• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

A. Kajian Pustaka

2. Kerjasama

3. IPA adalalah ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan alam dan berkembang yang dapat tersusun secara baik dan teratur yang berupa kumpulan-kumpulan dari hasil observasi dan percobaan yang langsung.

4. Model pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan salah satu model model dalam pembelajaran kooperatif yang sederhana dan baik untuk guru yang baru mulai menggunakan pendekatan kooperatif dalam kelas.

9 BAB II

LANDASAN TEORI

Bab II ini peneliti akan membahas tentang empat bagian yaitu kajian teori, penelitian yang relevan, kerangka berpikir, dan hipotesisi tindakan.

A. Kajian Pustaka

Pada bagian kajian pustaka akan membahas tentang pengertian hasil belajar kerjasama, Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), materi Sumber Daya Alam, model pembelajaran kooperatif tipe Students Teams Achievement Division (STAD) dan hasil penelitian yang relevan.

1. Hasil Belajar

a. Pengertian Hasil Belajar

Menurut Dimyati dan Mudjiono (2006: 3), hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dilihat dari sisi guru, hasil belajar diakhiri dengan suatu proses evaluasi hasil belajar dalam bentuk soal tes, sedangkan dari sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya pembelajaran dari proses belajar. Hasil belajar menurut Winataputra (2007: 10), merupakan bukti tingkat keberhasilan yang telah dicapai siswa dimana setiap kegiatan belajar dapat menimbulkan suatu perubahan yang khas.

Hasil belajar menurut Purwanto (2011: 46) adalah perubahan perilaku siswa akibat belajar. Perubahan perilaku ini disebabkan karena siswa mencapai penguasaan atas sejumlah materi yang diberikan dalam proses belajar mengajar. Menurut Hamalik (2002: 45) menyatakan bahwa hasil belajar itu dapat dilihat dari

terjadinya perubahan dari presepsi dan perilaku, termasuk juga dalam perbaikan perilaku. Arikunto (2002:117) menjelaskan bahwa hasil belajar merupakan perubahan tingkah laku yang meliputi ranah kognitif, afektif, dan psikomotor.

Berdasarkan pendapat dari beberapa ahli tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah perubahan kemampuan atau keterampilan pada siswa melalui proses belajar mengajar yang bermanfaat dan memperoleh suatu pengetahuan baru. Siswa dapat dikatakan berhasil belajar apabila tercapai tujuan belajar dan memahami materi serta mampu menerapkan apa yang telah dipelajari pada perubahan perilaku dirinya sendiri.

b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Menurut Hoenhi Nasution, dkk dalam Djamarah (2011: 176) ada beberapa faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa pada proses belajar sebagai berikut:

1. Faktor Lingkungan .

Lingkungan merupakan bagian dari kehidupan anak didik. Lingkungan anak didik hidup dan berinteraksi dalam mata rantai kehidupan yang disebut ekosistem.

a. Lingkungan Alami

Lingkungan hidup adalah lingkungan tempat tinggal anak didik, hidup dan berusaha di dalamnya. Pencemaran lingkungan hidup merupakan malapetaka bagi anak didik yang hidup di dalamnya. Lingkungan sekolah yang baik adalah

lingkungan yang di dalamnya dihiasi dengan tanaman/pepohonan yang dipelihara dengan baik.

b. Lingkungan Sosial Budaya

Sebagai anggota masyarakat, anak didik tidak bisa melepaskan diri dari ikatan sosial. Sistem sosial yang terbentuk mengikat perilaku anak didik untuk tunduk pada norma-norma sosial,susila, dan hukum yang berlaku dalam masyarakat.

2. Faktor Instrumen

Setiap sekolah mempunyai tujuan yang akan dicapai. Tujuan tentu saja pada tingkat kelembagaan. Dalam rangka melicinkan ke arah itu diperlukan seperangkat kelengkapan dalam berbagai bentuk dan jenisnya. Semua diberdayagunakan menurut fungsi masing-masing kelengkapan sekolah.

a. Kurikulum

Kurikulum adalah a plan for learning yang merupakan unsur substansial dalam pendidikan. Kurikulum kegiatan belajar mengajar tidak dapat berlangsung, sebab materi apa yang harus guru sampaikan dalam suatu pertemuan kelas, belum guru programkan sebelumnya. Muatan kurikulum akan mempengaruhi intensitas dari frekuansi belajar anak didik.

b. Program

Setiap sekolah mempunyai program pendidikan. Program pendidikan disusun untuk dijalankan demi keajuan pendidikan. Keberhasilan pendidikan di

sekolah tergantung dari baik tidaknya program pendidikan yang dirancang. Program pengajaran yang dibuat tidak hanya berguna bagi guru, tetapi juga bagi anak didik. Bagi guru dapat menyeleksi perbuatan sendiri dan kata-kata atau kalimat yang dapat menunjang tercapainya tujuan belajar. Bagi anak didik dapat memilih dalam pelajaran atau kegiatan yang menunjang ke arah penguasaan materi seefektif dan seefisien mungkin.

c. Sarana dan Fasilitas

Fasilitas mengajar merupakan kelengkapan mengajar guru yang harus dimiliki oleh sekolah. Guru harus memiliki buku pegangan dan buku penunjang agar wawasan guru tidak sempit. Alat peraga yang guru perlukan harus sudah tersedia di sekolah agar guru sewaktu-waktu dapat menggunakannya sesuai dengan metode mengajar yang dipakai dalam penyampaian bahan pelajaran di kelas. Anak didik akan dapat belajar dengan lebih baik dan menyenangkan apabila sekolah dapat memenuhi segala kebutuhan belajar anak didik.

d. Guru

Guru merupakan unsur manusiawi dalam pendidikan. Sebagai tenaga profesional yang sangat menentukkan jatuh bangunnya suatu bangsa dan negara, guru seharusnya menyadari bahwa tugas mereka sangat berat, bukan hanya sekedar menerima gaji setiap bulan atau mengumpulkan kelengkapan administrasi demi memenuhi angka kredit kenaikan pangkat atau golongan dengan mengabaikan tugas utama mengajar.

3. Kondisi Fisiologis

Kondisi fisiologis pada umumnya sangat berpengaruh terhadap kemampuan belajar seseorang. Orang yang ada dalam keadaan segar jasmaninya akan berlainan belajarnya dari orang yang dalam keadaan kelelahan. Anak-anak yang kekurangan gizi ternyata kemampuan belajarnya di bawah anak-anak yang tidak kekurangan gizi; mereka lekas lelah, mudah mengantuk, dan sukar menerima pelajaran (Noehi Nasution, dkk dalam Djamarah, 2011: 189)

4. Kondisi Psikologis

Belajar pada hakikatnya adalah proses psikologis. Oleh karena itu, semua keadaan dan fungsi psikologis tentu saja mempengaruhi belajar seseorang. Itu brarti belajar bukanlah berdiri sendiri, terlepas dari faktor lain seperti faktor dari luar dan faktor dari dalam.

a. Minat

Minat, menurut Slameto dalam Djamarah (2011: 191) adalah suatu rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh.

b. Kecerdasan

Intelgensi diakui ikut menentukkan keberhasilan belajar seseorang. Seseorang yang memiliki intelegensi baik (IQ-nya tinggi) umumnya mudah belajar dan hasilnya cenderung baik. Sebaliknya, orang yang intelegensinya

rendah, cenderung mengalami kesukaran dalam belajar, lambat berpikir, sehingga prestasi belajarnya rendah.

c. Bakat

Di samping intelegensi (kecerdasan), bakat merupakan faktor yang benar pengaruhnya terhadap hasil dan proses belajar seseorang. Hampir tidak ada orang yang membantah, bahwa belajar pada bidang yang sesuai dengan bakat memperbesar kemungkinan berhasilnya usaha itu.

d. Motivasi

Menurut Noehi Nasution dalam Djamarah (2011: 200) motivasi adalah kondisi psikologis yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Kuat lemahnya motivasi belajar seseorang turut mempengaruhi keberhasilan belajar.

e. Kemampuan Kognitif

Ranah kognitif merupakan kemampuan yang selalu dituntut kepada anak didik untuk dikuasai. Karena penguasaan kemampuan pada tingkatan ini menjadi dasar bagi penguasaan ilmu pengetahuan.

Berdasarkan pendapat dari beberapa ahli tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar adalah faktor internal yang meliputi motivasi belajar, kebiasaan belajar, dan psikologis, sedangkan faktor eksternal meliputi guru sebagai pembina, sarana dan prasarana belajar, lingkungan, keluarga dan sekolah.

2. Kerjasama

a. Pengertian Kerjasama

Clistrap dalam Roestiyah (2008: 15) menyatakan bahwa kerjasama adalah suatu kegiatan yang berkelompok untuk menyelesaikan maupun mengerjakan suatu tugas secara bersama-sama, biasanya terjadi interaksi antara anggota kelompok dan mempunyai tujuan yang sama untuk dicapai bersama-sama.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Indonesia (KBBI, 2002) kerjasama diartikan sebagai melakukan (melaksanakan) suatu kegiatan atau usaha (perniagaan) yang ditangani oleh dua orang (pihak) atau lebih untuk mencapai tujuan bersama. Menurut Huda (2011: 24-25) mengemukakan bahwa kerjasama adalah ketika siswa bekerjasama dalam menyelesaikan sebuah tugas kelompok mereka memberi dorongan, anjuran, dan informasi pada teman sekelompoknya yang membutuhkan bantuan. Hal ini siswa akan saling membantu dalam menyelesaikan suatu masalah secara berkelompok.

Berdasarkan pendapat dari beberapa ahli tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa kerjasama adalah sebuah interaksi dalam kelompok dengan cara tertentu yang dilakukan secara bersama-sama demi mencapai tujuan bersama, yang akan saling mempengaruhi prestasi dan perilaku dengan yang lain.

b. Tujuan Kerjasama

Tujuan Kerjasama menurut Cartwright & Zander (dalam Zulkarnain, 2014: 28) adalah segala sesuatu yang akan dicapai oleh kelompok dan harus relevan dengan tujuan anggota serta diketahui oleh semua anggota. Sunarto (dalam

Zulkarnain, 2014: 28) mengemukakan mengenai tujuan kerjasama kelompok antara lain :

1. Mengembangkan kepekaan diri seseorang anggota kelompok terhadap anggota kelompok lain, sehingga dapat menimbulkan rasa saling menghargai pendapat orang lain.

2. Menimbulkan rasa solidaritas anggota sehingga dapat menghormati dan saling menghargai pendapat orang lain.

3. Menciptakan komunikasi yang terbuka terhadap sesama anggota kelompok. 4. Menimbulkan adanya itikad baik di antara sesama anggota kelompok.

Berdasarkan pendapat dari ahli tersebut, kerjasama memiliki tujuan yaitu untuk membangkitkan kepekaan dalam diri seseorang, menimbulkan rasa solidaritas, dan menciptakan hubungan yang baik dengan berkomunikasi. Serta menimbulkan perilaku yang baik antar sesama anggota kelompok.

c. Manfaat Kerjasama

Manfaat yang diperoleh dari kerjasama dalam kelompok yang dikemukakan oleh Mahnaz dan Moallem dalam Utomo (2011:55) diantaranya adalah :

a. Menumbuhkan tanggungjawab individu, karena diantara individu menyadari akan adanya tugas-tugas bersama dalam kelompok.

b. Meningkatkan komitmen pada anggota kelompok untuk saling membantu, saling membutuhkan, memberikan umpan balik yang tepat, dan memberi dorongan untuk pencapaian tujuan-tujuan bersama.

c. Memperlancar interaksi antar individu dan antar anggota kelompok, yang memungkinkan tiap anggota menampilkan keterampilan sosial dan kompetisi dalam berkomunikasi.

d. Memberikan stabilitas pada kelompok sehingga anggota kelompok dapat bekerjasama dengan anggota lain dalam waktu yang cukup lama tapi tidak melelahkan dan dapat membangun norma kelompok, penampilan tugas bersama, dan pola-pola interaksi.

Berdasarkan pendapat dari ahli tersebut, manfaat kerjasama dapat berguna dalam pengembangan kepribadian siswa yang lebih baik, siswa juga dapat terbantu dalam proses kegiatan pembelajaran selanjutnya

3. IPA

a. Pengertian IPA

Menurut Sumanto dkk. (2007), sains merupakan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis untuk menguasai pengetahuan, fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip, proses penemuan, dan memiliki sikap ilmiah. Pendidikan sains di sekolah dasar bermanfaat bagi siswa untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar. Pendidikan sains menekankan bahwa pada pemberian pengalaman secara langsung tentu dapat mengembangkan dalam bidang kompetensi agar siswa mampu menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah.

Selain itu, Nash 1993 (dalam Hendro Darmojo, 1992: 3) dalam bukunya The Nature of Science, menyatakan bahwa IPA itu adalah suatu cara atau metode untuk mengamati alam. Nash juga menjelaskan bahwa cara IPA mengamati dunia IPA membahas tentang gejala-gejala alam yang disusun secara sistematis yang

didasarkan pada hasil percobaan dan pengamatan yang dilakukan oleh manusia. Hal ini sebagaimana yang dikemukakan oleh Powler (dalam Winataputra ,1992: 122) bahwa IPA merupakan ilmu yang berhubungan dengan gejala alamdan kebendaan yang sistematis yang tersusun secara teratur.

Berdasarkan penjabaran dari beberapa ahli di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa IPA adalah ilmu pengetahuan yang membahas mengenai gejala-gejala di alam sebagai objeknya dan menggunakan metode ilmiah berupa percobaan dan pengamatan yang dilakukan oleh manusia untuk memperoleh pemecahan masalah. b. Tujuan Pembelajaran IPA

Tujuan Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (2006:13) agar siswa memiliki kemampuan sebagai berikut: a. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan

keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya.

b. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

c. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif, dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat.

d. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, membuat keputusan dan memecahkan masalah.

e. Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga, dan melestarikan lingkungan alam.

Berdasarkan dari kajian di atas terhadap tujuan pembelajaran IPA dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam konsep pengembangan IPA ditanamkan secara awal mengenai konsep dasar IPA yang akan dikembangkan dan dikaji melalui proses penelitian dan pola berpikir ilmiah, sehingga akan berdampak positif kepada perilaku memelihara alam dan menjaga kelestarian lingkungan sebagai suatu ciptaan Tuhan.

c. Fungsi Pembelajaran IPA

Ilmu pengetahuan alam mempunyai suatu fungsi yang berkaitan dengan pola pikir secara ilmiah, adapun fungsi IPA menurut kajian dari Depdiknas (2006:2) adalah sebagai berikut :

a. Menguasai konsep IPA dan pemanfaatnya dalam kehidupan sehari-hari b. Mengembangkan keterampilan proses

c. Mengembangkan sikap ingin tahu

d. Mengembangkan kesadaran tentang adanya hubungan keterkaitan yang saling mempengaruhi antara sains, teknologi dan masyarakat.

e. Mengembangkan kesadaran adanya keteraturan alam

Berdasarkan kajian mengenai fungsi IPA tersebut, dapat diambil suatu fungsi yang merupakan ciri khas dari IPA adalah mengembangkan sikap ilmiah, proses pengembangan ini dilakukan dengan cara menanamkan konsep pembelajaran inkuiri atau penemuan dalam setiap konsep pembelajaran IPA pada tingkat sekolah dasar agar pola berpikir siswa terbimbing untuk lebih berpikir ilmiah.

Dokumen terkait