• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISA MUTU INTI PRODUKSI (PALM KERNEL), DENGAN PARAMETER KADAR ASAM LEMAK BEBAS (ALB), KADAR AIR DAN KADAR KOTORAN DI PTPN III PKS KEBUN RAMBUTAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "ANALISA MUTU INTI PRODUKSI (PALM KERNEL), DENGAN PARAMETER KADAR ASAM LEMAK BEBAS (ALB), KADAR AIR DAN KADAR KOTORAN DI PTPN III PKS KEBUN RAMBUTAN"

Copied!
70
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISA MUTU INTI PRODUKSI (PALM KERNEL), DENGAN PARAMETER KADAR ASAM LEMAK

BEBAS (ALB), KADAR AIR DAN KADAR KOTORAN DI PTPN III PKS

KEBUN RAMBUTAN

TUGAS AKHIR

DESY NATALIA PURBA 142401105

PROGRAM STUDI DIPLOMA 3KIMIA DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUANALAM UNIVERSITASSUMATERAUTARAMEDAN

2017

(2)

ANALISA MUTU INTI PRODUKSI (PALM KERNEL), DENGAN PARAMETER KADAR ASAM LEMAK

BEBAS (ALB), KADAR AIR DAN KADAR KOTORAN DI PTPN III PKS

KEBUN RAMBUTAN

TUGAS AKHIR

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat memperoleh gelar Ahli Madya

DESY NATALIA PURBA 142401105

PROGRAM STUDI DIPLOMA 3KIMIA DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUANALAM UNIVERSITASSUMATERAUTARAMEDAN

2017

(3)

PERSETUJUAN

Judul :Analisa Mutu Inti Produksi ( Palm Kernel) Dengan Parameter Kadar Asam Lemak Bebas ( ALB ), Kadar Air Dan Kadar Kotoran Di PTPN III PKS Kebun Rambutan.

Kategori : Tugas Akhir

Nama : Desy Natalia Purba

Nomor Induk Mahasiswa : 142401105

Program Studi : D3 Kimia

Departemen : Kimia

Fakultas : Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara

Disetujui di Medan, Juli 2017

Program Studi D-3 Kimia FMIPA USU

Ketua Pembimbing

Dr. Minto Supeno, M.S Dr. Adil Ginting, M.Sc NIP. 196105091987031002 NIP.195307041980031002

Disetujui Oleh

Departemen Kimia FMIPA USU

Dr. Cut Fatimah Zuhra, M.Si NIP. 197404051999032001

(4)

PERNYATAAN

ANALISA MUTU INTI PRODUKSI (PALM KERNEL), DENGAN PARAMETER KADAR ASAM LEMAK BEBAS (ALB),

KADAR AIR DAN KADAR KOTORAN DI PTPN III PKS KEBUN RAMBUTAN

TUGAS AKHIR

Saya mengakui bahwa tugas akhir ini adalah hasil karya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.

Medan, Juli 2017

Desy Natalia Purba 142401105

(5)

PENGHARGAAN

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini tepat pada waktunya. Karya ilmiah ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan program D3 Kimia FMIPA USU

Penulisan tugas akhir ini dilakukan berdasarkan pengamatan penulis selama melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di PTPN III PKS Kebun Rambutan- Tebing Tinggi dengan judul “ANALISA MUTU INTI PRODUKSI ( PALM KERNEL ), DENGAN PARAMETER KADAR ASAM LEMAK BEBAS ( ALB ), KADAR AIR DAN KADAR KOTORAN DI PTPN III PKS KEBUN RAMBUTAN”

Selama penulisan tugas akhir ini penulis banyak mendapat dorongan, semangat, bantuan dan petunjuk dari semua pihak, maka pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati penulis ingin menyampaikan penghargaan dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Ayahanda S.Purba dan Ibunda N.Saragih tercinta yang telah banyak memberikan motivasi,doa dan dukungan serta membantu penulis dalam hal materil sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini.

2. Bapak Dr.Adil Ginting,M.Sc selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberikan arahan dan bimbingan untuk menyelesaikan tugs akhir ini.

3. Ibu Dr. Cut Fatimah Zuhra M.Si selaku Ketua Departemen Kimia Fakultas Ilmu Pengetahuan Alam.

4. Bapak Dr. Minto Supeno, MS selaku Ketua Departemen Program Studi D3 Kimia Fakultas Matematikan dan Ilmu Pengetahuan Alam 5. Ibu Sovia Lenny, M.Si selaku Sekretaris Departemen Program Studi

D3 Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.

6. Kakak tercinta dan terkasih Sartika Purba dan Indri Oktavia Purba tersayang yang telah memberikan doa dan dukungan dalam menyelesaikan tugas akhir ini.

7. Sahabat saya Yohana, Gloria Sagita, Rahayu, kartina yang selalu memberikan semangat, doa dan motivasi dari kejauhan sehingga saya dapat menyelesaikan tugas akhir ini.

(6)

8. Sahabat serta teman seperjuangan saya, Intan, Reni, Monika, Joice, Mursa, Agung, Astri yang telah banyak membantu dan memberikan semangat dalam menyelesaikan tugas akhir ini

9. Orang terkasih Hegrace viceroy yang selalu membantu, mendukung dan mendoakan penulis dalam menyelesaikan tugas akhir ini.

10. Seluruh pihak PTPN III Kebun Rambutan Tebing Tinggi yang telah banyak membantu dan mengarahkan selama pengerjaan tugas akhir ini.

11. Seluruh teman-teman seperjuangan D3 Kimia stambuk 2014 yang namanya tidak dapat disebutkan satu per satu.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa Tugas Akhir ini banyak kekurangan maupun kekeliruan baik dari segi isi maupun penyusunan kata. Oleh karena itu, penulis dengan rendah hati mengharapkan segala kritik dan saran yang membangun untuk menyempurnakan karya ilmiah ini.

Akhir kata penulis mengharapkan tugas akhir ini bermanfaat bagi para pembaca dalm meningkatkan wawasan pengetahuan di bidang Ilmu Pengetahuan Alam.

Medan, Juli 2017

Penulis

(7)

ANALISA MUTU INTI PRODUKSI ( PALM KERNEL ), DENGAN

PARAMETER KADAR ASAM LEMAK BEBAS ( ALB ), KADAR AIR DAN KADAR KOTORAN DI PTPN III

PKS KEBUN RAMBUTAN

ABSTRAK

Telah dilakukan analisa mutu inti produksi (palm kernel) yang bertujuan untuk mengetahui kadar asam lemak bebas (ALB), kadar air dan kadar kotoran dalam inti produksi dan untuk mengetahui apakah inti produksi tersebut telah memenuhi standar yang telah ditetapkan oleh PTPN III PKS Kebun Rambutan. Sampel yang digunakan adalah inti sawit yang diambil dari kernel storage atau gudang penimbunan. Analisa kadar asam lemak bebas dilakukan dengan cara titrasi asam basa menggunakan larutan standar KOH 0,056 N dan indikator tymol blue, cara pengeringan dioven untuk analisa kadar air, dan untuk analisa kadar kotoran ditentukan dengan cara menimbang hasil jumlah kotoran yang terdapat pada inti sawit. Dari hasil analisa yang telah dilakukan, maka diperoleh kadar asam lemak bebas (ALB) yaitu: 0,53%, 0,59%, 0,56%, 0,54% dengan rata- rata 0,55%.

Analisa kadar air yaitu: 5,73%, 5,69%, 5,78%, 5,58%, dengan rata-rata 5,69%.

Sedangkan analisa kadar kotoran yaitu: 5,60%, 5,70%, 6,10%, 5,80% dengan rata- rata 5,80%. Hasil analisa menunjukan bahwa mutu inti produksi diPabrik Kelapa Sawit PTPN III PKS Kebun Rambutan telah sesuai dengan standar mutu yang ditetapkan oleh pihak perusahaan.

Kata kunci: palm kernel, analisa mutu, asam lemak bebas, kadar air, kadar kotoran

(8)

ANALYSIS OF CORE PRODUCTION QUALITY(PALM KERNEL), WITH PARAMETERS OF FREE FATTY ACID CONTENT (FFA), WATER CONTENT AND LEVELS OF IMPURITIES IN PTPN III PKS KEBUN

RAMBUTAN

ABSTRACT

Has been conducted the core production quality analysis (palm kernel) which aims to determine the levels of free fatty acid (FFA), moisture content and levels of impurities in the core production. And to find out whether the production core has met the standard set by PTPN III PKS Kebun Rambutan. The sample used is a palm kernel or a stock pile. Analysis of free fatty acid content was performed by acid base titration using standard solution KOH 0,056 N and thymol blue indicator, the way of drying in the oven for water analysis, and for the analysis of dirt content is determined by weighing the result of the amount of impurities contained in the palm kernel. Of the result has been done, the free fatty acid content is obtained : 0,53%, 0,59%, 0,56%, 0,54% with average 0,55%. Analysis of water content is obtained : 5,73%, 5,69%, 5,78%, 5,58% with average 5,69%.

While the analysis of dirt content is obtained: 5,60%, 5,70%, 6,10%, 5,80% with average 5,80%. Analysis result show that the core production quality in pal oil mill PTPN III PKS Kebun Rambutan has been in accordance with quality standars set by the company

Keyword: palm kernel, free fatty acid, moisture content, dirt content

(9)

DAFTAR ISI

Halaman

Persetujuan i

Pernyataan ii

Penghargaan iii

Abstrak v

Abstract vi

Daftar Isi vii

Daftar Tabel ix

Daftar Lampiran x

BAB 1 PENDAHULUAN 1

1.1. Latar Belakang 1

1.2. Permasalahan 3

1.3. Tujuan 3

1.4. Manfaat 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 5

2.1. Sejarah Kelapa Sawit 5

2.2. Klasifikasi dan Varietas Kelapa Sawit 6 2.2.1. Klasifikasi dan Morfologi Kelapa Sawit 6

2.2.2. Varietas Kelapa Sawit 10

2.3. Cara Panen 13

2.4. Fraksi TBS dan Mutu Panen 14

2.5. Pengolahan Kelapa Sawit 16

2.5.1. Stasiun Penerimaan Buah (Loading Ramp) 16 2.5.2. Stasiun Perebusana (Sterilizer) 17

2.5.3. Stasiun Penebahan (Thresher) 18

2.5.4. Stasiun Pencacahan (Digester) 19 2.5.5. Stasiun Pengepresan (Pressing) 20

2.5.6. Stasiun Penjernihan Minyak 21

2.5.7. Pengutipan Minyak dalam Sludge 24 2.5.8. Stasiun Penimbunan Minyak (Oil Storage) 27

2.6. Pengolahan Inti Sawit 27

2.7. Minyak Kelapa Sawit 34

2.7.1. Minyak Inti Kelapa Sawit 35

2.7.2. Komposisi Kimia Minyak Kelapa Sawit 35

2.8. Standar Mutu 36

2.8.1. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Mutu Minyak Sawit 37

2.9. Pengemasan dan Penimbunan 40

2.9.1. Penimbunan Minyak Sawit 41

2.9.2. Penimbunan Inti Sawit 41

BAB 3 METODE PENELITIAN 43

3.1. Waktu dan Tempat penelitian 43

3.1.1. Tempat Penelitian 43

3.1.2. Waktu Penelitian 43

3.2. Alat dan Bahan 43

3.2.1. Alat 43

3.2.2. Bahan 45

3.3. Prosedur Kerja 45

(10)

3.3.1. Penetuan Kadar Asam Lemak Bebas(ALB) 45

3.3.2. Penentuan Kadar Air 46

3.3.3. Penentuan Kadar Kotoran 47

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 49

4.1. Data dan Hasil percobaan 49

4.2. Perhitungan 51

4.3 Pembahasan 52

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 55

5.1. Kesimpulan 55

5.2. Saran 56

Daftar Pustaka 57

(11)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1. Beberapa Tingkatan Fraksi TBS 15

Tabel 2.2. Komposisi Biji Inti Sawit 35

Tabel 2.3. Komposisi Asam Lemak minyak Sawit dan 36 Minyak Inti Kelapa Sawit

Tabel 4.1. Data Analisis Kadar Asam Lemak Bebas (ALB) 49

Tabel 4.2. Data Analisis Kadar Air 50

Tabel 4.3. Data Analisis Kadar Kotoran 50

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Norma/Parameter Spesifikasi Bidang Pengolahan, 1 Laboraturiun & Teknik

(13)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kelapa sawit merupakan tumbuhan tropis yang tergolong dalam famili palmae dan berasal dari Afrika Barat. Meskipun demikian dapat tumbuh diluar daerah asalnya, termasuk Indonesia. Hingga kini tanaman ini telah diusahakan dalam bentuk perkebunan dan pabrik pengolahan kelapa sawit ( Fauzi, 2004).

Kelapa sawit didatangkan ke Indonesia pada tahun 1848 dan baru dibudidayakan secara komersial dalam bentuk perkebunan pada tahun 1911.

Kelahiran perkebunannya membutuhkan waktu sekitar 63 tahun. Namun kenyataannya, kelapa sawit mampu hadir dan berkiprah di Indonesia tumbuh dan berkembang dengan baik ( perkebunannya dapat ditemukan antara lain; di Sumatera Utara dan D.I. Aceh ) dan produk olahan minyak sawit menjadi salah satu komoditas perkebunan yang handal dimana kelapa sawit merupakan tanaman yang bernilai ekonomis yang cukup tinggi karena merupakan salah satu tanaman penghasil minyak nabati.

Bagi Indonesia sendiri, kelapa sawit memiliki arti yang sangat penting karena mampu menciptakan kesempatan kerja bagi masyarakat dan sebagai sumber perolehan devisa negara. Sampai saat ini Indonesia merupakan salah satu produsen utama minyak sawit (CPO) selain Malaysia dan Nigeria.

(14)

PTPN III PKS Kebun Rambutan adalah salah satu unit perusahaan yang bergerak dibidang perkebunan kelapa sawit. PTPN III PKS Kebun Rambutan memiliki pabrik yang mengolah buah kelapa sawit atau disebut TBS ( Tandan Buah Segar ) menjadi minyak kelapa sawit (CPO) dan inti sawit (Kernel). Dalam proses pengolahan TBS, pabrik kelapa sawit PTPN III PKS Kebun Rambutan memiliki kapisitas 700 Ton TBS/ Hari. Tanaman kelapa sawit yang dikembangkan pada perusahaan ini adalah varietas Tenera, karena varietas Tenera menghasilkan minyak yang cukup baik dibandingkan dengan varietas lainnya.

Dalam hal perdangangan mutu menjadi hal yang paling penting diperhatikan oleh pihak produsen dan pihak produsen harus memperhatikan hal tersebut seperti dalam kebutuhan bahan pangan, tentunya tuntutan syarat mutu minyak sawit harus lebih ketat dibandingkan dengan bahan mutu non pangan. Oleh karena itu, keaslian, kemurnian, kesegaran, maupun aspek higienisnya harus lebih diperhatikan sebab dampaknya langsung berpengaruh terhadap kesehatan manusia ( Tim Penulis, 1997 ).

Faktor- faktor yang dapat mempengaruhi mutu minyak sawit dapat dibedakan menjadi dua arti. Yang pertama adalah mutu minyak sawit dalam arti benar- benar murni dan tidak tercampur dengan minyak nabati lain yang ditentukan dengan menilai sifat- sifat fisiknya antara lain; titik lebur, angka penyabunan, dan bilangan iodium. Dan yang kedua, yaitu; mutu minyak sawit menurut penilaian ukuran, yang diukur berdasarkan spesifikasi standar mutu internasional yang meliputi kadar asam lemak (ALB, FFA), air, kotoran, logam besi, logam tembaga, peroksida, dan ukuran pemucatan. Dalam dunia perdagangan, mutu minyak sawit dalam arti yang kedua memiliki arti yang penting. Semua faktor- faktor ini perlu

(15)

dianalisa untuk mengetahui mutu minyak sawit, hal ini perlu dilakukan untuk mengetahui apakah kandungan parameter minyak tersebut telah sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Berdasarkan uraian diatas maka dilakukan penelitian dengan judul “ Analisi Mutu Inti Produksi (Palm Kernel) Dengan Parameter Kadar Asam Lemak Bebas (ALB, Kadar Air, dan Kadar Kotoran) di PTPN III PKS Kebun Rambutan”.

1.2 Permasalahan

1. Berapakah kadar asam lemak bebas (ALB), kadar air dan kadar kotoran yang terkandung dalam inti produksi di Pabrik Kelapa Sawit PTPN III PKS Kebun Rambutan.

2. Apakah kadar asam lemak bebas (ALB), kadar air dan kadar kotoran yang terkandung dalam inti produksi di Pabrik Kelapa Sawit PTPN III PKS Kebun Rambutan sesuai dengan standar mutu yang telah ditetapkan oleh PTPN III PKS Kebun Rambutan Tahun 2017.

1.3 Tujuan

a. Untuk mengetahui berapa kadar asam lemak bebas (ALB), kadar air dan kadar kotoran yang terkandung dalam inti produksi di Pabrik Kelapa Sawit PTPN III PKS Kebun Rambutan.

b. Untuk mengetahui Apakah kadar asam lemak bebas (ALB), kadar air dan kadar kotoran yang terkandung dalam inti produksi di Pabrik Kelapa Sawit PTPN III

(16)

PKS Kebun Rambutan sesuai dengan standar mutu yang telah ditetapkan atau tidak oleh PTPN III PKS Kebun Rambutan Tahun 2017.

1.4 Manfaat

Dengan dilakukannya analisa ini, kita dapat mengerti serta dapat mengetahui informasi mengenai kadar asam lemak bebas (ALB), kadar air dan kadar kotoran yang terkandung dalam inti produksi yang dapat mempengaruhi mutu inti yang dihasilkan di PTPN III PKS Kebun Rambutan.

(17)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Sejarah Kelapa Sawit

Tanaman kelapa sawit (Elaeis guinensis jack) berasal dari Nigeris, Afrika Barat.

Meskipun demikian, ada yang menyatakan bahwa kelapa sawit berasal dari Amerika Selatan yaitu Brazil karena lebih banyak ditemukan spesies kelapa sawit di hutan Brazil dibandingkan dengan Afrika. Pada kenyataannya tanaman kelapa sawit hidup subur diluar daerah asalnya, seperti Malaysia, Indonesia, Thailand, dan Papua Nugini. Kelapa sawit pertama kali diperkenalkan di Indonesia oleh pemerintah kolonial Belanda pada tahun 1848. Ketika itu ada empat batang bibit kelapa sawit yang dibawa dari Mauritius dan Amsterdam dan ditanam di Kebun Raya Bogor. Tanaman kelapa sawit mulai di usahakan dan dibudidayakan secara komersial pada tahun 1911. Perkebunan kelapa sawit pertama berlokasi di Pantai Timur Sumatera(Deli) dan Aceh. Luas areal perkebunannya mencapai 5.123 ha.

Memasuki pemerintahan orde baru, pembangunan perkebunan diarahkan dalam rangka menciptakan kesempatan kerja, meningkatkan kesejahteraan masyarakat, dan sebagai sektor penghasil devisa negara. Pemerintah terus mendorong pembukaan lahan baru untuk perkebunan. Sampai dengan tahun 1980 luas lahan mencapai 294.560 ha dengan produksi CPO sebesar 721.172 ton. Sejak saat itu lahan perkebunan kelapa sawit Indonesia berkembang pesat. ( Fauzi,2004 )

(18)

2.2. Klasifikasi dan Varietas Kelapa Sawit 2.2.1. Klasifikasi dan morfologi kelapa sawit A. Klasifikasi

Dalam dunia botani, semua tumbuhan diklasifikasikan untuk memudahkan dalam identifikasi secara ilmiah. Metode pemberian nama ilmiah (Latin) ini dikembangkan oleh Carolus Linnaeus. Tanaman kelapa sawit diklasifikasikan sebagai berikut:

Divisi : Embryophyta siphonagama Kelas : Angiospermae

Ordo : Monocotiledonae

Familia : Arecaceae (dahulu disebut palmae) Subfamali : Cocoideae

Genus : Elaeis

Spesies : Elaeis guinensis jacq

(Pahan, 2006)

B. Morfologi Tanaman Kelapa Sawit

Tanaman kelapa sawit dapat dibedakan menjadi dua bagian yaitu bagian vegetatif dan bagian generatif. Bagian vegetatif kelapa sawit meliputi akar, batang, dan daun, sedangkan bagian generatif yang merupakan alat perkembangbiakan terdiri dari bunga dan buah.

(19)

1. Bagian Vegetatif A. Akar

Akar tanaman kelapa sawit berfungsi sebagai penyerap unsur hara dalam tanah dan respirasi tanaman. Selain itu, sebagai penyangga berdirinya tanaman sehingga mampu menyokong tegaknya tanaman pada ketinggian yang mencapai puluhan meter hingga tanaman berumur 25 tahun. Akar tanaman kelapa sawit tidak berbuku, ujungnya runcing, dan berwarna putih atau kekuningan. Tanaman kelapa sawit berakar serabut. Perakarannya sangat kuat karena tumbuh kebawah dan ke samping membentuk akar primer, sekunder, tertier, dan kuarter. Akar primer tumbuh ke bawah di dalam tanah sampai batas permukaan air tanah. Akar sekunder, tertier, dan kuarter tumbuh sejajar dengan permukaan air tanah bahkan akar tertier dan kuarter menuju ke lapisan atas atau ke tempat yang banyak mengandung zat hara.

B. Batang

Kelapa sawit merupakan tanaman monokotil, yaitu batangnya tidak mempunyai kambium dan umumnya tidak bercabang. Batang berfungsi sebagai penyangga tajuk serta menyimpan dan mengangkut bahan makanan. Batang kelapa sawit tumbuh tegak lurus ke atas. Batang berbentuk silindris dan berdiameter 20 – 75 cm, tetapi pada pangkalnya membesar. Tinggi batang bertambah 25 – 45 cm/tahun. Pertumbuhan batang tergantung pada jenis tanaman, kesuburan lahan, dan iklim setempat.

C. Daun

Daun kelapa sawit mirip kelapa yaitu membentuk susunan daun majemuk, bersirip genap, dan bertulang sejajar. Daun-daun membentuk satu pelepah yang

(20)

panjangnya mencapai lebih dari 7.5 – 9 m. Pada pangkal pelepah daun terdapat duri-duri atau bulu-bulu. Daun muda yang masih kuncup berwarna kuning pucat.

Pada tanah yang subur, daun cepat membuka sehingga makin efektif melakukan fungsinya sebagai tempat berlangsungnya fotosintesis dan sebagai alat respirasi.

Semakin lama proses fotosintesis berlangsung, semakin banyak bahan makanan yang dibentuk sehingga prosuksi akan meningkat. Produksi daun tergantung iklim setempat. Umur daun mulai terbentuk sampai tua sekitar 6 – 7 tahun. Daun kelapa sawit yang sehat dan segar berwarna hijau tua.

2. Bagian generatif A. Bunga

Kelapa sawit merupakan tanaman berumah satu (monoecious), artinya bunga jantan dan bunga betina terdapat dalam satu tanaman dan masing-masing terangkai dalam satu tandan. Rangkaian bunga jantan terpisah dengan bunga betina. Rangkaian bunga jantan dihasilkan dengan siklus yang bergantian dengan rangkaian bunga betina. Rangkaian bunga terdiri dari batang poros dan cabang- cabang neruncing yang disebut spikelet. Jumlah spikelet dalam rangkaian dapat mencapai 200 buah. Kadang-kadang pada tanaman kelapa sawit terbentuk rangkaian bunga yang hermaprodit, terutama pada tanaman yang masih muda. Hal ini dapat terjadi pada masa transisi antara siklus bunga jantan dan betina. Bunga betina yang sudah mekar atau dalam keadaan reseptif mengalami beberapa tingkatan perkembangan, tingkat perkembangan bunga betina dapat dilihat dari perbedaan warnanya. Pada hari keempat saat warna bunga menjadi merah kehitam-hitaman bunga betina mengeluarkan bau harum dan lendir yang menarik serangga, sehingga proses penyerbukan dapat terjadi. Selain oleh serangga,

(21)

penyerbukan dapat juga dibantu angin. Bunga jantan pun mengalami tingkat perkembangan mulai dari terbentuknya kelopak bunga sampai siap melakukan perkawinan. Bunga jantan juga akan mengeluarkan bau yang khas. Hal itu menandakan bunga jantan sedang aktif dan tepung sari dapat diambil untuk penyerbukan buatan. Produksi tandan bunga jantan per pokok pada tanaman muda lebih sedikit dibandingkan dengan produksi bunga betina. Angka perbandingan akan menjadi stabil sesuai dengan bertambahnya umur tanaman.

B. Buah

Buah disebut juga fructus. Pada umumnya tanaman kelapa sawit yang tumbuh baik dan subur sudah dapat menghasilkan buah serta siap dipanen pertama pada umur sekitar 3.5 tahun jika dimulai dari penanaman biji kecambah di pembibitan.

Buah terbentuk setelah terjadi penyerbukan dan pembuahan. Waktu yang diperlukan mulai dari penyerbukan sampai buah matang dan siap panen krang lebih 5 – 6 bulan. Secara anatomi, buah kelapa sawit terdiri dari dua bagian utama yaitu bagian pertama adalah perikaprium yang terdiri dari epikaprium dan mesokaprium, sedangkan yang kedua adalah biji, yang terdiri dari endokaprium, endosperm, dan lembaga atau embrio. Epikaprium adalah kulit buah yang keras dan licin, sedangkan mesokaprium yaitu dagimg buah yang berserabut dan mengandung minyak dengan rendemen paling tinggi. Endokaprium merupakan tempurung berwarna hitam dan keras. Endosperm atau disebut juga kernel merupakan penghasil minyak inti sawit, sedangkan lembaga atau embrio merupakan bakal tanaman. Tanaman kelapa sawit menghasilkan buah 20 – 22 tandan/tahun. Untuk tanaman yang semakin tua produktivitasnya akan menurun menjai 12 – 14 tandan/tahun. Banyaknya buah yang terdapat pada satu tandan

(22)

tergantung pada faktor genetis, umur, lingkungan, dan teknik budi dayanya (Fauzi, 2004).

2.2.2. Varietas Kelapa Sawit

Ada beberapa varietas tanaman kelapa sawit yang telah dikenal. Varietas-varietas itu dapat dibedakan berdasarkan tebal tempurung dan daging buah atau berdasarkan warna kulit buahnya. Selain varietas-varietas tersebut, ternyata dikenal juga beberapa varietas unggul yang mempunyai beberapa keistimewaan, antara lain mampu menghasilkan produksi yang lebih baik dibandingkan dengan varietas lain.

1. Varietas berdasarkan ketebalan tempurung dan daging buah

Berdasarkan ketebalan tempurung dan daging buah, dikenal lima varietas kelapa sawit, yaitu:

A. Dura

Tempurung cukup tebal antara 2 - 8 mm dan tidk terdapat lingkaran sabut pada bagian luar tempurung. Daging buah relatif tipis dengan persentase daging buah terhadap buah bervariasi antara 35-50%. Kernel (daging biji) biasanya besar dengan kandungan minyak yang rendah. Dari empat pohon induk yang tumbuh di kebun raya bogor., varietas ini kemudian menyebar ke tempat lain antara lain ke negara Timur jauh. Dalam persilangan varietas Dura dipakai sebagai pohon induk betina.

(23)

B. Pisifera

Ketebalan tempurung sangat tipis, bahkan hampir tidak ada, tetapi daging buahnya tebal. Persentase daging buah terhadap buah cukup tinggi. Sedangkan daging biji sangat tipis. Jenis pisifera tidak dapat diperbanyak tanpa mnyilangkan dengan jenis yang lain. Varietas ini dikenl sebagai tanaman betina yang steril sebab bunga betina gugur pada fase dini. Oleh sebab itu, dalam persilangan dipakai sebagai pohon induk jantan. Penyerbukan silang antara pisifera dengan dura akan menghasilkan varietas tenera.

C. Tenera

Varietas ini memiliki sifat-sifat yang berasal dari kedua induknya, yaitu Dura dan Pisifera. Varietas inilah yang banyak ditanam di perkebunan-perkebunan pada saat ini. Tempurung sudah menipis, ketebalannya berkisar antara 0.5 – 4 mm, dan terdapat lingkaran serabut di sekelilingnya. Persentase daging buah terhadap buah tinggi antara 60 - 96%. Tandan buah yang dihasilkan oleh Tenera lebih banyak darpada Dura, tetapi ukuran tandannya relatif lebih kecil.

D. Macro carya

Tempurung sangat tebal, sekitar 5 mm,sedang daging buahnya tipis sekali.

E. Diwikka-wakka

Varietas ini mempunyai ciri khas dengan adanya dua lapisan daging buah.

Diwikka-wakka dapat dibedakan menjadi diwikka-wakkadura,diwikka- wakkapisifera, dan diwikka-wakkatenera. Dua varietas kelapa sawit yang disebutkan terakhir ini jarang dijumpai dan kurang begitu dikenal di Indonesia.

Perbedaan ketebalan daging buah kelapa sawit menyebabkan perbedaan perentase atau rendemen minyak yang dikandungnya. Rendemen minyak tertinggi

(24)

terdapat pada varietas Tenera yaitu sekitar 22 - 24% sedangkan pada varietas Dura antara 16 - 18%.

2. Varietas berdasarkan warna kulit buah

Ada 3 varietas kelapa sawit yang terkenal berdasarkan perbedaan warna kulitnya,.

Varietas-varietas tersebut adalah:

A. Nigrescens

Buah berwarna ungu sampai hitam pada waktu muda dan berubah menjadi jingga kehitam-hitaman pada waktu masak. Varietas ini banyak ditanam di perkebunan.

B. Virescens

Pada waktu muda buahnya berwarna hijau dan ketika masak warna buah berubah menjadi jingga kemerahan, tetapi ujungnya tetap kehujauan. Varietas ini jarang dijumpai di lapangan.

C. Albescens

Pada waktu muda buah berwarna keputih-putihan. Sedangkan setelah masak menjadi kekuning-kuningan dan ujungnya bewarna ungu kehitanam. Varietas ini juga jarang dijumpai.

3. Varietas unggul

Pada saat ini, telah dikenal beberapa varietas unggul kelapa sawit yang dianjurkan untuk ditanam di perkebunan. Varietas-varietas unggul tersebut dihasilkan melalui hibridisasi atau persilangan buatan antara varietas Dura sebagai induk betina dengan varietas Pisifera sebagai induk jantan. Terbukri dari hasil pengujian yang dilakukan selama bertahun-tahun, bahwa varietas-varietas tersebut mempunyai

(25)

kualitas dan kuantitas yang lebih baik dibandingkan varietas lainnya ( Tim Penulis PS, 1997 )

2.3. Cara Panen

Cara pemanenan buah sangat mempengaruhi jumlah dan mutu minyak yang dihasilkan. Kelapa sawit biasanya mulai berbuah pada umur 3 – 4 tahun dan buahnya masak 5 – 6 bulan setelah penyerbukan. Proses pemasakan buah kelapa sawit dapat dilihat dari perubahan warna kulit buahnya, dari hijau pada buah muda menjadi merah jingga waktu buah telah masak. Pada saat itu, kandungan minyak pada daging buahnya telah maksimal. Jika terlalu matang, buah kelapa sawit akan lepas dari tangkai tandannya, Hal ini disebut dengan istilah membrondol. Panen yang tepat mempunyai sasaran untuk mencapai kandungan

minyak yang paling maksimal. Pemanenan pada keadaan buah lewat matang akan meningkatkkan Asam Lemak Bebas atau Free Fatty acid (ALB atau FFA). Hal itu tentu akan banyak merugikan sebab pada buah yang terlalu masak sebagian kandungan minyaknya berubah menjadi ALB sehingga akan menurunkan mutu minyak. Buah yang terlalu masak lebih muda terserang hama dan penyakit.

Sebaliknya, pemanenan pada buah yang mentah akan menurunkan kandungan minyak, walaupun ALB nya rendah. Sebaiknya pemanenan dilakukan terhadap semua tandan buah yang telah matang. Berdasarkan tinggi tanaman, ada tiga cara panen yang umum dilakukan oleh perkebunan kelapa sawit di Indonesia. Untuk tanaman yang tingginya 2 – 5 m digunakan cara panen jongkok dengan alat dodos. Sedangkan tanaman dengan ketinggian 5 – 10 m dipanen dengan cara berdiri dan menggunakan alat kampak siam. Cara egrek digunakan untuk

(26)

pemanenan tanaman dengan tinggi diatas 10 m, dengat alat arit bergagang panjang (egrek). Dan untuk memudahkan pemanenan, sebaiknya pelepah daun yang menyangga buah dipotong terbelih dahulu. ( Tim Penulis PS, 1997 )

2.4. Fraksi TBS dan Mutu Panen

Komposisi fraksi tandan yang biasanya ditentukan dipabrik sangat dipengaruhi perlakuan sejak awal panen dilapangan. Faktor penting yang cukup berpengaruh adalah kematangan buah yang cepat dipanen dan cepat tidaknya pengangkutan buah ke pabrik. Dalam hal ini, pengetahuan mengenai derajat kematanngan buah mempunyai arti yang penting sebab jumlah mutu minyak yang diperoleh nantinya sangat ditentukan oleh faktor ini.

Penentuan saat panen sangat mempengaruhi kandungan asam lemak bebas (ALB) minyak sawit yang dihasilkan. Apabila pemanenan buah dilakukan dalam keadaan lewat matang, maka minyak yang dihasilkan mengandung ALB dalam presentase tinggi (lebih dari 5%). Sebaliknya, jika pemanenan dilakukan dalam keadaan buah belum matang, maka selain kadar ALB nya rendah, rendemen minyak yang diperolehnya juga rendah. Disinilah, pengetahuan mengenai kriteria matang panen berdasarkan jumlah berondolan yang jatuh berperan cukup penting dalam menentukan derajat kematangan buah.

Berdasarkan hal tersebut diatas, dikenal ada beberapa tingkatan atau fraksi dari TBS yang dipanen. Fraksi-fraksi TBS tersebut sangat mempengaruhi mutu panen, termasuk juga kualitas minyak sawit yang dihasilkan. Dikenal ada lima fraksi TBS yang dapat kita lihat pada tabel berikut (Tim Penulis PS, 1997 )

(27)

Tabel 2.1. Beberapa tingkatan fraksi TBS

N Kematangan Fraksi Jumlah Berondolan Keterangan 1. Mentah 00

0

Tidak ada buah berwarna hitam

1 – 12.5% buah luar membrondol

Sangat Mentah Mentah 2. Matang 1

2 3

12.5 - 25% buah luar membrondol

12.5 - 50% buah luar membrondol

50 - 75% buah luar membrondol

Kurang Matang Matang I Matang II 3. Lewat Matang 4

5

75 - 100% buah luar membrondol

Buah dalam juga membrondol, ada buah yang busuk

Lewat Matang I Lewat Matang II

Derajat kematangan yang baik yaitu jika tandan-tandan yang dipanen berada pada fraksi 1, 2, 3. Secara ideal, dengan mengikuti ketentuan dan kriteria matang panen dan terkumpulnya brondolan, serta pengangkutan yang lancar, maka dalam suatu pemanenan akan diperoleh komposisi fraksi tandan sebagai berikut :

a. Jumlah brondolan dipabrik kurang lebih 25% dari berat tandan seluruhnya.

b. Tandan yang terdiri dari fraksi 2 dan 3 minimal 65% dari jumlah tandan c. Tandan yang terdiri dari fraksi 1 minimal 20% dari jumlah tandan, dan

d. Tandan yang terdiri dari fraksi 4 dan 5 maksimal 15% dari jumlah tandan (Tim Penulis PS, 1997 ).

(28)

2.5. Pengolahan Kelapa Sawit

2.5.1. Stasiun Penerimaan Buah (Loading Ramp)

TBS (Tandan Buah Segar) yang berasal dari kebun pertama kali diterima di stasiun penerimaan buah untuk ditimbang dan ditampung sementara di loading ramp

1. Jembatan Timbang

Truk yang masuk ke PKS ditimbang di jembatan timbang untuk memperoleh bruto dan ketika keluar untuk mendapatkan tarra. Jumlah TBS yang diterima di

PKS (netto) dapat diketahui dengan cara menghitung selisih bruto dengan tarra.

TBS yang diterima hanya dari kebun PTPN III sendiri dan tidak menerima TBS dari pihak ketiga(kebun lain)

2. Loading Ramp

Buah yang masak selanjutnya akan dibongkar di loading ramp untuk di sortasi berdasarkan tingkat kematangannya. Adapun penggolongan kematangan tersebut adalah sebagai berikut:

a. Mentah : Tidak boleh ada

b. Matang I : Buah membrondol 1 sd 30 (5%) c. Matang II : Buah membrondol sampai 31 (15%) d. Matang III : Buah yang membrondol sampai 40%

e. Matang IV : Buah yang membrondol sampai 40%

Lantai loading ramp dibuat miring yang bertujuan untuk memisahkan kotoran- kotoran seperti pasir, kerikil, dan sampah – sampah lain. TBS selanjutnya

(29)

dimasukkan kedalam lori yang ada di bawah loading ramp dan akan di proses di stasiun sterilizer.

2.5.2. Stasiun Perebusan (Sterilizer)

Lori yang berissi TBS selanjutnya dikirim ke stasiun rebusan yang ditarik dengan capstand dan digerakkan oleh elektromotor. Tempat perebusan ada 3 buah kapasitas dari tiap rebusan ada 8 lori dimana; 1 lori 2,5 ton.

Metode rebusan yang digunakan adalah metode “triple peak” (tiga puncak) dengan temperatur 130 – 150℃, tekanan 2,8 – 3kg/cm2 dan siklus rebusan 90 – 110 menit. Adapun bagian dari perebuan yaitu :

a. Perebusan puncak pertama

Setelah selesaai pengeluaran steam,tekanan uap dinaikkan hingga 1,5,kg/cm2 selama 5 – 7 menit kemudian dibuang dengan blow down sampai tekanan 0,0 kg/cm2 supaya perebusan lebih sempurna

b. Perebusan puncak kedua

Tekanan sterilizer dinaikkan sampai 2,5 kg/cm2 selama 10 – 12 menit, kemudian di blow down sampai uapnya habis yaitu tekanan 0,0 kg/cm2.

C. Perebusan puncak ketiga

Tekanan dinaikkan sampai 2,8 kg/cm2 selama 15 – 17 menit dan dilakukan masa bertahan sampai 45 menit.

Tujuan perebusan antara lain adalah : 1.Menonaktifkan aktivitas enzim lipase 2. Untuk mengurangi kadar air dalam buah.

(30)

3. Untuk melunakkan daging buah.

4. Membantu proses pelepas cangkang dan meminimumkan bini pecah

5. Mengkoagulasi proten dan mengurangi emulsioner sehingga proses pemurnian minyak lebih mudah.

2.5.3. Stasiun Penebahan (Thresher)

Stasiun penebahan merupakan stasiun pemisah brondolan dengan janjangan kosong

1. Hoisting Crane (alat pengangkut)

Buah dalam lori hasil perebusan diangkat dan dituang ke hopper serta lori diturunkan kembali ketempat semula oleh hoisting crane

2. Auto Feeder

Untuk mengatur kecepatan buah yang masuk dari hopper ke stripper drum .

3. Stripper Drum

Alat ini berbentuk drum dengan kisi – kisi dengan jarak antara kisi sedikit lebih besar daripada ukuran brondolan, dengan putaran 23 rpm. Pada kecepatan ini TBS akan terangkat kepuncak lintasan kemudian langsung terjatuh karena adanya gaya gravitasi dan terbanting pada kisi – kisi drum sehingga berondolan lepas dari tandannya. Setiap stripper dilengkapi dengan spike berupa paku yang bertujuan untuk membersihkan janjangan dari brondolan sampai bagian terdalam.

.

4. Empty Bunch Conveyor (konveyor janjangan kosong)

(31)

Untuk membawa janjangan kosong ke empty bunch hopper, yang selanjutnya dibawa oleh truk – truk dan disebarkan ke kebun sawit.

5. Fruit Conveyor

Untuk mengantar brondolan ke fruit elevator 6. Fruit Elevator

Gunanya untuk memudahkan brondolan dari konveyor buah ke stasiun pencacah. Alat ini terdiri dari sejumlah timba yang dihubungkan pada rantai yang digerakkan oleh elektromotor.

2.5.4. Stasiun Pencacahan (digester)

Adalah alat untuk melumatkan berondolan hingga daging buah terpisah dari bji, dan menghancurkan sel – sel yang mengandung minyak sehingga minyak dapat diperas sebanyak – banyaknya pada proses pemgempaan. Ketel pengaduk ini terdiri dari tabung silinder yang berdiri tegak, sebanyak 6 tingkat yang diikatkan pada poros dan digerakkan oleh motor listri. 5 tingkat pisau bagian atas digunakan untuk mengaduk/melumat, sedangkan pisau bagian bawah disamping pengaduk juga dipakai untuk pendorong massa keluar ketel adukan. Untuk memudahkan proses pelumatan diperlukan panas 90 - 95℃, yang diberikan dengan menginjeksikan uap langung. Jarak pisau dengan dinding digester maksimum 15mm. Isian ketel harus penuh dan pintu tetap tertutup, apabila pencacahan berjalan ±15 menit maka pintu dibuka ±3/4.

2.5.5. Stasiun Pengepresan (pressing)

(32)

Merupakan stasiun yang berfungsi untuk pemisahan minyak dari buah dengan cara mengepress massa brondolan yang keluar dari digester.

1. ScrewPress

Alat pengepresan ini dikenal dengan screw press yang dipakai untuk memisahkan minyak kasar (crude oil) dari dagingg buah (perikarp). Alat ini terdiri dari sebuah silinder yang berlubang – lubang dan didalamnya terdapat dua buah ulir (screw) yang berputar dengan arah yang berlawanan sehingga mendesak brondolan keluar dan akan tertahan di konus. Minyak yang keluar dari kettel adukan melalui feeder screw atau bagian pressing yang berlubang –lubang ditampung dalam talang – talang minyak (oil gutter). Sedangkan serabut dan biji diangkut oleh cake breaker conveyor (CBC) menuju ke pemisah biji dan serabut (depericarper). Untuk mempermudah pemisahan dan pengaliran minyak pada feed screw dilakukan injeksi uap dan penambahan air panas atau air delusi dengan tekanan hidrolik pada akumulator 43 – 45 Bar.

Adapun pengaruh dari tekanan antara lain : a). Tekanan yang terlalu tinggi menyebabkan i. Jumlah biji pecah bertambah

ii. Jumlah serat – serat halus yang terikat minyak bertambah, hal ini akan menyulitkan pada proses pemisahan minyak selanjutnya

b). Tekanan terlalu rendah memyebabkan :

i. Cake basah, sehingga terjadi kerugian minyak pada ampas kempa dan biji tinggi ii. Pemisahan ampas dan biji tidak sempurna, sehingga terjadi kesulitan pada pengolahan biji

(33)

iii. Ampas menjadi basah, sehingga tidak dapat digunakan sebagai bahan bakar ketel uap

2. Pemecah ampas kempa (cake breaker conveyor/CBC)

Ampas press yang masih bercampur biji dan masih berbentuk gumpalan – gumpalan dipecah dan dibawa oleh alat – alat pemecah kempa ini ke depericarper untuk dipisah antara ampas dan biji. Low speed di PKS Kebun Rambutan berjumlah 3 buah. Sludge dalam buffer tank dipanaskan pada temperatur 90 – 95℃ sehingga pemisahan minyak lebih homogen untuk dialirkan ke low speed.

3. Pemisah ampas dan biji (depericarper)

Ampas dan biji dari cake breaker conveyor dipisah oleh depericarper sekaligus untuk membersihkan biji dari sisa serabut yang masih melekat pada biji.

Ampas kering terhisap oleh LTDS dan melalui air lock masuk kedalam conveyor bahan bakar, sedangkan biji jatuh kebawah dan diantar conveyor kedalam nut polishing drum . nut polishing drum berputar ± 32 rpm. Akibat adanya putaran ini terjadi gesekan yang menyebabkan serabut lepas dari biji.

2.5.6.Stasiun Penjernihan Minyak

Minyak sawit yang keluar dari stasiun pengepresan masih berupa minyak kasar karena masih banyak mengandung kotoran berupa cangkang dan serabut serta air 40 – 45 %. Kemudian minyak diproses lagi di stasiun pemurnian minyak untuk memperoleh minyak sawit bermutu baik. Stasiun ini terdiri dari :

(34)

a. Tangki Pemisah (sand trap tank)

Tangki ini berfungsi untuk mengurangi jumlah pasir dalam minyak yang akan dialirkan ke vibrating screen. Alat ini bekerja berdasarkan gaya gravitasi, yaitu mengendapkan padatan. Keberhasilan proses pengendapkan bergantung pada retention time(waktu pengendapan) yang ditentukan berdasarkan kapasitan tangki tersebut. Disamping itu pemisahan cairan (fluida) yang berupa campuran minyak kasar, air dan bahan lainnya dari kotoran pasir dialirkan ke vibrating screen dibantu oleh panas dari steam yang diinjeksikan kadalam tangki yang bertemperatur 90 - 95℃

b. Saringan Bergetar (vibrio separator)

Terdiri dari dua tabung getar (saringan) bertingkat yang terbuat dari aluminium, dimana tingkat 1 (bagian atas) berdiameter 20 mesh dn bagiab bawahbya berdiameter 40 mesh. Pada tingkat 1 (bagian atas) dan saringan bagian bawah dibuat lubang untuk membuang kotoran. Serat hasil saringan ke conveyor dan digester. Vibrio seperator memiliki 12 per dengan panjang ±18 cm dan berdiameter ±15 cm yang terbuat dari besi. Dan minyak hasil saringan dialirkan ke crude oil tank. Untuk mempermudah proses pemisahan minyak pada saringan getar, maka pada waktu penyaringan massa minyak diencerkan dengan air panas pada suhu ±60℃. pengenceran ini diatur sehingga cairan dalam tangki mempunyai perbandingan 1 : 2 (minyak : lumpur/sludge). Sludge hasil pengedapan dibuang (diblow down) ketika tangki sudan terlihat kotor dan minyak kemudian dialirkan ke VCT (vertical clarifier tank).

.

(35)

c. Vertical Clarifier Tank (VCT)

Terbuat dari baja dengan lapisan dan berkapasitas 90 ton. Didalam tangki terdapat skimmer dimana minyak yang berada dipermukaan masuk ke skimmer.

VCT juga dilengkapi oleh stirer yang fungsinya mempercepat pemisahan minyak dengan mengaduk dan memecahkan padatan dan mendorong lapisan minyak dengan sludge. Pemisahan berlangsung berdasarkan prinsip gravitasi dimana air dan lumpur yang berta jenisnya lebih besar akan mengendap sedangkan minyak yang berat jenisnya lebih ringan akan mengapung diatas. Selanjutnya minyak hasil pemisahan VCT dialirkan ke oil tank sedangkan lumpur dialirkan ke sludge tank.

d. Oil Tank

Berfungsi sebagai tempat penampungan sementara minyak sekaligus untuk mengurangi sludge yang masih terikut dari VCT. Pengaturan suhu dilakukan oada tempetarur 90 – 95 ℃. Panas yang ada akan menyebabkan sludge akan turun kelapisan bawah secara gravitasi. Kotoran ini di blow down setiap 4 jam sekali.

Hasil blow down ditampung di drain tank, dopompakan ke VCT untuk diproses kembali.

e. Oil Purifier

Fungsi oil purifier adalah untuk mengurangi kadar kotoran dalam minyak. Oil purifier bekerja dengan prinsip sentrifugal dengan jumlah putaran 7000 rpm pada suhu 90 - 100℃ dan dengan tekanan 3 kPa. Akibat adanya gaya sentrifugal, minyak dengan massa jenis yang lebih ringan bergerak kearah poros, sedangkan kotoran dan air yang massa jenisnya lebih berat terdorong kesudut atau berada di dinding bowl. Kemudian air keluar dan padatan melekat pada dinding bowl yang

(36)

dilarutkan dengan penyucian. Pemisahana alamiah ini terjadi dikarenakan minyak, air dan kotoran memiliki gaya gravitasi masing – masing. Minyak ini selanjutnya dialirkan ke vacum dryer sedangkan air dan kotoran dibuang ke fat pit.

f. Float Tank

Sebelum minyak dialirkan ke vacum dryer terlebih dahulu ditampung di float tank sebagai pengumpanan minyak yang akan masuk ke vacum dryer, karena aliran minyak perlu diatur agar tetap konstan.

g. Vacum Drye

Minyak disemprotkan ke vacum dryer dengan temperatur 90- 95℃ dimana hal tersebut berfungsi untuk mengurangi kadar air 0,5 – 1 %, air akan menguap dan dan uap air tersebut akan terhisap oleh steam injector untuk dibuang ke udara.

Minyak yang telah bersih akan keluar melalui dinding bawah bejana dan selanjutnya masuk ke tangki timbun.

2.5.7. Pengutipan Minyak Dalam Sludge

Sludge merupakan bubur hasil endapan (bloe down) VCT yang masih banyak mengandung minyak, sludge ini masih mengandung minyak sekitar 8 – 10 %.

Proses pengolahan sludge terdiri dari :

1. Tanki Sludge (sludge tank)

Tangki ini dipergunakan untuk tempat penampungan sludge dari hasil pemisahan minyak yaitu dari VCT. Alat ini berbentuk tabung silinder yang bagian bawahnya berbentuk kerucut dan berkapasitas ±10 ton. Minyak dipanaskan pada temperatur 90 - 95℃.

2. Vibro Separator

(37)

Terdiri dari dua saringan yang menyaring sludge yang dialirkan dari sludge tank. Vibro ini sama fungsinya dengan vibro separator dalam pengolahan minyak yaitu untuk menyaring kotoran.

3. Sand Cyclone (pre cleaner)

Terbuat dari aluminium dan dilengkapi dengan 2 lubang yang ditutupi dengan kaca pada bagian depan dan belakang dengan diameter ± 9 m. Cairan hasil penyaringan vibro separator masih mengandung pasir dan untuk membuang pasir tersebut digunakan sang cyclone. Bagian atas alat ini berbentuk silinder dan bagian bawahnya berbentuk cons. Dibawah cons terdapat tabung pengendapan pasir. Sludge akan di pompakan fari bagian atas dengan sistem siklus. Sludge akan disentrifugasi sehingga akan terpisah antara pasir, kotoran dan minyak. Pasir yang mempunyai massa jenis lebih besar akan turun dengan sendirinya kebawah sedangkan minyak akan mengalir menuju buffer tank.

4. Buffer Tank

Tangki ini berfungsi untuk menetralkan aliran-aliran (debit) minyak yang akan masuk ke low speed. Letak tangki ini terletak diatas sludge separator yang mempunyai 6 pipa saluran. Pipa I terletal dibawah tangki untuk meyalurkan sludge tank. Pipa II berada ditengah tangki umtuk menyalurkan sludge ke sludge separator, pipa III terletak dibagian atas tangki untuk menjaga kelebihan sludge serta pipa IV, V dan VI masing-masing menyalurkan minyak ke low speed.

5. Low Speed

Alat ini berfungsi untuk mengutip kembali minyak-minyak yang masih tertinggal dalam sludge. Dengan prinsip gaya sentrifugal minyak yang massa jenisnya lebih kecil akan bergerak menuju ke poros dan terdorong keluar melalui

(38)

sudut-sudut ke ruang pertama tangki pemisah. Cairan yang mempunyai massa jenis lebih besar dari minyak terdorong ke bagian dinding dan dialirkan ke reservoir yang kemudian dialirkan ke effluent treatment. Padatan yang masih menempel pada dinging dibersihkan/dicuci secara manual.

6. Reclaimed Tank

Minyak dari low speed ditampung di reclaimed tank untukk dipompa kembali ke VCT.

7. Drain Tank

Tangki ini berfungsi untuk menampung hasil blow down dari oil tank dan sludge tank serta minyak yang dikutip dari fat pit, kemudian sludge yang dibersihkan setiap pagi, sebelum produksi. Tangki ini memiliki sistem pemanas uap injeksi yang bertujuan untuk pemanasan. Minyak yang terkumpul akan dikirim kembali ke VCT sedangkan kotoran yang terdapat di bagian bawah tangki, yang akan di blow down di pompa oleg sluge pump menuju fat pit.

8. Hot Water Tank

Berfungi untuk memanaskan air dan sebagai tempat penampungan air panas dalam pabrik untuk setiap proses yang digunakan. Air dalam tangki ini dipanaskan pada temperatur 90 - 95℃. Didalam tangki terdapat coil steam yang akan memanaskan air. Air panas akan digunakan untuk keperluan proses pemersihan.

9. Fat Pit

Bak ini berfungsi sebagai penampungan limbah dan tempat penampungan drub buang. Untuk memudahkan proses pengendapan ditambahkan air panas dengan temperatur 90 - 95℃. Drub buang dari stasiun klarifikasi akan

(39)

dikumpulkan di fat pit, sebanyak 6 kolam dan 1 bak penampung minyak hasil pengendapan, dalam kolam penampung drub buang minyak yang terapung dibagian atas akan dialirkan ke drain tank untuk diendapkan kembali dan kemudian dialirkan ke VCT untuk tahap pemisahan minyak (klarifikasi) sedangkan lumpur pekat dibuang ke effluent treatment.

2.5.8. Stasiun Penimbunan Minyak (oil storage)

Berfungsi sebagai tangki timbun minyak hasil olahan pabrik yang akan dipasarkan senjutnya. Oil storage di PKS Kebun Rambutan ada 2 unit dengan masing-masing kapasitas adalah 2000 ton. Suhu tetap dikontrol pada temperatur 40 - 60℃ untuk mencegah peningkatan kadar asam lemak bebas (ALB) dan setiap hari minyak (CPO) murni dari vacum dryer langsung ditampung dalam tangki besar dan juga minyak hasil dari pengutipan dalam sludge yang akan di proses kembali ke VCT juga dialirkan ke tangki timbun, dengan standart mutu yang telah ditentukan sebelumnya.

2.6. Pengolahan Inti Sawit

Stasiun pengolahn biji merupakan stasiun untuk memperoleh inti sawit biji dari pemisah biji dam ampas (depercarper) kemudian dikirim ke beberapa stasiun yang selanjutnya di proses kembali untuk memisahkan inti dari cangkang dikirim ke stasiun boiler untuk dijadikan salah satu bahan bakar

1. Pemisah Serat Dan Biji

(40)

Ampas pressan atau presscake yang terdiri dari campuran biji dan ampas(serat) dari hasil pengempaan dibawa ke mesin pemisah serat dan biji dengan menggunakan Cake Breaker Conveyor(CBC) untuk selanjutnya diporoses menjadi inti(kernel). Adapun rangkaian pemisahan nya terbagi menjadi :

1. Cake Breaker Conveyor (CBC)

Alat ini terdiri dari 1 talang setengah lingkaran yang mempunyai dinding rangkap yang diantaranya diisi dengan steam sehingga temperaturnya mencapai 60 - 70℃ , cake breaker conveyor terdiri dari sebuah as screw dilengkapi dengan panddle yang dipasang dengan sudut tertentu.

Fungsi dari CBC adalah :

a. Mengantar serat dan biji ke depericarper

b. Mengeringkan atau mengurangi kadar air dalam serat (fiber) sehingga dapat memudahkan kinerja boiler karena serat merupakan salah satu bahan bakar utama untuk boiler

c. Memisahkan ampas dari biji

2. depericarper (pemisah biji dan serat)

Proses selanjutnya adalah memisahkan bini dari serat hasil CBC. Alat ini berbentuk drum berputar dengan buffles (alay penyekat yang memoles serat-serat pada biji) dan alat penghisap (blower). Alat ini juga membersihkan biji dari sisa serat yang masih melekat pada biji. Oleh blower serat yang kering dihisap sehingga serat-serat terhisap naik dan keluar dari fiber cyclone. Kemudian diangkut oleh konveyor untuk bahan bakar boiler sedangkan biji jatuh pada polishing drum untuk dibersihkan kembali.

(41)

3. Nut Polishing Drum

Alat ini merupakan bejana yang berbentuk drum yang sisi- sisinya berlubang- lubang dan dilengkapi bilah-bilah pengarah sehingga biji bergerak dari sisi masuk kesisi luar karena adanya putaran dan bilah-bilah pembawa yang miring pada dinding drum maka biji-biji akan jatuh pada lubang-;ubang tersebut. Fungs nut polishing drum yaitu :

a. Membersihkan biji dari serabut yang masih melekat b. Membawa nut dari depericarper ke nut elevator

c. Memisahkan nut dari sampah-sampah yang masih terikut 4. Nut Elevator

Nut elevator ini berbentuk timba-timba yang ddikaitkan pada rantai dan digerakkan oleh elektromotor membentuk putaran tegak (vertikal). Alat ini dipakai untuk mengangkut biji yang berasal dari polishing drum ke nut silo untuk dilakukan pengeringan.

2. Pengeringan Biji

Pengeringan dilakukan di nut silo yang dipakai untuk penyimpanan sementara dan ssekaligus untuk pangeringan biji. Apabila biji sudah cukup kering maka akan dipecah pada ripple mill. Pada nut silo, ladar air biji akan dikurangi dengan cara meniupkan udara panas yang dialirkan melalui elemen panas (heating element) dimana temperatur yang diatur yaitu :

(42)

Bagian atas : 50℃

Bagian tengah : 60℃

Bagian bawah : 70℃

Temperatur pada nut silo ini tidak boleh kurang atau lebij dari yang telah ditetapkan., karena apabaila kurang maka kadar air biji masih tinggi sehingga akan menyulitkan pemisahan inti dari cangkang, dan apabila temperatur terlalu tinggi maka kualitas inti akan rendah. Pemanasan dilakukan sampai kadar air dalam biji mencapai ± 7%, dalam kondisi ini biji dapat dipecahkan dengan baik dan inti mudah lepas dari cangkang, kalau tidak inti akan banyak yang oecah dan banyak inti yang masih melekat pada cangkang.

3. Pemecah Biji

Biji yang bersih dan kering selanjutnya diumpankan ke alat pemecah biji (ripple mill). Pemecah ini terdiri dari rotor dengan kecepatan putar 750 – 1000 rpm didalam stator yang dapat distel. Rotor inilah yang menekan biji pada dinding yang bergerigi dan dengan adanya putaran menyebabkan biji-biji pecah, pemecahan ini dipengaruhi oleh kecepatan putar rotor, jarak antara rotor dengan plat bergerigi dan ketajaman gerigi plat disusun sedemikian rupa sehingga berperan sebagai penahan dan pemecah.

4. Pemisah Biji dari cangkang dan Pengeringan Inti

Proses pemisahan biji dari cangkang terdiri dari :

(43)

1. LTDS I (light tenera dust separator)

Campuran inti yang terdiri dari inti dan cangkang dengan sistem pneumatik, sehingga cangkang terhisap kebagian atas dan kernel (inti) jatuh kebawah. Karena aliran udara yang mengakibatkan tekanan didalam LTDS I vacum akan membawa bahan yang ringan dalam alirannya, sedangkan bahan yang cukup berat akan jatuh kembali pada air lock (pengunci udara). Aliran udara terjadi karean adanya hisapan blower yang digerakkan oleh elektromotor dari LTDS I, tetapi sebelum sampai ke blower aliran udara akan melalui cyclone terlebih dahulu.

2. Polishing Drum

Inti sawit (kernel) dalam drum ini dipisahkan menjadi 3 fraksi yaitu besar, sedang, dan fraksi kecil. Dimana fraksi besar masuk ke LTDS II yang akan memisahkan cangkang dengan kernel silo, sedangkan fraksi sedang dan kecil masuk ke hydrocyclone untuk dipisahkan cangkang inti dengan metode basah.

3. LTDS II (light tenera dust separator)

Kernel dengan fraksi besar masuk ke LTDS II untuk memisahkan cangkang dari inti. Debit udara blower dapat diatur dengan sekat atau klep udara yang terdapat pada cerobong keluar blower, dengan adanya katub ini maka loses ini dapat diatur sekecil mungkin.

4. Hydrocyclone

Hasil dari fraksi kecil dan fraksi sedang masuk ke hydrocyclone untuk dipisahkan inti dan cangkang, dan sekaligus untuk mengurangi loses dan kadar kotoran dengan menggunakan air sebagai media. Hydrocyclone terdiri dari bak air penampung cangkang yang terdiri dari beberapa sekat, tabung pemisah yang dilengkapi dengan popma pengutip dan terdapat konus dibawahnya, serta

(44)

dewatering drum untuk tempat inti. Pemisahan cangkang inti berdasarkan berat

jenis yang lebbih ringan akan naik ke atas melalui vortex finder dengan masuk ke dewatering. Sedangkan cangkang yang berat jenisnya lebih berat akan turun kebawah melalui konus dan masuk dalam sekat kedua. Dari sekat kedua cangkang yang masih bercampur dengan inti oleh pompa dihisap dan ditekan masuk, melalui konus masuk ke dalam tabung pemisah-2, inti naik melalui vortex finder dan dikembalikan pada bak air-1, sedangkan cangkang yang masih mengandung sebagian kecil inti dihisap dan ditekan ke dalam tabung pemisah-3, dimana inti naik melalui vortex masuk ke dalam sekat yang pertama.

5. Kernel silo (pengiriman inti)

Inti dari hydrocyclone kemudian dialirkan ke kernel silo dan juga inti dari fraksi besar yang dilewatkan dari LTDS II. Fungsi kernel silo adalah untuk mengeringkan inti sampai kadar airnya mencapai ± 6 – 7%, dengan menggunakan hembusan steam melalui blower heater keseluruh isi silo. Pemanasan dilakukan pada:

-Bagian bawah : 60℃ - Bagian tengah : 40℃ - Bagian bawah : 60℃

Apabila inti kurang kering atau kadar air diatas 7% maka akan terjadi

- Inti mudah berjamur

- Kadar ALB minyak pada inti akan tinggi - Kadar minyak yang diperoleh rendah

(45)

Dan bila inti terlampau kering karena pemanasan terlalu lama, maka kadar minyak dalam inti akan renda disebabkan minyak dalam inti keluar sehingga berat inti pun relatif berkurang.

5. Bulk silo (Penyimpanan Inti)

Berfungsi sebagai tempat penimbunan inti sawit sementara waktu, sebelum dipasarkan atau dilakukan pengiriman inti.

2.7. Minyak Kelapa Sawit

Buah sawit berukuran kecil antara 12 – 18 gr/butir yang duduk pada bulir. Setiap bulir terdiri dari 10 – 18 butir tergantung pada kesempurnaan penyerbukan.

Beberapa bulir bersatu membentuk tandan. Buah sawit yang dipanen dalam bentuk tandan disebut dengan tandan buah swit. Tanaman kelapa sawit sudah mulai menghasilkan pada umur 24 – 30 bulan. Buah yang pertama keluar masih dinyatakan dengan buah pasir artinya belum dapat diolah dalam pabrik karena masih mengandung minyak yang rendah.

Hasil utama yang dapat diperoleh dari tandan buah sawit ialah minyak sawit yang terdapat pada daging buah (mesokarp) dan minyak inti sawit yang terdapat pada kernel. Kedua jenis minyak ini berbeda dalam hal komposisi asam lemak dan sifat f isika – kimia. Minyak sawit dan minyak inti sawit mulai terbentuk sesusah 100 hari setelah penyerbukan. Dan berhebti setelah 180 hari atau setelah dalam buah minyak sudah jenuh. Jika dalam buah tidak terjadi lagi

(46)

pembentukan minyak, maka yang terjadi adalah pemecahan trigliserida menjadi asam lemak bebas dan gliserol.

Minyak yang mula-mula terbentuk dalam buah adalah trigliserida yang mengandung asam lemak bebas jenuh, dan setelah mendektai masa pematangan buah terjadi pembentukan trigliserida yang mengandung asam lemak tidak jenuh.

Minyak yang terbentuk dalam daging buah maupun dalam inti terbentuk emulsi pada kantong – kantong minyak. Untuk melindungi minyak dari oksidasi yang dirangsang oleh sinar matahari makan ytanaman tersebut membentuk senyawa kimia pelindung yaitu karoten (Naibaho,M.P.1996 ).

2.7.1. Minyak Inti Kelapa Sawit

Minyak kelapa sawit dapat dihasilkan dari inti kelapa sawit yang dinamakan minyak inti kelapa sawit (palm kernel oil) dan sebagai hasil samping ialah bungkil inti kelapa sawit (palmkernel meal atau pellet). Bungkil inti kelapa sawit adalah inti kelapa sawit yang telah mengalami proses ekstraksi dan pengeringan.

sedangkan pellet adalah bubuk yang telah dicetak kecil – kecil berbentuk bulat panjang dengan diameter kurang lebih 8 mm. Selain itu bungkil kelapa sawit dapat digunakan sebagai makanan ternak.

Minyak inti sawit yang baik, Berkadar asam lemak bebas yang rendah dan berwarna kuning terang serta mudah dipucatkan. Bungkil inti sawit diinginkan berwarna relatif terang dan nilai gizi serta kandungan asam amino nya tidak berubah.

Komposisi rata – rata inti sawit dapat dilihat pada tabel berikut:

(47)

Tabel 2.2. Komposisi Biji Inti Sawit

Komponen Jumlah

Minyak 47 – 52

Air 6 – 8

Protein 7,5 – 9,0

Extractable non nitrogen 23 – 24

Selulosa 5

Abu 2

Terdapat variasi komposisi inti sawit dalam hal padatan non minyak dan non protein. Bagian yang disebut extracttable non protein yang mengandung sejumlah sukrosa, gula pereduksi dan pati. Tapi dalam beberapa contoh tidak mengandung pati (Ketaren S, 2005).

2.7.2. Komposisi Kimia Minyak Kelapa Sawit

Kelapa sawit mengandung lebih kurang 80 persen perikrap dan 20 persen buah yang dilapisi kulit yang tipis; kadar minyak dalam perikrap sekitar 30 – 40 persen.

Minyak kelapa sawit adalah lemak semi padat yang memiliki komposisi yang tetap.

Rata – rata komposisi asam lemak minyak kelapa sawit dapat dilihat pada tabel berikut ini. Bahan yang tidak dapat disabunkan jumlahnya sekitar 0.3 persen.

(48)

Tabel 2.3. Komposisi Asam Lemak Minyak Sawit Dan Minyak Inti Kelapa Sawit

Asam Lemak Minyak Kelapa

Sawit (%)

Minyak Inti Sawit (%)

Asam kaprilat - 3 – 4

Asam kaproat - 3 – 7

Asam laurat - 46 – 52

Asam miristat 1,1 – 2,5 14 – 17

Asam palmitat 40 – 46 6,5 – 9

Asam stearat 3,6 – 4,7 1 – 2,5

Asam oleat 39 – 45 13 – 19

Asam linoleat 7 – 11 0,5 – 2

( Ketaren S. 2005)

2.8. Standar Mutu

Standar mutu adalah hal yang paling penting untuk memnentukan minyak yang bermutu baik. Ada beberapa faktor yang menentukan standar mutu yaitu:

kandungan air dan kotoran dalam minyak, kandungan asam lemak bebas, warna, dan bilangan peroksida.

Faktor lain yang mempengaruhi standar mutu adalah titik cair dan kandungan gliserida, plastisitas dan spreadability, kejernihan kandungan logam berat dan bilangan penyabunan (Ketaren S. 2005)

(49)

2.8.1. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Mutu Minyak Sawit

Rendahnya mutu minyak sawit sangat ditentukan oleh banyak faktor. Faktor- faktor tersebut dapat langsung dari sifat pohon induknya, penanganan pasca panen atau kesalahan selama pemrosesan dan pengangkutannya. Berikut ini akan dikemukakan beberapa hal yang secara langsung berkaitan dengan penurunan mutu minyak sawit.

1. Asam Lemak Bebas (ALB)

Asam lemak yang mempunyai berat molekul yang paling besar di dalam molekul gliserida merupakan bagian yang reaktif. Hingga dapat dimengerti bahwa asam lemak mempunyai pengaruh yang besar terhadap lemak dan minyak. Asam lemak yang menyusun ini masih dapat dibedakan antarar asam lemak yang jenuh dan tak jenuh.

a. Asam lemak jenuh, asam lemak disebut jenuh bila semua atom-C dalam raintainya diikat tidak kurang daripada dua atom H, hingga dengan demikian tidak ada ikatan rangkap.

b. Asam lemak tak jeuh, asam-asam lemak yang didalam rantai karbonnya mengandung ikatan rangkap. Derajat ketidakjenuhan dari minyak tergantung pada jumlah rata-rata dari ikatan rangkap di dalam asam lemak (Sastrohamidjojo H.2005)

Asam lemak bebas dalam konsentrasi tinggi yang terikut dalam minyak sawit sangat merugikan. Tingginya asam lemak bebas ini mengakibatkan rendemen minyak turun. Untuk itulah perlu dilakukan usaha pencegahan terbentuknya asam lemak bebas dalam minyak sawit.

(50)

Kenaikan kadar asam lemak bebas ditentukan mulai dari saat tandan dipanen sampai tandan diolah dipabrik. Kenaikan kadar ALB ini disebabkan adanya reaksi hidrolisa pada minyak. Hasil reaksi hidrolisa minyak sawit adalah gliresol dan asam lemak bebas. Reaksi ini akan dipercepat dengan adanya faktor- faktor yaitu panas, air, keasaman, dan katalis (enzim). Semakin lama reaksi ini berlangsung, maka semakin banyak kadar ALB yang terbentuk.

Beberapa faktor yang dapat menyebabkan peningkatan kadar Asam Lemak Bebas (ALB) yang relative tinggi dalam minyak sawit antara lain :

1. Pemanenan buah sawit yang tidak tepat waktu

2. Keterlambatan dalam pengumpulan dan pengangkutan buah

3. Adanya mikroorganisme (jamur dan bakteri tertentu), yang dapat hidup pada suhu dibawah 50℃

4. Terjadinya reaksi oksidasi, akibat terjadinya kontak langsung antara minyak dan udara

5. Pemupukan buah yang terlalu lama, serta proses hidrolisa selama pemrosesan di pabrik.

Setelah mengetahui faktor-faktor penyebabnya diatas., maka tindakan pencegahan dan pemucatannya dapat lebih mudah dilakukan. Pemanenan pada waktu yang tepat merupakan salah satu untuk menekan kadar ALB sekaligus menaikkan rendemen minyak. Selain itu juga perlu dijamin bahwa hanya buah yang cukup matang yang harus dipanen. Kandungan ALB buah sawit yang baru dipanen biasanya kurang dari 0,3 %. Peningkatan ALB terjadi karena kerusakan buah selama proses panen sampai tiba di ketel perebusan. Pemetikan buah sawit disaat belum matang (saat proses biokimia dalam buah belum sempurna) menghasilkan

(51)

gliserida sehingga mengakibatkan terbentuknya ALB dalam minyak sawit.

Sedangkan, pemetikan setelah batas panen yang ditandai dengan buah yang berjatuhan dan menyebabkan pelukaan pada buah yang lainnya, akan menstimulir penguraian enzimatis pada buah sehingga kadar ALB meningkat. Untuk itulah, pemanenan TBS harus dikaitkan dengan kritwria matang panen sehingga dihasilkan minyak sawit yang berkualitas tinggi.

Dikaitkan dengan pencegahan kerusakan buah sawit dalam jumlah banyak, telah dikembangkan beberapa metode pemungutan dan pengangkutan TBS.

Sistem yang dianggap cukup efektif adalah dengan memasukkan TBS secara langsung kedalam keranjang buah. Dengan cara tersebut akan lebih mengefisienkan waktu yang digunakan untuk pembongkaran, pemuatan, penumpukan buah sawit yang terlalu lama.

Dengan demikian, pembentukan ALB selama pemetikan, pengumpulan, penimbunan, dan pengangkutan buah dapat dikurangi. Peningkatan kadar ALB juga dapat terjadi pada proses hidrolisa di pabrik. Pada proses tersebut terjadi penguraian kimiawi yang dibantu oleh air dan berlangsung pada kondisi suhu tertentu. Air panas dan upa air suhu tertentu merupakan bahan pembantu dalam proses pengolahan. Akan tetapi, proses pengolahan yang kurang cermat mengakibatkan efek samping yang tidak diinginkan, mutu minyak menurun sebab air pada kondisi suhu tertentu bukan membantu proses pengolahan tetapi malah menurunkan mutu minyak. Untuk itu, setelah akhir proses pengolahan minyak sawit dilakukan pengeringan dengan suhu 90℃. Sebagai ukurana standar mutu dalam perdagangan untuk ALB ditetapkan sebesar 5%. (Tim Penulis PS, 1997)

(52)

1. Kadar Zat Menguap dan Kotoran

Meskipun kadar ALB dalam minyak sawit kecil tetapi hal itu belum menjamin mutu minyak sawit. Kemantapan minyak sawit harus dijaga dengan cara membuang kotoran dan zat menguap. Hal ini dilakukan dengan peralatan pemurnian modern.

Dari hasil pengempaan, minyak sawit kasar dipompa dan dialirkan kedalam tangki pemisah melalui pipa. Kurang lebih 30 menit kemudian, minyak sawit kasar telah dapat dijernihkan dan menghasilkan 80% minyak jernih. Hasil endapan berupa minyak kasar kotor yang dikeluarkan dari tangki pemisah bersama air panas yang bersuhu 95℃ dengan perbandingan 1 : 1, diolah pada sludge centrifuge. Sedangkan minyak yang jernih diolah pada purifier centrifuge.

Dari hasil pengolahan didapat minyak sawit bersih dengan kadar zat menguap sebesar 0,3% dan kadar kotoran hanya sebesar 0,0005%. Dalam kondisi diatas, minyak sawit sudah dianggap mempunyai daya tahan yang mantap. Akan tetapi, untuk lebih meyakinkan dan mencegah terjadinya proses hidrolisa, perlu dilakukan pengeringan pada kondisi fisik hampa sehingga minyak sawit tersebut hanya mengandung kadar zat menguap sebesar 0,1% (Tim Penulis PS, 1997 )

2.9. Pengemasan dan Penimbunan

Minyak dan inti sawit hasil pemurnian tidak selamanya dapat langsung dikirim untuk dipasarkan. Untuk sementara waktu masih perlu ditimbun dipabrik.

Biasanya ruang timbun yang diperlukan cukup untuk produksi satu hulan saja.

2.9.1. Penimbunan Minyak Sawit

(53)

Sebagai cairan minyak sawit harus disimpan dalam tangki-tangki timbun berukuran antara 500 – 3000 ton. Selama penimbunan ini dapat terjadi perusakan mutu, baik peningkatan kadar ALB maupun peningkatan oksidasi. Persyaratan penimbunan yang baik adalah :

1. Kebersihan tangki dijaga, khususnya terhadap kotoran dan air

2. Jangan mencamour minyak berkadar ALB tinggi atau minyak kotor dengan minyak berkadar ALB rendah atau bersih atau kering

3. Membersihkan tangki dan memeriksa pipa-pipa uap pemanas, tutup tangki, alat-alat pengukur dan lain-lain setiap ada kesempatan

4. Memelihara suhu sekitar 40℃

5. Pipa pemasukan minyak harus terbenam ujungnya dibawah permukaan minyak 6. Melapisi dinding tangki dengan damar epoksi (hanya untuk minyak sawit bermutu khusus (tinggi).

2.9.2. Penimbunan Inti Sawit

Inti sawit dapat disimpan dalam karung goni berisi 50 atau 80 kg atau disimpan secara curah dalam bin atau silo. Disini juga dapt terjadi perusakan mutu selama penimbunan, yaitu peningkatan kadar ALB, perkembangan jamur dan kutu-kutu.

Persyaratan penimbunan yang baik adalah :

1. Kadar inti 7% (kadar air seimbang dengan kelembaban udara luar) 2. Kadar inti pecah diusahakan sedikit mungkin

3. Memakai goni bersih dan kuat (menghindarkan kutu pada goni bekas beras)

(54)

4. Ventilasi gudang harus baik dan udara kering

5. Tinggi lapisan goni berisi inti tidak lebih dari 4 lapis

6. Penimbunan tidak langsung diatas lantai semen (memakai lantai papan yang kosong) (Mangoensoekarjo, 2003)

(55)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

3.1.1 Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pabrik Kelapa Sawit, PT. Perkebunan Nusantara III PKS Kebun Rambutan Paya Bagas, Tebing Tinggi, Kabupaten Serdang Bedagai, Provinsi Sumatera Utara. Sampel berupa kernel palm yang akan dianalisis berasal dari kernel storage. Sampel diambil dan dianalisa selama empat (4) hari untuk mengetahui mutu kernel palm.

3.1.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan selama empat (4) hari yaitu pada tanggal 14 s/d 17 Maret 2017. Penelitian dilakukan setelah proses pengolahan Tandan Buah Segar ( TBS ).

3.2 Alat dan Bahan

3.2.1. Alat - Neraca analitik

- Erlenmeyer - Digital buret

(56)

- Pipet tetes - Soklet

- Thimbel - Penggiling inti

- Cawan

- Oven - Desikator

- Plastik - Plastik - Wadah

3.2.2. Bahan

- n-Heksan - Alkohol 96%

- Indikator Thymol Blue

- Larutan KOH 0.056N - Sampel inti sawit

(57)

3.3 Prosedur Kerja

3.3.1 Penentuan Kadar Asam Lemak Bebas (ALB)

a. Diambil contoh inti sawit ± 1 kg untuk dianalisa

b. Ditimbang ± 20 g sampel yang sudah dihaluskan dan dimasukkan kedalam thimble.

c. Dimasukkkan kedalam alat soklet

d. Disokletasi (sampai larutan didalam soklet menjadi jernih dan kandungan minyak dalam sampel larut).

e. Diovenkan pada suhu 130º C selama 15 Menit (sampai semua sisa pelarut heksan habis menguap).

f. Didinginkan dalam desikator

g. Ditimbang ± 2 g didalam erlenmeyer yang telah diketahui berat kosongnya h. Ditambahkan 15ml N-Heksan, 10 ml Alkohol, dan 2 – 3 tetes indikator

thymol blue.

i. Dititrasi dengan larutan KOH 0,056 N sampai titik akhir titrasi berwarna kuning kebiruaan

j. Dicatat volume larutan KOH yang terpakai k. Dihitung kadar asam lemak bebasnya

Dilakukan perlakuan yang sama pada hari ke-2, ke-3, dan ke-4

Analisa Kadar Asam Lemak Bebas (ALB)

Di PTPN III PKS Kebun Rambutan, cara yang digunakan dalam penentuan kadar asam lemak bebas (ALB) adalah dengan menggunakan metode

(58)

titrasi asam basa. Untuk perhitungan kadar ALB menggunakan prinsip analisa titrimetri. Analisa titimetri adalah analisa kuantitatif dengan mereaksikan suatu zat yang akan dianalisa dengan larutan baku ( standar ) yang telah diketahui konsentrasinya. Pemgujian zat ALB dapat dilakukan dengan rumus:

% ALB = ( V x N ) KOH x BM ( Asam Laurat )

x 100%

2 gram x 1000

Keterangan:

V= Volume KOH yang terpakai

N= Normalitas KOH (N)

BM= Berat Molekul (BM Asam Laurat = 200)

3.3.2 Penentuan Kadar Air

a. Diambil sampel yang akan dianalisa, kemudian dihaluskan dengan alat penggiling inti.

b. Ditimbang sampel yang telah dihaluskan sebanyak ± 20 gram kedalam cawan yang telah diketahui bobotmya.

c. Dipanaskan didalam oven pada suhu 130º C selama 15 Menit, didinginkan kemudian ditimbang sampai konstan.

d. Dihitung kadar airnya.

Dilakukan perlakuan yang sama pada hari ke-2, ke-3, dan ke-4

Referensi

Dokumen terkait

dihasilkan Inti Sawit (PKO) dengan kadar asam lemak bebas yang rendah pula. Hal ini menunjukkan bahwa waktu penyimpanan dapat memengaruhi

Dari hasil pengamatan tersebut, Maka Asam Lemak bebas dan Kadar Air pada minyak CPO yang terdapat pada Storage Tank di PTP.. Nusantara III PKS Rambutan Tebing

PENENTUAN KADAR ASAM LEMAK BEBAS, KADAR AIR, DAN KADAR KOTORAN PADA CPO YANG SUDAH BERMALAM (MENGINAP) DI PTPN III PKS SEIMANGKEI.

Telah dilakukan analisa penentuan kadar minyak dan kadar asam lemak bebas (ALB) dari inti sawit di Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS).. Analisa kadar minyak dilakukan

PTPN II Rambutan Tebing Tinggi bahan baku utamanya adalah buah sawit yang masih segar untuk diolah menjadi minyak kelapa sawit (CPO) dan inti sawit yang diperoleh

Dari hasil percobaan yang dilakukan, kadar asam lemak bebas (ALB) yang terkandung didalam minyak inti sawit produksi masih memenuhi standart mutu perdagangan yang ditetapkan

Pengantar Teknologi Minyak Dan Lemak Pangan.. Teknologi Pengolahan

bebas yang terkandung dari minyak inti sawit tersebut masih dalam batas yang. dapat ditoleransi atau masih sesuai memenuhi dengan standar mutu