ANALISA KADAR ASAM LEMAK BEBAS (ALB) DAN KADAR
AIR PADA MINYAK CPO DARI STORAGE TANK DI
PTP.NUSANTARA III PKS RAMBUTAN TEBING TINGGI
TUGAS AKHIR
DEVI EVANIA BR GINTING 072401007
DEPARTEMEN KIMIA PROGRAM D-3 KIMIA ANALIS
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ANALISA KADAR ASAM LEMAK BEBAS (ALB) DAN KADAR
AIR PADA MINYAK CPO DARI STORAGE TANK DI
PTP.NUSANTARA III PKS RAMBUTAN TEBING TINGGI
TUGAS AKHIR
Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Ahli Madya
DEVI EVANIA BR GINTING 072401007
DEPARTEMEN KIMIA PROGRAM D-3 KIMIA ANALIS
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PERSETUJUAN
Judul : ANALISA KADAR ASAM LEMAK BEBAS (ALB) DAN KADAR AIR PADA MINYAK CPO DARI STORAGE TANK DI PTP. NUSANTARA III PKS RAMBUTAN TEBING TINGGI
Kategori : TUGAS AKHIR
Nama : DEVI EVANIA BR GINTING Nomor Induk Mahasiswa : 072401007
Program Studi : DIPLOMA (D-III) KIMIA ANALIS Departemen : KIMIA
Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM (FMIPA) UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Disetujui, Medan, Juni 2010
Disetujui oleh
Departemen Kimia FMIPA USU
Ketua, Dosen Pembimbing
PERNYATAAN
ANALISA KADAR ASAM LEMAK BEBAS (ALB) DAN KADAR AIR PADA MINYAK CPO DARI STORAGE TANK DI PTP. NUSANTARA III PKS
RAMBUTAN TEBING TINGGI
TUGAS AKHIR
Saya mengakui bahwa tugas akhir ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa
kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.
Medan, Juni 2010
KATA PENGANTAR
Dengan segala kerendahan hati, penulis mengucapkan puji dan syukur kehadirat
Tuhan Yang Maha Esa, atas segala Berkat dan Rahmatnya sehingga penulis dapat
menyelesaikan karya ilmiah ini dengan baik.
Karya Ilmiah ini ditulis berdasarkan pengamatan penulis selama melaksanakan
Praktek Kerja Lapangan (PKL) di PTP.Nusantara III PKS Rambutan Tebing Tinggi
dengan Judul : “ Analisa Kadar Asam Lemak Bebas (ALB) Dan Kadar Air Pada
Minyak CPO Dari Storage Tank Di PTP. Nusantara III PKS Rambutan Tebing Tinggi “. Karya Ilmiah ini merupakan syarat untuk melengkapi gelar Ahli Madya pada Program Diploma III Kimia Analis FMIPA USU Medan.
Dalam menyelesaikan penulisan Karya Ilmiah ini, penulis banyak kekurangan,
namun berkat bantuan dari semua pihak sehingga Karya Ilmiah ini dapat diselesaikan
dengan baik.
Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada
semua pihak yang telah banyak membantu penulis dalam penulisan Karya Ilmiah ini,
terutama kepada :
1. Kedua orang tua saya, Ayahanda J.Ginting dan Ibunda P.Sembiring yang
sangat saya sayangi dan cintai yang telah banyak memberikan bantuan berupa
do’a, dorongan moral maupun materi sehingga penulis dapat menyelesaikan
2. Bapak Drs. Firman Sebayang, M.S, selaku dosen pembimbing yang telah
banyak memberikan saran-saran yang sangat bermanfaat bagi penulis
sehingga sampai selesainya Karya Ilmiah ini.
3. Bapak Prof. Dr. Eddy Marlianto, M.Sc, selaku Dekan FMIPA USU Medan.
4. Ibu Dr. Rumondang Bulan Nst, M.S, selaku Ketua Departemen Kimia
FMIPA USU.
5. Ibu Dr. Marpongahtun, M.Sc, selaku Ketua Jurusan Kimia Analis FMIPA
USU.
6. Seluruh dosen dan staf pengajar jurusan Kimia Analis yang telah membantu
selama perkuliahan.
7. Seluruh staf dan karyawan PTP.Nusantara III PKS Rambutan Tebing Tinggi
yang telah banyak membantu penulis selama mengikuti Praktek Kerja
Lapangan.
8. Sahabat-sahabat terbaik penulis : Heni Savitri Br Sebayang,Widayan Sucinta,
Megawati Simanjuntak, serta semua rekan-rekan seperjuangan mahasiswa
Kimia Analis FMIPA USU khususnya angkatan 2007.
Dalam penulisan Karya Ilmiah ini mungkin masih banyak kekurangan, penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk penyempurnaan Karya Ilmiah.
Penulis mengharapkan Karya Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca.
Medan, Juni 2010
Penulis,
ABSTRAK
ABSTRACT
DAFTAR ISI
2.3 Sifat-Sifat Lemak Atau Minyak………. 10
2.3.1 Sifat Fisika Minyak Dan Lemak………. 10
2.3.2 Sifat Kimia Minyak Dan Lemak………. 12
2.4 Proses Pengolahan Minyak Kelapa Sawit……….. 13
2.4.1 Stasiun Penerimaan Buah ……….. 14
2.4.2 Stasiun Rebusan (Sterilizer)……… 15
2.4.3 Stasiun Pemipilan (Stripper)……… 15
2.4.4 Stasiun Pencacahan (Digester) dan Pengempaan (Presser). 16 2.4.5 Stasiun Pemurnian (Clarifier)……… 17
2.5 Penimbunan Minyak Kelapa Sawit……… 18
2.6 Asam Lemak Bebas……… 20
3.2.1 Penentuan Asam Lemak Bebas ………. 27
3.2.2 Penentuan Kadar Air……….. 27
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Data Analisa ………. 28
4.2 Perhitungan……….. 29
4.2.1 Persentase Kadar Asam Lemak Bebas………. 29
4.2.2 Persentase Kadar Air……… 30
4.3 Pembahasan ……… 30
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan………. 32
5.2 Saran ………... 33
DAFTAR TABEL
ABSTRAK
ABSTRACT
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Pada zaman sekarang ini kebutuhan minyak sawit semakin meningkat dan berperan
sangat penting dalam perdagangan dunia. Berbagai industri pangan maupun non
pangan menggunakannya sebagai bahan baku. Industri ini selalu menghendaki minyak
sawit dalam mutu yang terbaik, yaitu minyak sawit dalam keadaan segar dan asli,
murni dan tidak tercampur dengan bahan tambahan lain seperti air kotor dan
logam-logam.
Minyak kelapa sawit diperoleh dari proses pengolahan tandan buah segar
(TBS) di pabrik, bertujuan untuk memperoleh minyak sawit yang berkualitas baik.
Proses tersebut berlangsung cukup panjang dan memerlukan kontrol yang cermat,
dimulai dari pengangkutan tandan buah kelapa sawit ke pabrik sampai dihasilkan
minyak sawit dan hasil sampingnya. Produk utama yang dihasilkan dari pengolahan
kelapa sawit adalah CPO. Mutu dari CPO dipengaruhi oleh kadar asam lemak bebas,
kadar air, dan kadar kotoran.
Asam lemak bebas terjadi karena hidrolisa dari minyak oleh adanya enzim
lipase dan air dalam minyak tersebut. Selain proses hidrolisa, proses oksidasi juga
dapat terjadi karena kanaikan bilangan asam. Asam lemak bebas yang diinginkan dari
mengakibatkan kualitas minyak baik. Oleh karena itu, perlu dilakukan analisa
terhadap asam lemak bebas pada minyak CPO, dimana kadar asam lemak bebas harus
sesuai dengan standard mutu yang telah ditetapkan biasanya maksimal kadarnya tidak
lebih dari 5% FFA namun sebaiknya kadar asam lemak bebas tersebut < 3,50%.
Air dapat menguap pada minyak sawit jika dipanaskan pada suhu 1050C,
karena itu pemanasan perlu dilakukan untuk mengurangi pertambahan asam lemak
bebas pada CPO dengan proses hidrolisa. Kadar air yang tinggi dapat menyebabkan
asam lemak bebas semakin tinggi karena membantu terjadinya proses hidrolisa. Kadar
kotoran merupakan bahan-bahan yang tidak larut dalam minyak sehingga harus
dimurnikan terlebih dahulu dengan menggunakan alat sentrifugasi sebelum minyak
disimpan pada tangki.
Kadar asam lemak bebas, kadar air dan kadar kotoran pada minyak sawit
dalam tangki timbun sebelum dipasarkan harus terlebih dahulu dianalisa untuk
mengetahui mutu minyak sawit. Dalam hal ini kebersihan tangki timbun perlu dijaga
dengan melakukan pencucian 2 kali dalam 1 tahun untuk menghindari meningkatnya
kadar asam lemak bebas, kadar air dan kadar kotoran.
1.2Permasalahan
Berdasarkan penguraian diatas, maka yang menjadi permasalahan dalam Karya Ilmiah
ini adalah berapa kadar asam lemak bebas dan kadar air pada minyak CPO (crude
palm oil) dari hasil olahan PTP. Nusantara III PKS Rambutan sesuai dengan standard
lemak bebas dan kadar air tidak sesuai dengan standard Nasional Indonesia maka
pabrik akan mengatasi hal tersebut.
1.3Tujuan
Tujuannya adalah untuk mengetahui kadar asam lemak bebas dan kadar air pada
minyak CPO, Apakah sesuai dengan standard mutu di pabrik tersebut.
1.4Manfaat
1. Dapat mengetahui kadar asam lemak bebas dan kadar air yang diperoleh dari
hasil perhitungan dengan menggunakan titrasi titrimetri (titrasi asam basa) dari
minyak yang dianalisa.
2. Dapat memberikan informasi , hal-hal apa saja yang mempengaruhi perubahan
kadar asam lemak bebas dan kadar air pada minyak CPO khususnya yang
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Minyak Kelapa Sawit
Salah satu dari beberapa tanaman golongan palm yang dapat menghasilkan minyak
adalah kelapa sawit (Elaeis guinensis JACQ). Kelapa sawit (Elaeis guinensis JACQ)
dikenal terdiri dari empat macam tipe atau varietas, yaitu tipe Macrocarya, Dura,
Tenera dan Pisifera. Masing-masing tipe dibedakan berdasarkan tebal tempurung.
Tabel 2.1 Beda Tebal Tempurung dari Berbagai Tipe Kelapa Sawit
Tipe Tebal Tempurung (mm)
Macrocarya Tebal sekali : 5
Dura Tebal : 3-5
Tenera Sedang : 2-3
Pisifera Tipis
Sumber Ketaren.S (1986)
Warna daging buah ialah putih kuning diwaktu masih muda dan berwarna
jingga setelah buah menjadi matang.
Daerah penanaman kelapa sawit di Indonesia adalah daerah Jawa Barat (Lebak
dan Tanggerang), Lampung, Riau, Sumatera Barat, Sumatera Utara dan Aceh. Negara
penghasil Kelapa Sawit selain Indonesia adalah Malaysia, Amerika Tengah dan
Minyak kelapa sawit dapat dihasilkan dari inti kelapa sawit yang dinamakan
minyak inti kelapa sawit (palm kernel oil) dan sebagai hasil samping ialah bungkil inti
kelapa sawit (palm kernel meal atau pellet).
Bungkil inti kelapa adalah inti kelapa sawit yang telah mengalami proses
ekstraksi dan pengeringan. Sedangkan pellet adalah bubuk yang telah dicetak
kecil-kecil berbentuk bulat panjang dengan diameter kurang lebih 8 mm. Selain itu bungkil
kelapa sawit dapat digunakan sebagai makanan ternak. (Ketaren,1986)
Penentuan kriteria matang panen sangat penting bagi mutu produk akhir,
karena terkait dengan tingkat kematangan buah. Kandungan minyak maksimal dengan
mutu yang baik hanya akan terjadi pada saat buah benar-benar matang. Dari hasil
penelitian dan pengamatan di lapangan dapat dibuat kriteria matang panen yang dibagi
menjadi 7 fraksi. (table 2.2)
Penentuan kriteria matang panen yang berbeda akan menghasilkan mutu TBS
yang berbeda pula. Lazimnya kriteria matang panen yang dipraktekkan di Indonesia
adalah 2 buah brondolan per kg tandan buah (buah lepas dari tandan).
Pembentukan minyak mulai terjadi pada buah yang berumur 10 minggu,
Tabel 2.2 Kriteria Matang Panen
Jadi sebaiknya panen dilakukan pada saat buah berumur 15-17 minggu, karena
selain sudah menurunnya kadar lemak, juga tidak terjadi peningkatan asam lemak
bebas yang terbentuk antara lain dari penguraian lemak oleh enzim lipase yang mulai
aktif pada mesokrap yang berumur 16-20 minggu.
Pengolahan kelapa sawit juga sudah dilakukan proses perebusan (sterilisasi)
yang dimaksudkan untuk menghentikan kenaikan asam lemak bebas (ALB) ini dengan
menginaktivasi enzim lipasenya. Tetapi, perebusan ini dilakukan sesudah buah sampai
di pabrik. Sedangkan yang masih menjadi masalah adalah apabila terjadi penumpukan
melakukan inaktivasi enzim ini di lokasi panen segera ataupun di tempat
pengumpulan sementara. (Seto,2001)
2.2 Lemak Dan Minyak
Lemak dan minyak atau secara kimiawi adalah trigliserida merupakan bagian terbesar
dari kelompok lipida, sedangkan di dalam bidang biologi dikenal sebagai salah satu
bahan penyusun dinding sel dan penyusun bahan-bahan biomolekul. Lemak dan
minyak merupakan zat makanan yang penting untuk menjaga kesehatan tubuh
manusia. Selain itu lemak dan minyak juga merupakan sumber energi yang lebih
efektif dibandingkan dengan karbohidrat dan protein. Satu gram minyak atau lemak
dapat menghasilkan 9 kkal, sedangkan karbohidrat dan protein hanya menghasilkan 4
kkal/gram. Minyak atau lemak, khususnya minyak nabati, mengandung asam-asam
lemak essensial, seperti asam linoleat, linolenat dan arakidonat yang dapat mencegah
penyempitan pembuluh darah akibat penumpukan kolesterol. Minyak dan lemak juga
berfungsi sebagai sumber dan pelarut bagi vitamin-vitamin A, D, E, dan K.
Lemak dan minyak terdapat pada hampir semua bahan pangan dengan
kandungan yang berbeda-beda. Tetapi lemak dan minyak sering kali ditambahkan
dengan sengaja ke bahan makanan dengan berbagai tujuan. Dalam pengolahan bahan
pangan, minyak dan lemak berfungsi sebagai media penghantar panas, seperti minyak
goreng, mentega dan margarine.
Dalam teknologi makanan, lemak dan minyak memegang peranan yang
yang spesifik Karena minyak dan lemak memiliki titik didih yang tinggi sekitar
2000C maka biasa dipergunakan untuk menggoreng makanan sehingga bahan yang
digoreng akan kehilangan sebagian besar air yang dikandungnya dan menjadi kering.
Secara umum, lemak diartikan sebagai trigliserida yang dalam kondisi suhu
ruang berada dalam keadaan padat. Sedangkan minyak adalah trigliserida yang dalam
suhu ruang berbentuk cair. Dalam proses pembentukannya, trigliserida merupakan
hasil proses kondensasi satu molekul gliserol dengan tiga molekul asam-asam lemak
yang berbentuk satu molekul trigliserida dan tiga molekul air.
O
yang jenuh adalah rantai karbon yang tidak mengandung ikatan rangkap, sedangkan
yang mengandung ikatan rangkap disebut rantai karbon tidak jenuh. Pada umumnya
asam lemak mempunyai jumlah atom karbon genap. Beberapa asam lemak yang
Tabel 2.3 Beberapa Asam Lemak yang Umum
Komponen minyak umumnya terdiri dari trigliserida yang memiliki banyak
asam-asam lemak yang tidak jenuh, sedangkan komponen lemak memiliki asam-asam
lemak yang jenuh. Misalnya minyak kelapa sawit (crude palm oil) dapat dipisahkan
secara pendinginan antara bagian yang banyak mengandung asam lemak tak jenuh
(oleat) yaitu yang berupa minyak dan yang banyak mengandung asam lemak jenuh
(stearat) yaitu yang berupa lemak yang banyak dijual dipasaran sebagai minyak padat
dengan berbagai merek.
Lemak dan minyak dapat mengalami ketengikan, karena dapat terhidrolisis
dan teroksidasi bila dibiarkan terlalu lama kontak dengan udara. Pada proses
hidrolisis, lemak atau minyak akan diubah menjadi asam lemak bebas dan gliserol.
sejumlah air di dalamnya, sehingga menimbulkan bau tengik. Reaksi demikian
dikatalisis oleh asam, basa, atau enzim tertentu seperti enzim lipase. Lemak dan
minyak yang sangat tengik mempunyai keasaman yang rendah. Proses ketengikan
dapat dihambat salah satunya dengan penambahan zat antioksidan seperti vitamin E,
vitamin C, polifenol, dan hidroquinon. (Yazid,2006)
2.3 Sifat-Sifat Lemak Atau Minyak
Sifat fisikokimia lemak dan minyak berbeda satu sama lain, tergantung pada
sumbernya. Secara umum, bentuk trigliserida lemak dan minyak sama, tetapi
wujudnya berbeda. Dalam pengertian sehari- hari, disebut lemak jika berbentuk padat
pada suhu kamar dan disebut minyak jika berbentuk cair pada suhu kamar.
2.3.1Sifat Fisika Minyak Dan Lemak
1. Kelarutan
Lemak dan minyak tidak larut dalam air. Namun karena adanya suatu substansi
tertentu, yang dikenal sebagai agensia pengemulsi, dimungkinkan terbentuknya
campuran yang stabil antara lemak dan air. Campuran ini dinamakan emulsi. Lemak
dan minyak larut dalam pelarut organik seperti minyak tanah, eter dan karbon
tetraklorida.
2. Pengaruh Panas
Jika lemak dipanaskan, akan terjadi perubahan-perubahan nyata pada tiga titik suhu
Titik Cair
Lemak mencair jika dipanaskan. Karena lemak adalah campuran trigliserida
mereka tidak mempunyai titik cair yang jelas tetapi akan mencair pada suatu
rentangan suhu. Kebanyakan lemak mencair pada suhu antara 300C dan 400C.
Titik Asap
Jika lemak atau minyak dipanaskan sampai suhu tertentu, dia akan mulai
mengalami dekomposisi, menghasilkan kabut berwarna biru atau menghasilkan
asap dengan bau karakteristik yang menusuk. Kebanyakan lemak dan minyak
mulai berasap pada suhu di atas 2320C. Pada umumnya, minyak nabati
mempunyai titik asap lebih tinggi daripada lemak hewani.
Titik Nyala
Jika lemak dipanaskan hingga suhu yang cukup tinggi, dia akan menyala. Suhu
ini dikenal sebagai titik nyala. Minyak yang terbakar jangan dimatikan dengan air
karena akan menyebarkan atau memperluas kebakaran. Matikan alat pemanas dan
oksigen dihentikan dengan menutup wadah minyak yang terbakar dengan tutup
atau selimut.
3. Plastisitas
Substansi yang mempunyai sifat plastis akan berubah bentuknya jika ditekan, dan
tetap pada bentuk terakhirnya meskipun sudah tidak ditekan lagi dan tidak kembali ke
bentuk asalnya. Lemak bersifat plastis pada suhu tertentu, lunak dan dapat dioleskan.
Plastisitas lemak disebabkan karena lemak merupakan campuran trigliserida yang
masing-masing mempunyai titik cair sendiri-sendiri yang artinya pada suatu suhu,
Lemak yang mengandung kristal-kristal kecil, akibat dari poses pendinginan cepat
selama proses pengolahannya akan memberikan sifat lebih plastis. (Gaman,1992)
2.3.2Sifat Kimia Minyak Dan Lemak
1. Hidrolisa
Dalam reaksi hidrolisa, minyak atau lemak akan diubah menjadi asam-asam lemak
bebas dan gliserol. Reaksi hidrolisa yang dapat mengakibatkan kerusakan minyak atau
lemak terjadi karena terdapatnya sejumlah air dalam minyak atau lemak tersebut.
Reaksi ini akan mengakibatkan ketengikan hidrolisa yang menghasilkan flavor dan
bau tengik pada minyak tersebut.
Lipase dapat terkandung secara alami pada lemak dan minyak, tetapi enzim itu
dapat diinaktivasi dengan pemanasan. Asam lemak bebas yang dihasilkan oleh reaksi
ini dapat memberikan rasa dan bau tidak sedap. Ketengikan dapat dikurangi dengan
penyimpanan lemak dan minyak dalam tempat yang dingin dan gelap dengan wadah
bukan logam dan dijaga agar lemak selalu terbungkus.
2. Oksidasi
Proses oksidasi dapat berlangsung bila terjadi kontak antara sejumlah oksigen dengan
minyak atau lemak. Terjadinya reaksi oksidasi ini akan mengakibatkan bau tengik
pada minyak dan lemak. Ketengikan menyatakan rusaknya lemak dan minyak. Ini
terjadi karena hasil reaksi antara trigliserida tidak jenuh dan oksigen diudara. Lemak
dan minyak yang teroksidasi akan membentuk peroksida dan hidroperoksida yang
tidak hanya mengakibatkan rasa dan bau yang tidak enak, tetapi dapat pula
menurunkan nilai gizi karena kerusakan vitamin dan asam-asam lemak esensial dalam
lemak. Reaksi oksidasi dipercepat dengan adanya cahaya, pemanasan, atau katalis
logam seperti Cu, Fe, Co, dan Mn. Lemak dan minyak yang sangat tengik mempunyai
keasaman yang rendah.
3. Hidrogenasi
Proses hidrogenasi sebagai suatu proses industri yang bertujuan untuk menjenuhkan
ikatan rangkap dari karbon asam lemak pada minyak atau lemak. Reaksi hidrogenasi
ini dilakukan dengan menggunakan hidrogen murni dan ditambahkan serbuk nikel
sebagai katalisator. Setelah proses hidrogenasi selesai, minyak didinginkan dan
katalisator dipisahkan dengan cara penyaringan. Hasilnya adalah minyak yang bersifat
plastis atau keras. Tergantung pada derajat kejenuhannya.
Nikel merupakan katalis yang sering digunakan dalam proses hidrogenasi
sedangkan palladium, platina jarang dipergunakan. Hal ini disebabkan karena nikel
lebih ekonomis dan lebih efisien daripada logam lainnya. (Ketaren,1986)
2.4 Proses Pengolahan Minyak Kelapa Sawit
Proses pengolahan tandan buah segar menjadi minyak kelapa sawit yang terdiri dari
beberapa stasiun utama yang berfungsi sebagai :
Penerimaan buah (Fruit reception)
Rebusan (Sterilizer)
Pencacahan (Digester) dan Pengempaan (Presser)
Pemurnian (Clarifier)
Untuk proses lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran 1
2.4.1 Stasiun Penerimaan Buah
Sebelum diolah dalam PKS, tandan buah segar (TBS) yang berasal dari kebun
pertama kali diterima di stasiun penerimaan buah untuk ditimbang di jembatan
timbang (Weight bridge) dan ditampung sementara di penampungan buah (Loading
ramp).
a. Jembatan Timbang
Penimbangan dilakukan dua kali untuk setiap angkutan TBS yang masuk ke
pabrik, yaitu pada saat masuk (berat truk dan TBS) serta pada saat keluar (berat
truk). Dari selisih timbangan saat truk masuk dan keluar, diperoleh berat bersih
TBS yang masuk ke pabrik. Truk yang keluar-masuk ke jembatan timbang harus
berjalan perlahan-lahan sebab perangkat elektronik dari jembatan timbang sangat
sensitif terhadap beban kejut. Pada saat penimbangan, posisi truk harus berada di
tengah agar beban yang dipikul merata.
b. Loading Ramp
TBS yang telah ditimbang di jembatan timbang selanjutnya dibongkar di loading
ramp dengan menuang langsung dari truk. Loading ramp merupakan suatu
bangunan dengan lantai berupa kisi-kisi pelat besi berjarak 10 cm dengan
kemiringan 450C. Kisi-kisi tersebut berfungsi untuk memisahkan kotoran yang
selanjutnya dilakukan pengisian TBS kedalam lori. Setiap lori dapat memuat
dengan 2,50-2,75 ton TBS (lori kecil) dan 4,50 ton TBS (lori besar).
2.4.2 Stasiun Rebusan (Sterilizer)
Lori-lori yang telah berisi TBS dikirim ke stasiun rebusan dengan cara ditarik
menggunakan capstand yang digerakkan oleh motor listrik hingga memasuki
sterilizer. Sterilizer yang banyak digunakan umumnya yaitu bejana tekan horizontal
yang bisa menampung 10 lori per unit (25-27 ton TBS) . Dalam proses perebusan,
TBS dipanaskan dengan uap pada temperatur sekitar 1350C dan tekanan 2,0 – 2,8
kg/cm2 selama 80-90 menit.
Proses perebusan dilakukan secara bertahap dalam tiga puncak tekanan agar
diperoleh hasil yang optimal. Tujuan dari proses perebusan TBS yaitu untuk
menghentikan perkembangan asam lemak bebas (ALB), memudahkan pemipilan,
penyempurnaan dalam pengolahan, serta penyempurnaan dalam proses pengolahan
inti sawit. Pada proses perebusan, semakin tinggi tekanannya akan semakin cepat pula
waktu perebusan.
2.4.3 Stasiun pemipilan (Stripper)
TBS berikut lori yang telah direbus dikirim ke bagian pemipilan dan dituangkan ke
alat pemipil (Thresher) dengan bantuan hoisting crane. Proses pemipilan terjadi akibat
tromol berputar pada sumbu mendatar yang membawa TBS ikut berputar sehingga
Brondolan yang keluar dari bagian bawah pemilih dan ditampung oleh sebuah screw
conveyer untuk dikirim ke bagian digesting dan pressing. Sementara, janjangan
kosong yang keluar dari bagian belakang pemilih ditampung oleh elevator. Kemudian,
hasil tersebut dikirim ke hopper untuk dijadikan pupuk janjang kosong dan jika masih
berlebih diteruskan incinerator untuk dibakar dan dijadikan pupuk abu janjang.
2.4.4 Stasiun Pencacahan (Digester) dan Pengempaan (Presser)
Brondolan yang telah terpipil dari stasiun pemipilan diangkut ke bagian pencacahan
(digester). Tujuan utama dari proses digesting yaitu mempersiapkan daging buah
untuk pengempaan (pressing)sehingga minyak dengan mudah dapat dipisahkan dari
daging buah dengan kerugian yang sekecil-kecilnya.
Brondolan yang telah mengalami pencacahan dan keluar melalui bagian bawah
digester sudah berupa bubur. Hasil cacahan tersebut langsung masuk ke alat
pengempaan yang berada persis di bawah digester yang disebut dengan screw press.
Proses pemisahan minyak terjadi akibat putaran screw mendesak bubur buah,
sedangkan dari arah yang berlawanan tertahan oleh sliding cone. Screw dan sliding
cone ini berada di dalam sebuah selubung baja yang disebut press cage, dimana
dindingnya berlubang-lubang diseluruh permukaannya. Dengan demikian, minyak
dari bubur buah akan keluar melalui lubang-lubang press cage, sedangkan ampasnya
keluar melalui celah antara sliding cone dan press cage.
Selama proses pengempaan berlangsung, air panas ditambahkan ke dalam
dikempa tidak terlalu rapat. Jumlah penambahan air berkisar 10-15% dari berat TBS
yang diolah dengan temperatur air sekitar 900C. Proses pengempaan akan
menghasilkan minyak kasar dengan kadar 50% minyak, 42% air, dan 8% zat padat.
2.4.5 Stasiun Pemurnian (Clarifier)
Pada stasiun pemurnian, minyak kasar yang diperoleh dari hasil pengempaan perlu
dibersihkan dari kotoran, baik yang berupa padatan (solid), Lumpur (sludge), maupun
air. Tujuan dari pemurnian minyak kasar yaitu agar diperoleh minyak dengan kualitas
sebaik mungkin dan dapat dipasarkan dengan harga yang layak.
Minyak kasar yang diperoleh dari hasil pengempaan dialirkan menuju saringan
getar (vibrating screen) untuk disaring agar kotoran berupa serabut kasar tersebut
dialirkan ke tangki penampung minyak kasar (crude oil tank). Minyak kasar yang
terkumpul di COT dipanaskan hingga mencapai temperatur 95-1000C. Selanjutnya
minyak dari COT dikirim ke tangki pengendap (VCT/clarifier tank).
Di clarifier tank, minyak kasar terpisah menjadi minyak dan sludge karena
proses pengendapan. Minyak dari clarifier tank selanjutnya dikirim ke oil tank,
sedangkan sludge dikirim ke sludge tank. Sludge merupakan fasa campuran yang
masih mengandung minyak. Pengolahan sludge umumnya menggunakan alat yang
disebut decanter yang menghasilkan 3 fase, yaitu fase light phase, heavy phase, dan
solid. Light phase merupakan fase cairan dengan kandungan minyak yang cukup
tinggi. Fase ini harus dikembalikan ke COT dan siap untuk diproses kembali. Heavy
kirim ke bak fat pit untuk kemudian diteruskan ke kolam limbah. Akumulasi dari
heavy phase yang tertampung pada fat pit juga masih menghasilkan minyak. Minyak
ini juga dikirim ke COT untuk diproses kembali. Solid merupakan padatan dengan
kadar minyak maksimum 3,5% dari berat sampel. Solid yang dihasilkan ini
selanjutnya diaplikasikan ke kebun sebagai pupuk.
Setelah itu minyak dialirkan menuju oil purifier yang berfungsi untuk
mengurangi kadar kotoran dan air dalam minyak dengan menggunakan prinsip
pemisahan berdasarkan perbedaan berat jenis dan gaya-gaya sentrifugal. Minyak yang
berada dibagian tengah dialirkan ke vacum dryer, sedangkan kotoran dan air
dikeluarkan dari oil purifier setiap 1 jam sekali. Minyak yang telah dimurnikan secara
otomatis di oil purifier, dipompakan ke float tank yang berfungsi untuk menjaga
pengumpulan vacum dryer agar tetap vacum sehingga bekerja optimal.
Vacum dryer berfungsi untuk mengurangi kadar air dalam minyak produksi.
Temperatur minyak dibuat 90-950C supaya kadar air cepat menguap dan uap air akan
terhisap oleh injection steam. Minyak yang telah bersih keluar dari dryer dan
selanjutnya dipompakan ke storage tank yang berfungsi untuk menyimpan dari bottom
vacum sementara minyak produksi yang dihasilkan sebelum dikirim ke tempat lain,
sedangkan dispatch tank berfungsi untuk memblending minyak produksi untuk
2.5 Penimbunan Minyak Kelapa Sawit
Sejalan dengan makin meningkatnya luas area perkebunan kelapa sawit, produksi
minyak sawit Indonesia semakin lama semakin meningkat pesat. Penyimpanan dan
penanganan selama transportasi minyak sawit yang kurang baik dapat mengakibatkan
terjadinya kontaminasi baik oleh logam maupun bahan lain sehingga akan
menurunkan kualitas minyak sawit. Pengawasan mutu minyak sawit selama
penyimpanan, transportasi, dan penimbunan perlu dilakukan dengan ketat untuk
mencegah terjadinya penurunan mutu minyak sawit.
Standarisasi prosedur penyimpanan, transportasi darat, dan penimbunan
minyak sawit bertujuan untuk mencegah kontaminasi dan penurunan kualitas minyak
sawit. Untuk mencegah terjadinya kristalisasi minyak sawit serta untuk
menyeragamkan minyak pada waktu pengiriman, tanki penyimpanan perlu dilengkapi
dengan pemanas. Pemanasan dapat dilakukan dengan uap pada tekanan 1,5 – 3 kg/cm2
yang dialirkan kedalam pipa pemanas. Minyak yang masuk kedalam tangki
penyimpanan suhunya 40-500C, titik leleh minyak sawit ± 400C, sehingga untuk
mempermudah pengeluaran minyak dari tangki untuk mempertahankan agar suhu
minyak bertahan diatas titik leleh. (Naibaho,1987)
Tangki penimbunan minyak dipakai sebagai penampungan atau penimbunan
minyak produksi dan pengukuran minyak produksi harian. Alat ini terdiri dari tangki
berbentuk silinder yang didalamnya dilengkapi dengan pipa pemanas berbentuk spiral,
dan pada bagian atas terdapat lubang untuk pengukuran dan lubang penguapan air.
Selama penimbunan ini dapat terjadi perusakan mutu, baik peningkatan ALB maupun
peningkatan oksidasi. Persyaratan penimbunan yang baik adalah :
1. Kebersihan tangki dijaga, khususnya terhadap kotoran dan air
2. Membersihkan tangki dan memeriksa pipa-pipa uap pemanas, tutup tangki,
dan alat-alat pengukur.
3. Memelihara suhu sekitar 400C
4. Pipa pemasukan minyak harus terbenam ujungnya dibawah permukaan minyak
5. Melapisi dinding tangki dengan damar epoksi ( hanya untuk minyak sawit
bermutu tinggi). (Mangoensoekarjo,2003)
2.6 Asam Lemak Bebas
Asam lemak bebas terbentuk kerena proses oksidasi, dan hidrolisa enzim selama
pengolahan dan penyimpanan. Dalam bahan pangan, asam lemak dengan kadar lebih
besar dari 0,2% dari berat lemak akan mengakibatkan flavor yang tidak diinginkan
dan kadang-kadang dapat meracuni tubuh. Asam lemak bebas, walaupun berada
dalam jumlah kecil mengakibatkan rasa tidak lezat. Asam lemak bebas juga dapat
mengakibatkan karat dan warna gelap jika dipanaskan dalam wajan besi. Asam lemak
bebas dalam konsentrasi tinggi yang terikat dalam minyak sawit sangat merugikan.
Tingginya asam lemak bebas ini mengkibatkan rendemen minyak turun sehingga
dilakukan pencegahan terbentuknya asam lemak bebas dalam minyak sawit.
Kandungan asam lemak bebas dari minyak sawit adalah satu penentu utama
mutu minyak sawit yang diperdagangkan. Terbentuknya asam lemak bebas pada
terdapat pada produk-produk pertanian penghasil minyak atau lemak antaranya buah
kelapa sawit pada pohon, enzim ini bertujuan atau berperan membentuk minyak,
tetapi setelah buah tersebut dipanen enzim lipase ini memecah minyak yang
dikandungnya.Reaksi hidrolisa akan dipercepat dengan adanya faktor-faktor
pemanasan, air, keasaman, dan katalis.
kadar ALB sekaligus menaikkan rendemen minyak. Pemetikan buah sawit disaat
belum matang mengakibatkan terbentuknya ALB dalam minyak sawit. Sedangkan
pemetikan setelah batas tepat panen ditandai dengan buah yang berjatuhan dan
menyebabkan pelukaan pada buah yang lainnya, akan menstimulir penguraian
enzimatis pada buah sehingga menghasilkan ALB meningkat.
Beberapa faktor yang menyebabkan peningkatan kadar ALB yang relatif tinggi
dalam minyak sawit antara lain:
1. Pemanenan buah sawit yang tidak tepat waktu
2. Keterlambatan dalam pengumpulan dan pengangkutan buah Pemupukan buah
3. Adanya mikroorganisme (jamur dan bakteri tertentu), yang dapat hidup pada
suhu dibawah 500C
4. Proses hidrolisa selama pemrosesan di pabrik
5. Terjadinya reaksi oksidasi, akibat terjadinya kontak langsung antara minyak
udara. (Ketaren,1986)
Asam lemak bebas terbentuk karena terjadinya proses hidrolisa minyak
menjadi asam-asamnya ataupun karena proses pengolahan yang kurang baik. Makin
tinggi kadar ALB maka makin rendah kualitasnya. Asam lemak bebas merupakan
salah satu indikator mutu minyak.
Asam lemak bebas yang terdapat dalam minyak sawit yang merupakan hasil
kerja dari enzim lipase dan oksidasi. Aktifitas enzim semakin tinggi apabila buah
mengalami kememaran (luka). Untuk mengurangi aktifitas enzim sampai di PKS
diusahkan agar kememaran buah dalam persentase yang relatif kecil. Enzim yang pada
umumnya tidak aktif lagi pada suhu 500C. Oleh sebab itu, perebusan dilakukan pada
suhu 1200Cakan menghentikan kegiatan enzim.
Pembentukan asam lemak bebas oleh mokroorganisme (jamur dan bakteri
tertentu) juga dapat terjadi bila suasananya sesuai, yaitu pada suhu rendah dibawah
500C dan dalam keadaan lembab dan kotor. Oleh karena itu minyak sawit harus segera
dimurnikan setelah pengutipannya. Pemanasan sampai suhu diatas 900C seperti pada
pemisahan dan pemurniaannya akan menghancurkan semua mikroorganisme dan
Penyebab kerusakan pada buah yang terjadi akibat dari proses fermentasi yang
berlangsung selama diatas truk, pada saat pengisian buah di tempat pemungutan,
penurunan buah di tempat pengumpulan hasil, pengisian buah ke alat transport
pembawa buah ke pabrik, penurunan buah di loading ramp dan pengisian buah ke
lori. Pada daerah-daerah yang pengangkutan darat tidak memungkinkan, buah
diangkut dengan perahu melalui sungai kemudian diangkut ke pabrik dengan truk. Hal
ini menyebabkan persentase buah yang luka sangat tinggi, dengan kandungan ALB
yang tinggi. Hal-hal inilah yang menjadi penyebab kandungan ALB minyak sawit
sangat tinggi pada daerah-daerah bukaan baru.
Kandungan asam lemak bebas pada buah sawit yang baru dipanen biasanya
lebih kecil dari 0.3%. Sedangkan, ALB pada brondolan biasanya sekitar 5%.
Umumnya konsumen menginginkan minyak sawit yang mengandung asam lemak
bebas yang rendah. Hal ini dapat dicapai jika buah yang dipanen masih mentah, akan
tetapi memotong buah yang mentah menimbulkan masalah di pabrik yaitu rendahnya
efesiensi minyak dan inti sawit. (Naibaho,1996)
2.7 Kadar Zat Menguap (Air)
Penentuan kadar air dapat dilakukan dengan berbagai cara, tergantung kepada sifat
bahannya. Pada umumnya penentuan kadar air dilakukan dengan mengeringkan bahan
dalam oven pada suhu 1050C-1100C selama 3 jam atau didapat berat yang konstan.
Pada penimbangan harus dilakukan dengan cepat, agar bahan makanan yang telah
dikeringkan tidak mengisap uap air dari udara. Jika penimbangan dilakukan lambat,
bahan makanan yang tidak tahan panas 1050C, maka pemanasan dilakukan pada suhu
yang lebih rendah. (Sediaoetama,2004)
Pada prinsipnya menguapkan air yang ada dalam bahan dengan jalan
pemanasan. Kemudian menimbang bahan sampai berat konstan yang berarti semua air
sudah diuapkan. Cara ini relatif mudah dan murah. Kelemahan cara ini adalah :
1 Bahan lain disamping air juga ikut menguap dan ikut hilang bersama dengan
uap air misalnya alkohol, asam asetat dan lain-lain
2 Dapat terjadi reaksi selama pemanasan yang menghasilkan air atau zat mudah
menguap lain. Misalnya lemak mengalami oksidasi dan sebagainya
3 Bahan yang mengandung bahan yang dapat mengikat air secara kuat sulit
melepaskan airnya meskipun sudah dipanaskan.
Untuk mempercepat penguapan air serta menghindari terjadinya reaksi yang
menyebabkan terbentuknya air ataupun reaksi yang lain karena pemanasan maka
dapat dilakukan pemanasan dengan suhu rendah dan tekanan vakum. Dengan
demikian akan diperoleh hasil yang lebih mencerminkan kadar air yang sebenarnya.
(Sudarmaji,1989)
Pada sterilisasi buah dapat menyebabkan penurunan kadar air buah dan inti,
yaitu dengan cara penguapan baik pada saat perebusan. Penurunan kandungan air
buah menyebabkan penyusutan buah sehingga terbentuk rongga-rongga kosong pada
perikarp yang mempermudah proses pengempaan. Kadar air dan zat mudah menguap
dapat didefinisikan sebagai massa zat yang hilang dari zat yang dianalisa pada
pemanasan 1050C dibawah kondisi operasi tertentu. Kadar air yang tinggi dapat
Air dalam minyak kelapa sawit hanya dalam sejumlah kecil, hal ini terjadi
karena proses alami sewaktu pembuahan dan akibat perlakuan di pabrik serta
pengaruh penimbunan. Jika air yang terbentuk pada proses hidrolisa besar maka akan
menyebabkan kenaikan asam lemak bebas pada minyak sawit. Kadar asam lemak
bebas dan air yang tinggi akan menyebabkan kerusakan minyak yang berupa bau
tengik pada minyak tersebut. Agar minyak yang dihasilkan memiliki mutu yang baik
maka kadar air dan asam lemak bebas pada minyak harus seminimal mungkin.
BAB 3
METODE PERCOBAAN
3.1 Alat Dan Bahan
3.1.1 Alat-Alat
- Buret pyrex
- Labu Erlenmeyer pyrex
- Neraca Analitik sartorius
- Oven gallenkamp
- Gelas Ukur pyrex
- Corong pyrex
- Cawan pyrex
- Desikator
- Penjepit Tabung
- Kertas Saring Whatman
3.1.2 Bahan –Bahan
- Crude Palm Oil (CPO)
- N-heksan p.a (E.Merck)
- Alkohol 96% p.a (E.Merck)
- Indikator Tymol Blue p.a (E.Merck)
3.2 Prosedur Analisa
3.2.1 Penentuan Asam Lemak Bebas (ALB)
- Ditimbang sampel CPO sebanyak ± 2 gram dimasukkan kedalam labu
erlenmeyer
- Ditambahkan 10 ml N-heksan
- Ditambahkan 20 ml Alkohol 96%
- Ditambahkan 3 tetes Indikator Tymol Blue
- Dititrasi dengan menggunakan KOH 0,054 N hingga terjadi perubahan
warna menjadi kuning kehijauan
- Dicatat volume larutan KOH 0,054 N yang terpakai
- Dihitung kadar asam lemak bebasnya
V.KOH x N.KOH x BM.Asam Palmitat
K. ALB (%) = X 100%
m.Sampel x 1000
3.2.2 Penentuan Kadar Air
- Ditimbang cawan kosong
- Ditambahkan sampel CPO sebanyak ± 20 gram kedalam cawan
- Dikeringkan dalam oven selama 1 jam pada suhu 1300 C
- Didinginkan dalam desikator selama 10 menit
- Ditimbang (cawan + sampel) sampai mencapai bobot konstan
- Dihitung kadar airnya
(m.cawan + m.sampel sebelum dioven)-(m.cawan + m.sampel sesudah dioven)
K.Air (%) = x100%
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Data Analisa
Tabel 4.1 merupakan Data yang diperoleh dari hasil analisa ataupun pemeriksaan
kadar asam lemak bebas (ALB) dan kadar air di Laboratorium Pengolahan kelapa
Sawit (PKS) Rambutan Tebing Tinggi 2010. Penentuan kadar asam lemak bebas
dilakukan dengan metode titrasi asam basa.
Tabel 4.2 Data Analisa Kadar Air Dalam Minyak Kelapa Sawit
Senin, 18-01-2010 20,1945 3,8202 24,0147 23,9913 0,12
Selasa,19-01-2010 20,6394 3,4100 24,0494 24,0259 0,11
Rabu, 20-01-2010 20,5849 3,8201 24,4050 24,3806 0,12
Kamis,21-01-2010 20,9508 3,8660 24,8168 24,7899 0,13
Jumat, 22-01-2010 20,4688 3,5220 23,9908 23,9608 0,15
Sabtu, 23-01-2010 20,2929 3,3973 23,6902 23,6609 0,14
4.2 Perhitungan
4.2.1 Persentase Kadar Asam Lemak Bebas (ALB)
4.2.2 Persentase Kadar Air
(m.cawan + m.sampel sebelum dioven)-(m.cawan + m.sampel sesudah dioven)
K.Air (%) = x100%
m.sampel
24,0147 – 23,9913
= x 100 %
20,1945
= 0,12 %
4.3 Pembahasan
Dari hasil data pengamatan yang dilakukan maka kadar asam lemak bebas pada CPO
(Crude Palm Oil) dan kadar air yang diperoleh masih memenuhi standart mutu yang
ditetapkan oleh PTP. Nusantara III PKS Rambutan Tebing Tinggi yaitu kadar asam
lemak bebas sebesar 3,5% dan kadar air sebesar 0,15%. Mutu CPO (Crude Palm Oil)
akan menjadi tinggi apabila kadar asam lemak bebas dan kadar air didalam CPO
(Crude Palm Oil) itu rendah. Semakin tinggi kadar asam lemak bebas dan kadar air
pada CPO (Crude Palm Oil) maka mutu atau kualitas dari CPO (Crude Palm Oil) juga
akan menurun.
Asam lemak bebas dapat berkembang akibat dari enzim lipase dan oksidase.
dengan perebusan hingga temperatur 500C selama beberapa menit. Sehingga pada
proses pengolahan maka perebusan dilakukan hingga temperatur 1200C.
Menurut PKS Rambutan Tebing Tinggi yang menyebabkan kadar asam lemak
bebas tinggi yaitu karena buah yang terlalu matang, buah luka, buah sesudah dipanen
disimpan terlalu lama, peralatan yang berhubungan dengan buah keadaannya kotor,
terlalu lama tersimpan pada tempat terbuka, temperatur rebusan tidak tercapai berarti
tidak terjadi perusakan enzim.
Maka dalam melakukan analisa kadar asam lemak bebas dan kadar air pada
sampel CPO (Crude Palm Oil) diperlukan ketelitian dan kecermatan dalam analisis
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Hasil analisa yang diperoleh pada CPO (Crude Palm Oil) untuk kadar asam lemak
bebas dan kadar air di PTP. Nusantara III PKS Rambutan Tebing Tinggi adalah
sebagai berikut :
a. Kadar Asam Lemak Bebas
- Senin, 18-01-2010 = 3,19 %
- Selasa,19-01-2010 = 3,17 %
- Rabu, 20 -01-2010 = 3,12 %
- Kamis,21-01-2010 = 3,30 %
- Jumat, 22-01-2010 = 3,35 %
- Sabtu , 23-01-2010 = 3,23 %
b. Kadar Air
- Senin, 18-01-2010 = 0,12 %
- Selasa,19-01-2010 = 0,11 %
- Rabu, 20 -01-2010 = 0,12 %
- Kamis,21-01-2010 = 0,13 %
- Jumat, 22-01-2010 = 0,15 %
Dari data yang diperoleh, maka kadar asam lemak bebas dan kadar air pada
CPO (Crude Palm Oil) memenuhi standart yang telah ditetapkan oleh perusahaan
yaitu kadar asam lemak bebas sebesar 3,5% dan kadar air sebesar 0,15%.
5.2 Saran
Diharapkan pada analisa kadar asam lemak bebas dan kadar air pada CPO (Crude
Palm Oil) dilakukan dengan teliti, cermat dan hati-hati dalam penentuan titik akhir
titrasi, supaya diperoleh hasil yang akurat dan sesuai dengan standart mutu yang telah
DAFTAR PUSTAKA
Gaman. M. 1992. Ilmu Pangan, Penghantar Ilmu Pangan, Nutrisi dan Mikrobiologi. Edisi II. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Ketaren. S. 1986. Minyak dan Lemak Pangan. Edisi I. Cetakan I. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia.
Mangoensoekarjo. S. 2003. Manajemen Agrobisnis Kelapa Sawit. Cetakan I. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Naibaho. P. M. 1996. Teknologi Pengolahan Kelapa Sawit. Medan: Pusat Penelitian Kelapa Sawit.
Pahan. I. 2006. Panduan Lengkap Kelapa Sawit. Cetakan I. Jakarta: Penerbit Swadaya
Poedjiadi. A. 1994. Dasar-Dasar Biokimia. Cetakan I. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia.
Sediaoetama. A. D. 2004. Ilmu Gizi. Cetakan V. Jakarta: Penerbit Dian Rakyat.
Seto. S. 2001. Pangan dan Gizi. Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Sudarmaji. S. 1989. Analisa Bahan Makanan Dan Pertanian. Yogyakarta: Penerbit Liberty.
LAMPIRAN 1
LAMPIRAN 2
LAMPIRAN 3
LAMPIRAN 4