• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tiga Lagu Populer Batak Toba Dengan Melodi Yang Diadopsi Dari Musik Barat: Kajian Komparatif Melodi,Makna Teks,Dan Respon Pendengar

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Tiga Lagu Populer Batak Toba Dengan Melodi Yang Diadopsi Dari Musik Barat: Kajian Komparatif Melodi,Makna Teks,Dan Respon Pendengar"

Copied!
224
0
0

Teks penuh

(1)

TIGA LAGU POPULER BATAK TOBA DENGAN

MELODI YANG DIADOPSI DARI MUSIK BARAT:

KAJIAN KOMPARATIF MELODI,MAKNA TEKS,

DAN RESPON PENDENGAR

Tesis

Program Studi Magister (S.2)

Penciptaan dan Pengkajian Seni Pertunjukan

Oleh

DISPERANTONI RICARDO SAMOSIR NIM 127037002

Kepada

PROGRAM STUDI MAGISTER (S2) PENCIPTAAN DAN PENGKAJIAN SENI

FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

ii

PESETUJUAN

Judul Tesis : TIGA LAGU POPULER BATAK TOBA DENGAN MELODI

YANG DIADOPSI DARI MUSIK BARAT: KAJIAN KOMPARATIF MELODI, MAKNA TEKS, DAN RESPON PENDENGAR

Nama : DISPERANTONI RICARDO SAMOSIR

Nomor Pokok :127037002

Program Studi : Magister (S.2) Penciptaan dan Pengkajian Seni

Fakultas Ilmu Budaya

Universitas Sumatera Utara

Menyetujui

Komisi Pembimbing,

Ketua, Anggota,

Drs. Irwansyah, M.A. Drs Setia Dermawan Purba, M.Si.

NIP 196212211997031001 NIP 19560828 198601 2 001

Program Studi:

Magister (S.2) Penciptaan dan

Pengkajian Seni Fakultas Ilmu Budaya

Ketua, Dekan,

Drs. Irwansyah, M.A. Dr. Syahron Lubis, M.A.

NIP.196211221 1997031001 NIP.19511013 1976031001

(3)

iii

Telah diuji pada Tanggal

PANITIA PENGUJI UJIAN TESIS

Ketua : Drs. Irwansyah, M.A. (...)

Sekretaris : Drs. Torang Naiborhu, M.Hum. (...)

Anggota I: Drs Setia Dermawan Purba, M.Si (...)

Anggota II: Prof. Dr. Ikhwanuddin Nst., M.Si (...)

(4)

iv

ABSTRACT

This arts master thesis entitled as: “Three Toba Batak Popular Songs which Adopted from Western Music: Cmparative Analysis in Melody, the Meaning of Text, and Response of Listeners.” The aims of this research in the context to write this thesis, focused in three problems, to analyzed of: (a) melody comparative, (b) the text meaning, and (c) listener’s response about three popular songs of Toba Bataks music which it’s melody adopted from Western pop culture. I use ethnomusicology discipline in the context of multidiscipline in this thesis.

I use two method in this research. In one side, to analyze melodic comparative and the meaning of text I uses qualitative method. In another hand, to analayze about audience (listener’s) responses, I use quantitative method, which spread the questioners to 50s respondens in Sidikalang Town, which choosing sampling method to respondent who always listening these songs. To analyze of melodic comparative, writer uses weighted scale theory. Then, to analyze song texts, I use semiotic theory. Finally, to analyze about responses of respondent I use behaviourism theory which always use in psichology and sociology disciplines.

The results of this study show the following. (a) By doing a comparative study of the three songs are: melodic popular Batak Toba music adopted from Western music, then there is a change in the form of rhythm in melody, as the main factor is due to the use of Toba Batak language texts of the first English. However, the shape (form) in general is the same melody. In addition it was found that the difference in the Western pop music tendency to repeat certain parts into the main characteristics, while in three pop songs Batak less use repetition of forms, or tends to reduce repetition. For scales, tone region, tone center, intervals, contour, melodic formulas, pattern of cadence, the same can be said of Western pop melodies with three melodic pop derivative Batak Toba. In addition to performances, especially by means of audiovisual looked to the influence of musical culture of Batak in the third showing the song, be it lyrics, fashion, instrumentation, and cultural concepts contained . From the point of the text's meaning, then the third Batak pop song has a new theme song theme in the West compared. Text that is the main differentiator between the three Batak pop songs whose melodies adopted from Western music. Audience response is like pop songs whose melodies Batak taken from Western music, especially because the text element in Toba Batak language. In a proportion of respondents know the origin of this Batak pop music of Western music, but others not know the origin of these. When asked how their opinion about the copyright, then they need to be made largely of the opinion juridical policy regarding copyrighted works of pop music.

(5)

v

ABSTRAK

Tesis magister seni ini bertajuk “Tiga Lagu Populer Batak Toba dengan Melodi yang Diadopsi dari Musik Barat: Kajian Komparatif Melodi, Makna Teks, dan Respons Pendengar.” Tujuan penelitian dalam rangka menulis tesis ini, difokuskan kepada tiga masalah utama, yaitu untuk mengkaji: (a) komparatif melodi, (b) makna teks, dan (c) respon pendengar kepada tiga lagu pop Batak Toba yang melodinya diadopsi dari musik Barat. Ilmu yang penulis gunakan terutama adalah etnomusikologi dalam konteks multidisiplin ilmu seni.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dua jenis. Untuk mengkaji komparatif melodi dan makna teks nyanyian penulis menggunakan metode kualitatif. Sementara untuk mengkaji respons pendengar lagu-lagu tersebut, digunakan metode kuantitatif, dengan penyebaran kuesioner kepada 50 responden di Kota Sidikalang, dengan teknik pemilihan smpling kepada individu yang selalu mendengarkan lagu-lagu tersebut. Untuk mengkaji komparatif melodi digunakan teori bobot tangga nada (weighted scale). Selanjutnya untuk mengkaji teks nyanyian digunakan teorui semiotik. Untuk mengkaji respons pendengar digunakan teori behaviorisme yang lazim digunakan dalam disiplin psikologi dan sosiologi.

Hasil yang diperoleh dari penelitian ini menunjukkan sebagai berikut. (a) Dengan melakukan kajian perbandingan terhadap tiga lagu pop Batak Toba yang melodinya diadopsi dari musik Barat, maka terjadi perubahan dalam bentuk ritme di dalam melodi, yang faktor utamanya adalah karena digunakannya teks yang berbahasa Batak Toba dari yang awalnya berbahasa Inggris. Namun demikian bentuk (form) melodi secara umum adalah sama. Selain itu perbedaan dijumpai bahwa di dalam musik pop Barat kecenderungan mengulang bagian-bagian tertentu menjadi cirri utamanya, sementara dalam tiga lagu pop Batak kurang menggunakan pengulangan bentuk, atau cenderung mengurangi pengulangan. Untuk tangga nada, wilayah nada, nada dasar, interval, kontur, formula melodi, pola-pola kadensa, dapat dikatakan sama antara melodi lagu pop Barat dengan tiga melodi turunan pop Batak Toba. Selain itu dalam pertunjukannya, terutama melalui sarana audiovisual tampak adanya pengaruh budaya musikal Batak di dalam mempertunjukkan ketiga lagu tersebut, baik itu lirik, tata busana, instrumentasi, dan konsep-konsep budaya yang terkandung di dalmnya. Dari sudut makna teks, maka ketiga lagu pop Batak memiliki tema yang baru dibandingkan tema dalam lagu Barat. Teks inilah yang menjadi pembeda utama antara tiga lagu pop Batak yang melodinya diadopsi dari musik Barat. Respons pendengar adalah menyukai lagu-lagu pop Batak yang melodinya diambil dari musik Barat, terutama karena unsur teks dalam bahasa Batak Toba. Sebahagian responden mengetahui asal-usul musik pop Batak ini dari musik Barat, namun sebahagian yang lainnya tidak mengetahui asal-usul tersebut. Ketika ditanya bagaimana menurut pendapat mereka tentang hak cipta, maka mereka sebahagian besar berpendapat perlu dibuat kebijakan yuridis mengenai karya cipta musik pop ini.

(6)

vi

PRAKATA

Puji dan syukur peulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat

rahmat dan hidayah-Nya tesis ini dapat terselesaikan dengan baik. Tesisi ini

berjudul Tiga lagu Populer batak Toba dengan melodi yang diadopsi dari musik

Barat: Kajiankomparatif melodi, makna dan teks, dan respon pendengar. Tesis ini

merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan jenjang S-2 dan memperoleh

gelar Magister Seni (M.Sn) pada Program Magister (S2) Penciptaan dan

Pengkajian Seni Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara. Tesis ini

berisikan hasil penelitian mengenai tinjauan umum respon masyarakat kota

Sidikalang terhadap music popular batak Toba yang diadopsi dari musik Barat.

Selama proses penyusunan tesis, penulis mendapatkan bimbingan dan arahan dari

para pembimbing yakni Bapak Drs. Irwansyah, M.A sebagai pembimbing Idan Drs

Setia Dermawan Purba, M.Si. sebagai pembimbing II dan para penguji yakni Bapak

Drs. M. Takari, Bapak Drs Torang Naiborhu, M.Hum., dan Bapak Prof

Ikhwanuddin, lanjut kesemua dosen yang telah mengajar, Tim pembimbing dan

penguji ini sungguh banyak membantu penulis terutama kesabaran dan ketelatenan

dalam penulisan Tesis ini. Tak lupa dekan Bapak Syahron Lubis, M.A Mereka juga

memberikan banyak pelajaran kepada penulis terutama kesabaran dan ketelatenan

dalam penulisan Tesis ini. Arahan-arahan mereka tersebut membuat penulis

semakin termotivasi dan semangat untuk menyelesaikan Tesis ini.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Rektor Universitas

Sumatera Utara,Dekan Fakultas Ilmu Budaya, Ketua dan SekertarisProgram

Magister (S2) Penciptaan dan Pengkajian Seni, dan para Dosen di Lingkungan

(7)

vii

terima kasih kepada Bapak Drs Ponisan selaku pegawai di lingkungan Program

studi Magister (S2) Penciptaan dan Pengkajian Seni, yang telah memberikan

banyak bantuan dan kemudahan kepada penulis sejak awal duduk di bangku

perkuliahan hingga menyelesaikan tesis ini.

Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada kedua orang tua,

Ayahanda tercinta Pariama Samosir yang menginginkan anaknya menamatkan

kuliah Magister, walau bapak kondisi sakit, semoga dengan penulis memperoleh

gelar M.Sn bapak tambah semangat dan pulih dari sakitnya. Mamaku Rosdiana br

Silitonga yang telah membesarkan dan menjaga serta membimbing anak-anaknya.

Terima kasih kepada kakanda : kakanda Rina, kakanda Juni dan kakanda Erniyang

telah mendukung sepenuhnya perkuliahan penulis dan doanya, juga terimakasih

kepada abang-abang ipar: Herizon Manurung, Gossen Simamora, Roy Sitorus serta

keponakanku: Angraini, Nia dan Hanna atas dukungan semangat untuk penulis

dalam menyelesaikan tesis ini,kepada Bapak Sekda Pemkab Dairi yang telah

member izin belajar, kepada Bapak Adler Stindaon yang dahulunya Kepala Sekolah

penulis di SMA Negeri 2 Sidikalang namun beliau sekarang menjabat Kabid

Sarpras di Dinas Pendidikan Kabupaten Dairi, kepada Ibu Anna Lowisa Sianturi

Kepala SMAN 2 Sidikalang, Kepada Teman-teman kerja di SMAN 2 Sidikalang.

Terima kasih kepada rekan-rekan kuliah stambuk penulis:kakanda Chatrina

Sumiaty, kakanda Kartini Manalu, kakanda Agustina Samosir, kakanda Sapna

Sitopu, abangda Achy Arwana, abangda Erizon, abangda Yusuf, Tommy Ketaren,

Angga Alkarina, abangdaJamuddin Pasaribu, Debby, dan abangda Anton Sitepu

(8)

viii

kasih juga kepada keluarga besar penulis serta teman-teman yang tidak dapat

disebutkan satu persatu, makasih untuk kebaikannya.

Penulis mengucapkan beribu-ribu maaf bila ada kata yang kurang

berkenan, mohon jangan disimpan di dalam hati. Akhir kata, penulis berterima

kasih kepada seluruh pihak yang sudah membantu penyusunan tesis ini. Semoga

hasil penelitian dari tesis ini dapat berguna bagi dunia penelitian seni pada

umumnya dan bagi kebudayaan musikal masyarakat kota Sidikalang pada

khususnya. Terima kasih.

Medan, Januari 2015

Penulis,

(9)

ix

RIWAYAT HIDUP IDENTITAS DIRI

1 . Nama : DISPERANTONI RICARDO SAMOSIR

2. Tempat / Tanggal Lahir : Medan / 25 Mei 1983

3. Jenis Kelamin : Laki-laki

4. Agama : Kristen Protestan

5. Kewarganegaraan : Indonesia

6. Nomor Telephon : 085261313011

7. Alamat : JL. Kiwi Raya no.165 Kel.Kenangan

Kec.Percut Sei Tuan Kab.Deli Serdang

8. Pekerjaan : Pegawai Negeri Sipil

PENDIDIKAN

1.Sekolah Dasar (SD Negeri 066667 Medan) Lulus Tahun 1995

2. Sekolah Menengah Pertama ( SMP Negeri 29 Medan ) Lulus Tahun 1998

3. Sekolah Menengah Atas( SMA Negri 18 Medan ) Lulus Tahun 2001

4. Sarjana dari Jurusan Sendratasik (Seni Musik)UNIMEDLulus Tahun 2007 5. Magister (S2) Jurusan Penciptaan dan Pengkajian Seni di Fakultas Ilmu Budaya

Universitas Sumatera Utara Lulus Tahun 2015

PENGALAMAN KERJA

฀ Tahun 2007 s/d 2009

• Bekerja di PT.OTO Multi Artha

฀ Tahun 2009 s/d 2011

• Mengajar di SMP Negeri 1 Pegagan Hilir.

฀ Tahun 2012 s/d sekarang

(10)

x

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang

pernah diajukan untuk memperoleh gelar magister di suatu Perguruan Tinggi, dan

sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah

ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam

naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, Januari 2015

(11)

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ii

HALAMAN PENGESAHAN iii ABSTRACT iv 1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ...10

1.4 Tinjauan Pustaka ...11

1.5 Kerangka Konsep ………17

1.5.1 Lagu ………... 17

1.6.3 Teori Belajar Behavioristik ... 27

1.6.4 Teori Kebenaran ... 31

1.7 Metode Transkripsi dan Analisis ... 32

1.8 Metode Penelitian ... 33

1.9 Sistematika Penulisan ………. 33

BAB. II GAMBARAN UMUM KEBUDAYAAN MUSIK BATAK TOBA 2.1 Adat ... 35

2.2 Religi: Dari Tradisi ke Agama Kristen ... 39

2.3 Gambaran Umum Kesenian Batak Toba ... 44

2.4 Musik Vokal ……….. 47

2.5 Musik Alat Musiktal ……….. 50

2.6 Gondang Hasapi ………. 51

(12)

xii

BAB. III ANALISIS KOMPARATIF STRUKTUR MELODI TIGA LAGU

POP BATAK DAN BARAT 88

3.1 Notasi dan Trranskripsi ……….. 89

BAB.IV MAKNA TEKS TIGA LAGU POP BATAK TOBA DAN TIGA

LAGU POP BARAT YANG MELODINYA SAMA …………..128

4.1 Seputar Studi Teks Nyanyian ………145

4.2 Struktur dan Makna Lagu Ditakko Ho Rohakki ………...130

4.3 Struktur dan Makna Lagu That’s Why ……….134

4.4 Perbandingan Teks lagu Ditakko ho Rohakki dan Lagu

5.1 Respon Terhadap Lagu Ditakko Ho Rohakki dan Lagu Thats

Why ………156

5.2 Respon Terhadap Lagu Lady dan Lagu She’s Gone …...170

5.3 Respon Terhadap Lagu Maria dan Lagu Marian ………...183

BAB. VI KESIMPULAN ...198

(13)
(14)
(15)

iv

ABSTRACT

This arts master thesis entitled as: “Three Toba Batak Popular Songs which Adopted from Western Music: Cmparative Analysis in Melody, the Meaning of Text, and Response of Listeners.” The aims of this research in the context to write this thesis, focused in three problems, to analyzed of: (a) melody comparative, (b) the text meaning, and (c) listener’s response about three popular songs of Toba Bataks music which it’s melody adopted from Western pop culture. I use ethnomusicology discipline in the context of multidiscipline in this thesis.

I use two method in this research. In one side, to analyze melodic comparative and the meaning of text I uses qualitative method. In another hand, to analayze about audience (listener’s) responses, I use quantitative method, which spread the questioners to 50s respondens in Sidikalang Town, which choosing sampling method to respondent who always listening these songs. To analyze of melodic comparative, writer uses weighted scale theory. Then, to analyze song texts, I use semiotic theory. Finally, to analyze about responses of respondent I use behaviourism theory which always use in psichology and sociology disciplines.

The results of this study show the following. (a) By doing a comparative study of the three songs are: melodic popular Batak Toba music adopted from Western music, then there is a change in the form of rhythm in melody, as the main factor is due to the use of Toba Batak language texts of the first English. However, the shape (form) in general is the same melody. In addition it was found that the difference in the Western pop music tendency to repeat certain parts into the main characteristics, while in three pop songs Batak less use repetition of forms, or tends to reduce repetition. For scales, tone region, tone center, intervals, contour, melodic formulas, pattern of cadence, the same can be said of Western pop melodies with three melodic pop derivative Batak Toba. In addition to performances, especially by means of audiovisual looked to the influence of musical culture of Batak in the third showing the song, be it lyrics, fashion, instrumentation, and cultural concepts contained . From the point of the text's meaning, then the third Batak pop song has a new theme song theme in the West compared. Text that is the main differentiator between the three Batak pop songs whose melodies adopted from Western music. Audience response is like pop songs whose melodies Batak taken from Western music, especially because the text element in Toba Batak language. In a proportion of respondents know the origin of this Batak pop music of Western music, but others not know the origin of these. When asked how their opinion about the copyright, then they need to be made largely of the opinion juridical policy regarding copyrighted works of pop music.

(16)

v

ABSTRAK

Tesis magister seni ini bertajuk “Tiga Lagu Populer Batak Toba dengan Melodi yang Diadopsi dari Musik Barat: Kajian Komparatif Melodi, Makna Teks, dan Respons Pendengar.” Tujuan penelitian dalam rangka menulis tesis ini, difokuskan kepada tiga masalah utama, yaitu untuk mengkaji: (a) komparatif melodi, (b) makna teks, dan (c) respon pendengar kepada tiga lagu pop Batak Toba yang melodinya diadopsi dari musik Barat. Ilmu yang penulis gunakan terutama adalah etnomusikologi dalam konteks multidisiplin ilmu seni.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dua jenis. Untuk mengkaji komparatif melodi dan makna teks nyanyian penulis menggunakan metode kualitatif. Sementara untuk mengkaji respons pendengar lagu-lagu tersebut, digunakan metode kuantitatif, dengan penyebaran kuesioner kepada 50 responden di Kota Sidikalang, dengan teknik pemilihan smpling kepada individu yang selalu mendengarkan lagu-lagu tersebut. Untuk mengkaji komparatif melodi digunakan teori bobot tangga nada (weighted scale). Selanjutnya untuk mengkaji teks nyanyian digunakan teorui semiotik. Untuk mengkaji respons pendengar digunakan teori behaviorisme yang lazim digunakan dalam disiplin psikologi dan sosiologi.

Hasil yang diperoleh dari penelitian ini menunjukkan sebagai berikut. (a) Dengan melakukan kajian perbandingan terhadap tiga lagu pop Batak Toba yang melodinya diadopsi dari musik Barat, maka terjadi perubahan dalam bentuk ritme di dalam melodi, yang faktor utamanya adalah karena digunakannya teks yang berbahasa Batak Toba dari yang awalnya berbahasa Inggris. Namun demikian bentuk (form) melodi secara umum adalah sama. Selain itu perbedaan dijumpai bahwa di dalam musik pop Barat kecenderungan mengulang bagian-bagian tertentu menjadi cirri utamanya, sementara dalam tiga lagu pop Batak kurang menggunakan pengulangan bentuk, atau cenderung mengurangi pengulangan. Untuk tangga nada, wilayah nada, nada dasar, interval, kontur, formula melodi, pola-pola kadensa, dapat dikatakan sama antara melodi lagu pop Barat dengan tiga melodi turunan pop Batak Toba. Selain itu dalam pertunjukannya, terutama melalui sarana audiovisual tampak adanya pengaruh budaya musikal Batak di dalam mempertunjukkan ketiga lagu tersebut, baik itu lirik, tata busana, instrumentasi, dan konsep-konsep budaya yang terkandung di dalmnya. Dari sudut makna teks, maka ketiga lagu pop Batak memiliki tema yang baru dibandingkan tema dalam lagu Barat. Teks inilah yang menjadi pembeda utama antara tiga lagu pop Batak yang melodinya diadopsi dari musik Barat. Respons pendengar adalah menyukai lagu-lagu pop Batak yang melodinya diambil dari musik Barat, terutama karena unsur teks dalam bahasa Batak Toba. Sebahagian responden mengetahui asal-usul musik pop Batak ini dari musik Barat, namun sebahagian yang lainnya tidak mengetahui asal-usul tersebut. Ketika ditanya bagaimana menurut pendapat mereka tentang hak cipta, maka mereka sebahagian besar berpendapat perlu dibuat kebijakan yuridis mengenai karya cipta musik pop ini.

(17)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kebudayaan dapat didefinisikan sebagai keseluruhan pengetahuan dan

kegiatan manusia sebagai makhluk sosial, yang digunakannya untuk memahami

dan menginterprestasikan lingkungan dan pengalamanya, serta menjadi landasan

bagi tingkah-lakunya. Dengan demikian, kebudayaan merupakan serangkaian

aturan-aturan, petunjuk-petunjuk, rencana-rencana, dan strategi-strategi yang terdiri

atas serangkaian model-model kognitif yang dipunyai oleh manusia, dan

digunakannya secara selektif dalam menghadapi lingkungannya sebagaimana

terwujud dalam tingkah-laku dan tindakan-tindakannya. Sebagai pengetahuan,

kebudayaan berisikan konsep-konsep, metode-metode, resep-resep, dan

petunjuk-petunjuk untuk memilah (mengkategorisasi) konsep-konsep dan merangkai hasil

pilahan untuk dapat digunakan sebagai pedoman dalam menginterpretasi dan

memahami lingkungan yang dihadapi dan dalam mewujudkan tindakan-tindakan

dalam menghadapi dan memanfaatkan lingkungan dan sumber-sumber dayanya

dalam pemenuhan kebutuhan-kebutuhan untuk kelangsungan hidup. Dengan

demikian, pengertian kebudayaan sebagai pedoman bagi kehidupan adalah sebagai

pedoman dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidupnya.

Suatu bangsa dalam rangka mempertahankan budayaanya tergantung pada

kebudayaan asing mana yang lebih kuat maka kebudayaan asli dapat bertahan lebih

kuat. Sebaliknya apabila kebudayaan asli lebih lemah daripada kebudayaan asing

(18)

Pembangunan suatu bangsa dari segi budaya adalah bertujuan untuk mewujudkan

masyarakat yang adil dan makmur, material dan spiritual berdasarkan Pancasila

dalam suatu wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Salah satu budaya dalam

masyarakat yang modern sekarang ini adalah sarana hiburan, termasuk di dalamnya

musik atau lagu.

Kebudayaan masyarakat seperti sekarang ini, dalam bentuk lagu atau musik

bukan lagi sekedar sarana hiburan yang hanya habis setelah dinikmati tanpa

memberikan dampak apapun bagi pencipta maupun penikmatnya. Lebih dari itu,

musik atau lagu sekarang ini telah mampu menampakkan diri sebagai potensi

ekonomi yang memiliki dampak sosial bahkan politik bagi suatu negara. Dari segi

ekonomi, hak cipta lagu atau musik pada perwujudannya telah kian membuktikan

kemampuannya untuk memberikan berbagai kemungkinan finansial yang tidak

terbatas sifatnya, karena tidak bisa ditentukan berapa banyak yang menggunakan

lagu untuk kepentingan komersil yang bukan merupakan ciptaannya sendiri.

Dalam perkembangannya, bidang lagu atau musik telah menjadi lahan yang

kian subur dan juga menarik minat untuk industri perekaman ataupun untuk show

business. Bagi setiap orang yang berkecimpung dalam dunia ini terutama pihak

yang berkaitan langsung dalam dunia permusikan seperti pencipta lagu maupun

pemakai lagu (user), akan mendapat manfaat yang besar sekali, karena bisa

mendatangkan keuntungan secara finansial serta kepopuleran.

Hal yang menarik penulis dalam membahas kebudayaan dan lagu yakni

tentang makna lirik lagu (bahasa Batak Toba dan bahasa Inggris) dalam dua versi

yang berbeda, dimana penulis dalam melakukan pekerjaan baik itu dalam

perjalanan menuju lokasi kerja bahkan di wilayah lokasi kerja penulis sering

(19)

dilokasi kerja penulis tersebut. Lokasi kerja penulis merupakan daerah yang masih

kental dengan budayanya yakni daerah Kabupaten Dairi tepatnya lokasi di kota

Sidikalang yang bahasa masyarakatnya merupakan bahasa daerahmayoritas bahasa

Batak Pakpak, Batak Toba, Batak Karo, Batak Simalungun, dan daerah Sidikalang

juga memiliki komposisi penduduk yang multietnik.

Lagu dalam bahasa Batak Toba tersebut menjadi tenar dan dianggap lagu

masa kini pada masyarakat sekitar lokasi kerja penulis, padahal jauh sebelumnya

melodi lagu tersebut sudah sangat lama sekali didengar penulis namun

liriknyadalam bahasa Inggris, dan kebanyakan dari masyarakat tidak mengetahui

asal-usul keberadaan lagu-lagu yang tenar dalam bahasa Batak Toba tersebut,

mereka menganggap lagu pop Batak Toba tersebut diciptakan oleh penyanyinya

ataupun orang Batak Toba walaupun terciptanya lagupopular Batak Toba tersebut

awal mulanya sebenarnya berasal dari lagu dalam bahasa Inggris. Namun lirik

lagu tersebut selain berbeda bahasa berbeda juga makna nya dikarenakan penyanyi

atau pencipta lagu populer Batak Toba tersebut mengubah keseluruhan lirik yang

asal-usul lagu tersebut berasal dari lagu dalam bahasa Inggris.

Toleransi musikal yang tercipta antara pendengar maupun penikmat lagu

dengan penyanyi serta pencipta lagu pop Batak Toba tersebut dimana penyajian

lagu pop Batak kemungkinan disajian menarik dengan menyesuaikan gaya hidup

suku Batak Toba sehingga orang Batak Toba yang dalam hal ini sebagai pendengar

gampang menerima lagu tersebut dan mungkin tidak mempersalahkan asal usul

lagu tersebut meskipun awal nya lagu itu berasal dari lagu barat dan juga kebiasan

suku Batak Toba gampang menerima lagu asalkan birama 4/4 baik itu lagu

nusantara maupun lagu mancanegara. Perkembangan makna mencakup segala hal

(20)

Di dalam hal ini perkembangan meliputi segala hal tentang perubahan makna

baik yang meluas, menyempit, atau yang bergeser maknanya. Bahasa mengalami

perubahan dirasakan oleh setiap orang, dan salah satu aspek dari perkembangan

makna (perubahan arti) yang menjadi objek telaah semantik historis. Perkembangan

bahasa sejalan dengan perkembangan penuturnya sebagai pemakai bahasa. Kita

ketahui bahwa penggunaan bahasa diwujudkan dalam kata-kata dan kalimat.

Pemakai bahasa yang menggunakan kata-kata dan kalimat, pemakai itu pula yang

menambah, mengurangi atau mengubah kata-kata atau kalimat. Jadi, perubahan

bahasa merupakan gejala yang terjadi di dalam suatu bahasa akibat dari pemakaian

yang dipengaruhi oleh berbagai faktor.

Adapun beberapa lagu-lagu Batak Toba tersebut, di antaranya adalah:(1)lagu

dengan judul Ditakko Ho Rohakki penyanyi Jack Marpaung (melodinya mirip lagu

That’s Why dengan penyanyi Michael Learn To Rock ); (2) lagu dengan judul

Ladypenyanyinya Paniel Panjaitan (melodinya mirip lagu dengan judul She’s

Gonedengan penyanyi Steel Heart); dan (3) lagu dengan judul Maria penyanyinya

vokalis Marsada Band (melodi lagunya mirip dengan lagu Marian penyanyi The

Cats).

Kontak dengan kebudayaan daerahdengan budaya lain dapat menyebabkan

manusia saling berinteraksi dan mampu menghimpun penemuan-penemuan baru

yang telah dihasilkan. Penemuan-penemuan baru seperti lagu-lagu Batak tersebut

dapat berasal dari kebudayaan asing atau merupakan perpaduan antara budaya asing

dengan budaya sendiri. Makna kata dapat mengalami perubahan akibat tanggapan

pemakai bahasa. Perubahan tersebut cenderung ke hal-hal yang menyenangkan atau

ke hal-hal yang sebaliknya, tidak menyenangkan. Kata yang cenderung maknanya

(21)

tidak menyenangkan (negatif) disebut peyoratif.Perubahan menyangkut mengenai

bahasa sebagai kode, dimana sesuai dengansalah satu sifatnya yang dinamis, dan

sebagi akibat persentuhan dengan kode-kodelain. Maka, bahasa itu berubah.

Pergeseran bahasa menyangkut masalah mobitas penutur,sebagai akibat dari

perpindahan penutur atau para penutur itu sendiri yangmenyebabkan terjadinya

pergeseran itu. Sedangkan pemertahanan bahasa lebihmenyangkut masalah sikap

atau penilaian terhadap suatu bahasa, untuk tetapmenggunakan bahasa tersebut di

tengah-tengah bahasa-bahasa lainnya.

Dari segi sosial, hak cipta lagu mampu memberikan citra baik ke dalam

maupun ke luar. Ke dalam hak cipta lagu memberikan status sosial tertentu kepada

pemilik atau pemegang hak ciptanya dari lagu tersebut, sedangkan ke luar hak cipta

lagu memberikan cermin atas sikap dan apresiasi masyarakat terhadap karya cipta

lagu serta penciptanya sendiri. Begitu pula secara politis masalah ini memberikan

cermin terutama bagi pemerintah yaitu tentang seberapa jauh upaya-upaya yang

telah dilakukan dalam membina dan menata kehidupan masyarakatnya. Cermin

seperti ini pada gilirannya akan berlaku ke luar.

Proses tersebut dapat mendorong pertumbuhan suatu kebudayaan dan

memperkaya kebudayaan yang ada. Integrasi kebudayaan seringkali berjalan tidak

sempurna, kondisi seperti ini dikhawatirkan adanya lagu-lagu batak yang

merupakan lagu tiruan dari asal lagu tersebut berasal dari budaya luar ( bahasa

inggris) akan menggoyahkan pola kehidupan atau kebudayaan yang telah ada.

Beberapa golongan masyarakat berupaya menghindari risiko ini dan tetap

mempertahankan diri pada pola kehidupan atau kebudayaan yang telah ada.

(22)

berkarya lebih baik lagi, sehingga masyarakat akan semakin terpacu untuk

menghasilkan karya-karya lain.

Hal penting dari Lagu dengan judul Ditakko Ho Rohakki penyanyi Jack

Marpaung (mirip lagu Thats Why penyanyi Michael Learn To Rock ), lagu dengan

judul Lady penyanyinya Paniel Panjaitan (mirip Lagu dengan judul She’s Gone

penyanyi Steel Heart), lagu dengan judul Maria penyanyinya Marsada Band (mirip

Lagu dengan judul Marian penyanyi The Cats),yang perlu ditelitiadalah perubahan

makna liriklagu secara musikal tetapi menjadi sangat kompleks ketika ia digunakan

untuk kepentingan komersil selain musik belaka. Dimana kehidupan masyarakat

kebudayaan lokal sangat besar memberikan pengaruh ketenaran lagu tersebut.

Untuk mengetahui alasan-alasan yang menyebabkan ketenaran lagu dalam

bahasa Batak tersebut pada Penciptaan lagu dalam dunia musik populer batak toba

mengalami ketenaran dimata masyarakat dengan lagu-lagu pop batak toba yang

tertulis diatas, tingkat kesadaran akan sebuah kemampuan dalam menciptakan

melodi ataupun lirik lagu merupakan hal yang prioritas dimiliki seorang pencipta.

Selain itu tidak tertutup kemungkinan respon pendengar sangat memberikan

pengaruh yang besar terhadap karya-karya musik populer batak toba yang ada,

dimana pendengar juga harusnya memiliki kemampuan dalam musik

dan`perbendaharaan lagu-lagu mancanegara maupun musik lokal yang dalam hal

ini lagu populer batak toba sehingga pendengar terbiasa akan mengingat

melodi-melodi lagu yang diperdengarkan. Selain itu juga penyimpangan sosial tentang

lagu-lagu yang dalam hal ini dikaitkan dengan hak cipta atau melanggar hukum

merupakan tindak pidana, dapat merupakan pencemaran terjadinya perubahan

(23)

Latar belakang tersebut di atas, sangat relevan untuk dikaji secara

etnomusikologis sebagai bidang keilmuan yang penulis geluti selama empat tahun

terakhir ini. Apa yang dimaksud etnomusikologi itu adalah seperti diuraikan berikut

ini.

Ethnomusicology is the study of music in its cultural context. Ethnomusicologists approach music as a social process in order to understand not only what music is but why it is: what music means to its practitioners and audiences, and how those meanings are conveyed

Ethnomusicology is highly interdisciplinary. Individuals working in the field may have training in music, cultural anthropology, folklore, performance studies, dance, cultural studies, gender studies, race or ethnic studies, area studies, or other fields in the humanities and social sciences. Yet all ethnomusicologists share a coherent foundation in the following approaches and methods: 1) Taking a global approach to music (regardless of area of origin, style, or genre). 2) Understanding music as social practice (viewing music as a human activity that is shaped by its cultural context). 3) Engaging in ethnographic fieldwork (participating in and observing the music being studied, frequently gaining facility in another music tradition as a performer or theorist), and historical research.

Ethnomusicologists are active in a variety of spheres. As researchers, they study music from any part of the world and investigate its connections to all elements of social life. As educators, they teach courses in musics of the world, popular music, the cultural study of music, and a range of more specialized classes (e.g., sacred music traditions, music and politics, disciplinary approaches and methods). Ethnomusicologists also play a role in public culture. Partnering with the music communities that they study, ethnomusicologists may promote and document music traditions or participate in projects that involve cultural policy, conflict resolution, medicine, arts programming, or community music. Ethnomusicolo-gists may work with museums, cultural festivals, recording labels, and other institutions that promote the appreciation of the world’s musics org/?page=whatisethnomusicology).

Dari kutipan dalam situs web etnomusikologi.org tersebut, maka dapat

dipahami bahwa etnomusikologi adalah studi musik dalam konteks budayanya.

Etnomusikolog biasanya melakukan pendekatan musik sebagai proses sosial untuk

memahami tidak hanya apa musik tapi mengapa: apa artinya praktik musik dan

(24)

Etnomusikologi sangat interdisipliner. Para ilmuwan yang bekerja di

lapangan etnomusikologi ini mungkin saja berasal dari pelatihan musik, atau

ilmuwan antropologi budaya, cerita rakyat, kajian pertunjukan, tari, studi budaya,

studi gender, stuis ras atau etnik, studi kawasan, atau bidang lainnya di bidang

ilmu-ilmu humaniora dan sosial. Namun semua etnomusikolog berbagi landasan

yang koheren dalam pendekatan dan metodenya, seperti berikut: (1) Mengambil

pendekatan global untuk musik (terlepas dari daerah asal, gaya, atau genre). (2)

Memahami musik sebagai praktik sosial (melihat musik sebagai aktivitas manusia

yang dibentuk oleh konteks budaya). (3) Melakukan penelitian lapangan etnografi

(berpartisipasi aktif dalam mengamati musik yang sedang dipelajari, mengkaji

tradisi musik baik sebagai pemain atau ahli teori sekeligus), dan penelitian sejarah

musik.

Etnomusikolog aktif dalam berbagai bidang. Sebagai peneliti, mereka belajar

musik dari setiap bagian di dunia ini dan menyelidiki koneksi ke semua elemen

kehidupan sosial. Sebagai pendidik, mereka mengajar kursus musik dunia, musik

populer, studi budaya musik, dan berbagai kelas yang lebih khusus (misalnya,

tradisi musik sakral, musik dan politik, mengajarkan pendekatan disiplin ilmu dan

metode). Etnomusikolog juga berperan dalam budaya masyarakat. Bermitra dengan

komunitas musik yang mereka pelajari, etnomusikolog dapat mempromosikan dan

mendokumentasikan musik tradisi atau berpartisipasi dalam proyek-proyek yang

melibatkan kebijakan budaya, penyelesaian konflik, pengobatan, pemrograman

seni, atau komunitas musik. Etnomusikolog dapat bekerja pada museum, festival

budaya, rekaman label, dan lembaga lain yang mempromosikan apresiasi musik

dunia. Dengan demikian, kerja keilmuan yang penulis lakukan adalah sesuai

(25)

1.2 Pokok Masalah

Agar lebih mengarahkan focus kajian di dalam konteks penelitian ini, maka

penulis mengajukan tiga pokok masalah yang disajikan dalam bentuk pertanyaan

sebagai berikut:

1. Bagaimana struktur tiga melodi lagu populer Batak Toba dan perbandingannya

dengan struktur tiga lagu lagu populer dari musik Barat sebagai sumbernya?

2. Makna seperti apakah yang dikandung di dalam enam lagu musik popular

Batak Toba dan Barat?

3. Bagaimana respon pendengar terhadap karya-karya musik populer Batak Toba

yang ada dan menjadi tenar dimasyarakat?

Untuk pokok masalah yang pertama, yang akan penulis bandingkan adalah

struktur melodi, mencakup aspek-aspek seperti: tangga nada, wilayah nada, nada

dasar, pola-pola kadensa, formula melodi, kontur, distribusi interval, dan jumlah

nada-nada yang digunakan. Asumsi penulis adalah dengan berubahnya teks yang

digunakan dari bentuk awal yaitu teks nyanyian berbahasa Inggris menjadi teks

berbahasa Batak Toba, maka di sana sini akan terjadi perubahan nada-nada

terutama dikaitkan dengan dimensi waktunya. Ini menarik untuk membandingkan

sejauh apa perubahan yang terjadi.

Untuk pokok masalah kedua, yaitu makna seperti apa yang terdapat dalam

keenam lagu tersebut, yaitu tiga berbahasa Batak Toba dan tiga berbahasa Inggris

sebagai sumber asalnya, maka aspek yang dikaji melalui pendekatan semiotik

adalah mencakup makna denotatif (sebenarnya) dan makna konotatif

(26)

sosial. Dalam mengkaji masalah ini, maka unsur-unsur yang dikaji meliputi baris,

distribusi suku kata, penggunaan kata-kata, hubungan kata, bait, dan seterusnya.

Untuk pokok masalah ketiga, yaitu bagaimana respon pendengar terhadap

fenomena lagu pada musik populer Batak Toba yang menggunakan melodi lagu

music Barat, maka focus kajian diarahkan kepada sejauh apa tanggapan pendengar

lagu-lagu ini. Di antara respon yang akan diuraikan adalah bagaimana pengetahuan

pendengar terhadap fenomena ini. Selain itu juga adalah bagaimana respon mereka

ini dalam mengapresiasi music popular Batak yang mereka dengarkan tersebut.

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.3.1 Tujuan penelitian

a. Mengkaji bagaimana struktur tiga melodi lagu populer Batak Toba dan

perbandingannya dengan struktur tiga lagu lagu populer dari music Barat

sebagai sumbernya.

b. Mengkaji makna seperti apakah yang dikandung di dalam enam lagu musik

popular Batak Toba dan Barat.

c. Mengkaji bagaimana respon pendengar terhadap karya-karya musik populer

Batak Toba yang ada dan menjadi tenar di masyarakat

1.3.2 Manfaat penelitian

Manfaat penelitian ini dapat dikemukakan sebagai berikut.

a. Untuk dijadikan sumber informasi keilmuan khususnya ilmu-ilmu musik,

(27)

b. Sebagai bentuk pemenuhan kewajiban dalam rangka menyelesaikan studi pada

Program Studi Magister Penciptaan dan pengkajian Seni, Fakultas Ilmu Budaya,

Universitas Sumatera Utara Medan.

c. Untuk perkembangan ilmu pengetahuan dan pedoman dalam kajian seni.

d. Untuk dapat menjadi sumber pengetahuan bagi penciptaan dan kekaryaan di

bidang seni musik, khususnya terhadap para pencipta lagu-lagu populer Batak

Toba.

e. Tesis ini juga dapat dijadikan sebagai sumber permodelan untuk melakukan

kebijakan yang tepat bagi industri musik popular baik di peringkat daerah,

nasional, maupun global.

1.4 Tinjauan Pustaka

Penelitian ini diperkuat dengan buku-buku, di antaranya sejarah yang

berhubungan dengan lagu tersebut sebagai sebuah folksong,posmodernisme, teori

musik, teori-teori sosial, teori quantum, semiotika, hermeneutika, filsafat, dan

buku-buku lain yang relevan dan menunjang penulisan tesis ini. Berikut ini

beberapa buku yang sudah penulis dapatkan.

1. Folklor Indonesia karangan James Danandjaja (1986). Buku ini memuat

tentang folklor yang ada di Indonesia. Folklore Indonesia disajikan dalam

bentuk hakikat folklor, penelitian folklor di Indonesia, bentuk-bentuk folklor

Indonesia, folklor sebagai lisan, dan folklor bukan lisan. Penulis memfokuskan

perhatian pada folklor Indonesia yang berupa nyanyian rakyat yang tertulis

(28)

2. Teori Interpretasi, Memahami Teks, Penafsiran, dan Metodologinya karangan

Paul Ricoeur (2012). Buku ini menekankan pentingnya interpretasi untuk dapat

memahami realitas dengan segala kompleksitasnya. Buku ini juga membantu

kita untuk menjelajahi makna bahasa dengan seperangkat teori interpretasi

yang terangkum dalam filsafat wacana.

3. Posmodernisme karanganKevin O’Donnell (2013). Buku ini diantaranya

memuat tentang etika dan politik. Dituliskan dalam buku ini, Derrida

menegaskan bahwa metode dekonstruksinya merupakan kegiatan cinta, yang

mendorong keluar kebenaran yang jujur dan mengakui posisi yang

berbeda-beda. Mengapa kita harus percaya hanya pada apa yang dikatakan untuk kita

percaya, atau bertindak seperti yang dikatakan pada kita. Marilah kita sadar

dan melihat dengan jelas.

Buku-buku semiotika yang penulis gunakan dalam referensi penelitian ini

dapat diuraikan sebagai berikut.

a. Semiotika Komunikasi karangan Alex Sobur (2004). Buku ini menyajikan cara

memahami semiotika, pokok dan tokoh semiotika, aplikasi semiotika

komunikasi, komunikasi dengan simbol-simbol, ideologi dan mitologi,

kata-kata dan makna, serta hubungan antara manusia, bahasa, dan komunikasi.

b. Serba-Serbi Semiotikakarangan Panuti Sudjiman dan Art van Zoest (1991).

Buku ini berisi ulasan-ulasan tentang apa itu semiotika terutaam yang

digunakan di dalam disiplin ilmu linguistik dan sastra.

c. Semiotic for Beginners karangan Paul Cobley dan Litza Jansz (2002). Buku ini

berisi tentang identifikasi para ahli semiotika yang terkemuka dan karya-karya

mereka. Semiotika dalam buku ini dipaparkan dengan konsep-konsep

(29)

penulis jadikan sebagai pijakan untuk memepelajari betapa pentingnya

tanda-tanda dan sistem penandaan bagi keberadaan manusia.

d. Semiotika dan Hipersemiotika: Kode, Gaya, dan Matinya Makna karangan

Yasraf Amir Piliang (2012). Buku ini lebih banyak menyoroti semiotika dan

post-modernisme, dalam konteks aliran pemikiran, yang juga dihubungkan

dengan perkembangan teori-teori dalam dunia ilmu pengetahuan, terutama

ilmu-ilmu budaya.

4. Dimensi Mistik Musik Dan Bunyi karangan Hazrat Inayat Khan (2002). Buku

ini memaparkan tentang sifat gaib musik yang jernih menjadi sebuah musik

klasik modern, yang tidak hanya dicintai oleh mereka yang berminat dengan

Sufisme tetapi oleh berbagai jenis musik. Menurut Khan: ”Lidah yang

menyentuh berbagai titik di mulut, dan terbuka, serta tertutupnya bibir dengan

berbagai cara, menghasilkan berbagai bunyi. Pengelompokan bunyi

menjadikan kata-kata menyampaikan makna yang berbeda dalam berbagai cara

ekspresi mereka. Secara berangsur-angsur ini menjelmakan musik menjadi

bahasa, tapi bahasa tidak pernah bisa membebaskan dirinya dari musik. Sebuah

bahasa, betapapun sederhananya, tidak bisa bertahan tanpa musik di dalamnya;

musik memberinya ekspresi konkret. Karena alasan ini, sebuah bahasa asing

jarang diucapkan dengan sempurna; kata-kata dipelajari, tapi musik tidak

dikuasai”.

5. Teori Budaya karangan David Kaplan dan Robert A. Manners (2002). Buku ini

pada pada bab ketiga (Tipe-tipe Teori Budaya) sub bab ketujuh memuat

tentang ideologi. Kaplan menggunakan istilah ideologi dengan pengertian

yang netral dan tak bersifat menilai baik-buruk. Dalam sub bab kesembilan

(30)

tidak dapat kita ketahui melalui pangamatan langsung. Ideologi harus

disimpulkan dari sesuatu bentuk perilaku, yakni dari apa kata orang atau dari

pengamatan atas orang-orang yang berinteraksi dalam berbagai sistem sosial.

6. Seri buku Nusa Jawa:Silang Budayakarangan Denys Lombard (2005),jilid1

Batas-Batas Pembaratan, Jilid 2 Jaringan Asia, dan jilid 3 Warisan

Kerajaan-Kerajaan Konsentris. Buku-buku ini memuat sejarah Indonesia dengan

mengambil Jawa sebagai fokus kajian silang budaya.Salah satu bagian tulisan

dari buku ini membicarakan pengaruh Barat di bidang estetika dan persoalan

seniuntuk seni serta seni untuk rakyat. Bagian lain ada juga membicarakan

tentang ideologi-ideologi termasuk tantang Partai Komunis Indonesia.

7. Quantum Seni karangan M. Dwi Marianto (2006). Buku ini memuat paparan

tentang apa itu quantum seni. Sebagai adaptasi dari teori fisika, perspektif

quantum dijadikan metode untuk memahami karya seni. Sebagaimana halnya

foton dalam teori fisika quantum, demikian juga halnya karya seni dipandang

sebagai dualitas dari partikel-gelombang. Marianto juga menyoroti

hermeneutika dan semiotika sebagai cara untuk memahami segala sesuatu yang

melesat, melesak, berbunyi, terungkap, tertulis, tertuang, tersandang, dsb. yang

merupakan tanda-tanda yang bisa dianyam dan diartikan

Selanjutnya buku-buku filsafat yang penulis jadikan referensi adalah:

a. Alam Pikiran Yunani karangan Mohammad Hatta (1986). Dari buku ini penulis

mengambil beberapa pemahaman tentang logika, terutama logika yang berakar

dari ilmu-ilmu pengetahuan Yunani.

b. Estetika: Sebuah Pengantar Filsafat Keindahan dari Yunani sampai Zen

Buddhisme karangan Matius Ali (2004). Buku ini membahas apa itu

(31)

seniyakni penciptaan seni, penilaian atau refleksi atas karya seni. Buku ini juga

memuat pemikiran tokoh-tokoh estetika Plato, Aristoteles, Hume, Burke,

Hutcheson, Shaftesbury, Hegel, dll.

c. Filsafat untuk Umum karangan Bambang Q-Anees dan Radea Juli A. Hambali

(2003). Buku ini menyelisik liku-liku “pertanyaan-pertanyaan” para filsuf yang

kemudian melahirkan jawaban-jawaban yang berimplikasi besar dan

mempengaruhi cara pandang manusia dalam melihat dan memahami

kompleksitas kehidupan. Dari buku ini penulis mengambil referensi yang

berhubungan dengan logika perpikir analisis dan sintesis serta cara berpikir

horisontal dan lateral menurut de Bono dalam Q. Anees. Bab XV dari buku ini

berisi paparan ringkas tentang logika berpikir analisis dan sentesis.

d. Nada-Nada Radikal: Perbincangan Para Filsuf tentang Musik karangan

Sukatmi Susantina (2004). Buku ini berisi “rekaman” perbincangan para filsuf

tentang musik dari Yunani Kuno sampai dengan zaman kontemporer dan

kupasan tentang sisi-sisi filsafat dalam rangka memahami musik secara lebih

radikal. Susantina juga mengutip Peursen yang menyatakan bahwa jenis musik

yang paling erat berkait ialah seni musik dan sastra.

e. Nicomachean Ethic karangan Aristoteles (2004). Buku ini memuat tentang

etika secara umum dan menyinggung pula tentang etika politik. Dituliskan

dalam buku ini bahwa tujuan politik adalah yang baik bagi manusia.

f. Dekonstruksi Epistemologi Modern karangan Akhyar Yusuf Lubis (2006).

Dalam buku ini dipaparkan bagaimana teori kritis dan posmodernisme

menyediakan dasar-dasar pemikiran bagi kajian budaya kontemporer. Salah

satu pemikir dan filsuf yang memberi sumbangan besar bagi kajian budaya

(32)

meruntuhkan batas-batas kaku bidang ilmu pengetahuan dan membuka jalan

bagi kajian inter/transdisipliner.

8. Introduction to Music karangan Ronald Pen (1992). Part II dari buku ini

memuat penjelasan tentang elemen dasar dari bunyi, elemen musik, musik

sebagai ukuran waktu, music sebagai ukuran ruang, musik sebagai ukuran

dinamik, timbre musikal, musik sebagai ukuran harmoni, susunan dalam

musik, nyanyian: kesatuan anatara teks dan musik. Penulis menjadikan Part II

sebagai referensi untuk mengkaji nyanyian dari sisi musikal.

9. Handbook Teori Sosial karangan George Ritzer dan Barry Smart (2012). Buku

ini membahas, meninjau, dan menginterpretasi ulang karya-karya yang

berkaitan dengan berbagai teoretisi klasik dan kontemporer, menggali secara

kritis perspektif-perspektif teoretis utama, dan memberikan contoh mengenai

bentuk-bentuk teoretisasi termashur terkait dengan tema dan persoalan sosial.

10. Menuju Apresiasi Musik karangan Remi Sylado (1983). Salah satu bahasan

dalam buku ini adalah tentang musik Timur yang membicarakan musik jawa

dan tangga nada pentatonis.

11. Postmodernisme, tantangan bagi filsafat karangan I. Bambang Sugiharto

(2006). Buku ini menyoroti problem bahasa dalam filsafat mengenai hal yang

literal dan metaforis.

12. Leon Stein, Structur and Style : The Study and Analysis of Musical Form

(Summy-Birchard Musik, 1979). Buku ini berisi mengenai pengetahuan dan

analisis bentuk musik yang membantu penulis dalam menganalisis laguSejarah

kebudayaan Indonesia: Seni Pertunjukan dan Seni Media. editor umum

Mukhlis PaEni (2009). Buku ini di antaranya memuat tentang musik populer

(33)

13. Silang Budaya Tiongkok Indonesia (2005) karangan Kong Yuanzhi. Buku ini

secara umum memuat sejarah hubungan Tiongkok dan Indonesia hingga era

orde reformasi. Secara khusus dibahas pula tentang perpaduan lagu-lagu

Tiongkok dan Indonesia. Lagu-lagu Indonesia dari Ujung Pandang (menurut

Minawati dalam Yuanzhi) dikatakan lebih dekat dengan musik slendro

Tiongkok sedang musik Jawa lebih dekat dengan musik pelog India. Dikatakan

bahwa lagu-lagu Makasar berirama Tiongkok meresap dan Populer di kalangan

rakyat jelata.

1.5 Konsep yang Digunakan

1.5.1 Lagu

Lagu merupakan gubahan seni nada atau suara dalam urutan, kombinasi, dan

hubungan temporal (biasanya diiringi dengan alat musik) untuk menghasilkan

gubahan musik yang mempunyai kesatuan dan kesinambungan (mengandung

irama). Ragam nada atau suara yang berirama disebut juga dengan lagu. Lagu dapat

dinyanyikan secara sendiri (solo), berdua (duet), bertiga (trio) atau dalam

beramai-ramai (koor). Syair dalam lagu biasanya berbentuk puisi berirama, namun ada juga

yang bersifat keagamaan ataupun prosa bebas. Lagu dapat dibedakan menjadi

beberapa jenis, sesuai dengan kriteria yang digunakan

.org/wiki/Lagu).

Menurut Jan Harold Brunvand dalam Danandjaja (1986:141-145), nyanyian

rakyat adalah salah satu genre atau bentuk folklor yang terdiri dari kata-kata dan

(34)

banyak mempunyai varian. Danandjaja menjelaskan bahwa seringkali nyanyian

rakyat dipinjam oleh penggubah nyanyian profesional untuk diolah lebih lanjut

menjadi nyanyian pop atau klasik (seriosa). Walaupun demikian identitas

folkloritasnya masih dapat kita kenali karena masih ada varian folklornya yang

beredar dalam peredaran lisan (oral transmission).

Dalam nyanyian rakyat kata-kata dan lagu merupakan dwi tunggal yang tak

terpisahkan. Teks nyanyian rakyat selalu dinyanyikan dan jarang sekali yang hanya

disajakkan (recite). Keunikan lain dari lagu rakyat adalah bahwa teks yang sama

tidak selalu dinyanyikan dengan lagu yang sama, sebaliknya, lagu yang sama sering

dipergunakan untuk menyanyikan beberapa teks nyanyian rakyat yang berbeda.

Danandjaja juga menjelaskan bahwa nyanyian rakyat bersifat mudah

diubah-ubah tidak seperti nyanyian seriosa (klasik) yang dipelajari orang dari buku

nynyian tercetak tepat seperti apa yang asli ditulis oleh penggubahnya. Penyanyi

profesional nyanyian seriosa diwajibkan untuk membawakannya dengan cara yang

berlaku pada masa nyanyian itu diciptakan, seperti yang diingini oleh

penggubahnya. Jika dinyanyikan tidak sesuai dengan yang ditentukan, akan dicela

oleh para pendengarnya. Hal ini disebabkan semua penggemarnya telah menguasai

naskah lagu (score) aslinya. Contoh nyanyian seriosa Indonesia adalah salah satu

karya Muchtar Embut Di Wajahmu Kulihat Bulan.

Selanjutnya Danandjaja menjelaskan bahwa seperti halnya nyanyian seriosa,

nynyian pop juga tercetak, lebih sering lagi direkam secara komersial yang juga

merupakan karya penggubah lagu profesional. Berbeda dengan penggubah

nyanyian seriosa, penggubah nyanyian pop adakalanya lebih tepat digolongkan

sebagai pengusaha atau spekulator disebabkan mereka mencipta nyanyian pop

(35)

oleh ilham mencari untung secara komersial. Jika mereka tidak menyesuaikan diri

mereka akan mati kelaparan.

Danandjaja menuliskan bahwa umur nyanyian rakyat lebih panjang daripada

nyanyian pop. Banyak nyanyian rakyat yang malah lebih tua daripada nyanyian

seriosa. Selanjutnya, berdasarkan sifat penyebarannya yang melalui lisan maka

lagu-lagu rakyat menimbulkan varian-variannya.

1.5.2 Melodi

Dalam tesis ini, konsep tentang melodi dapat dikemukakan sebagai

rangkaian nada-nada yang kemudian menyusun sebuah bentuk utuh menjadi suatu

lagu. Melodi ini disusun oleh bentuk (form). Kemudian bentuk melodi biasanya

disusun oleh dua atau lebih frase-frase melodi. Kemudian setiap frase melodi

disusun oleh beberapa motif melodi. Kesemuanya membentuk satu kesatuan yang

utuh menjadi sebuah bangunan musik.

Selanjutnya berkaitan dengan melodi di dalam tesis ini, maka melodi yang

digunakan berkait langsung dengan teks yang digunakannya. Melodi ini juga sangat

mengutamakan komunikasi verbal, berupa bahasa yang dinyanyikan, selain

didukung oleh unsure-unsur melodi seperti: tangga nada, wilayah nada, nada dasar,

interval, motif, frase, bentuk, dan lain-lainnya. Melodi menjadi unsure utama dalam

nyanyian dalam musik populer Batak Toba termasuk juga dari lagu asalnya pada

(36)

1.5.3Undang-Undang Hak Cipta

Dalam Undang-Undang Hak Cipta Indonesia telah diatur tentang

penegakan hukum hak cipta yang menetapkan perbuatan apa saja yang disebut

sebagai tindak pidana hak cipta dan hak terkait. Demikian pula dalam

Undang-Undang Hak Cipta telah diatur tentang tuntutan hak keperdataan yang dapat

diajukan dalam bentuk gugatan ke pengadilan niaga ataupun bentuk-bentuk

tindakan hukum lainnya yang bertujuan untuk mencegah berlanjutnya suatu

pelanggaran hak cipta. Undang-undang No.19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta Pasal

1: Hak Cipta adalah hak eksklusif bagi pencipta atau penerima hak untuk

mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya atau memberikan izin untuk itu

dengan tidak mengurangi pembatasan-pembatasan menurut peraturan

perundang-undangan yang berlaku. Pencipta adalah seorang atau beberapa orang secara

bersamasama yang atas inspirasinya melahirkan suatu Ciptaan berdasarkan

kemampuan pikiran, imajinasi, kecekatan, keterampilan atau keahlian

yangdituangkan ke dalam bentuk yang khas dan bersifat pribadi. Ciptaan adalah

hasil setiap karya Pencipta yang menunjukkan keasliannya dalam lapangan ilmu

pengetahuan, seni atau sastra. Pemegang Hak Cipta adalah Pencipta sebagai

Pemilik Hak Cipta, atau pihak yang menerima hak tersebut dari Pencipta, atau

pihak lain yang menerima lebih lanjut hak dari pihak yang menerima hak

tersebuttang kepemilikan Hak Cipta,apa yang di maksud pencipta,

ciptaan,pemegang Hak Cipta dan juga lisensi untuk para orang yang ditunjuk oleh

pemegang Hak Cipta. Berarti secara langsung plagiat atau penjiplakan itu sudah

dilarang keras. Walaupun dengan alasan apapun, tanpa sepengetahuan dari

pemegang Hak Cipta. Undang-undang No.19 Tahun 2002, disana sudah jelas

(37)

Hak Cipta dan juga lisensi untuk para orang yang ditunjuk oleh pemegang Hak

Cipta. Berarti secara langsung plagiat atau penjiplakan itu sudah dilarang keras.

Walaupun dengan alasan apapun, tanpa sepengetahuan dari pemegang Hak Cipta.

Ada juga peraturan tentang ciptaan yang dilindungi menurut

Undang-undang No.19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta Pasal 12 ayat 1,2 dan 3. Adapun

berdasarkan Undang-undang No.19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta Pasal 3 ayat

1,mengatakan bahwa hak cipta digolongkan sebagai benda bergerak,secara tidak

langsung benda bergerak berhubungan dengan hak milik,dan penyerahan hak milik

bisa dilakukan dengan nyata oleh atau atas nama pemilik,hal ini bisa dilihat pada

buku 2 KUHPerdata Pasal 612.

1.5.4 Respon

Yang dimaksud dengan respon dalam tesis ini adalah berasal dari unsur

serapan bahasa Inggris response, yang maknanaya adalah samadengan reaksi,

tanggapan, jawaban, dan sejenisnya. Respon dalam hal ini bias saja berupa

tanggapan dalam bentuk jawaban tertulis, jawaban lisan, reaksi diam, marah, setuju,

aguh, dan seterusnya.

Respon yang dimaksud dalam tesis ini adalah bagaimana dampak

didengarnya tiga lagu musijk popular Batak Toba yang melodinya diadopsi dari

budaya music popular Barat, oleh para pendengar di kalangan masyarakat batak

Toba. Apakah respon mereka sebenarnya mengetahui asal-usul lagu-lagu tersebut.

Atau mereka menikmatinya karena faktor teks yang berbahasa Batak Toba, atau

(38)

musikal pendengar, atau factor-faktor lainnya. Respon inilah yang coba hendak

penulis tangkap dari penelian yang dilakukan ini.

1.6 Teori-teori yang Digunakan

Untuk mengkaji tiga pokok masalah yang telah diuraikan sebelumnya,

yaitu: (1) kajian komparatif melodi, (2) makna teks; dan (3) respon pendengar,

maka penulis menggunakan masing-masing satu teori untuk ketiga pokok masalah

tersebut. Untuk mengkaji komparatif melodi digunakan teori weighted scale, untuk

mengkaji makna teks baik makna denotative maupun konotatif digunakan teori

semiotic, dan untuk mengkaji respon digunakan teori belajar behavioristik.

Ketiga-tiga teori ini dapat diuraikan sebagai berikut.

1.6.1 Teori Weighted Scale

Dalam kerja laboratorium di dalam studi ini, eterutama untuk menganalisis

struktur enam melodi lagu dan perbandingannya, penulis berpatokan pada teori

weighted scaler (bobot tangga nada) yang dikemukakan oleh William P. Malm

(1977:8). Teori ini berorientasi kepada kajian terhadap unsure-unsur universal yang

terdapat di dalam melodi di manapun dijumpai di dunia ini.

Malm menyatakan terdapat delapan karakter yang harus diperhatikan dalam

mendeskripsikan melodi, yaitu: (1) tangga nada, (2) nada dasar, (3) wilayah nada,

(4) jumlah masing-masing nada, (5) interval, (6) pola kadens, (7) formula melodi

dan (8) kontur. Teori ini pada dasarnya melihat struktur ruang dalam musik dengan

(39)

Dengan melalui perspektif disiplin etnomusikologi tersebut dapat dijabarkan

bahwa yang dimaksud dengan melodi adalah rangkaian nada-nada yang

membentuk sebuah bentuk musik yang disusun oleh formula-formulanya baik itu

frase maupun nmotif melodi. Kemudian yang dimaksud dengan nada dasar adalah

sebagai nada pusat (tonal center) bagi sebuah komposisi lagu atau nyanyian.

Selanjutnya wilayah nada adalah jarak yang dapat diukur dengan satuan langkah

atau laras maupun cent dalam konteks ilmu musik.

Seeterusnya yang dimaksud dengan nada adalah bunyi yang dikaitkan dengan

music dan biasanya mengacu sebagai materi dasar pembentuk melodi. Setelah itu,

yang dimaksud dengan interval adalah ukuran jarak antara nmada yang satu dengan

nada yang lainnya, yang biasa diukur dengan sebutan seperti prima murni, sekunde

mayor, ters minor, dan seterusnya. Setelah itu, pola kadens adalah bahagian

ujung-ujung frase melodi dan juga termasuk yang paling ujung-ujung melodi tersebut. Kemudian

yang dimaksud dengan formula melodi adalah rumusan yang menjadi dasar

pembentukan melodi, baik iru bentuk, frase, maupun motif. Terakhir kali, kontur

adalah garis lintasan melodi, yang dapat dideskripsikan dalam bentuk-bentuk

seperti pendulum, berjenjang, setengah lingkaran, dan lain-lain. Teori inilah yang

penulis gunakan untuk melakukan analisis komparatif terhadap keenam lagu yang

menjadi sampel dalam penelitian ini.

1.6.2 Teori Semiotik

Semiotika adalah ilmu (juga teori) tentang tanda-tanda. Ilmu ini

(40)

tanda-tanda. Semiotika mengkaji sistem-sistem, aturan-aturan dan konvensi-konvensi

yang memungkinkan tanda-tanda tersebut memiliki arti.

Dua tokoh penting perintis ilmu semiotika modern, yaitu Charles Sanders

Peirce (1839-l9l4 ) dan Ferdinand de Saussure (1857-1813) mengemukakan

beberapa pendapat mereka mengenai semiotika. Saussure menampilkan semiotika

dengan membawa latar belakang ciri-ciri linguistik yang diistilahkan dengan

semiologi, sedangkan Peirce menampilkan latar belakang logika yang diistilahkan

dengan semiotika. Peirce mendudukkan semiotika pada berbagai kajian ilmiah

(lihat Zoest 1993:l-2).

Dalam penelitian ini, konsep semiotika yang digunakan adalah konsep yang

didasarkan pada pemikiran Saussure yang dikembangkan oleh Riffaterre. Hal ini

didasarkan pada pertimbangan bahwa konsep semiotika yang dikembangkan oleh

Riffaterre, penulis anggap tepat untuk diterapkan dalam penelitian ini. Konsep dan

teori yang digunakan Riffaterre lebih mengkhusus pada pemaknaan puisi secara

semiotika, sehingga lebih memberikan ruang untuk interpretasi makna yang akan

dilakukan dalam penelitian ini. Untuk puisi, secara semiotika Riffaterre dalam

bukunya Semiotics of Poetry (1978) mengemukakan empat hal pokok sebagai

langkah pemroduksian makna.

(1) Hal pertama adalah bahwa puisi merupakan aktivitas bahasa yang

berbeda dengan pemakaian bahasa pada umumnya. Puisi memiliki bahasa yang

dapat menyatakan beberapa konsep secara tidak langsung. Dalam puisi,

ketidaklangsungan ekspresi menduduki posisi yang utama, Ketidaklangsungan

ekspresi yang dimaksud disebabkan oleh adanya penggantian arti (displacing of

meaning), penyimpangan arti (distorting of meaning), dan penciptaan arti

(41)

disebabkan oleh penggunaan metafora dan metonimi, serta bahasa kiasan yang lain.

Penyimpangan arti disebabkan oleh tiga hal, yaifu ambiguitas (ketaksaan),

kontradiksi, dan nonsens. Penciptaan arti diciptakan melalui enjambement,

homologue, dan tipografi.

(2) Hal kedua adalah pembacaan heuristik dan pembacaan hermeneutik.

Pembacaan heuristik adalah pembacaan pada taraf mimesis atau pembacaan yang

didasarkan konvensi bahasa. Karena bahasa memiliki arti referensial, pembaca

harus memiliki kompetensi linguistik agar dapat menangkap arti (meaning).

Kompetensi linguistik yang dimiliki oleh pembaca itu berfungsi sebagai sarana

untuk memahami beberapa hal yang disebut sebagai ungramatikal

(ketidakgramatikalan teks). Pembacaan ini juga disebut dengan pembacaan

semiotika pada tataran pertama. Dalam pembacaan pada tataran ini, masih banyak

arti yang beraneka ragam, makna yang tidak utuh, dan ketakgramatikalan. Untuk

itu, pembacaan pada tataran ini masih perlu dilanjutkan ke pembacaan tahap kedua.

Pembacaan tataran kedua yang dimaksud adalah pembacaan hermeneutik. Pada

pembacaan ini, akan terlihat hal-hal yang semula tidak gramatikal menjadi

himpunan kata-kata yang ekuivalen (Riffaterre,1978:54).

(3) Hal ketiga adalah penentuan matriks dan model. Dalam hal ini, matriks

dapat dimengerti sebagai konsep abstrak yang tidak pernah teraktualisasi. Konsep

ini dapat dalam satu kata atau frase. Meskipun demikian, kata atau frase yang

dimaksud tidak pemah muncul dalam teks puisi yang bersangkutan, tetapi yang

muncul adalah aktualisasinya. Aktualisasi pertama dari matriks adalah model.

(42)

dikatakan bahwa matriks merupakan motor penggerak derivasi tekstual, sedangkan

model menjadi pembatas derivasi itu (Riffaterre,1978:19-21).

(4) Hal keempat adalah prinsip intertekstual. Prinsip intertekstual adalah

prinsip hubungan antar teks sajak. Sebenarnya hal itu berangkat dari asumsi bahwa

karya sasta termasuk puisi, tidak lahir dari kekosongan budaya. Dalam keadaan

seperti ini, sebuah sajak merupakan respons atau tanggapan terhadap karya-karya

sebelumnya. Tanggapan tersebut dapat berupa penyimpangao atau penerusan

tradisi. Dalam hal ini, mau tidak mau terjadi proses transformasi teks.

Mentransformasikan adalah memindahkan sesuatu dalam bentuk atau wujud lain

yang pada hakikatnya sama (Pradopo, 1994:25). Dalam proses tersebut dikenal

adanya istilah hipogram. Riffaterre (1978:2) mendefinisikan hipogram adalah teks

yang menjadi latar atau dasar penciptaan teks lain. Dalam praktiknya, hipogram

dapat dibedakan menjadi dua, yaitu hipogram potensial dan hipogram aktual.

Hipograrn potensial yang dapat ditelusuri dalam bahasa bersifat hipotesis, seperti

yang terdapat dalam matriks, sedangkan hipogram aktual bersifat nyata atau

eksplisit.

Keempat hal pokok tersebut di atas yang dikemukakan oleh Riffaterre

sebagai langkah pemroduksian makna, tiga di antaranya akan digunakan sebagai

acuan untuk mengungkap makna yang terkandung dalam mantra melaut suku

Melayu Aras Kabu. Lewat tanda-tanda yang terdapat dalam mantra itu, maka

proses pemaknaan akan dilakukan.

Dengan bertotak pada kerangka teori di atas, dapat dikatakan bahwa untuk

dapat memahami hakikat makna dari lagu-lagu Batak Toba dan lagu-lagu budaya

(43)

mempertimbangkan dan menerapkan dua sisi pandang. Sisi pertama adalah cara

pandang masyarakatnya sebagai pengamal dan penghayat lagu-lagu ini dalam

budaya mereka.1

1

Dalam dunia ilmu pengetahuan, pendekatan seperti ini lazim disebutdengan pendekatan emik. Artinya adalah bahwa penelitian yang dilakukan lebih menumpukan perhatian kepada pendapat-pendapat informan kunci dalam rangka memahami makna-makna yang terkandung di dalam kebudayaan yang diteliti dalam konteks kerja ilmiah. Namun demikian, seorang peneliti tidaklah harus sepenuhnya berdasarkan kepada penjelasan yang diperoleh dari para informan kunci. Seorang peneliti diharapkan lebih jauh menafsirkan sumber data berdasarkan kaidah-kaidah ilmiah yang diperoleh dari kinerjanya sebagai ilmuwan. Tentu saja penafsiran ini bisa berbeda-beda antara seorang peneliti dengan peneliti lainnya, yang pasti akan dilatarbelakangi oleh pengalaman keimlmuannya. Pendekatan kedua ini lazim disebut sebagai pendekatan etik.

Sisi kedua adalah perlunya penafsiran berdasarkan kaidah-kaidah

saintifik terhadap lagu-lagu tersebut. Dua titik pandang ini menghasilkan suatu

sintesa keilmuan yang tentu berdasar kepada empirisme, logika, pembuktian,

penelaahan, tafsiran, dan hasil yang diperoleh dari penelitian lapangan (field work).

1.6.3 Teori Belajar Behavioristik

Teori belajar behavioristik menjelaskan belajar itu adalah perubahan

perilaku yang dapat diamati, diukur dan dinilai secara konkret. Perubahan terjadi

melalui rangsangan (stimulans) yang menimbulkan hubungan perilaku reaktif

(respon) berdasarkan hukum-hukum mekanistik. Stimulans tidak lain adalah

lingkungan belajar anak, baik yang internal maupun eksternal yang menjadi

penyebab belajar. Sedangkan respons adalah akibat atau dampak, berupa reaksi

fifik terhadap stimulans. Belajar berarti penguatan ikatan, asosiasi, sifat da

kecenderungan perilaku S-R (stimulus-Respon).

Teori Behavioristik memiliki cirri-ciri sebagai berikut:

(44)

2. Menekankan pada faktor bagian

3. Menekankan pada tingkah laku yang nampak dengan mempergunakan metode

obyektif.

4. Sifatnya mekanis

5. Mementingkan masa lalu

A. Edward Edward Lee Thorndike (1874-1949Thorndike berprofesi sebagai

seorang pendidik dan psikolog yang berkebangsaan Amerika. Lulus S1 dari

Universitas Wesleyen tahun 1895, S2 dari Harvard tahun 1896 dan meraih gelar

doktor di Columbia tahun 1898. Buku-buku yang ditulisnya antara lain Educational

Psychology (1903), Mental and social Measurements (1904), Animal Intelligence

(1911), Ateacher’s Word Book (1921),Your City (1939), dan Human Nature and

The Social Order (1940).

Menurut Thorndike, belajar merupakan peristiwa terbentuknya

asosiasi-asosiasi antara peristiwa-peristiwa yang disebut stimulus (S) dengan respon (R ).

Stimulus adalah suatu perubahan dari lingkungan eksternal yang menjadi tanda

untuk mengaktifkan organisme untuk beraksi atau berbuat sedangkan respon dari

adalah sembarang tingkah laku yang dimunculkan karena adanya perangsang. Dari

eksperimen kucing lapar yang dimasukkan dalam sangkar (puzzle box) diketahui

bahwa supaya tercapai hubungan antara stimulus dan respons, perlu adanya

kemampuan untuk memilih respons yang tepat serta melalui usaha –usaha atau

percobaan-percobaan (trials) dan kegagalan-kegagalan (error) terlebih dahulu.

Bentuk paling dasar dari belajar adalah “trial and error learning atau selecting and

connecting learning” dan berlangsung menurut hukum-hukum tertentu. Oleh

karena itu teori belajar yang dikemukakan oleh Thorndike ini sering disebut dengan

(45)

Thorndike yang memberi sumbangan yang cukup besar di dunia pendidikan

tersebut maka ia dinobatkan sebagai salah satu tokoh pelopor dalam psikologi

pendidikan.

Dari percobaan ini Thorndike menemukan hukum-hukum belajar sebagai

berikut:1. Hukum Kesiapan(law of readiness), yaitu semakin siap suatu organisme

memperoleh suatu perubahan tingkah laku, maka pelaksanaan tingkah laku tersebut

akan menimbulkan kepuasan individu sehingga asosiasi cenderung

diperkuat.Prinsip pertama teori koneksionisme adalah belajar suatu kegiatan

membentuk asosiasi (koneksi) antara kesan panca indera dengan kecenderungan

bertindak. Misalnya, jika anak merasa senang atau tertarik pada kegiatan

jahit-menjahit, maka ia akan cenderung mengerjakannya. Apabila hal ini dilaksanakan,

ia merasa puas dan belajar menjahit akan menghasilkan prestasi memuaskan.

Prinsip pertama teori koneksionisme adalah belajar suatu kegiatan membentuk

asosiasi antara kesan panca indera dengan kecenderungan bertindak. Misalnya, jika

anak merasa senang atau tertarik pada kegiatan jahit-menjahit, maka ia akan

cenderung mengerjakannya. Apabila hal ini dilaksanakan, ia merasa puas dan

belajar menjahit akan menghasilkan prestasi memuaskan.

Masalah pertama hukum law of readiness adalah jika kecenderungan

bertindak dan orang melakukannya, maka ia akan merasa puas. Akibatnya, ia tak

akan melakukan tindakan lain.Masalah kedua, jika ada kecenderungan bertindak,

tetapi ia tidak melakukannya, maka timbullah rasa ketidakpuasan. Akibatnya, ia

akan melakukan tindakan lain untuk mengurangi atau meniadakan

ketidakpuasannya.Masalah ketiganya adalah bila tidak ada kecenderungan

Gambar

Gambaran Umum Kesenian Batak Toba ........................... 44
Tabel 3.1
Tabel 5.1:
Tabel 5.2:
+6

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini akan mengungkapkan bahwa: pertama, alasan masyarakat Batak Toba di Binjai memilih menggunakan musik keyboard dan menggunakan repertoar musik populer adalah karena

Penelitian ini akan mengungkapkan bahwa: pertama, alasan masyarakat Batak Toba di Binjai memilih menggunakan musik keyboard dan menggunakan repertoar musik populer adalah

Penelitian ini akan mengungkapkan bahwa: pertama, alasan masyarakat Batak Toba di Binjai memilih menggunakan musik keyboard dan menggunakan repertoar musik populer adalah karena

Dari album Bahasa Batak Toba dengan 22 buah lagu menunjukkan hasil penelitian 20 buah kesinoniman antara kata dengan kata, 2 kesinoniman antara kata dengan frase, 5

Dari beberapa penjelasan di atas penulis berkesimpulan yang di maksud dengan trio pada musik populer Batak Toba adalah tiga orang penyaji instrumen vokal yang beranggotakan

Kemudian untuk mengkaji fungsi musik trio di dalam musik populer pada kebudayaan Batak Toba ini penulis menggunakan teori penggunaan dan fungsi yang ditawarkan oleh Merriam