Fungsi dari kernel storage adalah untuk menyimpan inti produksi sebelum dikirim keluar untuk dijual. Kernel storage pada umumnya berupa bulk silo yang seharusnya dilengkapi dengan fan agar uap air yang masih terkandung didalam inti dapat keluar dan tidak menyebabkan kondisi didalam storage lembab. Kernel storage yang ada di PKS Rambutan ada 1 unit.
(www.scribd.com ›
2.8 Inti Sawit
Inti sawit merupakan buah tanaman kelapa sawit yang telah dipisahkan dari daging buah dan tempurungnya dan selanjutnya dikeringkan. Kandungan minyak yang terkandung di dalam inti sekitar 50%. Bentuk inti sawit bulat padat atau agak gepeng berwarna coklat hitam. Inti sawit mengandung lemak, protein, serat, dan air. Pada pemakaiannya lemak yang terkandung di dalamnya (disebut minyak inti) diekstraksi dan sisanya atau bangkilnya yang kaya protein dipakai sebagai bahan makanan ternak.
Pada suhu tinggi inti sawit dapat mengalami perubahan warna. Minyaknya akan berwarna lebih gelap dan lebih sulit dipucatkan. Suhu tertinggi pada pengolahan minyak sawit adalah pada waktu perebusan yaitu sekitar 130oC. Suhu kerja maksimum dibatasi setinggi itu untuk menghindarkan terlalu banyak inti yang berubah warna. Brondolan buah yang lebih tipis daging buahnya atau lebih tipis cangkangnya adalah lebih peka terhadap suhu tinggi tersebut.
Tabel 2.2 Sifat Fisik Minyak Inti Sawit
Sifat fisik Range
Berat Jenis pada 99/15,5oC 0,860 – 0,873 Indeks refraksi pada 40oC 1,449 – 1,452
Bilangan Iodium 14 – 22 Bilangan Penyabunan 245 – 255 Zat tak tersabunkan % Tak lebih 0,8
Titik lebur, oC 24o – 26o Titik padat, oC 20o – 26o
Pada umunya jika tandan dibiarkan 45 – 60 menit saja pada tekanan uap jenuh 2,5 kg/cm2 dalam rebusan, hanya sedikit inti sawit yang mengalami perubahan warna, minyaknya akan berwarna kuning muda. Dalam hal warnanya cokelat tua atau lebih gelap minyaknya akan sukar atau tidak dapat dipucatkan. Demikian juga minyak dari inti sawit yang berasal dari inti yang kurang kering atau dari inti yang disimpan basah. (Mangoensoekarjo,2003)
2.8.1 Komposisi Biji Inti Sawit
Terdapat variasi komposisi inti sawit dalam hal padatan non minyak dan non protein. Bagian yang disebut protein yang tak dapat diekstrak yang mengandung sejumlah sukrosa, gula pereduksi dan pati, tapi dalam beberapa contoh tidak mengandung pati. Komposisi rata-rata inti sawit dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 2.3 Komposisi Biji Inti Sawit
Komponen Jumlah (%)
Minyak 47 – 52
Air 6 – 8
Protein 7,5 – 9,0
Nitrogen yang tak dapat diekstrak 23 – 24
Selulosa 5
Abu 2
(Ketaren,1986)
2.9 Minyak Inti Sawit
Minyak kelapa sawit dapat dihasilkan dari inti sawit yang dinamakan minyak inti sawit (Palm Kernel Oil) dan sebagai hasil sampingannya adalah bungkil inti kelapa sawit ( Palm Kernel Meal atau Pellet). Bangkil inti kelapa sawit adalah inti kelapa sawit yang telah mengalami proses ekstraksi dan pengeringan, sedangkan pellet adalah bubuk yang telah dicetak kecil-kecil yang berbentuk bulat panjang dengan diameter kurang lebih 8 mm. (Ketaren,1986)
Minyak inti sawit atau Palm Kernel Oil ( PKO) adalah berupa minyak putih kekuning-kuningan yang diperoleh dari proses ekstraksi inti buah tanaman kelapa sawit. Kandungan asam lemak sekitar 5%. Minyak inti sawit yang baik berkadar asam
lemak bebas yang rendah dan berwarna kuning terang serta mudah dipucatkan. Bangkil inti sawit yang diinginkan berwarna relatif terang dan nilai gizi tidak berubah.
2.10 Asam Lemak
Asam lemak merupakan suatu asam karbosilat yang diperoleh dari hidrolisis suatu lemak atau minyak, umunya mempunyai rantai hidrokarbon panjang dan tidak bercabang. Asam lemak yang paling tersebar merata dalam alam, yaitu asam oleat, mengandung satu ikatan rangkap. Asam-asam lemak dengan lebih dari satu ikatan rangkap adalah tidak lazim, terutama dalam minyak nabati, minyak-minyak ini disebut poliunsaturat. (Fessenden,1986)
Karena berguna dalam mengenal ciri-cirinya, asam lemak dibedakan menjadi asam lemak jenuh dan asam lemak tak jenuh. Asam lemak jenuh hanya memiliki ikatan tunggal di antara atom-atom karbon penyusunnya, misalnya: asam kaprilat, asam kaproat, asam laurat, asam miristat, asam palmitat dan asam stearat. Sementara asam lemak tak jenuh memiliki paling sedikit satu ikatan ganda di antara atom-atom karbon penyusunnya, misalnya asam oleat, asam linoleat dan asam linolenat. Asam lemak jenuh bersifat lebih stabil (tidak mudah bereaksi) daripada asam lemak tak je
2.10.1 komposisi Asam Lemak Minyak Inti Sawit
Kelapa sawit mengandung kurang lebih 80 persen daging buah/sabut (perikarp) dan 20 persen buah yang dilapisi kulit yang tipis, kadar minyak dalam daging buah/sabut sekitar 34-40 persen. Minyak kelapa sawit adalah lemak semi padat yang mempunyai komposisi yang tetap.
Table 2.4 Komposisi Asam Lemak Minyak Sawit dan Minyak Inti Sawit. Asam Lemak Minyak Kelapa Sawit (%) Minyak Inti Sawit (%) Asam kaprilat Asam kaproat Asam laurat Asam miristat Asam palmitat Asam stearat Asam oleat Asam linoleat - - - 1,1 – 2,5 40 – 46 3,6 – 4,7 39 – 45 7 – 11 3 – 4 3 – 7 46 – 52 14 – 17 6,5 – 9 1 – 2,5 13 – 19 0,5 – 2
Kandungan karoten dapat mencapai 1000 ppm atau lebih, tetapi dalam minyak dari jenis tenera kurang lebih 500 – 700 ppm, kandungan tekoferol bervariasi dan dipengaruhi oleh penanganan selama produksi (Ketaren, 1986).
2.11. Asam Lemak Bebas (ALB)
Asam lemak bebas adalah asam yang dibebaskan pada hidrolisis lemak. Asam lemak bebas dalam konsentrasi tinggi dalam minyak sawit sangat merugikan. Tingginya asam lemak bebas ini mengakibatkan rendemen minyak turun, untuk itulah perlu dilakukan usaha pencegahan terbentuknya asam lemak bebas dalam minyak sawit.
Kenaikan kasar ALB ditentukan mulai dari saat tandan dipanen sampai tandan diolah dipabrik. Kenaikan ALB ini disebabkan adanya reaksi hidrolisa pada minyak. Hasil reaksi hidrolisa minyak sawit adalah gliserol dan ALB. Reaksi ini akan dipercepat dengan adanya faktor-faktor panas, air, keasaman dan katalis. Semakin
lama reaksi ini berlangsung, maka semakin banyak kadar ALB yang terbentuk (Tim Penulis, 1997). O O CH2 – O – C – R CH2 – OH2 R – C – OH O O CH – O – C – R CH – OH + R – C – OH O O CH2 – O – C – R CH2 – OH R – C – OH
Minyak Sawit Gliserol ALB
Gambar 2.5 Reaksi glikolisis trigliserida
Minyak inti sawit juga dapat mengalami hidrolisis. Hal ini lebih mudah terjadi pada inti pecah dan inti berjamur. Faktor yang menentukan pada peningkatan kadar ALB minyak inti sawit adalah kadar asam permulaan, proses pengeringan yang tidak baik, kadar air akhir dalam inti sawit kering, dan kadar inti pecah. Inti sawit yang basah akan menjadi tempat biakan mikroorganisme (jamur). Prosesnya adalah sama seperti pada minyak sawit.
Dalam keadaan normal kadar ALB permulaan minyak inti sawit tidak lebih dari 0,5%, sedangkan pada akhir pengolahannya tidak lebih dari 1%. Dengan demikian kenaikan kadar ALB selama dan akibat pengolahannya hanya 0,5%. Jadi pembentukan ALB lebih banyak trjadi pada penimbunan, yaitu jika tempat penimbunannya lembab nisbi udara sekitar. (Mangoensoekarjo,2003)
Panas, Air Keasaman,enzim
2.12 Kadar Air
Kadar air adalah bahan yang menguap yang terdapat dalam minyak sawit pada pemanasan 105oC. Kadar air inti sawit adalah 7%, jika inti sawit dikeringkan sampai kadar air yang lebih rendah, selama ditimbun inti sawit akan menyerap air sampai mencapai 7% tersebut. Sebaliknya jika kadar air lebih tinggi, udara sekitarnya pada penimbunan akan menjadi lembab, mikroba lipolitik (jamur) akan berkembang biak dengan cepat. Untuk mencegah ini, inti sawit disemprot dengan uap (sterilisasi) sebelum pengeringan dalam silo inti. (Mangoensoekarjo,2003)
Kadar air permukaan inti hasil pemisahan basah dapat diatasi dengan melewatkan inti pada ayakan getar sehingga air cepat kering dan ada baiknya jika dibantu dengan pemberian uap panas. (Naibaho,1998)
BAB 3