PENENTUAN KADAR ASAM LEMAK BEBAS, KADAR AIR,
DAN KADAR KOTORAN PADA CPO YANG SUDAH
BERMALAM (MENGINAP) DI PTPN III PKS SEIMANGKEI
KARYA ILMIAH
FRANSISKA SITUMORANG
092401046
PROGRAM STUDI DIPLOMA 3 KIMIA INDUSTRI
DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
ABSTRAK
Kandungan Asam Lemak Bebas (ALB), kadar air, dan kadar kotoran yang terdapat dalam minyak sawit merupakan salah satu penentuan mutu minyak sawit. Asam Lemak Bebas (ALB) ini tidak diinginkan dalam minyak kelapa sawit karena dapat menyebabkan minyak tersebut berbau tengik dan dapat memperpendek masa penyimpanan.
THE DETERMINATION OF FREE FATTY ACID CONTENT, WATER
CONTENT, AND LEVELS OF IMPURITIES IN CPO HAVE BEEN STAY
OVERNIGHT AT PTPN III PKS SEIMANGKEI
ABSTRACT
The concentration of Free Fatty Acid (FFA), water content, and levels of impurities contained in palm oil is a principle determinant to quality of palm oil. This Free Fatty Acid (FFA) is undersirable in the palm oil because it can make the rancid to the oil self and shorthen the storage duration.
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia memiliki berbagai kekayaan alam yang berpotensi untuk dikembangkan
menjadi berbagai bahan pangan fungsional. Kelapa sawit merupakan tanaman
yang dapat tumbuh baik di daerah beriklim tropis dengan curah hujan 2000
mm/tahun dan kisaran suhu 22-320C. Saat ini 5,5 juta Ha lahan perkebunan kelapa
sawit di Indonesia telah memproduksi minyak kelapa sawit mentah (CPO) dengan
kapasitas minimal 16 juta ton per tahun dan merupakan produsen minyak sawit
terbesar kedua di dunia setelah Malaysia.
Minyak sawit memiliki kandungan gizi yang lebih lengkap dibandingkan
dengan minyak zaitun dan VCO (Virgin Coconut Oil). Minyak sawit yang
dihasilkan harus lebih diperhatikan mutunya. Salah satu yang mempengaruhi
mutu minyak kelapa sawit adalah kadar asam lemak bebas.
Kadar asam lemak bebas dalam konsentrasi yang terikut dalam minyak sawit
sangat merugikan. Tinggi nya asam lemak bebas ini mengakibatkan rendemen
Untuk itulah perlu dilakukan usaha pencegahan terbentuknya asam lemak bebas
dalam minyak sawit. Kerusakan mutu minyak kelapa sawit dapat terjadi karena
penimbunan buah yang terlalu lama yang mengakibatkan meningkatnya asam
lemak bebas. Sampai sekarang kriteria dalam penentuan mutu masih didasarkan
pada asam lemak bebas (ALB), kadar air, dan kadar kotoran.
Mutu rendemen hasil olah dikatakan bagus bila ketiga kriteria diatas
memenuhi persyaratan yaitu ALB, Kadar air, dan kadar kotoran. Pembentukan
ALB lebih banyak terjadi di lapangan, pembentukan ALB di lapangan sangat
ditentukan oleh dua faktor utama yaitu: Perlakuan buah akibat perlakuan yang
dialami selama pengumpulan dan pengangkutan di pabrik atau akibat buah
membusuk, dan waktu berselang antara saat pemotongan tandan dan saat mlai
diolah pabrik.
Selain itu mutu minyak juga tergantung pada mutu panen yaitu derajat
kematangan buah. Pemanenan pada keadaan buah lewat matang akan
meningkatkan asam lemak bebas. Hal ini tentu banyak merugikan, sebab buah
terlalu masak sebahagian kandungan minyaknya menjadi asam lemak bebas.
Sehingga akan menurunkan mutu minyak sebaliknya pada buah yang mentah akan
Pada umumnya, penyaringan hasil minyak sawit dilakukan dalam
rangkaian proses pengendapan, yaitu minyak sawit jernih dimurnikan dengan
sentrifugasi.
Dengan proses diatas, kotoran-kotoran yang berukuran besar memang bisa
disaring. Akan tetapi kotoran-kotoran atau serabut yang berukuran kecil tidak bisa
disaring, hanya melayang-layang di dalam minyak sawit sebab berat jenisnya
sama dengan minyak sawit. Air dapat menguap pada minyak sawit jika
dipanaskan pada suhu >1000C karena itu panas pada storage tank perlu dijaga
50-550C untuk mengurangi pertambahan asam lemak bebas pada CPO. Kadar air
yang tinggi juga dapat menyebabkan asam lemak bebas semakin tinggi karena
akan membantu terjadinya proses hidrolisa.
Berdasarkan hal di atas maka penulis mengambil judul karya ilmiah ini adalah
“PENENTUAN KADAR ASAM LEMAK BEBAS, KADAR AIR, DAN
KADAR KOTORAN PADA CPO YANG SUDAH BERALAM (MENGINAP)
1.2 Permasalahan
Mutu minyak sawit sangat ditentukan oleh beberapa faktor, yaitu kadar
asam lemak bebas, kadar air, dan kadar kotoran. Yang menjadi permasalahan
adalah berapakah kadar asam lemak bebas, kadar air, dan kadar kotoran pada
CPO yang sudah bermalam (menginap).
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui hubungan antara kadar asam lemak bebas, kadar air, dan
kadar kotoran pada CPO yang sudah bermalam
2. Untuk mengetahui penentuan kadar asam lemak bebas, kadar air, dan kadar
kotoran pada CPO yang sudah bermalam
3. Untuk mengetahui besarnya kadar asam lemak bebas, kadar air, dan kadar
kotoran pada CPO yang sudah bermalam
4. Untuk mengetahui usaha pencegahan terbentuknya asam lemak bebas
dalam minyak sawit
1.4Manfaat
Penulisan karya ilmiah ini diharapkan memberikan manfaat untuk
mendapatkan langkah-langkah atau cara yang efisien dalam pengolahan
minyak kelapa sawit di dalam memperoleh produksi CPO dengan kadar ALB,
kadar air, dan kadar kotoran yang rendah. Kenaikan kadar asam lemak bebas
(ALB) dapat diketahui setelah dilakukan analisa kadar asam lemak bebas pada
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Perkembangan Kelapa Sawit
Kelapa sawit, didasarkan atas bukti- bukti fosil, sejarah dan Linguistik yang ada di
yakini berasal dari Afrika Barat. Di tempat asalnya ini, kelapa sawit ( yang
dibiarkan tumbuh liar di hutan- hutan) sejak awal telah di kenal sebagai tanaman
pangan yang penting. Oleh penduduk setempat kelapa sawit telah diproses secara
amat sederhana menjadi minyak dan tuak sawit.
Diluar Benua Afrika, kelapa sawit mulai diperhitungkan sebagai tanaman
komoditas (penghasil produk dagangan) Sejak Revolusi Industri bersaing keras di
Eropa. Saat itu di Eropa mulai bermunculan industry atau pabrik ( antara lain
industry sabun dan margarin) yang membutuhkan bahan mentah/ baku untuk
operasionalnya. Minyak sawit dan minyak inti sawit yang muncul kemudian
adalah dua produk yang antara lain dibutuhkan bahan mentah/ bahan baku
tersebut. Maka jadilah minyak (dan minyak inti sawit) di butuhkan pasar Eropa
Minyak sawit juga merupakan produk perkebunan yang memiliki prospek yang
cerah di masa mendatang. Potensi tersebut terletak pada keanekaragaman
kegunaan dari minyak sawit. Minyak sawit disamping digunakan sebagai bahan
mentah industri pangan, dapat juga digunakan bahan industri non pangan. Dalam
perekonomian Indonesia komoditas kelapa sawit memegang peranan yang cukup
strategis karena komoditas ini punya prospek yang cerah sebagai sumber devisa.
Di samping itu, minyak sawit merupakan bahan baku utama minyak
goreng yang banyak dipakai di seluruh dunia, sehingga terus- menerus mampu
menjaga stabilitas harga minyak sawit. Komoditas ini mampu menciptakan
kesempatan kerja yang luas dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Industri lain yang menggunakan minyak sawit ini adalah industri margari,
sabun, dan industry kimia lainnya. Penghasil minyak sawit terbesar di dunia saat
ini adalah Malasyia dan disana kelapa sawit merupakan sumber devisa utama
sejak tahun 1970-an sehingga kedudukannya cukup mantap. Sampai saat ini
eksport minyak sawit Indonsia masih dalam bentuk minyak mentah atau Crude
Palm Oil (CPO), dan sebagian kecil dalam bentuk produk olahan yang merupakan
hasil samping dan pembuatan minyak goreng, sehingga nilai tambah yang di
Kelapa sawit termasuk kelas Angiospermeae, ordo Palmales, famili
Palmaceae, sub-famili Palminae, genus elaeis dan beberapa spesies antara lain :
Elaeis guineensis Jack, Elaeis melano coca , Elaeis odora (Ketaren,1986).
2.2 Tipe ( Varietas ) Kelapa Sawit
Ada beberapa varietas tanaman kelapa sawit yang telah di kenal. Varietas
itu dapat di bedakan berdasarkan tebal tempurung dan daging buah untuk
berdasarkan warna kulit buahnya. Berdasarkan ketebalan tempurung dan daging
buah,
dikenal beberapa varietas antara lain:
1. Dura
Tempurung dura cukup tebal antara 2-8 mm dan tidak terdapat lingkaran
sabut pada bagian luar tempurung. Daging buah relatif tipis dengan
persentase daging buah terhadap buah variasi antara 35- 50%. Kernel (
daging biji) biasanya besar dengan kandungan minyak yang rendah.
Dalam persilangan varietas dura dipakai sebagai pohon induk betina.
2. Pisifera
Ketebalan tempurung sangat tipis, bahkan hamper tidak ada, tetapi daging
Persentase daging buah terhadap buah cukup tinggi, sedangkan daging biji
sangat tipis. Jenis pisifera tidak dapat di perbanyak tanpa menyilangkan
dengan jenis yang lain. Varietas ini dikenal sebagai tanaman betina yang
steril sebab bunga betina gugur pada fase dini. Oleh sebab itu dalam
persilangan dipakai sebagai pohon induk jantan. Penyerbukan silang antara
pisifera dengan dura akan menghasilkan varietas tenera.
3. Tenera
Varietas ini mempunyai sifat –sifat yang berasal dari kedua induknya,
yaitu dura dan pisifera. Varietas inilah yang banyak di tanam di
perkebunan- perkebunan saat ini Tempurung sudah menipis, ketebalannya
berkisar antara 0,5-4 mm, dan terdapat lingkaran serabut disekelilingnya.
Persentase daging buah terhadap buah tinggi, antara 60-96%. Tandan buah
yang di hasilkan oleh tenera lebih banyak dari pada dura, tetapi ukuran
tandannya relative lebih kecil.
4. Macro carya
Tempurung sangat tebal, sekitar 5mm, sedangkan daging buahnya tipis
5. Diwikka- wakka
Varietas ini mempunyai cirri khas dengan adanya dua lapisan daging buah.
Diwikka-wakka dapat dibedakan menjadi, Diwikka- wakkadura, Diwikka-
wakkapisifera dan Diwikka- wakkatenera. Perbedaan ketebalan daging kelapa
sawit menyebabkan perbedaan persentase atau rendemen minyak yang dikandung.
Rendemen minyak tertinggi terdapat pada varietas tenera yaitu sekitar 22-
24 % sedangkan pada varietas Dura antara 16- 18 %. Sehingga tidak heran jika
lebih banyak perkebunan yang menanam kelapa sawit yang bervarietas Tenera
(Tim penulis,1997).
2.3 Panen dan Pengangkutan buah sawit (TBS)
Pelaksanaan panen buah kelapa sawit dan pengangkutannya ke pabrik
kelapa sawit (PKS) menyangkut sejumlah aspek yang kesemuanya berpengaruh
terhadap kuantitas maupun kualitas minyak yang akan di peroleh.
Kandungan asam lemak bebas (ALB) atau Free Fatty Acid (FFA)
berkaitan erat dengan kualitas minyak kelapa sawit, makin tinggi kandungan ALB
makin rendah kualitas minyak kelapa sawitnya. Maka dalam pelaksanaan panen
dan pengangkutan buah ke pabrik perlu di usahakan agar kandungan ALB
dipertahankan serendah mungkin. Standar kandungan ALB yang berlaku bagi
Pada buah sawit yang mencapai titik tepat matang kandungan ALB
minyak kelapa sawitnya hanya sekitar 0,1% tetapi waktu sampai dilokasi pabrik
kandungan telah melampaui 2% bahkan kadang- kadang melampaui 3 % atau
setara dengan peningkatan lebih dari 20 kali lipat.
Meningkatnya kandungan ALB ini disebabkan oleh tiga peristiwa,
pertama- tama terjadi peningkatan dalam skala kecil akibat terjadinya degradasi
biologis dalam buah (yaitu proses buah menjadi lewat matang atau mulai
membusuk). Peristiwa ini timbul karena pada saat tandan mencapai titik optimal
untuk didipanen, buah- buah yang berada di ujung tandan sudah lewat matang.
Penyebab kedua yang lebih besar dari penyebab pertama adalah jatuhnya tandan
buah ke tanah pada waktu panen yang menyebabkan terjadinya goresan atau
memar. Penyebab yang terbesar adalah yang ketiga, yang timbul akibat
penanganan (Handling) buah dalam rangka pengangkutan ke TPH dan kemudian
dari TPH ke pabrik (Mangoensoekarno,2003).
Derajat kematangan yang baik yaitu jika tandan- tandan yang di panen
berada pada fraksi 1,2 dan 3. Secara ideal dengan mengikuti ketentuan dan criteria
matang panen dan terkumpulnya brondolan, serta pengankutan yang lancar, maka
dalam suatu pemanenan akan diperoleh komposisi fraksi tandan sebagai berikut:
- Jumlah brondolan di pabrik kurang lebih 25 % dari berat tandan
- Tandan yang terdiri dari fraksi 2 dan 3 minimal 65 % dari jumlah tandan
- Tandan yang terdiri dari fraksim 1 maksimal 20% dari jumlah tandan, dan
- Tandan yang terdiri dari fraksi 4 dan 5 maksimal 15 % dari jumlah
tandan.
Tandan buah segar hasil pemanenan harus segera di angkut ke pabrik
untuk di olah, maka kandungan ALB –nya semakin meningkat. Untuk
menghindari hal tersebut, maksimal 8 jam setelah panen, TBS harus segera diolah.
Asam Lemak Bebas terbentuk karena adanya kegiatan enzim lipase yang
terkandung di dalam buah dan berfungsi memecah lemak/ minyak minyak
menjadi asam lemak dn gliserol. Kerja enzim tersebut semakin aktif bila struktur
sel buah matang mengalami kerusakan. Untuk itu, pengangkutan TBS ke pabrik
mempunyai peranan yang sangat penting.
2.4 Pengolahan Minyak Kelapa Sawit
Pengolahan minyak kelapa sawit dimaksudkan untuk memperoleh minyak
kelapa sawit yang berasal dari daging buah (Pericarp). Stasiun proses pengolahan
TBS menjadi minyak kelapa sawit umumnya terdiri dari:
1. Penerimaan Buah (fruit reception).
2. Rebusan (sterilizer).
4. Pencacahan (digester) dan Pengempaan (presser).
5. Pemurnian (clarifier).
2.4.1. Stasiun Penerimaan Buah
Sebelum diolah dalam PKS, tandan buah segar (TBS) yang berasal dari
kebun pertama kali diterima di stasiun penerimaan buah untuk ditimbang di
jembatan timbang (weight bridge) dan ditampung sementara di penampungan
buah (loading ramp).
a.Jembatan timbang
Penimbangan dilakukan dua kali untuk setiap angkutan TBS yang masuk ke
pabrik, yaitu pada saat masuk (berat truk dan TBS) serta pada saat keluar(berat
truk). Dari selisih timbangan saat truk masuk dan keluar, diperoleh barat bersih
TBS yang masuk ke pabrik. Umumnya, jembatan timbang yang digunakan PKS
berkapasitas 30-40 ton.
b. Loading ramp
TBS yang telah ditimbang di jembatan timbang selanjutnya dibongkar di
loading ramp dengan menuangkan (drump) langsung dari truk.
Loading ramp merupakan suatu bangunan dengan lantai berupa kisi-kisi pelat besi
Loading ramp dilengkapi pintu-pintu keluaran yang digerakkan secara
hidrolis sehingga memudahkan dalam pengisian TBS ke dalam lori untuk proses
selanjutnya. Setiap lori dapat dimuat dengan 25 ton-27ton TBS.
2.4.2. Stasiun Rebusan
Lori-lori yang telah berisi TBS dikirim ke stasiun rebusan dengan cara di
tarik menggunakan capstand yang digerakkan oleh motor listrik hingga memasuki
sterilizer. Dalam proses perebusan, TBS dipanaskan dengan uap pada temperatur
sekitar 135o C dan tekanan 2,0-2,8 kg/cm2 selama 80-90 menit. Proses perebusan
dilakukan secara bertahap dalam tiga puncak tekanan agar diperoleh hasil yang
optimal (Iyung Pahan, 2006).
Tujuan Perebusan antara lain:
Merusak enzim lipase yang menstimulir pembentukan ALB
Mempermudah pelepasan buah dari tandan dan inti cangkang
Memperlunak daging buah sehingga memudahkan proses pemerasan, serta
Untuk mengkoagulasikan (mengendapkan) protein sehingga memudahkan
2.4.3. Stasiun Pemipilan (Stripper)
TBS berikut yang telah direbus dikirim kebagian pemipilan dan
dituangkan ke alat pemipil (thresher) dengan bantuan hoisting crane atau transfer
carriage. Proses pemipilan terjadi akibat tromol berputar pada sumbu mendatar
yang membawa TBS ikut berputar sehingga membanting-banting TBS tersebut
dan menyebabkan brondolan lepas dari tandannya. Brondolan yang keluar dari
bagian bawah pemipil dan ditampung oleh sebuah screw conveyor untuk dikirim
kebagian digesting dan pressing. Sementara, tandan kosong yang keluar dari
bagian belakang pemipil ditampung oleh elevantor. Kemudian, hasil tersebut di
kirim ke hopper untuk dijadikan pupuk tandan kosong dan jika masih berlebihan
diteruskan incinerator untuk dibakar dan dijadikan pupuk abu janjang.
2.4.4. Stasiun pencacahan (digester) dan pengempaan (presser)
Brondolan yang telah terpipil dari stasiun pemipilan diangkut ke bagian
pengadukan pencacahan atau digester. Alat yang digunakan untuk pengadukan/
pencacahan berupa sebuah tangki vertikal yang dilengkapi dengan lengan-lengan
pencacah dibagian dalamnya. Putaran lengan-lengan pengaduk berkisar 25-26
rpm. Tujuan utama dari proses digesting untuk mempersiapkan daging buah untuk
Hasil dari pencacahan langsung masuk ke alat pengempaan yang berada
persis dibawah digester. Pada pabrik kelapa sawit, umumnya digunakan screw
press sebagai alat pengempaan untuk memisahkan minyak dari daging buah.
Proses pemisahan minyak terjadi akibat putaran screw mendesak bubur buah.
Selama pengempaan berlangsung, air panas ditambahkan ke dalam screw press.
Hal ini bertujuan untuk pengenceran sehingga massa buah bubur buah yang
dikempa tidak terlalu rapat (Iyung Pahan,2006).
2.4.5. Stasiun Pemurnian
Stasiun pemurnian yaitu stasiun pengolahan di PKS yang bertujuan untuk
melakukan pemurnian minyak kelapa sawit dari kotoran-kotoran, seperti padatan,
lumpur, dan air. Pada proses pemurnian minyak kasar yang diperoleh dari hasil
pengempaan perlu dibersihkan dari kotoran ,baik yang berupa padatan, lumpur,
maupun air. Minyak dimurnikan dengan maksud agar tidak terjadi penurunan
mutu akibat adanya reaksi hidrolisis dan reaksi oksidasi.
Stasiun pemurnian minyak adalah stasiun terakhir untuk pengolahan minyak.
Proses pemisahan minyak, air dan kotoran dilakukan dengan sistem pengendapan,
2.4.5.1. Tangki Pemisah Pasir (Sand Trap Tank)
Alat ini dipakai untuk memisahkan pasir dari cairan minyak kasar yang
berasal dari “screw press”.
Untuk memudahkan pengendapan pasir, cairan minyak kasar harus cukup panas
yang diperoleh dengan menginjeksikan uap. Temperaturnya minyak kasar
95-115oC.
2.4.5.2. Saringan Bergetar (Vibrating Screen/Vibro Separator)
Saringan bergetar dipakai untuk memisahkan benda-benda padat yang
terikut minyak kasar. Benda-benda padat berupa ampas yang disaring pada
saringan ini dikembalikan ke timbangan buah untuk diproses kembali. Cairan
minyak di tampung dalam tangki minyak kasar (crude oil tank).
Saringan getar terdiri dari dua tingkat, tingkat atas memakai saringan mesh
20,sedangkan tingkat bawah memakai mesh 40. Untuk memudahkan penyaringan
saringan tersebut disiram dengan air panas.
2.4.5.3. Tangki/Pompa Minyak Kasar (Crude Oil Tank/Pump)
Tangki minyak kasar adalah tangki penampungan minyak kasar,yang telah
disaring, untuk dipompakan ke dalam tangki pisah ( Continuous Tank) dengan
Untuk menjaga agar suhu cairan tetap,diberikan penambahan panas dengan
menginjeksikan uap.Pembersihan secara menyeluruh (luar dan dalam)dilakukan
setiap minggu akhir mengolah.
2.4.5.4. Decanter
Decanter adalah alat untuk memisahkan minyak, air dan padatan (solid)
secara sentripusi datar.
Alat ini terdiri dari dua bagian,yakni;
Bagian yang diam (casing)
Bagian yang berputar.
Bagian yang berputar merupakan tabung (bowl) yang dengan putaran
2000-6000rpm, dan didalamnya terdapat ulir (screw conveyor) dengan putaran sedikit
lambat dari putaran tabung. Minyak kasar dari tangki penampungan di pompakan
melalui saringan berputar (brush stainer) dan pemisah awal (desander) masuk ke
dalam “buffer tank” untuk dipanasi dengan system injeksi uap sampai suhu 90
2.4.5.5. Tangki Pisah ( Continous Tank)
Continous tank berfungsi untuk memisahkan minyak dari lumpur.
Perbedaan berat jenis ini menyebabkan lapisan minyak berada dibagian atas
sedangkan lapisan sludge dan lapisan lumpur berada dibagian bawah tangki dan
mengendap.
2.4.5.6. Tangki Masakan Minyak (Oil Tank)
Minyak yang telah dipisahkan pada tangki pemisah ditampung dalam
tangki pemisah ditampung dalam tangki ini untuk dipanasi lagi sebelum diolah
lebih lanjut pada sentripusi minyak. Diusahakan agar tangki ini tetap penuh untuk
menjaga agar pemanasan tetap 90-95oC, Sistem pemanasan dilakukan dengan pipa
spiral yang dialiri uap dengan tekanan 3 kg/cm2. Saringan uap dan “steam trap”
harus berfungsi baik dan kadar air minyak harus diusahakan kurang lebih
0,5-0,70% dan kadar kotoran diusahakan 0,10 – 0,30%.
2.4.5.7. Sentripusi Minyak (Oil Purifier)
Untuk memisahkan minyak yang berasal dari oil tank yang masih
mengandung air 0,50 – 0,70% dan kotoran 0,10 -0,30% dipergunakan alat
pemisah sentripusi ini, yang berputar antara 5000-6000rpm. Akibat gaya
sentrifugal yang terjadi, kadar air dalam minyak hasil nya ; 0,30 – 0,40%,
Apabila alat ini mengalami kerusakan maka mutu produksi minyak kelapa sawit
akan turun.
2.4.5.8. Tangki Apung (Floats Tank)
Tangki apung dipakai untuk mengatur jumlah minyak masuk ke dalam
tangki hampa udara (vacuum) agar meratadan tetap (konstan).
2.4.5.9. Pengeringan Minyak (Vacuum Dryer)
Pengeringan minyak dipergunakan untuk memisahkan air dan minyak
dengan cara penguapan hampa.tekanan yang digunakan yaitu; 0,8 – 1,0 kg/cm3.
Air yang terbentuk dalam kondensor langsung ditampung pada tangki air panas
dibawah.
2.4.5.10. Tangki sludge
Tangki ini dipergunakan untuk menampung lumpur dari hasil pemisahan
tangki pisahan yang masih mengandung minyak 4,5 – 5,5%.
Alat ini berbentuk tabung silinder yang bagian bawahnya berbentuk kerucut.
Pemanasan dalam tangki ini dilakukan dengan sistem injeksi uap dan suhu cairan
2.4.5.11. Saringan Berputar (Brush Strainer)
Saringan ini dipakai untuk memisahkan serabut yang masih ada dalam
sludge sebelum diolah dalam sludge separator. Alat ini terdiri dari tabung silindar
yang berlubang-lubang halus dengan sikat- sikatyang berputar bersama poros
ditengah –tengah silindar tersebut. Cairan yang telah tersaring keluar dari bagian
atas untuk menuju ke dalam desander, sedangkan serabut/ sampah dibuang dari
bagian bawah.
2.4.5.12. Pre Cleaner
Cairan yang keluar dari saringan berputar, masih mengandung pasir.
Untuk membuang pasir itu dipergunakan “sludge pre cleaner”. Alat ini pada
bagian atas berbentuk silinder, dan bagian bawah berbentuk konus yang terbuat
dari bahan keramik. Dibawah konus terdapat tabung pengendapan pasir. Cairan
dipompakan pada bagian samping atas dengan sistem siklus, sehingga cairan
berputar dalam tabung dan konusnya, yang mengakibatkan timbulnya gaya
sentrifugal. Gaya ini menyebabkan pasir turun dengan cepat melalui konus untuk
dibuang, sedangkan cairan tanpa pasir bergerak ke atas, dan keluar melalui poros.
2.4.5.13. Low Speed Separator
Cairan sludge yang telah melalui brush strainer dan pre clainer,
dimasukkan ke dalam low speed separator ini untuk dikutip minyaknya. Dengan
gaya sentrifugal minyak yang berat jenisnya lebih kecil bergerak menuju ke poros
dan terdorong keluar .
2.5 Minyak Kelapa Sawit
Buah kelapa sawit menghasilkan dua jenis minyak. Minyak yang berasal
dari daging buah (Mesokarp) berwarna merah. Jenis minyak ini di kenal sebagai
minyak kelapa sawit kasar atau Crude Palm Oil (CPO). Sedangkan minyak yang
kedua adalah berasal dari inti kelapa sawit, tidak berwarna,dikenal sebagai
minyak inti kelapa sawit atau Palm Kernel Oil (PKO).
Minyak sawit kasar (CPO) mengandung sekitar 500- 700 β-Caroten dan
merupakan bahan pangan sumber karoten alami terbesar. Oleh karena itu CPO
berwarna merah jingga. Di samping itu jumlahnya juga cukup tinggi. Minyak
sawit ini di peroleh dari mesokarp buah sawit melalui ekstraksi dan mengandung
sedikit air serta serat halus, yang berwarna kuning sampai merah dan berbentuk
semi solid pada suhu ruang. Adanya serat halus dan air pada sawit kasar tersebut
menyebabkan minyak sawit kasar tidak dapat di konsumsi langsung sebagai bahan
Sebagai minyak atau lemak, minyak sawit adalah suatu trigliserida, yaitu
senyawa gliserol dengan asam lemak. Sesuai dengan bentuk bangun rantai asam
lemaknya, minyak sawit tergolong minyak asam oleat-linoleat. Minyak sawit
berwarna merah jingga karena kandungan karatenoid (terutama β- karotena),
berkonsistensi setelah padat pada suhu kamar (konsistensi titik lebur banyak
ditentukan oleh kadar ALB-nya), dan dalam keadaan segar kadar asam lemak
bebas yang rendah, bau dan rasanya cukup enak.
Minyak sawit terdiri atas berbagai trigliserida dengan rantai asam lemak
yang berbeda- beda. Panjang rantai adalah 14- 20 atom karbon. Dengan demikian
sifat minyak sawit ditentukan oleh perbandingan- perbandingan dan komposisi
trigliserida tersebut. Pada tabel 1 tercantum panjang rantai dan sifat- sifat asam
Tabel 1. Panjang rantai dan sifat-sifat Asam Lemak dalam Minyak Sawit
Pembentukan lemak dalam buah sawit mulai berlangsung beberapa
minggu sebelum matang. Kandungan minyak tertinggi dalam buah adalah pada
saat buah akan membrondolan (melepas dari tandannya). Karena itu kematangan
tandan biasanya dinyatakan dengan jumlah buahnya yang membrondol. Kebalikan
dari pembentukan lemak adalah penguraian atau hidrolisis lemak menjadi gliserol
Proses ini dalam buah terjadi sejak mulai berlangsungnya proses
“kematian”, yaitu saat buah membrondol atau saat tandan dipotong dan terlepas
hubungannya dengan pohon. Proses hidrolisis dikatalisis oleh enzim lipase yang
juga terdapat dalam buah, tetapi berada di luar sel yang mengandung minyak.
Pembentukan asam lemak bebas oleh mikroorganisme ( jamur dan bakteri
tertentu) juga dapat terjadi bila suasananya sesuai, yaitu pada suhu rendah
dibawah 500C, dan dalam keadaan lembab dan kotor. Oleh karena itu minyak
sawit harus segera di murnikan setelah pengutipannya. Pemanasan sampai suhu
diatas 900C seperti pada pemisahan dan pemurnian akan menghancurkan semua
organisme dan menonaktifkan enzimnya. Pada kadar air kurang dari 0,8%
mikroorganisme juga tidak dapat berkembang. Jika lebih tinggi sebaikknya
minyak di timbun dalam keadaan panas sekitar 500 -60oC (Mangoensoekarjo,
2003).
2.5.1 Jenis- jenis produk kelapa sawit
Keunggulan minyak selain tersusun dari asam lemak tidak jenuh dan asam
lemak jenuh juga mengandung Beta karoten atau pro-vitamin A yang sangat
diperlukan dalam prose metabolisme dalam tubuh manusia dan sebagai anti
oksidan dan pro-vitamin E (tokoferol dan tokotrinol) selain berperan dalam
Produk kelapa sawit dapat dikelompokkan dalam :
a. Bahan makanan (oleofood, oleomakanan)
b. Bahan non makanan (oleochemical, oleokimia)
c. Bahan kosmetik dan farmasi (Cosmetis and pharmasi)
(Pardamean,2008).
2.5.2 Komposisi Kimia Minyak Kelapa Sawit
Kelapa sawit mengandung kurang lebih 80% perikarp dan 20% buah yang dilapisi
kulit yang tipis, kadar minyak dalam perikarp sekitar 34- 40 %. Minyak kelapa
sawit adalah lemak semi padat yang mempunyai komposisi yang tetap.
Rata-rata komposisi asam lemak minyak kelapa sawit dapat di lihat pada Tabel 2.
2.6. Standar Mutu
Akhir – akhir ini minyak sawit berperan cukup penting dalam perdagangan
dunia. Berbagai industri baik pangan maupun non pangan, banyak yang
menggunakannya sebagai bahan baku. Berdasarkan peranan dan kegunaan minyak
sawit itu, maka mutu dan kualitasnya harus diperhatikan sebab sangat menentukan
harga dan nilai komoditas ini.
Di dalam perdagangan kelapa sawit,istilah mutu sebenarnya dapat
dibedakan menjadi dua arti. Yang pertama adalah mutu minyak sawit dalam arti
benar –benar murni dan tidak bercampur dengan minyak nabati lain. Mutu
minyak sawit dalam arti yang pertama dapat ditentukan dengan menilai sifat –
sifat fisiknya, antara lain titik lebur angka penyabunan, dan bilangan yodium.
Sedangkan yang kedua, yaitu mutu minyak sawit dilihat dalam arti penilaian
menurut ukuran. Dalam hal ini syarat mutunya diukur berdasarkan spesifikasi
standar mutu internasional, yang meliputi kadar asam lemak bebas (ALB,FFA),
air, kotoran, logam, besi, logam tembaga, peroksida, dan ukuran pemucatan.
Dalam dunia perdagangan, mutu minyak sawit dalam arti yang kedua lebih
penting.
Bertitik tolak dari beda penggunaannya, terdapat perbedaan pula dalam
industri pangan dan non pangan. Oleh karena itu keaslian, kemurnian,
kesegaran,tidak bercampur pada bahan tambahan lain seperti kotoran,air logam -
logam maupun aspek higienisnya harus lebih diperhatikan sebab dampaknya
langsung berpengaruh pada kesehatan manusia (http:// seafast.ipb.ac.id).
2.7. Sifat Fisika dan Kimia Minyak
2.7.1. Sifat Fisik Minyak
Tidak larut dalam air.Hal ini disebabkan oleh adanya asam lemak
berantai karbon panjang dantidak adanya gugus – gugus polar. Viskositas minyak biasanya bertambah dengan bertambahnya
rantai panjang rantai karbon, berkurang dengan naiknya suhu dan
berkurang dengan tidak jenuhnya rantai karbon. Minyak kastor
jauh lebih kental dari minyak sebagian besar lainnya karena adanya
gugus hidroksil pada salah satu dari komponen asam lemaknya. Berat jenisnya leb ih tinggi untuk trigliserida yang tidak jenuh.
Berat jenisnya menuru ndengan bertambahnya suhu.
Minyak merupakan salah satu campuran trigliserida, titik cairnya
tidak tetap. Titik cair minyak ditentukan beberapa faktor. Makin
pendek rantai asam lemak makinrendah titik cair trigliserida itu.
2.7.2. Sifat Kimia Minyak
Dalam reaksi hidrolisasi minyak akan dirubah menjadi asam lemak bebas
dan gliserol. Reaksi hidrolisasi yang dapat menyebabkan kerusakan minyak
terjadi karena terdapatnya sejumlah air dalam minyak tersebut. Reaksi ini akan
mengakibatkan ketengikan hidrolisa yang menghasilkan flavor dan bau tengik
pada minyak tersebut.
a. Hidrolisa
Proses hidrolisa yang disengaja biasanya dilakukan dengan penambahan
sejumlah basa. Proses ini dikenal sebagai proses penyabunan. Sabun yang
terbentuk dapat diambil dari lapisan teratas pada larutan yang merupakan
campuran dari larutan alkali, sabun dan gliserol. Dari larutan ini dapat dihasilkan
gliserol yang melalui penyulingan.
b. Oksidasi
Proses oksidasi dapat berlangsung bila terjadi kontak antara sejumlah
oksigen ini mengakibatkan bau tengik pada minyak . Oksidasi biasanya dimulai
dengan pembentukan peroksida dan hidroperoksida. Tingkat selanjutnya ialah
terurainya asam – asam lemak bebas.Rancidity terbentuk oleh aldehid bukan oleh
Jika kenaikan peroksida value atau PV hanya indikator dan peringatan
bahwa minyak sebentar lagi akan berbau tengik.
c. Hidrogenasi
Proses hidrogenasi sebagai suatau proses industri bertujuan untuk
menjenuhkan ikatan rangkap dari rantai karbon asam lemak pada minyak.
Reaksi hidrogenasi ini terjadi dengan menggunakan hidrogen murni ditambahkan
serbuk nikel sebagai katalisator. Setelah proses hidrogenasi selesai, minyak
didinginkan dan katalistor ndipisahkan dengan cara penyaringan. Hasilnya adalah
minyak yang bersifat plastis atau keras, tergantung pada derajat kejenuhannya.
Reaksi pada proses hidrogenasi terjadi pada permukaan katalis yang
mengakibatkan reaksi antara molekul – molekul minyak dengan gas
hidrogen.Hidrogen akan terikat oleh asam lemak tidak jenuh, yaitu pada ikatan
rangkap, membentuk radikal kompleks antara hidrogen, nikel dan asam –asam
lemak tidak jenuh. Setelah terjadi penguraian nikel dan radikal asam lemak, akan
dihasilkan suatu tingkatan kejenuhan yang lebih tinggi. Radikal asam lemak dapat
terus bereaksi dengan hidrogen, membentuk asam lemak yang jenuh.
Nikel merupakan katalis yang sering digunakan dalam proses hidrogenasi.
bebas dari sabun, kering dan mempunyai kandungan asam lemak bebas dan
kandungan fospatida yang rendah.
d. Esterifikasi
Proses esterifikasi bertujuan untuk mengubah asam –asam lemak dari
trigliserida dalm bentuk ester. Reaksi esterifikasi dapat dilakukan melalui reaksi
kimia yang sering disebut interesterifikasi atau pertukaran ester yang didasarkan
atas prinsip trans esterifikasi friedel- craft. Dengan menggunakan prinsip reaksi
ini dengan hidrokarbon rantai pendek dalam asam lemak seperti asam butirat dan
asam kaproat yang menyebabkan bau tidak enak, dapat ditukar dengan rantai
panjang yang bersifat tidak menguap (Ketaren,1986).
2.8. Asam Lemak Bebas (Free fatty acid)
Asam lemak bebas dalam konsentrasi tinggi yang terikut dalam minyak
sawit sangat merugikan. Tingginya asam lemak bebas ini mengakibatkan
rendemen minyak turun. Untuk itulah perlu dilakukan usaha usaha pencegahan
terbentuknya asam lemak bebas dalam minyak kelapa sawit.
Kenaikan kadar ALB ditentukan mulai dari saat tandan dipanen sampai
tandan diolah dipabrik. Kenaikan ALB ini disebabkan adanya reaksi hidrolisa
Hasil reaksi hidrolisa minyak sawit adalah gliserol dan ALB. Reaksi ini akan
dipercepat dengan adanya faktor-faktor panas, air, keasaman, dan katalis (enzim).
Semakin lama reaksi ini berlangsung, maka semakin banyak kadar ALB yang
terbentuk. Seperti pada reaksi dibawah ini :
O
CH2– O – C – R CH2– OH
O O
CH – O – C – R Panas, air CH - OH + R – C – OH
O Keasaman, enzim
CH2– O – C – R CH2– OH
Minyak sawit gliserol ALB
Gambar 1. Reaksi hasil hidrolisa pada minyak
Beberapa faktor yang dapat mengakibatkan peningkatan kadar ALB yang
relatif tinggi dalam minyak sawit antara lain:
- Pemanenan buah sawit yang tidak tepat waktu,
- Keterlambatan dalam pengumpulan dan pengangkutan buah,
- Penumpukan buah yang terlalu lama, dan
Setelah mengetahui faktor – faktor penyebabnya, maka tindakan pencegahan
dan pemucatannya lebih muda dilakukan.
Pemanenan pada waktu yang tepat merupakan salah satu usaha untuk
menekan kadar ALB sekaligus menaikkan rendemen minyak. Pemetikan buah
sawit di saat belum matang (saat proses biokimia dalam buah belum sempurna)
menghasilkan glyserida sehingga mengakibatkan terbentuknya ALB dalam
minyak sawit. Sedangkan, pemetikan setelah batas tepat panen ditandai dengan
buah yang berjatuhan dan menyebabkan pelukaan pada buah yang lainnya, akan
menstimulir penguraian enzimatis pada buah sehingga menghasilkan ALB dan
akhirnya terikut dalam buah sawit yang masih utuh sehingga dihasilkan minyak
sawit yang berkualitas tinngi.
Dikaitkan dengan pencegahan kerusakan buah sawit dalam jumlah banyak,
telah dikembangkan beberapa metode pemungutan dan pengangkutan TBS.
Sistem yang dianggap cukup efektif adalah memasukkan TBS secara langsung ke
dalam keranjang rebusan buah. Dengan cara tersebut akan lebih mengefisienkan
waktu yang digunakan untuk pembongkaran, pemuatan, maupu npenumpukan
buah sawit yang terlalu lama. Dengan demikian, pembentukan ALB selama
Peningkatan ALB juga dapat terjadi pada proses hidrolisa di pabrik. Pada
proses tersebut terjadi penguraian kimiawi yang dibantu oleh air dan berlangsung
pada suhu tertentu merupakan bahan pembantu oleh air dan berlangsung pada
kondisi suhu tertentu. Air panas dan uap air pada suhu tertentu merupakan bahan
pembantu dalam proses pengolahan. Akan tetapi, proses pengolahan yang kurang
cermat mengakibatkan efek samping yang tidak diinginkan, mutu minyak
menurun sebab air pada kondisi suhu tertentu bukan membantu proses pengolahan
melalui tetapi malah menurunkan mutu minyak. Sebagai ukuran standar mutu
dalam perdagangan internasional untuk ALB ditetapkan sebesar 5% (Tim
Penulis,1997).
Disebut minyak jika bentuknya cair dan lemak jika bentuknya padatan.
Trigliserida adalah senyawa kimia yang terdiri dari ikatan gliserol dengan 3
molekul asam lemak.
CH2– OH + R1– COOH CH1 - COOR1
CH - OH + R2 - COOH CH – COOR2 + 3H2O
CH2– OH + R3– COOH CH2– COOR3
Gliserol Asam Lemak Trigliserida Air
Dua jenis asam lemak yang paling dominan dalam minyak sawit yaitu
asam palmitat C16 : 0 (jenuh) dan asam oleat C18:1 (tidak jenuh).
Minyak tersebut jika dihidrolisis akan menghasilkan 3 molekul asam lemak rantai
panjang dan 1 molekul gliserol.
Asam lemak yang terbentuk hanya terdapat dalam jumlah yang kecil dan sebagian
besar terikat dalam ester. Minyak kelapa sawit adalah minyak nabati semi padat.
Hal ini karena minyak sawit mengandung sejumlah besar asam lemak tidak jenuh
dengan atom karbon lebih dari C8. Warna minyak ditentukan oleh adanya pigmen
yang dikandung. Minyak sawit berwarna kuning karena kandungan beta karoten
yang merupakan bahan vitamin A (Iyung P,2007).
2.9. Metode Titrimetri
Analisis titrimetri melibatkan pengukuran volume larutan dengan
konsentrasi yang diketahui, yang diperlukan untuk bereaksi dengan analit itu.
Analisis titrimetri merupakan salah satu bagian utama kimia analisis dan bahwa
perhitungan – perhitungan yang digunakan didasarkan pada hubungan stokiometri
Suatu metode titrimetri untuk analisis didasarkan pada suatu reaksi kimia seperti:
Aa + Tt Produk
Dimana a molekul analit A, bereaksi dengan t molekul reagensi T. Reagensi T
yang disebut titran, ditambahkan sedikit demi sedikit ( secara inkrimental)
biasanya dari dalam buret, dalam bentuk larutan yang konsentrsinya diketahui.
Larutan kedua ini disebut larutan standar dan konsentrasinya ditetapkan oleh suatu
proses yang disebut standarisasi. Penambahan titran diteruskan sampai telah
dimaksudkan sejumlah T yang secara kimia setara dengan A. maka dikatakan
telah tercapai titik ekivalensi dari titrasi itu. Untuk mengetahui kapan penambahan
titran itu harus dihentikan ahli kimia itu dapat menggunakan suatu zat, yang
disebut indikator, yang menanggapi munculnya kelebihan titran dengan perubahan
warna. Perubahan warna ini dapat atau tidak dapat tepat pada titik ekivalensi.
Titik dalam titrasi pada saat indikator berubah warna disebut titik akhir. Tentu saja
diinginkan agar titik akhir sedekat mungkin ke titik ekivalensi. Dengan memilih
indikator untuk mengimpitkan ke dua titik itu (atau mengoreksi selisih antara
keduanya) merupakan salah satu aspek yang penting dari analisis titrimetri. Istilah
titrasi merujuk ke proses pengukuran volume titran yang diperlukan untuk
mencapai titik ekivalensi (Underwood.A.L,1986).
BAB 3
METODOLOGI
3.1. Bahan – bahan
1. n- heksan teknis
2. Alkohol 96%
3. KOH 0, 0997 N
4. Indikator phenolpthalein
5. Sampel CPO
3.2. Alat – alat
1. Buret digital 50 ml ( Brand )
2. Neraca analitik ( mettler 500)
3. Oven ( Memmert )
4. Gelas ukur 100ml ( pirex)
5. Erlenmeyer 250ml ( pirex)
7. Beaker glass 500ml (pirex)
8. Cawan porcelin
9. Corong
10. Kertas saring whatman
3.3 Prosedur Percobaan
A. Penentuan Kadar Asam Lemak Bebas
Ditimbang Erlenmeyer
Dimasukkan sampel CPO sebanyak 2 gr
Ditambahkan 10 ml n-heksan kedalam Erlenmeyer
Ditambahkan 20 ml alcohol 96% kedalam Erlenmeyer Ditambahkan 3 tetes indikator phenolphthalein
Dititrasi dengan menggunakan larutan standart KOH 0,0997 N
sampai terjadi perubahan warna menjadi kemerahan Dicatat volume KOH yang dipakai
Diulangi percobaan yang sama sebanyak 5 kali
B. Penentuan Kadar Air
Ditimbang cawan
Dimasukkan sampel CPO sebanyak 2 gr
Dimasukkan kedalam oven pada suhu 1050C selama 2,5 jam
Didinginkan kedalam desikator selama 20 menit
Dicatat berat sampel CPO yang telah dikeringkan
Diulangi percobaan yang sama sebanyak 5 kali
C. Penentuan Kadar Kotoran
Ditimbang sampel CPO sebanyak 5 gr
Ditimbang kertas saring
Dimasukkan sampel CPO kedalam kertas saring
Disaring sampel CPO dengan menggunakan kertas saring, sambil
disiram dengan menggunakan n-heksan sampai semua kotoran dalam
kertas saring bersih
Dimasukkan kertas saring kedalam oven pada suhu 1050C selama 3
menit
Ditimbang kembali kertas saring Dicatat massa kertas saring
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Data Percobaan
Tabel 4.1.1 Kadar Asam Lemak Bebas dalam Minyak Kelapa Sawit, pada
Tanggal 7 Februari 2012 – 11 Februari 2012
NO Hari ke Berat sampel (gr)
Volume KOH (ml)
Normalitas KOH (N)
Kadar ALB (%)
1 1 2,3158 10,22 0,0522 5,89
2 2 2,3508 10,42 0,0522 5,92 3 3 2,3870 10,64 0,0522 5,95
Tabel 4.1.2 Kadar Air dalam Minyak Kelapa Sawit , pada Tanggal
7 Februari 2012 – 11 Februari 2012
NO Hari ke Berat sampel (gr)
Berat sampel + cawan sebelum di oven (gr)
Berat sampel + cawan setelah di oven (gr)
Kadar Air (%)
1 1 2,5783 31,6414 31,4598 0,0704
2 2 2,7451 38,0389 38,0043 0,032
3 3 2,9416 32,0045 31,9087 0,012 4 4 2,3839 36,3069 36,3030 0,0016
4.2. Perhitungan
4.2.1 Persentase Kadar Asam Lemak Bebas
V KOH x N KOH x BM
%ALB = x 100%
Berat Sample x 1000
1. Kadar ALB terhadap perlakuan hari 1 :
10,22 x 0,0522 x 256
%ALB = x 100%
2,3158 x 1000
136,5719
%ALB = x 100% 2315,8
= 5,89 %
4.2.2 Persentase Kadar Air
1. Kadar air terhadap perlakuan hari 1 :
w 1 - w 2
%K.Air = x 100%
w
31,6414 – 31,4598
%K.Air = x 100 % 2,5783
= 0,0704 %
w1 = Berat sampel dan berat cawan sebelum di oven (gr)
w2 = Berat sampel dan berat cawan setelah di oven (gr)
w = Berat sampel CPO yang dipakai (gr)
4.2.3 Persentase Kadar Kotoran
1. Kadar Kotoran untuk perlakuan hari 1 :
%K.Kotoran = w4 – w3 x 100 %
w
= 1,5273 – 1,5257 x 100 % 5,0102
= 0,00031 %
w3 = Berat kertas saring whatman (gr)
w4 = Berat kertas saring whatman + sampel setelah di oven
(gr)
w = Berat sampel CPO yang dipakai (gr)
4.3 Pembahasan
Berdasarkan hasil percobaan yang dilakukan selama mengikuti Praktek
Kerja Lapangan di PTPN III PKS Seimangkei, diperoleh kadar Asam Lemak
Bebas 5,89%, 5,92%, 5,95%, 6,02%, 6,04%. Kadar asam lemak bebas yang
diperoleh semakin hari semakin meningkat, hal ini disebabkan karena Crude Palm
Oil dibiarkan menginap untuk mengetahui berapa persen kenaikan kadar asam
lemak bebas per harinya.
Kadar air yang diperoleh adalah 0,0704%, 0,032%, 0,012%, 0,0016%,
0,0013%. Berdasarkan kadar air yang diperoleh, minyak sawit ini memenuhi
standart mutu internasional. Karena standar mutu yang ditetapkan berkisar
<0,10%.
Kadar kotoran 0,00031%, 0,00029%, 0,00027%, 0,00023%, 0,00017%.
Nilai kadar kotoran ini juga sudah memenuhi standar mutu internasional,yaitu
berkisar <0,02%.
Hal- hal yang harus dilakukan untuk menekan peningkatan kadar asam
lemak bebas adalah sebagai berikut:
1. Pada tahap penerimaan buah kelapa sawit perlu dilakukan sortasi
terutama kriteria kematangannya. Kebersihan dari loading ramp
sebagai tempat penambung TBS sementara harus dijaga dan
diusahakan agar pengisian buah tidak terlalu penuh yang menyebabkan
brondolan atau tandan jatuh, yang tepat menyebabkan kenaikan ALB
secara cepat. Sistem pengisian TBS ke lori adalah sistem FIFO (First
In First Out), yaitu TBS yang tidak terlalu lama dibiarkan dipabrik,
sehingga ditumbuhi jamur yang dapat menyebabkan kenaikan asam
lemak bebas.
2. Perebusan merupakan faktor yang mempengaruhi mutu dari produk
PKS, salah satunya adalah kadar asam lemak bebas dari CPO,
Perebusan memang tidak dapat menurunkan kadar ALB, tetapi dapat
mengurangi atau menghentikan aktifitas enzim sehingga kenaikan
ALB dapat dikendalikan. Salah satu tujuan perebusan adalah
menonaktifkan enzim lipase, yaitu enzim pemecah minyak/lemak
menjadi asam lemak bebas karena adanya suhu yang sangat tinggi.
Karena aktifitas enzim akan berhenti pada suhu diatas 55oC dan pada
suhu di atas 120oC kegiatan enzim berhenti sama sekali, demikian
3. Untuk mendapatkan mutu minyak sawit yang berkualitas baik, sewaktu
memanen kita harus memperhatikan kriteria matang panen buah sawit.
Jadi sebaiknya untuk menghindari peningkatan ALB maksimal 8 jam
setelah dipanen, TBS harus segera diolah dan diusahakan untuk
memanen pada waktu yang tepat.
4. Kebersihan pabrik juga dapat menimbulkan kenaikan ALB. Pabrik
yang kotor dapat menaikkan kadar ALB. Sisa- sisa minyak yang
tertinggal pada talang, elevator, konveyor, tangki – tangki dan tempat
lain harus dibersihkan bila pabrik berhenti / tidak dioperasikan dalam
waktu yang lama, karena pada waktu yang dingin mikroba dapat
berkembang dengan cepat. Mikroba ini menghasilkan enzimyang dapat
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari data yang diperoleh dan hasil pembahasan maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa:
1. Hubungan antara kadar asam lemak bebas, kadar air, dan kadar
kotoran : Semakin tinggi kadar asam lemak bebas maka semakin tinggi
juga kadar air dan kadar kotorannya. Demikian juga sebaliknya,
semakin rendah kadar asam lemak bebas maka semakin kecil pula
kadar air dan kadar kotorannya.
2. Penentuan kadar asam lemak bebas pada CPO dilakukan dengan
metode titrasi asam basa, sedangkan penentuan kadar air dan kadar
kotoran dilakukan dengan metode gravimetri.
3. Kadar asam lemak bebas yang di analisa selama lima hari adalah
sebesar 5,89%, 5,92%, 5,95%, 6,02%, 6,04%. Kadar air sebesar
0,0704%, 0,032%, 0,012%, 0,0016%, 0,0013%. Kadar kotoran sebesar
4. Usaha pencegahan terbentuknya asam lemak bebas dalam minyak
sawit antara lain :
Perebusan TBS,dimana salah satu tujuan perebusan adalah
untuk menonaktifkan enzim lipase, yaitu enzim pemecah
minyak/lemak menjadi menjadi asam lemak bebas karena
adanya suhu yang sangat tinggi.
Sewaktu memanen TBS kita harus memperhatikan kriteria
matang panen buah sawit. Sebaiknya untuk menghindari
peningkatan ALB maksimal 8 jam setelah dipanen, TBS harus
segera diolah dan diusahakan untuk memanen pada waktu yang
tepat.
Menjaga kebersihan pabrik, karena pabrik yang kotor dapat
menimbulkan kenaikan ALB.
Pada tahap penerimaan buah kelapa sawit perlu dilakukan
sortasi dengan tujuan untuk dapat memastikan mutu
5.2Saran
1. Untuk lebih meningkatkan pengawasan dan pengendalian mutu
TBS, terutama dalam hal fraksi kematangan buah, buah memar, dan
lama buah kelapa sawit ditahan dilapangan setelah panen.
2. Untuk lebih meningkatkan pemurnian minyak di stasiun klarifikasi,
terutama untuk penurunan kadar air dan kadar kotoran supaya
pertambahan kadar ALB dari CPO selama penimbunan dapat
dikendalikan sekecil mungkin.
3. Harus lebih memperhatikan kebersihan dalam pabrik yang dapat
DAFTAR PUSTAKA
Fessenden,R.J. dan Fessenden,J.S. 1986.Organic Chemistry, Third Edition,Wadsworth, Inc.California.
http://seafast.ipb.ac.id, diakses tanggal 27 Maret 2011.
http://id.wikipedia.org/wiki/AsamLemak , diakses tanggal 27 Maret 2011.
Ketaren, S. 1986 . Pengantar Teknologi Minyak Dan Lemak Pangan, Edisi Pertama, UI Press, Jakarta.
Mangoensoekarjo.S.,(2003), Manajemen Agribisnis Kelapa Sawit, Cetakan Pertama, Gajah Mada University Press, Yogyakarta.
Naibaho,P. 1998, Teknologi Pengolahan Kelapa Sawit, Pusat Penelitian Kelapa Sawit, Medan.
Pahan,I. 2006, Panduan Lengkap Kelapa Sawit, Manajemen Agribisnis Dari Hulu Hingga Hilir, Cetakan Pertama, Penebar Swadaya, Jakarta.
Pahan ,I. 2007. Kelapa Sawit. Cetakan kedua. Penebar Swadaya. Jakarta.
Pardamean, M. 2008. Panduan Lengkap Pengelolahan Kebun Dan Pabrik Kelapa
Sawit. Cetakan Pertama. Agroedia Pustaka. Jakarta.
Risza.S. 1994 , Kelapa Sawit, Usaha Peningkatan Produktivitas, Penerbit Kanisisus, Yogyakarta.
Tim.Penulis. 1997, Kelapa Sawit, Usaha Budidaya, Pemanfaatan Hasil Dan Aspek Pemasaran, Cetakan kedelapan, Penebar Swadaya. Jakarta.