PENGARUH LAMA WAKTU PENYIMPANAN INTI SAWIT ( PKO ) TERHADAP KADAR AIR DAN KADAR ASAM LEMAK BEBAS
( ALB )
KARYA ILMIAH
ADI SYAPUTRA DACHI 082401013
PROGRAM STUDI D3 KIMIA ANALIS
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PENGARUH LAMA WAKTU PENYIMPANAN INTI SAWIT ( PKO ) TERHADAP KADAR AIR DAN KADAR ASAM LEMAK BEBAS
( ALB )
KARYA ILMIAH
Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar Ahli Madya
ADI SYAPUTRA DACHI 082401013
PROGRAM STUDI D3 KIMIA ANALIS
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PERSETUJUAN
Judul : PENGARUH WAKTU LAMA PENYIMPANAN
INTI SAWIT TERHADAP KADAR AIR DAN ASAM LEMAK BEBAS ( ALB )
Kategori : KARYA ILMIAH
Nama : ADI SYAPUTRA DACHI
Nomor Induk Mahasiswa : 082401013
Program Studi : DIPLOMA ( D3 ) KIMIA ANALIS
Departemen : KIMIA
Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
ALAM (FMIPA) UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Disetujui di Medan, Juni 2011
Diketahui,
Program Studi D3 Kimia Analis Pembimbing, FMIPA USU
Ketua,
Dra. Emma Zaidar, M.Si Prof.Dr.Zul Alfian, M.Sc NIP. 195512181987012001 NIP.195504051983031002
Departemen Kimia FMIPA USU
Ketua,
PERNYATAAN
PENGARUH WAKTU LAMA PENYIMPANAN INTI SAWIT TERHADAP KADAR AIR DAN ASAM LEMAK BEBAS ( ALB )
KARYA ILMIAH
Saya mengakui bahwa karya ilmiah ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.
Medan, Juni 2011
PENGHARGAAN
ﺑﺴﻢﷲﺍﻟﺭﺤﻤﻦﺍﻟﺮﺤﯿﻢ
Segala puji dan syukur Penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT, yang tiada hentinya memberikan nikmat amal, insan dan ihsan, serta semangat dan kekuatan sehingga Penulis dapat menyelesaikan penyusunan Karya Ilmiah ini dengan sebaik-baiknya
Adapun tujuan dari penulisan Karya Ilmiah ini adalah merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan Program D3 Kimia Analis pada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara.
Pada saat masa penyusunan Karya Ilmiah ini, Penulis telah banyak memperoleh bantuan dan bimbingan. Untuk itu Penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Teristimewa kepada Ayahanda A. K. Dachi dan Ibunda M. Hasibuan yang selama ini telah memberikan doa serta dukungan kepada Penulis baik moril maupun materil mulai dari awal perkuliahan sampai dengan selesainya penyusunan Karya Ilmiah ini.
2. Seluruh keluarga besar Penulis yang telah memberikan motivasi dan semangat kepada Penulis sehingga dapat menyelesaikan Karya Ilmiah ini. 3. Bapak Dr. Sutarman, M.Sc selaku Dekan FMIPA USU.
4. Ibu Dr. Rumondang Bulan, MS selaku Ketua Departemen Kimia FMIPA USU.
5. Ibu Dra. Emma Zaidar, M.Si selaku Ketua Program Studi D3 Kimia FMIPA USU.
6. Bapak Prof. Dr. Zul Alfian, M.Sc selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan motivasi kepada Penulis sehingga dapat menyelesaikan Karya Ilmiah ini dengan sebaik-baiknya.
7. Seluruh Staff Pengajar di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam khususnya Jurusan Kimia.
8. Buat Darajatin S. Sebayang yang sering membantu, mendukung penulis, terima kasih banyak yah.
9. Buat teman-teman D3 Kimia Analis Suhenri, Rio, Zaki, Nisa, Rika, Roni dan semua yang gak bisa disebutin satu persatu, penulis ucapkan terima kasih.
Akhir kata Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan Karya Ilmiah ini. Semoga penulisan Karya Ilmiah ini dapat berguna bagi Pembaca dan Penulis pada khususnya.
Medan, Juni 2011
ABSTRAK
LONG TIME EFFECT ON THE LEVEL OF STORAGE PALM CORE WATER AND FREE FATTY ACID (FFA)
ABSTRACT
DAFTAR ISI
Halaman
PERSETUJUAN ii
PERNYATAAN iii
PENGHARGAAN iv
ABSTRAK v
ABSTRACT vi
DAFTAR ISI vii
DAFTAR TABEL viii
DAFTAR GAMBAR ix
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Perumusan Masalah 2
1.3 Batasan Masalah 2
1.4 Tujuan 3
1.5 Manfaat 3
1.6 Lokasi Penelitian 3
1.7 Metodologi Penelitian 3
1.7.1 Metode Penelitian Kepustakaan 3
1.7.2 Metode Pengumpulan Data 4
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sejarah Kelapa Sawit 5
2.2 Varietas Kelapa Sawit 6
2.2.1 Berdasarkan Tebal Tipisnya Tempurung 6
2.2.2 Berdasarkan Warna Kulit Buah 7
2.3 Buah Kelapa Sawit 7
2.4 Manfaat Kelapa Sawit dan Produknya 8
2.5 Panen 9
2.5.1 Fraksi Tandan Buah Segar ( TBS ) 9
2.6 Pengolahan Kelapa Sawit 10
2.6.1 Tempat Pemungutan Hasil ( TPH ) 10
2.6.2 Jembatan Timbang 11
2.6.3 Loading Ramp 11
2.6.4 Stasiun Rebusan ( Sterilizer ) 12 2.6.5 Stasiun Pemipilan ( Stripper ) 13 2.6.6 Stasiun Pencacahan ( Digester ) 13 2.6.7 Stasiun Pengempaan ( Presser ) 13
2.6.8 Pemurnian ( Clarifier ) 14
2.7 Pengolahan Inti Sawit 15
2.8 Inti Sawit 28
2.8.1 Komposisi Biji Inti Sawit 22
2.10 Asam Lemak 23 2.10.1 Komposisi Asam Lemak Minyak Inti Sawit 23
2.11 Asam Lemak Bebas 24
2.12 Kadar Air 26
BAB 3 BAHAN DAN METODE
3.1 Alat-alat 27
3.2 Bahan-bahan 28
3.3 Prosedur Percobaan 28
3.3.1 Penentuan Kadar Air 28
3.3.3 Penyediaan Sampel 28
3.4.4 Penentuan Kadar Asam Lemak Bebas 29 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Data 31
4.2 Perhitungan 34
5.3 Pembahasan 35
BAB 5 Kesimpulan dan Saran
5.1 Kesimpulan 36
5.2 Saran 36
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Tingkatan Fraksi Tandan Buah Segar 10
Tabel 2.2 Sifat Fisik Minyak Inti Sawit 21
Tabel 2.3 Komposisi Biji Inti Sawit 22
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Lori 11
Gambar 2.2 Rebusan ( Sterilizer ) 12
Gambar 2.3 Screw Press 14
ABSTRAK
LONG TIME EFFECT ON THE LEVEL OF STORAGE PALM CORE WATER AND FREE FATTY ACID (FFA)
ABSTRACT
BAB I PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Kelapa sawit (Elaeis) adalah tumbuhan industri penting penghasil minyak masak,
minyak industri, maupun bahan bakar keuntungan besar sehingga banyak hutan dan perkebunan lama dikonversi menjadi
perkebunan kelapa sawit. Indonesia adalah penghasil minyak kelapa sawit kedua dunia setelah
Hasil utama perkebunan kelapa sawit adalah buah kelapa sawit. Selanjutnya
buah kelapa sawit diproses ( ekstraksi ) di pabrik penggilingan (mill) sehingga menghasilkan ekstrak, berupa minyak kelapa sawit mentah atau CPO (Crude Palm Oil) dan minyak inti sawit PKO (Palm Kernel Oil).
Salah satu mutu minyak inti sawit tergantung pada air dan kadar asam lemak bebas. Jumlah kandungan air pada minyak dapat bertambah disebabkan karena
pengolahan minyak sawit itu sendiri serta saat penyimpanan yaitu jika tempat penyimpanannya lembab dan atau kadar air pada inti sawit terlalu tinggi melebihi kadar air kesetimbangan terhadap lembab nisbi udara sekitarnya (daerah tropika
sekitar 7-8%). (Mangoensoekarjo,2003)
Kenaikan kandungan air dapat menyebabkan terjadinya hidrolisis minyak
sawit yang dipacu oleh enzim lipase sehingga akan terbentuk asam lemak bebas dan gliserin. Reaksi ini akan dipercepat dengan adanya faktor-faktor panas, air, keasaman dan katalis (enzim). Semakin lama reaksi ini berlangsung, semakin banyak kadar ALB
Untuk mengawetkan inti sawit yang keluar dari alat pemisah biji perlu
dilakukan usaha untuk menurunkan kandungan air sehingga tidak terjadi proses penurunan mutu. Proses penurunan mutu umumnya terjadi selama proses
penyimpanan. Oleh sebab itu, perlu diperhatikan proses dan kondisi penyimpanan serta interaksi antara kelembaban udara dan kadar air inti (Naibaho,1998).
Dalam hal ini harus dilakukan pemerksaan terhadap kadar air dan kadar asam
lemak bebas dari inti yang baru diproduksi dan inti yang disimpan selama 1 minggu dan 2 minggu. Dari hasil analisa yang diperoleh di laboratorium maka akan diketahui
apakah kadar air dan kadar asam lemak bebas yang telah disimpan masih memenuhi standar mutu yang telah ditetapkan dan pabrik dapat menekan sekecil mungkin kualitas dan kehilangan minyak selama pengolahan dan penyimpanan inti sawit.
Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk lebih mendalami dan menulis karya ilmiah dengan judul,”PENGARUH WAKTU LAMA PENYIMPANAN INTI
SAWIT TERHADAP KADAR AIR DAN KADAR ASAM LEMAK BEBAS (ALB)”.
1.2Perumusan Masalah
Permasalahan utama yang timbul adalah persepsi lama waktu penyimpanan inti sawit terhadap kadar air dan kadar asam lemak bebas sesuai dengan SNI 01-0002-1987
dimana kadar air inti sawit adalah dibawah 7% dan kadar asam lemak bebas inti sawit adalah dibawah 1%.
1.3Batasan Masalah
Untuk mengarahkan pembahasan dalam Karya Ilmiah ini agar tidak menyimpang dari
Sebagai pembatasan masalah ini adalah hanya terbatas pada persepsi lama waktu
penyimpanan inti sawit terhadap kadar air dan kadar asam lemak bebas.
1.4Tujuan
Untuk mengetahui apakah kadar air dan kadar asam lemak bebas dari inti sawit yang disimpan masih memenuhi standar mutu yang telah ditetapkan.
1.5Manfaat
- Untuk melihat secara langsung penerapan ilmu yang diperoleh dibangku perkuliahan terhadap variabel-variabel yang berkaitan dengan proses produksi dalam skala besar.
- Untuk mengetahui kenaikan kadar air dan kadar asam lemak bebas dari inti sawit yang disimpan
- Sebagai masukan untuk pengembangan proses produksi pabrik
1.6 Lokasi Penelitian
Dalam penyusunan Karya Ilmiah ini penulis mengambil data yang dibutuhkan mengenai pengaruh waktu lama penyimpanan inti sawit terhadap kadar air dan kadar
asam lemak bebas (ALB) di PT. Perkebunan Nusantara III PKS Rambutan, Tebing Tinggi Sumatera Utara.
1.7 Metodologi Penelitian
1.7.1 Metode Penelitian Kepustakaan
Penelitian Kepustakaan merupakan metode pengumpulan data yang digunakan untuk memperoleh data maupun informasi yang dibutuhkan dengan cara membaca dan
mempelajari buku - buku perkuliahan ataupun umum, serta mencari sumber informasi yang berhubungan dengan objek yang diteliti.
1.7.2 Metode Pengumpulan Data
Dalam melakukan pengumpulan data pada penulisan Karya Ilmiah ini, penulis
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sejarah Kelapa Sawit
Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) merupakan tumbuhan tropis yang diperkirakan
berasal dari Nigeria (Afrika Barat) karena pertama kali ditemukan di hutan belantara negara tersebut. Kelapa sawit pertama masuk di Indonesia pada tahun 1848, di bawah
dari Mauritius dan Amsterdan oleh seorang warga Belanda. Bibit kelapa sawit yang berasal dari kedua tempat tersebut masing-masing berjumlah dua batang dan pada tahun itu juga ditanam di Kebun Raya Bogor. Hingga saat ini, dua dari empat pohon
tersebut masih hidup dan diyakini sebagai nenek moyang kelapa sawit yang ada di Asia Tenggara. Sebagai keturunan kelapa sawit dari Kebun Raya Bogor tersebut telah diintroduksi ke Deli Serdang (Sumatera Utara) sehingga dinamakan varietas Deli
Dura.
Perkebunan kelapa sawit komersial pertama di Indonesia mulai diusahakan
pada tahun 1911 di Aceh dan Sumatera Utara oleh Adrien Hallet, seorang berkebangsaan Belgia. Luas kebun kelapa sawit terus bertambah, dari 1.277 Ha pada tahun 1916 menjadi 92.307 Ha pada tahun 1983.
Sebagai areal perkebunan kelapa sawit di Sumatera pada mulanya dimiliki oleh masyarakat secara perorangan, namun dalam perkembangannya, kepemilikan
Indonesia terus mengalami perkembangan, meskipun dalam perjalanannya mengalami
pasang surut.
2.2 Varietas Tanaman Kelapa Sawit
Ada beberapa varietas tanaman kelapa sawit yang dapat dikenal. Varietas-varietas itu dapat dibedakan berdasarkan warna kulit buahnya. Selain varietas-varietas tersebut,
ternyata dikenal juga beberapa varietas unggul yang mempunyai beberapa keistimewaan, antara lain mampu menghasilkan produksi yang lebih baik
dibandingkan varietas lain.
2.2.1 Berdasarkan Tebal Tipisnya Tempurung
Berdasarkan tebal tipisnya tempurung, kelapa sawit dibedakan menjadi lima varietas utama, yaitu :
a. Varietas Dura
Tempurung cukup tebal (2-8 mm), daging buah tipis. Persentase daging buah terhadap buah 35-50%, inti buah (kernel) besar, tetapi kandungan minyaknya
rendah. Dalam berbagai persilangan untuk menghasilkan varietas baru, varietas Dura selalu dijadikan sebagai tanaman betina (ibu) oleh pusat-pusat penelitian.
b. Varietas Psifera
Tempurung sangat tipis, bahkan hampir tidak ada. Daging buah tebal, inti buah
c. Varietas Tenera
Merupakan persilangan antara varietas Dura (D) dan Psifera (P) sehingga sifat-sifat morfologi dan anatomi varietas ini (DxP) merupakan perpaduan antara kedua
sifat induknya. Tebal tempurung varietas Tenera adalah 0,5-4,0 mm, persentase daging buah terhadap buah 18-23%, dan kandungan minyak inti 5%.
2.2.2 Berdasarkan Warna Kulit Buah
Pembagian varietas berdasarkan warna kulit buah, terdapat tiga varietas kelapa sawit,
yaitu sebagai berikut :
1. Nigrescens, Warna kulit buah kehitaman saat masih muda dan berubah menjadi jingga kemerahan jika sudah tua/masak.
2. Virescens, Warna kulit hijau saat masih muda dan berubah menjadi jingga kemerahan jika sudah tua/masak, namun masih meninggalkan sisa-sisa warna hijau.
3. Albescens, Warna kulit keputih-putihan saat masih muda dan berubah menjadi kekuning-kuningan jika sudah tua/masak.
Diantara ketiga varietas di atas, Nirescens paling banyak dibudidayakan. Virescens dan Albescens jarang dijumpai dilapangan, umumnya hanya digunakan
sebagai bahan penelitian oleh lembaga-lembaga penelitian.
2.3 Buah Kelapa Sawit
menghasilkan ekstrak, berupa minyak kelapa sawit mentah atau CPO (Crude Palm
Oil) dan minyak inti sawit PKO (Palm Kernel Oil).
Pada kelapa sawit, minyak diambil dari dua sumber. Pertama hasil ekstraksi
sabut sebagai sumber utama, dan kedua, dari inti buah yang berada dibagian dalam tempurung. Sabut pada kelapa sawit disebut daging buah, sedangkan inti buah yang terdapat di bagian dalam tempurung disebut kernel. Hasil ekstraksi sabut kelapa sawit
adalah CPO, sedangkan hasil ekstraksi inti buah adalah KPO. CPO dan KPO merupakan minyak kelapa sawit mentah dan merupakan hasil industri hulu yang
selanjutnya dapat diolah menjadi berbagai produk pangan, nonpangan, dan industri
2.4 Manfaat Kelapa Sawit dan Produknya
Kelapa sawit merupakan tanaman tropis penghasil minyak nabati yang hingga saat ini diakui paling produktif dan ekonomis dibandingkan tanaman penghasil minyak nabati lainnya, misalnya kedelai, kacang tanah, kelapa, bunga matahari dan lain-lain.
Jika dibandingkan dengan minyak nabati lain, minyak kelapa sawit memiliki keistimewaan tersendiri, yakni rendahnya kandungan kolesterol dan dapat diolah lebih
lanjut menjadi suatu produk yang tidak hanya dikonsumsi untuk kebutuhan pangan (minyak goreng, margarin, vanaspati, lemak dan lain-lain), tetapi juga untuk memenuhi kebutuhan nonpangan (gliserin, sabun, detergen, BBM, dan lain-lain).
2.4.1 Kegunaan dari masing-masing produk tersebut adalah:
a. Minyak kelapa sawit merupakan bahan baku untuk keperluan pangan (minyak
goreng, margarin, vanaspati, lemak dan lain-lain) tetapi juga untuk memenuhi kebutuhan nonpangan (gliserin, sabun, detergen, BBM, dan lain-lain).
b. Inti sawit yang menghasilkan minyak inti digunakan sebagai bahan sabun, minyak
c. Cangkang atau tempurungnya dapat digunakan sebagai bahan baker.
d. Tandan kosong untuk bahan baker ketel uap, mulsa dan abu sebagai pupuk kalium e. Ampas lumatan daging buah untuk bahan baker ketel uap (Hadi,2004).
2.5 Panen
Kelapa sawit biasanya sudah mulai berbuah pada umur 3-4 tahun setelah persemaian.
Buah yang pertama keluar masih dinyatakan buah pasir artinya belum dapat diolah dalam pabrik karena masih mengandung minyak yang rendah ( Tim Penulis, 1997).
Umur buah tergantung pada jenis tanaman, umur tanaman dan iklim, umumnya buah telah dapat dipanen seteleh berumur 6 bulan terhitung sejak penyerbukan ( Naibaho, 1998 ).
Proses pemasakan buah kelapa sawit dapat dilihat dari perubahan warna kulit buahnya, dari hijau pada buah muda menjadi merah jingga waktu buah telah masak. Pada saat itu, kandungan minyak pada daging buahnya telah maksimal. Jika terlalu
matang, buah kelapa sawit akan lepas dari tangkai tandannya. Hal ini disebut dengan istilah membrondol ( Tim Penulis, 1997 ).
2.5.1 Fraksi Tandan Buah Segar (TBS)
Komposisi fraksi tandan yang biasanya ditentukan di pabrik sangat dipengaruhi perlakuan sejak awal panen di lapangan. Faktor penting yang cukup berpengaruh
adalah kematangan buah yang dipanen dan cepat tidaknya pengangkutan buah ke pabrik. Dalam hal ini, pengetahuan mengenai derajat kematangan buah mempunyai
Tabel 2.1 Tingkatan Fraksi Tandan Buah Segar
No Kematangan Fraksi Jumlah Brondolan Keterangan
1 2 3 Mentah Matang Lewat Matang 00 0 1 2 3 4 5
Tidak ada, buah berwarna hitam 1 – 12,5% buah luar membrondol 12,5 – 25% buah luar membrondol
25 – 50% buah luar membrondol 50 – 75% buah luar membrondol
75 – 100% buah luar membrondol Buah dalam juga membrondol, ada buah yang busuk
Sangat mentah Mentah
Kurang matang
Matang I Matang II
Lewat Matang I Leawat Matang II
( Tim Penulis, 1997 ).
2.6. Pengolahan Kelapa Sawit
Tahap – tahap pengolahan Tandan Buah Segar (TBS) menjadi Crude Palm Oil (CPO)
adalah sebagai berikut:
2.6.1 Tempat Pemungutan Hasil (TPH)
Sebelum diolah dalam Pabrik Kelapa Sawit (PKS), tandan buah segar (TBS) yang
berasal dari kebun pertama kali diterima ditempat pemungutan buah kemudian diangkut ke stasiun penerimaan buah untuk ditimbang dijembatan timbang (weight
2.6.1.1 Jembatan Timbang
Penimbangan dilakukan dua kali untuk setiap angkutan TBS yang masuk ke pabrik, yaitu pada saat masuk (berat truk dan TBS) serta saat keluar (berat truk). Dari selisih
timbangan saat truk masuk dan keluar, diperoleh berat bersih.
2.6.1.2 Loading Ramp
TBS yang telah ditimbang dijembatan timbang selanjutnya dibongkar di loading ramp
dengan menuang langsung dari truk kemudian dilakukan penyortasian. Penyortasian
dilakukan berdasarkan kriteria kematangan buah , hal ini bertujuan pada penentuan rendemen minyak. Loading ramp merupakan merupakan suatu bangunan dengan lantai berupa kisi-kisi plat besi berjarak 10 cm dengan kemiringan 45o. Kisi-kisi
tersebut berfungsi untuk memisahkan kotoran berupa pasir, kerikil, dan sampah yang terikut dalam TBS. Loading ramp dilengkapi pintu-pintu keluaran yang digerakkan dengan hidrolik sehingga memudahkan dalam pengisian TBS ke dalam lori untuk
proses selanjutnya. Setiap lori dapat dimuat dengan 2,5 ton TBS.
2.6.1.3 Stasiun Rebusan (Sterilizer)
A. Lori-lori yang telah berisi TBS dikirim ke stasiun rebusan dengan cara ditarik menggunakan capstand yang digerakkan oleh motor listrik hingga memasuki
sterilizer.
B. Sterilizer yang digunakan adalah berkapasitas 8 lori atau setara 20 ton TBS. Dalam proses perebusan, TBS dipanaskan dengan uap temperatur 135oC dan tekanan 2,8 –
3,0 kg/cm2 dengan waktu siklus 90-100 menit. C. Tujuan dari perebusan TBS adalah :
a. Menghentikan perkembangan asam lemak bebas (ALB) atau free fatty acid.
b. Memudahkan pemipilan brondol dari tandan. c. Penyempurnaan dalam pengolahan.
d. Penyempurnaan dalam proses pengolahan inti sawit.
Gambar 2.2. Rebusan (Sterilizer) Main Inlet
Aux. Inlet Exhaust
Savety Valve
Mechanical Interlock
Bleed Valve
Dearerator
2.6.1.4 Stasiun Pemipilan (Stripper)
TBS berikut lori yang telah direbus dikirim ke bagian pemipilan dan dituangkan kealat pemipil (thresher) dengan bantuan hoisting crane. Proses pemipilan terjadi akibat
tromol berputar pada sumbu mendatar yang membawa TBS ikut berputar sehingga
membanting-banting TBS tersebut dan menyebabkan brondolan lepas dari tandannya. Pada bagian dalam dari pemipil, dipasang batang-batang besi perantara sehingga
membentuk kisi-kisi yang memungkinkan brondolan keluar dari pemipil. Brondolan yang keluar dari bagian bawah pemipil ditampung oleh sebuah screw conveyor untuk
dikirim kebagian digesting dan pressing. Sementara tandan kosong yang keluar dari bagian bawah pemipil ditampung oleh elevator, kemudian hasil tersebut dikirim ke
hopper.
2.6.1.5. Stasiun Pencacahan (Digester)
Brondolan yang telah terpipil dari stasiun pemipilan diangkut ke bagian pengadukan/
pencacahan (digester). Alat yang digunakan untuk pengadukan/ pencacahan berupa sebuah tangki vertikal yang dilengkapi dengan lengan-lengan pemecah dibagian
didalamnya.
Fungsi dari stasiun digester adalah untuk melumatkan daging buah, memisahkan daging buah dengan biji, mempersiapkan feeding fresser, mempermudah
proses di presser, memecahkan oil cell.
2.6.1.6 Stasiun Pengempaan (Presser)
Brondolan yang telah mengalami pencacahan dan keluar melalui bagian bawah
digester berupa bubur. Hasil cacahan tersebut langsung masuk kealat pengempaan
screw press sebagai alat pengempaan untuk memisahkan minyak dari daging buah.
Proses pemisahan minyak terjadi akibat putaran screw mendesak bubur buah, sedangkan dari arah berlawanan tertekan oleh sliding cone. Dengan demikian, minyak
dari bubur buah terdesak ini akan keluar melalui lubang-lubang press cage,sedangkan ampasnya keluar melalui celah antara sliding cone dan press cage.
Gambar 2.3 Screw Press
2.6.1.7 Pemurnian (Clarifier)
Minyak hasil pengempaan dialirkan (masuk) ke sand trap tank (penangkap pasir) lalu
menuju vibro separator untuk disaring agar kotoran berupa serabut kasar tersebut dialirkan ketangki penampungan minyak kasar (crude oil tank). Selanjutnya dikirim
ke Vertical Clarifier Tank (VCT), di VCT proses pemisahan dilakukan berdasarkan
berat jenis antara minyak, air dan sludge, dimana minyak yang ringan akan keatas, lalu dikirim ke oil tank, sedangkan sludge dikirim ke sludge tank.
Hidraulic Cones
Presscake
Gearbox
Worm Screw Gear
Electromotor
Sludge merupakan fasa campuran yang masih mengandung minyak. Di pabrik
kelapa sawit, sludge diolah untuk dikutip kembali pada minyak yang masih terkandung didalamnya, lalu dialirkan kembali ke VCT lalu dikirim ke oil tank.
Dari oil tank minyak dimurnikan kembali melalui oil purifier, setelah itu dikirim ke vacuum drier untuk dihilangkan kandungan air yang ada didalam minyak dan siap dikirim ke tangki penimbunan (storage tank) (Pahan, 2007).
Gambar 2.4 Vertikal Clarifier Tank
2.7. Pengolahan Inti Sawit
Pengolahan biji dimaksudkan untuk memperoleh inti sawit yang berasal dari dari biji sawit (nut). Adapun tahap-tahapan pengolahan biji adalah sebagai berikut:
Ke Oil Tank
Skimer
Dari Dist. Tank
Ke Sludge Tank
Stirrer
A. Cake Breaker Conveyor
Cake (ampas campur biji) yang berasal dari perasan dimasukkan ke dalam cake
breaker conveyor. Alai ini berupa tulang yang memiliki dinding rangkap dan
terdapat as screw yang mempunyai pisau-pisau pemecah.
B. Depericarper
Depericarper merupakan tromol panjang dan tegak yang memiliki blower pengisap
campuran ampas dan biji. Di dalam alat ini, ampas terisap ke fibre cyclone yang
selanjutnya bisa dijadikan bahan bakar untuk ketel uap. Sementara itu, bijinya jatuh
ke nut polishing drum.
C. Nut Polishing Drum
Alat ini berupa drum dengan kerangka berputar dan memiliki plat pada as-nya. Biji kelapa sawit yang telah dipisahkan dari ampasnya masuk ke dalam alat ini. Akibat
putaran drum tersebut, biji-biji akan diproses (dilepaskan serat-seratnya yang masih tertinggal pada biji) oleh plat yang pada as.
D. Nut Elevator
Nut Elevator berfungsi untuk mengangkut biji yang telah dipolish atau dipisahkan
dari kotoran polishing drum menuju Nut Silo.
E. Nut Silo
berpengaruh terhadap troughput nut silo,agar nut yang terolah sesuai dengan aturan
First In First out (FIFO). Jumlah nut silo ada 2 unit.
F. Pemecah Biji ( Ripple Mill )
A. Fungsi dari ripple mil adalah memecah nut. Faktor-faktor yang mempengaruhi efisiensi pemecahan adalah:
a. Kualitas dan kuantitas umpan b. Kondisi ripple plate dan rotor bar
c. Jarak atau clearance antara cover dengan rotor
d. Jumlah bar
B. Kualitas umpan dipengaruhi oleh :
1. Kekoplakan nut, kalau nut tidak koplak, maka banyak inti yang lekat pada cangkang
2. Jenis buah ( dura atau tenera )
3. Ukuran nut
4. Kadar air yang terkandung pada nut
C. Faktor-faktor yang mempengaruhi tingginya inti pecah yang keluar dari ripple mill adalah :
a. Clearanceantara ripple plate dengan rotorbar terlalu kecil
b. Umpan yang terlalu banyak (Berlebihan) c. Nut terlalu kering
d. Presentasinut pecah pada umpan terlalu besar
G. Light Tenera Dust Separator (LTDS)
1. Memisahkan cangkang, inti utuh dan inti pecah
2. Membawa cangkang untuk bahan bakar boiler
B. Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja LTDS
1. Hisapan (
adalah :
dumper airlock danfan 2. Kebocoran ducting
)
3. Kualitas dan kuantitas umpan
4. Desain
5. Adjustment dumper column
H. Hydrocyclone
Inti dan cangkang masih tercampur akan dipisahkan dalam alat ini berdasarkan gaya
sentrifuge dan perbedaan berat jenis. Berat jenis cangkang 1,3 dan berat jenis inti
1,08.
A. Fungsi Hydrocyclone adalah alat untuk mengutip kembali inti yang terikut dengan cangkang, mengurangi loses inti pada cangkang dan kotoran.
B. Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja hidrocyclone adalah : a. Kondisi clone
b. Kulitas dan kuantitas umpan c. Penyetelan vortex finder d. Kondisi baffle
Sistem kerja hidrocyclone untuk memisahkan cangkang dengan inti secara
dan masuk kedalam kompartment II. Cangkang yang masih bercampur inti dihisap
oleh pompa dan ditekan kedalam tabung pemisah II mengakibatkan inti naik keatas melaui vortex finder dan dikembalikan kedalam kompartment I. perlu diperhatikan
jika persentase inti dalam cangkang terlalu tinggi maka vortex finder diturunkan, sebaliknya jika persentase cangkang dalam inti tinggi maka vortex finder dinaikkan. Hasil inti yang telah bersih keluar dan masuk ke Wet Kernel Transport Fan menuju
kernel silo sedangkan cangkangnya masuk ke Wet Shell Transport Fan menuju
Penurunan inti harus benar-benar diawasi dengan cermat dan jangan sampai lengah yang mengakibatkan kadar air pada inti produksi tinggi. Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerjanya adalah :
Shell
Hopper.
a. Kebersihan Blower . b. Kebocoran heater fan.
c. Kebersihan Shaking grate.
d. Steam
I. Kernel Dryer
A. Fungsi dari kernel dryer adalah untuk mengurangi kadar air yang terkandung didalam inti produksi. Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja dari kernel dryer
adalah :
a. Temperatur.
b. Waktu.
c. Kualitas dan kuantitas umpan d. Kondisi dan kebersihan heater
f. Kondisi blower/fan
g. Kebersihan kisi-kisi dalam silo
h. FIFO
B. Pada kernel dryer ada tiga tingkat temperatur yaitu a. Bagian atas : 50oC
b. Bagian tengah : 60oC
c. Bagian bawah : 70oC
J. Kernel Storage
Fungsi dari kernel storage adalah untuk menyimpan inti produksi sebelum dikirim keluar untuk dijual. Kernel storage pada umumnya berupa bulk silo yang seharusnya
dilengkapi dengan fan agar uap air yang masih terkandung didalam inti dapat keluar dan tidak menyebabkan kondisi didalam storage lembab. Kernel storage yang ada di PKS Rambutan ada 1 unit.
(www.scribd.com ›
2.8 Inti Sawit
Inti sawit merupakan buah tanaman kelapa sawit yang telah dipisahkan dari daging buah dan tempurungnya dan selanjutnya dikeringkan. Kandungan minyak yang
terkandung di dalam inti sekitar 50%. Bentuk inti sawit bulat padat atau agak gepeng berwarna coklat hitam. Inti sawit mengandung lemak, protein, serat, dan air. Pada
Pada suhu tinggi inti sawit dapat mengalami perubahan warna. Minyaknya
akan berwarna lebih gelap dan lebih sulit dipucatkan. Suhu tertinggi pada pengolahan minyak sawit adalah pada waktu perebusan yaitu sekitar 130oC. Suhu kerja
[image:35.595.108.385.302.535.2]maksimum dibatasi setinggi itu untuk menghindarkan terlalu banyak inti yang berubah warna. Brondolan buah yang lebih tipis daging buahnya atau lebih tipis cangkangnya adalah lebih peka terhadap suhu tinggi tersebut.
Tabel 2.2 Sifat Fisik Minyak Inti Sawit
Sifat fisik Range
Berat Jenis pada 99/15,5oC 0,860 – 0,873
Indeks refraksi pada 40oC 1,449 – 1,452
Bilangan Iodium 14 – 22
Bilangan Penyabunan 245 – 255
Zat tak tersabunkan % Tak lebih 0,8
Titik lebur, oC 24o – 26o
Titik padat, oC 20o – 26o
Pada umunya jika tandan dibiarkan 45 – 60 menit saja pada tekanan uap jenuh 2,5 kg/cm2 dalam rebusan, hanya sedikit inti sawit yang mengalami perubahan warna,
minyaknya akan berwarna kuning muda. Dalam hal warnanya cokelat tua atau lebih gelap minyaknya akan sukar atau tidak dapat dipucatkan. Demikian juga minyak dari inti sawit yang berasal dari inti yang kurang kering atau dari inti yang disimpan basah.
2.8.1 Komposisi Biji Inti Sawit
Terdapat variasi komposisi inti sawit dalam hal padatan non minyak dan non protein. Bagian yang disebut protein yang tak dapat diekstrak yang mengandung sejumlah
[image:36.595.107.365.246.450.2]sukrosa, gula pereduksi dan pati, tapi dalam beberapa contoh tidak mengandung pati. Komposisi rata-rata inti sawit dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 2.3 Komposisi Biji Inti Sawit
Komponen Jumlah (%)
Minyak 47 – 52
Air 6 – 8
Protein 7,5 – 9,0
Nitrogen yang tak dapat diekstrak 23 – 24
Selulosa 5
Abu 2
(Ketaren,1986)
2.9 Minyak Inti Sawit
Minyak kelapa sawit dapat dihasilkan dari inti sawit yang dinamakan minyak inti sawit (Palm Kernel Oil) dan sebagai hasil sampingannya adalah bungkil inti kelapa
sawit ( Palm Kernel Meal atau Pellet). Bangkil inti kelapa sawit adalah inti kelapa sawit yang telah mengalami proses ekstraksi dan pengeringan, sedangkan pellet adalah bubuk yang telah dicetak kecil-kecil yang berbentuk bulat panjang dengan
diameter kurang lebih 8 mm. (Ketaren,1986)
Minyak inti sawit atau Palm Kernel Oil ( PKO) adalah berupa minyak putih
lemak bebas yang rendah dan berwarna kuning terang serta mudah dipucatkan.
Bangkil inti sawit yang diinginkan berwarna relatif terang dan nilai gizi tidak berubah.
2.10 Asam Lemak
Asam lemak merupakan suatu asam karbosilat yang diperoleh dari hidrolisis suatu
lemak atau minyak, umunya mempunyai rantai hidrokarbon panjang dan tidak bercabang. Asam lemak yang paling tersebar merata dalam alam, yaitu asam oleat,
mengandung satu ikatan rangkap. Asam-asam lemak dengan lebih dari satu ikatan rangkap adalah tidak lazim, terutama dalam minyak nabati, minyak-minyak ini disebut poliunsaturat. (Fessenden,1986)
Karena berguna dalam mengenal ciri-cirinya, asam lemak dibedakan menjadi asam lemak jenuh dan asam lemak tak jenuh. Asam lemak jenuh hanya memiliki ikatan tunggal di antara atom-atom karbon penyusunnya, misalnya: asam kaprilat,
asam kaproat, asam laurat, asam miristat, asam palmitat dan asam stearat. Sementara asam lemak tak jenuh memiliki paling sedikit satu ikatan ganda di antara atom-atom
karbon penyusunnya, misalnya asam oleat, asam linoleat dan asam linolenat. Asam lemak jenuh bersifat lebih stabil (tidak mudah bereaksi) daripada asam lemak tak je
2.10.1 komposisi Asam Lemak Minyak Inti Sawit
Kelapa sawit mengandung kurang lebih 80 persen daging buah/sabut (perikarp) dan 20 persen buah yang dilapisi kulit yang tipis, kadar minyak dalam daging buah/sabut sekitar 34-40 persen. Minyak kelapa sawit adalah lemak semi padat yang mempunyai
Table 2.4 Komposisi Asam Lemak Minyak Sawit dan Minyak Inti Sawit. Asam Lemak Minyak Kelapa Sawit (%) Minyak Inti Sawit (%)
Asam kaprilat Asam kaproat Asam laurat
Asam miristat Asam palmitat
Asam stearat Asam oleat Asam linoleat
- - -
1,1 – 2,5 40 – 46
3,6 – 4,7 39 – 45
7 – 11
3 – 4 3 – 7 46 – 52
14 – 17 6,5 – 9
1 – 2,5 13 – 19
0,5 – 2
Kandungan karoten dapat mencapai 1000 ppm atau lebih, tetapi dalam minyak dari jenis tenera kurang lebih 500 – 700 ppm, kandungan tekoferol bervariasi dan
dipengaruhi oleh penanganan selama produksi (Ketaren, 1986).
2.11. Asam Lemak Bebas (ALB)
Asam lemak bebas adalah asam yang dibebaskan pada hidrolisis lemak. Asam lemak bebas dalam konsentrasi tinggi dalam minyak sawit sangat merugikan. Tingginya
asam lemak bebas ini mengakibatkan rendemen minyak turun, untuk itulah perlu dilakukan usaha pencegahan terbentuknya asam lemak bebas dalam minyak sawit.
Kenaikan kasar ALB ditentukan mulai dari saat tandan dipanen sampai tandan diolah dipabrik. Kenaikan ALB ini disebabkan adanya reaksi hidrolisa pada minyak. Hasil reaksi hidrolisa minyak sawit adalah gliserol dan ALB. Reaksi ini akan
lama reaksi ini berlangsung, maka semakin banyak kadar ALB yang terbentuk (Tim
Penulis, 1997).
O O CH2 – O – C – R CH2 – OH2 R – C – OH
O O
CH – O – C – R CH – OH + R – C – OH O O
CH2 – O – C – R CH2 – OH R – C – OH
[image:39.595.150.506.163.351.2]Minyak Sawit Gliserol ALB
Gambar 2.5 Reaksi glikolisis trigliserida
Minyak inti sawit juga dapat mengalami hidrolisis. Hal ini lebih mudah terjadi pada inti pecah dan inti berjamur. Faktor yang menentukan pada peningkatan kadar
ALB minyak inti sawit adalah kadar asam permulaan, proses pengeringan yang tidak baik, kadar air akhir dalam inti sawit kering, dan kadar inti pecah. Inti sawit yang
basah akan menjadi tempat biakan mikroorganisme (jamur). Prosesnya adalah sama seperti pada minyak sawit.
Dalam keadaan normal kadar ALB permulaan minyak inti sawit tidak lebih
dari 0,5%, sedangkan pada akhir pengolahannya tidak lebih dari 1%. Dengan demikian kenaikan kadar ALB selama dan akibat pengolahannya hanya 0,5%. Jadi
pembentukan ALB lebih banyak trjadi pada penimbunan, yaitu jika tempat penimbunannya lembab nisbi udara sekitar. (Mangoensoekarjo,2003)
2.12 Kadar Air
Kadar air adalah bahan yang menguap yang terdapat dalam minyak sawit pada pemanasan 105oC. Kadar air inti sawit adalah 7%, jika inti sawit dikeringkan sampai
kadar air yang lebih rendah, selama ditimbun inti sawit akan menyerap air sampai mencapai 7% tersebut. Sebaliknya jika kadar air lebih tinggi, udara sekitarnya pada penimbunan akan menjadi lembab, mikroba lipolitik (jamur) akan berkembang biak
dengan cepat. Untuk mencegah ini, inti sawit disemprot dengan uap (sterilisasi) sebelum pengeringan dalam silo inti. (Mangoensoekarjo,2003)
BAB 3
BAHAN DAN METODE
3.1 Alat-alat
- Alat Soklet Pyrex - Botol Aquades -
- Buret 10 ml Brand - Cawan Petridish -
- Desikator -
- Gelas Erlenmeyer 125 ml Pyrex - Gelas ukur 50 ml Pyrex
- Lab Mill -
- Labu takar 100 ml Pyrex - Neraca Analitis Sartorius
- Oven Ecocell
- Penyaring Timbal - - Pipet Tetes -
- Spatula -
3.2 Bahan-bahan
- Alkohol p.a. E.Merck
- n-heksana Teknis
- Aquades -
- KOH 0,060 N -
- Indikator Tymol Blue 1% -
- Inti Sawit -
- Minyak Inti Sawit -
3.3 Prosedur Percobaan 3.3.1 Penentuan Kadar Air
- Cawan petridish yang bersih dan kering ditimbang untuk mengetahui berat kosongnya
- Inti sawit yang sudah halus dimasukkan ke dalam cawan petridish lalu ditimbang kembali untuk mengetahui beratnya
- Inti sawit dipanaskan dalam oven pada temperatur 105oC selama ± 3 jam
- Inti sawit dikeluarkan dan didinginkan dakam diskator selama ± 15 menit dan ditimbang beratnya
- Perlakuan yang sama diulangi sebanyak 3 kali
- Hasil percobaan analisa kadar air dapat dilihat pada tabel 4.1
3.3.2 Penyediaan Sampel
- Inti sawit dihaluskan ± 9 gram dengan menggunakan lab mill
- Labu alas kosong ditimbang kemudian dimasukkan ± 200 ml larutan n-heksana
- Penyaring timbale yang berisi sample inti sawit dimasukkan ke dalam alat soklet lalu alat soklet dirangkai pada heating mantel
- Inti sawit diekstraksi sampai warna timbale berubah menjadi putih
- Pelarut diuapkan sehingga diperoleh minyak inti sawit
- Labu alas yang berisi minyak inti sawit dimasukkan ke dalam desikator
- Minyak inti sawit digunakan dalam menganalisa kadar asam lemak bebas
3.3.3 Penentuan Kadar Asam Lemak Bebas
- Gelas erlenmeyer bersih dan kering ditimbang untuk mengetahui berat kosongnya
- Minyak inti sawit dimasukkan ke dalam gelas erlenmeyer 125 ml
- Minyak inti sawit dan gelas erlenmeyer ditimbang kembali untuk mengetahui beratnya
- Larutan n-heksana ditambahkan 10 ml dan diaduk
- Larutan alkohol ditambahkan 20 ml dan diaduk kembali
- Indikator tymol blue ditambahkan 3 tetes
- Minyak inti sawit dititrasi dengan larutan KOH 0,060 N sampai terjadi perubahan warna dari bening kekuningan menjadi biru kehijauan sebagai titik akhir titrasi
- Perlakuan yang sama diulangi sebanyak 3 kali dan dicatat volume larutan KOH 0,060 N yang terpakai
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Data
[image:44.595.111.531.305.701.2]Dari hasil analisa yang telah dilakukan, maka diperoleh data dalam tabel berikut:
Tabel 4.1 Hasil Analisa Kadar Air dan Inti Sawit A. Minggu Pertama
No Tanggal Jam Berat Sampel/BS (g) Berat Cawan/BC (g) BS+BC sebelum dioven(g) BS+BC setelah dioven(g) Kadar Air (%)
1 27 Des ‘10 09.00 12.00 15.00 13,3146 13,3250 13,3032 14,5680 14,5880 14,5730 27,9006 27,9130 27,8762 27,0404 27,0580 27,0135 6,46 6,42 6,50 2 28 Des ‘10 09.00
12.00 15.00 14,2562 14,2056 14,2210 9,0045 9,1032 9,0830 23,2607 23,3088 23,3040 22,3797 22,4568 22,4405 6,17 6,10 6,07 3 29 Des ‘10 09.00
12.00 15.00 16,7433 16,5230 16,8920 9,8156 9,8210 9,8170 26,5598 26,3440 26,7090 25,5251 25,3030 25,6740 6,18 6,30 6,12 4 30 Des ‘10 09.00
12.00 15.00 11,4804 11,4610 11,4920 8,9259 8,9310 8,9235 20,4663 20,3920 20,4155 19,7569 19,6691 19,6999 6,18 6,30 6,23 5 31 Des ‘10 09.00
B. Minggu Kedua
No Tanggal Jam Berat Sampel/BS (g) Berat Cawan/BC (g) BS+BC sebelum dioven(g) BS+BC setelah dioven(g) Kadar Air (%)
1 05 Jan ‘11 09.00 12.00 15.00 11,5120 11,5215 11,5179 8,9260 8,8939 8,9119 20,4380 20,4154 20,4298 19,7265 19,6939 19,7205 6,18 6,26 6,15 2 06 Jan ‘11 09.00
12.00 15.00 12,3162 12,3576 12,3321 14,5870 14,5793 14,5835 26,9032 26,9369 26,9156 26,1312 26,1637 26,1388 6,26 6,25 6,29 3 07 Jan ‘11 09.00
12.00 15.00 15,2579 15,4021 15,3215 9,0132 9,0531 9,1059 24,2711 24,4552 24,4274 23,3186 23,5013 23,4653 6,24 6,19 6,27 4 08 Jan ‘11 09.00
12.00 15.00 14,4215 13,5914 13,3725 14,5870 14,5710 14,5529 29,0085 28,1624 27,9254 28,1776 27,3199 27,0923 6,19 6,19 6,22 5 09 Jan ‘11 09.00
Tabel 4.2 Hasil Analisa Kadar Asam Lemak Bebas dari Inti Sawit A. Minggu Pertama
No Tanggal Jam Berat Sampel (g)
N KOH Volume KOH (mL)
Kadar ALB (%)
1 27 Des ‘10 09.00 12.00 15.00 6,2179 6,3561 6,2985 0,060 0,060 0,060 2,9 2,8 2,9 0,56 0,52 0,55
2 28 Des ‘10 09.00 12.00 15.00 6,5265 6,5179 6,5537 0,060 0,060 0,060 2,7 2,9 2,6 0,49 0,53 0,47
3 29 Des ‘10 09.00 12.00 15.00 5,0465 5,1559 5,0321 0,060 0,060 0,060 2,2 2,1 2,3 0,52 0,48 0,54
4 30 Des ‘10 09.00 12.00 15.00 5,2465 5,3761 5,2381 0,060 0,060 0,060 2,3 2,4 2,2 0,52 0,53 0,50
B. Minggu Kedua
No Tanggal Jam Berat Sampel (g)
N KOH Volume KOH (mL)
Kadar ALB (%)
1 05 Jan ‘11 09.00 12.00 15.00 5,3924 5,3212 5,3751 0,060 0,060 0,060 2,4 2,3 2,4 0,53 0,51 0,53
2 06 Jan ‘11 09.00 12.00 15.00 5,5172 5,8369 5,7523 0,060 0,060 0,060 2,5 2,4 2,3 0,54 0,49 0,47
3 07 Jan ‘11 09.00 12.00 15.00 6,7369 6,7812 6,7538 0,060 0,060 0,060 2,8 2,7 2,8 0,49 0,47 0,49
4 08 Jan ‘11 09.00 12.00 15.00 5,8732 5,8419 5,8921 0,060 0,060 0,060 2,6 2,8 2,7 0,53 0,57 0,54
4.2 Perhitungan
A. Penentuan Kadar Air
% 100 ven) SesudahDio BC. (BS -Dioven) BC.Sebelum (BS. . % x l BeratSampe Air
K = + +
Dimana : BC = Berat Cawan BS = Berat Sampel
Contoh untuk Tanggal 27 Desember 2010 Jam 09.00 :
% 100 3146 , 13 7,0404) 2 ( -7,9006) 2 ( .
%K Air= x
= 6,46 %
Data selengkapnya pada tabel 4.1
B. Penentuan Kadar ALB
% 100 As.Laurat BM x N.KOH x V.KOH % x l BeratSampe ALB=
Dimana : ALB = Asam Lemak Bebas V.KOH = Volume KOH
N.KOH = Normalitas KOH BM = Berat Molekul
Contoh untuk Tanggal 27 Desember 2010 Jam 09.00 :
% 100 2179 , 6 200 x 0,060 x 2,9
%ALB= x
4.3 Pembahasan
Dari data hasil percobaan diperoleh kadar air dan kadar asam lemak bebas dari inti
sawit masih memenuhi SNI 01-0002-1987. Dimana kadar air inti sawit adalah dibawah 7,0% dan kadar asam lemak bebas adalah dibawah 1%.
Tingginya kadar air pada inti sawit dapat disebabkan pada proses
pengeringan inti sawit yang tidak baik, dimana jika kadar air lebih tinggi, udara sekitarnya pada penyimpanan akan menjadi lembab maka akan mengakibatkan
meningkatnya kadar air selama penyimpanan.
Faktor yang mempengaruhi dalam peningkatan kadar asam lemak bebas selama penyimpanan disebabkan adanya reaksi hidrolisa pada minyak, dimana reaksi
ini dipercepat dengan adanya faktor-faktor seperti panas, air, keasaman, katalisator (enzim) dan proses pengeringan yang tidak baik serta kadar air akhir dalam inti sawit kering. Adapun faktor lain yaitu kadar inti pecah dan inti berjamur.
(Mangoensoekarjo,2003)
Sehingga untuk penyimpanan inti sawit perlu dilakukan usaha untuk
menurunkan kandungan air sehingga tidak terjadi proses penurunan mutu. Proses penurunan mutu umumnya terjadi selama proses penyimpanan, oleh sebab itu perlu diperhatikan proses dan kondisi penyimpanan serta interaksi antara kelembaban udara
dengan kadar air inti, dimana kadar air yang diinginkan dalam penyimpanan adalah 6-7 %. Karena pada kadar air tersebut mikroba sudah mengalami kesulitan untuk hidup,
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Hasil analisa yang telah dilakukan di laboratorium, diperoleh data kadar air dari inti sawit pada minggu pertama berkisar antara 6,11% - 6,46%, dan pada minggu kedua
berkisar antara 6,19% - 6,32%. Dari hasil analisa juga didapat kadar asam lemak bebas dari inti sawit pada minggu pertama berkisar antara 0,49% - 0,54%, dan pada minggu kedua berkisar antara 0,41 % - 0,54 %, dimana kadar air dan kadar asam
lemak bebas masih memenuhi SNI 01-0002-1987.
5.2 Saran
Dalam penyimpanan inti sawit disarankan agar kadar air inti sawit harus diusahakan
DAFTAR PUSTAKA
Fessenden, R.J. dan Fessenden, J.S. 1986. Organic Chemistry. Third Edition, Wadsworth, Inc. California.
Hadi, M.M.2004. Teknik Berkebun Kelapa Sawit.Edisi Pertama. Cetakan
Pertama.Adicita Karya Nusa. Yogyakarta.
http://www.scribd.com>School Work>Study Guides, Notes & Quizzess
http://www.seafast.ipb.ac.id
Mangoensoekarjo,S. dan Semangun, H. 2003. Manajemen Agrobisnis Kelapa Sawit. Cetakan Pertama. Gajah Mada University Press. Yogyakarta.
Naibaho, P.M. 1998. Teknologi Pengolahan Kelapa Sawit. Edisi Keempat. Pusat
Penelitian Kelapa Sawit. Medan.
Pahan, I. 2007. Kelapa Sawit.Cetakan Kedua. Penebar Swadaya. Jakarta.