• Tidak ada hasil yang ditemukan

Cara Kerja Penelitian Filologi

Dalam dokumen SERAT PARTADEWA (Suatu Tinjauan Filologis) (Halaman 34-38)

BAB V Penutup, meliputi kesimpulan dan saran

KAJIAN TEORETIK

A. Teori Filologi 1. Pengertian Filologi 1.Pengertian Filologi

3. Cara Kerja Penelitian Filologi

Dalam penelitian ini menggunakan cara kerja filologi menurut pendapat dari Masyarakat Pernaskahan Nusantara dan Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, yaitu sebagi berikut:

1) Penentuan Sasaran Penelitian

Peneliti pertama-tama menentukan sasaran penelitian, karena banyak ragam yang perlu dipilih, baik tulisan, bahan, bentuk, maupun isinya. Tulisan naskah ada yang menggunakan huruf Arab, Jawa, Bali, dan Batak. Ada naskah yang ditulis pada kertas, daun lontar, kulit kayu, atau rotan. Bentuk naskah yang

berbentuk puisi dan prosa. Isi naskah juga amat beragam, misalnya cerita Nabi, adat-istiadat, sejarah atau agama.

Berdasarkan hal tersebut, maka peneliti menentukan sasaran yang diteliti adalah sebagai berikut; naskah bertuliskan huruf Jawa carik, ditulis pada kertas, berbentuk puisi Jawa atau tembang macapat dan tembang tengahan serta memuat cerita wayang. Keseluruhan rangkaian bentuk di atas terangkum di dalam Serat Partadewa.

Setelah sasaran penelitian ditentukan, peneliti melakukan inventarisasi terhadap naskah yang diteliti, karena pada umumnya naskah yang sama lebih dari satu buah. Versi naskah mungkin tidak selalu berada pada tempat yang sama, ada versi naskah yang dapat ditemukan di museum dan sebagian lagi dapat ditemukan di perpustakaan atau di tempat lain dengan bantuan katalog.

3) Observasi Pendahuluan

Pada tahap ini peneliti membaca semua naskah yang tersedia serta menyusun deskripsi dan ringkasan isi naskah itu. Deskripsi naskah ialah uraian ringkas naskah secara terperinci. Deskripsi naskah penting sekali untuk mengetahui keadaan naskah dan sejauhmana naskah itu, serta sangat membantu untuk memilih naskah yang paling baik untuk di transliterasi dan digunakan untuk perbandingan.

Deskripsi naskah merupakan sarana untuk memberikan informasi mengenai: judul naskah, nomor naskah dan teks, keadaan naskah, jumlah baris

setiap halaman, huruf, aksara, tulisan, cara penulisan, bahan naskah, bahasa naskah, bentuk teks, umur naskah, fungsi sosial naskah, serta ikstisar teks (Emuch

Herman Soemantri,1986 : 2). Sedangkan ringkasan isi naskah digunakan untuk mengetahui garis besar kandungan naskah sesuai dengan urutan cerita dan

halaman naskah. 4) Penentuan Naskah Dasar

Objek penelitian ini adalah Serat Partadewa yang berupa naskah jamak, sehingga perlu proses penentuan naskah dasar tersebut. Untuk

menentukan naskah dasar, peneliti melakukan perbandingan dan kritik teks. Perbandingan dimulai dengan membandingkan tahun penulisan, jumlah dan nama pupuh, jumlah dan urutan bait. Setelah memperbandingkan unsur-unsur itu, dilanjutkan dengan penentuan naskah dasar. Untuk menentukan naskah dasar digunakan kriteria sebagaimana yang dikemukakan Edi S. Ekajati (1980 : 6) sebagai berikut;

a. isinya lengkap dan tidak menyimpang dari kebanyakan naskah lain;

b. tulisannya jelas dan mudah dibaca; c. keadaan naskah baik dan utuh;

d. bahasanya lancar dan mudah dipahami; e. umur naskah lebih tua.

5) Transliterasi

Naskah yang telah ditetapkan sebagai naskah landasan dalam suntingan teks, kemudian ditransliterasi. Transliterasi adalah penggantian huruf demi huruf dari abjad satu ke abjad yang lain (Edi S. Ekajati, 1980 : 7). Transliterasi dilakukan menurut aturan ejaan yang disepakati, dan transliterasi dalam penelitian ini alih huruf dari aksara Jawa ke Latin. Karakter huruf Jawa dan tradisi menyalin di masyarakat Jawa menuntut daya interpretasi dalam kerja translterasi ini. Interpretasi sebagian didasarkan resepsi peneliti sebagai orang yang berbahasa ibu Jawa, dibantu dengan kamus yang disusun oleh Poerwadarminto (1939). Dalam

melakukan transliterasi perlu diikuti pedoman yang berhubungan dengan pembagian kata, ejaan, dan pungtuasi.

6) Penerjemahan Teks

Terjemahan merupakan pemindahan makna/ bahasa sumber ke bahasa sasaran. Pemindahan makna tersebut harus lengkap dan terperinci. Salah satu tujuannya adalah untuk memudahkan dalam hal memahami isi teks dari suatu

naskah. Dalam terjemahan naskah ini menggunakan sistem sinopsis, digunakannya sistem sinopsis karena untuk memudahkan pembaca dalam memahami isi atau resume dari bahasa sumber ke bahasa sasaran secara cepat dan

padat. Serta agar lebih efisien dan mengenai sasaran. Dalam penelitian filologi jika tanpa penyajian terjemahan, setidak-tidaknya harus ada sinopsis atau ikhtisar

yaitu penuturan yang ringkas tetapi merangkum keseluruhan isi (Darusuprapta, 1984 : 9).

4. Kritik Teks dan Aparat Kritik

Tugas utama filologi adalah memurnikan teks melalui kritik teks. Kata kritik berasal dari bahasa Yunani kriteis yang berarti seorang hakim, kritein yang

berarti menghakimi dan kriterion yang berarti penghakiman. Jadi kritik teks berarti memberikan evaluasi terhadap teks pada tempatnya yang tepat, dengan tujuan untuk menghasilkan teks yang sedekat-dekatnya dengan teks aslinya atau

constitutio textus (Siti Baroroh Baried dkk. 1994 : 64).

Berdasarkan jumlah naskah yang dikaji, metode kritik teks dibagi menjadi dua yaitu metode edisi naskah tunggal dan edisi naskah jamak. Metode untuk

naskah jamak meliputi metode intuitif, metode objektif, metode gabungan dan metode landasan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode landasan. Metode landasan diterapkan apabila menurut tafsiran ada satu naskah yang unggul kualitasnya dibandingkan naskah lain yang diperiksa dari sudut bahasa, kesastraan, sejarah, dan sebagainya. Dengan demikian satu naskah dapat dinyatakan sebagai naskah yang mengandung paling banyak bacaan yang baik, dan dijadikan landasan induk teks untuk edisi, varian-varian dari naskah lain yang seversi dipakai sebagai pelengkap atau penunjang dimuat dalam aparat kritik.

Aparat kritik adalah uraian tentang kelainan bacaan, yaitu bagian yang merupakan pertanggungjawaban ilmiah dalam penelitian naskah, berisi segala macam uraian bacaan dalam semua naskah yang diteliti (Darusuprapta,1984 : 8). Jika peneliti melakukan perubahan (conjecture), pengurangan (eliminatio), dan penambahan (divinatio) itu harus disertai pertanggungjawaban melalui dasar teori maupun rujukan yang tepat. Kesemuanya itu dicatat dan ditempatkan pada aparat kritik. Maksud diadakan aparat kritik supaya pembaca bisa mengecek bagaimana bacaan naskah, dan bila perlu membuat penafsiran sendiri. Jadi, aparat kritik merupakan suatu pertanggungjawaban secara ilmiah.

Dalam dokumen SERAT PARTADEWA (Suatu Tinjauan Filologis) (Halaman 34-38)

Dokumen terkait