• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

B. Etos Kerja

Kata etos berasal dari bahasa yunani ethos yaitu karakter, cara hidup, kebiasaan individu, tujuan moral seseorang dan pandangan mereka, yaitu gambaran, cara bertindak maupun gagasan yang paling komprehensif mengenai tatanan. Atau dengan kata lain, etos adalah aspek evaluasi sebagai dasar sikap terhadap diri dan dunia mereka yang direfleksikan dalam kehidupannya (Khasanah, 2011).

Etos adalah pandangan hidup yang menjadi ciri khas dari suatu golongan sosial. Sedangkan etos kerja adalah semangat kerja yang khas dan keyakinan individu atau suatu kelompok (KBBI, 1990:271). Menurut kamus Webster, etos didefinisikan sebagai keyakinan yang berfungsi sebagai panduan tingkah laku bagi seseorang, sekelompok, atau sebuah institusi. Jadi etos kerja dapat diartikan sebagai konsep tentang kerja atau paradigma kerja yang diyakini oleh individu atau sekelompok individu sebagai baik dan benar yang diwujudnyatakan melalui perilaku kerja mereka dengan secara khas (Sinamo, 2003:2).

Tasmara, (2002) mengungkapkan bahwa setiap pegawai seharusnya miliki etos kerja yaitu totalitas kepribadianya dengan mengekspresikan, memandang, meyakini dan memberikan suatu makna, yang dapat menjadi pendorong diri dalam bertindak dan meraih amal yang maksimal sehingga terjalin korelasi yang baik pada dirinya dengan makhluk lain. Etos kerja memiliki korelasi penting dengan:

1. Orientasi ke masa depan, merupakan apa saja yang disiapkan untuk mengubah kondisi sebelumnya menjadi lebih baik lagi.

2. Tetap mengedepankan kedisiplinan agar dalam melakukan pekerjaan tersebut merasa efektiv dan efesien.

3. Tanggung jawab, adalah memciptakan pandangan bahwa profesi yang djalankan merupakan suatu kewajiban yang harus dilakukan dengan tekun dan bersungguh-sungguh.

4. Hemat dan sederhana, ialah hidup dengan tidak boros sehingga apa yang dikorbankan dapat memberikan manfaat kedepannya.

5. Persaingan sehat, ialah sikap pantang menyerah dengan pekerjaan dengan meningkatkan kekreatifan tanpa menjatuhkan orang lain.

Adapun faktor terbentuknya etos kerja sebagai berikut:

1. Agama

Sejak Weber mengeluarkan karya tulis The Protestant Ethic and the Spiritof Capitalism (1958), banyak terdapat studi mengenai etos kerja berbasis agama sudah banyak dilakukan yang secara umum dimana hasil konfirmasinya terdapat hubungan positif antara suatu kepercayaan dan kemajuan ekonomi, kemakmuran, dan modernitas (Sinamo, 2011). Menurut

Rosmiani (1996) Etos kerja berhubungan dengan sikap mental, tekat , disiplin dan semangat kerja. Sikap tersebut terbentuk oleh sistem orientasi nilai-nilai budaya, yang sebagian sumbernya dari agama atau sistem kepercayaan/paham teologi tradisional.

2. Budaya

Kualitas etos kerja dilihat dari orientasi nilai budaya pada masyarakat . Masyarakat yang mempunyai nilai budaya yang baik akan mempunyai etos kerja yang baik pula begitupun sebaliknya, masyarakat yang memiliki nilai budaya yang kebiasaan kurang akan memiliki etos kerja yang rendah, bahkan bisa sama sekali tidak memiliki etos kerja.

3. Sosial politik

Soewarso, dkk, (2009) mengemukakan bahwa tinggi atau rendah etos kerja suatu masyarakat dipengaruhi oleh ada atau tidaknya struktur politik yang mendukung masyarakat untuk bekerja keras agar dapat menikmati hasil kerja keras mereka dengan sepenuh. Etos kerja harusnya bermula dari kesadaran diri terhadap pentingnya arti tanggungjawab pada masa depan bangsa maupun negara.

4. Kondisi lingkungan/geografis

Etos kerja dapat disebabkan oleh faktor kondisi geografis. Adanya dukungan lingkungan alam yang diperoleh manusia dalam melakkan suatu usaha dalam mengelolah untuk mengambil manfaat didalamnya dan bahkan dapat menarik yang lain untuk ikut terlibat didalamnya.

5. Pendidikan

Etos kerja tidak dapat terlepas dari kamampuan sumber daya manusianya. Dengan meningkatkan sumber daya manusia dapat membentuk individu yang memiliki etos kerja keras. Peningkatan kualitas masyarakat dapat terwujud jika terdapat pendidikan yang merata maupun berbobot, dengan disertai meningkatkan dan memperluas pendidikan, keteramplan maupun, sehingga dapat meningkatkan aktifitas dan produktifitas masyarakat pelaku ekonomi.

6. Struktur ekonomi

Menurut Soewarso, Rahardjo, Subagyo, dan Utomo (2009) mengungkapkan ada tidaknya struktur ekonomi dapat mempengaruhi tinggi rendahnya etos kerja masyarakat, dengan memberikan penghargaan kepada anggota masyarakat untuk bekerja keras serta menikmatinya.

7. Motivasi intrinsik individu

Anoraga (2014) mengatakan bahwa seseorang yang memiliki etos kerja tinggi merupakan seseorang yang juga memiliki motivasi tinggi. Etos Kerja adalah sebuah pandangan dan sikap, yang mendasar pada nilai-nilai yang diyakini seseorang. Keyakinan tersebut akan menjadi sebuah motivasi kerja. Maka motivasi dapat mempengaruhi etos kerja seseorang.

Salamun dkk. (2015) mengungkapkan terdapat indikator-indikator yang dapat digunakan untuk mengukur etos kerja seperti: “kerja keras, disiplin, jujur dan tanggung jawab, rajin dan tekun”.

1. Kerja keras

Kerja keras menjadi sifat candu seseorang dalam bekerja untuk mencapai tujuannya. Dengan memanfaatkan waktu secara maksimal terkadang dapat membuat seseorang tidak sadar rintangan apa saja yang dilaluinya.

2. Disiplin

Disiplin merupakan suatu sikap menghormati, menghargai dan taat terhadap peraturan-peraturan yang berlaku baik itu tertulis atau tidak tertulis dan sanggup untuk dijalankan tanpa mengelak sanksi apabila terjadi pelanggaran dalam menjalankan tugas dan wewenang yang diberikan kepadanya.

3. Jujur

Kejujuran merupakan sikap senantiasa seseorang dalam menjalankan pekerjaannya sesuai aturan yang telah ditetapkan.

4. Tanggung jawab

Tanggung jawab merupakan pemahaman yang diberikan kepada seseorang agar orang tersebut merasa pekerjaan yang dikerjakannya adalah sesuatu yang harus dikerjakan dengan tekun dan bersungguh-sungguh.

5. Rajin

Adanya perasaan seorang karyawan untuk menjaga dan terus meningkatkan yang telah dicapainya. Sikap rajin ditempat dapat menunjukkan terjadinya pengembangan yang positif.

6. Tekun

Tekun dapat berarti rajin, teguh hati, ataupun bersungguh-sungguh baik dalam bekerja, belajar, berusaha dan lain-lain. seseorang yang tekun merupakan orang yang bekerja secara teratur, dapat mengendalikan rasa bosannya, dan mau belajar dari kesalahan dirinya maupun orang lain di masa lalu agar tidak terjadi lagi.

Bagi seseorang atau kelompok masyarakat yang memiliki etos kerja yang rendah, ia akan memiliki ciri-ciri yang tidak baik (Kusnan, 2004), sebagai berikut:

1. Merasa terbebani oleh pekerjaannya,

2. Merasa kurang dan bahkan tidak menghargai hasil kerja, 3. Merasa kesenangannya dihambat oleh pekerjaan,

4. Merasa terpaksa dalam melakukan pekerjaan,

5. Merasa pekerjaannya hanya sebagai bentuk rutinitas semata.

Jika dihubungkann dengan kondisi kehidupan seseorang yang sedang “membangun”, maka etos kerja yang tinggi akan dianggap sebagai prasyarat yang penting, yang harus ditanamkan dalam kehidupan. Sebab hal tersebut dapat membuka pandangan dan sikap kepada individu untuk menilai tinggi terhadap kerja keras dan sungguh-sungguh, sehingga dapat mengurangi sikap kerja yang asal-asalan, yang tidak berpacu kepada mutu atau kualitas kerja yang seharusnya (Cohen, 2002).

Menurut Sinamo (2011) ada delapan aspek dalam mengukur etos kerja, yaitu:

1. Kerja adalah rahmat, karena kerja adalah rahmat yang diberikan dari Yang Maha Kuasa maka dari itu manusia harus bekerja dengan ikhlas dan senantiasa bersyukur.

2. Kerja adalah amanah, kerja adalah titipan berharga yang dipercayakan kepada kita sehingga kita dapat bekerja dengan baik dan bertanggung jawab.

3. Kerja adalah panggilan, kerja adalah suatu dharma yang sesuai dengan panggilan hati kita agar kita mampu bekerja keras dengan penuh integritas.

4. Kerja adalah aktualisasi, pekerjaan merupakan sarana bagi kita untuk mendapat hakikat tertinggi agar kita dapat bekerja keras dengan penuh semangat.

5. Kerja adalah ibadah, bekerja adalah wujud bakti dan taat kita kepada Sang Pencipta, sehingga dengan pekerjaan tersebut menjunjung dirinya pada tujuan agung Sang Pencipta dalam mengabdikan diri.

6. Kerja adalah seni, kerja dapat memberikan rasa senang dan gairah kerja kepada seseorang sehingga tercipta daya cipta, kreativitas, dan ide inovatif.

7. Kerja adalah Kehormatan, pekerjaan dapat meningkatkan harga diri seseorang sehingga setiap pekerjaan harus dikerjakan dengan tekun dan penuh keunggulan..

8. Kerja adalah pelayanan, sebagai manusia kita tidak hanya bekerja untuk memenuhi kebutuhan sendiri melainkan juga harus memberikan pelayanan yang baik kepada orang lain dengan sempurna dan rendah hati.

Terdapat enam indikator etos kerja menurut Salamun dkk. (2015), sebagai berikut: 1. Kerja keras 2. Disiplin 3. Jujur 4. Tanggung jawab 5. Rajin 6. Tekun

Dokumen terkait