• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN PUSTAKA

1.3 Kerjasama Perpustakaan

Menurut Iskandar (2011:48), Pada hakikatnya pengembangan yaitu: Upaya pendidikan baik formal maupun non formal yang dilaksanakan secara sadar, berencana, terarah, teratur dan bertanggung jawab dalam rangka memperkenalkan, menumbuhkan, membimbing, mengembangkan suatu dasar kepribadian yang seimbang, utuh, selaras, pengetahuan, keterampilan sesuai dengan bakat, keinginan serta kemampuan-kemampuan, sebagai bekal atas prakarsa sendiri untuk menambah, meningkatkan, mengembangkan diri ke arah tercapainya martabat, mutu dan kemampuan manusiawi yang optimal serta pribadi mandiri.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa pengembangan adalah suatu usaha yang dilakukan secara sadar, terencana, terarah yang bertujuan untuk membuat atau memperbaiki dan dapat menghasilkan teknologi baru, sehingga menjadi produk yang semakin bermanfaat untuk meningkatkan kualitas sebagai upaya untuk menciptakan mutu yang lebih baik.

1.3 Kerjasama Perpustakaan

Tidak semua perpustakaan mampu menyediakan informasi, fasilitas yang memadai serta dana yang mencukupi, sehingga melakukan kerjsama merupakan hal yang sangat membantu di dalam perpustakaan.

Menurut Sulistyo (1996:1-5)“menyatakan bahwa ada istilah yang erat kaitannya dengan istilah kerjasama perpustakaan (Library Cooperation atau Library Network), dan jaringan informasi (information Network).Keduanya memilki segi sejarah yang berbeda. Kerjasama perpustakaan melibatkan kerjasama antara 2 perpustakaan atau

13 lebih tanpa melihat apakah kerjasama tersebut menggunakan bantuan komputer atau fasilitas telekomunikasi atau tidak, sedangkan jaringan informasi selain pelaksanaan kerjasamanya menggunakan perangkat teknologi informasi, juga para anggotanya tidak hanya terbatas pada perpustakaan saja melainkan juga unit informasi lainnya, seperti Pusat Dokumentasi, Pusat Informasi, Pusat Analisa Informasi, serta Pusat Rujukan”.

Menurut Siregar (2005:13),“suatu kerjasama dan sistem jaringan dapat didefinisikan sebagai sejumlah organisasi yang secara formal saling terhubung atau berpartisipasi satu sama lain untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dan memiliki suatu struktur organisasi”.

Lain halnya Pengertian kerjasama perpustakaan menurut Miller (1973), adalah “kerjasama yang dilakukan oleh unit unit perpustakaan atau unit yang menangani informasi yang bergabung bersama karena masing-masing memiliki sumberdaya informasi yang sama atau berada pada wilayah yang sama atau didasarkan pada kesamaan lain”.

Berdasarkan uraian beberapa ahli diatas dapat disimpulkan bahwa kerjasama perpustakaan adalahkerjasama yang melibatkan antara 2 perpustakaan dan unit informasi lainya yang memiliki sumber informasi yang sama, tidak hanya terbatas pada perpustakaan melainkan dapat dilakukan dengan unit infornasi maupun organisasi lainnya untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

14 1.4 Bentuk Kerjasama Perpustakaan

Dalam dunia perpustakaan dikenal berbagai jenis bentuk kerjasama yang masing-masing dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan dari pihak-pihak yang berkerja sama. Adapun bentuk kerjasama sebagai berikut:

1. Kerjasama Pengadaan

Dalam bentuk ini, berbagai perpustakaan bekerja sama dalam pengadaan buku. Ini merupakan awal bentuk kerjasama.Dalam bentuk ini masing – masing perpustakaan bertanggung jawab atas kebutuhan informasi pemakainya. Maka perpustakaan akan memilih buku berdasarkan dugaan pengetahuan pustakawan atas keperluan bacaan anggotanya. Dorongan kerjasama ini berasal dari bertambah banyaknya buku yang diterbitkan dalam berbagai lapangan ilmu pengetahuan, perluasan jenis terbitan mulai dari buku dan majalah hingga ke laporan tak diterbitkan yang semuanya ini berfungsi sebagai sumber informasi. Sulistyo Basuki (1991:55)

2. Pemusatan Pengadaan dan Penyimpanan

Pada pendekatan ini, sebuah perpustakaan ditunjuk untuk menyimpan buku yang kurang digunakan milik perpustakaan lain. Biasanya bentuk kerjasama ini diikuti dengan pengadaan bersama. Sulistyo Basuki (1991:56).

3. Kerjasama Pertukaran dan Redistribusi

Tujuan kerjasama ini adalah meningkatkan dan memperluas sumber koleksi yang telah ada dengan biaya sekecil mungkin. Dalam hal spesialisasi subjek, alasan penyimpanan koleksi untuk membentuk koleksi yang komprehensif serta

15 sekaligus menghindari penyiangan salinan (copy) terakhir yang membutuhkan integrasi dengan cara pertukaran bahan pustaka. Sulistyo Basuki (1991:56-57). 4. Kerjasama Pengolahan

Dalam bentuk kerjasama ini, perpustakaan bekerjasama untuk mengolah bahan pustaka. Biasanya pada perpustakaan universitas dengan berbagai cabang atau perpustakaan umum dengan cabang – cabangnya, pengolahan bahan pustaka (pengkatalogan, pengklasifikasian, pemberian label buku, kartu buku, katalog buku, kantong buku, dan penyampulan buku dengan lapis plastik) dikerjakan oleh perpustakaan pusat, perpustakaan cabang menerima buku dalam keadaan siap digunakan. Sulistyo Basuki (1991:57).

5. Kerjasama Penyedian Fasilitas

Dalam bentuk ini, perpustakaan bersepakat bahwa koleksi mereka terbuka bagi anggota perpustakaan lain. Dalam ketentuannya, perpustakaan universitas A menyatakan bahwa anggota perpustakaan universitas lain (katakanlah universitas B dan C) boleh menggunakan fasilitas perpustakaan universitas A dalam batas ketentuan yang berlaku. Biasanya penyediaan fasilitas berupa kesempatan menggunakan koleksi, menggunakan jasa lain seperti penelusuran, informasi kilat, penggunan mesin fotocopy namun tidak terbuka kesempatan untuk meminjam. Sulistyo Basuki ( 1991:58).

6. Kerjasama Peminjaman Antar Perpustakaan

Pada bentuk ini, perpustakaan boleh meminjam dan meminjamkan koleksinya ke perpustakaan lain. Bentuk ini merupakan bentuk kerjasama yang paling dikenal

16 masyarakat. Dalam hal ini, peminjaman dilakukan oleh perpustakaan serta atas nama perpustakaan. Anggota perpustakaan A bila ingin meminjam buku dari perpustakaan B maka anggota tersebut harus melakukannya melalui perpustakaan A. Jadi, anggota tidak boleh berhubungan langsung dengan perpustakaan lain. Sulistyo Basuki (1991:58).

7. Kerjasama Antar Pustakawan

Bentuk kerjasama ini dapat berupa penerbitan buku panduan untuk pustakawan, pertemuan antar pustakawan, atau kursus penyegaran untuk pustakawan.Pendeknya bentuk kerjasama ini lebih mengarah ke bentuk kerjasama profesi. Sulistyo Basuki (1991:58).

8. Kerjasama Penyusunan Katalog Induk

Katalog induk merupakan katalog dari dua perpustakaan atau lebih karena melibatkan paling sedikit dua perpustakaan maka dua atau lebih perpustakaan tersebut harus bersama sama menyusun katalog induk. katalog induk ini berisi keterangan tentang buku yang dimiliki perpustakaan peserta disertai keterangan lokasi buku. Sulistyo Basuki (1991:57-58).

9. Kerjasama Pemberian Jasa Informasi

Silang layanan merupakan kerjasama antar dua perpustakaan atau lebih dalam pemberian jasa informasi. Salah satu hasil jasa informasi ini akan muncul dalam peminjaman antar perpustakaan, pemberian jasa informasi, dapat berupa jasa penelusuran, jasa referal, maupun jasa referensi. Kerjasama ini melibatkan semua sumber daya yang ada diperpustakaan. Sulistyo Basuki (1991:59).

17 10.Kerjasama ISSN

ISSN singkatan dari International Standart Serial Number atau standar internasional terbitan berseri.ISSN dikembangkan oleh International Serial Data System yang berada di Paris diresmikan pada tahun 1972.ISSN merupakan nomor unik bagi terbitan berseri terdiri atas 9 bilangan dengan tanda pemisahan berupa tanda -. ISDN yang berpusat di Paris sudah tentu tidak akan mampu memberikan ISSN pada majalah yang ada di dunia. ISDN membentuk International Serial Data System yang kemudian membentuk pusat nasional atau pusat regional diberbagai kawasan. Sulistyo Basuki (2009:2.30).

11.Kerjasama Pendidikan dan Pelatihan

Perpustakaan perlu bekerjasama dalam bidang pendidikan dan pelatihan karena perpustakaan dapat bekerja lebih efisien dan efektif dengan cara memaksimumkan sumber daya yang ada saling tukar menukar informasi, keahlian, dan pengalaman. Sulistyo Basuki (2009:2.31).

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa bentuk kerjasama dapat dibedakan menjadi: kerjasama pengadaan, pemusatan pengadaan dan penyimpanan, kerjasama pertukaran dan redistribusi, kerjasama pengolahan, kerjasama penyedian fasilitas, kerjasama pinjam antar perpustakaan, kerjasama penyusunan katalog induk, kerjasama pemberian jasa informasi, kerjasama ISSN dan kerjasama pendidikan dan pelatihan.

18 2.5 Syarat Kerjasama

Dalam mengadakan kerjasama, menurut Arlinah (2002), ada beberapa syarat yang perlu diperhatikan oleh masing-masing anggota kerjasama agar kerjasama dapat berjalan dengan langgeng dan membawa manfaat yang maksimal bagi semua pihak yang terlibat, yaitu antara lain:

1. Adanya kesepakatan yang dilandasi kesadaran, kesediaan, dan tanggungjawab untuk memberi maupun menerima permintaan serta mentaati setiap peraturan, mekanisme maupun harga yang dibuat bersama, yang dituangkan baik dalam bentuk perjanjian tertulis maupun lisan.

2. Memiliki koleksi pustaka yang terorganisir sesuai dengan standarisasi yang disepakati dan siap pakai.

3. Memiliki katalog perpustakaan.

4. Memiliki penanggung jawab dan tenaga yang dapat membimbing pengguna dalam mendayagunakan pustaka secara bersama.

5. Memiliki peraturan/tata tertib perpustakaan.

6. Memiliki sarana atau peralatan yang dibutuhkan sebagai sarana dalam reproduksi dan telekomunikasi.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan syarat terciptanya kerjasama meliputi adanya kesepakatan, memiliki koleksi pustaka, memiliki katalog perpustakaan, adanya orang yang bertanggung jawab mendayagunakan pustaka, adanya tata tertib dan memiliki sarana dan prasarana.

19 2.6 Hambatan Kerjasama

Melihat keadaan dan jenis perpustakaan, maka ada beberapa hambatan yang mungkin akan dihadapi dalam usaha mengadakan kerjasama, sebagaimana yang dikemukakan oleh Arlinah (2002) dan Sulistyo-Basuki (1992) sebagai suatu masalah yang dapat menghambat pelaksanaan program kerjasama tersebut, yang dikatakan juga sebagai kelemahan. Beberapa kelemahan tersebut antara lain adalah sebagai berikut:

1. Sarana dan Prasarana

Salah satu kelemahan dalam perpustakaan adalah kurang tersedianya sarana dan prasarana yang baik yang dapat menunjang kelancaran komunikasi di antara anggota peserta kerjasama.Dianjurkan bagi tiap perpustakaan anggota kerjasama dapat meyakinkan pimpinan lembaga induk masing-masing untuk secara bertahap melengkapi perpustakaan dengan sarana komunikasi seperti telepon, komputer, facsimile, mesin fotocopy, koneksi ke internet dsb. Bila belum ada, untuk sementara waktu, perpustakaan dapat mencari jalan untuk ikut menggunakan fasilitas dari unit lain yang memiliki.

2. Koleksi

Dana yang terbatas dari perpustakaan, membuat perpustakaan tak dapat membangun koleksi yang memadai.Beberapa usaha yang dapat dilakukan dalam mengatasi masalah ini adalah dengan jalan menggalakkan sumbangan alumni, atau mendesak pimpinan lembaga induk untuk mengeluarkan peraturan wajib simpan karya cetak di lingkungan sendiri.Lalu secara bertahap, perpustakaan dapat

20 meyakinkan pimpinan untuk, paling tidak menyediakan anggaran untuk dapat memenuhi kebutuhan koleksi pustaka inti dari lembaga yang bersangkutan.

3. Tenaga

Kurangnya tenaga profesional baik dalam keahlian maupun sikap mental, dapat menghambat lancarnya kerjasama.Untuk mengatasi hal ini, perlu adanya program-program pembinaan kualitas tenaga perpustakaan melalui pengiriman tenaga untuk mengikuti pendidikan formal, magang, studi banding, pertemuan-pertemuan ilmiah dan sebagainya.

4. Kurang dipahaminya manfaat kerjasama

Banyak perpustakaan maupun pimpinan lembaga induk yang kurang menyadari manfaat kerjasama sehingga kurang memberi dukungan dalam pelaksanaan kerjasama.Menjadi kewajiban pustakawan untuk dapat memberikan informasi dan menunjukkan keuntungan dari kerjasama, sehingga dapat memperoleh dukungan dari pimpinan.

5. Dana

Dana yang terbatas dan tidak menentu menjadi suatu masalah yang umum di antara banyak perpustakaan, terutama di Indonesia, sehingga perpustakaan tak dapat mengembangkan perpustakaan, termasuk pelayanan dan koleksi pustaka yang dapat menunjang program lembaga induknya. Dengan meyakinkan pimpinan lembaga induk untuk dapat diikutsertakan dalam penyusunan anggaran, diharapkan perpustakaan dapat memperoleh jaminan adanya dana yang cukup untuk pengembangan perpustakaannya.

Dokumen terkait