• Tidak ada hasil yang ditemukan

Prosedur Perolehan Izin Mendirikan Yayasan Ditinjau dari Segi Hukum Administrasi Negara (Studi Yayasan Sekolah Tinggi Agama Islam AL Islahiyah Kota Binjai)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Prosedur Perolehan Izin Mendirikan Yayasan Ditinjau dari Segi Hukum Administrasi Negara (Studi Yayasan Sekolah Tinggi Agama Islam AL Islahiyah Kota Binjai)"

Copied!
83
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas Akhir dan Untuk Memperoleh Gelar Kesarjanaan Pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

Oleh :

ZETTIRA MIRANTI UTARI

100200158

DEPARTEMEN HUKUM ADMINISTRASI NEGARA

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas Akhir dan Untuk Memperoleh Gelar Kesarjanaan Pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

Oleh:

ZETTIRA MIRANTI UTARI 100200158

DEPARTEMEN HUKUM ADMINISTRASI NEGARA

Disetujui Oleh

KETUA DEPARTEMEN HUKUM ADMINISTRASI NEGARA

NIP. 196002141987032002 Surya Ningsih, SH, M.Hum

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Suria Ningsih, SH, M.Hum

NIP. 196002141987032002 NIP. 196705091993032001 Erna Herlinda, S.H., M.Hum

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)

rahmat dan hidayah-Nya, memberikan kesehatan, kesabaran, dan kelapangan berpikir kepada Penulis sehingga skripsi ini telah selesai dikerjakan.

Skripsi ini berjudul : Prosedur Perolehan Izin Mendirikan Yayasan Ditinjau dari Segi Hukum Administrasi Negara (Studi Yayasan Sekolah Tinggi Agama Islam AL Islahiyah Kota Binjai). Skripsi ini membahas tentang prosedur dalam memperoleh izin mendirikan yayasan ditinjau dari segi Hukum Administrasi Negara. Penulisan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi persyaratan dalam rangka mencapai gelar Sarjana Hukum di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Departemen Hukum Keperdataan.

Dalam proses penulisan skripsi ini, penulis telah mendapat bantuan dari berbagai pihak, maka pada kesempatan ini Penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada:

1. Prof. Dr. Runtung, S.H., M.Hum selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

2. Prof. Dr. Budiman Ginting, S.H., M.Hum selaku Pembantu Dekan I Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Syafruddin Hasibuan, S.H, M.H, DFM selaku Pembantu Dekan II Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

(4)

proses penulisan skripsi.

6. Ibu Erna Herlinda, S.H., M.Hum selaku Dosen Pembimbing II yang telah membimbing dan mengarahkan Penulis selama proses penulisan skripsi.

7. Seluruh Dosen dan Staf Pengajar di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang telah mengajar dan membimbing Penulis selama menempuh pendidikan di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

8. Seluruh Staf Tata Usaha dan Staf Administrasi Perpustakaan serta para pegawai di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

9. Drs. H. Ahmad Fauzi, M.Si, selaku Sekretaris Yayasan Sekolah Tinggi Agama Islam AL Islahiyah Kota Binjai yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi.

10.Kepada Papa (Alm) Irwanto dan ibunda Hidayati yang selalu memberikan dukungan moral dan materiil serta doa dan kasih sayang yang sedari kecil diberikan. Tanpa cinta, dukungan dan doanya sangat sulit bagi Penulis untuk mencapai cita-citanya. Skripsi ini Penulis persembahkan buat Papa dan Ibunda.

(5)

13.Kepada sahabat-sahabat yang penulis sayangi : Fikri Lubis, SH, Puji A. Purba, Debora Margareth, SH, dan seluruh teman-teman Group C dan stambuk 2010 Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. Terimakasih atas doa, dukungan dan bantuannya selama ini.

Demikianlah Penulis sampaikan, Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat untuk menambah wawasan dan pengetahuan hendaknya.

Medan, Januari 2015 Hormat Penulis

(6)

DAFTAR ISI ... iii

ABSTRAK ... BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian ... 5

D. Keaslian Penulisan ... 6

E. Tinjauan Pustaka ... 7

F. Metode Penelitian... 14

G. Sistematika Penulisan ... 16

BAB II PENGATURAN HUKUM TENTANG IZIN MENDIRIKAN YAYASAN ... 18

A. Peraturan yang Mengatur Izin Mendirikan Yayasan ... 18

B. Tujuan dan Fungsi Pemberian Izin Mendirikan Yayasan ... 33

C. Instansi Terkait yang Berwenang Mengeluarkan Izin Mendirikan Yayasan ... 36

BAB III PROSEDUR PEROLEHAN IZIN MENDIRIKAN YAYASAN ... 41

A. Persyaratan Dalam Perolehan Izin Mendirikan Yayasan ... 41

(7)

Terjadi ... 54

BAB IV AKIBAT HUKUM YANG TIMBUL BAGI PEMEGANG IZIN MENDIRIKAN YAYASAN ... 57

A. Hak yang di peroleh Pemegang Izin Mendirikan Yayasan .... 57

B. Kewajiban yang Harus di penuhi oleh Pemegang Izin Mendirikan Yayasan ... 59

C. Sanksi Terhadap Penyalahgunaan Izin yang di berikan ... 63

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 70

A. Kesimpulan ... 70

B. Saran ... 71

(8)

Kebijakan yang berbentuk izin harus mencerminkan suatu kebjakan yang sesuai dengan prikehidupan dan kenyamanan seluruh masyarakat, sehingga tujaun negara dalam konsep negara kesejahteraan (welfare state) yang termaktub dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 alinea ke-empat, dapat terwujud dan terdapat dalam pembukaan UUD 1945 untuk mewujudkan negara kesejahteraan. Sehubungan dengan telah berkembang pesat dan makin beragam coraknya Yayasan, untuk menjamin kepastian dan ketertiban hukum serta mengembalikan fungsi Yayasan sebagai pranata hukum dalam rangka mencapai kegiatan, maksud, dan tujuannya telah diatur dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 Tentang Yayasan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004 Tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 Tentang Yayasan. Hadirnya Undang-Undang Yayasan dimaksudkan untuk memberikan pemahaman dan aturan-aturan yang jelas kepada masyarakat mengenai bagaimana prosedur perolehan izin mendirikan suatu Yayasan, untuk menjamin kepastian dan ketertiban hukum serta mengembalikan fungsi Yayasan sebagai pranata hukum dalam rangka mencapai tujuan tertentu di bidang pendidikan, sosial, keagamaan dan kemanusiaan.

Jenis penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah penelitian hukum normatif, yang hanya menggunakan dan mengolah data-data sekunder atau disebut juga dengan metode kepustakaan dan juga ditambah dengan melakukan Field Research penelitian lapangan untuk mendukung informasi untuk mendukung teori yang ada dilapangan. Penulis mencari data tentang proses perolehan perizinan mendirikan Yayasan berdasarkan Undasng-Undang yang berlaku di Indonesia.

Hasil dalam skripsi ini, dengan diterbitkannya Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 jo Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 tentang Yayasan mengatur bagaimana izin memperoleh status badan hukum proses perolehan izin mendirikan yayasan, terdapat 3 tahapan mekanisme yaitu pendirian yayasan, Pengesahan yayasan dan Pengumuman Yayasan. Hak bagi pemegang izin mendirikan yayasan adalah menetapkan kebijakan dalam memimpin dan mengurus, mengatur tentang organisasi serta menjalankan ketentuan-ketentuan yang diatur dalam Anggaran Dasar Rumah Tangga sesuai dengan Perundang-undang yang berlaku, sedangkan kewajibannya adalah mengusahakan dan menjamin terlaksananya kegiatan organisasi, mengadakan pemeliharaan pembukuan dan administrasi organisasi serta menjalankan kewajiban-kewajiban sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang ditatur dalam Anggaran Dasar Rumah Tangga dan Peraturan Perundang-Undang yang berlaku.

Kata kunci : Retribusi Terminal, Hambatan, Retribusi Daerah

(9)

Kebijakan yang berbentuk izin harus mencerminkan suatu kebjakan yang sesuai dengan prikehidupan dan kenyamanan seluruh masyarakat, sehingga tujaun negara dalam konsep negara kesejahteraan (welfare state) yang termaktub dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 alinea ke-empat, dapat terwujud dan terdapat dalam pembukaan UUD 1945 untuk mewujudkan negara kesejahteraan. Sehubungan dengan telah berkembang pesat dan makin beragam coraknya Yayasan, untuk menjamin kepastian dan ketertiban hukum serta mengembalikan fungsi Yayasan sebagai pranata hukum dalam rangka mencapai kegiatan, maksud, dan tujuannya telah diatur dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 Tentang Yayasan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004 Tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 Tentang Yayasan. Hadirnya Undang-Undang Yayasan dimaksudkan untuk memberikan pemahaman dan aturan-aturan yang jelas kepada masyarakat mengenai bagaimana prosedur perolehan izin mendirikan suatu Yayasan, untuk menjamin kepastian dan ketertiban hukum serta mengembalikan fungsi Yayasan sebagai pranata hukum dalam rangka mencapai tujuan tertentu di bidang pendidikan, sosial, keagamaan dan kemanusiaan.

Jenis penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah penelitian hukum normatif, yang hanya menggunakan dan mengolah data-data sekunder atau disebut juga dengan metode kepustakaan dan juga ditambah dengan melakukan Field Research penelitian lapangan untuk mendukung informasi untuk mendukung teori yang ada dilapangan. Penulis mencari data tentang proses perolehan perizinan mendirikan Yayasan berdasarkan Undasng-Undang yang berlaku di Indonesia.

Hasil dalam skripsi ini, dengan diterbitkannya Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 jo Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 tentang Yayasan mengatur bagaimana izin memperoleh status badan hukum proses perolehan izin mendirikan yayasan, terdapat 3 tahapan mekanisme yaitu pendirian yayasan, Pengesahan yayasan dan Pengumuman Yayasan. Hak bagi pemegang izin mendirikan yayasan adalah menetapkan kebijakan dalam memimpin dan mengurus, mengatur tentang organisasi serta menjalankan ketentuan-ketentuan yang diatur dalam Anggaran Dasar Rumah Tangga sesuai dengan Perundang-undang yang berlaku, sedangkan kewajibannya adalah mengusahakan dan menjamin terlaksananya kegiatan organisasi, mengadakan pemeliharaan pembukuan dan administrasi organisasi serta menjalankan kewajiban-kewajiban sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang ditatur dalam Anggaran Dasar Rumah Tangga dan Peraturan Perundang-Undang yang berlaku.

Kata kunci : Retribusi Terminal, Hambatan, Retribusi Daerah

(10)

A. Latar Belakang

Perizinan merupakan perbuatan Hukum Administrasi Negara bersegi satu yang diaplikasikan dalam peraturan berdasarkan persyaratan dan prosedur sebagaimana ketentuan perundang-undangan. Iinilah yang kerap kali menjadi persoalan dalam kehidupan sehari-hari. Mulai dari masyarakat biasa sampai pejabat, berkutat dengan perizinan, karena perizinan berkaitan dengan kepentingan yang diingikan oleh masyarkat untuk melakukan aktivitas tertentu dengan mendapat persetujuan atau legalitas dari pejabat negara sebagai alat administrasi didalam pemerintahan suatu negara. Sebagai suatu bentuk kebijakan tentunya izin tidak boleh bertentangan dengan peraturan perundang-undangan serta norma norma kehidupan yang ada dimasyarakat baik secara vertikal maupun horizontal.

Kebijakan yang berbentuk izin harus mencerminkan suatu kebjakan yang sesuai dengan prikehidupan dan kenyamanan seluruh masyarakat, sehingga tujaun negara dalam konsep negara kesejahteraan (welfare state) yang termaktub dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 alinea ke-empat , dapat terwujud dan terdapat dalam pembukaan UUD 1945 untuk mewujudkan negara kesejahteraan.

(11)

supermasi atau tiada kekuasaan lain yang lebih tinggi selain hukum. Upaya merealisasi Negara berdasarkan hukum dan mewujudkan kehidupan bernegara maka hukum menjadi pengarah, perekayasa, dan perancang bagaimana bentuk masyarakat hukum untuk mencapai keadilan. Berkaitan dengan hal tersebut harus disesuaikan dengan perkembangan masyarakat serta tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Yayasan dipandang sebagai bentuk idiil dan filantropis untuk mewujudkan keinginan manusia dan keberdayaannya dirasakan membawa manfaat positif dari sisi kemanusiaan. Berbagai macam yayasan dengan berbagai karakteristiknya dapat dijumpai dalam kehidupan sehari-hari, salah satunya adalah yayasan yang bergerak pada bidang pendidikan. Yayasan yang bergerak pada bidang pendidikan diantaranya ada yang mendirikan sekolah, yaitu mulai dari sekolah dasar, menengah, lanjutan sampai perguruan tinggi juga mendirikan pusat pelatihan ataupun training dan sebagainya.

(12)

dengan cara mendirikan badan usaha dan/atau ikut serta dalam suatu badan usaha”1 dan semakin diperjelas dengan Pasal 7 ayat (1) yang menyatakan: “Yayasan dapat mendirikan badan usaha yang kegiatannya sesuai dengan maksud dan tujuan Yayasan”.2

Kiprah yayasan sebagai organisasi nirlaba menjadi sorotan publik, setelah keterkaitan sejumlah Yayasan dengan berbagai skandal keuangan menyeruak. Banyak tudingan miring kepada Yayasan, terutama berkaitan dengan ‘kedok’ sebagai mencari keuntungaan, tetapi mendapatkan berbagai kemudahan dibanding bentuk badan hukum lain, semisal Perseroan Terbatas. Belum lagi jika konflik yang melanda di antara Pengurus, yang dapat berdampak buruk bagi aktivitas Yayasan. Misalnya kegiatan belajar mengajar di sebuah lembaga pendidikan dapat terhenti, hanya karena konflik Pengurusnya.

Yayasan dalam mendanai kegiatan oprasionalnya memperoleh dana melalui kekayaan awal yang berasal dari pendiri Yayasan dan kekayaan lainnya yang bersumber dari sumbangan yang tidak mengikat, wakaf, hibah dan hibah wasiat. Oleh karenanya tujuan pendirian dari Yayasan diidentikan dengan kegiatan bidang sosial, keagamaan, dan kemanusiaan telah berkembang pesat dan makin beragam coraknya.

3

Sehubungan dengan telah berkembang pesat dan makin beragam coraknya Yayasan, untuk menjamin kepastian dan ketertiban hukum serta mengembalikan

1

Pasal 3 ayat (1) Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 jo Undang-Undang No. 28 Tahun 2004 tentang Yayasan

2

Pasal 7 ayat (1) Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 jo Undang-Undang No. 28 Tahun 2004 tentang Yayasan

3

(13)

fungsi Yayasan sebagai pranata hukum dalam rangka mencapai kegiatan, maksud, dan tujuannya telah diatur dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 Tentang Yayasan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004 Tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 Tentang Yayasan.

Hadirnya Undang-Undang Yayasan dimaksudkan untuk memberikan pemahaman dan aturan-aturan yang jelas kepada masyarakat mengenai bagaimana prosedur perolehan izin mendirikan suatu Yayasan, untuk menjamin kepastian dan ketertiban hukum serta mengembalikan fungsi Yayasan sebagai pranata hukum dalam rangka mencapai tujuan tertentu di bidang pendidikan, sosial, keagamaan dan kemanusiaan. Undang-Undang Yayasan juga mengatur kemungkinan dilakukannya pemeriksaan terhadap Yayasan berdasarkan penetapan pengadilan.

Berdasarkan pemaparan di atas maka penulis tertarik untuk menulis skripsi ini yang diberi judul : “PROSEDUR PEROLEHAN IZIN MENDIRIKAN YAYASAN DITINJAU DARI SEGI HUKUM ADMINISTRASI NEGARA”

(Studi Yayasan Sekolah Tinggi Agama Islam AL Islahiyah Kota Binjai).

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah sebagaimana yang diuraikan diatas, maka perlu dirumuskan permasalahan sebagai berikut :

(14)

3. Apa saja Akibat Hukum yang Timbul bagi pemegang Izin mendirikan Yayasan?

C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penulisan

Tujuan yang dapat diperoleh dari penulisan skripsi ini adalah :

a. Untuk mengetahui pengaturan dan proses pengesahan Yayasan berdasarkan Undang Nomor 16 Tahun 2001 jo Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004.

b. Untuk mengetahui akibat hukum yang timbul bagi pemegang Izin mendirikan Yayasan.

2. Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diperoleh dari penulisan skripsi ini adalah : a. Manfaat Teoritis

Pembahasan terhadap masalah yang akan dibahas dalam skripsi ini diharapkan dapat memberikan manfaat berupa sumbangan pemikiran bagi pengembangan ilmu pengetahuan khususnya mengenai izin mendirikan Yayasan.

b. Manfaat Praktis

(15)

hukum dan juga tidak hanya bertujuan untuk memperkaya diri sendiri saja. Hal ini dimaksudkan agar registrasi Yayasan dengan pola penerapan administrasi hukum yang baik dapat mencegah praktek perbuatan hukum yang dilakukan Yayasan yang dapat merugikan Yayasan.

D. Keaslian Penulisan

“Prosedur Perolehan Izin Mendirikan Yayasan Ditinjau Dari Segi

Hukum Administrasi Negara (Studi: Yayasan Sekolah Tinggi Agama Islam

(16)

E. Tinjauan Pustaka

1. Pengertian Perizinan

Izin (vergunning) adalah suatu persetujuan dari penguasa berdasarkan undang-undang atau peraturan pemerintah untuk dalam keadaan tertentu menyimpang dari ketentuan-ketentuan larangan peraturan perundang-undangan. Izin dapat juga diartikan sebagai dispensasi atau pelepasan/pembebasan dari suatu larangan.4

Ateng Syafrudin mengatakan bahwa izin bertujuan dan berarti menghilangkan halangan, hal yang dilarang menjadi boleh,atau Als opheffing van een algemene verbodsregel in het concrete geval, (sebagai peniadaan ketentuan larangan umum dalam peristiwa konkret).5

Menurut Sjachran Basah, izin adalah perbuatan hukum administrasi negara bersegi satu yang mengaplikasikan peraturan dalam hal konkret berdasarkan persyaratan dan prosedur sebagaimana ditetapkan oleh ketentuan peraturan perundang-undangan.6

Bagir Manan menyebutkan bahwa izin dalam arti luas berarti suatu persetujuan dari penguasa berdasarkan peraturan perundang-undangan untuk memperbolehkan melakukan tindakan atau perbuatan tertentu yang secara umum dilarang.7

4

E. Utrecht, Pengantar dalam Hukum Indonesia, (Jakarta : Ichtiar, 1957), hlm. 186.

5

M.M. van Praag, Algemen Nederlands Administratief Recht, Juridische Boekhandel en Uitgeverij A. Jongbloed & Zoon, (‘s-Gravenhage, 1950), hlm. 54.

6

Sjachran Basah, Pencabutan Izin Salah Satu Sanksi Hukum Administrasi, Makalah pada Penataran Hukum Administrasi dan lingkungan di Fakultas Hukum Unair, Surabaya, 1995, hlm. 1-2.

7

(17)

Izin merupakan instrumen pemerintah dalam melakukan pengendalian untuk mencapai tujuannya. Mekanisme perizinan & izin yang diterbitkan untuk pengendalian dan pengawasan administratif bisa dipergunakan sebagai alat untuk mengevaluasi keadaan dan tahapan perkembangan yang ingin dicapai, disamping untuk mengendalikan arah perubahan dan mengevaluasi keadaan, potensi serta kendala yang disentuh untuk berubah.

Dalam hal perizinan, yang berwenang mengeluarkan izin adalah pejabat administratif, kaitannya adalah dengan tugas pemerintah dalam hal memberikan pelayanan umum kepada masyarakat. Dalam hal pelayanan publik, izin merupakan bentuk pelayanan yang harus diberikan kepada masyarakat dalam bentuk pelayanan administratif, yaitu pelayanan yang menghasilkan berbagai bentuk dokumen resmi yang dibutuhkan oleh publik. Izin dapat berbentuk tertulis dan atau tidak tertulis, namun dalam Hukum Administrasi Negara izin harus tertulis, kaitannya apabila terjadi sesuatu hal yang tidak diingikan, maka izin yang berbentuk suatu keputusan adminstrasi negara (beschicking) dapat dijadikan sebagai alat bukti dalam pengadilan. Izin yang berbentuk beschiking, sudah tentu mempunyai sifat konkrit (objeknya tidak abstrak, melainkan berwujud, tertentu dan ditentukan), individual (siapa yang diberikan izin), final (seseorang yang telah mempunyai hak untuk melakukan suatu perbuatan hukum sesuai dengan isinya yang secara definitif dapat menimbulkan akibat hukum tertentu).8

8

(18)

Unsur-unsur dalam izin adalah: a. Para pihak

b. Objek pengaturan c. Pengesahan

d. Pihak yang mengeluarkan

e. Jangka waktu (tidak ada izin yang berlaku seumur hidup) f. Untuk apa izin digunakan

g. Alasan penerbitan izin; atribusi, delegasi dan mandate Tujuan sistem perizinan adalah:

a. Adanya suatu kepastian hukum b. Perlindungan kepentingan umum

c. Pencegahan kerusakan atau pencemaran lingkungan d. Pemerataan distribusi barang tertentu

2. Pengertian Yayasan

Yayasan adalah badan hukum yang terdiri atas kekayaan yang dipisahkan dan diperuntukkan untuk mencapai tujuan tertentu di bidang sosial, keagamaan, dan kemanusiaan yang tidak mempunyai anggota.9 Yayasan memperoleh status badan hukum setelah mendapat pengesahan akta pendirian Yayasan dari Kepala Kantor Wilayah Departemen Kehakiman dan HAM atas nama Menteri yang wilayah kerjanya meliputi tempat kedudukan Yayasan.10

9

Pasal 1 Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 jo Undang-Undang No. 28 Tahun 2004 tentang Yayasan

10

(19)

Yayasan sebagai badan hukum membawa dampak bagi setiap orang yang ingin mendirikannya dimana Yayasan tidak dapat lagi didirikan dengan sembarangan dan harus merujuk kepada Hukum Yayasan yang telah ada dan bagi Yayasan yang telah ada sebelum Undang-Undang Yayasan muncul maka Yayasan tersebut diwajibkan untuk didaftarkan di Pengadilan Negeri dan dimumkan dalam Tambahan Berita Negara Republik Indonesia atau didaftarkan di Pengadilan Negeri dan mempunyai izin dari instansi terkait (Paling lama 6 Oktober 2008) telah menyesuaikan Anggaran Dasar, dan paling lama 1 tahun sejak penyesuaian Anggaran Dasar wajib diberitahukan kepada Menteri Hukum dan HAM. Yayasan yang diakui sebagai badan hukum tidak menyesuaikan Anggaran Dasarnya dalam masa 3 tahun (paling lambat 6 Oktober 2008) dapat dibubarkan berdasarkan keputusan Pengadilan.11

Yayasan diurus oleh organ-organ Yayasan yang telah diatur dalam Undang-Undang Yayasan seperti Pembina, Pengurus dan Pengawas. Ketiga organ tersebut saling berkerja sama mengurus Yayasan sesuai dengan tugasnya masing-masing sehingga Yayasan mampu melaksanakan hak dan kewajibannya. Pembina sebagai organ tertinggi yang memiliki kewenangan sebagai berikut:12

1. Mengambil keputusan mengenai perubahan anggaran dasar

2. Melakukan pengangkatan dan pemberhentian anggota Pengurus dan anggota Pengawas

11

http:/www. Apb.or.id, “Hukum Yayasan Indonesia”, diakses pada tanggal 8 Oktober 2014

12

(20)

3. Melakukan penetapan kebijakan umum Yayasan berdasarkan anggaran dasar Yayasan

4. Mengambil keputusan mengenai penggabungan atau pembubaran Yayasan Pengurus menjalankan pengurusan baik di dalam dan di luar Yayasan. Pengurus menjalankan roda Yayasan untuk mencapai maksud dan tujuannya. Organ ketiga adalah Pengawas yang bertugas untuk mengawasi pekerjaan Pengurus Yayasan. Dalam Pasal 40 ayat (1) Undang-Undang No 16 Tahun 2001 disebutkan bahwa selain tugas tersebut Pengawas juga mempunyai tugas memberi nasehat kepada Pengurus dalam menjalankan kegiatan Yayasan.13

Hal yang sangat penting untuk diketahui mengenai Yayasan untuk menghindari terjadinya penyimpangan adalah mengetahui apa saja unsur-unsur yang terdapat dalam Yayasan tersebut. Adapun unsur-unsur tersebut adalah:14

1. Yayasan adalah badan hukum

Terdapat beberapa teori mengenai badan hukum diantaranya yaitu teori

fictie, teori harta kekayaan bertujuan, teori organ, teori propriete collective, teori kenyataan yuridis, teori dari Leon Duguit, teori hukum kodrat tentang hak milik pribadi dan Leer van het ambtelijk vermogen. Menurut teori Teori Fictie dari Von Savigny, badan hukum itu semata-mata buatan negara saja. Badan hukum itu hanyalah fiksi, yakni sesuatu yang sesungguhnya tidak ada, tetapi orang menghidupkannya dalam bayangan sebagai subyek hukum yang dapat melakukan perbuatan hukum

13

Pasal 40 ayat (1) Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 jo Undang-Undang No. 28 Tahun 2004 tentang Yayasan

14

(21)

seperti manusia.15 Menurut Teori Harta Kekayaan Bertujuan dari Brinz, yang menyatakan bahwa terdapat kekayaan yang tidak ada pemiliknya tetapi terikat pada tujuan tertentu kemudian diberi nama badan hukum. Menurut Teori Organ dari Otto van Gierke, menyatakan bahwa badan hukum itu adalah suatu realitas sesungguhnya sama seperti sifat kepribadian alam manusia ada di dalam pergaulan hukum.16 Dimana badan hukum itu mempunyai kehendak dan kemauan sendiri yang dibentuk melalui alat-alat perlengkapannya yaitu pengurus dan anggota-anggotanya. Kemudian Teori Kekayaan Bersama dari Planiol menyatakan bahwa hak dan kewajiban badan hukum pada hakikatnya adalah hak dan kewajiban para anggotanya bersama-sama, dengan demikian badan hukum hanya merupakan kontruksi yuridis saja. Teori Kenyataan Yuridis yang menyatakan bahwa badan hukum merupakan suatu realita yang kongkrit dan riil meskipun tidak bisa diraba tetapi merupakan kenyataan yuridis. Maijers menyebut teori tersebut, teori kenyataan yang sederhana, sederhana karena menekankan bahwa hendaknya dalam mempersamakan badan hukum dengan manusia itu terbatas sampai pada bidang hukum saja.17

15

Ridwan Syahrani, Selu-beluk dan Asas-asas Hukum Perdata, (Bandung, Alumni, 2000), hal. 56

16

Agus Budiarto, Seri Hukum Perusahaan: Kedudukan Hukum dan Tanggung Jawab Pendiri Perseroan Terbatas, (Jakarta, Ghalia Indonesa, 2002), hal. 28

17

Chidir Ali, Badan Hukum, (Bandung, Alumni, 1999), hal. 35

(22)

dapat menjadi pendukung dari hak subjektif. 18 Teori yang ketujuh adalah Teori Hukum Kodrat tentang hak milik pribadi yang menyatakan bahwa menurut Thomas Aquino, hak milik pribadi.19

2. Terdiri atas kekayaan yang dipisahkan

Yayasan diakui sebagai badan hukum adalah suatu badan yang ada karena hukum dan memang diperlukan keberadaannya sehingga disebut legal intity dan menurut Pasal 11 ayat (1) Undang-Undang Yayasan bahwa Yayasan memperoleh status badan hukum setelah akta pendirian Yayasan sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 ayat (2) memperoleh pengesahan dari Menteri Kehakiman.

Dalam ketentuan Pasal 5 Undang-Undang No 16 Tahun 2001 tentang Yayasan dijabarkan secara konkrit bahwa kekayaan Yayasan baik berupa uang, barang maupun kekayaan lain yang diperoleh Yayasan berdasarkan Undang-Undang ini, dilarang dialihkan atau dibagiakan secara langsung atau tidak langsung kepada Pembina, Pengurus, Pengawas dan karyawan atau pihak lain yang mempunyai kepentingan dengan Yayasan. Pemisahan harta kekayaan Yayasan tersebut sebenarnya bertujuan untuk mencegah jangan sampai kekayaan awal Yayasan masih merupakan bagian dari harta pribadi atau harta bersama pendirian. Jika tidak demikian nantinya harta tersebut masih tetap sebagai kekayaan milik pendiri Yayasan.20 Kekayaan Yayasan sebagaimana dimaksud tersebut dipergunakan untuk mencapai maksud dan tujuan serta kegiatan usaha Yayasan.

(23)

3. Organ Yayasan

Badan hukum Yayasan memiliki alat perlengkapan (organ) yang telah ditentukan dalam Undang-Undang Yayasan yaitu Pembina, Pengurus dan Pengawas. Pembina mempunyai kewenangan untuk menilai hasil pekerjaan Pengurus dan Pengawas. Pengurus melakukan pengurusan terhadap Yayasan baik di dalam maupun di luar pengadilan. Pengawas melakukan pengawasan terhadap pekerjaan pengurusan yang dilakukan oleh Pengurus Yayasan.

F. Metode Penilitian

1. Jenis dan Sifat penelitian

Dalam menyusun skripsi ini, jenis penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah penelitian hukum normatif, dimana penelitian hukum normatif adalah suatu prosedur penelitian ilmiah untuk menemukan kebenaran berdasarkan logika keilmuan dipandang dari sisi normatifnya.21 Penelitian yang hanya menggunakan dan mengolah data-data sekunder atau disebut juga dengan metode kepustakaan yang berkaitan dengan pendirian Yayasan. Juga ditambah dengan melakukan Field Research

penelitian lapangan untuk mendukung informasi untuk mendukung teori yang ada.

21

(24)

2. Teknik Pengumpulan Data.

Penelitian Kepustakaan, yaitu dengan melakukan bacaan-bacaan teoritis ilmiah yang digunakan sebagai bahan analisis terhadap masalah yang dibahas. Data-data tersebut diperoleh dari buku-buku referensi, buku catatan perkuliahan, diskusi, internet dan dokumen-dokumen peraturan perundang-undangan.

Penelitian Lapangan, yaitu suatu cara untuk memperoleh data dengan cara melakukan penelitian langsung kelapangan untuk memperoleh data yang konkrit dan aktual, untuk itu penulis melakukan wawancara dengan staf di Yayasan Sekolah Tinggi Agama Islam AL Islahiyah Kota Binjai.

3. Sumber Data

a. Bahan Hukum Primer, yaitu bahan hukum berupa Undang-Undang No. 16 Tahun 2001 Tentang Yayasan, Undang-Undang No. 28 Tahun 2004 Tentang Perubahan Undang-Undang No. 16 Tahun 2001, Peraturan Pemerintah No. 63 Tahun 2008 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Yayasan.

b. Bahan Hukum Skunder, yaitu bahan hukum berupa hasil penelitian, laporan-laporan, artikel, majalah, dan situs internet yang dapat memberikan penjelasan terhadap bahan hukum primer.22

c. Bahan Hukum Tersier, yaitu bahan hukum yang memberikan petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan primer dan skunder seperti kamus, ensiklopedia, dan lain-lain.

22

(25)

4. Analisis Data

Data Sekunder yang telah diperoleh kemudian dianalisa secara kualitatif yaitu semaksimal mungkin memakai bahan-bahan yang ada berdasarkan asas-asas, pengertian serta sumber-sumber hukum yang ada dan menarik kesimpulan dari bahan tersebut.

G. Sistematika Penulisan

Secara sistematis penulis membagi skripsi ini menjadi beberapa bab, dan tiap babnya terbagi menjadi beberapa sub bab, antara lain sebagai berikut : BAB I : PENDAHULUAN

Pada bab ini menguraikan tentang latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan kepustakaan, metode penelitian, sistematika penulisan, dan keaslian penulisan.

BAB II : PENGATURAN HUKUM TENTANG IZIN MENDIRIKAN

YAYASAN

Bab ini menguraikan tentang peraturan yang mengatur izin mendirikan yayasan, tujuan dan fungsi pemberian izin mendirikan yayasan, instansi terkait yang berwenang mengeluarkan izin mendirikan yayasan.

BAB III : PROSEDUR PEROLEHAN IZIN MENDIRIKAN YAYASAN

(26)

yayasan, hambatan yang dihadapi dalam perolehan izin mendirikan yayasan, upaya yang dilakukan dalam mengatasi hambatan yang terjadi

BAB IV : AKIBAT HUKUM YANG TIMBUL BAGI PEMEGANG IZIN

MENDIRIKAN YAYASAN

Bab ini menguraikan tentang hak yang diperoleh pemegang izin mendirikan yayasan, kewajiban yang harus dipenuhi oleh pemegang izin mendirikan yayasan, sanksi terhadap penyalahgunaan izin yang diberikan.

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

(27)

A. Peraturan yang Mengatur Izin Mendirikan Yayasan

1. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 tentang Yayasan

Kegiatan yang mengatasnamakan amal, bersedekah, dan berderma untuk keperluan sosial dan kemanusiaan yang dilakukan oleh suatu lembaga nirlaba modern tidak menutup kemungkinan terjadinya penyelewengan atau penyalahgunaan. Oleh karena itu perlu ada standar etika, aturan baku, dan hukum yang tegas dan jelas yang mengatur masalah ini tanpa mengurangi semangat

filantropis yang ada pada masyarakat. Diharapkan pengaturan atau berbagai

bentuk regulasi terhadap organisasi nirlaba itu, termasuk yayasan, akan dapat mendorong semangat filantropisme tersebut karena pada akhirnya aktivitas itu akan bermuara pada kepentingan masyarakat, bangsa, dan negara.23

Prinsip yang ingin diwujudkan dalam ketentuan Undang-undang Yayasan adalah kemandirian yayasan sebagai badan hukum, keterbukaan seluruh kegiatan yang dilakukan yayasan, dan akuntabilitas kepada masyarakat mengenai apa yang Keberadaan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 yang menjelaskan tentang adanya keinginan pemerintah untuk mengendalikan ataupun sekurang-kurangnya memonitor kegiatan yayasan di masa yang akan datang. Berbagai kasus penyalahgunaan yayasan selama ini juga menunjukkan adanya kebutuhan akan pengaturan masalah yayasan ini.

23

(28)

telah dilakukan oleh yayasan, serta prinsip nirlaba yang merupakan prinsip yang fundamental bagi suatu yayasan.

Beberapa ketentuan dalam undang-undang tersebut diantaranya dengan adanya kewajiban pada setiap pendiri yayasan untuk memintakan pengesahan badan hukum kepada Menteri Kehakiman, dan seterusnya setiap ada perubahan mengenai nama dan kegiatan yayasan tersebut harus pula meminta izin kepada Menteri Kehakiman. Pemerintah ingin mengetahui arus keuangan yayasan dengan mengharuskan yayasan, terutama yang kekayaannya berasal dari negara atau memperoleh bantuan pemerintah, untuk membuat ikhtisar laporan tahunan yang menyangkut keuangan dan kegiatan yayasan dalam tahun yang lampau.

Pengatur dan pengendalian yang dilakukan pemerintah terhadap pendirian dan pengoperasian suatu yayasan tentunya didasarkan kepada pengalaman masa lampau, tatkala banyak sekali yayasan yang menyalahgunakan segala kemudahan yang diberikan kepada yayasan, padahal sebenarnya mereka berdagang dengan membungkus bisnisnya melalui yayasan. Secara praktis kuantitatif asumsi demikian memang perlu dibuktikan dengan suatu penelitian khusus. Namun secara kualitatif dapat dirasakan dan juga disaksikan berbagai yayasan yang disalahgunakan untuk kepentingan tertentu, baik untuk kepentingan pribadi maupun kepentingan golongan.24

Tujuan dari Undang – Undang ini, memberikan pemisahan antara peran yayasan dan peran suatu badan usaha yang didirikan, dalam hal ini yayasan sebagai pemegang saham dalam suatu badan usaha tersebut karena adanya

24

(29)

penyertaan modal maksimal 25% dari kekayaan yayasan, agar tidak terjadi benturan kepentingan dan tumpang tindih kepentingan, terlebih bila terjadi masalah yang timbul jika ada larangan terhadap organ yayasan.25

25

L.Boedi Wahyono dan Suyud Margono, Hukum Yayasan Antara Fungsi Kariatif Atau Komersial, CV. Novindo Pustaka Mandiri, Jakarta,2001, Hal. 8

Pasal 1 angka (1) Undang – Undang Nomor 16 Tahun 2001 tentang Yayasan jelas menegaskan bahwa Yayasan harus bertujuan sosial, keagamaan, dan kemanusiaan.

Pada pasal 3, Pasal 7 dan Pasal 8 Undang – Undang Nomor 16 Tahun 2001 memperkenankan yayasan untuk melakukan kegiatan usaha ataupun mendirikan suatu badan usaha. Pasal 3 ayat (1) Undang – Undang Nomor 16 tahun 2001 menyebutkan :

” Yayasan dapat melakukan kegiatan usaha untuk menunjang pencapaian maksud dan tujuannya dengan cara mendirikan badan usaha dan atau ikut serta dalam suatu badan usaha.”

Pada Undang – Undang Nomor 28 Tahun 2004 ketentuan pada Pasal (3) ini tidak diubah tetapi penjelasan pasal ini mempertegas bahwa yayasan tidak dapat digunakan sebagai wadah usaha. Dengan perkataan lain yayasan tidak dapat langsung melakukan kegiatan usaha, tetapi harus melalui badan usaha yang didirikannya atau melalui badan usaha lain dimana yayasan mengikut sertakan kekayaannya.

(30)

” Yayasan dapat mendirikan badan usaha yang kegiatannya sesuai dengan maksud dan tujuan yayasan.”

Dari pasal diatas dapat disimpulkan bahwa yayasan harus bertujuan sosial, keagamaan dan kemanusiaan, dimana yayasan boleh melakukan kegiatan usaha asalkan laba yang diperoleh dari hasil usaha tersebut dipergunakan dan diperuntukkan untuk tujuan sosial, keagamaan dan kemanusiaan. Usaha yang memperoleh laba ini diperlukan agar yayasan tidak tergantung selamanya pada bantuan dan sumbangan pihak lain.26

1) Kemandirian Yayasan sebagai badan hukum.

Menurut Pasal 71 Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001, semua Yayasan yang telah berdiri dan didaftarkan di pengadilan negeri dan diumumkan dalam Tambahan Berita Negara Republik Indonesia, atau didaftarkan di pengadilan negeri dan mempunyai izin melakukan kegiatan dari instansi terkait tetap diakui sebagai badan hukum, dengan ketentuan dalam waktu paling lambat 5 (lima) tahun sejak dimulai berlakunya undang-undang tersebut wajib disesuaikan anggaran dasar.

Dengan demikian ada 4 (empat) prinsip yang harus dimiliki Yayasan sesuai dengan harapan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001, yakni:

2) Keterbukaan seluruh kegiatan Yayasan. 3) Akuntabilitas publik.

4) Prinsip nirlaba.

26

(31)

Menurut Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 mengatakan bahwa yayasan adalah badan hukum yang terdiri atas kekayaan yang dipisahkan dan diperuntukkan untuk mencapai tujuan tertentu dalam bidang sosial, keagamaan, dan kemanusiaan, dan tidak mempunyai anggota. Yayasan didirikan dengan akta notaris yang dibuat dalam bahasa Indonesia oleh satu orang atau lebih dengan memisahkan sebagian harta kekayaan pendiriannya sebagai kekayaan awal Yayasan. Dalam hal yayasan didirikan berdasarkan surat wasiat, pendirian yayasan dilakukan dengan akta notaris oleh penerima wasiat yang bertindak mewakili pemberi wasiat. Apabila dianggap perlu, Menteri dapat meminta pertimbangan instansi terkait yang ruang lingkup tugasnya meliputi kegiatan Yayasan. Dalam hal permohonan pengesahan ditolak, Menteri wajib menyampaikan penolakan secara tertulis disertai alasannya. Adapun alasan penolakan adalah permohonan yang diajukan tidak sesuai ketentuan yang ditetapkan dalam Undang-Undang Yayasan dan atau peraturan pelaksanaannya.

Dalam Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 tidak dikenal adanya "badan pendiri" pada Yayasan seperti selama ini dikenal. Undang-Undang Yayasan memakai istilah "pembina" untuk menghindari terjadinya kekosongan apabila pendirinya berupa orang-perseorangan meninggal dunia. Hal ini karena suatu Yayasan adalah bersifat sosial, keagamaan dan kemanusiaan, yang terlihat dari hal-hal berikut ini:27

27

Ibid., hal. 44.

(32)

a. Maksud dan Tujuan serta Kegiatan Yayasan

Maksud dan tujuan yayasan adalah di bidang sosial, keagamaan dan kemanusiaan. Kegiatan yayasan adalah kegiatan yang dilakukan untuk mencapai maksud tujuan yayasan yang bersangkutan. Maksud dan tujuan yayasan untuk melakukan pemberian kepada para pendiri/pembina, pengurus, pengawas atau pihak ketiga tidak diperkenankan kecuali pemberian kepada pihak ketiga dengan tujuan sosial.

b. Kekayaan Yayasan

Kekayaan yayasan dipergunakan untuk mendukung kinerja yayasan yaitu untuk mencapai maksud tujuan yayasan yang bersifat sosial. Keagamaan dan kemanusian. Guna mencapai maksud dan tujuan tersebut, yayasan dapat melakukan kegiatan usaha dengan mendirikan badan usaha yang kekayaan yayasan ditentukan paling banyak 25% dari seluruh kekayaan yayasan. Kegiatan usaha yayasan harus disesuaikan dengan maksud dan tujuan serta tidak bertentangan dengan ketertiban umum, kesusilaan dan/atau peraturan perundang-undangan yang berlaku (Pasal 7 Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001).

c. Pengawasan Masyarakat

(33)

memperoleh bantuan pemerintah atau yayasan yang kekayaannya dikumpulkan dari dana masyarakat melalui sumbangan, wakaf, hibah, hibah wasiat sehingga kekayaan yayasan mencapai jumlah tertentu sebagaimana nanti diatur dengan Peraturan pemerintah diwajibkan mengumumkan ikhtisar laporan tahunan yayasan dalam surat kabar harian berbahasa Indonesia (Pasal 52 Undang-Undang Yayasan Nomor 16 Tahun 2001).

d. Pemeriksaan Terhadap Yayasan

Selain transparansi laporan tahunan, pihak ketiga yang berkepentingan dalam mewakili kepentingan umum dapat mengajukan permohonan tertulis kepada pengadilan untuk penetapan pemeriksaan terhadap yayasan. Tujuan pemeriksaan adalah untuk mendapatkan data atau keterangan dalam hal terdapat dugaan bahwa organ yayasan:

1) Melakukan perbuatan melawan hukum atau bertentangan dengan anggaran dasar

2) Lalai dalam melaksanakan tugas-tugasnya

3) Melakukan perbuatan yang merugikan yayasan atau pihak ketiga 4) Melakukan perbuatan yang merugikan negara

(34)

Dalam pengorganisasiannya terdapat pemisahan yang jelas antara pemegang kekuasaan tertinggi dengan pelaksanaan operasional dan pengawas yang mengawasi operasional yayasan. Hal ini tercermin dari pemisahan yang jelas dari organ yayasan yang terdiri dari: pembina, pengurus dan pengawas.

Pembina adalah organ yayasan yang mempunyai kewenangan yang tidak diserahkan kepada pengurus atau pengawas oleh Undang-undang atau Anggaran Dasar Pengurus adalah organ yayasan yang melaksanakan kepengurusan yayasan, sedangkan pengawas adalah orang yayasan yang bertugas melakukan pengawasan serta memberi nasehat kepada pengurus dalam menjalankan kegiatan Yayasan.

Anggota pembina tidak boleh merangkap sebagai anggota Pengurus dan/atau anggota Pengawas, demikian pula sebaliknya. Larangan perangkapan jabatan dimaksudkan untuk menghindari benturan kewenangan dan tugas serta tanggung jawab antara pembina, pengurus dan pengawas yang dapat merugikan kepentingan Yayasan atau pihak lain.

Menurut Chatamarrasjid Ais, Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 telah memberikan landasan hukum yang baik bagi pendirian dan perkembangan Yayasan. Persoalannya adalah masalah penegakan hukum, dalam hal ini perlu ditegaskan mengenai masalah pengawasan, baik bagi Yayasan yang sudah ada sebelum Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 tentang Yayasan maupun yang akan berdiri setelah diundangkannya undang-undang yayasan tersebut.28

Dampak terbesar dari Undang-Undang Yayasan Nomor 16 Tahun 2001 adalah Yayasan harus bersifat terbuka bagi masyarakat, baik dalam laporan

28

(35)

kegiatan maupun keuangannya. Hal ini membuka peluang bagi publik untuk mengawasi kegiatan Yayasan. Jadi Yayasan harus memiliki pembukuan yang baik. Kemudian juga Yayasan harus menyesuaikan kekayaan yang dipisahkan oleh pendiri dengan tujuan yang akan dicapai, dan Yayasan harus menyesuaikan Organ Yayasan dan Anggaran Dasar sesuai ketentuan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001.

Sejak diterbitkannya Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 tentang Yayasan maka landasan hukum keberadaan Yayasan sebagai suatu badan hukum pada sistem hukum di Indonesia. Di mana sebelum berlakunya undang-undang tersebut yang menjadi landasan hukum Yayasan adalah kebiasaan dalam masyarakat dan yurisprudensi Mahkamah Agung.

Meskipun belum ada perundang-undangan yang khusus mengatur tentang Yayasan, sampai dengan keluarnya Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001. Akan tetapi pengaturan yayasan sebagai badan hukum secara implisit tercantum secara sporadis dalam berbagai peraturan perundang-undangan. Jadi selama belum dikeluarkan Undang-Undang Yayasan tidak ada pengakuan Yayasan sebagai badan hukum secara eksplisit sebagaimana halnya badan hukum yang lain baik perseroan terbatas, perkumpulan, dan sebagainya.

Fred Tumbuan menyatakan bahwa:

(36)

istilah yayasan, tetapi juga tidak merinci mengenai status, hak maupun wewenang yayasan dimaksud.29

2. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 tentang Yayasan

Meskipun keberadaan yayasan sebelum keluarnya Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 tentang Yayasan tidak mendapat pengaturan yang jelas dan tegas, namun status badan hukum yayasan tersebut tidak pernah diragukan baik di kalangan akademisi maupun praktisi. Itulah sebabnya UU Yayasan sendiri tidak ragu-ragu dalam memberikan pengakuan terhadap status badan hukum yayasan yang terbentuk sebelum berlakunya Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 sebagaimana disebutkan dalam Pasal 71, berikut ini:

(1) Pada saat Undang-undang ini mulai berlaku, Yayasan yang telah : a. didaftarkan di Pengadilan Negeri dan diumumkan dalam

Tambahan Berita Negara Republik Indonesia; atau

b. didaftarkan di Pengadilan Negeri dan mempunyai izin melakukan kegiatan dari instansi terkait;

tetap diakui sebagai badan hukum, dengan ketentuan dalam waktu paling lambat 5 (lima) tahun sejak mulai berlakunya Undang-undang ini Yayasan tersebut wajib menyesuaikan Anggaran Dasarnya dengan ketentuan Undang-undang ini.

(2) Yayasan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) wajib diberitahukan kepada Menteri paling lambat 1 (satu) tahun setelah pelaksanaan penyesuaian.

(3) Yayasan yang tidak menyesuaikan Anggaran Dasarnya dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat dibubarkan berdasarkan putusan Pengadilan atas permohonan Kejaksaan atau pihak yang berkepentingan.

Sebagaimana telah dikemukakan di atas bahwa setelah berlakunya Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 tentang Yayasan, maka Yayasan telah mempunyai landasan hukum yang tegas tentang keberadaan Yayasan sebagai

29

Fred Tumbuan dalam Rehngena Purba, Perlunya Undang-Undang Tentang Yayasan,

(37)

badan hukum. Namun kemudian Pemerintah melakukan perubahan kembali terhadap Undang-Undang Yayasan yaitu diterbitkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 tentang Yayasan.

Pertimbangan diterbitkannya Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004 tersebut adalah:

a. bahwa Undang-undang Nomor 16 Tahun 2001 tentang Yayasan mulai berlaku pada tanggal 6 Agustus 2002, namun Undang-undang tersebut dalam perkembangannya belum menampung seluruh kebutuhan dan perkembangan hukum dalam masyarakat, serta terdapat beberapa substansi yang dapat menimbulkan berbagai penafsiran, maka perlu dilakukan perubahan terhadap Undang-undang tersebut;

b. bahwa perubahan tersebut dimaksudkan untuk lebih menjamin kepastian dan ketertiban hukum, serta memberikan pemahaman yang benar kepada masyarakat mengenai Yayasan;

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu membentuk Undang-undang tentang Perubahan Atas Undang-undang Nomor 16 Tahun 2001 tentang Yayasan.

(38)

Diterbitkannya Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004 juga masih seputar status badan hukum Yayasan. Undang-Undang ini telah mencabut kewenangan Kanwil Hukum dan HAM dalam pengesahan badan hukum Yayasan, di mana sebelumnya pada Pasal 11 Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 dinyatakan:

(1) Yayasan memperoleh status badan hukum setelah akta pendirian Yayasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (2) memperoleh pengesahan dari Menteri.

(2) Kewenangan Menteri dalam memberikan pengesahan akta pendirian Yayasan sebagai badan hukum dilaksanakan oleh Kepala Kantor Wilayah Departemen Kehakiman dan Hak Asasi Manusia atas nama Menteri, yang wilayah kerjanya meliputi tempat kedudukan Yayasan. (3) Dalam memberikan pengesahan, Kepala Kantor Wilayah Departemen

Kehakiman dan Hak Asasi Manusia sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dapat meminta pertimbangan dari instansi terkait.

(39)

(1) Yayasan memperoleh status badan hukum setelah akta pendirian Yayasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (2), memperoleh pengesahan dari Menteri.

(2) Untuk memperoleh pengesahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), pendiri atau kuasanya mengajukan permohonan kepada Menteri melalui Notaris yang membuat akta pendirian Yayasan tersebut.

(3) Notaris sebagaimana dimaksud pada ayat (2), wajib menyampaikan permohonan pengesahan kepada Menteri dalam jangka waktu paling lambat 10 (sepuluh) hari terhitung sejak tanggal akta pendirian Yayasan ditandatangani.

(4) Dalam memberikan pengesahan akta pendirian Yayasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Menteri dapat meminta pertimbangan dari instansi terkait dalam jangka waktu paling lambat 7 (tujuh) hari terhitung sejak tanggal permohonan diterima secara lengkap.

(5) Instansi terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (4), wajib menyampaikan jawaban dalam jangka waktu paling lambat 14 (empat belas) hari terhitung sejak tanggal permintaan pertimbangan diterima. (6) Permohonan pengesahan akta pendirian Yayasan dikenakan biaya

yang besarnya ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah.

Perubahan di atas telah menghapus kewenangan Kanwil dalam memberikan pengesahan atas suatu badan hukum yayasan dan mempertegas bahwa wewenang untuk mengesahkan suatu yayasan sebagai badan hukum berada di tangan Menteri Hukum dan HAM. Di samping itu dinyatakan bahwa Notaris wajib menyampaikan permohonan pengesahan kepada Menteri untuk menjadi badan hukum tersebut.

Kemudian terkait dengan status badan hukum Yayasan tersebut terlihat dengan dilakukannya perubahan pada Pasal 71 Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001, yang isinya setelah dilakukan perubahan adalah:

(1) Pada saat Undang-undang ini mulai berlaku, Yayasan yang :

a. telah didaftarkan di Pengadilan Negeri dan diumumkan dalam Tambahan Berita Negara Republik Indonesia; atau

b. telah didaftarkan di Pengadilan Negeri dan mempunyai izin melakukan kegiatan dari instansi terkait;

(40)

Undang-undang ini mulai berlaku, Yayasan tersebut wajib menyesuaikan Anggaran Dasarnya dengan ketentuan Undang-undang ini.

(2) Yayasan yang telah didirikan dan tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dapat memperoleh status badan hukum dengan cara menyesuaikan Anggaran Dasarnya dengan ketentuan Undang-undang ini, dan mengajukan permohonan kepada Menteri dalam jangka waktu paling lambat I (satu) tahun terhitung sejak tanggal Undang-undang ini mulai berlaku.

(3) Yayasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), wajib diberitahukan kepada Menteri paling lambat 1 (satu) tahun setelah pelaksanaan penyesuaian.

(4) Yayasan yang tidak menyesuaikan Anggaran Dasarnya dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan Yayasan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), tidak dapat menggunakan kata "Yayasan" di depan namanya dan dapat dibubarkan berdasarkan putusan Pengadilan atas permohonan Kejaksaan atau pihak yang berkepentingan.

(41)

Secara tegas di dalam Pasal 71 ayat (4) Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004 disebutkan Yayasan yang tidak menyesuaikan Anggaran Dasar dalam jangka waktu 3 (tiga) tahun sejak berlakunya undang-undang tersebut, maka yayasan tersebut tidak dapat lagi menggunakan kata “Yayasan” dan dapat dibubarkan dengan putusan Pengadilan atas permohonan Kejaksaan dan pihak yang berkepentingan.

Kemudian diterbitkan Peraturan Pemerintah Nomor 63 Tahun 2008 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Yayasan, yang juga masih membahas tentang status badan hukum yayasan, yaitu pada Pasal 36 disebutkan Yayasan yang dimaksud Pasal 71 ayat (2) Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004 wajib memohon pengesahan akta pendiriannya untuk memperoleh status badan hukum seperti pendirian yayasan yang baru, dan dalam premisse akta menyebutkan asal usul pendiriannya. Perbuatan hukum yang dilakukanYayasan yang belum mendapat status badan hukum menjadi tanggung jawab pribadi anggota organ Yayasan secara tanggung renteng.

Selanjutnya juga diterbitkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 63 Tahun 2008 Tentang Pelaksanaan Undang-Undang Tentang Yayasan, yang membahas tentang permohonan pengesahan pendirian yayasan, yaitu diantara Pasal 15 dan Pasal 16 disisipkan 1 (satu) pasal, yakni Pasal 15A sehingga berbunyi sebagai berikut:

(42)

a. salinan akta pendirian Yayasan yang dalam premise aktanya menyebutkan asal-usul pendirian Yayasan termasuk kekayaan Yayasan yang bersangkutan;

b. laporan kegiatan Yayasan paling sedikit selama 5 (lima) tahun terakhir secara berturut-turut yang ditandatangani oleh Pengurus Yayasan dan diketahui oleh instansi terkait;

c. surat pernyataan Pengurus Yayasan bahwa Yayasan tidak pernah dibubarkan secara sukarela atau berdasarkan putusan pengadilan;

d. fotokopi Nomor Pokok Wajib Pajak Yayasan yang telah dilegalisir oleh notaris;

e. surat pernyataan tempat kedudukan disertai alamat lengkap Yayasan yang ditandatangani oleh Pengurus Yayasan dan diketahui oleh lurah atau kepala desa setempat;

f. pernyataan tertulis dari Pengurus Yayasan yang memuat keterangan nilai kekayaan pada saat penyesuaian Anggaran Dasar;

g. surat pernyataan Pengurus mengenai keabsahan kekayaan

B. Tujuan dan Fungsi Pemberian Izin Mendirikan Yayasan

1. Tujuan Pemberian Izin Mendirikan Yayasan

(43)

Dengan diumumkannya yayasan sebagai badan hukum oleh Kementerian Hukum dan HAM maka suatu pada saat sebelum adanya Undang – Undang Nomor 16 Tahun 2001 jo Undang – Undang Nomor 28 Tahun 2004, dilakukan oleh pengurus yayasan, namun belum ada aturan – aturan yang memaksa untuk mengumumkan yayasan tersebut sebagai badan hukum. Sehingga masyarakat tidak dapat mengetahui kegaitan apa yang dilakukan oleh yayasan tersebut. Yayasan tidak bersifat transparan pada saat itu.

Dalam ketentuan Undang – Undang Nomor 16 Tahun 2001 jo Undang – Undang Nomor 28 Tahun 2004, pengumuman dilakukan oleh Menteri Hukum dan Hak Azasi Manusia, bukan lagi dilakukan oleh pengurus yayasan. Hal ini dikarenakan pada masa lalu banyak yayasan yang dengan sengaja tidak mengajukan permohonan untuk menjadi badan hukum juga tidak melakukan pengumuman pada Lembaran Berita Negara Republik Indonesia.

Setelah yayasan memperoleh status badan hukum, selanjutnya akta pendirian yang telah disahkan oleh Menteri Hukum dan Hak Azasi Manusia wajib diumumkan dalam Tambahan Berita Negara Republik Indonesia. Maksud dan tujuan pengumuman tersebut, agar pendirian sebuah yayasan diketahui oleh masyarakat.

(44)

terlebih bila terjadi masalah yang timbul jika ada larangan terhadap organ yayasan sesuai dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001.30

2. Fungsi Pemberian Izin Mendirikan Yayasan

Semua tujuan yayasan diharapkan berakhir pada aspek kepentingan umum/ kemanfaatan publik sebagaimana maksud dan tujuan yayasan yang seharusnya.

Dengan bergesernya fungsi yayasan menjadi suatu badan usaha mengakibatkan tujuan aslinya menjadi kabur, salah arah, dan hampir – hampir tidak terkendali. Tampak disini yayasan digunakan untuk menjalankan usaha bisnis dan komersial dengan segala aspek manifestasinya.

Dengan ketiadaan peraturan yang jelas ini, maka semakin berkembang dan bertumbuhanlah yayasan – yayasan di Indonesia dengan cepat, pertumbuhan mana tidak diimbangi dengan pertumbuhan peraturan dan pranata yang memadai bagi yayasan itu sendiri, sehingga masing – masing pihak yang berkepentingan menafsirkan pengertian yayasan secara sendiri – sendiri sesuai dengan kebutuhan dan tujuan mereka.

Kehadiran Undang – undang tentang Yayasan yang mewajibkan untuk mendapat pengesahan dari Kementerian Hukum dan HAM dalam perolehan izin mendirikan yayasan ini merupakan dasar hukum yang kuat bagi yayasan untuk mencapai cita – citanya serta untuk menjamin kepastian dan ketertiban hukum serta memberikan pemahaman yang benar kepada masyarakat mengenai yayasan,

30

(45)

sehingga dapat mengembalikan fungsi yayasan sebagai pranata hukum dalam rangka mencapai tujuan tertentu dibidang sosial, keagamaan dan kemanusiaan.

C. Instansi Terkait yang Berwenang Mengeluarkan Izin Mendirikan

Yayasan

Sebuah yayasan dapat berdiri dan eksis dalam kehidupan masyarakat diperlukan beberapa pihak yang berkaitan dengan yayasan. Pihak ini secara intensif memberikan bimbingan dan pendampingan dalam proses kegiatan yayasan. Dengan adanya pihak-pihak yang berwenang untuk dalam proses pengeluaran izin yayasan antara lain:

1. Notaris

Notaris adalah pejabat netral yang merupakan tanah dan saksi legal terhadap pendirian suatu badan hukum. Notaris umumnya memberikan nasehat hukum dan berada dalam keadaan netral, tidak memihak pada satu pihak.

Adapun jenis tugas dan wewenang notaris antara lain:

• Membuat akta pendirian / anggaran dasar: badan-badan usaha, badan sosial (yayasan), koperasi dll, dan mengurus pengesahannya

• Membuat akta-akta perjanjian, misalnya: 1) Perikatan jual beli tanah

2) Sewa menyewa tanah 3) Hutang piutang 4) Kerjasama

(46)

• Membuat akta wasiat • Membuat akta fidusia

• Melegalisir (mengesahkan kecocokan fotocopy surat-surat)

• Membuatkan dan mengesahkan (legalisasi) surat-surat di bawah tangan, misal:

1) Surat kuasa 2) Surat pernyataan 3) Surat persetujuan

• Membuatkan dan mendaftar/ menandai/mewarmeking surat-surat di bawah tangan

Menurut Pasal 11 ayat (1) Undang-undang Nomor 28 Tahun 2004 tentang Yayasan, bahwa Yayasan itu baru memperoleh status badan hukumnya, setelah Akta Pendirian Yayasan yang dilakukan dengan akta notaris dan dibuat dalam bahasa Indonesia memperoleh pengesahan dari Menteri Hukum dan Hak Azasi Manusia Republik Indonesia.

Badan hukum itu sendiri menurut Subekti adalah “tidak lain merupakan orang yang diciptakan oleh hukum, sehingga badan hukum itu sebenarnya juga memiliki hak-hak untuk melakukan perbuatan hukum seperti seorang manusia, mempunyai kekayaannya sendiri, dapat turut serta dalam lalu lintas hukum melalui peran dari pengurusanya, juga dapat digugat dan menggugat di muka Hakim.”31

31

(47)

Diangkatnya Badan Hukum sebagai subyek hukum, disamping manusia sebagai personal alamiah semata-mata bertujuan agar badan hukum dapat memenuhi misi dan tujuan dari didirikannya badan hukum tersebut di dalam masyarakat. Jadi, jika dalam prakteknya, badan hukum tersebut melakukan penyimpangan dari tujuan semula dengan hanya mengutamakan kepentingan manusia alamiah saja sebagai pengurusnya, maka seharusnya kepada badan hukum itu tidak diberikan kewenangan-kewenangan untuk melakukan suatu perbuataan hukum.32

2. Kementerian Hukum dan HAM

Akta pendirian suatu Yayasan, diharuskan dibuat oleh notaris dengan menggunakan Bahasa Indonesia, tidak dimungkinkan adanya bahasa lainnya. Jika pihak pendirinya berhalangan hadir dalam pembuatan akta pendiriannya, maka ia dapat memberikan kuasanya kepada orang lain dengan menggunakan surat kuasa. Dalam surat kuasanya, harus ditegaskan kewenangan apa saja yang dikuasakan oleh pihak pendiri kepada si penerima kuasa. Kemudian, surat kuasa tersebut dilekatkan menjadi satu dengan akta pendirian yayasan tersebut oleh si notaris yang bersangkutan.Adanya akta pendirian Yayasan yang dibuat oleh notaris sebagai pejabat umum, merupakan suatu syarat mutlak yang harus dipenuhi oleh pendiri Yayasan.

Setelah Undang – Undang Nomor 16 Tahun 2001 jo Undang – Undang Nomor 28 Tahun 2004 maka pembuatan akta pendirian yayasan dihadapan

32

(48)

notaris harus mendapat pengesahan yang dilakukan oleh Menteri Hukum dan Hak Azasi Manusia guna memperoleh status badan hukum.

Pengesahan akta pendirian ini merupakan kewajiban hukum bagi pendiri yayasan. Tanpa ada pengesahan, bukan sebuah lembaga yayasan namanya. Karena yang disebut yayasan, sesuai dengan pengertian Undang – Undang Yayasan, adalah mutlak badan hukum. Oleh karena itu, tidak ada alasan sama sekali bagi pendiri untuk tidak mengajukan permohonan pengesahan akta pendirian kepada menteri karena segala perbuatan hukum yang dilakukan oleh pengurus atas nama yayasan sebelum yayasan memperoleh status badan hukum menjadi tanggung jawab pengurus secara tanggung renteng.

Adapun prosedur pengesahan akta pendirian yayasan ini telah diatur pada Pasal 11 Undang – Undang Nomor 16 Tahun 2001 yang isi pasal tersebut telah mengalami perubahan pada Undang – Undang Nomor 28 Tahun 2008. Jika pada Undang – Undang Nomor 16 Tahun 2001 permohonan dapat dilakukan oleh pendiri atau kuasanya langsung kepada Kepala Kantor Wilayah Departemen Kehakiman dan Hak Azasi Manusia atas nama menteri di wilayah kerjanya tempat kedudukan yayasan, maka pada Pasal 11 ayat (2) Undang – Undang Yayasan Nomor 28 Tahun 2004 pendiri atau kuasanya mengajukan permohonan kepada Menteri Hukum Dan Azasi Manusia melalui notaris yang membuat akta pendirian yayasan.

(49)
(50)

A. Persyaratan Dalam Perolehan Izin Mendirikan Yayasan

Undang-Undang No. 16 Tahun 2001 tentang Yayasan akan mengakibatkan dampak yang cukup signifikan terhadap semua yayasan di Indonesia termasuk bagi penyelenggara pendidikan. Terlebih lagi kita ketahui bersama bahwa bentuk badan hukum yang diperkenankan untuk penyelenggara pendidikan ialah yayasan.

Dasarnya dampak UU No.16/2001 ini secara umum sama untuk berbagai macam yayasan. Hal-hal yang perlu diperhatikan dan dipersiapkan oleh yayasan dalam menghadapi UU No.16 Tahun 2001 antara lain adalah33

1. Yayasan harus memastikan dirinya termasuk sebagai yayasan yang tetap diakui sebagai badan hukum oleh undang-undang ini. (Lihat Pasal 71 UU No.16/2001);

:

2. Yayasan harus menyesuaikan anggaran dasarnya;

3. Yayasan harus merubah struktur organisasinya (Lihat Bab VI UU No.16/2001);

4. Yayasan harus memastikan badan usaha yang didirikannya memiliki kegiatan yang sesuai dengan maksud dan tujuan yayasan;

5. Yayasan harus memastikan penyertaan yang dilakukannya tidak melebihi 25% dari seluruh nilai kekayaan yayasan;

33

(51)

6. Yayasan tidak boleh lagi menggaji organ yayasan;

7. Anggota Pembina, Pergurus, dan Pengawas yayasan dilarang merangkap sebagai Anggota Direksi atau Pengurus dan Anggota Dewan Komisaris atau Pengawas baik pada badan usaha yang didirikan oleh yayasan ataupun pada badan usaha dimana yayasan melakukan penyertaan;

8. Semua yayasan wajib membuat ikhtisar laporan tahunan dan diumumkan pada papan pengumuman di kantor yayasan;

9. Bagi Yayasan yang memperoleh bantuan negara, bantuan luar negeri, atau pihak lain sebesar lima ratus juta rupiah atau lebih; ataumempunyai kekayaan di luar harta wakaf, sebesar dua puluh milyar rupiah atau lebih,ikhtisar laporan tahunannya wajib diumumkan dalam surat kabar harian berbahasa Indonesia dan wajib diaudit oleh Akuntan Publik;

10.Yayasan yang sebagian kekayaannya berasal dari bantuan negara, bantuan luar negeri dan atau sumbangan masyarakat yang diperolehnya sebagai akibat berlakunya suatu peraturan perundang-undangan wajib memgumumkan ikhtisar laporan tahunan pada papan pengumuman yang mencakup kekayaannya selama 10 (sepuluh) tahun sebelum Undang-undang ini diUndang-undangkan;

11.Yayasan tidak boleh membagikan hasil kegiatan usaha kepada Pembina, Pengurus, dan Pengawas; dan

(52)

Pengurus, Pengawas, karyawan, atau pihak lain yang mempunyai kepentingan terhadap Yayasan.

Pendirian suatu Yayasan berdasarka mengenai Yayasan, yang diubah dengan Undang-Undang No. 28 Tahun 2004, diatur dalam Pasal 9 dan Pasal 10 UU No. 16/2001, maka syarat pendirian yayasan adalah:

1) Yayasan didirikan oleh satu orang atau lebih dengan memisahkan sebagian harta kekayaan pendirinya, sebagai kekayaan awal. Sesuai ketentuan Pasal 6 ayat (1) PP No. 63 Tahun 2008 kekayaan awal Yayasan adalah paling sedikit Rp. 10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah).

2) Pendirian Yayasan dilakukan dengan akta notaris dan dibuat dalam bahasa Indonesia. Dalam pembuatan akta pendirian Yayasan, pendiri dapat diwakili oleh orang lain berdasarkan surat kuasa.

3) Yayasan dapat didirikan berdasarkan surat wasiat. Dalam hal pendirian Yayasan dilakukan berdasarkan surat wasiat, penerima wasiat bertindak mewakili pemberi wasiat. Apabila surat wasiat tersebut tidak dilaksanakan oleh penerima wasiat, maka atas permintaan pihak yang berkepentingan, Pengadilan dapat memerintahkan ahli waris atau penerima wasiat yang bersangkutan untuk melaksanakan wasiat tersebut.

(53)

Selama menunggu persetujuan penggunaan nama tersebut, calon pendiri dapat menyiapkan beberapa hal yang akan dicantumkan dalam akta pendirian yayasan (lihat contoh akta pendirian yayasan), yaitu:

1. Maksud dan tujuan yayasan, secara baku terdiri dari 3 unsur saja, yaitu: sosial-kemanusiaan, dan keagamaan.

2. Jumlah kekayaan yang dipisahkan dari kekayaan pendirinya, yang nantinya akan digunakan sebagai modal awal yayasan.

3. Membentuk Susunan Pengurus yang minimal terdiri dari ketua, sekretaris dan bendahara (pasal 32 ayat 2) untuk jangka waktu kepengurusan selama 5 tahun.

4. Membentuk Pengawas (minimal 1 orang), yang merupakan orang yang berbeda dengan pendiri maupun pengurus (pasal 40 ayat 2 dan ayat 4). 5. Menyiapkan program kerja Yayasan, yang ditanda-tangani oleh Ketua,

sekretaris dan bendahara.

(54)

Untuk melengkapi legalitas suatu yayasan, maka diperlukan ijin-ijin standard yang meliputi:34

1. Surat keterangan domisili Perusahaan (SKDP) dari Kelurahan/kecamatan setempat

2. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) atas nama Yayasan

3. Ijin dari Dinas sosial (merupakan pelengkap, jika diperlukan untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan sosial) atau

4. Ijin/terdaftar di Departemen Agama untuk Yayasan yang bersifat keagamaan (jika diperlukan).

Pendirian yayasan pada saat ini harus di ikutitujuan yang benar-benar bersifat sosial. Karena sejak berlakunya Undang-Undang No. 16/2001, maka yayasan tidak bisa digunakan sebagai sarana kegiatan yang bersifat komersial dan harus murni bersifat sosial.

B. Mekanisme Perolehan Izin Mendirikan Yayasan

Yayasan sebagai badan hukum berbeda dengan badan hukum lainnya seperti Perseroan Terbatas ataupun Koperasi, yayasan tidak memiliki anggota ataupun persero.35

34

Ignatius Ridwan Widyadharma, Badan Hukum Yayasan (Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001), Cet. 1, (Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro Semarang, 2001), hlm. 12

35

Ibid, hlm. 59

Pada dasarnya ada 3 tahapan dalam mekanisme pendirian yayasan. Tahapan tersebut ialah :

(55)

2. Pengesahan Yayasan 3. Pengumuman Yayasan

1. Pendirian Yayasan

Pendirian yayasan dapat dilakukan oleh satu orang atau lebih ("orang" disini dapat berarti perseorangan ataupun badan hukum), dengan memisahkan sebagian harta kekayaan pendirinya sebagai kekayaan awal.

Dasar pendirian yayasan ini dapat berupa kesepakatan para pendiri yayasan untuk melakukan kegiatan sosial, keagamaan, dan kemanusiaan, ataupun dapat berdasar kepada suatu surat wasiat.

Proses pendiriannya sendiri dilakukan dengan akta notaris, kecuali untuk pendirian yayasan oleh orang asing atau bersama-sama dengan orang asing akan diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.

Akta pendirian Yayasan, sesuai ketentuan Pasal 14 UU Yayasan memuat Anggaran Dasar yang sekurang-kurangnya memuat:

1. Nama dan tempat kedudukan Yayasan;

2. Maksud dan tujuan serta kegiatan untuk mencapai maksud dan tujuan Yayasan tersebut;

3. Jangka waktu pendirian Yayasan;

(56)

5. Cara memperoleh dan penggunaan kekayaan Yayasan;

6. Tata cara pengangkatan, pemberhentian, dan penggantian anggota Pembina, Pengurus, dan Pengawas;

7. Hak dan kewajiban anggota Pembina, Pengurus, dan Pengawas Yayasan; 8. Tata cara penyelenggaraan rapat organ Yayasan;

9. Ketentuan mengenai perubahan Anggaran Dasar Yayasan; 10.Penggabungan dan pembubaran Yayasan; dan

11.Penggunaan kekayaan sisa likuidasi atau penyaluran kekayaan Yayasan setelah pembubaran.

Keterangan lain dalam akta pendirian memuat sekurang-kurangnya nama, alamat, pekerjaan, tempat dan tanggal lahir, serta kewarganegaraan Pendiri, Pembina, Pengurus, dan Pengawas.

2. Pengesahan Yayasan

(57)

Permohonan pengesahan pendirian Yayasan sesuai dengan Pasal 15 ayat (2) PP No. 63 Tahun 2008, maka pemohon harus melampirkan:

1) Salinan Akta Pendirian Yayasan;

2) Fotokopi Nomor Pokok Wajib Pajak Yayasan yang telah dilegalisir oleh Notaris;

3) Surat pernyataan tempat kedudukan disertai alamat lengkap Yayasan yang ditandatangani oleh Pengurus Yayasan dan diketahui oleh lurah atau kepala desa setempat;

4) Bukti penyetoran atau keterangan bank atas Nama Yayasan atau pernyataan tertulis dari pendiri yang memuat keterangan nilai kekayaan yang dipisahkan sebagai kekayaan awal untuk mendirikan Yayasan;

5) Surat pernyataan pendiri mengenai keabsahan kekayaan awal tersebut; 6) Bukti penyetoran biaya pengesahan dan pengumuman Yayasan.

(58)

3. Pengumuman Yayasan

Akta pendirian Yayasan yang telah disahkan sebagai badan hukum atau perubahan Anggaran Dasar yang telah disetujui atau telah diberitahukan wajib diumumkan dalam Tambahan Berita Negara Republik Indonesia. Pengumuman dalam Tambahan Berita Negara Republik Indonesia, dilakukan oleh Menteri dalam jangka waktu paling lambat 14 (empat belas) hari terhitung sejak tanggal akta pendirian Yayasan disahkan atau perubahan Anggaran Dasar disetujui atau diterima Menteri (Pasal 24 UU Yayasan). Jadi total permohonan pengesahan adalah lebih kurang 60 hari.

Tata cara mengenai pengumuman dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, dan dikenakan biaya sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2009 tentang Jenis dan Tarif Atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak Yang Berlaku Pada Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia, yaitu:

1) Persetujuan pemakaian nama Yayasan sebesar Rp. 100.000,- 2) Pengesahan akta pendirian Yayasan sebesar Rp. 250.000,-

3) Pengumuman Yayasan dalam media Tambahan Berita Negara R.I sebesar Rp. 300.000,-

(59)

Secara tegas dinyatakan dalam 13A UU Yayasan, bahwa perbuatan hukum yang dilakukan oleh Pengurus atas nama Yayasan sebelum memperoleh status badan hukum menjadi tanggung jawab Pengurus secara tanggung jawab renteng.

Menurut Ahmad Fauzi mekanisme dalam perolehan izin mendirikan yayasan yaitu36

1. Dibentuknya pembina, pengurus dan pengawas :

2. Disusun pembentukan yayasan

3. Didaftarkan ke notaris yang dilakukan oleh pembina/pengurus 4. Dikeluarkannya akte pendirian yayasan oleh notaris

5. Notaris menyampaikan permohonan pengesahan kepada menteri.

Menurut Pasal 15 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 63 tahun 2008 Tentang Pelaksanaan undang-undang tentang yayasan yang menyatakan bahwa :

(1) Permohonan pengesahan akta pendirian Yayasan untuk memperoleh status badan hukum Yayasan diajukan kepada Menteri oleh pendiri atau kuasanya melalui notaris yang membuat akta pendirian Yayasan. (2) Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilampiri:

a. salinan akta pendirian Yayasan;

b. fotokopi Nomor Pokok Wajib Pajak Yayasan yang telah dilegalisis oleh notaris;

c. surat pernyataan tempat kedudukan disertai alamat lengkap Yayasan yang ditandatangani oleh Pengurus Yayasan dan diketahui oleh lurah atau kepala desa setempat;

d. bukti penyetoran atau keterangan bank atas Nama Yayasan atau pernyataan tertulis dari pendiri yang memuat keterangan nilai kekayaan yang dipisahkan sebagai kekayaan awal untuk mendirikan Yayasan;

e. surat pernyataan pendiri mengenai keabsahan kekayaan awal tersebut;

f. bukti penyetoran biaya pengesahan dan pengumuman Yayasan.

36

Referensi

Dokumen terkait

Hasil sidik ragam rata-rata kapasitas kerja gerobak sorong bermesin untuk pengangkutan TBS kelapa sawit akibat perlakuan muatan dan kecepatan putaran mesin

Hasil uji t kedua menunjukkan variabel religiusitas, pengetahuan dan lokasi berpengaruh positif dan tidak signifikan terhdap minat menabung masyarakat pada bank

Hasil dari skema diatas didapatkan bahwa informan primer yaitu 15 remaja di SMAN 1 Banguntapan Kabupaten Bantul Yogyakarta, didapatkan hasil bahwa mayoritas informan

Sedangkan yang dimaksud dengan pencemaran lingkungan hidup yaitu masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan/atau komponen lain ke dalam lingkungan

Sebagai model, dalam kondisi apapun, guru harus menjadi teladan. bagi siapapun khususnya teladan bagi para peserta didik,

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan menulis teks eksplanasi dan penguasaan konsep siswa mengalami peningkatan secara signifikan setelah diberikan

Berdasarkan hasil analisis data ditarik simpulan: (1) frekuensi penggunaan supervisi klinis oleh kepala sekolah SDN Wangun 1 Kecamatan Palang Kabupaten Tuban yang

Kombinasi tepung tapioka dan karaginan (Eucheuma cottonii Doty) yang optimal untuk mendapatkan kualitas bakso jamur tiram putih (Pleurotus.. ostreatus) yang paling