DAFTAR INFORMAN
1. Nama : St.T.H Sihombing
Alamat : Jalan Soekarno-hatta, Binjai
Umur : 66 Tahun
Pekerjaan : Pensiunan Pegawai Negeri Sipil
2. Nama : Antro Sinaga
Alamat : Jalan Soekarno-hatta, No. 34 Binjai
Umur : 41 Tahun
Pekerjaan : Guru di SMK N 11 Medan
3. Nama : Pardamean Aritonang
Alamat : Jalan Tanah Tinggi, Binjai
Umur : 27 Tahun
DAFTAR PUSTAKA
Purba , Mauly dan Pasaribu, Ben dalam buku “ musik populer” pada buku pelajaran kesenian
nusantara, Universitas HKBP Nomensen. Tahun 2006.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1995. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta:
Balai Pustaka.
Koentjaraningrat, 1985. Metode Penelitian Masyarakat. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama.
Koentjaraningrat (ed), 1997. Metode-metode penelitian masyarakat.
Jakarta:Gramedia
Moleong, J Lexy, 2000. Penelitian Metodologi Kualitatif, Jakarta, ..
Rosda Karya.
Nettle, Bruno. 1964. Theory and Method Of Ethnomusicology. New York: The Free Press-A
Division Old Mc Milan publishing, Co, Inc.
Purba, Dermawan. 1992. Ensiklopedia Musik, Jilid I. Medan
Purba, Mauly. 2000. “Gereja dan Adat: Kasus Gondang Sabangunan dan Tortor,” dalam
Indonesian Jurnal of Social and Cultural Antropology Thn XXIV No 62. hal 25-41.
DAFTAR WEB
BAB III
MUSIK POPULER :
SEJARAH , GAYA MUSIK, DAN KONTEKS PENGGUNAAN
3.1 Musik Populer
Musik populer adalah jenis musik yang bersifat hiburan karena melodi, harmoni, dan
ritmenya sangat cepat diterima dan disukai banyak pendengar. Dalam sistem pemasaran dan
penyebarannya, musik populer berkembang melalui media sosial seperti vcd, tv, radio dan
juga internet yang berada di mancanegara dan di Indonesia. Musik populer juga banyak sekali
mempunyai berbagai jenis repertoar, seperti yang sudah banyak berkembang di Indonesia
yaitu pop Indonesia, pop daerah, keroncong, campur sari, dan yang berkembang di
mancanegara yaitu rock, rap, reagge, jazz, blues, pop, punk, dan disco. Di Indonesia
perkembangan musik populer memiliki banyak keanekaragaman. Itu terjadi akibat
perkembangan musik, baik dari penciptaan lagu-lagu baru, penemuan gaya yang unik dan
cara pembawaan, baik vokal maupun instrumen yang sangat khas ( Purba (2006) Musik
Populer. Jakarta : Buku Pelajaran Kesenian Nusantara).
Perkembangan musik populer juga sejalan dengan perkembangan teknologi, seperti
penemuan mikrofon dan perangkat elektronik penangkap bunyi (pick-up dan contact
microphone) yang berfungsi sebagai pengeras suara dan pemroses kualitas suara. Karena itu,
penyanyi dan permainan musik insrumen musik akustik dapat melakukan pertunjukan di
tempat terbuka untuk penonton yang lebih luas. Dari segi lain, radio, televisi, surat kabar,
majalah, hp, kaset, rekaman, internet, dll. adalah teknologi yang juga membuat dunia musik
3.2 Beberapa Gaya Musik Populer di Indonesia
Dalam gaya musik atau yang disebut dengan style (rock, dangdut, blues, reagge,
keroncong, pop, dll) setiap jenis musik populer memiliki ciri khas dalam instumentasi, genre,
teknik memainkan, gaya panggung, dan warna suara cara menyanyikannya. Oleh karena itu,
kita seringkali dapat membedakan jenis musik hanya dengan melihat instrumentasi, genre,
dan mendengarkan cara menyanyikannya.
Dalam bernyanyi jika ditinjau dari jumlah penyanyi, kelompok penyanyi dalam
penyajian musik populer bervariasi. Jika penyanyinya hanya satu orang disebut solo. Bentuk
penyajian solo sangat umum dalam musik populer. Namun jika penyanyinya dua orang
disebut duet, atau tiga orang penyanyi disebut trio, empat orang penyanyi disebut quartet,
lima quintet, enam sextet, tujuh septet, delapan octet, dan sembilan nonet. Jika jumlah
penyanyinya lebih dari sembilan orang disebut paduan suara atau koor (choir). Mereka
kadang-kadang menyanyi dengan iringan alat musik. Namun bisa juga mereka hanya
bernyanyi rampak (a cappella), tanpa iringan alat-alat musik.
Hampir semua ragam musik populer mancanegara bisa hadir dalam kancah musik
populer di Indonesia, sebagai dampak semakin mudahnya penyebaran musik populer. Namun
tidak semua ragam musik populer itu digemari oleh banyak lapisan masyarakat. Ada yang
hanya diminati dalam kurun waktu tertentu saja, dan ada yang dibuat untuk mengikuti
keinginan kalangan pendengar atau penonton tertabatas atau komunitas khusus, seperti musik
cha-cha, rumba, tango, rock, ska, blues, reggae, rap, punk, hip-hop, hustle, disco, funky,
country dan sebagainya.
Munculnya berbagai ragam musik populer ikut memberi warna perkembangan musik
di Indonesia kendati dari segi jumlah penggemar, baik penonton maupun pendengar,
barangkali yang paling menonjol adalah musik populer Barat, pop Indonesia (nasional), pop
daerah, dangdut (nasional), dan dangdut daerah (regional).
Musik populer Barat dan musik populer Indonesia adalah contoh spesifik dari musik
populer yang pernah dijelaskan sebelumnya. Keduanya merupakan musik yang dikemas
untuk hiburan, dipasarkan dan disebarluaskan lewat media massa, dan hadir di mana-mana.
Musik populer Barat pada dasarnya berkembang di wilayah kebudayaan Eropa, Amerika, dan
Australia. Sementara musik populer Indonesia berkembang di wilayah kebudayaan Indonesia.
Keduanya menggunakan bahasa yang dipakai di wilayah masing-masing.
Musik barat lebih dulu berkembang dan pengaruhnya terhadap musik populer
Indonesia, bahkan terhadap musik populer dunia tidak dapat diabaikan. Pengaruh yang
ditularkan lewat media massa dan teknologi sangat kental terasa dalam musik populer
Indonesia, baik unsur musikalnya (tangga nada diatonis, melodi atau lagu, harmoni, ritme,
timbre, bentuk lagu, dan sebagainnya), maupun instrumentasi, tema lirik, dan teknik-teknik
pertunjukannya dan itu sudah berkembang di Indonesia.
Dalam musik di Indonesia, disamping istilah populer (yang sudah dijelaskan
sebelumnya), ada tiga istilah lain yang perlu diperhatikan, yaitu : daerah (regional),
tradisional, dan nasional.
Seperti musik daerah (regional), musik daerah (regional) adalah Musik yang dari segi
sejarah, bahasa, atau budaya berhubungan erat dengan suatu wilayah atau kelompok etnik
tertentu di Indonesia. Musik daerah ini bisa merupakan musik populer atau musik tradisional,
bergantung pada elemen-elemen dasar yang terkandung dalam musik tersebut serta cara
musik tersebut disebarluaskan. Dan musik tradisional adalah segala jenis musik yang
repertoar (kumpulan komposisi), susunan musik, idiom atau gaya, dan elemen-elemen dasar
berasal dari luar Indonesia. Semua musik tradisioanal di Indonesia berakar pada salah satu
atau beberapa suku atau wilayah tertentu di Indonesia.
Katagori ketiga adalah musik nasional, yaitu musik yang ditujukan pada semua orang
Indonesia tanpa dikait-kaitkan dengan suatu wilayah atau etnis tertentu. Musik nasional
menggunkan bahasa Indonesia, tidak merujuk kepada kesukuan dan kedaerahan, dan juga
tidak menonjolkan unsur-unsur musikal yang hanya umum di suatu daerah.
3.2.1 Instrumentasi
Dalam menandai keragaman, salah satu yang terpenting pada musik populer adalah
instrumen. Banyak jenis musik populer di Indonesia yang memiliki kekhasan dalam
perangkat alat-alat musik. Baik jenis musik yang bersumber dari asli daerah, dan jenis musik
populer yang mendapatkan pengaruh dari luar budayanya (luar tradisi setempat, maupun yang
mengikuti jenis standar pop internasional). Dalam konteks itu, sebuah atau seperangkat
instrumen musik seringkali menjadi penanda dan lebih ditonjolkan dari pada instrumen musik
yang lain.
Dalam buku Purba (2006). Musik populer. Jakarta: Buku Pelajaran Kesenian
Nusantara, penyajiannya musik populer terutama berfungsi sebagai pengiring penyanyi.
Sebagai musik pengiring musik populer memiliki banyak variasi dalam formasi alat
musiknya, baik alat musik akustik (tanpa menggunakan tenaga listrik) maupun elektrik
(dengan menggunakan tenaga listrik). Secara sederhana formasi intrumentasi dapat
dikatagorikan seperti berikut ini :
• Formasi alat musik tunggal. Alat ini terdiri atas sebuah gitar atau keyboard
• Formasi dua alat musik. Kedua alat musik itu bisa merupakan alat musik
melodis atau harmonis. Tetapi dalam peranannya alat musik yang satu
memainkan melodi, sedangkan yang lainnya memainkan iringan harmoni.
• Formasi tiga alat musik. Ketiga alat musik itu bisa merupakan instrumen
melodis atau harmonis. Namun seringkali ketiganya merupakan kombinasi
dua instrumen melodis/harmonis dan sebuah alat ritmis (instrumen yang
khusus digunakan untuk memainkan pola ritme), misalnya gendang atau
instrumen perkusi lainnya.
• Formasi combo atau band. Sekarang ini formasi seperti ini seringkali terdiri
dari satu atau dua gitar elektrik, satu bass elektrik, satu set drum dan dengan
atau tanpa keyboard.
• Formasi big band. Formasi ini terdiri dari perangkat combo ditambahkan
dengan beberapa alat musik tiup, minimal satu terompet, satu trombon dan
satu saksofon. Selain itu, ditambahkan pula dengan seperangkat alat perkusi,
misalnya conga, tamborin, bongo dan lain-lain.
• Formasi orkes. Formasi seperti ini terdiri dari sejumlah besar instrumen dalam
kelompok alat-alat musik gesek (string section), kelompok alat-alat musik tiup
(brass section dan horn section), serta kelompok alat-alat musik perkusi
(percussion section) dengan atau tanpa combo. Biasanya formasi ini dipimpin
oleh seorang pengaba (conductor).
Pada tahap awal teknologi musik elektronik ditemukan, instrumen keyboard yang
disebut organ elektrik diciptakan. Instrumen ini dapat meniru bunyi alat musik melodis,
misalnya suling logam (flute), terompet, saksofon, juga efek-efek bunyi dan sebagainya.
Selanjutnya tercipta electon, alat musik keyboard yang dapat meniru bunyi alat musik dengan
tangan dan kaki. Bilah-bilah yang ditekan dengan kaki menghasilkan kualitas suara rendah
yang meniru bunyi bass. Intrumen itu juga disertai dengan program irama pengiring yang
berbunyi secara otomatis, bersamaan dengan bunyi alat drum set, serta perkusi lainnya.
Salah satu perangkat teknologi yang paling banyak digunakan dalam musik populer
adalah instrumen keyboard. Instrumen itu memiliki tuts atau kunci (chord). Instrumen ini
masuk ke Indonesia sudah sejak lama. Beberapa instrumen tipe keyboard yang masuk melalui
jalur pendidikan dan penyebaran agama Kristen atau katolik, antara lain piano dan orgel.
Sementara itu yang masuk melalui jalur pengaruh seni pertunjukan, antara lain akordeon dan
harmonium.
Perkembangan teknologi di bidang alat musik telah menghasilkan keyboard elektrik.
Alat musik itu kemudian menjadi bagian penting dalam perkembangan musik populer dunia.
Dalam pertunjukan musik di Indonesia , keyboard adalah alat musik favorit. Pertunjukannya
disebut organ tunggal. Alat musik itu memberi warna yang khas, termasuk pada musik-musik
pop daerah.
Keyboard adalah instrumen dengan susunan kunci yang ditata secara horizontal dan
menghasilkan berbagai bunyi antara lain: piano, organ, klavikord, harpsikord, dan lain-lain.
Alat musik ini karena penghasil utamanya adalah sinyal-sinyal elektrik maka lazim
diklasifikasikan sebagai alat musik elektrofon. Dikatakan bahwa perkembangan baru
sekarang keadaannya telah berubah menjadi sangat sempurna, bukan saja hanya sebagai
instrumen tapi dilengkapi dengan pelbagai irama bunyi dan semua dapat diprogram secara
komputerisasi. Keyboard dapat menghasilkan berbagai bunyi atau suara alat musik, meter,
ritem, jenis musik, dengan menggunakan program-program yang ada. Adapun contoh jenis
pola ritem dapat kita lihat pada keyboard, seperti: Rhumba, Jazz, Waltz, Pop, Bosanova,
Rock (Ensiklopedia Musik, Jilid I,1992: 285 dalam Dermawan Purba, 2003:80).
Pada zaman sekarang, keyboard sudah banyak digunakan untuk mengiringi
upacara-upacara adat yang setempat. Contohnya peran keyboard pada kebudayaan masyarakat Batak
Karo. Keyboard pada awalnya digabungkan dengan gendang lima sedalanen dengan cara
memanfaatkan unsur-unsur ritmis yang terdapat di program musik (style musik dalam
keyboard) untuk menambah nuansa musikal. Akulturasi dalam aspek seni musik ini direspon
positif oleh banyak kalangan terutama generasi muda yang sering melaksanakan gendang
guro-guro aron.3
Hal yang hampir sama juga terjadi pada masyarakat Simalungun. Salah satu unsur
asing yang masuk atau diadopsi oleh masyarakat Simalungun adalah musik keyboard. Genre
musik ini menggunakan alat musik utamanya adalah keyboard ditambah drum, cymbal, dan
gitar. Musik keyboard ini kemudian dikolaborasikan dengan gonrang sehingga mereka mulai
gunakan dalam berbagai upacara adat mereka seperti upacara sayur matua. Secara umum
mereka menerima karena lagu-lagu yang dimainkan hampir sama dengan ensambel musik
tiup dan jenis-jenis repertoar gonrang sipitu-pitu. Selain itu musik keyboard ini mampu
membawakan lagu-lagu rakyat Simalungun dan lagu dari daerah-daerah lain seperti lagu-lagu
dari daerah Karo, Mandailing, Melayu, Ambon, lagu-lagu Barat, dan lagu-lagu Gerejawi.4
Di dalam kebudayaan masyarakat Batak Toba, khususnya di kota Binjai, keyboard
juga digunakan pada upacara adat dan dikolaborasikan dengan musik tradisional Batak Toba
seperti seruling, sarune, tagading, dan penggabungan instrument ini sering disebuat oleh
3Baca skripsi Agus Tarigan yang berjudul “Penggunaan dan Fungsi Gendang Keyboard dalam Gendang
Guro-Guro Aron di Desa Sukadame Kecamatan Tiga Panah Kabupaten Karo.”
4
masyarakat kota Binjai adalah musik tiup. Dan sering digunakan salah dalam upacara adat
perkawinan masyarakat Batak Toba sekarang ini.
3.3 Berbagai Konteks Penggunaan Musik Populer Dalam Kehidupan Masyarakat Umum
Dalam perkembangan musik populer, penggunaanya sudah sangat umum bagi
masyarakat di mancanegara maupun di Indonesia, dan musik populer banyak digunakan
sebagai hiburan misalnya konser musik yang sering diadakan di negara barat dan musik
populer juga banyak digunakan ditempat hiburan seperti cafe dan restaurant yang berada dan
digunakan di seluruh tempat kota-kota besar, seperti dalam acara konser musik yang pasti
menggunakan musik populer dalam acara tersebut, dari segi lagu, instrumen, dan menjual
tiket dalam konser tersebut. Dengan perkembangan musik populer yang sudah menyebar di
seluruh penjuru dunia, musik populer sudah sangat umum di kehidupan masyarakat yang
dapat mereka nikmati di seluruh tempat-tempat hiburan.
3.4 Penggunaan Musik Populer dalam Upacara Adat Masyarakat Batak Toba di Sumatera Utara
Dengan berkembangnnya musik populer, musik populer juga sangat mempengaruhi di
kehidupan suku-suku yang berada di Indonesia, terkhususnya suku Batak Toba. Dalam
konteks ini, perkembangan musik populer di suku Batak Toba berbeda dengan
perkembangannya secara umum, yang pada awalnya masyarakat umum menganggap musik
populer adalah musik hiburan, seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya. Karena pada
konteks ini musik populer sudah berkembang di kegiatan adat istiadat masyarakat Batak Toba
Pada awal tahun 1860-an, Dr.I.L. Nomensen, missionaris Jerman yang terafiliasi
dengan organisasi Rheinische Missionsgesellschaft (RMG) yang berasa dari Wupertal,
Jerman, berhasil mengakhiri sistem kepercayaan orang Batak Toba. Sejak 1860-an hingga
1940-an, Nommensen berhasil “meng-Kristenkan” sejumlah besar orang Batak yang semula
adalah penganut kepercayaan leluhur Batak Toba.
Bersama dengan pemerintahan kolonial Belanda yang menjajah Indonesia pada era
tersebut, Nommensen berhasil mengembangkan sistem pendidikan yang berbasis kebudayaan
Barat di Tanah Batak. Mengikuti keberhasilan tersebut adalah kemajuan di bidang pendidikan
yang selanjutnya mendorong perkembangan agama Kristen dan institusi gereja di kalangan
masyarakat tersebut. Sementara memperkenalkan nilai-nilai kehidupan sosial yang baru,
yaitu yang didasarkan pada ajaran iman Kristen, institusi gereja juga mencari cara untuk
mengeliminasi materi maupun nilai-nilai kebudayaan tradisionil yang tidak sejalan dengan
ajaran iman Kristen, termasuk tradisi gondang sabangunan dan tortor bagian dari adat yang
kadar hasipelebeguan-nya sangat kental, dan juga sejumlah upacara ritual yang tidak ditolerir
dengan ajaran iman Kristen ( Purba (2014) “musik tiup dan upacara adat”)
Sejalan dengan perkembangan zaman, terlebih-lebih sesudah meluasnya pengaruh
Kristen dan kebudayaan Barat lainnya, maka banyak tradisi yang ada di dalam konteks adat
kecuali dalam konteks upacara kepercayaan sudah tidak dilaksanakan lagi dengan alasan
karena tidak sesuai lagi dengan prinsip dan ide yang ada di dalam ajaran iman Kristen, maka
dalam konteks penggunaan gondang di dalam upacara adat masyarakat Batak Toba sangat
jelas adanya suatu perubahan. Namun, tanpa musik gondang maka upacara adat akan sepi,
karena setiap interaksi dalam kegiatan upacara adat selalu diiringi gondang. Inilah yang
mendorong masyarakat Batak Toba, khususnya yang di kota Binjai, untuk memilih dan
Maka dalam jenis musik yang paling sesuai dan yang kelihatannya tidak bertentangan
dengan iman Kristen adalah jenis musik yang sering digunakan di kebaktian gereja karena
masyarakat Batak Toba tidak merasa asing lagi untuk mendengarkannya dan tangga nadanya
menggunakan tangga nada diatonis yang sama digunakan dalam musik populer, seperti organ
atau ensambel musik tiup yang juga sudah digunakan di dalam kebaktian gereja oleh
missinoaris Jerman pada penyebaran agama Kristen.
Sebenarnya ensambel musik tiup bukanlah genre musik yang baru dalam konteks
penyebaran musik dikalangan orang Batak Toba. Format ensambel ini sebenarnya berawal
dari diperkenalkannya ensambel brass band, yaitu ensambel musik tiup yang semua
instrumennya terdiri dari alat musik tiup logam oleh para missionaris Jerman di periode awal
berkembangnya agama Kristen di Tanah Batak. Format ensambel musik tiup tersebut ternyata
menarik bagi banyak masyarakat Batak Toba dan menjadi musik iringan yang disukai di
kebaktian-kebaktian gereja di kalangan suku Batak Toba.
Perkembangan musik tiup sangat pula didukung oleh perkembangan teknologi di
bidang musik, hingga musik tiup/musik keyboard sudah ditampilkan dengan instrumen brass
band, keyboard, drum dan electrik bass, dan penggunaan sound system. Ini jelas
memunculkan warna dan idiom baru di dalam musik yang dimainkan.
Di Sumatera Utara seperti di kota Medan, penggunaan musik populer tersebut sudah
memasuki dan sangat berpengaruh di upacara adat masyarakat Batak Toba, terkhususnya
dalam konteks upacara adat perkawinan Batak Toba, bukan hanya penggunaan musik tiup,
genre dan repertoar musik populer juga digunakan dalam upacara perkawinan masyarakat
Batak Toba di kota Medan dan sudah berkembang di kota kota besar di Sumatera Utara
seperti P. Siantar, Balige dan termasuk kota Binjai yang sudah berkembangnya musik populer
Binjai sudah menggunakan musik populer dalam menjalani kegiatan upacara adat masyarakat
Batak Toba di kota Binjai terkhusus dalam upacara perkawinan (pangoli anak/pangoli boru).
Dalam pelaksanaan upacara adat perkawinan, pemusik yang kita kenal dengan istilah
“pargoci” sangatlah berpengaruh dalam pemilihan lagu, dan kebanyakan juga pemusik
(pargoci) lebih memilih penggunaan musik populer dalam upacara adat perkawinan, itu
dikarenakan kurangnya mengetahui repertoar dari gondang sabangunan. Bukan hanya secara
instrumentasi, penggunaan genre dan repertoar musik populer juga digunakan disaat acara
adat perkawinan tersebut. Dalam kegiatan upacara adat perkawinan tersebut, pihak pelaksana
upacara adat perkawinan dan undangan yang menjalani kegiatan tersebut, mereka juga lebih
sering meminta jenis repertoar musik populer ketimbang repertoar gondang sabangunan,
yang membuat pemusik mau tidak mau untuk memainkan musik yang diinginkan pelaksana
pesta dan undangan.
3.4.1 Musik Populer dalam Upacara Adat Perkawinan Batak Toba di kota Binjai
Sejak tahun 90an musik populer sudah digunakan dalam pelaksanaan upacara adat
Batak Toba di Binjai. Dalam konteks upacara adat Batak Toba terkhususnya upacara adat
perkawinan Batak Toba. Hingga saat ini, musik populer dalam ensambel musik tiup/musik
keyboard sekarang sudah lazim digunakan dalam upacara adat perkawinan pada masyarakat
Batak Toba di kota Binjai.
Masyarakat Batak Toba di kota Binjai, dewasa ini. Lebih menggemari musik populer
dalam melaksanakan upacara adat Batak Toba terkhusus dalam konteks upacara
perkawianan, alasan pertama mereka adalah karena dengan memanggil musik tiup/musik
keyboard lebih menghemat biaya dari pada mengadakan ensambel gondang sabangunan
karena menurut pandangan mereka mengadakan ensambel gondang sabangunan terkesan
tersebut, dan alasan kedua adalah dengan adanya musik tiup/musik keyboard dalam upacara
perkawinan tersebut, pelaksana pesta dan para undangan lebih mudah untuk meminta lagu
pop batak, pop indonesia yang berasal dari repertoar musik populer, dan alasan mereka yang
terakhir adalah dengan adanya musik tiup/musik keyboard upacara adat perkawinan tersebut
lebih meriah dan berkelas dari pada mengundang ensambel gondang sabangunan yang
bersifat lebih monoton dari musik tiup/musik keyboard.
Dalam musik tiup format instrumen musikalnya bukanlah suatu format atau formasi
yang mutlak. Ternyata, di berbagai tempat (lokasi penelitian) atau gedung pernikahan yang
masyarakat Batak Toba di kota Binjai menyebut wisma, jumlah dan jenis instrumen yang
digunakan di dalam ensambel musik tiup selalu bervariasi dari waktu ke waktu. Ada kalanya
formasi suatu ensambel tergantung pada ketersediaan musisi gondang (pargonsi), dan ada
kalanya pula formasi instrumen tergantung apa yang diinginkan penyelenggara upacara
perkawinan yang menanggap kelompok pemusik tersebut.
Di kota Binjai terdapat pemahaman yang berbeda-beda tentang ensambel musik tiup.
Sebagaian memahami musik tiup sebagai ensambel musik yang format alat musiknnya terdiri
dari instrumen-instrumen yang ditiup seperti trumpet, alto saxophone, tenor saxophone,
trombone, tuba, ditambah satu unit bass drum atau snare drum. Kecuali tuba dan drum,
instrumen tiup yang disebutkan lainnya bisa saja terdiri dari satu atau dua unit, tergantung
dari alat musik dan musisi yang tersedia. Di sisi lain, ada yang memahami musik tiup sebagai
ensambel musik yang menggabungkan instrumen gitar elektrik, bass elektrik, sebuah elektric
keyboard, dan satu unti drum kit dengan satu atau lebih alat musik tiup logam, seperti
trumpet atau saxohpone. Ada juga yang memahami ensambel musik tiup sebagai ensambel
musik yang formasi intrumentasinya terdiri dari keyboard, trumpet, saxohpone, trombone,
tradisional Batak Toba, yaitu taganing, hasapi dan sulim yang disajikan dengan perlengkapan
amplifikasi suara.
Tabel 3.1 : Variasi Formasi Instrumen dalam Ensambel Musik Tiup.
Formasi 1 Formasi 2 Formasi 3 Formasi 4 Formasi 5 Formasi 6
( sumber : Purba (2014) “musik tiup dan upacara adat” )
Oleh sebab itu, istilah ‘musik tiup’ sebaiknya dipahami dengan memperhatikan
konteksnya. Artinya, harus dipahami bahwa istilah itu muncul sebagai suatu istilah yang
membedakan ensambel tersebut dari ensambel musik tradisi gondang sabangunan atau pun
gondang hasapi. Memang berbagai istilah bermunculan dengan pemahaman masyarakat
Batak Toba terkhususnya masyarakat Batak Toba di kota Binjai atau pun para musisi.
Misalnya, ada juga istilah kisulte, yang merupakan singkatan dari keyboard, sulim dan
trumpet. Ada juga yang menamakan ensambel ini sebagai keyboard-sulim, atau hanya
menyebutnya ‘musik keyboard’, kendati di dalam ensambel tersebut terdapat instrumen di
dalam ensambel yang dikenal dengan nama ‘musik tiup’ atau ‘keyboard sulim’ atau ‘musik
keyboard’, juga di dalam ensambel tersebut terdapat instrumen musikal lainnya. Dengan
istilah “musik tiup”, musik tiup adalah bagian dari musik populer, karena musik tiup
memakai tangga nada diatonis dan secara instrumentasi, beberapa instumen di dalam
ensambel musik tiup adalah bagian dari instrumen musik populer. Kombinasi beberapa
‘keyboard sulim’ atau ‘musik keyboard’ (dapat dilihat pada Tabel 3.1 di halaman 13) .
Hingga saat ini, terkhususnya di kota Binjai, masyarakat Batak Toba sudah memasukan
musik tiup/musik keyboard dalam kegiatan-kegiatan upacara adat pangoli anak/pangoli boru
dan upacara adat saur matua/sari matua.
3.5 Repertoar Musik Populer dalam Upacara Adat Perkawinan Batak Toba di Binjai
Banyaknya ragam jenis genre musik populer sudah berkembang dikalangan
masyarakat Batak Toba di kota Binjai, seperti : cha-cha, rumba, pop dan lain lain yang sudah
masuk di upacara adat perkawinan masyarakat Batak Toba di kota Binjai.
Hingga dengan banyak pencipta lagu yang menciptakan musik dan lagu dengan
beragam genre musik populer, Batak Toba juga mempunyai repertoar sendiri yaitu Pop
Batak. Pop Batak adalah jenis musik daerah ( regional ) yang sifatnya memakai bahasa Batak
Toba, menceritakan sejarah, budaya dan wilayah Batak Toba.
Terkhusus dalam konteks upacara adat perkawinan masyarakat Batak Toba, pop batak
juga sudah sering digunakan dalam upacara adat tersebut. Lagu pop batak yang sering
dinyanyikan dalam upacara adat perkawinan masyarakat Batak Toba adalah “borhat ma
dainang” , “anakhonhi do hamoraon di au” dan lain lain. Banyak arti dan maksud tertentu
dalam menyanyikan lagu pop batak, ada yang mengungkapkan rasa gembira dan senang, ada
juga mengungkapkan rasa sedih dan nasehat orang tua terhadap anak/boru nya yang menikah
pada upacara adat tersebut, seperti lagu “borhat ma dainang” yang sering dinyanyikan disaat
orang tua pihak perempuan memberikan ulos hela pada saat upacara adat perkawinan
tersebut, ada juga sebagian dari pelaksana upacara adat perkawinan yang meminta lagu
rohani yang bagian dari sub musik populer dan ada juga sebagian yang mengerti dan meminta
lagu dari repertoar gondang sabangunan walaupun instrumen pengiringnya adalah musik
Penggunaan repertoar pop batak tidak terlepas dari instrument musik populer yaitu
keyboard. Dalam musik pengiring di upacara adat perkawinan Batak Toba, ensambel hasapi,
seruling dan alat tradisional Batak Toba lainnya juga ikut berperan dalam mengiringi lagu
pop batak dan juga sering dikolaborasikan dengan instrument keyboard seperti yang
dijelaskan sebelumnya di Tabel 3.1 (variasi formasi instrumen dalam ensambel musik tiup
pada halaman 13).
Hingga saat ini, penggunaan musik populer di upacara adat perkawinan Batak Toba
memunculkan pemikiran dan pendapat sendiri dari setiap masyarakat Batak Toba di kota
Binjai. Masyarakat Batak Toba di kota Binjai yang beranggapan bahwa mereka merasa
upacara adat perkawinan tersebut tidak sah bila tidak menggunakan musik populer dalam
upacara tersebut5, ada juga yang beranggapan mereka merasa dengan menggunakan musik populer terbebas dari hukum gereja tetapi tidak mengurangi musik tradisional dan adat
istiadat di upacara perkawinan tersebut, dan mereka merasa dengan menggunakan musik
populer mereka orang batak modern yang gaya hidupnya sudah tinggi6
Dan ada juga sebagian masyarakat Batak Toba di kota Binjai yang mempunyai
pendapat yang berbeda, mereka mempunyai kerinduan untuk mengenal kembali lebih jauh
tentang musik tradisi dan menggunakan ensambel gondang sabangunan tanpa adanya
penggunaan musik populer dalam melaksanakan kegiatan upacara adat Batak Toba .
7
Tetapi dengan banyaknya timbul pendapat masyarakat Batak Toba di kota Binjai yang
berbeda-beda. Dewasa ini, penggunaan musik populer di upacara adat perkawinan masih
tetap digunakan dalam acara adat perkawinan, seperti lagu “borhat ma dainang” dan
“anakhonhi do hamoraon di au” yang sering dinyanyikan di acara adat perkawinan Batak .
5 wawancara : salah satu undangan acara adat perkawinan, 20 september 2015 6
wawancara : salah satu pemainmusik di acara adat perkawinan, 13 oktober 2015
Toba. Dengan seringnya lagu ini dinyanyikan terjadilah pertanyaan, mengapa orang Batak
Toba senang sekali menyanyikan lagu ini? dan apa alasan mereka menggunakan musik
populer dalam upacara adat perkawinan Batak Toba? , pertanyaan-pertanyaan ini akan
BAB IV
FUNGSI SOSIAL MUSIK POPULER DALAM UPACARA ADAT PERKAWINAN MASYARAKAT BATAK TOBA DI BINJAI
Masyarakat Batak Toba di kota Binjai. Dewasa ini, lebih menggemari musik populer
dalam melaksanakan upacara adat Batak Toba terkhusus dalam konteks upacara perkawinan.
Alasan pertama mereka adalah, bahwa dengan memanggil musik tiup/uning-uningan lebih
menghemat biaya dari pada menggunakan ensambel gondang sabangunan, karena dalam
wawancara peneliti terhadap salah satu pemain musik di pesta upacara adat Batak Toba harga
penyewaan gondang sabangunan beserta pemainnya berkisar Rp.3.500.000 dan harga
penyewaan musik tiup/uningan-uningan berkisar Rp.1.700.000 untuk penyewaan di pesta
upacara adat perkawinan Batak Toba, dengan perbandingan harga musik tiup/uning-uningan
yang lebih murah, masyarakat Batak Toba di Binjai lebih memilih menggunakan musik tiup
dalam upacara adat perkawinan Batak Toba tersebut. Menurut pengamatan peneliti salah satu
alasan mahalnya penyewaan gondang sabangunan karena pemainnya berasal dari luar kota
Binjai, karena pemain musik pesta upacara adat Batak Toba di kota Binjai belum ada yang
bisa menguasai ensambel gondang sabangunan dan repertoar gondang sabangunan tersebut,
itu yang menyebabkan harus memanggil pemain gondang sabangunan dari luar kota Binjai.
Dan salah satu menurut pandangan mereka, dengan mengadakan ensambel gondang
sabangunan terkesan lebih khusus, dalam arti kata menggunakan musik tiup/uning-uningan
lebih simple dari pada menggunakan gondang sabangunan, karena dengan menggunakan
gondang sabangunan ada ritual adat khusus yang dijalankan dalam upacara adat tersebut.
Alasan kedua adalah musik populer atau musik tiup/uning-uningan dalam upacara
perkawinan tersebut lebih “merakyat”, dimana lagu-lagu yang diminta mereka kepada
yang berasal dari repertoar musik populer dan juga lagu-lagu musik populer yang sering
dinyanyikan di pesta upacara adat perkawinan Batak Toba di kota Binjai, tidak seperti
menggunakan gondang sabangunan yang tidak bisa mengiringi musik populer dalam upacara
adat perkawinan tersebut, itulah yang memberi peluang terhadap pelaksana dan undangan
pesta upacara adat tersebut untuk meminta lagu-lagu dari musik populer. Alasan ketiga
adalah bahwa penggunaan musik tiup/uning-uningan upacara adat perkawinan tersebut sudah
menjadi gaya hidup masyarakat Batak Toba di kota Binjai dalam melaksanakan upacara adat
Batak Toba terkhsusnya di upacara adat perkawinan Batak Toba, hal tersebutlah yang
membuat masyarakat Batak Toba merasa lebih modren dan tidak ketinggalan zaman bila
menggunakan musik tiup/uning-uningan di upacara adat perkawinan tersebut di kota Binjai.
Dimasyarakat Batak Toba, keyboard juga digunakan pada upacara adat, salah satunya
upacara perkawinan masyarakat Batak Toba sekarang ini. Pada upacara pernikahan tersebut,
keyboard digunakan sebagai pengiring tari dan nyanyian dan biasanya sudah dikolaborasikan
di dalam ensambel musik tiup/uning-uningan. Hal ini dapat dilihat didalam rangkaian upacara
perkawinan Batak Toba.
4.1Tahapan Upacara Pesta Adat Perkawinan Batak Toba di kota Binjai
4.1.1 Marsibuha-buhai
Upacara adat perkawinan masyarakat Batak Toba di kota Binjai, mempunyai tahapan
yang harus dilalui dalam adat istadatnya. Dalam urutan acara pesta adat perkawinan Batak
Toba yang pertama adalahmarsibuha-buhai8
8
Marsibuha-buhai berasal dari kata “Buha” yaitu mula atau mengawali dari acara pemberkatan perkawinan dan
acara meru njuk (pesta adat).
yang dilaksanakan di pagi hari
sebelumpemberkatan/catatan sipil/pesta adat, acara dimulai dengan penjemputan pihak
Gambar 2 Masrsibuha-buhai di rumah suhut parboru(pihak pengantin wanita)
Setelah itu, salah satu dari pihak mewakili suhut9
4.1.2 Pemberkatan Perkawinan di Gereja
diunjuk untuk memimpin doa dalam
acara masrsibuha-buhai tersebut, sebelum mereka bersama-sama berangkat untuk
menjalankan permberkatan perkawinan di gereja. Dalam doa tersebut, mereka meminta
kepada Tuhan agar kelangsungan pesta pernikahan dapat berjalan dengan lancar hingga
selesai acara dan tidak mendapatkan musibah dalam keberlangsungan acara perkawinan
tersebut. Menurut pengamatan peneliti, dalam acara ini tidak ada kegiatan bernyanyi maupun
bermain musik.
Setelah acara marsibuha-buhai di rumah pengantin wanita, kedua mempelai, orangtua
dan beserta saudara bersama-sama berangakat menuju tempat berlangsungnya pemberkataan
perkawinan di gereja, selanjutnya pengantin memasuki gereja untuk pemberkatan perkawinan
secara kristen protestan, dalam acara ini sebelum pengantin memasuki gereja, secara
bersamaan pengantin, pendeta dan beserta keluarga memasuki prosesi gereja dengan iringan
musik intrument dengan lagu “wonderful day” salah satu repertoar musik populer.
Gambar 4 : Acara prosesi Pengantin memasuki Gereja
Dalam pengamatan peneliti, lagu ini dipilih karena menceritakan keindahan dan
hari-hari yang penuh keajaiban dalam kehidupan, lagu ini diiringi oleh keyboard pada acara
prosesi tersebut, setelah acara prosesi selesai, memasuki acara pemberkatan kedua mempelai
yang dibawakan oleh pendeta gereja tersebut, dalam acara pemberkatan ini ada beberapa lagu
pernikahan yang diambil dari buku nyanyian kidung jemaat, salah satunya yang berjudul
“Hari ini Tuhan Berkati”, “Ku Berbahagia” dan “Sukacita Hatiku”, beberapa lagu rohani ini
sering sekali digunakan dalam pemberkatan perkawinan di gereja dan diiringi dengan
intrument keyboard yang dari bagian intrument musik populer.
Gambar 5 : Acara Pemberkatan Di Gereja
Dalam wawancara peneliti kepada pendeta yang menyusun tertib acara pemberkatan
di gereja tersebut, alasan pendeta memilih lagu-lagu ini karena lagu-lagu yang dinyanyikan
memberikan makna yang baik dan nasehat-nasehat secara kekristenan dalam membangun
keluarga yang baru terhadap pendengar, dan terkhususnya kedua pengantin yang telah
diberkati dalam acara tersebut, dan syair-syair dalam lagu tersebut sangat cocok dinyanyikan
kepada pendeta disaat memilih beberapa lagu, seperti lagu “Ku Berbahagia” dan “Sukacita
Hatiku” adalah karena dengan menyanyikan lagu ini akan menjadi ‘jembatan’ para jemaat,
pihak keluarga dan kedua pengantin untuk lebih mengucap syukur terhadap Tuhan dan
bersuka cita dihari yang penuh dengan berkat, terkhususnya disaat hari acara pemberkatan
perkawinan di gereja tersebut. Menurut pengamatan peneliti di acara pemberkatan tersebut,
lagu-lagu yang dinyanyikan dalam pemberkatan di gereja adalah dari repertoar musik
populer, yang mempunyai tangga nada diatonis, dan juga diiringi oleh keyboard yang berasal
dari instrument musik populer.
4.1.3 Pesta Upacara Adat Perkawinan
Setelah pemberkatan, pengantin, pihak keluarga dan undangan bersama-sama
berangkat ke gedung (wisma) untuk melaksanakan upacara adat perkawinan Batak Toba,
sebelum melaksanakan upacara adat Batak Toba dan memasuki gedung (wisma), raja
parhata10dari pihak perempuan meminta semua dongan tubu/semaraganya bersiap untuk
menyambut dan menerima kedatangan rombongan hula-hula dan tulang dari kedua belah
pihak (pihak pengantin perempuan dan pihak pengantin pria).
Gambar 6 : Acara Prosesi memasuki Gedung Upacara Adat Perkawinan
10
Setelah hula-hula11 mengatakan mereka sudah siap untuk masuk, raja parhata
meminta gondang tomu-tomu(yang dari kumpulan repertoar gondang sabangunan) kepada
pemusik yang sudah bersiap untuk memainkan musik gondang, dan raja parhata
mempersilakan masuk dengan menyebut satu persatu, hula-hula dan tulangnya secara
berurutan sesuai urutan rombongan masuk nanti. Dalam pengamatan peneliti, gondang tomu
tomu adalah lagu gondang dari repertoar gondang sabangunan yang sering diminta oleh raja
parhata dalam memasuki prosesi gedung (wisma), dalam prosesi ini disaat diiringi musik
gondang, para hula-hula dari pihak suhut parboru dan suhut paranak menari tor-tor dengan
sangat berbahagia disaat memasuki gedung (wisma) dan bersalaman kepada pengantin dan
pihak hasuhuton. Dalam memilih lagu gondang tersebut, hal ini menunjukan bahwa mereka
memilih gondang tomu-tomu karena masih mengingat tradisi yang sudah biasa mereka
lakukan sebelumnya, walaupun musik pengiring gondang tersebut diiringi oleh ensambel
musik tiup/uning-uningan yang dari kelompok musik populer.
Gambar 7 : Pemain musik di Upacara Adat Perkawinan Batak Toba di Binjai
Dalam pesta upacara adat perkawinan ini, formasi ansambel musik tiup terdiri dari
alat-alat musik sebagai berikut: terompet, saxophone, trombone, bass tuba, keyboard, gitar,
dan drum set. Untuk setiap grup musik, jumlah dan alat musiknya dapat bervariasi seperti
yang dijelaskan sebelumnya di Bab III (halaman 13), dan Uning-uningan adalah alat musik
tradisional Batak Toba yang dapat dimainkan secara tunggal (tidak dalam bentuk ansambel).
Namun karena adanya perubahan, khususnya di kota Binjai, istilah uning-uningan digunakan
untuk perpaduan beberapa alat musik yang dipakai dari gondang sabangunan, gondang
hasapi dan musik tiup. Dari perpaduan tersebut, ansambel uning-uningan yang biasa
digunakan di kota Binjai terdiri dari alat-alat musik sebagai berikut: sulim, satu set taganing
dan gordang, hasapi, ogung, dan hesek. Namun uning-uningan ini sering juga dimainkan
dengan menambah alat dari musik tiup seperti keyboard, trombone dan gitar bas. Namun,
perpaduan alat-alat musik tersebut juga dapat berbeda-beda untuk setiap grup musik dalam
pesta upacara adat perkawinan masyarakat Batak Toba di kota Binjai.
Dalam pesta adat perkawinan ini dapat diiringi satu ensambel Batak Toba yaitu
gondang sabangunan, musik tiup dan uning-uningan, namun berdasarkan penelitian di kota
Binjai sekarang ini, upacara adat perkawinan di kota Binjai lebih sering memakai ensambel
musik tiup/uning-uningan dari pada gondang sabangunan, menurut hasil wawancara penulis
terhadap hasuhuton (pelaksana pesta adat) pemakaian musik tiup dalam upacara adat
perkawinan Batak Toba di Binjai sangat menghemat waktu dan uang12, dan alasan lain hasuhuton adalah disaat para undangan meminta musik rohani dan lagu pop lainnya, pargonsi
yang sering disebut masyarakat Batak Toba di kota Binjai dapat memainkan lagu yang
diminta dalam upacara adat Batak Toba tersebut hingga paminta gondang tidak kesulitan
untuk meminta musik dalam upacara adat perkawinan tersebut13
12
wawancara : hasuhuton (pelaksana pesta) pesta upacara adat perkawinan, 20 september 2015
.
Gambar 8 : Pemain Musik dan Penyanyi di Upacara Adat Perkawinan
Setelah selesai makan bersama, pihak pengantin pria permisi kepada hula-hula (pihak
pengantin perempuan) agar menerima para undangan pesta upacara adat untuk memberi
hadiah dan sumbangannya atau yang disebut tumpak (dalam bahasa batak toba).
Gambar 9 : Tamu Undangan yang memberi tumpaksambil manortor
Dalam acara ini protokol meminta gondang kepada pargonsi dengan istilah gondang
togu-togu, namun lagu yang dipilih bukan dari repertor gondang sabangunan melainkan dari
musik populer, seperti lagu pop rohani “ KasihNya seperti sungai” dan dimainkan dengan
medley ke lagu pop batak rohani “ marolop-olop tondiki”. Dalam acara ini, menurut
pengamatan peneliti, pargonsi lebih memilih memainkan musik populer dalam acara tersebut
karena mereka lebih terbiasa dan memahami memainkan musik populer dengan nuansa
musik gondang, hal ini dikarenakan juga instrumen yang digunakan pemusik dari instrumen
musik populer. Disaat acara ini, para undangan dan kerabat hasuhuton dan pengantin yang
diberi kesempatan untuk memberikan hadiah atau tumpak, mereka saling bersamaan berbaris
sambil menortor dan mengucapkan nasehat-nasehat mereka kepada kedua pengantin
tersebut.Namun demikian, disaat meminta musik gondang, paminta gondang (orang yang
dihunjuk meminta judul lagu dimainkan) sering meminta judul lagu dari musik gondang
sabangunan tetapi yang dimainkan pargonsi adalah lagu rohani atau lagu rakyat. Ini
menunjukkan bahwa bagi sebagian masyarakat Batak Toba di Binjai sebutan judul gondang
itu sudah melekat di hatinya sehingga lagu rohani atau lagu rakyat yang dimainkan dianggap
sama seperti lagu gondang sabangunan. Yang penting bagi mereka adalah tujuan dalam
upacara adat perkawinan ini dapat tercapai tanpa mengurangi nilai-nilai adat istiadat dan
tahapan upacara adat perkawinan Batak Toba di kota Binjai tersebut.
4.1.3.1 Acara Tintin Marangkup
Setelah acara prosesi, dilanjutkan dengan acara tintin marangkup. Acara ini adalah
memberikan berupa uang dari sinamot (mahar) kepada tulang/paman pengantin pria (saudara
laki ibu pengantin pria).Yang menyerahkan adalah orang tua pengantin perempuan berupa
uang dari bagian sinamot itu. Secara tradisi pengantin pria mengambil boru tulangnya untuk
Gambar 9 : Upacara Adat tintin marakkup
Dalam acara ini, dimana pihak raja parhata meminta gondang somba-somba kepada
pargonsi di upacara adat tersebut, dalam acara ini pargonsi memainkan lagu dari repertoar
gondang sabangunan, namun musik pengiring yang dimainkan adalah musik tiup.
Dengan diterimanya sebagian sinamot itu oleh tulang pengantin pria yang disebut titin
marangkup, maka tulang pria mengaku penganten wanita, isteri ponakannya ini, sudah
dianggapnya sebagai boru/putrinya sendiri walaupun itu boru dari marga lain. Dalam
pengamatan peneliti terhadap pargonsi (pemain musik) di upacara adat perkawinan, bahwa
mereka menggunakan instrument keyboard untuk memainkan musik gondang yang diminta
oleh raja parhata, dimana mereka sudah mempersiapkan program repertoar gondang
sabangunan di dalam musik keyboard tersebut, sehingga instrument musik keyboard dapat
memainkan beberapa repertoar gondang sabangunan. Menurut pengamatan peneliti, bahwa
penggunaan teknologi musik keyboard sudah berpengaruh dalam upacara adat perkawinan
tersebut, dan hal ini menunjukan walaupun judul gondang yang mereka minta dimainkan oleh
pemain musik tiup, namun tradisi gondang dan tortor masih tetap dipertahankan dan berjalan
sesuai tradisi adat istiadat perkawinan masyarakat Batak Toba.
Sebelum mengetahui lebih rinci tentang kelompok yang disebut hula-hula, perlu
diketahui terlebih dahulu bahwa :
1. Orangtua pria/perempuan dari pengantin wanita disebut suhut parboru(suhut
sihabolonan parboru).
2. Orangtua pria/perempuan dari pangantin pria disebut suhut paranak (suhut
sihabolonan paranak).
Dalam pemberkatan/pesta adat perkawinan masyarakat Batak Toba. Suhut
parborudan rombongan semarga beserta rombongan hula hulasuhut parboruadalah
4.1.3.2 Acara Mangulosi
Setelah penyampaian titin marangkup. Tahapan acara selanjutnya adalah acara
mengulosi, acara mangulosi adalah acara yang penting dalam upacara adat perkawinan
masyarakat Batak Toba, karena dalam adat Batak tradisi lama atau religi lama, ulos
merupakan sarana penting bagi hula-hula, untuk menyatakan atau menyalurkan sahala atau
berkatnya kepada borunya, disamping ikan, beras dan kata-kata berkat. Pada waktu
pembuatannya ulos dianggap sudah mempunyai “kuasa”.
Karena itu, pemberian ulos, baik yang memberi maupun yang menerimanya tidak
sembarang orang, harus mempunyai alur tertentu, antara lain adalah dari hula-hula kepada
borunya, orang tua kepada anak-anaknya. Dengan pemahaman iman yang dianut sekarang,
ulos tidak mempunyai nilai magis lagi sehingga ia sebagai simbol dalam pelaksanaan acara
adat.
Pada acara mangulosi ini, urutan pertama yang menyampaikan ulos pemberkatan
upacara adat perkawinan adalah suhut parboru. Suhut parboru memberikan ulos yang disebut
“ulos pansamot” kepada suhut paranak,dalam bagian pemberian ulos terhadap suhut
paranak, suhut parboru kurang memahami cara maminta gondang dan mengetahui judul
gondang yang akan dimainkan, tetapi pargonsi secara spontan memainkan lagu dari repertoar
musik populer yaitu lagu ulos pansamot. Menurut pengamatan peneliti, peranan pargonsi atau
pemain musik sangat penting. Misalnya, ketika paminta gondang tidak mengetahui judul
gondang atau lagu apa yang dimainkan, maka pemain musiklah yang memilih lagunya sesuai
dengan suasana dan keinginan pelaksana pesta (hasuhuton) dan pelaku upacara adat
perkawinan tersebut.
Setelah itu, suhut parboru memberikan ulos yang disebut “ulos hela” kepada kedua
pengantin, ditambah dengan satu buah sarung yang disebut “mandar hela”. Dalam acara
memberikan ulos kepada kedua pengantin, biasanya suhut parboru meminta musik kepada
pargonsi.
Dalam pengamatan peneliti dalam acara memberikan “ulos hela” dimana ibu dari
perempuan mengulosi menantunya dan anaknya. “ulos hela” ini adalah “lambang” dimana
ibu dari pihak perempuan melepaskan anak perempuannya dan ‘menitip’kan anak
perempuannya (boru nya) kepada menantunya, untuk saling menjaga dan mengasihi.
Sebelum mengulosi, orangtua perempuan memberikan nasehat-nasehat dan pesan-pesan
untuk kedua mempelai. Ketika prosesi mengulosi ini berlangsung, biasannya suhut parboru
meminta lagu secara khusus kepada pargonsi, lagu yang biasa di minta suhut parboru di
acara memberikan “ulos hela” adalah lagu “borhat ma dainang”.
Gambar 13 : Upacara Adat mangulosipengantin oleh suhut parboru
Dalam wawancara peneliti kepada suhut parboru, mereka memilih lagu ini, karena
lagu ini sudah tidak asing lagi bagi semua orang terkhususnya masyarakat Batak Toba di kota
Binjai dan lagu ini sering juga dinyanyikan di acara pesta adat perkawinan terkhsus disaat
acara mengulosi pihak suhut parboru kepada kedua pengantin. Namun mereka (suhut
dainang” ini sangat dalam artinya, menyentuh perasaan, dan dalam lirik lagu tersebut
memberikan pesan yang baik, sarat dengan doa dan kata-kata yang bermakna untuk di
nyanyikan kepada kedua mempelai pengantin terkhsusnya kepada pengantin wanita yang
diberikan nasehat kepada orangtuanya (suhut parboru). Dalam acara memberikan “ulos hela”
dengan iringan lagu “borhat ma dainang” memberikan kesan yang mengharukan dalam acara
tersebut, dimana pengantin wanita dan orangtuanya (suhut parboru) menangis disaat acara
pemberian ulos tersebut, dalam arti kata, pengantin wanita sudah tidak menjadi tanggung
jawab orangtuanya lagi, karena sudah membangun keluarga baru dan ikut dengan keluarga
pengantin pria (suhut paranak).
Menurut pengamatan peneliti, bahwa lagu “borhat ma dainang” ini bagian dari musik
populer, instrumen yang mengiringi lagu ini adalah instrumen keyboard, dan lagu ini sering
digunakan karena memberi makna dan pesan yang khusus terhadap kedua pengantin,
khususnya pesan suhut parboru terhadap anak perempuannya dan lagu ini memberikan kesan
yang mengharukan disaat acara memberikan “ulos hela” di dalam upacara adat perkawinan
tersebut.
Setelah acara memberikan “ulos hela”, dilanjutkan dengan acara mengulosi oleh
abang/adik laki-laki dari suhut parboru, bersama abang/adik satu kakek (sa-ompu) dan abang
adik teman semarga dari suhut parboru. Dilanjutkanlah ke bagian rombongan hula hula,
dalam acara ini biasanya diatur oleh protokol suhut parboru agar mempersingkat waktu,
terjadi penyatuan kelompok dari hula hula :
a. Tulang, Bona Tulang dan Bona ni ari Suhut Parborulaki-laki.
b. Hula hula dari abang/adik (yang sudah menikah) suhut parboru beserta hula hula
c. Hula hula dari suhut parboru ( tulang/paman dari pengantin perempuan) beserta
hula hula tulang rorobot (tulang/paman dari suhut perempuan parboru).
Biasanya selesai ke tiga bagian ini, masing-masing membuat acarannya selalu dibalas
oleh suhut parboru dengan menyembah (somba-somba) sekaligus memberikan uang (olop
olop ) ketangan seluruh hula hula nya.
Setelah selesai seluruh hula hula dari pihak suhut parboru. Masuklah ke acara suhut
paranak, suhut paranak memanggil rombongan hula hulanya dan untuk mempersingkat
waktu, beberapa rombongan dipanggil serentak :
1. Rombongan hula hula/tulang danbonatulang.
2. Rombongan bonaniari, hula hula abang/adik (yang sudah menikah) hula hula
naposo.
3. Penutup adalah tombongan hula hula (tulang penerima tintin marangkup) bersama
dengan tulang rorobot.
Bagian yang nomor 3 (tiga) ini merupakan salah satu acara yang sakral, hampir
sebenarnya mengimbangi ke sakralan sewaktu suhut parboru menyampaikan ulos hela.
Setelah masing-masing rombongan juga di somba-somba dengan diiringi musik gondang
dengan suhut paranak, dan saling berbalas kata, suhut paranak meminta hula hulanya ini
menarik berenya (manggu) pengantin. Pada sewaktu mangulosi tulang, biasanya diminta lagu
dari repertoar gondang sabangunan yaitu lagu gondang arang-arang dairi atau lagu aek
4.1.3.3 Acara Penutup
Setelah dipengujung upacara adat perkawinan tersebut, protokol meminta gondang
sitiotio dan gondang hasahatan kepada pargonsi, biasanya pargonsi memainkan lagu
sahat-sahat ni solu.
Memasuki acara penutup dengan iringan musik gondang yang cepat, kedua mempelai
pengantin dikelilingkan tiga kali dan didudukan ditempatnya, diberikan air putih dan
ditaburkan beras. Dan ditutup dengan doa, sesudah amin. Pihak suhut, keluarga suhut dan
undangan yang berada di gedung (wisma), secara bersamaan mereka mengucapkan : “ Horas!
Horas! Horas! ” . Menurut pengamatan peneliti, penggunaan lagu “sahat ni solu” sudah
sangat sering digunakan dalam pesta upacara adat perkawinan di kota Binjai, hingga
masyarakat Batak Toba di kota Binjai, sudah mengganggap lagu “sahat ni solu” menjadi
bagian dari pesta upacara adat perkawinan tersebut.
Dalam acara mengulosi yang diatas, setelah memberikan ulos hela. Lagu yang
diminta kepada pargonsi semua dari musik populer dan ada juga sebagian yang diminta dari
repertoar gondang sabangunan, namun pargonsi lebih memilih memainkan lagu dari musik
populer dan ada juga yang kurang paham dalam meminta lagu disaat mangulosi, disitulah
peranan pargonsi untuk memilih lagu yang tepat untuk acara tersebut. Ada beberapa lagu
yang dimainkan, biasanya mereka memilih judul lagu rohani yang lajim dimainkan dalam
pesta adat perkawinan sebagai berikut: 1) KasihNya Seperti Sungai; 2) Marolop-olop
Tondingki; 3) Sai Puji Debata; 4)Dalam Nama Yesus; 5) Bergandengan Tangan; 6) Yesus
itulah Satu-satunya; 7) Dison adong Huboan Tuhan; 8) Dalam Yesus Ada Suka Cita. Menurut
peneliti penggunaan lagu rohani dalam upacara adat perkawinan tersebut dikarenakan oleh
penyebaran agamara kristen protestan Dan ada juga yang meminta lagu dari lagu rakyat yang
3) Aek Sibulbulon; 4) Pos ni Uhur; 5) Selayang Pandang; 6) Sarma Dengan-dengan; 7)
Tading ma Ham.
Dalam wawancara peneliti kepada salah satu pelaku pesta upacara adat perkawinan,
mereka memilih lagu-lagu tersebut karena mereka lebih mengetahui dan merasa tidak asing
dengan lagu tersebut, mereka merasa dengan meminta lagu tersebut, itu sudah menjadi bagian
dari gondang sabangunan, yang penting bagi mereka adalah acara adat perkawinan yang
mereka laksanakan dapat berjalan dengan baik, dan sesuai dengan adat istiadat Batak Toba
dan tahapan tahapan upacara adat perkawinan tersebut14
Menurut pengamatan peneliti, penggunan musik populer dalam pesta upacara adat
perkawinan di Binjai adalah sebuah kenyamanan bagi mereka, dengan arti kata mereka lebih
memahami dan merasa senang musik populer populer digunakan dalam upacara perkawinan
tersebut, seperti penggunan musik tiup, dan penggunaan lagu-lagu pop rohani dan lagu rakyat
karena dengan menggunakan lagu-lagu dari musik populer acara adat perkawinan menjadi
tidak terasa monoton atau tidak membosankan, dan hingga mereka lebih bisa meminta
lagu-lagu yang kocak ataupun meminta lagu-lagu-lagu-lagu yang diluar dari daerah batak toba, seperti “
biring-biring” yang berasal dari Karo, dan lagu “poco-poco” yang berasal dari lagu Ambon.
Namun, ada juga beberapa pelaksana pesta yang mengerti meminta lagu gondang yang dari
repertoar gondang sabangunan, tapi walaupun meminta lagu dari repertoar gondang
sabangunan, tetap saja peranan musik populer masih ada, hal ini dikarenakan ensambel musik
tiup digunakan menjadi musik iringan di upacara adat perkawinan tersebut, menurut
pelaksana pesta (hasuhuton) mereka memilih musik tiup sebagai musik pengiring upacara
adat perkawinan adalah lebih menghemat uang, dan dapat memainkan semua jenis lagu yang
diminta para undangan. Ada juga mereka yang beranggapan bahwa ensambel musik tiup .
14
adalah ensambel musik tradisional Batak Toba. Dan ada yang tidak mengetahui sama sekali
tentang musik tradisional Batak Toba.
4.1.3.4 Daftar Lagu Musik Populer yang Digunakan di Rangkaian Upacara Adat Perkawinan Batak Toba di kota Binjai.
Tabel 4.1
Daftar Lagu Musik Populer dalam Upacara Adat Perkawinan di Binjai
Lagu Pop Daerah Di Luar Batak Toba
Lagu Pop Rohani Lagu Rakyat Batak Toba
Biring-biring Sai Puji Debata Sarma Dengan-dengan
Selayang Pandang Kasih-Nya seperti Sungai Aek Sibulbulon
Poco-poco Sai Puji Debata; Si Unte Manis
Pos ni uhur Marolop-olop tondingki Emmada
Dalam Nama Yesus Anakhonhi do Hamoraon di
Au
Bergandengan Tangan Tading Ma Ham
Yesus itulah Satu-satunya Arbab
Dison adong Huboan Tuhan Sahat ni solu
4.2 Fungsi Sosial Musik Populer dalam Upacara Adat Perkawinan Masyarakat Batak Toba di Binjai
Menurut Alan P. Merriam, yaitu
... use then refers to the situation in which is employed in human action: function concern the reason for its
employment and particulary the brodader purpose which is serves... (1964:210)
Dapat diartikan bahwa use (penggunaan) menitikberatkan pada masalah situasi atau
cara yang bagaimana musik itu digunakan, sedangkan function (fungsi) yang menitikberatkan
pada alasan penggunaan atau menyangkut tujuan pemakain musik itu mampu memenuhi
kebutuhan manusia itu sendiri. Sebagai tujuan dan akibat yang timbul dari penggunaan yang
telah disebutkan di atas.
Maka pada bab ini akan didiskusikan bahwa musik populer dalam upacara adat
perkawinan Batak Toba memiliki fungi-fungsi sebagai berikut, yaitu fungsi hiburan, fungsi
kesinambungan budaya, fungsi perlambangan, fungsi reaksi jasmani, dan fungsi penghayatan
estetis, selanjutnya fungsi-fungsi ini akan didiskusikan secara berurutan sebagai berikut.
4.2.1 Fungsi Hiburan
Menurut Antro Sinaga (narasumber di Kota Binjai),suku Batak Toba menggunakan
musik populer dalam upacara adat perkawinan dikarenakan penyewaan musik tiuplebih
gampang dicari,dan juga bisa digunakan untuk mengiringi lagu-lagu pop dalam bahasaBatak
Toba ataupun bahasa Indonesia jika ada dari tamu-tamu yang hadir yang inginmenyanyi.
Dalam pengamatan penulis di tempat upacara perkawinan Batak Toba tersebut, pihak
hasuhuton merasa sangat terhibur, salah satu hal yang membuat mereka terhibur adalah
dengan melalui upacara adat perkawinan tersebut keluarga jauh dari pihak hasuhuton dapat
datang menghadiri pesta upacara adat perkawinan, hingga pihak hasuhuton dapat berinteraksi
dan bergembira bersama dengan keluarga jauh mereka, dan reaksi ini bukan hanya dirasakan
ekspresi bahagia dalam upacara adat perkawinan tersebut, mereka bersama-sama menari-nari,
berpelukan bersama keluarga dan saling berinteraksi satu sama lain, anak-anak mereka pun
juga memberi reaksi bahagia pada saat upacara adat tersebut berlangsung, menurut peneliti,
dengan menggunakan musik populer, hal ini membuat ekspresi mereka tersebut menjadi tidak
merasa bosan, dan mereka benar-benar merasa menikmati dalam upacara adat perkawinan
Batak Toba tersebut. Dari sini bisa dikatakan bahwa menggunakanmusik populer pada
upacara perkawinan masyarakat Batak Tobamemiliki fungsi hiburan.
4.2.2 Fungsi Kesinambungan Budaya
Musik tiuppada upacara adat perkawinan merupakan kesenian masyarakat Batak Toba
yang ada di kota Binjai, yang sampai saat ini tetap dipertahankan penggunaannya dan
terpelihara ditengah-tengah masyarakat pemiliknya. Menurut narasumber Antro Sinaga,
musik tiuppada upacara adat perkawinan masyarakat Batak Toba merupakan salah satu
bagian penting dalam proses perkawinan tersebut. Menurut pengamatan penulis dalam
penelitian ini, bahwa musik populer berperan sebagai media masyarakat Batak Toba untuk
melanjutkan budaya Batak Toba. Seperti peraturan sistem adat istiadat upacara perkawinan
tersebut, dengan arti kata, walaupun musik populer ini digunakan dalam upacara adat
perkawinan, mereka tetap menjalani peraturan-peraturan adat istiadat dalam adat upacara
perkawinan tersebut, seperti bagian disaat manortor antara marhula-hula dan parboru yang
menunjukan bahwa melalui musik populer ini kekerabatan mereka serta sistem adat dari
leluhur Batak Toba tetap berlanjut dan terjalin tanpa mengurangi nilai-nilai adat Batak Toba.
4.2.3 Fungsi Perlambangan
Musik populerpada upacara adat perkawinan masyarakat Batak Tobamenggunakan
timbre (warna suara) yang ada pada musikkeyboard untukmenggantikan suara alat musik
seruling, sarune, dan keyboard pada awalnya digabungkan dengan gondang sabangunan
dalam keyboard) untuk menambah nuansa musikal. Dengan kata lain ketika orang-orang
Batak Toba mendengar musik tiup tersebut maka mereka akan merasakan bahwa kebudayaan
mereka sudah dilestarikan dan tetap menjalin adat istiadat Batak Toba dalam upacara adat
perkawinan tersebut. Dan musik populer tersebut menjadi sarana buat mereka untuk
menjalankan kegiatan upacara adat perkawinan tersebut.
4.2.4 Fungsi Reaksi Jasmani
Ketika musik populer dimainkan pada upacara adat perkawinan tersebut maka para
undangan dan kerabat yang datang akan melakukan tarian tortor secara beramai-ramai.
Dalam pengamatan penulis, dalam penggunaan musik populer ini bahwa para undangan dan
kerabat disaat mendengar musik populer memberikan reaksi gerak tubuh, seperti beberapa
lagu yang diiringi dengan irama gondang yang kocak disaat upacara tersebut, pihak
hasuhuton saling menari-nari dan berpegangan tangan dengan sanak saudara mereka hingga
saling berpelukan satu sama lain, para undangan di upacara adat perkawinan pun ikut
bersorak dan menari-nari pada saat itu, ada juga beberapa yang saling menggerakan tangan
keatas, serta berpegangan tangan satu sama lain dan mereka berdiri melenggangkan badan
mereka dan menortor beramai-ramai disaat musik populer di upacara adat perkawinan
tersebut dimainkan, reaksi ini juga membuat pargonsi jadi lebih bersemangat untuk
memainkan lagu-lagu yang kocak dalam upacara adat perkawinan tersebut, mereka pun juga
ikut berjoget disaat memainkan lagu dan sambil menyanyikannya. Dengan itu menurut
penulis, bahwa penggunaan musik populer dalam upacara adat perkawinan Batak Toba
memiliki fungsi reaksi jasmani kepada para undangan dan kerabat pelaksana pesta, disaat
musik populer dimainkan.
Suatu keindahan dapat dituangkan dalam bunyi-bunyian yang dihasilkan dari
perpaduan instrumen-instrumen musik populer dan musik tradisonal yang tertuang melalui
permainan ritem maupun melodi yang dapat dinikmati oleh pemusik itu sendiri maupun
pendengarnya. Dalam pengamatan peneliti, dengan digunakan musik keyboard dalam pesta
upacara adat Batak Toba, intrument keyboard menjadi pengganti bunyi-bunyi yang berasal
dari instrument musik Batak Toba. Walaupun menggunakan instrument musik populer dalam
upacara adat perkawinan Batak Toba, masyarakat Batak Toba tetap merasa mereka
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan yang telah dijabarkan pada bab-bab sebelumnya maka
beberapa kesimpulan yang didapat oleh penulis adalah sebagai berikut.
Masyarakat Batak Toba yang ada di kota Binjai membawa kebudayaan dari kampung
halamannya dan mengaplikasikan di setiap upacara yang berhubungan dengan adat istiadat.
Begitu juga dengan salah satu upacara adat, yakni upacara adat perkawinan yang ada di
masyarakat Batak Toba di kota Binjai. Namun, pada masa sekarang sudah sudah terjadi
perubahan dalam tradisi tersebut, yang mana musik populer sudah masuk dan digunakan
dalam upacara adat perkawinan masyarakat Batak Toba di Binjai.
Musik populer sudah sering digunakan dalam upacara adat perkawinan Batak Toba di
Binjai. Hingga saat ini, pemakaian musik populer sudah digemari semua kalangan
masyarakat Batak Toba di Binjai, dalam pemakaian lagu dari repertoar musik populer, dan
alat intrument musik keyboard yang digabungkan dengan musik tiup sebagai musik iringan
dalam upacara adat Batak Toba di Binjai.
Penulis menyimpulkan bahwa peran musik populer pada musik tiuppada upacara ini
mempunyai fungsi sosial bagi masyarakat Batak Toba di Binjai, musik populer ini berfungsi
sebagai hiburan, kesinambungan budaya, perlambangan, reaksi jasmani, dan penghayatan
estetis.
Dari hasil penelitian skripsi ini, penulis menyimpulkan bahwa suku Batak Toba
menggunakan instrument musik tiup sebagai alat musik padaupacara adat perkawinannya
dikarenakan penyewaan musik tiuplebih gampang dicari dan musik keyboard juga bisa
digunakan untuk mengiringi lagu-lagu pop daerah ataupunlagu pop Indonesia jika ada dari
perkawinan masyarakat Batak Tobamerupakan salah satu bagian penting dalam proses
pernikahan tersebut.Musik populer pada upacara adat perkawinan masyarakat Batak
Tobamenggunakan timbre (warna suara) yang ada pada musik keyboard untukmenggantikan
suara alat musik seruling, sarune dan mengabungkan dengan musik tiup. Dengan kata lain
ketika orang-orang Batak Tobamendengar musik tiuptersebut maka mereka akan serasa
sepertidikampung dan mereka merasa sudah melestarikan kebudayaan musik gondang Batak
Toba tanpa mengurangi nilai- nilai adat istiadat upacara perkawinan Batak Toba.
Dengan demikian, pemakaian repertoar musik populer menjadi suatu hal yang penting
dan lazim dalam upacara adat perkawinan Batak Toba, karena mereka merasa dengan
menggunakan musik populer, dan suatu keindahan dapat dituangkan dalam bunyi-bunyian
yang dihasilkan dari perpaduan instrumen-instrumen musik tiup dan musikkeyboard yang
tertuang melalui permainan ritem maupun melodi yang dapat dinikmati oleh pemusik itu
sendiri maupun pendengarnya. Ketika musik populer pada musik tiup di upacara pernikahan
tersebut dimainkan, maka para undangan dan kerabat yang datang akan melakukan tarian
tortor dan bernyanyi dalam upacara adat tersebut.
Dari kesimpulan-kesimpulan di atas, penulis dapat mengatakan bahwa walaupun telah
terjadi perubahan nilai tradisi terhadap masyarakat Batak Toba di kota Binjai, namun tradisi
upacara adat perkawinan tersebut tetap berjalan dengan semestinya. Dan penggunaan musik
populer tidak mengganggu terhadap keberlangsungan adat istiadat upacara perkawinan
masyarakat Batak Toba di Binjai.
5.2 Saran
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam membuat tulisan kajian fungsi
sosial musik populer dalam upacara adat perkawinan masyarakat Batak Toba di kota BInjai.
Untuk itu, bagi para peneliti selanjutnya diharapkan untuk semakin menyempurnakan
Bagi para peneliti selanjutnya, peneliti juga berharap supaya mengkaji
upacara-upacara lainnya yang dilaksanakan oleh suku Batak Toba yang ada di kota Binjai. Penulis
mempunyai beberapa saran kepada pembaca lainnya, yaitu menyarankan agar gondang
sabangunan tetap dipertahankan eksistensinya dan merasakan bahwa hal ini merupakan salah
satu kekayaan budaya yang dijadikan milik bersama, sehingga setiap etnis yang ada di
seluruh Indonesia tetap hidup dan terus berkembang.
Semoga tulisan ini dapat memberikan kontribusi yang baik terhadap apresiasi budaya
dan pengetahuan terhadap ilmu pengetahuan secara umum dan bidang etnomusikologi secara
BAB II
MASYARAKAT BATAK TOBA DI KOTA BINJAI
2.1. Kota Binjai
Kota Binjai berbatasan langsung dengan Kabupaten Langkat di sebelah barat dan
utara serta Kabupaten Deli Serdang di sebelah timur dan selatan. Binjai merupakan salah satu
daerah dalam proyek pembangunan mebidang yang meliputi kawasan Medan, Binjai dan
Kab. Deli Serdang (Lihat Gambar 2.1). Secara geografis, Kota Binjai terletak pada 3’31’40”
– 3’40’2” Lintang Utara dan 98’27’3” – 98’32’32” Bujur Timur dan terletak 28 m di atas
permukaan laut.
Gambar 1 : Peta Kota Binjai
Wilayah Kota Binjai seluas 90,23 km2, terletak 28 M diatas permukaan laut dan
dikelilingi oleh Kab.Deli Serdang, Batas area disebelah Utara adalah Kecamatan Binjai
Kabupaten Langkat dan Kecamatan Hamparan Perak Kab.Deli Serdang, di sebelah Timur
berbatasan dengan Kecamatan Sunggal Kab.Deli Serdang, di sebelah selatan berbatasan
dengan Kecamatan Sei Bingei Kab.Langkat dan Kecamatan Kutalimbaru Kab.Deli Serdang
dan sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Selesai Kab.Langkat (sumber :
www.Bappeda Kota Binjai.com).
Tabel 2.1 : Penduduk Kota Binjai Menurut Kecamatan dan Jenis Kelamin Tahun 2011
Jumlah
Penduduk Total No Kecamatan Dewasa Anak-anak
L P L P L + P
1. Binjai Selatan 14.366 13.919 6.219 6.245 40.749
2. Binjai Kota 12.670 12.104 3.970 4.235 32.979
3. Binjai Timur 15.985 15.128 7.899 8.125 47.137
4. Binjai Utara 21.649 20.861 9.377 9.825 61.712
5. Binjai Barat 11.390 11.548 6.934 6.696 36.568
JUMLAH 76.060 73.560 34.399 35.126 219.145
Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Binjai, 2012
Penduduk Kota Binjai pada tahun 2012 berjumlah 219.145 jiwa. Penduduk terbesar di
Kota Binjai berada di Kecamatan Binjai Utara yakni 28,16% , kemudian disusul Kecamatan
dan Kecamatan Binjai Kota 15,05%. ( Catatan: (1) Data tahun 2013, terjadi selisih 100 jiwa
antara jumlah detail dengan jumlah akumulasi di BPS BDA 2014, maka peneliti mengikuti
jumlah detail data ).
Kota Binjai merupakan kota multi etnis, dihuni oleh suku Jawa, suku Karo, suku
Tionghoa dan suku Melayu (Lihat Tabel 2.2). Kemajemukan etnis ini menjadikan Binjai kaya
akan kebudayaan yang beragam.
Tabel 2.2 : Perbandingan Etnis di Kota Binjai pada Tahun 2010, 2011, dan 2012.
No Nama Etnis 2010 2011 2012
1 Jawa 98,769 98,889 92,545
2 Melayu 31,132 31,170 29,170
3 Karo 22,466 22,493 21,050
4 Batak Simalungun 13,832 13,848 12,960
5 Batak Toba 16,637 16,658 15,589
6 Mandailing 23,141 23,169 21,683
7 Minang 15,583 15,602 14,601
8 Aceh 4,501 4,506 4,217