yaitu maqam Rast dan Hijaz. struktur pada lagu selimut Putih yaitu: A-B-B1-C-A. Pada bentuk A-B-B1 menggunakan maqam Rast, kemudian pada bentuk C berganti menjadi Maqam Hijaz, lalu pada bentuk A1 kembali menggunakan maqam Rast. Bagian kedua adalah kalimat atau periode pada lagu Selimut Putih yaitu terdiri dari dua kalimat atau periode yang diulang masing- masing 2 kali, terdapat 2 sampai 3 frase di masing-masing kalimat tanya dan jawabnya. Motif melodi berupa ulangan harfiah, dan pembalikan, sekuens turun dan naik, perubahan nilai nada, interval, dan pembesaran interval. (3) Makna teks pada lagu Selimut Putih merupakan makna yang berisikan nasihat-nasihat kepada seluruh umat manusia, khususnya umat Islam agar selalu ingat dengan kematian yang kapan saja bisa datang menghampiri, sehingga dengan begitu kita dapat selalu memgerjakan perintah-Nya dan menjahui larangan-Nya.
Kata kunci: analisis, struktur, biografi, melodi, makna teks
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, dengan limpahan dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Adapun skripsi sarjana ini diberi judul “Analisis Struktur Melodi dan Makna Teks Lagu Seimut Putih Karya Ahmad Baqi.”
Penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada yang terhormat Bapak Dr.Budi Agustono, M.S., selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya USU Medan. Begitu juga segenap jajaran di Dekanat Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara.
Terimakasih kepada Ibu Arifninetriroza, SST., M.A selaku ketua program studi dan Bapak Drs. Bebas Sembiring, M.Si. selaku sekretaris program studi Etnomusikologi FIB USU Medan. Terimakasih penulis sampaikan kepada Bapak Drs. Muhammad Takari, M.Hum, Ph.D. selaku pembimbing I dan Bapak Drs. Fadlin, M.A. selaku pembimbing II (yang juga dosen Prodi Etnomusikologi FIB USU), yang telah meluangkan waktunya selama penyusunan skripsi ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat seluruh staf pengajar di Prodi Etnomusikologi USU yang telah banyak memberikan pemikiran dan wawasan baru kepada penulis selama mengikuti perkuliahan. Kepada seluruh dosen di Etnomusikologi, Bapak Prof. Drs. Mauly Purba, M.A.,Ph.D., Bapak Drs. Irwansyah Harahap, M.A., Ibu Drs. Rithaony Hutajulu, M.A., Bapak Drs. Bebas Sembiring, M.Si., Ibu Arifni Netrosa, SST, M.A., Ibu Dra. Frida Deliana, M.Si., Bapak Drs.
Perikuten Tarigan, M.Si., Bapak Drs. Dermawan Purba, M.Si., dan Bapak Drs.
Torang Naiborhu, M.Hum., dan Bapak Drs. Kumalo Tarigan, M.A., Ph.D. Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak/Ibu yang telah membagikan ilmu dan pengalaman hidup Bapak/Ibu sekalian. Seluruh ilmu dan pengalaman hidup Bapak/Ibu sekalian menjadi pelajaran berharga untuk penulis.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada kedua orang tua saya tercinta, ayahanda Zaina Arifin Siregar dan ibunda Rumiani Sitorus.
Terimakasih atas cinta kasih dan perhatian yang telah diberikan kepada saya. Serta motivasi-motivasi yang diberikan dan juga doa yang selalu dipanjatkan kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini. Dan Penulis juga banyak mengucapkan banyak terima kasih kepada Ayah angkat di Medan Muhammad Luthfi Batubara dan Ibunda angkat Fairus Sitorus yang banyak mengajarkan banyak kebaikan di perantauan.
Kepada semua informan yang telah memberikan dukungan dan bantuan untuk penulis dalam menyelesaikan skripsi ini; Bapak Drs. Khairul Amri Dalimunte, Kakanda Paramudita Dalimunte, Najibullah Almaidani, Muhammad Sadikin S.Pd.I , dan Al Ustad Rahmat Hidayat Tanjung, S.Pd.I. Sungguh pengalaman dan kesempatan yang tak terhingga yang penulis dapat untuk mengetahui nilai hidup Ahmad Baqi.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada abangda Abdul Mu‟in Purba, S.Pd.I, Richi Aulia Mulfi S.E., dan Yusni Arfi Dermawan Siregar S.T., serta tidak lupa kakanda yang saya sayangi Yusdariani Siregar, A.Md., Yusni Hartati Siregar, S.T., Verawati Koto S.T., dan adinda yang saya cintai Yusrizqhy Prasetya Nugraha Siregar, serta ketiga kemanakan saya Afiq Dhiyaulhaq Mulfi, Raisa Alya Husna Purba, dan Muhammad Ghatfan, serta tidak lupa pula yang tersayang Sri Wulandari, A.Md., yang sudah memberi semangat dan doa kepada penulis. Begitu juga kepada saudara-saudara saya yang juga menyokong, memberi semangat serta materi dalam membantu penyelesaian skripsi ini. Serta teman-teman seperjuangan: Andi Damora Siregar, Darmawanto, Tapri Harahap, Khozinatul Asror, Ikhsan Ramlei, Josua
disebutkan satu per satu, terimakasih atas semangat yang kalian berikan. Semoga kita dapat berhasil dan Allah melimpahkan rahamatNya kepada kita semua, Amin.
Medan, Maret 2018
Yusdithira Rifqhy Hikmawan Siregar NIM 130707003
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ... ii
ABSTRAK ... v
KATA PENGANTAR ... vi
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR TABEL ... x
DAFTAR GAMBAR ... xi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Pokok Permasalahan... 10
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian ... 10
1.3.2 Manfaat Penelitian ... 10
1.4 Konsep dan Teori 1.4.1 Konsep ... 11
1.4.2 Teori ... 11
1.5 Metode Penelitian 1.5.1 Wawancara ... 19
1.5.2 Kerja Laboratorium ... 20
1.6 Lokasi Penelitian ... 21
BAB II PERJALANAN MUSIK PADANG PASIR DI NUSANTARA DAN SUMATERA UTARA 2.1 Pengertian Musik Padang Pasir ... 22
2.2 Sejarah Perkembangan Musik Padang Pasir di Indonesia ... 22
2.3 Maqam dalam Musik Islam 2.3.1 Jenis Maqam ... 30
2.3.2 Bentuk Fisik Maqam ... 30
2.4 Perkembangan Musik Padang Pasir di Sumatera Utara ... 39
2.5 Biografi Ahmad Baqi ... 41
2.6 Struktur Keanggotaan Grup Padang Pasir El - Suraya ... 54
2.7 Alat Musik ... 57
BAB III ANALISIS MELODI SELIMUT PUTIH 3.1 Analisis Maqam Pada Lagu Selimut Putih ... 61
3.2 Struktur atau Bentuk lagu Selimut Putih ... 65
3.3 Kalimat atau periode yang terdapat pada Lagu Selimut Putih ... 69
3.4 Frase pada lagu Selimut Putih ... 76
3.5 Analisis Motif pada lagu Selimut Putih ... 85
3.6 Ornamentasi... 96
BAB IV ANALSIS TEKS LAGU SELIMUT PUTIH 4.1 Teks Syair dalam Lagu Selimut Putih ... 97
4.2 Arti Teks Lagu Selimut Putih ... 99 BAB V PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA ... 112 DAFTAR INFORMAN ... 114 LAMPIRAN ... 116
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Analisis Makna Teks Lagu Selimut Putih ... 99
DAFTAR GAMBAR
Daftar gambar 2.1 Prof.H.Ahmad Baqi ...41
Daftar gambar 2.2 Ahmad Baqi dan Istrinya H. Dewiana Siregar... . 44
Daftar gambar 2.3 Orkes Musik Fukaha Mesir ...45
Daftar gambar 2.4 El- Soraya Mengisi Acara Di Hotel Bandung ...46
Daftar gambar 2.5 Penghargaan kepada Ahmad Baqi dari Malysia ...51
Daftar gambar 2.6 Ahmad Baqi dan Anaknya Ahmad Sauqi ...53
Daftar gambar 2.7 Cover Kaset El Suraya ...56
Gambar Lampiran Daftar gambar 1 Drs. Khairil Amri Dalimunte ... 118
Daftar gambar 2 Pramudita Rizky Dalimunte, S.Pd. ...119
Daftar gambar 3 Najibullah Almaidani di pergelaran seni Melayu ... 120
Daftar gambar 4 Muhammad Sadikin S.Pd.I ... 121
Daftar gambar 5 Ust. Rahmat Tanjung S.Pd.I ... 122
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pengetahuan dan wawasan luas menjadi tolak ukur seseorang dipandang sebagai orang yang pintar. Untuk dikenal sebagai negara yang maju, setiap warga negara Indonesia harus memiliki pengetahuan dan wawasan yang luas supaya tidak tertinggal dari kemajuan zaman yang setiap harinya terus berkembang. Membaca merupakan salah satu pintu upaya untuk membuka dunia pengetahuan. Oleh karena itu, membaca perlu dibiasakan agar mendapatkan berbagai informasi dari belahan dunia yang setiap harinya selalu berubah dan berkembang.
Manusia dalam proses sejarah selalu menempatkan dirinya sebagai objek sekaligus subjek sejarah. Sejarah dalam arti objektif menunjuk kepada kejadian atau peristiwa itu sendiri, adalah proses sejarah dalam aktualitasnya. Kejadian itu sekali terjadi tidak dapat diulang lagi. Keseluruhan proses itu berlangsung terlepas dari subjek manapun; jadi, objektif berarti tidak memuat unsur-unsur subjek pengamat atau pencerita.
Biografi sangat penting untuk dapat mempelajari kisah di balik kesuksesan hidup tokoh, perjalanan hidup seorang, mulai dari dia dilahirkan sampai dengan meninggal. Tujuan dari biografi adalah seperti mencari hal-hal yang mengesankan dari perjalanan seseorang, mencari hal-hal yang dapat diteladani dari tokoh, mencari keistimewaan dari sang tokoh, dan mencari hal-hal yang disukai dari tokoh. Peran tokoh dalam perkembangan kebudayaan lokal sangatlah berpengaruh terhadap keberlangsungan kebudayaan tersebut, agar tidak terkikis dan tergerus oleh arus zaman. Oleh sebab itu, hasil karya seorang tokoh kebanyakan nilai-nilai
pembacanya. Dalam tekanan era global sekarang ini, budaya tradisional lokal mulai terkikis akibat tekanan dari budaya luar. Media massa membombardir kehidupan kita dengan imaji-imaji yang bersifat asing dan kita pun menelannya.
Dari perkembangan masa ke masa, nilai-nilai budaya lokal ini mulai tergantikan dengan pengaruh globalisasi dan gaya masyarakat luar. Walaupun ditimpakan budaya luar masih banyak para tokoh agama, budayawan, dan politisi yang peduli terhadap khasanah budaya masyarakatnya. Berbagai macam kebudayaan saat ini dapat kita nikmati, baik dalam bentuk tradisional ataupun modern. Kebudayaan tradisional merupakan peninggalan nenek moyang yang belum terpengaruhi oleh budaya luar. Pada umumnya perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan selalu disertai dengan perkembangan kebudayaan, akan tetapi sering pula muncul kecenderungan adanya gejala norma-norma seni budaya yang sudah mulai terabaikan (Kusumastuti, 2004;12).
Kebudayaan merupakan pikiran aktivitas dan segala hasil karya cipta manusia yang berbudi luhur serta halus. Kebudayaan sering diartikan sebagai hasil karya budi daya manusia dalam usahanya menghadapi tantangan alam dan zaman.
Menurut Bastomi (1985:3), kebudayaan merupakan unsur-unsur budi daya luhur yang indah misalnya kesenian, sopan santun, dan ilmu pengetahuan. Selain itu Bastomi mengungkapkan bahwa setiap hasil karya cipta manusia dapat dikatakan seni yaitu salah satu kebudayaan yang mempunyai nilai keindahan (estetis).
Kebudayaan ini ada yang merupakan hasil dari masyarakat itu sendiri atau yang datang dari luar kebudayaannya.
Masuknya budaya Arab (840 M) ke Indonesia melalui jalur perdagangan dan berlabuh di Nanggeroe Aceh Darrusalam, merupakan salah satu bentuk cikal bakal kemajuan ilmu pengetahuan di Indonesia. Banyak ilmu pengetahuan yang ditransfer
dari tanah Arab ke Indonesia, terutama dari segi ilmu agama dan seni. Secara garis besar eksistensi indonesia terkenal di negara lain sebagai negara islam terbesar di dunia, yang dimana bersifat republik. Budaya Timur Tengah ( Arab ) yang sekarang ini tengah menjadi sorotan di Indonesia adalah keseniannya, khususnya di bidang seni musik. Di Indonesia sendiri musik Arab disebut dengan nama musik Qasidah.
Di antara lagu kasidah yang terkenal adalah Ya Thoyibah dan lagu-lagu Islami yang dinyanyikan dandiciptakan oleh kelompok musikpopuler Indonesia yaitu Bimbo dari Kota Bandung, Jawa Barat, seperti lagu Sajadah Panjang, Ada Anak Bertanya kepada Bapaknya,Tuhan,dan lain-lainnya.
Tidak ketinggalan pula, di Sumatera Utara, muncullah istilah musik padang pasir, untuk menyebutkan musik-musik Islam yang kuat bersuasana musik Arab.
Pengertian padang pasir ini sendiri merujuk kepada kawasan negeri-negeri Arab, yang ciri utamanya adalah merupakan padang pasir atau gurun, yang paling luas adalah Gurun Sahara. Istilah ini populerdi tahun 1960-an ketika sebuah orkes, yang bernama El-Suraya, yang lazim membawakan lagu-lagu Islami dibentuk oleh Ahmad Baqi di Kota Medan. Beliau adalah pelopor awal pembawa musik padang pasir di kawasan Sumatera Utara.
Banyak yang telah di lakukanAhmad Baqi dalam melestarikan khasanah budaya khususnya budaya Melayu. Pristiwa tentang problema masyarakat digambarkan dalam lagunya. Beliau adalah seorang musisi yang sangat berpengaruh dan religius. Karya- karya beliau dipengaruhi kuat oleh nada-nada lagu Al-Quran yang disebut Nagham1, lagu-lagu itu seperti Bayati, Tsiqah, Raas,
1Nagham (naghmah) merupakan salah satu dari sekian ekspresi seni yang menjadi bagian integral hidup manusia. Bahkan nagham ini telah tumbuh sejak lama. Ibnu Manzur menyatakan bahwa ada dua teori tentang asal mula munculnya nagham Al-Quran. Pertama, nagham Al Quran berasal dari nyanyian nenek moyang bangsa Arab. Kedua, nagham terinspirasi dari nyanyian budak-
Nahwan, Hijaj, Husaini, dan Ziharkah. Keberadaan ilmu nagham, tidak sekedar realisasi dari firman Allah SWT dalam surah Al-Muzzammil ayat 4 yang berbunyi:
Artinya: “Dan bacalah Al Qur’an dengan tartil ( perlahan- lahan)” (QS. Al Muzammil: 4).
Hadits Nasai 1007
Artinya:
Telah mengabarkan kepada kami [Muhammad bin Zunbur Al Makki]
dia berkata; telah menceritakan kepada kami [Ibnu Abu Hazim] dari [Yazid bin 'Abdullah] dari [Muhammad bin Ibrahim] dari [Abu Salamah] dari [Abu Hurairah] dia pernah mendengar Rasulullah Shallallahu'alaihi wasallam bersabda: "Allah subhanahu wata'ala tidak pernah mengijinkan untuk (melakukan) sesuatu sebagaimana Dia mengizinkan nabi-Nya untuk memperindah dan mengeraskan suaranya saat membaca Al Qur'an."
Rasa yang melahirkan seni (termasuk nagham) merupakan bagian integral kehidupan manusia yang didorong oleh adanya daya kemauan dalam dirinya.
Kemauan rasa itu sendiri timbul karena didorong oleh karsa rohaniah dan pikiran manusia yang sudah digariskan sebelumnya oleh Allah SWT.
Ahmad Baqi mendapat gelar Profesor Honoris Causa di bidang musik dari Pemerintah Malaysia tahun 1978. Gelar itu diberikan Datuk Asri, Menteri ditegaskan bahwa lagu-lagu Al-Quran idealnya bernuansa irama Arab. Pada Masa akhir ini sesuai dengan perkembangan maka melalui teori konvergensi asal bersesuaian dengan nagham Arab klasik (Lebih jauh lihat pada https://hbis.wordpress.com/2010/01/20/mengenal-nagham-irama-al-quran- dan-kilasan-sejarahnya/Kilasan Sejarahnya)
Besar Malaysia, setelah lagu Selimut Putih, yang bercerita tentang kematian dan membuat merinding seantero pelosok ranah Melayu, pertama kali dikeluarkan tahun 19772. Tema tentang kematian dalam Islam ini dapat dirujuk pada Al-Quran surat Yassin ayat 12, seperti berikut ini:
Artinya: “Sesungguhnya Kami menghidupkan orang- orang mati dan Kami menuliskan apa yang telah mereka kerjakan dan bekas- bekas yang mereka tinggalkan. Dan segala sesuatu Kami kumpulkan dalam Kitab Induk (LauhMahfuzh) yang nyata.”
Ayat Qur‟an di atas menerangkan bahwa Allah menghidupkan orang mati,dan Dia menulis semua perbuatan orang selama hidup di dunia ini. Ini adalah indeks bahwa selama hidup di dunia orang mestilah beramal baik,agar ditempatkan ditempat yang baik pula di akhirat. Ajaran Islam tentang kematian ini diungkapkan pada lagu padang pasir tersebut.
Delapan belas tahun kemudian setalah rilis lagu Selimut Putih, tepatnya di tahun 1995, pemerintah Malaysia memberinya gelar Datuk yang diberi oleh Menteri Besar Sabah. Dua tahun sebelum wafat, ia diberi gelar ASDK (Ahli Setia Darjah Kota Kinabalu) oleh kerajaan Sabah Malaysia (1997). Di tahun ini (2017) lagu Selimut Putih diangkat kembali oleh Fadly group Band Padi dan Musikimia, karena ayah Fadli adalah salah satu penggemar karya- karya Ahmad Baqi mengamanahkan ketika sebelum beliau meninggal untuk menggarap lagu tersebut.
Lagu Selimut Putih aransemen Fadly juga dijadikan single untuk menyambut bulan suci Ramadhan 1438 H, sekarang dapat dinikmati di www.youtube.com dengan sentuhan musik modern menjadikan lagu Selimut Putih menjadi kaya yang tak kehilangan nuansa religinya.
Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan di atas, penulis tertarik untuk mengetahui bagaimanakah peran seorang tokoh penggiat kebudayaan dalam menumbuh kembangkan sebuah tradisi dalam kehidupan bermasyarakat guna untuk mencapai suatu tingkat pemahaman tentang pentingnya sebuah khasanah leluhur dan mengadakan penelitian dengan judul “Analisis Struktur Melodi dan Makna Teks Lagu Selimut Putih Karya Ahmad Baqi.”
Penelitian terhadap makna teks dan struktur melodi lagu Selimut Putih ini, sesuai dengan ilmu yang penulis pelajari selama ini, yakni etnomusikologi, yaitu ilmu yang mempelajari musik dalam kebudayaan. Salah satu kajian di dalam etnomusikologi adalah mengenai kajian teks nyanyian dan struktur musik.
Apa yang penulis lakukan dalam kerangka etnomusikologi ini merujuk pengertiannya dari Merriam (1964), sebagai berikut.
Ethnomusicology carries within itself the seeds of its own division, for it has always been compounded of two distinct parts, the musicological and the ethnological, and perhaps its major problem is the blending of the two in a unique fashion which emphasizes neither but takes into account both. This dual nature of the field is marked by its literature, for where one scholar writes technically upon the structure of music sound as a system in itself, another chooses to treat music as a functioning part of human culture and as an integral part of a wider whole. At approximately the same time, other scholars, influenced in considerable part by American anthropology, which tended to assume an aura of intense reaction against the evolutionary and diffusionist schools, began to study music in its ethnologic context. Here the emphasis was placed not so much upon the structural components of music sound as upon the part music plays in culture and its functions in the wider social and cultural organization of man. It has been tentatively suggested by Nettl (1956:26-39) that it is possible to characterize German and American "schools" of ethnomusico-logy, but the designations do
not seem quite apt. The distinction to be made is not so much one of geography as it is one of theory, method, approach, and emphasis, for many provocative studies were made by early German scholars in problems not at all concerned with music structure, while many American studies have been devoted to technical analysis of music sound (Merriam 1964:3-4).3
Satu paragraf penting di atas yang dikemukakan oleh Merriam, menjelaskan bahwa para ahli etnomusikologi membawa dirinya sendiri kepada benih-benih pembagian ilmu, yaitu musikologi dan antropologi. Selanjutnya dalam memadukan (fusi) kedua disiplin ini, maka dalam etnomusikologi akan menimbulkan kemungkinan-kemungkinan masalah besar dalam rangka mencampur kedua disiplin itu, tentu saja setiap etnomusikolog akan berada dalam fokus keahlian ilmu pada salah satu bidangnya saja, tetapi tetap mengandung kedua disiplin tersebut.
Sifat dualisme lapangan studi etnomusikologi ini, dapat ditandai dari bahan- bahan bacaan yang dihasilkannya. Katakanlah seorang sarjana etnomusikologi menulis secara teknis tentang struktur suara musik sebagai suatu sistem tersendiri.
Di lain sisi, sedangkan sarjana lain memilih untuk memperlakukan musik sebagai suatu bagian dari fungsi kebudayaan manusia, dan sebagai bagian yang integral dari keseluruhan kebudayaan. Di dalam masa yang sama, beberapa sarjana dipengaruhi secara luas oleh para pakar antropologi Amerika, yang cenderung untuk mengasumsikan kembali suatu reaksi terhadap aliran-aliran yang mengajarkan teori-teori evolusioner difusi, dimulai dengan melakukan studi musik dalam konteks etnologisnya. Dalam kerja yang seperti ini, penekanan etnologis yang dilakukan para sarjana ini lebih luas dibanding dengan
3Di dalam hal aplikasi disiplin etnomusikologi di Indonesia dan dunia, terdapat sebuah buku yang terus populer sampai sekarang ini, dalam realitasnya menjadi “bacaan wajib ” bagi para pelajar dan mahasiswa etnomusikologi seluruh dunia, dengan pendekatan kebudayan, fungsionalisme, strukturalisme, sosiologis, dan lain-lainnya. Buku yang diterbitkan tahun 1964 oleh
kajian struktur komponen suara musik sebagai suatu bagian dari permainan musik dalam kebudayaan, dan fungsi-fungsinya dalam organisasi sosial dan kebudayaan manusia yang lebih luas.
Hal tersebut telah disarankan secara bertahap oleh Bruno Nettl yaitu terdapat kemungkinan karakteristik "aliran-aliran" etnomusikologi di Jerman dan Amerika, yang sebenarnya tidak persis sama. Mereka melakukan studi etnomusikologi ini, tidak begitu berbeda, baik dalam geografi, teori, metode, pendekatan, atau penekanannya. Beberapa studi provokatif awalnya dilakukan oleh para sarjana Jerman. Mereka memecahkan masalah-masalah yang bukan hanya pada semua hal yang berkaitan dengan struktur musik saja. Para sarjana Amerika telah mempersembahkan teknik analisis suara musik.
Dari kutipan di atas tergambar dengan jelas bahwa etnomusikologi dibentuk dari dua disiplin ilmu dasar yaitu antropologi dan musikologi.
Walaupun terdapat variasi penekanan bidang yang berbeda dari masing-masing ahlinya. Namun terdapat persamaan bahwa mereka sama-sama berangkat dari musik dalam konteks kebudayaannya.
Secara khusus, mengenai beberapa definisi tentang etnomusikologi telah dikemukakan dan dianalisis oleh para pakar etnomusikologi. Pada tulisan edisi berbahasa Indonesia, Rizaldi Siagian dari Universitas Sumatera Utara (USU) Medan, dan Santosa dari Sekolah Tinggi Seni Indonesia (STSI) Surakarta, telah mengalihbahasakan berbagai definisi etnomusikologi, yang terangkum dalam buku yang bertajuk Etnomusikologi, tahun 1995, yang diedit oleh Rahayu Supanggah, terbitan Masyarakat Seni Pertunjukan Indonesia, yang berkantor pusat di Surakarta.
Dalam buku ini, Alan P. Merriam mengemukakan 42 definisi etnomusikologi dari
beberapa pakar, menurut kronologi sejarah dimulai oleh Guido Adler 1885 sampai Elizabeth Hesler tahun 1976.4
Dari semua penujelasan tentang apa itu etnomusikologi, maka dapatlah ditarik kesimpulan bahwa etnomusikologi adalah sebuah disiplin ilmu pengetahuan yang merupakan hasil fusi dari antropologi (etnologi) dan musikologi, yang mengkaji musik baik secara struktural dan juga sebagai fenomenal sosial dan budaya manusia di seluruh dunia. Para ahlinya (lulusan sarjana etnomusikologi atau peringkat magister dan doktoral) disebut sebagai etnomusikolog. Ilmu ini sangat relevan dalam mengkaji musikal dan tekstual lagu Selimut Putih dalam kebudayaan masyarakat Islam yang menggunakannya.
Dengan memperhatikan secara seksama semua latar belakang di atas, maka dengan demikian kajian ini akan melihat bagaimana struktur tekstual dan musikal lagu Selimut Putih sehingga nyanyian tersebut dapat mempengaruhi atau membawa orang lain larut dalam suasana membayangkan kematian yang akan dilalui oleh setiap manusia yang hidup di dunia ini.
1.2 Pokok Permasalahan
4Buku tersebut ini disunting oleh seorang etnomusikolog dari Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta, yaitu R. Supanggah, diterbitkan tahun 1995, dengan judul ringkas Etnomusikologi.
Diterbitkan di Surakarta oleh Yayasan bentang Budaya, Masyarakat Seni Pertunjukan Indonesia.
Buku ini merupakan kumpulan enam tulisan oleh empat pakar etnomusikologi (Barat) seperti:
Barbara Krader, George List, Alan P. Merriam, dan K.A. Gourlay; yang dialihbahasakan oleh Santosa dan Rizaldi Siagian. Dalam buku ini Alan P. Merriam menulis tiga artikel, yaitu: (a)
“Beberapa Definisi tentang „Musikologi Komparatif‟ dan „Etnomusikologi‟: Sebuah Pandangan Historis-Teoretis,” (b) “Meninjau Kembali Disiplin Etnomusikologi,” (c) “Metode dan Teknik Penelitian dalam Etnomusikologi.” Sementara Barbara Krader menulis artikel yang bertajuk
“Etnomusikologi.” Selanjutnya George List menulis artikel “Etnomusikologi: Definisi dalam Disiplinnya.” Pada akhir tulisan ini K.A. Gourlay menulis artikel yang berjudul “Perumusan Kembali Peran Etnomusikolog di dalam Penelitian.” Buku ini barulah sebagai alihbahasa terhadap tulisan-tulisan etnomusikolog (Barat). Ke depan, dalam konteks Indonesia diperlukan buku-buku panduan tentang etnomusikologi terutama yang ditulis oleh anak negeri, untuk kepentingan perkembangan disiplin ini. Dalam ilmu antropologi telah dilakukan penulisan buku seperti Pengantar Ilmu Antropologi yang ditulis antropolog Koentjaraningrat, diikuti oleh berbagai buku
Adapun yang menjadi pokok permasalahan dalam tulisan ini adalah sebagai berikut:
a. Bagaimana riwayat hidup Ahmad Baqi?
b. Apakah makna tekstual dari lagu Selimut Putih?
c. Bagaimana struktur melodi Selimut Putih?
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian
1. Secara akademis, adalah untuk memenuhi salah satu syarat ujian sarjana seni di Program Studi (Prodi) Etnomusikologi, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara Medan.
2. Untuk menuliskan riwayat hidup Ahmad Baqi dari sisi dirinya sebagai seorang musisi musik Islam di kawasan ini.
3. Untuk mengetahui dan menganalisis makna lagu Selimut Putih secara mendalam berdasarkan perspektif ajaran agama Islam yang diresapi oleh Ahmad Baqi.
4. Untuk mengetahui dan menganalisis struktur melodi dari lagu Selimut Putih, dari aspek-aspek musikal yang mendukungnya, seperti tangga nada, wilayah nada, nada dasar, kontur, pola-pola kadensa dan lainnya.
1.3.2 Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah untuk menambah informasi dan pengetahuan tentang musik Padang Pasir. Manfaat lain yang dapat diperoleh dalam penelitian ini adalah:
1. Sebagai untuk menambah dokumentasi mengenai Musik Melayu Padang Pasir di Program Studi Etnomusikologi, Fakultas Ilmu Budaya,
2. Sebagai proses pengaplikasian ataupun pengembangan ilmu yang diperoleh penulis selama mengikuti perkuliahan di Program Studi Etnomusikologi.
3. Sebagai referensi untuk peneliti lainnya yang mempunyai keterkaitan dengan topik judul penelitian.
4. Penelitian ini juga diharapkan dapat membuat kesadaran kepada Instansi atau Lembaga Pemerintah Kota Medan agar mengenang dan memberikan suatu penghargaan baik itu moral maupun imateril kepada Ahmad Baqi.
1.4 Konsep dan Teori 1.4.1 Konsep
Konsep merupakan penggabungan dan perbandingan bagian-bagian dari suatu penggambaran dengan bagian-bagian dari berbagai penggambaran lain yang sejenis, berdasarkan asas-asas tertentu secara konsisten (koentjaraningrat 2009:85).
Maka, berdasarkan pengertian diatas penulis akan menjelaskan beberapa konsep yang berkaitan dengan tulisan ini.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi keempat (2008:58), kajian atau analisis adalah penguraian suatu pokok atas berbagai bagiannya dan penelaahan bagian itu sendiri serta hubungan antarbagian untuk memperoleh pengertian yang tepat dan pemahaman arti keseluruhan. Dengan demikian, kata analisis dalam tulisan ini berarti hasil penguraian objek penelitian. Selimut Putih yang didapat akan diuraikan agar memperoleh pengertian dan pemahaman makna tentang Selimut Putih.
Menurut Soeharto. M dalam buku “Kamus Musik” (1992:86) pengertian musik adalah pengungkapan melalui gagasan melalui bunyi, yang unsur dasarnya berupa melodi, irama, dan harmoni dengan unsur pendukung berupa gagasan, sifat
dan warna bunyi. Dari pengertian musik ini, dapat dikatakan bahwa musikal merupakan suatu ungkapan dari ekspresi manusia yang diolah dalam suatu nada- nada yang harmonis.
1.
Selimut Putih merupakan sebuah lagu yang penulis nyatakan sebagai objekkajian Etnomusikologi, karena ada atau terbentuk dari struktur, bentuk, bunyi bunyian, unsur musikal yang dapat di golongkan atau dikategorikan sebagai nyanyian. Kemudian, Selimut Putih juga mengandung unsur nada, rythem dan harmoni. Sesuai dengan pengertian diatas, maka penulis akan membahas yang tertuju pada melodi.
Teks adalah naskah yang berupa kata-kata dari pengarang, kutipan dari kitab suci untuk pangkal ajaran atau alasan, bahan tertulis untuk dasar memberikan pelajaran, berpidato dan sebagainya (Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi keempat 2008:1474). Dari pengertian teks di atas, maka tekstual adalah sesuatu yang berkaitan dengan teks. Sesuai dengan judul tulisan ini, penulis akan menganalisa makna dari teks atau kata dari lagu tersebut.
1.4.2 Teori
Pengertian tentang teori dalam penulisan skripsi sarjana ini, penulis kutip dari pendapat Kerlinger (dalam Sugiono 2009:79), yang mengemukakan bahwa:
Theory is a set of interrelated construct (concepts), definitions, and proposition that present a systematic view of phenomena by specipying relations among variabels, with purpose of explaining and predicting the phenomena”.
Artinya secara harfiah, teori adalah sebuah hubungan konsep, defenisi, proposisi yang menunjukkan suatu urutan yang sistematis dengan fenomena yang menggambarkan hubungan variabel, dengan tujuan menjelaskan dan memprediksi fenomena tersebut. Untuk itu, penulis menggunakan teori sebagai landansan untuk membahas dan menjawab pokok permasalahan.
Dalam penulisan biografi dituntut pendekatan sinkronis, diakronis, dan komprehensif, perlu didukung data, fakta dan referensi yang kuat untuk merekontruksi kenyataan masa lampau yang sedang dibangun” (SP Gustami dalam Catatan Biografi Pemikiran dan Karya, 2006: x).
Sehubungan dengan teori menganalisis musik ini, Pier SJ ( 1996:1) berpendapat bahwa, “Analisis musik adalah memotong dan memperhatikan detil sambil melupakan keseluruhan dari sebuah karya musik. Keseluruhan berarrti memandang awal dan akhir sebuah lagu serta beberapa perhentian sementara ditengahnya, gelombang-gelombang naik turun dan tempat puncaknya, dengan kata lain dari segi struktur.”
Dari pendapat lain, Soeharto (1992;76) mengatakan bahwa: “suatu hal yang tidak kurang pentingnya dalam usaha membuat melodi-melodi buatan orang lain.
Hal ini bisa dilakukan baik terhadap melodi lagu masa lalu ataupun melodi baru melejit. Di sini perlu belajar bukan saja terhadap melodi-melodi yang berhasil diterima masyarakat. Pada melodi-melodi kita perlu mengenal dimana letak kebagusannya, dan pada melodi yang kurang disukai, kita pun memikirkan mengapa demikian karya tersebut kita dapat mengamati, misalnya bagaimana mengawali langkahnya, adakah nada yang baru mempunyai klimaks melodi dan bagaimana melodi mencapai kelimaks tersebut. Dari kedua pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa dalam menganalisis suatu karya musik harus
mengesampingkan keseluruhan lagu agar di dalam menganalisis didapat detail- detail atau potongan yang pada akhirnya nanti disatukan kedalam bentuk yang utuh.
Ada beberapa hal penting yang perlu diperhatikan dalam menganalisis karya musik, antara lain:
a. Struktur atau Bentuk Musik
Bentuk musik merupakan susunan kalimat-kalimat musik, yang jika diperhatikam dan diamati mempunyai bentuknya masing-masing. Bentuk musik ini juga dapat dilihat secara praktis sebagai wadah yang diisi oleh komponis dan diolah sedemikian rupa seolah menjadi hidup. Prier SJ (1996:25) berpendapat: “Bentuk musik (form) adalah suatu gagasan atau ide yang nampak dalam pengolahan atau susunan semua unsur musik dalam sebuah komposisi meliputi melodi, irama, harmoni dan dinamika. Ide ini mempersatukan nada-nada musik serta terutama bagian-bagian komposisi yang dibunyikan satu persatu sebagai kerangka.
b. Kalimat atau Periode
Eilis B. Kohs mengemukakan (1973:55): “A periode normally consist of two pharases, an antecedents and consequent. The antecedents often compared to questing is complete in it self. It needs the fulfillment provide by the complementing or answering consequent phrase. Yang terjemahannya sebagai berikut: “Sebuah kalimat yang biasanya terdiri dari 2 frase, yakni frase pertanyaan (anteseden) dan frase jawaban (konsekuen). Kalimat pertanyaan selalu dibandingkan untuk melengkapi pertanyaan tersebut dijawab oleh kalimat jawaban.”
c. Frase
Soeharto (1992:39) mengatakan bahwa, “Frase merupakan hal penggalan kata dalam kalimat, baik kalimat lagu maupun kalimat teks”. Maka berdasarkan pendapat tersebut, frase merupakan bagian kecil dari sebuah kalimat.
Pada umumnya panjang satu frase terdiri dari 4 ruang birama yang kadang- kadang menyimpang dari kebiasaan dalam tempo cepat, panjang frase bias menjadi 8 birama sedangkan dalam tempo lambat panjang frase hanya 2 birama. Banoe (2003:334) mengatakan bahwa “Phrase atau frase adalah anak kalimat lagu, dalam tulisan musik lazim ditandai dengan lengkung pengikat”.
d. Motif
Motif adalah kumpulan nada yang membentuk sebuah frase, melodi atau komposisi secara keseluruhan, dimana motif dapat muncul melalui beberapa teknik pengolahan. Prier SJ (1996:3) mengatakan: “Motif adalah unsur yang terdiri dari sejumlah nada yang dipersatukan dengan suatu gagasan atau ide. Ada beberapa cara pengolahan motif yaitu ulangan harafiah, ulangan nada tingkat lain (sekuens), pembesaran interval, pemerkecil interval, pembalikan, pembesaran nilai nada, dan pemerkecil nilai nada, ornamentasi (pemberian hiasan pada nada-nada pokok)”.
Berikut cara pengolahan motif menurut Prier SJ :
(1) Ulangan Ulangan atau ulangan harafiah disebut juga repetisi yang merupakan pengulangan sebuah motif secara harafiah dalam arti tidak mengubah apapun dari bentuk asli.
(2) Ulangan pada tingkat yang lain (sekuens). Sekuens merupakan pengembangan motif dengan bentuk yang sama, tapi terletak pada tingkatan interval yang berbeda. Terdapat dua jenis sekuens, yakni sekuens naik dan sekuens turun.
(i) Sekuens naik, sebuah motif dapat diulang pada tingkat nada yang lebih tinggi.
(ii) Sekuens turun, sebuah motif dapat juga diulang pada tingkat yang lebih rendah.
(iii) Pembesaran interval adalah pengembangan motif dengan menambah jarak interval dari motif awal dengan maksud menciptakan sebuah peningkatan. Selain terjadi pembesaran interval, juga terjadi hal sebaliknya yaitu pengecilan interval, juga terjadi hal sebaliknya yaitu pengecilan interval.
(iv) Pembalikan disebut juga inverse yang merupakan pengembangan motif dengan arah yang berlawanan dari motif awal. Jika interval motif awal turun maka menjadi naik pada motif berikutnya.
(v) Pembesaran nilai nada merupakan pengembangan motif dengan mengolah irama melodi dimana nilai nada tertentu digandakan.
Selain pembesaran interval, dapat juga terjadi hal sebaliknya yaitu pengecilan interval.
(vi) Ornamentasi atau hiasan merupakan pengembangan motif dengan pemberian hiasan pada nada-nada pokok.
Untuk mendukung analisis struktur melodi Selimut Putih, penulis menggunakan metode transkripsi. Transkripsi merupakan proses penotasian bunyi yang didengar dan dilihat. Dalam mengerjakan transkripsi penulis menggunakan pada notasi musik yang dinyatatakan Seeger yaitu notasi preskriptif dan deskriptif.
Notasi preskriptif adalah notasi yang dimaksudkan sebagai alat pembantu untuk penyaji supaya dapat menyajikan komposisi musik. Sedangkan notasi deskriptif
adalah notasi yang dimaksudkan untuk menyampaikan kepada pembaca tentang ciri-ciri atau detail-detail komposisi musik yang belum diketahui oleh pembaca.
Berdasarkan penjelasan di atas, penulis akan menggunakan notasi deskriptif.
Karena, penulis akan menyampaikan atau memberikan informasi tentang Selimut Putihi dengan detail agar jelas tujuan dari komposisi Selimut Putih.
Setiap kebudayaan musik dunia memiliki sistem-sistem musik yang berbeda.
Karena kebudayaan musik dunia dikerjakan dengan cara yang tidak sama oleh setiap pendukung kebudayaan (Nettl 1977:3). Sistem-sistem musik tersebut dapat berupa teori, penciptaan, pertunjukan, pendokumentasian, penggunaan, fungsi, pengajaran, estetika, kesejarahan, dan lain-lain.
Salah satu sistem yang terlihat jelas dalam suatu kebudayaan musik dunia adalah pengajarannya yang diwariskan dari mulut ke mulut (oral tradition) (Nettl 1973:3). Dengan demikian pewarisan kebudayaan melalui mulut ke mulut dapat menciptakan hasil kebudayaan musik yang berbeda dari setiap generasi. Hal ini tentu dapat dijadikan sebagai hal yang menarik untuk diteliti dan harus diketahui tentang materi-materi lisan dan variasi ragam musik yang menggunakan istilah- istilah ideal dari suatu kebudayaan musik itu sendiri.
Dalam proses menganalisis struktur teks-teks Selimut Putih, penulis berpedoman pada teori William P. Malm. Dalam buku terjemahan Music Culture ofThe Pasific, the Near, East, and Asia, ia menyatakan bahwa dalam musik vokal, hal yang sangat penting diperhatikan adalah hubungan antara musik dengan teksnya. Apabila setiap nada dipakai untuk setiap silabel atau suku kata, gaya ini disebut silabis. Sebaliknya bila satu suku kata dinyanyikan dengan beberapa nada disebut melismatis.
Studi tentang teks juga memberikan kesempatan untuk menemukan hubungan antara aksen dalam bahasa dengan aksen pada musik, Serta sangat membantu melihat reaksi musikal bagi sebuah kata yang dianggap penting dan pewarnaan kata-kata dalam puisi (Malm dalam terjemahan Takari 1995:17).
Untuk mengetahui dan mendalami dari teks-teks Selimut Putih, penulis menggunakan teori semiotik. Istilah kata semiotik ini berasal dari bahasa Yunani, semeioni. Panuti Sudjiman dan van Zoest (bakar 2006:45-51) menyatakan bahwasemiotika berarti tanda atau isyarat dalam satu sistem lambang yang lebih besar. Teori semiotik adalah sebuah teori mengenai lambang yang dikomunikasikan.
1.5 Metode Penelitian
Metode ilmiah dari suatu pengetahuan merupakan segala cara yang digunakandalam ilmu tersebut, untuk mencapai suatu kesatuan (koentjaraningrat 2009:35). Sedangkan penelitian diartikan sebagai upaya dalam bidang ilmu pengetahuan yang dijalankan untuk memperoleh fakta-fakta dan prinsip-prinsip dengan sabar, hati-hati dan sistematis untuk mewujudkan kebenaran (Mardalis 2006:24).Jadi, metode penelitian adalah cara yang dipakai untuk mendapatkan ataumemperoleh informasi atau fakta yang ada didalam objek penelitian. Penulis juga menggunakan metode kualitatif agar mendapatkan dan mengumpulkan data dan menguraikannya dengan mewawancarai informan dari anak kandung dan cucu Ahmad Baqi.
1.5.1 Wawancara
Dalam penelitian ini, wawancara dilakukan untuk mengumpulkan data- data yang dibutuhkan oleh penulis. Koentjaraningrat (1983:138-139) menyatakan pada umumnya ada beberap macam wawancara yang dikenal oleh para peneliti.
Beberapa macam wawancara dibagi ke dalam dua golongan besar: (1) wawancara berencana (standardized interview) dan (2) wawancara tak berencana (standardized interview). Wawancara berencana selalu terdiri dari suatu daftar pertanyaan yang telah direncanakan dan disusun sebelumnya. Sebaliknya wawancara tak berencana tak mempunyai suatu persiapan sebelumnya dari suatu daftar pertanyaan dengan susunan kata dan dengan tata urut tetap yang harus dipatuhi oleh peneliti secara ketat. Demikian macam metode wawancara tak berencana secara lebih khusus dapat dibagi ke dalam (a) metode wawancara berstruktur (structured interview) dan (b) metode wawancara tak berstruktur (unstructured interview). Wawancara tak berstruktur juga dapat dbedakan secara lebih khusus lagi dalam dua golongan, ialah (1) wawancara yang berfokus (focused interview) dan (2) wawancara bebas (free interview).
Wawancara juga merupakan salah satu teknik pengumpulan data danketerangan-keterangan untuk melegkapi data yang diperoleh oleh penulis.
Wawancara adalah teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti untuk mendapatkan keterangan-keterangan lisan melalui bercakap- cakap dan berhadapan muka dengan orang yang dapat memberikan keterangan pada si peneliti (Mardalis 2006:64).
Dalam wawancara, penulis menetapkan 2 narasumber, yaitu Bapak Drs.Khairil Amri Dalimunte dan Pramuditha Rizki mereka mempunyai pengetahuan berkesenian yang tinggi. Bpk. Sauqi sendiri adalah anak kandung dari Ahmad Baqi. Selain itu, penulis juga mewawancarai beberapa tokoh masyarakat lainnya yang berkaitan untuk pengembangan penulisan skripsi ini.
1.5.2 Kerja Laboratorium
Dalam kerja laboratorium, penulis akan mengumpulkan data, mulai dariwawancara, dokumentasi, dan perekaman diuraikan secara rinci, detail danditafsirkan dengan pendekatan emik dan etik. Data perekaman audio menjadi objekyang diteliti oleh penulis dengan cara di transkripsikan dengan cara didengar danmenuliskannya kedalam notasi balok.
Selanjutnya, data tersebut diklasifikasi dan dibentuk sebagai data. Data tersebut di perbaiki dan diperbarui agar tidak rancu sesuai objek penelitian dalam menulis skripsi. Pengolahan data ini dilakukan bertahap data-data tidak didapat atau diperoleh sekaligus. Data-data tersebut juga merupakan data-data yang diperlukan sesuai dengan kriteria disiplin ilmu Etnomusikologi.
1.5.3 Studi Kepustakaan
Sebelum melakukan penelitian lapangan, penulis terlebih dahulu melakukan studi kepustakaan yaitu membaca buku-buku, skripsi, makalah yang berhubungan dengan apa yang kita teliti atau objek permasalahan. Studi kepustakaan ini dilakukan untuk menjadi kerangka acuan didalam penulisan dan juga untuk melengkapi data-data. Koentjaraningrat (2009:35) menyatakan bahwa studi pustaka bersifat penting karena membantu penulis untuk menemukan gejala-gejala dalam objek penelitian. Melalui studi pustaka, penulis sebagai peneliti awam diperkaya dengan informasi-informasi yang terdapat dalam berbagai sumber buku yang berhubungan dengan penulisan skripsi ini.
Dalam ilmu Etnomusikologi, ada dua sistem kerja dalam penelitian, yaitu deskwork (kerja laboratorium) danfield work (kerja lapangan). Studi kepustakaantergolong ke dalam kerja laboratorium. Di mana sebelum melakukan
penelitian, peneliti mengumpulkan data-data dan merangkum data-data yang telah didapat. Kerja ini dimaksudkan untuk mempermudah peneliti saat terjun ke lapangan. Selain itu, penulis dipersiapkan dan diarahkan untuk melakukan penelitian lapangan.
Penulis juga mengumpulkan data dengan teknologi internet. Dengan melalui penelusuran di situs www.google.com, website Melayu, blog-blog, dokumen dan lainnya. Semua data informasi yang penulis dapatkan melalui, buku, internet, skripsi dan lainnya membantu penulis untuk menyempurnakan penulisan skripsi ini.
1.6 Lokasi Penelitan
Lokasi penelitian penulis bertempat di Medan. Di karenakan informan adalah anak dari Ahmad Baqi yaitu Bapak Tama yang beralamat di jl.
Sisingamaraja Marandal 2, Medan Amplas dan juga Kakanda Paramudita adalah cucu kandung Ahmad Baqi. Yang menjadi informan kunci dalam penelitian ini adalah Bapak Tama.
BAB II
PERJALANAN MUSIK PADANG PASIR DI NUSANTARA DAN SUMATERA UTARA
2.1 Pengertian Musik Padang Pasir
Musik Timur Tengah/ Padang Pasir yaitu jenis musik yang berkembang di kawasan Timur Tengah yaitu di Negara Arab dan sekitarnya, Kuwait, Mesir, Irak dll. Musik yang paling menonjol adalah Qasidah lagu bernafaskan islam yang alur nadanya / melodinya berakar / berorientasi pada lagu timur tengah) Syair lagu qasidah meceritakan keagungan Allah, kebesaran Rasulnya, ajakan untuk beramal dan berjihad di Jalan Allah serta anjuran untuk menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangannya (www.wikipedia.com).
2. 2 Sejarah Perkembangan Musik Padang Pasir di Nusantara
Musik Padang Pasir adalah musik yang berkembang dimasyarakat secara turun temurun, dan dikembangkan sebagai sarana hiburan. Tiga komponen yang saling memengaruhi diantaranya adalah seniman, musik itu sendiri, dan masyarakat penikmatnya.Hal ini bermaksud untuk mempersatukan persepsi antara pemikiran seniman dan masyarakat tentang usaha bersama dalam mengembangkan dan melestarikan seni musik Padang Pasir. Menjadikan musik Padang Pasir sebagai perbendaharaan seni musik dimasyarakat, sehingga musik Padang Pasir lebih menyentuh pada sektor komersial umum.Musik Padang Pasir juga adalah musik yang berkembang secara tradisional, di kalangan suku –suku tertentu. Keberadaan musik Padang Pasir yang digunakan sebagai hiburan, tentunya sudah sangat sering dilakukan dalam sebuah seni pertunjukan. Dalam
sebuah pertunjukan seni,musik Padang Pasir sering diaransemen kembali menjadi sebuah musik yang lebih modern dan dalam jumlah pemusik yang diminimaliskan dengan tujuan untuk sebagai hiburan dan untuk seni pertunjukan.
Musik Padang Pasir adalah perkembangan seni yang terpengaruh dari dampak modernisasi. Musik yang bernuansa dari Timur Tengah ini memiliki sejarah yang sudah dimulai sejak tahun enam puluhan di Indonesia. Musik Padang Pasir dulu sering disebut musik Gambus, namun mengalami perubahan sesuai dengan perkembangan zaman, maka sekarang sebutan Gambus sudah berubah menjadi musik Padang Pasir. Oleh karena itu, musik Padang Pasir adalah musik yang berkembang sesuai dengan perkembangan zaman, dan sekarang ini teknologi telah mengubah warna musik. Berbagai jenis musik telah banyak yangmenggunakan alat-alat elektronik yang sesuai dengan apa yang dialami oleh jaman sekarang ini.
Nasyid berasal dari bahasa Arab yang berarti senandung. Kata ini mengalami penyempitan makna dari senandung secara umum, menjadi senandung yang bernafaskan Islam. Nasyid dipercaya sudah ada sejak zaman Nabi Muhammad.Syair thola'al badru 'alaina (yang artinya telah muncul rembulan di tengah kami)yang kini kerap dinyanyikan oleh tim qosidah dan majelis ta'lim, adalah syair yang dinyanyikan kaum muslimin saat menyambut kedatangan Rasulullah SAW ketika pertama kali hijrah ke Madinah. Nasyid kemudian berkembang seiring dengan situasi dan kondisi saat itu. Misalnya nasyid di Timur Tengah yang banyak mengumandangkan pesan jihad maupun perlawanan terhadap imperialisme Israel lebih banyak dipengaruhi oleh situasi politik yang ada saat itu.
Qasidah adalah seni suara yang bernapaskan Islam, di mana lagu-lagunya banyak mengandung unsur-unsur dakwah Islamiyah dan nasihat-nasihat baik sesuai ajaran Islam. Biasanya lagu-lagu itu dinyanyikan dengan irama penuh kegembiraan yang hampir menyerupai irama-irama Timur Tengah dengan diiringi rebana, yaitu sejenis alat tradisional yang terbuat dari kayu, dibuat dalam bentuk lingkaran yang dilobangi pada bagian tengahnya kemudian di tempat yang dilobangi itu di tempel kulit binatang yang telah dibersihkan bulu- bulunya.Awalnya rebana berfungsi sebagai instrument dalam menyayikan lagu- lagu keagamaan berupa pujian-pujian terhadap Allah swt dan rasul-rasul-Nya, salawat, syair-syair Arab, dan lain lain. Oleh karena itulah ia disebut rebana yang berasal dari kata rabbana, artinya wahai Tuhan kami (suatu doa dan pujian terhadap Tuhan) Seni qasidah lahir bersamaan dengan kelahiran Islam. Untuk pertama kalinya, qasidah ditampilkan oleh kaum Anshar (penolong Nabi Muhammad SAW. dan sahabat-sahabatnya dari kaum Muhajirin dalam perjalanan hijrah dari tanah kelahirannya (Makkah) ke Yatsrib (Madinah). Pada saat itu beberapa kaum Anshar menyambut kedatangan Nabi dan mendendangkan lagu- lagu pujian diiringi dengan lantunan musik rebana. Lagu-lagu pujian saat itu pun melegenda hingga hari ini sebagai lagu klasik dan masih dapat dinikmati hingga sekarang. Sebagai contoh dari lagu pujian itu sebagai berikut:
(https://teknologiq19.wordpress.com/2011/03/21/sejarah-dan-perkembangan- qasidah/)
Ya Nabi, keselamatan untukmu Ya Rasul, keseamatan untukmu
Ya Kekasih, keselamatan untukmu
Engkaulah matahari, engkaulah rembulan Engkau cahaya di atas cahaya
Engkau penerang kegelapan Engkau pelita penerang hati
Seni qasidah pun biasa dipergunakan pada acara Marhaban, yaitu acara menyambutkelahiran bayi serta pada acara cukuran bayi yang berumur 40 hari, dan pada hari besar Islam lainnya.
Berbeda dengan jenis-jenis musik dan lagu yang tumbuh dalam budaya Indonesia, qasidah merupakan kesenian yang diapresiasi oleh kalangan ulama dan pesantren. Dimana dalam hal berkesenian, kalangan ulama dan pesantren dapat dikatakan kurang menerima jenis kesenian lainnnya, bahkan cenderung mengharamkan. Sehingga dengan kondisi seperti ini dapat dipahami jika kesenian qasidah lebih banyak berkembang pada masyarakat yang memiliki ciri budaya Islam yang kental seperti di pesantren-pesantren.Dalam hal ini di Propinsi Banten dengan ciri busaya pesantren yang masih kental, maka kesenian qasidah dapat hidup dan terus bertahan dari waktu ke waktu. Dari segi isi syair lagu-lagu pada seni qasidah, para ulama membuat batasan, bahwa lagu qasidah haruslah mengandung pesan-pesan sebagai berikut:
(a) Mendorong keimanan kepada Allah dan Hari Akhir.
(b) Mendorong orang untuk beribadah dan taat terhadap Allah serta Rasulnya.
(c) Mendorong orang untuk berbuat kebajikan dan menjauhi ma‟shiyat.
(d) Mendorong orang untuk bertindak amar ma‟ruf dan nahyi munkar.
(e) Mendorong orang agar memiliki etos kerja tinggi dan berjiwa patriotis.
(f) Mendorong orang agar menjauhi gaya hidup mewah serta berbuat riya.
(g) Tidak menampilkan pornografi maupun porno-aksi dan mengguga syahwat.
(h) Tidak menampilkan syair yang cengeng sehingga membuat orang malas bekerja.
Qasidah sebagai salah satu bentuk kesenian dapat bertahan sejak mulai berkembang di daerah ini hingga sekarang. Dari waktu ke waktu grup-grup qasidah selalu datang silihberganti. Jenis kesenian ini dari yang masih asli yaitu menggunakan alat musik rebanadan kecrek hingga pada bentuknya yang bercampur musik modern dapat terusberkembang. Bahkan bentuk qasidah yang asli masih kuat dipertahankan oleh kaummuslimin, termasuk daerah Propinsi Banten. Tahun 2002 di Propinsi Banten terdaftartidak kurang dari 83 grup Qasida yang tersebar di seluruh kota dan kabupaten.
Pernah juga muncul qasidah modern, yaitu grup Rofiqoh Darto wahab merupakan grup Qasidah yang pernah popular di negeri ini. Setelah ketenaran grup ini mulai pudar muncul pula grup lain yaitu grup Nasyidaria (dari kota Semarang) hingga sempat pula mengenyam masa kepopulerannya, kemudian meredup kembali. Demikianlah Qasidah-qasidah modern ini datang dan pergi silih berganti. Namun tetap saja seni qasidah baik yang mempertahankan bentuk seninya yang asli maupun seni qasidah yang sudah dimodernisir dapat bertahan dengan pengemarnya masing-masing.
Lagu kasidah modern liriknya juga dibuat dalam bahasa Indonesia selain Arab. Grup kasidah modern membawa seorang penyanyi bintang yang dibantu paduan suara wanita. Alat musik yang dimainkan adalah rebana dan mandolin, disertai alat-alat modern, misalnya: biola, gitar listrik, keyboard dan flute. Perintis
kasidah modern adalah grup Nasida Ria dari Semarang yang semuanya perempuan. Lagu yang top yakni Perdamaian dari Nasida Ria. Pada tahun 1970- an, Bimbo, Koes Plus dan AKA mengedarkan album kasidah modern.
Nasida Ria adalah sebuah kelompok musikkasidah modern Indonesia yang terdiri dari 9 wanita dari Semarang, Jawa Tengah. Kelompok yang dibentuk pada tahun 1975 dikelola oleh H. M Zain dan H. Mudrikah Zain yang kemudian dilanjutkan oleh Choliq Zain. Nasida Ria adalah salah satu kelompok kasidah modern tertua di Indonesia.
Nasida Ria dibentuk di Semarang, Jawa Tengah pada tahun 1975 oleh H.
Mudrikah Zain, seorang guru qira'at; Zain yang sebelumnya berpengalaman dengan kelompok campur Assabab mengumpulkan sembilan siswinya untuk membentuk suatu kelompok musik kasidah: Mudrikah Zain, Mutoharoh, Rien Jamain, Umi Kholifah, Musyarofah, Nunung, Alfiyah, Kudriyah, dan Nur Ain.
Pada awalnya kelompok musik ini hanya menggunakan rebana sebagai alat musik.
Setelah wali kota Semarang Iman Soeparto Tjakrajoeda, yang juga merupakan penggemar mereka, menyumbangkan suatu organ untuk membantu Nasida Ria, dan mendukung mereka untuk juga memperlancar pelajaran musik, mereka kemudian mendapatkan dan menggunakan gitar bas, biola, dan gitar.
Album debut Nasida Ria, Alabaladil Makabul, dibuat tiga tahun kemudian dan dipasarkan oleh Ira Puspita Records. Lagu mereka berdasarkan dakwah dan menarik ilham dari musik Arab. Tiga album mereka berikutnya menggunakan tema yang sama dan banyak berbahas Arab. Setelah saran dari kyai Ahmad Buchori Masruri bahwa lagu mereka akan lebih efektif jika semuanya berbahasa Indonesia, gaya Nasida Ria diubah; Masruri juga menulis lagu untuk mereka
dengan nama samaran Abu Ali Haidar.Gaya Nasida Ria yang baru ternyata popular, dengan beberapa lagu mereka seperti "Pengantin Baru", "Tahun 2000",
"Jilbab Putih", "Anakku", dan "Kota Santri", banyak diputar di radio, baik di pedesaan maupun kota. Mereka juga muncul di telivisi nasional dan melakukan tur di seluruh Indonesia.
Pada tahun Nasida Ria mengadakan konser di Malaysia untuk merayakan Tahun Baru Islam pada tanggal 1 Muharram. Enam tahun kemudian, mereka diundang ke Berlin, Jerman untuk bermain di Die Garten des Islam (Pameran Budaya Islam) oleh Haus der Kulturen der Welt. Pada bulan Juli 1996, mereka kembali ke Jerman untuk Festival Heimatklange, dengan acara di Berlin, Mülheim, dan Düsseldorf.Setelah tahun 2000, Nasida Ria lebih jarang suksesnya.
Beberapa anggota diganti karena telah meninggal atau keluar dari band.Nasida Ria sekarang dimarkaskan di Semarang.Manajernya adalah Choliq Zain, anak dari H.M. Zain (https://id.wikipedia.org/wiki/Nasida_Ria)
2.3 Maqam dalam Musik Islam
Musik Arab di ciptakan menggunakan sistem melodi dan ritme tanpa harmoni. Melodi Arab bersumber pada banyak susunan model, atau mode melodi yang dikenal dengan maqamat (Purwanto, 2006: 22). Hal ini turut dinyakan Sumaryo, menurutnya musik Timur hingga sekarang masih mempergunakan modalitas atau penggunaan mode pemolaan. Bermacam-macam mode dipergunakan baik yang melodis, maupun yang ritmis. Menurut Sumaryo, justru tidak dipergunakan sistem harmoni dalam musik Timur –harmoni dalam arti Barat– menyebabkan musik-musik Timur lebih mengarahkan keindahan musiknya
pada penggarapan melodi serta ritme yang dikendalikan oleh adanya mode tertentu (Sumaryo, 1980: 72). Menurut Sumaryo, pemolaan merupakan penggarapan melodi yang diarahkan oleh adanya mode tertentu, di India disebut raga, di negara-negara yang berkebudayaan Islam dinamakan maqam. Pemolaan ritmis, yang di India dinamakan tala, di dalam kebudayaan Islam disebu iqa‟at (Sumaryo, 1980: 72).
Sistem maqomat (bentuk jamak maqam) menetapkan modus sebagai dasar melodis pada saat komposisi musik dan lagu dibentuk (Takari, 2005: 9). Menurut Takari, banyak istilah yang digunakan untuk menyebut maqam. Di Turki menyebutnya makam, Persia datsgah, Mesir naghmah, dan Afrika Utara taba.
Menurutnya teori maqam umumya membicarakan tangga nada dan modus (Takari, 2005: 9). Maqomat atau maqam dapat didefinisikan sebagai deretan tangga nada heptatonik dengan sebuah nada oktafnya dalam Yunani Kuno dibagi kepada dua unit yang terdiri dari empat nada tetrakord (Takari, 2005: 9).
Tangga nada ini merupakan tangga nada devisit, yaitu nada-nadanya yang didasarkan pada prinsip pembagian-pembagian rentangan senar yang diperoleh dengan cara membagi panjang senar yang diukur secara matematis untuk menghasilkan beberapa bagian yang berbeda dalam satu oktaf, demikian juga berbagai ukuran interval yang berbeda (Takari, 2005: 9). Penggunaana alat musik
„ud adalah prinsip dasar sistem ini, sehingga berbagai modus dapat dibentuk (Takari, 2005: 9).
2.3.1 Jenis Maqam
Jenis maqam secara lebih luas sangatlah beragam. Keberagaman ini hal yang cukup rasional mengingat masing-masing daerah budaya musik di Timur Tengah memiliki maqam sendiri-sendiri. Setiap maqam memiliki nama, ada yang diambil dari suatu nama tempat. Di antaranya adalah Isfahan, nama kota di Iran, Rak, kemungkinan bentuk Persia yang di India disebut raga menandakan bahwa aslinya dari India, Hijaz bagian dari Saudi Arabia, Nahawand desa di Turki (Purwanto, 2006: 20). Pada kajian ini yang hendak diuraikan adalah maqam- maqam yang digunakan dalam aktivitas pelaguan Seni Tilawatil Qur‟an. Seperti Bayati, Hijaz, Saba, Rast, Jiharkah, Sikah, dan Nahawand.
2.3.2 Bentuk Auditif Maqam
Sebuah benda seni harus memiliki bentuk agar dapat diterima secara inderawi –dilihat, didengar, atau didengar dan dilihat– oleh orang lain. Benda seni itu suatu bentuk fisik (termasuk auditif). Tetapi bentuk fisik itu sendiri tidak serta merta menjadi karya seni. Berseni dan tidaknya suatu bentuk fisik ditentukan oleh nilai yang ada di dalamnya (Sumardjo, 2000: 115). Bentuk dalam konteks ini adalah skema atau pola musik itu (Sumaryo, 1978: 101). Bentuk ini terdiri atas unsur-unsur yang disusun begitu rupa bedasarkan nilai esensial yang disebut struktur (Sumardjo, 2000: 140). Adapun bentuk fisik maqam dalam kajian ini dikutip dari sumber www.maqamworld.com dan dipaparkan sebagai berikut.
a. Maqam Hijaz
Maqam Hijaz has two forms shown above. Often the (Hijaz-Rast) form is used on the way up, and the (Hijaz-Nahawand) form is used on the way down. The Sikah trichord on the 6th note (in the first form) and the Ajam trichord on the 6th note (in the second form) are seconday ajnas, often used in modulation. A very important peculiarity of the Hijaz tetrachord is a microtonal variation from the Western even-tempered scale, where the 2nd note (E ) is tuned slightly higher, and the 3rd note (F#) is tuned slightly lower, so as to narrow down the 1 1/2 tone interval (Takari, 2012:12).
Artinya, maqam Hijaz memiliki dua bentuk yang ditunjukkan di atas.
Seringkali –Hijaz-Rast– bentuk tersebut digunakan secara umum, dan –Hijaz- Nahawand– bentuk tersebut digunakan ke arah yang menurun. Sikah trichord pada notasi 6 –dalam bentuk pertama– dan Ajam trichord pada notasi 6 –dalam
bentuk kedua– adalah ajnas sekunder, dan ini sering digunakan dalam modulasi.
Kekhasan yang sangat penting dari tetrachord Hijaz adalah variasi microtonal dari skala bahkan-berkarakter Barat, di mana notasi 2 (E ) disetel sedikit lebih tinggi, dan notasi 3 (F#) disetel sedikit lebih rendah, sehingga dapat mempersempit 1 1/2 Interval nada.
Hijaz Tetrachord
One of the most common sounds in Arabic music. The E is tuned slightly higher than usual, while the F# is tuned slightly lower, in order to narrow down the 1 1/2 tone difference and make it more mellow. Artinya, salah satu nada yang paling umum dalam musik Arab. E disetel sedikit lebih tinggi dari biasanya, sedangkan F # disetel sedikit lebih rendah, untuk mempersempit 1 1/2 nada perbedaan dan membuatnya lebih lembut.
b. Bayati
Keterangan notasi di atas adalah sebagai berikut, maqam Bayati starts with a Bayati tetrachord on the first note, and a Nahawand tetrachord on the 4th note –thedominant. The secondary ajnas are the Ajam trichord on the 3rd note, and another Ajam trichord onthe 6th note. These are often used in modulation (sumber: www.maqamworld.com). Artinya, maqam Bayati
dimulai dengan tetrachord Bayati pada notasi pertama, dan tetrachord Nahawand pada notasi 4 –dominan. Ajnas sekunder adalah trichord Ajam
pada notasi 3, dan trichord Ajam lain pada notasi 6. Hal ini juga sering digunakan dalam modulasi. Adapun tetrachord Bayati nampak terlihat seperti di bawah ini.
c. Maqam Saba
Maqam Saba has two possible forms, shown above. The first form ends on the octave (D) while the second goes beyond 8 notes and doesn't include
the octave of the tonic (D). Since the first 3 notes of maqam Saba are the beginning of the Bayati tetrachord, Saba is a popular modulation from maqam Bayati. Artinya, maqam Saba memiliki dua kemungkinan bentuk, yang ditunjukkan di atas. Bentuk pertama berakhir pada oktaf (D) sedangkan yang kedua melampaui notasi 8 dan tidak termasuk oktaf dari tonik (D). Sejak pertama notasi 3 dari maqam Saba adalah awal tetrachord Bayati, Saba adalah modulasi populer dari maqam Bayati. Saba Tetrachord
The first 3 notes are a partial Bayati tetrachord. Also notes 3 and 4 are usually used to start a Hijaz tetrachord. Pertama pada notasi 3 adalah bentuk parsial dari tetrachord Bayati. Bahkan notasi 3 dan 4 biasanya digunakan untuk memulai tetrachord Hijaz.
d. Maqam Rast
Maqam Rast has two forms shown above. In general the first form (Rast-Rast) is used on the way up, and the second form (Rast-Nahawand) is used on the way down. The secondary jins is the Sikah trichord on the 3rd note, often used in modulation.
Artinya, maqam Rast memiliki dua bentuk seperti ditunjukkan di atas. Secara umum bentuk pertama (Rast-Rast) digunakan untuk memulai, dan bentuk kedua (Rast-Nahawand) digunakan dalam perjalanan ke bawah. Jins sekunder adalah trichord Sikah pada notasi 3 ini sering digunakan dalam modulasi.
Rast Tetrachord
One of the most common sounds in Arabic music. Its 3rd note falls between a minor 3rd and a major 3rd in Western Classical Music.
Artinya, salah satu suara yang paling umum dalam musik Arab. notasi yang ke 3 jatuh antara 3 kecil dan 3 besar seperti di Musik Klasik Barat.
e. Maqam Jiharkah
Jiharkah Trichord
The Jiharkah trichord sounds very similar to the first 3 notes in a major scale in Western Classical Music. The 3rd note is tuned slightly lower than the major scale, and even lower than in the Ajam trichord. Artinya, jiharkah Trichord terdengar sangat mirip dengan yang pertama notasi 3 dalam skala besar di Musik Klasik Barat. notasi 3 disetel sedikit lebih rendah dari skala besar, dan bahkan lebih rendah dari pada trichord Ajam.
f. Maqam Sikah
Maqam Sikah has two forms shown above. Often the first form (Sikah-Rast) is used on the way up, and the second form (Sikah-Nahawand) is used on the way down. Artinya, maqam Sikah memiliki dua bentuk seperti ditunjukkan di atas. Seringkali bentuk pertama (Sikah-Rast) digunakan dalam permulaan, dan bentuk kedua (Sikah-Nahawand) digunakan dalam perjalanan ke bawah.
Sikah Trichord
One of the most common sounds in Arabic music. Some books represent this trichord as 3 different tetrachords, depending on the next possible