i
PENENTUAN KADAR ASAM LEMAK BEBAS (ALB) DARI CRUDE PALM OIL (CPKO)
PADA PT. AGRO JAYA PERDANA MEDAN
KARYA ILMIAH
Diajukan unruk melengkapi tugas dan memenuhi syarat memperoleh Ahli Madya
RINA PRADIKTA 052401085
PROGRAM STUDI DIPLOMA – 3 KIMIA ANALIS DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ii
PENENTUAN KADAR ASAM LEMAK BEBAS (ALB) DARI CRUDE PALM OIL (CPKO)
PADA PT. AGRO JAYA PERDANA MEDAN
KARYA ILMIAH
RINA PRADIKTA 052401085
PROGRAM STUDI DIPLOMA – 3 KIMIA ANALIS DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
iii
PERSETUJUAN
Judul : PENENTUAN KADAR ASAM LEMAK BEBAS
(ALB) DARI CRUDE PALM OIL (CPKO) PADA PT. AGRO JAYA PERDANA MEDAN
Kategori : TUGAS AKHIR
Nama : RINA PRADIKTA
Nomor Induk Mahasiswa : 052401085
Program Studi : DIPLOMA 3 (D3) KIMIA ANALIS
iv
PERNYATAAN
PENENTUAN KADAR ASAM LEMAK BEBAS (ALB) DARI CRUDE PALM OIL (CPKO)
PADA PT. AGRO JAYA PERDANA MEDAN
KARYA ILMIAH
Saya mengakui bahwa tugas akhir ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing – masing disebutkan sumbernya.
Medan, Mei 2008
v
PENGHARGAAN
Puji dan syukur penulis panjakan kepada Tuhan Yang Maha Pengasih dan Penyayang, dengan rahmad dan karunia – Nya kertas karya ilmiah ini berhasil diselesaikan dalam waktu yang telah ditetapkan.
vi
ABSTRAK
vii
MEASURE FREE FATTY ACID (FFA) VALUE FROM CRUDE PALM KERNEL OIL (CPKO) IN PT. AGRO JAYA PERDANA MEDAN
ABSTRACT
ix
BAB III. METODOLOGI PERCOBAAN 21
3.1. Alat dan Bahan 21
3.1.1 Alat 21
3.1.2 Bahan 21
3.2 Cara kerja 21
3.3 Pembuatan Reagen 22
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 23
4.1 Data Percobaan 23 4.2 Perhitungan 24 4.3 Pembahasan 25 BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN 26 5.1 Kesimpulan 26
5.2 Saran 26
DAFTAR PUSTAKA 27
x
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar1.Hidrolisa AsamLemak 15
vi
ABSTRAK
vii
MEASURE FREE FATTY ACID (FFA) VALUE FROM CRUDE PALM KERNEL OIL (CPKO) IN PT. AGRO JAYA PERDANA MEDAN
ABSTRACT
xi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tanaman kelapa sawit ( Elaeis quinensis JACQ ) merupakan tumbuhan tropis golongan
plasma yang termasuk tanaman tahunan. Nama genus Elaeis berasal dari bahasa Yunani
Elaion atau minyak, sedangkan nama spesies Guinensis berasal dari kata Guinea, yaitu
tempat di mana seorang ahli bernama Jacquin menemukan tanaman kelapa sawit pertama
kali di pantai Guinea.
Diperkirakan, pada tahun 1998 kebutuhan rata – rata minyak goreng dalam negri
memcapai 9.4 kilogram per kapita per tahun. Sejalan dengan itu, dalam prediksi yang
dibuat Gapki kebutuhan minyak kelapa sawit akan terus meningkat dari 2.6 juta ton
pertahun pada tahun 1998 menjadi 3.4 juta ton pertahun pada tahun 2010. Pada saat itulah
kebutuhan masyarakat terhadap minyak dan lemak mencapai 13 kilogram perkapita per
tahun.
Di Indonesia pabrik yang menghasilkan minyak inti kelapa sawit dan bungkil inti
kelapa sawit adalah pabrik ekstraksi minyak kelapa sawit Belawan – Deli. Minyak inti
kelapa sawit dan bungkil inti kelapa sawit tersebut hampir seluruhnya diekspor. Dengan
adanya peningkatan nilai ekpor maka diperlukan standar dan pengawasan mutu bungkil
inti kelapa sawit untuk memberikan jaminan mutu pada konsumen.
Oleh karena itu kita harus memperhatikan faktor yang mempengaruhi kualitas dari
xii
pemucatan. Dan faktor – faktor lainnya adalah titik cair, kandungan gliserida padat,
refining loss, plasticity dan spreadability, sifat transparan, kandungan logam berat dan
bilangan penyabunan.
Semua faktor – faktor ini perlu dianalisis untuk mengetahui mutu minyak inti
kelapa sawit. Biasanya faktor yang paling menentukan dari kualitas minyak PKO adalah
ALB, karena ALB dalam jumlah yang tidak diinginkan akan menyebabkan ketengikan
sehingga memperpendek masa simpan dan mengakibatkan hasil (rendemen) minyak
menurun. Kenaikan ALB biasanya disebabkan oleh inti sawit yang pecah dan lamanya
waktu penyimpanan atau penimbunan, yaitu jika tempat penimbunannya lembab atau
kadar air inti sawit terlalu tinggi. Kandungan minyak yang terkandung didalam inti
sekitar 50 % dan kadar FFA nya sekitar 5%.
1.2Permasalahan
Berapakah kadar asam lemak bebas yang terkandung dalam Palm Kernel Oil (PKO)
dari PT.Agro Jaya Perdana dan apakah hasil yang diperoleh telah memenuhi standar
mutu export yang telah ditentukan?
1.3Tujuan
- Untuk mengetahui besarnya kadar asam lemak bebas dari minyak inti kelapa sawit
(CPKO)di PT. Agro Jaya Perdana.
xiii
Dengan melakukan analisa terhadap minyak inti sawit (CPKO) maka dapat mentukan
seberapa besar kadar asam lemak bebas yang terdapat didalam minyak inti sawit
tersebut sehingga dapat mengetahui apakah minyak inti sawit tersebut sudah
memenuhi standart mutu atau belum, sehingga pihak PT. Agro Jaya Perdana dapat
melakukan penanganan untuk menekan naiknya kadar asam lemak bebas sehingga
xiv
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sejarah Tanaman Kelapa Sawit
Kelapa sawit bukanlah tanaman asli di Indonesia. Kelapa sawit pertama kali
diperkenalkan di Indonesia oleh pemerintah kolonial Belanda pada tahun 1848. Ketika itu
ada empat batang bibit kelapa sawit yang dibawa dari Mauritius dan Amsterdam dan
ditanam di Kebun Raya Bogor. Tanaman kelapa sawit mulai diusahakan dan
dibudidayakan secara komersial pada tahun 1911. Perintis usaha perkebunan kelapa sawit
di Indonesia adalah Adrien Hallet, seorang Belgia yang telah belajar banyak tentang
kelapa sawit di Afrika. Budi daya yang dilakukannya diikuti oleh K.Schadt yang
menandai lahirnya perkebunan kelapa sawit di Indonesia mulai berkembang. Tanaman ini
dimasukkan pertama kali dari Afrika sebagai sentra plasma nutfah pada tahun 1848,
ditanam di kebun raya Bogor.
Pada masa pendudukan Belanda, perkebunan kelapa sawit mengalami
xv
pada waktu itu. Namun, kemajuan pesat yang dialami oleh Indonesia tidak diikuti dengan
peningkatan perekonomian nasional. Hasil pengolahan ekspor minyak sawit hanya
meningkatkan perekonomian Negara Asing termasuk Belanda. Kelapa sawit termasuk
produk yang banyak diminati oleh investor karena nilai ekonominya cukup tinggi. Para
investor menginvestasikan modalnya untuk membangun perkebunan dan pabrik
pengolahan kelapa sawit. ( Tim penulis, 2000 )
Percobaan – percobaan banyak dilakukan diberbagai tempat di Jawa dan
Sumatera. Di Sumatera selatan misalnya tanaman di Muara Enim (1869), di Musi Ulu
(1878), di Belitung (1890) dan lain – lain. Pada masa ini, Indonesia tidak seperti dulu
lagi. Dulu, Indonesia dijajah oleh belanda, diduduki oleh Jepang sekitar tiga tahun, dan
dihantam berkali – kali untuk dirobohkan dasar negaranya. Maka dalam hal kelapa sawit
dilakukan beberapa kebijaksanaan, upaya perbaikan, dan pola pengembangan diterapkan
pemerintah.
Pada masa Jepang banyak perkebunan kelapa sawit diganti dengan tanaman
pangan dan pabrik – pabrik dihentikan. Setelah perang usai pada tahun 1947 kebun –
kebun milik Belanda dan milik Bangsa Asing tersebut dikembalikan pada pemiliknya
semula. Setelah diinventariser hanya 47 saja yang dapat dibangun kembali. Beberapa
kebun mengalami kehancuran total seperti Taba Pingin dan Oud Wassenar di Sumatera
Selatan, Ophir di Sumatera Barat, Karang Inou Di Aceh dan beberapa di Riau. Masa ini
termasuk masa sulit karena kultur tehnis dan manajemen kurang terkendali sebagai akibat
xvi
2.2 Tanaman Kelapa Sawit
Tanaman kelapa sawit ( Elaeis quineensis Jacq ) merupakan tumbuhan tropis golongan
plasma yang termasuk tanaman tahunan. Kelapa sawit yang dikenal adalah jenis Dura,
Pisifera dan Tenera. Ketiga jenis ini dapat dibedakan berdasarkan penampang irisan
buah., yaitu jenis Dura memiliki tempurung yang tebal, jenis Pisifera memiliki biji yang
tipis dengan tempurung yang kecil, sedangkan Tenera yang merupakan hasil persilangan
Dura dengan Pisifera menghasilkan buah bertempurung tipis dan inti yang besar. Buah
sawit berukuran kecil antara 12-18 gr/butir yang duduk pada bulir. Beberapa bulir besatu
memiliki tandan.. Buah sawit yang dopanen dalam bentuk tandan disebut dengan tandan
buah sawit. Tanaman kelapa sawit sudah mulai menghasilkan pada umur 24-30 bulan.
Buah yang pertama keluar masih dinyatakan dengan buah pasir artinya belum dapat
diolah dalam pabrik karena masih mengandung minyak yang rendah. Umur buah
tergantung pada jenis tanaman, umur tanaman dan iklim, umumnya buah telah dapat
dipanen setelah berumur 6 bulan terhitung sejak penyerbukan. (Naibaho, P, 1998)
Kelapa sawit termasuk tumbuhan pohon. Tingginya dapat mencapai 24 meter.
Bunga dan buahnya berupa tandan, bercabang banyak. Buahnya kecil, bila masak
berwarna merah kehitaman. Daging buahnya padat, daging kulit buahnya mengandung
minyak. Minyaknya itu digunakan sebagai bahan minyak goreng, sabun, dan lilin.
Ampasnya dimanfaatkan unuk makanan ternak. Ampas yang disebut bungkil itu
digunakan sebagai salah satu bahan pembuatan makanan ayam. Tempurungnya juga
xvii
Kelapa sawit berkembang biak dengan biji, tumbuh di daerah tropis, pada
ketinggian 0 – 500 meter di atas permukaan laut. Kelapa sawit menyukai tanah yang
subur, ditempat terbuka dengan kelembaban tinggi. Kelembaban tinggi itu antara lain
ditentukan oleh adanya curah hujan yang tingi, sekitar 2000 – 2500 mm setahun. Bagian
yang paling populer untuk diolah dari kelapa sawit adalah buahnya. Bagian daging buah
menghasilkan minyak kelapa sawit mentah yang diolah menjadi bahan baku minyak
goreng dan berbagai jenis turunannya. Kelebihan minyak nabati sawit adalah harga yang
murah, rendah kolesterol, dan memiliki kandungan karoten tinggi. Minyak sawit juga
diolah menjadi bahan baku margarin. Minyak inti menjadi bahan baku minyak alkohol
dan industri kosmetika.
Seperti tanaman palma lainnya, daunnya merupakan daun majemuk. Daun
berwarna hijau tua dan pelapah berwarna sedikit lebih muda. Penampilannya sangat mirip
dengan tanaman salak, hanya saja dengan duri yang tidak terlalu keras dan tajam. Batang
tanaman diselimuti bekas pelapah hingga umur 12 tahun. Setelah umur 12 tahun pelepah
yang mongering akan terlepas sehingga menjadi mirip dengan tanaman kelapa. Akar
serabut tanaman kelapa sawit mengarah ke bawah dan samping. Selain itu juga terdapat
beberapa akar napas yang tumbuh mengarah ke samping atas untuk mendapatkan
tambahan aerasi. Buah sawit mempunyai warna bervariasi dari hitam, ungu, hingga merah
tergantung bibit yang digunakan. ( Wikipedia )
xviii
Hasil utama yang dapat diperoleh dari tandan buah sawit adalah minyak sawit yang
terdapat pada daging buah ( mesokarp ) dan minyak inti sawit yang terdapat pada kernel.
Kedua jenis minyak ini berbeda dalam hal komposisi asam lemak dan sifat fisika – kimia.
Minyak sawit dan inti sawit mulai terbentuk sesudah 100 hari setelah penyerbukan, dan
berhenti setelah 180 hari atau setelah dalam buah minyak sudah jenuh. Jika dalam buah
tidak terjadi lagi pembentukkan minyak, maka yang terjadi ialah pemecahan trigliserida
menjadi asam lemak bebas dan gliserol. Pembentukkan minyak berakhir jika dari tandan
yang bersangkutan telah terdapat buah membrondol normal.
Minyak yang mula-mula terbentuk dalam buah ialah trigliserida yang
mengandung asam lemak bebas jenuh, dan setelah mendekati masa pematangan buah
terjadi pembentukkan trigliserida yang mengandung asam lemak tidak jenuh. Minyak
yang terbentuk dalam daging buah maupun dalam inti terbentuk emulsi pada kantong –
kantong minyak, dan agar minyak tidak keluar dari buah, maka buah dilapisi dengan
malam yang tebal dan berkilat. Untuk melindungi minyak dari oksidasi yang dirangsang
oleh sinar matahari maka tanaman terbentuk senyawa kimia pelindung yaitu karoten.
Setelah penyerbukkan kelihatan buah yang berwarna hitam kehijau-hijauan dan setelah
terjadi pembentukkan minyak terjadi perubahan warna buah menjadi ungu
kehijau-hijauan. Pada saat-saat pembentukkan minyak terjadi yaitu trigliserida dengan asam
lemak tidak jenuh, tanaman pembentukkan karotein dan phitol untuk melindungi dari
oksidasi, sedangkan klorifil tidak mampu melakukannya sebagai antioksidan. (Naibaho,P,
xix
Minyak inti sawit yang baik, berkadar asam lemak bebas yang rendah dan
berwarna kuning terang serta mudah dipucatkan. Bungkil inti sawit didinginkan berwarna
relative terang dan nilai gizi serta kandungan asam aminonya tidak berubah. Terdapat
variasi komposisi inti sawit dalam hal padatan non minyak dan non protein. Bagian yang
disebut eztractable non protein yang mengandung sejumlah sukrosa, gula pereduksi dan
pati, tapi dalam beberapa contoh tidak mengandung pati. (ketaren)
Minyak sawit dapat dimanfaatkan di berbagai industri karena memiliki susunan
dan kandungan gizi yang cukup lengkap. Industri yang banyak menggunakan minyak
kelapa sawit sebagai bahan baku adalah industri pangan serta industri non pangan serta
industri pangan serta industri nonpangan seperti kosmetik dan farmasi. Bahkan minyak
sawit telah dikembangkan sebagai salah satu bahan bakar. Berbagai hasil penelitian
mengungkapkan bahwa minyak sawit memiliki keunggulan dibandingkan dengan minyak
nabati lainnya.
Minyak yang berasal dari minyak inti kelapa sawit sering disebut minyak
biji-bijian karena berasal dari kacang-kacangan yang terdapat di dalam buah kelapa sawit
tersebut. Inti adalah bagian dalam kulit keras sehingga inti mudah terpisah dari bagian
buah terluar. Kebanyakan minyak inti kelapa sawit atau minyak biji-bijian datang dari
perkebunan kelapa sawit dan menghasilkan minyak kelapa sawit dengan komposisi dan
mutu yang baik. Di negara bagian Selatan dan Amerika Pusat pohon kelapa sawit
mempunyai kualitas minyak yang diperoleh sama seperi perkebunan kelapa sawit di
Negara Afrika dan Malaysia. Minyak inti kelapa sawit di Amerika ini menjadi salah satu
xx
tucum, murumuru, ouricuri dan cohune. Minyak inti kelapa sawit mempunyai komposisi
yang hampir sama dengan minyak kelapa tetapi minyak inti kelapa sawit memiliki
kualitas lebih baik.
Minyak inti kelapa sawit mempunyai komposisi yang lebih padat dibanding
minyak kelapa dan bagian fraksinya digunakan untuk menghasilkan produk yang keras,
tidak mudah meleleh dan produk yang dapat dimanfaatkan lagi untuk jenis tertentu.
Minyak inti kelapa sawit dapat juga mengalami hidrogenasi lebih lanjut dibanding
minyak kelapa, hal ini disebabkan karena adanya perbedaan komposisi antara keduanya.
Hal ini berguna untuk pembuatan produk lain misalnya mentega mempunyai karakteristik
yang berbeda dari mentega yang diperoleh apabila menggunakan campuran minyak
kelapa. Campuran antara minyak inti kelapa sawit dengan yang bukan lemak dari asam
laurat akan berbusa ketika menggunakan minyak untuk menggoreng. (Weiss,T.J, 1983)
2.4 Sifat Fisik – Kimia Minyak Dan Lemak
2.4.1 Sifat Fisik Minyak dan Lemak
a. Warna
Warna dalam minyak terdiri dari 2 golongan yaitu 1) zat warna alamiah 2) warna dari
hasil degradasi zat warna alamiah.
xxi
Zat warna ini terdapat secara alamiah didalam bahan yang mengandung minyak dan
ikut terekstrak bersama minyak pada proses ekstraksi. Warna tersebut terdiri dari α dan
β karoten, xanthoil an anthosyanin. Zat warna ini menyebabkan minyak berwarna
kuning, kuning kecoklatan, kehijau- hijauan dan kemerah – merahan.
2. Odor dan flavor
Odor dan flavor pada minyak atau lemak selain terdapat secara alami, juga terjadi
karena pembentukan asam – asam yang berantai sangat pendek sebagai hasi
penguraiaan pada kerusakan lemak atau minyak. Akan tetapi pada umumnya odor dan
flavor ini disebabkan oleh komponen bukan minyak. Sebagai contoh bau khas dari
minyak kelapa sawit dikarenakan terdapatnya beta ionone, sedangkan bau yang khas
dari minyak kelapa ditimbulkan oleh nonyl methyl keton.
3. Kelarutan
Minyak dan lemak tidak larut dalam air, kecuali minyak jarak. Minyak dan lemak
hanya sedikit larut dalam alkohol, tetapi akan melarut sempurna dalam etil eter, karbon
disulfida dan pelarut – pelarut halogen. Kelarutan dari minyak dan lemak ini
dipergunakan sebagai dasar untuk mengekstraksi minyak atau lemak dari bahan yang
diduga minyak. Asam – asam lemak yang berantai pendek dapat larut dalam air,
semakin panjang rantai asam – asam lemak maka kelarutannya dalam air semakin
berkurang. Dari segi teknik, kelarutan asam – asam lemak ini mempunyai arti yang
sangat penting. Sifat kelarutan tersebut digunakan sebagai dasar untuk memisahkan
xxii
4. Titik asap, titik nyala dan titik api
Titik asap adalah temperatur pada saat minyak atau lemak menghasilkan asap tipis
yang kebiru – bruan pada pemanasan tersebut. Titik nyala adalah temperatur pada saat
campuran uap dari minyak dengan udara mulai terbakar. Sedangkan titik api adalah
temperatur pada saat dihasilkan pembakaran yang terus – menerus, sampai habisnya
contoh uji. Titik asap , titik nyala dan titik api adalah kriteria mutu yang terutama
penting dalam hubungannya dengan minyak yang digunakan untuk menggoreng.
5. Titik kekeruhan (Turbidity Point)
Titik kekeruhan ini ditetapkan dengan cara mendinginkan campuran minyak atau
lemak dengan pelarut lemak. Capuran tersebut kemudian dipanaskan sampai terbentuk
larutan yang sempurna. Kemudian didinginkan dengan perlahan – lahan sampai
minyak atau lemak dengan pelarutnya mulai terpisah dan mulai menjadi keruh.
Temperatur pada waktu mulai terjadi kekeruhan, dikenal sebagai titik kekeruhan
(Turbidity Point).
2.4.2 Sifat Kimia Minyak dan Lemak
1. Hidrolisa
Reaksi hidrolisa yang dapat mengakibatkan kerusakan minyak atau lemak terjadi
xxiii
mengakibatkan ketengikan hidrolisa yang menghasilkan flavor dan bau tengik pada
minyak tersebut.
2. Oksidasi
Proses oksidasi dapat berlangsung bila terjadi kontak antara sejumlah oksigen dengan
minyak atau lemak. Terjadinya reaksi oksidasi ini akan mengakibatkan bau tengik
pada minyak atau lemak. Oksidasi biasanya dimulai dengan pembentukan peroksida
dan hiperoksida. Tingkat selanjutnya ialah terurainya asam – asam lemak disertai
konversi hidroperoksida menjadi aldehid dan keton serta asam – asam lemak bebas.
Rancidity terbentuk oleh aldehida bukan oleh peroksida. Jadi kenaikan peroxide value
(PV) hanya indikator dan peringatan bahwa minyak sebentar lagi akan berbau tengik.
3. Hidrogenasi
Proses hidrogenasi sebagai suatu proses industri bertujuan untuk menjenuhkan ikatan
rangkap dari rantai karbon asam lemak pada minyak atau lemak. Reaksi hidrogenasi
ini dilakukan dengan menggunakan hidrogen murni dan ditambahkan serbuk nikel
sebagai katalisator. Setelah proses hidrogenasi selesai, minyak didinginkan dan
katalisator dipisahkan dengan cara penyaringan. Hasilnya adalah minyak yang bersifat
plastis atau keras, tergantung pada derajat kejenuhannya.
Reaksi pada proses hidrogenasi terjadi pada permukaan katalis yang mengakibatkan
reaksi antara molekul – molekul minyak dengan gas hidrogen. Hidrogen akan diikat
oleh asam lemak yang tidak jenuh, yaitu pada ikatan rangkap, membentuk radikal
xxiv
yang lebih tinggi. Radikal asam lemak dapat terus bereaksi dengan hidrogen,
membentuk asam lemak yang jenuh.
4. Esterifikasi
Proses esterifikasi bertujuan untuk mengubah asam – asam lemak dari trigliserida
dalam bentuk ester. Dengan menggunakan prinsip reaksi ini, hidrokarbon rantai
pendek dalam asam lemak seperti asam butirat dan asam kaproat yang menyebabkan
bau tidak enak, dapat ditukar dengan rantai panjang yang bersifat tidak menguap.
(Ketaren, 1986)
2.5 Asam Lemak Bebas ( Free Fatty Acid )
Suatu lipid didefenisikan sebagai senyawa organik yang terdapat dalam alam serta tak
larut dalam air, tetapi larut dalam pelarut organik non-polar seperti suatu hidrokarbon
atau dietil eter. Defenisi ini terasa mencakup banyak macam senyawa dan memang
demikian. Pelbagai kelas lipid dihubungkan satu sama lain berdasarkan kemiripan sifat
fisisnya; tetapi hubungan kimia, fungsional dan struktural mereka, maupun fungsi –
fungsi biologis mereka beranekaragam.
Lemak dan minyak adalah trigliserida atau trigiserol, kedua istilah ini berarti
triester dari gliserol. Perbedaan antara suatu lemak dan suatu minyak bersifat sebarang,
pada temperature kamar lemak berbentuk padat dan minyak bersifat cair. Sebagian besar
xxv
cenderung berupa minyak, karena itu biasa terdengar ungkapan lemak hewani (lemak
babi, lemak sapi) dan minyak nabati(minyak jagung, minyak bunga matahari).
Asam karboksilat yang diperoleh dari hidrolisis suatu lemak atau minyak, yang
disebut asam lemak, umumnya mempunyai rantai hidrokarbon panjang dan tak
bercabang. Lemak dan minyak seringkali diberi nama sebagai derivate asam – asam
lemak ini. Misalnya, tristearat dari gliserol diberi nama tristearin, tripalmitat dari gliserol
disebut tripalmitin. Minyak dan lemak dapat juga diberi nama dengan cara yang biasa
dipakai untuk penamaan suatu ester. Asam – asam lemak dapat juga diperoleh dari lilin
(waxes), misalnya lilin lebah. Dalam hal ini, asam lemak diesterkan dengan suatu alkohol
sederhana berantai panjang.
Kebanyakan lemak dan minyak yang terdapat dalam alam merupakan trigliserida
campuran artinya, ketiga bagian asam lemak dari gliserida itu tidaklah sama. Hampir
semua asam lemak yang terdapat dalam alam mempunyai jumlah atom karbon yang
genap karena asam ini dibiosintesis dari gugus asetil berkarbon dua dalam asetil
koenzime A. (Fessenden & Fessenden, 1986)
Minyak dan lemak termasuk salah satu anggota dari golongan lipid, yaitu
merupakan lipid netral. Minyak dan lemak yang telah dipisahkan dari jaringan asalnya
mengandung sejumlah kecil komponen selain trigliserida yaitu lipid kompleks (yaitu
lesitin, kepalin, fosfatida, lainya serta glikolipid), sterol berada dalam keadaan bebas atau
terikat dengan asam lemak, asam lemak bebas, lilin, pigmen yang larut dalam lemak dan
xxvi
Komponen tersebut mempengaruhi warna dan flavor produk, serta berperan dalam
proses ketengikan. Fosfolipid dalam minyak yang berasal dari biji – bijian biasanya
mengandung sejumlah fosfatida yaitu lesitin dan kepalin. Lemak dan minyak terdiri dari
trigliserida campuran yang merupakan ester dari gliserol dan asam lemak rantai panjang.
Minyak nabati terdapat dalam buah – buahan, kacang –kacangan, biji – bijian, akar
tanaman dan sayur – sayuran. Dalam jaringan hewan lemak terdapat di seluruh badan,
tetapi jumlah terbanyak terdapat dalam jaringan adipos dan tulang sum – sum.
Lemak tersebut jika dihidrolisis menghasilkan tiga molekul asam lemak rantai
panjang dan satu molekul gliserol. Adapun proses hidrolisis dari trigliserida adalah
sebagai berikut :
Trigliseria dapat berwujud padat atau cair, dan hal ini tergantung dari komposisi
asam lemak yang menyusunnya. Sebagian besar minyak nabati berbentuk cair karena
mengandung sejumlah asam lemak tidak jenuh, yaitu asam oleat, linoleat, atau asam
xxvii
pada suhu kamar karena banyak mengandung asam lemak jenuh, misalnya asam palmitat
dan stearat yang mempunyai titik cair lebih tinggi.
Asam lemak bebas yang terbentuk hanya terdapat dalam jumlah kecil dan
sebagian besar terikat dalam bentuk ester (trigliserida). Ikatan ester dapat mengalami
hidrolisis dalam suasana asam ataupun basa. Reaksi hidrolisis oleh asam bersifat reaksi
bolak – balik (reversible). Hidrolisis basa tidak bersifat bolak – balik (irreversible) pada
tahap reaksi terakhir yaitu asam yang terbentuk tidak dapat bereaksi kembali dengan
alkohol. (Ketaren, 1986)
Asam lemak minyak sawit dihasilkan dari proses hidrolisis, baik secara kimiawi
maupun enzimatik. Asam lemak bebas dalam konsentrasi tinggi yang terikut dalam
minyak sawit sangat merugikan. Tingginya asam lemak bebas ini mengakibatkan
rendemen minyak turun. Itulah perlu dilakukan usaha pencegahan terbentuknya asam
lemak bebas dalam minyak sawit. Kenaikan ALB ditentukan mulai dari saat tandan
dipanen sampai tandan diolah di pabrik. Kenaikan ALB ini disebabkan adanya reaksi
hidrolisa pada minyak. Reaksi ini akan dipercepat dengan adanya faktor – faktor panas,
air, keasaman, dan katalis (enzim).
Beberapa faktor yang dapat menyebabkan peningkatan kadar ALB yang relative
tinggi dalam minyak sawit antara lain:
- pemanenan buah sawit yang tidak tepat waktu,
- keterlambatan dalam pengumpulan dan pengangkutan buah
xxviii
- proses hidrolisa selama pemrosesan di pabrik.
Setelah mengetahui faktor – faktor penyebabnya, maka tindakan pencegahan dan
pemucatannya lebih mudah dilakukan. Pemanenan pada waktu yang tepat merupakan
salah satu usaha untuk menekan kadar ALB sekaligus menaikkan rendemen minyak.
Pemetikan buah di saat belum matang (saat proses biokimia dalam buah belum sempurna)
menghasilkan gliserida sehingga dapat mengakibatkan terbentuknya ALB dalam minyak
sawit. Sedangkan, pemetikan setelah batas tepat panen yang ditandai dengan buah yang
berjatuhan dan menyebabkan pelukaan pada buah yang lainnya, akan menstimulir
penguraian enzimatis pada buah sehingga menghasilkan ALB dan akhirnya terikut dalam
buah sawit yang masih utuh sehingga kadar ALB meningkat. Untuk itulah, pemanenan
TBS harus dikaitkan dengan criteria matang panen sehingga dihasilkan minyak sawit
yang berkualitas tingi.
Peningkatan kadar ALB juga dapat terjadi pada proses hidrolisa di pabrik. Pada
proses tersebut terjadi penguraian kimiawi yang dibantu oleh air dan berlangsung pada
kondisi suhu tertentu. Akan tetapi, proses pengolahan yang kurang cermat mengakibatkan
efek samping yang tidak diinginkan, mutu minyak menurun sebab air pada kondisi suhu
tertentu bukan membantu proses pengolahan tetapi malah menurunkan mutu minyak. (
Tim penulis, 2000)
Asam lemak bebas (ALB) terdiri dari lemak yang berfungsi sebagai salah satu
indikator untuk menunjukkan kualitas dari keseluruhan. Asam lemak bebas juga dapat
berfungsi untuk menghilangkan bau. Menaiknya FFA dengan memenuhi warna dan rasa
xxix
terakhir memiliki kenaikan warna dan penurunan rasa (pembakaran minyak), terdapat
masalah dalam kebocoran udara dalam sistem penghilangan bau. Menurunnya kadar FFA
dalam suatu minyak dengan menunjukkan warna hitam berkurangnya penyulingan atau
proses pemurnian dari minyak tersebut. Penyebab warna hitam biasanya terjadi karena
adanya endapan lechitin atau dari katalis nikel pada proses hidrogenasi.
FFA dapat ditentukan dengan menggunakan metode titrasi dari sampel dengan
larutan standar dari Sodium Hidroksida (Metode AOCS Ca 5a-40). Berakhirnya titrasi
dapat digunakan untuk menentukan asam lemak bebas. Ketika lemak sebagai ester dari
gliserin dan asam lemak, FFA juga bias berasal dari reaksi hidrolisis dari lemak. Embun
yang dihasilkan sewaktu hidrolisis harus ditampung.
Hidrolisis dapat berlangsung dengan cepat karena adanya bantuan oleh ezim
lipase. Minyak nabati yang biasanya memiliki nilai FFA yang tinggi jika minyak tersebut
berasal dari turunan bibit yang tidak baik atau tidak unggul. Dalam prakteknya, enzim
lipase yang terdapat dilam biji akan berkurang jika biji tersebut dalam keadaan basah dan
mulai tumbuh kecambah pada biji.
Minyak kelapa sawit diperoleh ketika buah masih dalam keadaan matang. Dalam
hal ini buah menghasilkan enzim lipase yang berfungsi sebagai katalis pada reaksi
hidrolisis sehingga menghasilkan minyak kelapa sawit. Untuk keadaan ini, buah yang
diperoleh harus diproses secara langsung setelah buah diambil untuk meminimalisir
terjadinya degradasi pada minyak. Lemak jenuh yang diperoleh dari jaringan hewan. Jika
xxx
enzim lipase yang tedapat akan menyebabkan kenaikan nilai FFA. Lemak yang berasal
dari daging mempunyai kadar FFA maksimum 1%.
Minyak nabati yang dalam penyulingan alkali untuk memindahkan FFA. Setelah
penyulingan, minyak sering diambil dari tangki timbun. Uap air dapat masuk kedalam
tangki pipa yang tidak bekerja dan dalam kondisi dingin. FFA dapat mengalami kenaikan
lagi disebabkan oleh adanya kandungan air. Proses deodorisasi, diakhir proses
menyebabkan menurunnya kadar FFA sampai 0,05 % bahkan lebih. Bagaimanapun,
kelembapan dalam jaringan pipa, tangki penyimpanan, dan tangki gerbong dan juga
mobil dapat menjadi faktor penyebab kenaikan nilai FFA.
Hal ini menunjukkan bahwa titrasi yang digunakan untuk menunjukkan kadar
FFA akan membuat beberapa material menjadi asam didalam minyak. Disini akan
memberikan asam sitrat dan beberapa asam atau asam fosfor ditambahkan sebagai
tambahan besi. Endapan asam fosfor dari hidrolisis asam mineral dari keaktifan proses
pemurnian, endapan garam asam fosfat dari preparasi monogliseril untuk mengemulsi
pemendekan, kerusakan produk asam dari oksidasi pada pemanasan lemak khususnya
dalam penggorengan lemak, dll. Semua komposisi ini dapat menetukan penentuan kadar
ALB. Asam yang lain harus diingat ketika mencoba mencari penyebab naiknya FFA dari
produk lemak, khususnya dimana sedikit atau tidak terjadi reaksi hidrolisis dapat
digunakan. (Weiss,T.J,Ph.D. 1983)
Hanya sedikit asam lemak bebas terdapat secara alami. Asam lemak dijumpai
pada lipida – lipida yang telah disebutkan terdahulu baik melalui ikatan – ikatan ester
xxxi
kebanyakan diperoleh melalui hidrolisis lemak yang merupakan asam monokarboksilat
yang mengandung grup karboksil yang dapat berionisasi dan non polar, berantai atom C
lurus dan siklik, umumnya terbentuk dari atom C yang genap. Walaupun secara alami ada
juga yang beratom C ganjil dan dapat jenuh atau tidak jenuh (mengandung ikatan
rangkap). (Naibaho.P, 1998)
Kadar keasaman (zat asam yang dibebaskan mengandung lemak) dari suatu lemak
netral adalah seperti pada umumnya mempunyai ukuran luas yang telah dihidrolisis akan
membebaskan zat asam yang mengandung lemak dari lingkungan ester asalnya yaitu
molekul. Gliserol yang sebagian dapat digunakan untuk mengetahui kadar keasaman
karena ini secara ekstensif diambil sebagai persen isi asam lemak bebas. Ada beberapa
faktor lain yang dapat mempengaruhi ketelitian penentuan kadar keasaman. ketika alkali
mengandung air yang digunakan sebagai medium titrasi dengan pembentukan dua lapisan
mengharuskan reagen yang berada di dalam dapat memindahkan asam lemak bebas ke
dalam lapisan yang lain. Ini tidak harus berlebihan ketika tidak adanya penyerapan oleh
gas asam – arang atmosfer akan mengakibatkan kenaikan volume titrasi. Masalah yang
sering terjadi ketika penentuan kadar keasaman didalam minyak mentah yang berwarna.
Cara ini sebagai ukuran dalam memberikan bantuan dalam masalah ini sebagai solusi
xxxii
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat – alat :
- Neraca analitis
- Erlenmeyer 250 ml
- Beaker glass 50 ml
- Spatula kaca
- Buret 50 ml
- statif dan klem
- Gelas ukur 100 ml
xxxiii
- Minyak CPKO
- Indikator Phenolptalein 1 %
- IPA (iso propil Alkohol) teknis
- larutan standart NaOH 0,1 N
3.1.3 Cara Kerja :
- Ditimbang minyak CPKO sebanyak 2,0050 – 2,0090 gram dalam Erlenmeyer
- Ditambah 25 ml larutan IPA kedalam Erlenmeyer dan dihomogenkan
- Ditambah 3 tetes indikator Phenolptalein 1 %
- Dititrasi dengan larutan NaOH yang sudah distandarisasi sampai terbentuk warna merah
jambu yang stabil (30 detik) yang menunjukkan titik akhir titrasi
- Dicatat volume NaOH yang dipakai sampai didapat titik akhir titrasi atau perubahan
warna.
3.1.4 Pembuatan Reagen
• Pembuatan larutan NaOH
- Ditimbang 4,25 – 4,30 gram NaOH kristal
- Dimasukkan dalam labu ukur 1 liter kemudian dilarutkan dengan aquades sampai garis
batas
- Dihomogenkan
xxxiv
- Siapkan dua buah buret dan masing – masing diisi dengan larutan NaOH dan larutan
asam oksalat
- Tambahakan larutan NaOH sebanyak 5 ml ke dalam Erlenmeyer 250 ml
- Ditambahkan 1 – 2 tetes indikator fenolptalein ( larutan berubah menjadi merah)
- Dititrasi dengan larutan asam oksalat hingga warna merah hilang.
- Dicatat volume asam oksalat yang terpakai
- Diulangi peniteran sebanyak 3 kali
• Pembuatan indikator Phenolptalein 1 %
- Ditimbang ± 1 gram kristal phenolptalein
- Dimasukkan kedalam Erlenmeyer 250 ml
- Dilarutkan dengan 100 ml etanol kemudian dihomogenkan
xxxv
C 2.41 2.62 2.83 2.62 D 2.67 2.62 2.67 2.65 Rabu, 230108 A 2.62 2.54 2.56 2.57 B 2.62 2.16 2.68 2.49 C 2.78 2.42 2.88 2.69 D 2.88 2.36 2.78 2.67 Kamis, 240108 A 2.92 2.67 2.77 2.79 B 2.41 2.62 2.83 2.62 C 2.94 2.67 2.83 2.81 D 2.85 2.67 2.72 2.74 Jum’at, 250108 A 2.84 2.56 2.89 2.76 B 3.10 2.51 2.67 2.76 C 2.94 2.67 2.83 2.81 D 2.05 2.67 2.72 2.48
4.2 Perhitungan
Untuk mengetahui kadar asam lemak yang terdapat didalam minyak CPKO dapat
menggunakan rumus sebagai berikut:
FFA sebagai Asam Laurat % =
xxxvi
20,0 = faktor asam laurat untuk CPKO
Misalnya :
Kadar ALB pada tanggal 21 januari 2008 terhadap minyak CPKO di PT. Agro Jaya
Perdana adalah :
FFA sebagai Asam Laurat % =
=
=
= 2.93 %
4.3Pembahasan
Penentuan kadar asam lemak bebas (ALB) rata – rata dalam PKO pada hari pertama,
tangal 21 Januari 2008 adalah 2,93 % dan pada tanggal 22 Januari 2008 adalah 3,23 %
sampai pada hari terakhir tanggal 25 Januari 2008 kadar ALB pada PKO adalah 2,84 %
sedangkan standar mutu kadar asam lemak bebas (ALB) dari Palm Kernel Oil (PKO)
xxxvii
Dari hasil percobaan yang dilakukan terdapat kadar asam lemak bebas (ALB)
yang meningkat, hal ini terjadi karena dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu pemenenan
buah sawit yang tidak tepat waktu, keterlambatan dan pengumpulan dan pengangkutan
buah, penumpukan buah, dan terdapatnya air pada tempat penyimpanan buah juga
adanya proses hidrolisa selama pemrosesan di pabrik. Dengan meningkatnya kadar asam
lemak bebas (ALB) maka akan menurunkan kualitas minyak tersebut.
Di dalam perdagangan kelapa sawit, istilah mutu sebenarnya dapat dibedakan
menjadi dua arti. Yang pertama adalah mutu minyak sawit dalam arti benar – benar
murni dan tidak bercampur dengan minyak nabati lain. Mutu minyak sawit dalam arti
yang pertama dapat ditentukan dengan menilai sifat – sifat fisiknya, antara lain titik
lebur, angka penyabunan dan bilangan iodium. Sedangkan yang kedua, yaitu mutu
minyak sawit dilihat dalam arti penialaian menurut ukuran. Dalam hal ini syarat mutunya
diukur berdasarkan spesifikasi standar mutu internasional, yang meliputi kadar asam
lemak bebas (ALB, FFA), air, kotoran, logam besi, logam tembaga, peroksida dan
ukuran pemucatan. Dalam dunia perdagangan, mutu minyak sawit dalam arti yang kedua
lebih penting.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
xxxviii
- Besarnya kadar asam lemak bebas dari minyak inti kelapa sawit (CPKO) di PT. Agro
Jaya Perdana adalah 2.44 % sampai dengan 2.94 %
5.2 Saran
- Sebaiknya buah yang dipanen langsung diproses sehingga menghasilkan inti sawit
yang berkualitas baik, bernilai jual tinggi dan menghasilkan minyak yang sesuai dengan
standard minyak inti sawit yang baik
- Pada saat sebelum penggilingan inti sawit diharapkan penggiling mekanis harus dalam
keadaan kering agar tidak berpengaruh pada kualitas minyak yang dihasilkan.
- Agar minyak inti sawit yang mempunyai nilai FFA yang rendah, maka tidak boleh
dibiarkan lama menumpuk di gudang.
xxxix
Fessenden & Fessenden. 1986. Kimia Organik. Jilid 2. Edisi Ketiga. Jakarta Erlangga.
Hamilton, R.J & J.B.Rossell. 1986. Analysis Of Oils And Fats. London : Elsevier Applied Scients.
Ketaren, S. 1986. Pengantar Teknologi Minyak Dan Lemak Pangan. Jakarta : UI – Press.
Naibaho,P. 1998. Teknologi Pengolahan Kelapa Sawit. Medan : Pusat Penelitian Kelapa Sawit.
Tim Penulis,PS. 2000. Kelapa Sawit Usaha Budidaya, Pemanfaatan Hasil Dan Aspek
Pemasaran. Cetakan Kedua Belas. Jakarta: Penebar Swadaya.
Weiss, T.J. 1983. Food Oils And Their Uses. Second Edition. USA : AVI Publishing Company,Inc.
http : // id. Wikipedia.Org/Wiki/Kelapa_sawit. Di akses tanggal 5 April, 2008.