Lampiran 1. Data Hasil Pengamatan Kadar Air Analisa
ke
Jenis
Sampel
A
(g)
B
(g)
C
(g)
Kadar Air
(%)
1 CPO 87,6804 87,6693 5,0463 0,2199
2 CPO 105,6590 105,6484 5,0643 0,2093
3 CPO 108,3252 108,3149 5,5937 0,1841
4 CPO 87,4567 87,4484 5,0384 0,1647
5 CPO 102,2273 102,2185 5,0448 0,1744
Keterangan : A = Berat cawan + sampel sebelum dipanaskan
B = Berat cawan + sampel setelah dipanaskan
Lampiran 2. Data Hasil Pengamatan Kadar Asam Lemak Bebas Analisa
Ke
Jenis
Sampel
Berat
Sampel (g)
Volume
Titrasi (mL)
Normalitas
(NaOH)
Kadar ALB
(%)
1 CPO 7,7601 5,30 0,2317 4,0511
2 CPO 7,0198 4,90 0,2317 4,1403
3 CPO 7,7711 5,00 0,2317 3,8163
4 CPO 7,6061 4,85 0,2317 3,7822
DAFTAR PUSTAKA
Ayustaningwarno, F. 2012. Proses Pengolahan dan Aplikasi Minyak Sawit Merah pada Industri Pangan. Jurnal Program Studi Ilmi Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro.
Budiyanto., Silsia, D., Efendi, Z. dan Janika, R. 2010. Perubahan Kandungan β-Karoten, Asam Lemak Bebas dan Bilangan Peroksida Minyak Sawit Merah Selama Pemanasan. Jurnal Jurusan Teknologo Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu.
Fauzi, Y., Widyastuti, Y.E., Satyawibawa, I. dan Hartono, R. 2002. Kelapa Sawit. Edisi Revisi. Jakarta: Penebar Swadaya
Frank, N.E.G., Albert, M.M.E, Laverdure, D.E.E. and Paul, K. 2011. Assessment of The Quality of Crude Palm Oil From Smallholders in Cameroon. Journal of Stored Products and Postharvest Research.
Hasibuan, H.A. 2012. Kajian Mutu dan Karakteristik Minyak Sawit Indonesia Serta Produk Fraksinasinya. Jurnal Pusat Penelitian Kelapa Sawit.
Ketaren, S. 1986. Minyak dan Lemak Pangan. Jakarta : Penerbit UI Press.
Kurniati, Y. dan Susanto, W.H. 2015. Pengaruh Basa NaOH dan Kandungan ALB CPO Terhadap Kualitas Minyak Kelapa Sawit Pasca Netralisasi. Jurnal Jurusan Teknologi Hasil Pertanian FTP Universitas Brawijaya Malang.
Lubis, H.B., Marwanti, S. dan Ferichani, M. 2012. Aplikasi Statistical Quality Control dalam Pengendalian Mutu Minyak Kelapa Sawit di PKS Pagar Merbau
PTPN. II Sumatera Utara. Jurnal Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret.
Ohimain, E.I., Izah, S.C. and Fawari, A.D. 2013. Quality Assessment of Crude Palm Oil Produced Semi-Mechanized Processor in Bayelsa State, Nigeria. Journal of Agriculture and Food Sciences
Oji, A., Oscar K.I., Evbuomwan B.O. and Wali N. 2015. Quality Assessment of Crude Palm Oil on Sale in Selected Markets in Rivers State, Nigeria. Jurnal of
Engineering and Technical Research.
Okolo, J.C. and Adejumo. B.A. 2014. Effect of Bleaching on Quality Attributes of Crude Palm Oil. Journal of Engineering ( IOSRJEN )
Soehardjo, H., Harahap, H.H.H., Ishak, R., Purba, A., Lubis, E., Budiana, S. dan Kusmahadi. 1996. Kelapa Sawit. Medan : PTPN IV Bah Jambi.
Sumarna, D. 2014. Studi Metode Pengolahan Minyak Kelapa Sawit Merah ( Red Palm Oil ) dari Crude Palm Oil. Jurnal Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Mulawarman.
Tambun, R. 2006. Teknologi Oleokimia. Medan: USU-Inherent
BAB 3
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1. Penentuan Kadar Air (Moisture Content)
3.1.1. Prinsip Kerja
Metode ini didasarkan pada selisih berat awal dari sampel dan berat setelah
penguapan yang dihitung sebagai kadar air dan bagian mudah menguap dari sampel uji.
3.1.2. Alat-Alat
Pada analisa penentuan kadar air (moisture content) alat-alat yang digunakan
adalah sebagai berikut :
- Cawan petri CMSI
- Neraca analitik digital And
- Oven Memmert
- Desikator Schott
- Spatula
- Tissue 3.1.3. Bahan-Bahan
Pada analisa penentuan kadar air (moisture content) bahan-bahan yang
digunakan adalah sebagai berikut :
3.1.4. Prosedur Kerja
- Sampel dicairkan dan dihomogenkan sebelum ditimbang
- Ditimbang ± 5 gram sampel dalam cawan`petri yang sudah diketahui
beratnya
- Dipanaskan dalam oven dengan suhu 130 oC ± 1 °C selama 30 menit
- Didinginkan dalam desikator
- Ditimbang hingga diperoleh bobot konstan
3.1.5. Perhitungan
Kadar air (%) = 100%
Keterangan : b = berat cawan setelah pemanasan (gram)
a = berat cawan sebelum pemanasan (gram)
W= berat sampel (gram)
3.2. Penentuan Kadar Asam Lemak Bebas (Free Fatty Acid)
3.2.1. Prinsip Kerja
Kandungan asam lemak bebas adalah ukuran keasaman organik suatu
minyak/lemak yang dinyatakan dengan persentase bobot yang dihitung sebagai asam
oleat, asam laurat atau asam palmitat yang mana cuplikan uji dilarutkan dalam etil
alkohol netral panas dan larutan panas di titrasi dengan larutan standar NaOH sampai
3.2.2. Alat-Alat
Pada analisa penentuan kadar asam lemak bebas (free fatty acid) alat-alat yang
digunakan adalah sebagai berikut :
- Erlenmeyer 250 ml Iwaki Pyrex
- Buret 25 ml Duran
- Neraca analitik digital And
- Hotplate Cimarec
- Spatula
- Gelas ukur 100 ml Iwaki Pyrex
- Statif dan klem
- Tissue 3.2.3. Bahan-Bahan
Pada analisa penentuan kadar asam lemak bebas (free fatty acid) bahan-bahan
yang digunakan adalah sebagai berikut :
- Crude Palm Oil (CPO)
- Larutan standar NaOH p.a.E.Merck
- Alkohol netral 96%
- Indikator phenolptalein
3.2.4. Prosedur Kerja
- Sampel dicairkan dan dihomogenkan sebelum ditimbang
- Ditimbang sampel sesuai tabel 3 ke dalam erlenmeyer
- Ditambahkan 2-3 tetes indikator phenolptalein
- Dipanaskan sampai mendidih di atas hotplate
- Dititrasi dengan larutan standar NaOH sampai warna merah lembayung
3.2.5. Perhitungan
FFA (%) =
Keterangan : V NaOH = Volume peniteran NaOH (mL)
N NaOH = Normalitas NaOH (N)
Faktor = 28,2 (asam oleat)
25,6 (asam palmitat)
20,0 (asam laurat)
W = Berat sampel (gram)
Tabel 3.1. Range Asam Lemak bebas, Volume Alkohol dan Normalitas NaOH
BAB 4
DATA DAN PEMBAHASAN
4.1. Perhitungan
4.1.1. Perhitungan Kadar Air (Moisture Content)
Untuk menghitung kadar air (moisture content) yang terkandung dalam Crude
Palm Oil (CPO) dapat menggunakan rumus yaitu:
Kadar air (%) = 100%
Keterangan : a = berat cawan + sampel sebelum pemanasan (gram)
b = berat cawan + sampel setelah pemanasan (gram)
c= berat sampel (gram)
1. Berat cawan kosong = 82,6341 gram
Berat cawan + sampel sebelum pemanasan = 87,6804 gram
Berat sampel = 5,0463 gram
Berat cawan + sampel setelah dipanaskan = 87,6693 gram
% = –
x 100%
= 0,2199 %
2. Berat cawan kosong = 100,5947 gram
Berat cawan + sampel sebelum pemanasan = 105,6590 gram
Berat sampel = 5,0643 gram
% = –
x 100%
= 0,2093 %
3. Berat cawan kosong = 102,7315 gram
Berat cawan + sampel sebelum pemanasan = 108,3252 gram
Berat sampel = 5,5937 gram
Berat cawan + sampel setelah dipanaskan = 108,3149 gram
% = –
x 100%
= 0,1841 %
4. Berat cawan kosong = 82,4183 gram
Berat cawan + sampel sebelum pemanasan = 87,4567 gram
Berat sampel = 5,0384 gram
Berat cawan + sampel setelah dipanaskan = 87,4484 gram
% = –
x 100%
= 0,1647 %
5. Berat cawan kosong = 97,1825 gram
Berat cawan + sampel sebelum pemanasan = 102,2273 gram
Berat sampel = 5,0448 gram
Berat cawan + sampel setelah dipanaskan = 102,2185 gram
% = –
x 100%
4.1.2. Penentuan Kadar Asam Lemak Bebas Sebagai Palmitat
Untuk menentukan kadar asam lemak bebas (free fatty acid) yang terkandung
dalam Crude Palm Oil (CPO) dapat digunakan rumus yaitu:
FFA (%) =
Keterangan : V NaOH = Volume peniteran NaOH (mL)
N NaOH = Normalitas NaOH (N)
Faktor = 28,2 (asam oleat)
25,6 (asam palmitat)
20,0 (asam laurat)
W = Berat sampel (gram)
1. Berat erlenmeyer kosong = 127,2485 gram
Berat erlenmeyer + sampel = 135,0086 gram
Berat sampel = 7,7601 gram
Normalitas NaOH = 0,2317 N
Volume titrasi NaOH = 5,30 mL
% =
= 4,0511 %
2. Berat erlenmeyer kosong = 127,2880 gram
Berat erlenmeyer + sampel = 134,3078 gram
Berat sampel = 7,0198 gram
Volume titrasi NaOH = 4,90 mL
Berat erlenmeyer + sampel = 134,0166 gram
Berat sampel = 7,6061 gram
5. Berat erlenmeyer kosong = 150,5050 gram
Berat erlenmeyer + sampel = 157,8053 gram
Berat sampel = 7,3003 gram
Normalitas NaOH = 0,2317 N
% =
= 3,8593 %
4.2. Data Percobaan
Dari hasil pengamatan yang dilakukan dilaboratorium PT. SUCOFINDO
GATOT SUBROTO, maka didapatkan data dalam penentuan kadar asam lemak bebas
dan kadar air yang terdapat dalam crude palm oil. Dan data yang telah diperoleh adalah
sebagai berikut :
Tabel 4.1. Data Hasil Perhitungan Kadar Air (Moisture Content) dan Kadar Asam Lemak Bebas (Free Fatty Acid)
Kadar asam lemak bebas yang tinggi dapat merugikan, begitu juga dengan kadar
air yang tinggi karena dengan tingginya kadar asam lemak bebas dan kadar air akan
mengakibatkan rendemen dari suatu minyak akan menurun.
Dari hasil percobaan yang telah dilakukan, didapatkan bahwa kadar air dari
kadar air dengan prinsip kerja yang didasarkan pada selisih berat awal dari sampel dan
berat setelah penguapan yang dihitung sebagai kadar air dan bagian mudah menguap
dari sampel crude palm oil yang diuji.
Sedangkan kadar asam lemak bebas dari crude palm oil adalah berkisar 3,7822
% - 4,1403 % yang dimana dalam penentuan kadar asam lemak bebas dengan prinsip
kerja yaitu kandungan asam lemak bebas adalah ukuran keasaman organik suatu minyak
/ lemak yang dinyatakan dengan persentase bobot yang dihitung sebagai asam oleat,
asam laurat atau asam palmitat yang dimana sampel crude palm oil dilarutkan dalam etil
alkohol netral panas dan larutan panas di titrasi dengan larutan standar NaOH sampai
titik akhir titrasi dari indikator phenolptalein yang digunakan yaitu warna merah
lembayung.
Dapat disimpulkan bahwa kadar air dan kadar asam lemak bebas dari crude palm
oil yang telah dianalisa sesuai dengan standar baku dari minyak sawit yang telah
ditetapkan perusahaan yaitu < 0,5 % untuk kadar air dan < 5,0 % untuk kadar asam
lemak bebas.
Asam lemak bebas dalam konsentrasi tinggi yang terikut dalam minyak sawit
sangatlah merugikan. Untuk itulah perlu dilakukan usaha pencegahan terbentuknya
asam lemak bebas dalam minyak sawit.
Kenaikan kadar asam lemak bebas ditentukan mulai dari saat tandan dipanen
sampai tandan diolah di pabrik. Kenaikan asam lemak bebas ini disebabkan adanya
reaksi hidrolisa pada minyak. Hasil reaksi hidrolisa minyak sawit adalah gliserol dan
keasaman, dan katalis (enzim). Semakin lama reaksi ini berlangsung, maka semakin
banyak kadar asam lemak bebas yang terbentuk.
Gambar 4. Reaksi hidrolisis pada minyak sawit
Beberapa faktor yang dapat menyebabkan peningkatan kadar asam lemak bebas
yang relatif tinggi dalam minyak sawit antara lain :
- pemanenan buah sawit yang tidak tepat waktu,
- keterlambatan dalam pengumpulan dan pengangkutan buah,
- penumpukan buah yang terlalu lama, dan
- proses hidrolisa selama pemrosesan di pabrik.
Pemanenan pada waktu yang tepat merupakan salah satu usaha untuk menekan
kadar asam lemak bebas sekaligus menaikkan rendemen minyak. Pemetikan buah sawit
gliserida sehingga mengakibatkan terbentuknya asam lemak bebas dalam minyak sawit.
Sedangkan pemetikan setelah batas tepat panen yang ditandai dengan buah yang
berjatuhan dan menyebabkan pelukaan pada buah yang lainnya, akan menstimulir
penguraian enzimatis pada buah sehingga menghasilkan asam lemak bebas dan akhirnya
terikut dalam buah sawit yang masih utuh sehingga kadar asam lemak bebas meningkat.
Untuk itulah, pemanenan tandan buah segar harus dikaitkan dengan kriteria matang
panen sehingga dihasilkan minyak sawit yang berkualitas tinggi.
Dikaitkan dengan pencegahan kerusakan buah sawit dalam jumlah banyak, telah
dikembangakan beberapa metode pemungutan dan pengangkutan tandan buah segar.
Sistem yang dianggap cukup efektif adalah dengan memasukkan tandan buah segar
secara langsung ke dalam keranjang rebusan buah. Dengan cara tersebut akan lebih
mengefisienkan waktu yang digunakan untuk pembongkaran, pemuatan, maupun
penumpukan buah sawit yang terlalu lama. Dengan demikian, pembentukan asam lemak
bebas selama pemetikan, pengumpulan, penimbunan, dan pengangkutan buah dapat
dikurangai.
Air merupakan bahan perangsang tumbuhnya mikroorganisme lipolitik yaitu
enzim lipase, karena itu di dalam perdagangan, kadar ini juga menentukan kualitas
minyak. Kenaikan kadar air dalam minyak sawit disebabkan oleh proses penyimpanan
yang terlalu lama. Kenaikan kadar air sangat berkaitan dengan kadar asam lemak bebas
yang terkandung didalam minyak sawit tersebut. Peningkatan kadar asam lemak bebas
dapat terjadi pada proses hidrolisa di pabrik. Pada proses tersebut terjadi penguraian
kimiawi yang dibantu oleh air dan berlangsung pada kondisi suhu tertentu. Air panas
Akan tetapi, proses pengolahan yang kurang cermat mengakibatkan efek samping yang
tidak diinginkan, mutu minyak menurun sebab air pada kondisi suhu tertentu bukan
membantu proses pengolahan tetapi malah menurunkan mutu minyak. Untuk itu, setelah
akhir proses pengolahan minyak sawit dilakukan pengeringan dengan bejana hampa
pada suhu 90 °C.
Selain itu kadar air yang berada di luar standar normal disebabkan oleh faktor
metode kerja yaitu perebusan yang tidak sempurna mengakibatkan kadar air yang
terdapat pada minyak kelapa sawit menjadi tinggi. Adapun tindakan perbaikan mutu
yang perlu dilakukan untuk mengatasi kadar air di luar batas normal adalah perebusan
yang kurang optimal dapat diatasi dengan penggunaan mesin yang disetting secara
otomatis sesuai keperluan pabrik kelapa sawit. Hal ini akan sangat efektif sehingga
ketidaktepatan dapat dihindari. Dengan metode ini diharapkan akan menghasilkan crude
palm oil yang memiliki kadar air sesuai dengan batas normal yang telah ditetapkan oleh
perusahaan. Sehingga dengan rendahnya kadar air, dapat mencegah maupun
mengurangi reaksi hidrolisa yang terjadi. Yang dimana reaksi hidrolisis dapat
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
- Diperoleh kadar air dari minyak sawit mentah sebesar 0,1647 % - 0,2199 % dan
kadar asam lemak bebas sebesar 3,7822 % - 4,1403 %.
- Diperoleh kualitas minyak sawit mentah (CPO) sesuai dengan standar mutu
yang ditetapkan oleh perusahaan.
5.2. Saran
Mutu minyak sawit mentah (CPO) yang selama ini telah sesuai dengan
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kelapa Sawit
Gambar 1. Buah kelapa sawit
Tanaman kelapa sawit disebut dengan Elaeis guinensis Jacq. Elaeis berasal dari Elaion
yang dalam bahasa Yunani berarti minyak. Guinensis berasal dari kata Guinea yaitu
Pantai Barat Afrika dan Jacq singkatan dari Jacquin seorang Botanist dari Amerika.
( Soehardjo dkk, 1996 )
Kelapa sawit merupakan salah satu tanaman penghasil minyak paling penting di
Afrika. Tanaman ini juga adalah salah satu tanaman ekonomi yang paling penting di
daerah tropis. Di Afrika, banyak rumah tangga sangat tergantung pada sumber daya ini
untuk buah-buahan mereka, obat, makanan, kebutuhan konstruksi dan mata pencaharian
mereka dan pendapatan. ( Oji et al, 2015 )
Tanaman kelapa sawit yang berasal dari Guinea di pesisir Afrika Barat,
sepanjang garis equator (antara garis lintang utara 15° dan lintang selatan 12°). Kelapa
sawit tumbuh baik pada daerah iklim tropis, dengan suhu antara 24 °C – 32 °C dengan
kelembaban yang tinggi dan curah hujan 200 mm per tahun. ( Tambun, 2006 )
Taksonomi tanaman kelapa sawit adalah :
Devisi : Tracheopita
Subdevisi : Pteropsida
Kelas : Angiospermeae
Subkelas : Mono cotyledoneae
Ordo : Cocoideae
Famili : Palmae
Subfamili : Cocoideae
Genus : Elaeis
Spesies : Elaeis guinensis Jacq.
Tanaman kelapa sawit tumbuh tegak lurus dan dapat mencapai ketinggian pohon sampai
20 m. Tanaman ini berumah satu atau monoecious yang artinya bunga jantan dan bunga
betina terdapat pada satu pohon. ( Soehardjo dkk, 1996 )
Kelapa sawit merupakan sumber minyak nabati yang penting disamping kelapa,
kacang-kacangan, jagung, bunga matahari dan lain sebagainya. Komoditas kelapa sawit
menghasilkan berbagai produk hasil industri hilir yang dibutuhkan manusia. ( Lubis,
2012)
Ada beberapa varietas tanaman kelapa sawit yang telah dikenal.
Varietas-varietas itu dapat dibedakan berdasarkan tebal tempurung dan daging buah, atau
berdasarkan warna kulit buahnya.
Berdasarkan ketebalan tempurung dan daging buah, dikenal 5 varietas kelapa
sawit, yaitu :
1. Dura
Tempurung cukup tebal antara 2 – 8 mm dan tidak terdapat lingkaran sabut pada
bagian luar tempurung. Daging buah relatif tipis dengan persentase daging buah
terhadap buah bervariasi antara 35 – 50 %. Kernel (daging buah) biasanya besar dengan
kandungan minyak yang rendah yaitu sekitar 16 – 18 %.
2. Pisifera
Ketebalan tempurung sangat tipis, bahkan hampir tidak ada, tetapi daging
buahnya tebal. Persentase daging buah terhadap buah cukup tinggi, sedangkan daging
biji sangat tipis.
3. Tenera
Varietas ini mempunyai sifat-sifat yang berasal dari kedua induknya, yaitu Dura
dan Pisifera. Varietas inilah yang banyak ditanam di perkebunan-perkebunan pada saat
lingkaran serabut di sekelilingnya. Persentase daging buah terdapat buah tinggi, antara
60 – 96 %. Kandungan minyak yang terdapat pada varietas tenera adalah sekitar 22 – 24
%.
4. Macro Carya
Tempurung sangat tebal, sekitar 5 mm, sedangkan daging buahnya tipis sekali.
5. Diwikka-wakka
Varietas ini mempunyai ciri khas dengan adanya dua lapisan daging buah.
Tetapi varietas ini jarang dijumpai dan kurang begitu dikenal di Indonesia.
Berdasarkan warna kulit buahnya, dikenal 3 varietas kelapa sawit, yaitu :
1. Nigrescens
Buah berwarna ungu sampai hitam pada waktu muda dan berubah menjadi
jingga kehitam-hitaman pada waktu masak. Varietas ini banyak ditanam di perkebunan.
2. Virescens
Pada waktu muda buahnya berwarna hijau dan ketika masak warna buah
berubah menjadi jingga kemerahan, tetapi ujungnya tetap kehijauan.
3. Albescen
Pada waktu muda buah berwarna keputih-putihan, sedangkan setelah masak
Gambar 2. Irisan melintang dan membusur buah kelapa sawit dari varietas dura, tenera
dan psifera
Gambar 3. Perbedaan warna kulit buah pada varietas nigrescens, virescens, dan
Kelapa sawit biasanya mulai berbuah pada umur 3 – 4 tahun dan buahnya
menjadi masak 5 – 6 bulan setelah penyerbukan. Proses pemasakan buah kelapa sawit
dapat dilihat dari perubahan warna kulit buahnya, darihijau pada buah muda menjadi
merah jingga waktu buah telah masak. Pada saat itu, kandungan minyak pada daging
buahnya telah maksimal. Jika terlalu matang, buah kelapa sawit akan lepas dari tangkai
tandanya. Hal ini disebut dengan istilah membrondol.
Panen pada tanaman kelapa sawit meliputi pekerjaan memotong tandan buah
masak, memungut brondolan dan sistem pengangkutannya dari pohon ke Tempat
Pengumpulan Hasil (TPH) serta ke pabrik. Dalam pemanenan, perlu diperhatikan
beberapa kriteria tertentu sebab tujuan panen kelapa sawit adalah memperoleh produksi
yang baik dengan rendemen minyak yang tinggi. ( Tim Penulis, 1997 )
2.2. Minyak Kelapa Sawit
Minyak sawit telah luas digunakan sebagai bahan baku produk pangan dan non
pangan. Untuk aplikasi menjadi beberapa produk minyak sawit harus memiliki mutu
yang baik dan disesuaikan dengan karakteristiknya. Produk pangan lebih dititik
beratkan pada titik leleh dan kandungan lemak padat sedangkan produk non pangan
pada komposisi asam lemak. ( Hasibuan, 2012 )
Seperti jenis minyak yang lain, minyak sawit tersusun dari unsur C, H, dan O.
Minyak sawit ini terdiri dari fraksi padat dan fraksi cair dengan perbandingan yang
seimbang. Penyusun fraksi padat terdiri dari asam lemak jenuh, antara lain asam miristat
lemak tidak jenuh yang terdiri dari asam oleat (39%) dan asam linoleat (11%). ( Tim
Penulis, 1997 )
Minyak kelapa sawit dapat dihasilkan dari inti kelapa sawit yang dinamakan
minyak inti kelapa sawit (palm kernel oil) dan sebagai hasil samping ialah bungkil inti
kelapa sawit (palm kernel meal atau pellet).
Bungkil inti kelapa sawit adalah inti kelapa sawit yang telah mengalami proses
ekstraksi dan pengeringan. Sedangkan pellet adalah bubuk yang telah dicetak kecil-kecil
berbentuk bulat panjang dengan diameter lebih kurang 8 mm. Setelah itu bungkil kelapa
sawit dapat digunakan sebagai makanan ternak. ( Ketaren, 1986 )
Crude Palm Oil yang diekstrak secara komersial dari TBS walaupun dalam
jumlah kecil mengandung komponen dan pengotor yang tidak diinginkan. Komponen ini termasuk serat mesokrap, kelembaban, bahan-bahan tidak larut, asam lemak bebas, phospholipida, logam, produk oksidasi, dan bahan-bahan yang memiliki bau yang kuat.
Sehingga diperlukan proses pemurnian sebelum digunakan. Pemurnian CPO dapat dilakukan dengan dua metode yaitu pemurnian fisik dan pemurnian kimiawi. Perbedaan utama dua jenis pemurnian ini ada pada cara menghilangkan asam lemak bebas. Akan
tetapi kedua metode dapat menghasilkan refined bleached deodorized palm oil (RBDPO) yang memiliki kualitas dan stabilitas yang diinginkan. ( Ayustaningwarno,
2012 )
Minyak kelapa sawit diekstraksi dari mesocarp buah kelapa mengandung sekitar
50% lemak dan 40% lemak tak jenuh. Kelapa sawit terdiri dari 16 karbon asam lemak
merupakan asam lemak omega-6 tak jenuh. Asam linoleat adalah salah satu dari dua
asam lemak esensial yang manusia memerlukannya. ( Okolo and Adejumo, 2014 )
Ada beberapa perbedaan kecil antara metode ekstraksi minyak yang digunakan
oleh petani kecil dan proses yang berlaku di pabrik minyak industri. Setelah dipanen,
TBS diperbolehkan untuk fermentasi untuk waktu ( 1 - 6 hari ) pada suhu kamar,
sehingga memungkinkan mudah pemisahan buah dari kelompok itu. Buah kemudian
direbus selama beberapa jam. Dalam metode tradisional, buah direbus ditumbuk
menjadi bubur menggunakan mortir dan alu atau diinjak, dan minyak dipisahkan dengan
menambahkan air dan menekan off. Dalam banyak metode modern, menekan sekrup
manual atau bermotor yang digunakan untuk memeras minyak dari buah direbus.
Minyak akhirnya dipanaskan untuk menghilangkan air sisa. ( Frank et al, 2011 )
Faktor-faktor yang mempengaruhi mutu minyak kelapa sawit adalah air dan
kotoran, asam lemak bebas, bilangan peroksida dan adanya pemucatan. Faktor-faktor
lainnya adalah titik cair, kandungan trigliserida padat, refining loss, plasticity dan
spreadability, sifat transparan, kandungan logam berat dan bilangan penyabunan. Semua
factor ini perlu dianalisis untuk mengetahui mutu minyak inti kelapa sawit. ( Ketaren,
1986 )
2.3. Komposisi Kimia Minyak Kelapa Sawit
Kelapa sawit mengandung lebih kurang 80 persen pericarp dan 20 persen buah
yang dilapisi kulit yang tipis; kadar minyak dalam pericarp sekitar 34-40 persen.
Rata-rata komposisi asam lemak minyak kelapa sawit dapat dilihat pada table
2.1. Bahan yang tidak dapat disabunkan jumlahnya sekitar 0,3 persen.
Tabel 2.1. Komposisi Asam Lemak Minyak Kelapa Sawit dan Minyak Inti Kelapa Sawit
Asam lemak Minyak kelapa sawit (persen)
Kandungan karotene dapat mencapai 1000 ppm atau lebih, tetapi dalam minyak
dari jenis tenera lebih kurang 500-700 ppm; Kandungan tokoferol bervariasi dan
dipengaruhi oleh penanganan selama produksi. (Ketaren, 1986).
2.4. Sifat Fisiko-Kimia Minyak Kelapa Sawit
Sifat fisiko-kimia minyak kelapa sawit meliputi warna, bau, dan
flavor,kelarutan, titik cair dan polymorphism, titik didih (boiling point), titik pelonakan, slipping point, shot melting point; bobot jenis, indeks bias, titik kekeruhan (turbidity point), titik asap, titik nyala dan titik api.
Beberapa sifat fisiko-kimia dari kelapa sawit nilainya dapat dilihat pada tabel
Tabel 2.2. Nilai Sifat Fisiko-Kimia Minyak Sawit dan Minyak Inti Sawit
Sifat Minyak Sawit Minyak inti sawit
Bobot jenis pada suhu kamar 0,900 0,900 - 0,913
Indeks bias D 40oC 1,4565 – 1,4585 1,495 – 1,415
Bilangan Iod 48 - 56 14 – 20
Bilangan Penyabunan 196 - 205 244 – 254
Sumber: Krischenbauer (1960)
Warna minyak ditentukan oleh adanya pigmen yang masih tersisa setelah proses
pemucatan, karena asam-asam lemak dan gliserida tidak berwarna.Warna orange atau
kuning disebabkan adanya pigmen karotene yang larut dalam minyak.
Bau dan flavor dalam minyak terdapat secara alami, juga terjadi akibat adanya
asam-asam lemak berantai pendek akibat kerusakan minyak. Sedangkan bau khas
minyak kelapa sawit ditimbulkan oleh persenyawaan beta ionone.
Titik cair minyak sawit berada dalam nilai kisaran suhu, karena minyak kelapa
sawit mengandung beberapa macam asam lemak yang mempunyai titik cair yang
berbeda-beda.
Perbandingan sifat antara minyak kelapa sawit sebelum dan sesudah dimurnikan dapat dilihat pada Tabel 2.3.
Tabel 2.3. Sifat Minyak Kelapa Sawit Sebelum dan Sesudah Dimurnikan
Sifat Minyak sawit kasar Minyak sawit murni
Titik cair : awal
2.5. Asam Lemak Bebas
Asam lemak bebas adalah asam lemak bebas yang berada sebagai asam lemak
bebas tidak terikat sebagai trigliserida. Asam lemak bebas dihasilkan oleh proses
hidrolisis dan oksidasi, biasanya bergabung dengan lemak netral. Hasil reaksi hidrolisis
minyak sawit adalah gliserol dan asam lemak bebas. Reaksi ini akan dipercepat dengan
adanya faktor-faktor panas, air, keasaman, dan katalis (enzim). Semakin lama reaksi ini
berlangsung, maka semakin banyak kadar asam lamak bebas yang terbentuk.
Dalam perhitungan kadar asam lemak bebas minyak sawit dianggap sebagai
Asam Palmitat ( berat molekul 256 ). Daging kelapa sawit mengandung enzim lipase
yang dapat menyebabkan kerusakan pada mutu minyak ketika struktur seluler
terganggu. Enzim yang berada didalam jaringan daging buah tidak aktif karena
terselubung oleh lapisan vakuola, sehingga tidak dapat berinteraksi dengan minyak yang
banyak terkandung pada daging buah. Masih aktif di bawah 15 °C dan non aktif dengan
temperatur di atas 50 °C. Apabila trigliserida bereaksi dengan air maka menghasilkan
gliserol dan asam lemak bebas. ( Sumarna, 2014 )
Pada berbagai studi penggorengan, peningkatan asam lemak sangat dipengaruhi
oleh kadar air, jenis dan kandungan minyak, serta komponen lain pada bahan yang
dapat bereaksi dengan asam lemak bebas yang ada pada minyak goreng. Penurunan
kandungan asam lemak bebas selama pemanasan dilaporkan pada studi deodorisasi
minyak sawit merah. Penurunan kandungan asam lemak bebas selama pemanasan lanjut
hanya terjadi bila kecepatan pembentukan asam lemak bebas lebih lambat daripada
penguraian atau perubahan asam lemak bebas menjadi senyawa yang mudah menguap.
antioksidan mampu memperlambat pembentukan asam lemak bebas selamapemanasan.
Ikatan rangkap yang ada pada struktur β-karoten membuat senyawa tersebut tidak stabil
dan mudah bereaksi dengan asam lemak bebas yang ada. ( Budiyanto dkk, 2010 )
Semakin rendah kadar ALB, air dan kotoran maka mutu minyak semakin baik.
Apabila kadar air tinggi akan menyebabkan terjadinya reaksi hidrolisis trigliserida
sehingga kadar ALB meningkat. ( Hasibuan, 2012 )
Berdasarkan penelitian pendahuluan yang dilaksanakan di pabrik pengolahan
sawit Kalimantan Tengah, didapatkan bahwa asam lemak bebas pada CPO akan
mengalami kenaikan sebesar 0,2404 % perhari. CPO yang disimpan dalam oil tank
selama 6 hari menunjukkan adanya kenaikan kadar asam lemak bebas yaitu sekitar
0.247 % perharinya. Penyebab kenaikan ALB pada CPO, disebabkan oleh adanya
proses hidrolisa selama penyimpanan. Selama proses hidrolisa, trigliserida akan
bereaksi dengan adanya air dan membentuk gliserol dan ALB. Kenaikan asam lemak
bebas selama penyimpanan, akan mempengaruhi hasil rendemen minyak dari
pengolahan CPO. Minyak kelapa sawit kasar yang memiliki asam lemak bebas tinggi,
cenderung akan menurunkan rendemen minyak kelapa sawit murni (hasil refining) yaitu
sekitar ± 5 – 13 %. ( Kurniati dan Susanto, 2015 )
2.6. Pengolahan Hasil Kelapa Sawit
Pengolahan TBS di pabrik bertujuan untuk memperoleh minyak sawit yang
berkualitas baik. Proses tersebut berlangsung cukup panjang dan memerlukan kontrol
yang cermat, dimulai dari pengangkutan TBS atau brondolan dari TPH ke pabrik
Kegiatan pengolahan utama terlepas dari jenis pengolahan yang dapat
mempengaruhi kualitas minyak sawit yang dihasilkan termasuk memar selama
transportasi, fermentasi sebelum pengirikan, klarifikasi dan penyimpanan (Ohimain et
al, 2013)
Pada dasarnya ada dua macam hasil olahan utama pengolahan TBS di pabrik,
yaitu :
- minyak sawit yang merupakan hasil pengolahan daging buah, dan
- minyak inti sawit yang dihasilkan dari ekstraksi inti sawit.
Secara ringkas, tahap-tahap proses pengolahan TBS sampai dihasilkan minyak akan
diuraikan lebih lanjut berikut ini.
1. Pengangkutan TBS ke pabrik
Tandan buah segar hasil pemanenan harus segera diangkut ke pabrik untuk
diolah lebih lanjut. Pada buah yang tidak segera diolah, maka kandungan ALB-nya
semakin meningkat. Untuk menghindari hal tersebut, maksimalnya 8 jam setelah panen,
TBS harus segera diolah.
Pemilihan alat angkut yang tepat dapat membantu mengatasi masalah kerusakan
buah selama pengangkutan. Ada beberapa alat angkut yang dapat digunakan untuk
mengangkut TBS dari perkebunan ke pabrik, yaitu lori, traktor gandeng, atau truk.
Pengangkutan dengan lori lebih baik daripada dengan alat angkut lain. Guncangan
gandengan sehingga pelukan pada buah sawit juga lebih banyak. Hal tersebut
menyebabkan semakin meningkatnya kandungan ALB pada buah yang diangkut.
2. Perebusan TBS
Buah beserta lorinya kemudian direbus dalam suatu tempat perebusan
(sterilizer) atau dalam ketel rebus. Perebusan dilakukan dengan mengalirkan uap panas selama 1 jam atau tergantung pada besarnya tekanan uap. Pada umumnya, besarnya
tekanan uap yang digunakan adalah 2,5 atmosfer dengan suhu uap 125°C. Perebusan
yang terlalu lama dapat menurunkan kadar minyak dan pemucatan kernel. Sebaliknya,
perebusan dalam waktu yang terlalu pendek menyebabkan semakin banyak buah yang
tidak rontok dari tandanya. Tujuan perebusan adalah :
- merusak enzim lipase yang menstimulir pembentukan ALB,
- mempermudah pelepasan buah dari tandan dan inti dari cangkang,
- memperlunak daging buah sehingga memudahkan proses pemerasan, serta
- untuk mengkoagulasikan (mengendapkan) protein sehingga memudahkan
pemisahan minyak.
3. Perontokan dan pelumatan buah
Setelah perebusan lori-lori yang berisi TBS ditarik keluar dan diangkat dengan
alat Hoisting Crane yang digerakkan dengan motor. Hoisting Crane akan membalikkan
TBS ke atas mesin perontok buah (thresher). Dari thresher, buah-buah yang telah rontok
dibawa ke mesin pelumat (digester). Untuk lebih memudahkan penghancuran daging
4. Pemerasan atau ekstraksi minyak sawit
Untuk memisahkan biji sawit dari hasil lumatan TBS, maka perlu dilakukan
pengadukan selama 25 – 30 menit. Setelah lumatan buah bersih dari biji sawit, langkah
selanjutnya adalah pemerasan atau ekstraksi yang bertujuan untuk mengambil minyak
dari masa adukan. Ada beberapa cara dan alat yang digunakan dalam proses ekstraksi
minyak, yaitu seperti berikut.
a. Ekstraksi dengan sentrifugasi
Alat yang dipakai berupa tabung baja silindris yang berlubang-lubang pada
bagian dindingnya. Buah yang telah lumat, dimasukkan ke dalam tabung, lalu diputar.
Dengan adanya gaya sentrifusi, maka minyak akan keluar melalui lubang-lubang pada
dinding tabung.
b. Ekstraksi dengan cara srew press
Prinsip ekstraksi minyak dengan cara ini adalah menekan bahan lumatan dalam
tabung yang berlubang dengan alat ulir yang berputar sehingga minyak akan keluar
lewat lubang-lubang tabung. Besarnya tekanan alat ini dapat diatur secara elektris, dan
tergantung dari volume bahan yang akan dipress. Cara ini mempunyai kelemahan yaitu
pada tekanan yang terlampau kuat akan menyebabkan banyak biji yang pecah.
c. Ekstraksi dengan bahan pelarut
Cara ini lebih sering dipakai dalam ekstraksi minyak biji-bijian, termasuk
minyak inti sawit. Sedangkan ekstraksi minyak sawit dari daging buah, belum umum
ini adalah dengan menambah pelarut tertentu pada lumatan daging buah sehingga
minyak akan terpisah dari partikel yang lain.
d. Ekstraksi dengan tekanan hidrolisis
Dalam sebuah peti pemeras, bahan ditekan secara otomatis dengan tekanan
hidrolisis.
5. Pemurnian dan penjernihan minyak sawit
Minyak sawit yang keluar dari tempat pemerasan atau pengepresan masih
berupa minyak sawit kasar karena masih mengandung kotoran berupa partikel-partikel
dari tempurung dan serabut serta 40 – 45 % air.
Agar diperoleh minyak sawit yang bermutu baik, minyak sawit kasar tersebut
mengalami pengolahan lebih lanjut. Minyak sawit yang masih kasar kemudian dialirkan
kedalam tangki minyak kasar (Crude Oil Tank) dan setelah melalui pemurnian atau
klarifikasi yang bertahap, maka akan dihasilkan minyak sawit mentah (Crude Palm Oil,
CPO). Proses penjernihan dilakukan untuk menurunkan kandungan air di dalam
minyak. Minyak sawit ini dapat ditampung dalam tangki-tangki penampungan dan siap
dipasarkan atau mengalami pengolahan lebih lanjut sampai dihasilkan minyak sawit
murni (Processed Palm Oil, PPO) dan hasil olahan lainnya.
6. Pengeringan dan pemecahan biji
Biji sawit yang telah dipisah pada proses pengadukan, diolah lebih lanjut untuk
diambil minyaknya. Sebelum dipecah, biji-biji sawit dikeringkan dalam silo, minimal
Akibat proses pengeringan ini, inti sawit akan mengerut sehingga memudahkan
pemisahan inti sawit dari tempurungnya. Biji-biji sawit yang sudah kering kemudian
dibawa ke alat pemecah biji.
7. Pemecahan inti sawit dari tempurung
Pemisahan inti dari tempurungnya berdasarkan perbedaan berat jenis (BJ) antara
inti sawit dan tempurung. Alat yang digunakan disebut hydrocyclone separator. Dalam
hal ini, inti dan tempurung dipisahkan oleh aliran air yang berputar dalam sebuah
tabung. Atau dapat juga dengan mengapungkan biji-biji yang telah pecah dalam larutan
lempung yang mempunyai BJ 1,16. Dalam keadaan ini inti sawit akan terpisah dengan
tempurungnya, inti sawit mengapung sedangkan tempurung tenggelam. Proses
selanjutnya adalah pencucian inti sawit dan tempurung sampai bersih.
Untuk menghindari kerusakan akibat mikroorganisme, maka inti sawit harus
segera dikeringkan dangan suhu 80 °C. Setelah kering, inti sawit dapat dipak atau diolah
lebih lanjut, yaitu diekstraksi sehingga dihasilkan minyak inti sawit (Palm Kernel Oil,
PKO). (Tim Penulis, 1997)
2.7. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Mutu Minyak Sawit
Rendahnya mutu minyak sawit sangat ditentukan oleh banyak faktor.
Faktor-faktor tersebut dapat langsung dari sifat pohon induknya penanganan pascapanen, atau
kesalahan selama pemrosesan dan pengangkutannya. Berikut ini akan dikemukakan
beberapa hal yang secara langsung berkaitan dengan penurunan mutu minyak sawit dan
sekaligus cara pencegahannya, secara standar mutu minyak sawit yang dikehendaki
1. Asam lemak bebas (free fatty acid)
Asam lemak bebas dalam konsentrasi tinggi yang terikut dalam minyak sawit
sangat merugikan. Tingginya asam lemak bebas ini mengakibatkan rendemen minyak
turun. Untuk itulah perlu dilakukan usaha pencegahan terbentuknya asam lemak bebas
dalam minyak sawit. Kenaikan kadar ALB ditentukan mulai dari saat tandan dipanen
sampai tandan diolah di pabrik. Kenaikan ALB ini disebabkan adanya reaksi hidrolisa
pada minyak. Pemanenan pada waktu yang tepat merupakan salah satu usaha untuk
menaikkan rendemen minyak.
2. Kadar zat menguap dan kotoran
Bagi negara konsumen terutama negara yang telah maju, selalu menginginkan
minyak sawit yang benar-benar bermutu. Permintaan tersebut cukup beralasan sebab
minyak sawit tidak hanya digunakan sebagai bahan baku dalam industri non pangan
saja, tetapi banyak industri pangan yang membutuhkannya. Lagi pula, tidak semua
pabrik minyak kelapa sawit mempunyai teknologi dan instalasi yang lengkap, terutama
yang berkaitan dengan proses penyaringan minyak sawit. Pada umumnya, penyaringan
hasil minyak sawit dilakukan dalam rangkaian proses pengendapan, yaitu minyak sawit
jernih dimurnikan dengan sentrifugasi.
Dengan proses di atas, kotoran-kotoran yang berukuran besar memang bisa
disaring. Akan tetapi, kotoran-kotoran atau serabut yang berukuran kecil tidak bisa
disaring, hanya melayang-layang di dalam minyak sawit sebab berat jenisnya sama
belum menjamin mutu minyak sawit. Kemantapan minyak sawit harus dijaga dengan
cara membuang kotoran dan zat menguap.
3. Kadar logam
Beberapa jenis bahan logam yang dapat terikut dalam minyak sawit antara lain
besi, tembaga, dan kuningan. Logam-logam tersebut biasanya berasal dari alat-alat
pengolahan yang digunakan. Mutu dan kualitas minyak sawit yang mengandung
logam-logam tersebut akan turun. Sebab dalam kondisi tertentu, logam-logam-logam-logam itu dapat
menjadi katalisator yang menstimulir reaksi oksidasi minyak sawit. Reaksi ini dapat
dimonitor dengan melihat perubahan warna minyak sawit yang semakin gelap dan
akhirnya menyebabkan ketengikan. Pengurangan unsur-unsur logam yang terikut dalam
minyak sawit sangat menentukan peningkatan mutu minyak sawit.
4. Angka oksidasi
Proses oksidasi yang distimulir oleh logam jika berlangsung dengan intensif
akan mengakibatkan ketengikan dan perubahan warna (menjadi semakin gelap).
Keadaan ini jelas sangat merugikan sebab mutu minyak sawit menjadi menurun.
Konsumen atau pabrik yang menggunakan minyak sawit sebagai bahan baku dapat
menilai mutu dan kualitasnya dengan melihat angka oksidasi. Dari angka ini dapat
diperkirakan sampai sejauh mana proses oksidasi berlangsung sehingga dapat pula
dinilai kemampuan minyak sawit untuk menghasilkan barang jadi yang memiliki daya
tahan dan daya simpan yang lama.
Minyak sawit mempunyai warna kuning oranye sehingga jika digunakan sebagai
bahan baku untuk pangan perlu dilakukan pemucatan. Pemucatan ini dimaksudkan
untuk mendapatkan warna minyak sawit yang lebih memikat dan sesuai dengan
kebutuhannya. Keintesifan pemucatan minyak sawit sangat ditentukan oleh kualitas
minyak sawit yang bersangkutan. Berdasarkan standar mutu minyak sawit untuk
pemucatan dengan alat lovibond dapat diketahui dosis bahan-bahan pemucatan yang
dibutuhkan, biaya, serta rendemen hasil akhir yang akan diperoleh.(Tim Penulis, 1997)
2.8. Kadar Air
Kadar air adalah jumlah air yang terkandung dalam minyak yang menentukan
mutu minyak. Semakin rendah kadar air, maka kualitas minyak tersebut semakin baik.
Hal ini dikarenakan adanya air dalam minyak dapat memicu reaksi hidrolisis yang
menyebabkan penurunan mutu minyak. ( Sumarna, 2014 )
Kadar air yang tinggi pada proses produksi maupun peralatan dapat
meningkatkan kadar asam lemak bebas. Untuk menghindari hal tersebut, diusahakan
agar selalu kering atau kadar air yang seminimum mungkin.
Kadar air yang berada di luar standar normal disebabkan oleh :
a. Faktor manusia
Kelelahan yang dialami karyawan akibat jam kerja yang terlalu lama tentunya
akan menyebabkan konsentrasi semakin menurun. Konsentrasi yang kurang
menyebabkan kinerja semakin menurun kualitasnya sehingga secara tidak langsung
b. Faktor metode kerja
Perebusan yang tidak sempurna mengakibatkan kadar air yang terdapat pada
minyak kelapa sawit menjadi tinggi. ( Lubis dkk, 2012 )
Tingginya kadar air dalam minyak kelapa sawit akan memicu tumbuhnya
sejumlah mikroorganisme yang dapat memecah trigliserida menjadi asam lemak bebas.
Mikroba dalam proses metabolism (jamur, ragi, dan bakteri) membutuhkan air, senyawa
nitrogen dan garam mineral. Minyak yang telah dimurnikan biasanya masih
mengandung mikroba berjumlah maksimum 10 organisme setiap 1 gram lemak, dapat
dikatakan streril. Mikroba yang menyerang bahan pangan berlemak biasanya termasuk
tipe mikroba pathologi, tapi umumnya dapat merusak lemak dengan menghasilkan cita
rasa tidak enak, disamping menimbulkan perubahan warna (dis-coloration). ( Kurniati
dan Susanto, 2015 )
Kadar air tampaknya memiliki peningkatan, penurunan, dan kemudian
meningkatkan efek pada nilai-nilai asam lemak bebas. Fenomena ini mungkin
disebabkan oleh proses hidrolisis yang terjadi pada minyak dan mungkin telah
disebabkan oleh air dan enzim lipase. Hidrolisis terjadi sebagai akibat dari kadar air dan
aktivitas enzim. ( Orhevba et al, 2013 )
Reaksi hidrolisis terjadi ketika suatu asam bertemu dengan basa yang akan
menghasilkan garam dan air yang merubah pH dari campuran tersebut. Dalam reaksi
hidrolisis, terjadi penarikan H+ dan OH- dari senyawa asam dan basa. H+ dan OH-
berikatan menjadi air. Sedangkan pembentukan senyawa asam dan basa yang lain
bersifat asam atau basa atau netral tergantung dari sifat-sifat para campurannya apakah
asam kuat, asam lemah, basa lemah. ( Sumarna, 2014 )
2.8.1. Metode Penentuan Kadar Air dan Zat Menguap
Metode-metode yang digunakan dalam penentuan kadar air dan zat menguap
pada minyak adalah sebagai berikut :
1. Cara hot plate
Cara hot plate dapat digunakan untuk menentukan kadar air dan bahan lain yang
menguap, yang terdapat dalam minyak dan lemak. Cara tersebut dapat digunakan untuk
semua jenis minyak dan lemak, termasuk emulsi seperti mentega dan margarin, serta
minyak kelapa dengan kadar asam lemak bebas yang tinggi. Untuk minyak yang
diperoleh melalui ekstraksi dengan pelarut menguap, cara tersebut tidak dapat
digunakan. Sebelum dilakukan pengujian contoh, minyak harus diaduk dengan baik
karena air cenderung untuk mengendap. Dengan pengadukan, maka penyebaran air
dalam contoh akan merata.
Contoh ditimbang 5 sampai 20 gr di dalam gelas piala yang kering dan telah
didinginkan dalam desikator. Kemudian contoh dipanaskan di atas hot plate sambil
memutar gelas piala secara perlahan-lahan dengan tangan, agar minyak tidak memercik.
Pemanasan dihentikan setelah tidak terlihat lagi gelembung gas atau buih. Cara lain
yang lebih baik, yaitu dengan meletakkan gelas arloji di atas gelas piala. Adanya uap air
dapat dilihat dari air yang mengembun pada gelas arloji. Pada akhir pemanasan, suhu
desikator dan didinginkan sampai suhu kamar, kemudian ditimbang. Penyusutan bobot
disebabkan oleh bobot dari air dan zat menguap yang terkandung dalam minyak.
Kadar minyak dan zat yang menguap (%) =
2. Cara oven terbuka
Cara oven terbuka ( air oven method ) digunakan untuk lemak hewani dan
nabati, tetapi tidak dapat digunakan untuk minyak yang mengering ( drying oils ) atau
setengah mengering ( semi drying oils ).
Contoh yang telah diaduk, selanjutnya ditimbang seberat 5 gram di dalam “
cawan kadar air “ ( moisture dish ), lalu dimasukkan kedalam oven dan dikeringkan
padda suhu 105 °C ± 1 °C selama 30 menit. Contoh diangkat dari oven dan didinginkan
di dalam desikator sampai suhu kamar, kemudian ditimbang. Pekerjaan ini diulang
sampai kehilangan bobot selama pemanasan 30 menit tidak lebih dari 0,05 %.
Kadar minyak dan zat yang menguap (%) =
3. Cara oven hampa udara
Cara oven hampa udara ( vacuum oven method ) dapat digunakan untuk semua
jenis minyak dan lemak kecuali minyak kelapa dan minyak sejenis ynag tidak
mengandung asam lemak bebas lebih dari 1 %.
Contoh yang telah diaduk ditimbang seberat 5 gram di dalam “ cawan kadar air “. Kemudian dikeringkan dalam oven hampa udara pada suhu tidak lebih dari 25 °C.
kemudian ditimbang. Bobot tetap diperoleh jika selama pengeringan 1 jam perbedaan
penyusutan bobot tidak lebih dari 0,05 %.
Kadar minyak dan zat yang menguap (%) =
( Ketaren.S, 1986 )
2.9. Standar Mutu Minyak Sawit
Minyak sawit memegang peranan penting dalam perdagangan dunia. Oleh
karena itu, syarat mutu harus menjadi perhatian utama dalam perdagangan. Istilah mutu
minyak sawit dapat dibedakan menjadi dua arti. Pertama, benar-benar murni dan tidak
bercampur dengan minyak nabati lain. Mutu munyak sawit tersebut dapat ditentukan
dengan menilai sifat-sifat fisiknya, yaitu dengan mengukur nilai titik lebur angka
penyabunan dan bilangan yodium. Kedua ,pengertian mutu minyak sawit berdasarkan
ukuran. Dalam hal ini syarat mutu diukur berdasarkan spesifikasi standar mutu
internasional yang meliputi kadar ALB, air, kotoran, logam besi, logam tembaga,
peroksida, dan ukuran pemucatan.
Kebutuhan mutu minyak sawit yang digunakan sebagai bahan baku industri
pangan dan nonpangan masing-masing berbeda. Oleh karena itu keaslian, kemurnia,
kesegaran, maupun aspek higenisnya harus lebih diperhatikan. Rendahnya mutu minyak
sawit ditentukan oleh banyak factor. Faktor-faktor tersebut dapat langsung dari sifat
pohon induknya, penanganan pascapanen, atau kesalahan selama pemrosesan dan
pengangkutan. Selain itu, ada beberapa faktor yang secara langsung berkaitan dengan
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kelapa sawit merupakan tumbuhan tropis yang tergolong dalam famili Palmae dan
berasal dari Afrika Barat. Meskipun demikian, dapat tumbuh di luar daerah asalnya,
termasuk di Indonesia. Kelapa sawit didatangkan ke Indonesia pada tahun 1848 dan
mulai dibudidayakan secara komersial dalam bentuk perusahaan perkebunan pada tahun
1911. Hingga kini tanaman ini terus diusahakan dalam bentuk perkebunan dan pabrik
pengolahan kelapa sawit.
Kelapa sawit merupakan tanaman dengan nilai ekonomis yang cukup tinggi
karena merupakan salah satu tanaman penghasil minyak nabati. Bagi indonesia, kelapa
sawit memiliki arti penting karena mampu menciptakan kesempatan kerja bagi
masyarakat dan sebagai sumber dan perolehan devisa negara. Sampai saat ini Indonesia
merupakan salah satu produsen utama minyak sawit (CPO) dunia selain Malaysia dan
Nigeria.
Kelapa sawit mengandung kurang lebih 80% perikarp dan 20% buah yang
dilapisi kulit yang tipis. Kelapa sawit menghasilkan dua macam minyak yang sangat
berlainan sifatnya, yaitu :
1. Minyak sawit (CPO), yaitu minyak yang berasal dari sabut kelapa sawit.
Pada umumnya minyak sawit mengandung lebih banyak asam-asam palmitat,
oleat dan linoleat jika dibandingkan dengan minyak inti sawit. Minyak sawit merupakan
gliserida yang terdiri dari berbagai asam lemak, sehingga titik lebur dari gliserida
tersebut tergantung pada kejenuhan asam lemaknya. Semakin jenuh asam lemaknya
semakin tinggi titik lebur dari minyak sawit tersebut.
Pengolahan tandan buah segar (TBS) di pabrik bertujuan untuk memperoleh
minyak sawit yang berkualitas baik. Proses tersebut berlangsung cukup panjang dan
memerlukan kontrol yang cermat, dimulai dari pengangkutan tandan buah segar (TBS)
atau brondolan dari tempat pengumpulan hasil (TPH) ke pabrik sampai dihasilkan
minyak sawit dan hasil sampingnya.
Penentuan saat panen sangat mempengaruhi kandungan asam lemak bebas
(ALB) minyak sawit yang dihasilkan. Apabila pemanenan buah dilakukan dalam
keadaan lewat matang, maka minyak yang dihasilkan mengandung asam lemak bebas
(ALB) dalam persentase tinggi (lebih dari 5%). Sebaliknya, jika pemanenan dilakukan
dalam keadaan buah belum matang, selain kadar asam lemak bebasnya rendah,
rendemen minyak yang diperoleh juga rendah.
Asam lemak bebas terbentuk karena adanya kegiatan enzim lipase yang
terkandung di dalam buah dan berfungsi memecah lemak / minyak menjadi asam lemak
bebas dan gliserol. Kerja enzim tersebut semakin aktif bila struktur sel buah matang
Dalam penentuan kualitas minyak kelapa sawit kadar air yang melebihi standar
juga dapat mempengaruhi kualitas suatu minyak. Karena air dapat mempercepat reaksi
hidrolisa pada minyak. Hasil reaksi hidrolisa pada minyak sawit adalah asam lemak
bebas dan gliserol. Semakin lama reaksi ini berlangsung maka akan semakin banyak
kadar asam lemak bebas yang akan terbentuk.
Minyak sawit memegang peranan penting dalam perdagangan dunia. Oleh
karena itu, syarat mutu harus menjadi perhatian utama dalam perdagangan. Mutu
minyak sawit tersebut dapat ditentukan berdasarkan spesifikasi standar mutu
internasional yang meliputi kadar asam lemak bebas, air, kotoran, logam besi, logam
tembaga, peroksida, dan ukuran pemucatan.
Berdasarkan uraian diatas, penulis ingin mengetahui beberapa kadar air dan
kadar asam lemak bebas yang terdapat didalam minyak sawit mentah (crude palm oil).
1.2. Permasalahan
Apakah kadar air dan kadar asam lemak bebas pada minyak sawit mentah (crude
palm oil) yang dilakukan di PT. SUCOFINDO GATOT SUBROTO sudah sesuai
dengan standar mutu perusahaan.
1.3. Tujuan
Untuk mengetahui kadar air dan kadar asam lemak bebas dari minyak sawit
mentah (crude palm oil), sehingga dapat digunakan dengan baik sesuai dengan standar
1.4. Manfaat
Dengan mengetahui kadar air dan kadar asam lemak bebas yang terdapat dalam
minyak sawit mentah (crude palm oil) yang di analisa, maka dapat diketahui bahwa
minyak sawit tersebut sudah memenuhi standar mutu atau belum, sehingga pihak
perusahaan dapat melakukan penanganan lebih lanjut untuk meningkatkan mutu minyak
sawit tersebut.
PENENTUAN KADAR AIR DAN KADAR ASAM LEMAK BEBAS PADA MINYAK SAWIT MENTAH ( CRUDE PALM OIL )
ABSTRAK
Telah dilakukan percobaan penentuan kadar air dan kadar asam lemak bebas pada minyak sawit mentah ( crude palm oil ). Dimana pada penentuan kadar air dilakukan dengan metode gravimetri dengan cara pemanasan didalam oven pada suhu 130 oC selama 30 menit. Sedangkan penentuan kadar asam lemak bebas dilakukan dengan metode titrasi volumetri dengan menggunakan larutan standar NaOH 0,25 N dengan penambahan indikator phenoptalein. Hasil kadar air yang diperoleh adalah 0,1647 % - 0,2199 %, sedangkan kadar asam lemak bebasnya adalah 3,7822 % - 4,1405 % . Maka dapat disimpulkan bahwa analisa terhadap minyak sawit mentah masih sesuai dengan standar mutu yang ditetapkan oleh perusahaan.
DETERMINATION MOISTURE CONTENT AND FREE FATTY ACID OF CRUDE PALM OIL
ABSTRACT
Had been experiment determination of moisture content and free fatty acids content in crude palm oil. Where was determination of moisture content by gravimetric method performed by heat method in oven at temperature 130 ° C until 30 minutes. While the determination of free fatty acid content performed by volumetric titration method using standard solution of NaOH 0,25 N with used an indicators phenoptalein. The results obtained moisture content is 0,1647% - 0,2199%, while free fatty acid content is 3,7822% - 4,1405%. the conclusion for analysis of the crude palm oil is still in accordance with the quality standard set by the company.
PENENTUAN KADAR AIR DAN KADAR ASAM LEMAK BEBAS PADA MINYAK SAWIT MENTAH (CRUDE PALM OIL)
TUGAS AKHIR
RIO MARETANTO SINAGA 132401146
PROGRAM D-3 KIMIA DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
KADAR AIR DAN KADAR ASAM LEMAK BEBAS PADA MINYAK SAWIT MENTAH (CRUDE PALM OIL)
TUGAS AKHIR
Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat memperoleh gelar Ahli Madya
RIO MARETANTO SINAGA 132401146
PROGRAM D-3 KIMIA DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PERSETUJUAN
Judul :PENENTUAN KADAR AIR DAN KADAR ASAM LEMAK BEBAS PADA MINYAK
SAWIT MENTAH ( CRUDE PALM OIL )
Kategori : TUGAS AKHIR
Nama : RIO MARETANTO SINAGA
Nomor Induk Mahasiswa : 132401146
Program Studi : DIPLOMA 3 KIMIA Departemen : KIMIA
Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU
PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Disetujui di Medan, Mei 2016
Disetujui Oleh
Ketua Program Studi D3 Kimia Dosen Pembimbing
Dra. Emma Zaidar, M.Si Dra. Emma Zaidar, M.Si NIP : 195512181987012001 NIP : 195512181987012001
Ketua Departemen Kimia FMIPA USU
PERNYATAAN
PENENTUAN KADAR AIR DAN KADAR ASAM LEMAK BEBAS PADA MINYAK SAWIT MENTAH (CRUDE PALM OIL)
TUGAS AKHIR
Saya mengakui bahwa tugas akhir ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.
Medan, Mei 2016
PENGHARGAAN
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini dengan baik. Adapun penulisan tugas akhir ini adalah untuk memenuhi dan melengkapi syarat dalam mengikuti ujian akhir D-3 Kimia di Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sumatera Utara.
Tugas akhir ini ditulis berdasarkan pengamatan penulis selama melaksanakan Praktek Lapangan Kerja ( PKL ) di PT. SUCOFINDO GATOT SUBROTO dengan judul PENENTUAN KADAR AIR DAN KADAR ASAM LEMAK BEBAS PADA MINYAK SAWIT MENTAH ( CRUDE PALM OIL) ‘’.
Dalam penyusunan tugas akhir ini penulis banyak menemukan kendala. Namun berkat bantuan, bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, akhirnya penulis dapat mengatasi berbagai kandala tersebut dengan baik. Atas berkat bantuan, bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak maka pada kesempatan ini dengan segala ketulusan dan kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Kedua orang tua penulis, Ayahanda J. Sinaga dan Ibunda R. Turnip yang telah memberikan doa, motivasi dan dukungan moril maupun materil dalam menyelesaikan karya ilmiah ini.
2. Ibu Dra. Emma Zaidar, M.Si selaku Dosen Pembimbing yang telah dengan tulus memberikan bimbingan kepada penulis dalam membantu penulisan karya ilmiah ini.
3. Ibu Dr. Rumondang Bulan, M.S selaku Ketua Dapertemen Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumaterra Utara
5. Bapak Drs. Philipus H. Siregar, M.Si ( Almarhum ) yang telah dengan tulus memberikan bimbingan kepada penulis dalam membantu penulisan karya ilmiah ini.
6. Ibu Melyanti selaku Operasional Manager ( OM ) laboratorium PT. Sucofindo Gatot Subroto yang telah memberikan fasilitas dan ilmu yang berharga bagi penulis.
7. Seluruh pihak PT. Sucofindo Gatot Subroto yang telah banyak membantu dan membimbing penulis dalam pengerjaan karya ilmiah ini.
8. Rekan praktek lapangan kerja yaitu Ektri Elisa Lumban Gaol, Surya Graha Siahaan dan Dina Oktaviana Togatorop yang turut membantu penulis selama praktek lapangan kerja.
9. Teman-teman seperjuangan Sofyan Eldo Surbakti, Andri Hassan Simbolon, Sahat Fernando Bakara dan Surya Graha Siahaan
10.Seluruh teman-teman D3 Kimia stambuk 2013 dan seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang turut andil dalam membantu penulisan karya ilmiah ini.
Penulis menyadari bahwa tugas akhir ini masih jauh dari kesempurnaa. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari para pembaca untuk kesempurnaan tugas akhir ini. Segala bentuk masukan yang diberikan akan penulis terima dengan senang hati dan penulis ucapkan terima kasih. Harapan penulis, semoga tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi para pembaca umumnya dan bagi penulis khususnya.
Medan, Mei 2016
Penulis
PENENTUAN KADAR AIR DAN KADAR ASAM LEMAK BEBAS PADA MINYAK SAWIT MENTAH ( CRUDE PALM OIL )
ABSTRAK
Telah dilakukan percobaan penentuan kadar air dan kadar asam lemak bebas pada minyak sawit mentah ( crude palm oil ). Dimana pada penentuan kadar air dilakukan dengan metode gravimetri dengan cara pemanasan didalam oven pada suhu 130 oC selama 30 menit. Sedangkan penentuan kadar asam lemak bebas dilakukan dengan metode titrasi volumetri dengan menggunakan larutan standar NaOH 0,25 N dengan penambahan indikator phenoptalein. Hasil kadar air yang diperoleh adalah 0,1647 % - 0,2199 %, sedangkan kadar asam lemak bebasnya adalah 3,7822 % - 4,1405 % . Maka dapat disimpulkan bahwa analisa terhadap minyak sawit mentah masih sesuai dengan standar mutu yang ditetapkan oleh perusahaan.
DETERMINATION MOISTURE CONTENT AND FREE FATTY ACID OF CRUDE PALM OIL
ABSTRACT
Had been experiment determination of moisture content and free fatty acids content in crude palm oil. Where was determination of moisture content by gravimetric method performed by heat method in oven at temperature 130 ° C until 30 minutes. While the determination of free fatty acid content performed by volumetric titration method using standard solution of NaOH 0,25 N with used an indicators phenoptalein. The results obtained moisture content is 0,1647% - 0,2199%, while free fatty acid content is 3,7822% - 4,1405%. the conclusion for analysis of the crude palm oil is still in accordance with the quality standard set by the company.
DAFTAR ISI
2.2. Minyak Kelapa Sawit 10
2.3. Komposisi Kimia Minyak Kelapa Sawit 12 2.4. Sifat Fisiko – Kimia Minyak Kelapa Sawit 13
2.5. Asam Lemak Bebas 15
2.6. Pengolahan Hasil Kelapa Sawit 16 2.7. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Mutu Minyak Sawit 22
2.8. Kadar Air 24
2.8.1. Metode Penentuan Kadar Air dan Zat Menguap 26
BAB 3 METODOLOGI PERCOBAAN
3.1. Penentuan Kadar Air (Moisture Content) 30
3.1.1. Prinsip Kerja 30
3.1.2. Alat-Alat 30
3.1.3. Bahan-Bahan 30
3.1.4. Prosedur Kerja 31
3.1.5. Perhitungan 31
3.2. Penentuan Kadar Asam Lemak Bebas (Free Fatty Acid) 31
3.2.1. Prinsip Kerja 31
4.1.1. Perhitungan Kadar Air (Moisture Content) 34 4.1.2. Penentuan Kadar Asam Lemak Bebas Sebagai Palmitat 36
DAFTAR TABEL
Nomor Tabel Halaman
2.1. Komposisi Asam Lemak Minyak Kelapa Sawit dan 13 Minyak Inti Kelapa Sawit
2.2. Nilai Sifat Fisiko-Kimia Minyak Sawit dan Minyak 14 Inti Sawit
2.3. Sifat Minyak Kelapa Sawit Sebelum dan Sesudah 14 Dimurnikan
2.4. Standar Mutu Minyak Sawit, Minyak Inti Sawit dan 29 Inti Sawit
3.1. Range Asam Lemak bebas, Volume Alkohol dan 33 Normalitas NaOH
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1: Buah kelapa sawit 5
Gambar 2: Irisan melintang dan membusur buah 9 kelapa sawit dari varietas dura, tenera dan psifera
Gambar 3: Perbedaan warna kulit buah pada varietas 9 nigrescens, virescens, dan albescens
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1: Data Hasil Pengamatan Kadar Air 46