• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV FUNGSI SOSIAL MUSIK POPULER DALAM UPACARA ADAT

4.1 Tahapan Upacara Pesta Adat Perkawinan Batak Toba di Kota Binjai

4.1.3 Pesta Upacara Adat Perkawinan

4.1.3.2 Acara Mangulosi

Setelah penyampaian titin marangkup. Tahapan acara selanjutnya adalah acara mengulosi, acara mangulosi adalah acara yang penting dalam upacara adat perkawinan masyarakat Batak Toba, karena dalam adat Batak tradisi lama atau religi lama, ulos merupakan sarana penting bagi hula-hula, untuk menyatakan atau menyalurkan sahala atau berkatnya kepada borunya, disamping ikan, beras dan kata-kata berkat. Pada waktu pembuatannya ulos dianggap sudah mempunyai “kuasa”.

Karena itu, pemberian ulos, baik yang memberi maupun yang menerimanya tidak sembarang orang, harus mempunyai alur tertentu, antara lain adalah dari hula-hula kepada borunya, orang tua kepada anak-anaknya. Dengan pemahaman iman yang dianut sekarang, ulos tidak mempunyai nilai magis lagi sehingga ia sebagai simbol dalam pelaksanaan acara adat.

Pada acara mangulosi ini, urutan pertama yang menyampaikan ulos pemberkatan upacara adat perkawinan adalah suhut parboru. Suhut parboru memberikan ulos yang disebut “ulos pansamot” kepada suhut paranak,dalam bagian pemberian ulos terhadap suhut paranak, suhut parboru kurang memahami cara maminta gondang dan mengetahui judul gondang yang akan dimainkan, tetapi pargonsi secara spontan memainkan lagu dari repertoar musik populer yaitu lagu ulos pansamot. Menurut pengamatan peneliti, peranan pargonsi atau pemain musik sangat penting. Misalnya, ketika paminta gondang tidak mengetahui judul gondang atau lagu apa yang dimainkan, maka pemain musiklah yang memilih lagunya sesuai dengan suasana dan keinginan pelaksana pesta (hasuhuton) dan pelaku upacara adat perkawinan tersebut.

Setelah itu, suhut parboru memberikan ulos yang disebut “ulos hela” kepada kedua pengantin, ditambah dengan satu buah sarung yang disebut “mandar hela”. Dalam acara memberikan ulos kepada kedua pengantin, biasanya suhut parboru meminta musik kepada pargonsi.

Dalam pengamatan peneliti dalam acara memberikan “ulos hela” dimana ibu dari perempuan mengulosi menantunya dan anaknya. “ulos hela” ini adalah “lambang” dimana ibu dari pihak perempuan melepaskan anak perempuannya dan ‘menitip’kan anak perempuannya (boru nya) kepada menantunya, untuk saling menjaga dan mengasihi. Sebelum mengulosi, orangtua perempuan memberikan nasehat-nasehat dan pesan-pesan untuk kedua mempelai. Ketika prosesi mengulosi ini berlangsung, biasannya suhut parboru meminta lagu secara khusus kepada pargonsi, lagu yang biasa di minta suhut parboru di acara memberikan “ulos hela” adalah lagu “borhat ma dainang”.

Gambar 13 : Upacara Adat mangulosipengantin oleh suhut parboru

Dalam wawancara peneliti kepada suhut parboru, mereka memilih lagu ini, karena lagu ini sudah tidak asing lagi bagi semua orang terkhususnya masyarakat Batak Toba di kota Binjai dan lagu ini sering juga dinyanyikan di acara pesta adat perkawinan terkhsus disaat acara mengulosi pihak suhut parboru kepada kedua pengantin. Namun mereka (suhut parboru) mempunyai alasan pertama dalam memilih lagu ini, karena lagu “borhat ma

dainang” ini sangat dalam artinya, menyentuh perasaan, dan dalam lirik lagu tersebut memberikan pesan yang baik, sarat dengan doa dan kata-kata yang bermakna untuk di nyanyikan kepada kedua mempelai pengantin terkhsusnya kepada pengantin wanita yang diberikan nasehat kepada orangtuanya (suhut parboru). Dalam acara memberikan “ulos hela” dengan iringan lagu “borhat ma dainang” memberikan kesan yang mengharukan dalam acara tersebut, dimana pengantin wanita dan orangtuanya (suhut parboru) menangis disaat acara pemberian ulos tersebut, dalam arti kata, pengantin wanita sudah tidak menjadi tanggung jawab orangtuanya lagi, karena sudah membangun keluarga baru dan ikut dengan keluarga pengantin pria (suhut paranak).

Menurut pengamatan peneliti, bahwa lagu “borhat ma dainang” ini bagian dari musik populer, instrumen yang mengiringi lagu ini adalah instrumen keyboard, dan lagu ini sering digunakan karena memberi makna dan pesan yang khusus terhadap kedua pengantin, khususnya pesan suhut parboru terhadap anak perempuannya dan lagu ini memberikan kesan yang mengharukan disaat acara memberikan “ulos hela” di dalam upacara adat perkawinan tersebut.

Setelah acara memberikan “ulos hela”, dilanjutkan dengan acara mengulosi oleh abang/adik laki-laki dari suhut parboru, bersama abang/adik satu kakek (sa-ompu) dan abang adik teman semarga dari suhut parboru. Dilanjutkanlah ke bagian rombongan hula hula, dalam acara ini biasanya diatur oleh protokol suhut parboru agar mempersingkat waktu, terjadi penyatuan kelompok dari hula hula :

a. Tulang, Bona Tulang dan Bona ni ari Suhut Parborulaki-laki.

b. Hula hula dari abang/adik (yang sudah menikah) suhut parboru beserta hula hula dari suhut parboru yang disebut hula hula naposo.

c. Hula hula dari suhut parboru ( tulang/paman dari pengantin perempuan) beserta hula hula tulang rorobot (tulang/paman dari suhut perempuan parboru).

Biasanya selesai ke tiga bagian ini, masing-masing membuat acarannya selalu dibalas oleh suhut parboru dengan menyembah (somba-somba) sekaligus memberikan uang (olop olop ) ketangan seluruh hula hula nya.

Setelah selesai seluruh hula hula dari pihak suhut parboru. Masuklah ke acara suhut paranak, suhut paranak memanggil rombongan hula hulanya dan untuk mempersingkat waktu, beberapa rombongan dipanggil serentak :

1. Rombongan hula hula/tulang danbonatulang.

2. Rombongan bonaniari, hula hula abang/adik (yang sudah menikah) hula hula naposo.

3. Penutup adalah tombongan hula hula (tulang penerima tintin marangkup) bersama dengan tulang rorobot.

Bagian yang nomor 3 (tiga) ini merupakan salah satu acara yang sakral, hampir sebenarnya mengimbangi ke sakralan sewaktu suhut parboru menyampaikan ulos hela. Setelah masing-masing rombongan juga di somba-somba dengan diiringi musik gondang dengan suhut paranak, dan saling berbalas kata, suhut paranak meminta hula hulanya ini menarik berenya (manggu) pengantin. Pada sewaktu mangulosi tulang, biasanya diminta lagu dari repertoar gondang sabangunan yaitu lagu gondang arang-arang dairi atau lagu aek sibulbulon.

Dokumen terkait