Korea Selatan menawarkan kerja sama kepada Indonesia yang kemudian melalui Kementerian Pertahanan Republik Indonesia dan DAPA ditandatangani Letter of Intent pengembangan bersama jet tempur pada tanggal 6 Maret 2009 di Jakarta. LoI maupun MoU tidak mengatur tentang besara transfer teknkologi dan konsekuensi bila kerja sama dibatalkan seperti yang ada pada lampiran 1.
Pada tanggal 15 Juli 2010, Kementerian Pertahanan Indonesia dan Departemen Pertahanan Korea Selatan menandatangani nota kesepahaman pengembangan bersama KF-X/IF-X di Seoul. Penandatanganan tersebut menghasilkan kesepakatan Indonesia membayar sebesar 20 % dari total biaya
commit to user
46
dengan 5 prototipe yang dibangun sebelum 2020 dan Indonesia membeli 50 pesawat.xxvii
Pemerintah Korea Selatan membiayai 60 % dan KAI membayar sebesar 20 % dari total biaya pengembangan. Rencana kerja sama ini terdiri dari tiga tahap antara lain TDP (Technology Development Phase) tahun 2010-2012, EMDP (Engineering and Manufacturing Development Phase) tahun 2015-2023, dan PDP (Production Development Phase) tahun 2025-2026.
Kedua negara membuat dan menyetujui perjanjian teknis atau project agreement dalam melaksanakan kerja sama pengembangan bersama. Pada tahun 2011, Korea Selatan dan Indonesia melaksanakan proyek KF-X tahap pertama dengan penandatanganan project agreement TDP. Kedua negara menandatangani kontrak pada April 2011. Tahap pertama dilaksanakan pada Agustus 2011 dan resmi selesai pada Desember 2012.
Namun, Korea Selatan menunda program KF-X selama 18 bulan mulai pada Maret 2013 sampai Juni 2014. Perihal tersebut disebabkan oleh faktor internal, yakni pergantian Presiden Korea Selatan yang baru diinagurasi untuk mendiskusikannya kembali dengan parlemen. Parlemen Korea Selatan belum memberikan persetujuan untuk menyediakan anggaran yang digunakan untuk mendukung tahap EMDP. Pemerintah mengadakan studi kelayakan ekonomis terhadap program KF-X.
Sementara itu, Tubagus Hasanuddin, DPR Komisi I, Indonesia telah mengucurkan dana pada proyek sebesar 1,6 triliun rupiah atau 164, 8 juta dolar.xxviii Indonesia telah mengirimkan 30 teknisi untuk terlibat dalam kerja desain KF-X/IF-X. Perkembangan selanjutanya pada tanggal 12 Oktober 2013, commit to user
47
Pemerintah Indonesia dan Korea Selatan menandatangani perjanjian kerjsama dibidang pertahanan di Jakarta. Pada tanggal 13 Desember 2013, Korea Selatan mengesahkan kerja sama tersebut.
Perumusan EMDP atau fase kedua dimulai tahun 2014 dan dilaksanakan pada tahun 2016. Project agreement untuk EMDP ditandatangani pada 6 Oktober 2014. Pada tanggal 4 Desember 2015, PT Dirgantara Indonesia dan KAI menandatangani SCA (strategic Cooperation Agreement). Pada tanggal 28 Desember 2015, DAPA dan KAI menandatangani kontrak pengembangan KF-X.
Pada tanggal 7 Januari 2016, Kemhan Indonesia dan KAI menandatangani perjanjian pembagian biaya. Pada tanggal 3 November 2016, PT Dirgantara Indonesia dan KAI menandatangani nota kesepahaman SCA.
Disamping proses negosiasi untuk EMDP, pemerintah Amerika Serikat menolak transfer jet tempur F-35 kepada DAPA Korea pada April 2015. Transfer teknologi terdiri dari radar AESA; EOTGP (Electronic Optics Targeting Pod);
IRST (Infrared Search and Track); dan Radio Frequency Jammers. Amerika Serikat mempermasalahkan isu keamanan informasi teknologi tersebut, sehingga mencegah Lockheed Martin untuk mentransfernya.
Korea Selatan, perwakilan Lockheed Martin dan Indonesia melakukan negosiasi putaran pertama diadakan pada tanggal 18 sampai 20 November 2015 di Seoul. Negosiasi yang kedua dilakukan di Washington antara para pejabat diplomat Korea Selatan, Lockheed Martin, dan Pemerintah Amerika Serikat.
Pada tanggal 30 November 2015, Amerika Serikat menyetujui sejumlah 21 transfer teknologi F-35 Lockheed Martin.xxix Hasil negosiasi antara kedua negara
commit to user
48
periode 2015 sampai 2018 beberapa diantaranya mengenai perjanjian kerja sama strategis.
Di pihak Indonesia mengenai EMDP, menghasilkan kesepakatan cost-sharing yang dituangkan Indonesia kedalam peraturan menteri pertahanan nomor 6 tahun 2016 tentang pelaksanaan program pengembangan pesawat tempur IF-X (lihat Tabel 2.3). Kewajiban Indonesia termasuk mengenai pembayaran Cost Share, mulai pada Bulan April tahun 2016 kemudian dilakukan setiap bulan April dan Oktober dari tahun 2017 sampai tahun 2026.
Tabel 2. 4xxx Cost Share Indonesia untuk Pengembangan Bersama KF-X/IF-X
Tahun Total Biaya (%)
RI Cost Share (%)
Cost Share
(Won) (100.000.000)
2015 1,6 0 0
2016 6,0 0,6 500
2017 8,7 2,1 1.841
2018 11,4 2,3 1.987
2019 15,8 2,2 1.907
2020 14,9 2,4 2.081
2021 10,5 2,3 1.994
2022 6,2 2,0 1.734
commit to user
49
2023 4,9 1,5 1.300
2024 4,6 1,5 1.300
2025 4,3 1,5 1.300
2026 11,1 1,6 1.394
Total 100 20,0 17.338
Sumber : Permenhan RI no 6 tahun 2016.
Namun pada Februari 2017, Amerika Serikat menolak memberikan lisensi ekspor teknologi utama kepada Indonesia. Pemerintah Amerika Serikat mengkaji pertimbangan untuk transfer teknologi ke Indonesia, tetapi pengembangan bersama masih tetap berjalan. Amerika serikat meminta Indonesia untuk membentuk DTSS (Defense Technology Security System) yang bertujuan menjaga informasi empat inti teknologi tersebut.
Namun di lain pihak, Indonesia terlambat membayar pendanaan pengembangan bersama KF-X/IF-X. PT Dirgantara Indonesia belum membayar sisa pembayaran tahun 2017 yang dialokasikan sebesar 138,9 miliar won pada akhir Oktober kemudian semester pertama tahun 2018, sehingga total keduanya sebesar 230 miliar won. Kim Jong Dae, anggota Komite Pertahanan Majelis Nasional Korea menyatakan keterlambatan Indonesia dalam membayar membebankan biaya 40 % kepada KAI yang saat itu sedang dalam kesulitan keuangan. KAI menerima 132 miliar won dari Kementerian Pertahanan Indonesia pada akhir tahun 2018.xxxi
Di sisi lain, situasi tersebut mendapat respon dari perwakilan Lockheed Martin untuk Asia Tenggara melalui pertemuan dengan Menteri Pertahanan
commit to user
50
Indonesia di Jakarta pada Desember 2017. Maksud kunjungan adalah menyampaikan sikap dukungan terhadap kerja sama pembuatan KF-X/IF-X.
Perihal itu menunjukkan dorongan Lockheed Martin kepada Indonesia untuk tetap melakukan kerja sama dengan Korea Selatan.
Perkembangan secara teknis pada 8 Februari 2017, DAPA dan pejabat Indonesia secara resmi membuka Kantor Manajemen Joint Program di Korea Selatan. Berdasarkan DAPA, fase desain awal untuk KF-X/IF-X dimulai pada bulan Desember dan diprediksi akan selesai pada kuartal kedua tahun 2018.
Prototipe akan terbang pada tahun 2021 atau 2022 dengan pengiriman yang dijadwalkan sekitar tahun 2025.xxxii
Dipihak Indonesia, menyatakan telah mengajukan renegosiasi program KF-X/IF-X pada tanggal 19 Oktober 2018 melalui pertemuan tingkat tinggi oleh Presiden Joko Widodo di Korea Selatan pada September 2018. Badan Koordinasi Penanaman Modal Indonesia mempublikasi alasan Indonesia untuk meminta renegosiasi antara lain yang pertama, untuk penghematan cadangan devisa negara dalam rangka menjaga stabilitas nilai rupiah yang dapat berdampak pada kepercayaan investor terhadap Indonesia. Kedua, kondisi beban APBN cukup besar dalam jangka panjang.
Apabila ditinjau melalui anggaran pertahanan Indonesia, khususnya periode 2013-2018 meskipun meningkat tetapi pada tahun 2017-2018 mulai menunjukkan stagnan yang mengindikasi presentasenya terhadap PDB tidak mengalami peningkatan signifikan (Grafik 2.2). Perihal ini karena prioritas APBN 2019 adalah pembangunan infrastruktur salah satunya berupa kenaikan
commit to user
51
anggaran Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat dari 104,8 triliun pada tahun 2018 kemudian sebesar 110,7 triliun rupiah pada tahun 2019.
Grafik 2. 2xxxiii Anggaran Pertahanan Indonesia tahun 2013-2019 (dalam triliun rupiah)
Sumber : Informasi APBN 2013-2019, Kementerian Keuangan Republik Indonesia.
Sementara itu, pengerjaan Korea Selatan mengenai KF-X terus berlanjut melalui pembukaan 2019 seoul International ADEX menampilkan tiruan dari pesawat tempur KF-X. Perkembangan yang lain pada tanggal 14 Februari 2019, dilaksanakan upacara pemotongan pertama bagian tempur KF-X yaitu bulk head atau kepala massal.
Hasil interaksi Indonesia dan Korea Selatan di bidang pertahanan diluar kerja sama pengembangan jet tempur, antara lain pada tanggal 22 Desember 2000, kedua negara menandatangani perjanjian kerja sama khusus industri pertahanan. Pada tanggal 4 Desember 2006, Indonesia dan Korea Selatan menyetujui joint declaration strategic partnership. Kedua perjanjian ini menjadi dasar atau memperkuat kerja sama pertahanan termasuk pengembangan bersama jet tempur.
commit to user
52
Selain itu pada tanggal 8-10 November 2017, keduanya menandatangani status kemitraan antara Indonesia dan Korea Selatan menjadi special strategic partnership. Pada tanggal 9 Juli 2018, Indonesia mengesahkan rancangan undang-undang kerja sama dengan Korea Selatan dibidang pertahanan sebagai bukti komitmen Indonesia terhadap kerja sama. Akhirnya pada September 2018, diadakan pertemuan singkat Presiden Joko Widodo di Korea Selatan mengenai kerja sama two plus two meeting bidang pertahanan.
Beberapa agenda penting yang terjadi dalam hubungan Indonesia dan Korea Selatan mengenai dinamika kerja sama pengembangan bersama KF-X/IF-X dirangkum dalam historical map atau peta sejarah sebagai berikut.
Gambar 2. 2 Historical Map Agenda Penting Hasil Dinamika Kerja Sama Pengembangan Bersama KF-X/IF-X mengenai Diplomasi Pertahanan
Indonesia terhadap Korea Selatan
commit to user
53
i Nanda Julian Pratama Atno, “Dari Rakyat Untuk Rakyat : Benih, Cikal-Bakal, dan Kelahiran Tentara Indonesia 1945-1947”. Jurnal of Indonesian History. UNNES. Vol 7. Edisi 1. 2018.
ii “TIV of arms to Indonesia, 1950-1998”, SIPRI, Diakses 28 agustus 2019.
http://armstrade.sipri.org/armstrade/html/export_values.php
iii A. Laksamana, Evan. Dari ‘Reformasi Militer’ Menuju ‘Transformasi Pertahanan’: Tantangan dan Prospek ke Depan. Indonesian Review RSK & Media. Vol. 1. 2010. Hal. 6-10
iv Kementerian Pertahanan, “Buku Putih Pertahanan 2008”, diakses 9 Desember 2020,
https://www.kemhan.go.id/wp-content/uploads/2015/12/04f92fd80ee3d01c8e5c5dc3f56b34e31.pdf
v Kementerian Pertahanan, Kebijakan Penyelarasan Minimum Essential Force Komponen Utama, Permenhan nomor 19 tahun 2012.
vi Silmy Karim. “Membangun Kemandirian Industri Pertahanan Indonesia.” (Jakarta: Gramedia, 2014), 101.
vii Ibid., 130.
viii Dirgantara Indonesia, Tentang Kami, diakses pada 7 September 2019, https://www.indonesian-aerospace.com/tentang/sejarah
ix Karim, op.cit, 142.
x Tarmidi, L. T. (2003). “Krisis Moneter Indonesia : Sebab, Dampak, Peran IMF dan Saran”. Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan, 1(4), 1-25.
https://doi.org/10.21098/bemp.v1i4.183
xi Kamil Hanif, Anwar (ed.), “Jilid III Nurtanio, Cikal Bakal Dunia Dirgantara Indonesia”, (Jakarta: Tempo Publishing, 2019), ipusnas, hal. 71.
xii Irahali, H. Lili, “Fragmen PT Nurtanio sampai dengan Dirgantara Indonesia 1983-2007, Perenungan Mantan Karyawan”, (Malang: Bayumeda Publishing, 2008), hal. 204-208.
xiii Muradi, “Praktik-praktik Defense Offset di Indonesia”, diakses 9 Desember 2020,
http://pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2013/08/praktik_defense_offset_indonesia.pdf
xiv Indra (ed.), “TNI dan Mengungkapkan Kondisi Sebenarnya Alutsista Periode Pertama Presiden Jokowi”, (Jakarta:
Tempo Publishing, 2019), hal. 22-24.
xv Ibid, hal. 42-46.
xvi Syamsi, Iqbal (ed.), “Kontroversi Hibah Pesawat Tempur F-16 Bekas Milik TNI AU”, (Jakarta:Tempo Publishing, 2019), hal. 89-91. Lihat juga, “Drama Hibah F-16 : Keberhasilan Diplomasi Pertahanan ?”.
xvii“Kebijakan.”, KKIP, Diakses pada 15 September 2019, https://www.kkip.go.id/kebijakan/
xviii James W. Castle & Andri Manuwoto, “Indonesia: Political Pulse 2009.”, (Jakarta: Castle Asia, 2010), 344
xix Staf Ahli Pais Bappenas. Status Program/Proyek Dephankam/ABRI yang Memerlukan Tindak Lanjut. Jakarta : Bappenas, 1 Februari 1999. Diakses tanggal 1 Agustus 2019,
https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=3&ved=2ahUKEwj11ueh297lAhWZfSsKHYb oABYQFjACegQIBBAC&url=http%3A%2F%2Fperpustakaan.bappenas.go.id%2Flontar%2Ffile%3Ffile%3Ddigital%2F2 0871-%5B_Konten_%5D-Konten%2520C5342.pdf&usg=AOvVaw3n6yB8GkhhROoX2FzDXz85
xx “Trade Registers.”, SIPRI, Diakses pada 13 Oktober 2019, https://armstrade.sipri.org/armstrade/page/trade_register.php
xxi Sung-Wook Nam et.al. “South Korea’s 70-Year Endeavor for Foreign Policy, National Defense, and Unification”, (Palgrave Macmillan,2019).
xxii Myeong-Chin Cho. “Korea Aircraft industry : Challenges and Opportunities”, (Jerman: BICC, 2003).
xxiii “KF-X Timeline”, Aviationweek, 6 Juni 2014 – 17 Juni 2014. Diakses pada 12 Oktober 2019,
http://web.archive.org/web/20140606034234/http://awin.aviationweek.com/Portals/aweek/media/KFX-Timeline/KFX_RM2.html
xxiv Idi,.
xxv “S. Korea to Kick Off Second Phase of F-X Project in 2021.”, Yonhap, 7 Oktober 2019. Diakses pada 26 Oktober 2019,
commit to user
54 https://en.yna.co.kr/view/AEN20191007009700325
xxvi Flight International, “KFX hits US Tech Buffer.” , Vol. 188. Isu 5509
xxvii “KF-X Fighter : Korea’s Future homegrown jet.”, Defense Industry Daily, Diakses 7 Oktober 2019,
https://www.defenseindustrydaily.com/kf-x-paper-pushing-or-peer-fighter-program-010647/#2008%E2%80%932010
xxviii Anton Aliabbas, “KFX Remains Paper Jet Fighter.”, 9 Juni 2013. Diakses pada 7 Oktober 2019,
https://www.thejakartapost.com/news/2013/06/09/kfx-remains-paper-jet-fighter.html
xxix Jun Jihye, “Dapa to Sign KF-X Contract with KAI KF-X사업기술이전논란속 28일본계약체결…사업본격화.”, 24 Desember 2015. Diakses pada 7 Oktober 2019,
http://www.koreatimes.co.kr/www/news/nation/2015/12/116_193970.html
xxx Kementerian Pertahanan Republik Indonesia. Peraturan Menteri Pertahanan Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2016 Tentang Pelaksanaan Program Pengembangan Pesawat Terbang IF-X. 21 Desember 2016. Diakses pada 7 oktober 2019,
https://www.kemhan.go.id/ppid/wp-content/uploads/sites/2/2017/01/Permenhn-IFX-No.-6-Tahun-2016-Autentikasi2.pdf
xxxi Jon Grevatt, “Indonesia Resumes KFX Payments.”, 14 Januari 2019. Diakses pada 9 Oktober 2019, https://www.janes.com/article/85680/indonesia-resumes-kfx-payments
xxxii “(2nd LD) S. Korea, Indonesia Open Joint Consultations on KF-X Project.”, Yonhap, 8 Februari 2017. Diakses pada
20 Oktober 2019,
https://en.yna.co.kr/view/AEN20170208003252315
xxxiii Kementerian Pertahanan,”Buku Informasi APBN 2019”, Diakses pada 21 Oktober 2019,
https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=&cad=rja&uact=8&ved=2ahUKEwi66oHY-b_rAhWYyjgGHYUGBMkQFjAAegQIAhAB&url=https%3A%2F%2Fwww.kemenkeu.go.id%2Fmedia%2F11213%2Fbuk u-informasi-apbn-2019.pdf&usg=AOvVaw2OzmWpPxcTrAlDjfg2eOeL
commit to user