PENENTUAN ASAM LEMAK BEBAS (ALB) DAN KADAR AIR
PADA PALM KERNEL OIL (PKO) DI PT. PERKEBUNAN
NUSANTARA IV (PERSERO) PABATU
KARYA ILMIAH
SUKAMTO
072409036
PROGRAM DIPLOMA III KIMIA INDUSTRI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PENENTUAN ASAM LEMAK BEBAS (ALB) DAN KADAR AIR
PADA PALM KERNEL OIL (PKO) DI PT. PERKEBUNAN
NUSANTARA IV (PERSERO) PABATU
KARYA ILMIAH
Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat memperoleh
ahli madya
SUKAMTO
072409036
PROGRAM DIPLOMA III KIMIA INDUSTRI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PERSETUJUAN
Judul : PENENTUAN ASAM LEMAK BEBAS (ALB) DAN
KADAR AIR PADA PALM KERNEL OIL(PKO) DI PT.PERKEBUNAN NUASANTARA IV(PERSERO) PABATU
Kategori : TUGAS AKHIR
Nama : SUKAMTO
Nomor Induk Mahasiswa : 072409036
Program Studi : D3 KIMIA INDUSTRI
Departemen : KIMIA
Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
(FMIPA) UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Disetujui di Medan, Juli 2010
Diketahui/Disetujui oleh :
Departemen KIMIA FMIPA USU
Ketua, Dosen Pembimbing
PERNYATAAN
PENENTUAN ASAM LEMAK BEBAS (ALB) DAN KADAR AIR PADA PALM KERNEL OIL (PKO) DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA IV (PERSERO) PABATU
KARYA ILMIAH
Saya mengakui bahwa karya ilmiah ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing–masing disebut sumbernya.
Medan, Juli 2010
SUKAMTO
PENGHARGAAN
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas berkat dan karunianya penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini. Karya ilmiah yang dibuat penulis berjudul “ Penentuan Asam Lemak Bebas (ALB) Dan Kadar Air Pada Palm Kernel Oil (PKO) Di PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero) Pabatu”. Karya ilmiah ini disusun untuk melengkapi dan menyelesaikan program Diploma-III Kimia Industri Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.
Dalam menyelesaikan karya ilmiah ini penulis banyak mendapatkan bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Dengan penuh kerandahan hati penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Keluarga tercinta, Ayahanda Kaeno dan Ibunda Alminatun serta kakakanda Teti Seriani, Siti Seriani, Nur`ani dan Abanganda Nuriadin yang telah banyak memberikan dukungan moral maupun materil serta doa kepada penulis.
2. Ibu Cut Fatimah Zuhra,S.Si,M.Si, selaku dosen pembimbing penulis yang telah banyak memberikan arahan dan bimbingan dalam penyelesaian karya ilmiah ini.
3. Bapak Amsahri Lubis, selaku pembimbing Praktek Kerja Lapangan di PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero) Pabatu.
4. Ibu DR. Rumondang Bulan, M.S, selaku ketua Departemen Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam universitas Sumatera Utara.
5. Bapak Prof.Dr. Harry Agusnar, M.Sc, M.Phil, selaku ketua Program studi D -3 Kimia Industri, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara.
6. Seluruh karyawan Pabrik Kelapa Sawit di PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero) Pabatu yang telah banyak membantu dilapangan, terimakasih atas masukan Ilmunya. 7. Teman-teman stambuk 2007 kimia industri yang telah banyak memberikan bantuan,
dorongan, motipasi kepada penulis.
ABSTRAK
Telah dilakukan analisa kadar asam lemak bebas (ALB) dan analisa kadar air pada palm kernel oil (PKO) di PT.Perkebunan Nusantara IV (persero) Pabatu. Analisa asam lemak bebas dilakukan dengan metode titrasi dengan KOH dan analisa kadar air dengan metode penguapan. Dari hasil analisa diperoleh kadar asam lemak bebas rata-rata adalah 1,34%. Data ini tidak memenuhi standar mutu ekspor yang telah ditetapkan oleh Standard Nasional Indonesia (SNI) yaitu maksial 5%. Kadar air yang diperoleh adalah 0,26%, kadar air ini masih memenuhi standart mutu ekspor yang di tetapkan oleh Standard Nasional Indonesia (SNI) yaitu 0,45%.
ABSTRACT
DETERMINATION OF THE FREE FATTY ACID (FFA) AND WATER CONTENT IN THE PALM KERNEL OIL (PKO) DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA IV
(Persero) PABATU
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 28
5.1 Kesimpulan 28
5.2 Saran 28
DAFTAR PUSTAKA 29
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1. Beberapa Tingkatan Fraksi TBS 6
Tabel 2.2. Sifat Minyak Kelapa Sawit Sebelum dan Sesudah
Dimurnikan 10
Tabel 2.3. Komposisi Asam Lemak Minyak Kelapa Sawit dan
Minyak Inti Kelapa Sawit 14
Tabel 2.4. Komposisi Biji Inti Sawit 14
Tabel 2.5. Standar Mutu Minyak Sawit, Minyak Inti Sawit dan
Inti Sawit 15
Tabel 4.1. Data Kadar Asam Lemak Bebas (ALB) Dan Kadar Air Pada Palm Kernel Oil (PKO) di PT. Perkebunan
ABSTRAK
Telah dilakukan analisa kadar asam lemak bebas (ALB) dan analisa kadar air pada palm kernel oil (PKO) di PT.Perkebunan Nusantara IV (persero) Pabatu. Analisa asam lemak bebas dilakukan dengan metode titrasi dengan KOH dan analisa kadar air dengan metode penguapan. Dari hasil analisa diperoleh kadar asam lemak bebas rata-rata adalah 1,34%. Data ini tidak memenuhi standar mutu ekspor yang telah ditetapkan oleh Standard Nasional Indonesia (SNI) yaitu maksial 5%. Kadar air yang diperoleh adalah 0,26%, kadar air ini masih memenuhi standart mutu ekspor yang di tetapkan oleh Standard Nasional Indonesia (SNI) yaitu 0,45%.
ABSTRACT
DETERMINATION OF THE FREE FATTY ACID (FFA) AND WATER CONTENT IN THE PALM KERNEL OIL (PKO) DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA IV
(Persero) PABATU
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Tanaman kelapa sawit (Elaeis quinensis Jacq) merupakan tumbuhan tropis golongan palm
yang termasuk tanaman tahunan. Kelapa siwit yang dikenal ialah jenis Dura, Psefera dan
Tenera. Ketiga jenis ini dapat dibedakan berdasarkan penampang irisan buah, yaitu Dura
memiliki tempurung yang tebal, jenis Psifera memiliki biji yang kecil dengan tempurung
yang tipis, sedangkan tenera yang merupakan hasil persilangan antara Dura dengan
Psifera menghasilkan buah bertempurung tipis dan inti yang besar.
Hasil tanaman ini sangat berguna untuk kebutuhan kita dalam sehari-hari. Hasil
yang diperoleh dari tanaman kelapa sawit dapat digunakan bahan baku pembuatan
minyak goreng, nira, mentega dan lilin (Ponten, 1996).
Minyak inti kelapa sawit atau yang biasa kita sebut dengan Palm kernel oil (PKO)
dihsilkan dari inti sawit atau bungkil sawit. Minyak ini dapat di peroleh dengan cara
pemisahan, pemecahan, pengeringan, penyimpanan. Minyak inti sawit (PKO) memiliki
komponen-komponen yang terkandung didalamnya diantaranya adalah asam lemak,
kotoran dan air. Komponen ini dapat mempengaruhi dari mutu minyak. Hasil olahan
hari oleh kita. Minyak inti sawit biasanya diolah menjadi minyak goreng putih (minyak
curah).
Adapun yang menentukan standar mutu untuk minyak ini adalah asam lemak
bebas. meningkatnya kadar asam lemak bebas dapat menurunkan kualitas minyak.
Meningkatnya kadar asam lemak bebas disebabkan oleh adanya reaksi hidrolisa minyak,
sehingga mutu minyak inti kelapa sawit yang rendah akan mepengaruhi kualitas dari
minyak. Asam lemak bebas yang tinggi tidak diinginkan dalam minyak karena dapat
berpengaruh dalam proses penyimpanannya. Selain asam lemak bebas, kadar air juga
dapat mempengaruhi setandar mutu dari minyak inti kelapa sawit. Apabila kandungan
airnya terlalu tinggi maka proses penyimpanannya tidak tahan lama. (Fauzi, 2002).
Berdasarkan uraian diatas, penulis merasa tertarik untuk memilih judul:
”penentuan Asam lemak Bebas (ALB) Dan Kadar Air Pada Palm Kernel Oil (PKO) di
PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero) Pabatu”, dalam penulisan karya ilmiah ini.
1.2. Permasalahan
1. Berapakah kadar asam lemak bebas (ALB) dan kadar air yang terkandung dalam Palm
Kernel Oil (PKO) dari PT.Perkebunan Nusantara IV (persero) Pabatu.
2. Apakah hasil yang diperoleh telah memenuhi standar mutu yang ditetapkan oleh pihak
1.3. Tujuan
1. Untuk mengetahui kadar asam lemak bebas (ALB) dan kadar air yang terdapat dalam
Palm Kernel Oil (PKO) yang berasal dari PT. Perkebunan Nusantara IV (persero)
pabatu pada tanggal 30 Desember 2009.
2. Untuk menetahui apakah kadar asam lemak (ALB) dan kadar air yang terdapat dalam
PKO dari PT.Perkebunan Nusantara IV (persero) memenuhi standar yang ditentukan
oleh Standar Nasional Indonesia (SNI).
1.4. Manfaat
Dengan mengetahui kadar asam lemak bebas dan kadar air yang terkandung
dalam Palm Kernel Oil (PKO), pihak Prusahaan dapat mengambil langkah-langkah untuk
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Sejarah Kelapa Sawit
Kelapa sawit pertama kali diperkenalkan di Indonesia oleh pemerintah Kolonial Belanda
pada tahun 1848. Ketika itu ada empat batang bibit kelapa sawit yang dibawa dari
Mauritius dan Amsterdam dan ditanam di Kebun Raya Bogor. Tanaman kelapa sawit
mulai diusahakan dan dibudidayakan secara komersial pada tahun 1911. Perintis usaha
perkebunan kelapa sawit di Indonesia adalah Adrien Hallet, seorang belgia yang telah
belajar banyak tentang kelapa sawit di Afrika. Budi daya yang dilakukannya diikutin oleh
K.Schadt yang menandai lahirnya perkebunan kelapa sawit di Indponesia. Sejak saat itu
perkebunan kelapa sawit di Indonesia berkembang. Perkabunan kelapa sawit pertama
berlokasi di pantai Timur Sumatra (Deli) dan Aceh. Luas areal perkebunannya encapai
5.123 ha. Indonesia mulai mengekspor minyak kelapa sawit pada tahun 1919 sebesar 576
ton ke negara-negara Eropa,kemudian tahun 1923 mulai mengekspor minyak inti sawit
sebesar 850 ton.
Pada masa penduduk belanda, perkebunan kelapa sawit mengalami perkembangan
kemajuan pesat yang dialami oleh Indonesia tidak diikutin dengan peningkatan
perekonomian nasional.
Memasuki pemerintahan orde baru, pembangunan diarahkan dalam rangka
menciptakan kesempatan kerja, meningkatkan kesejahtraan masyarakat, dan sebagai
sektor penghasil devisa negara. Pemerintahan terus mendorong pembukaan lahan baru
untuk perkebunan. Sampai dengan tahun 1980 luas lahan mencapai 294.560 ha dengan
produksi CPO sebesar 721.172 ton. Sejak saat itu perkebunan kelapa sawit Indonesia
berkembang pesat terutama perkebunan rakyat. Hal ini didukung oleh kebijakan
pemerintah yang melaksanakan program perkebunan inti rakyat perkebunan (PIR-bun).
Dalam pelaksanaannya, perkebunan besar sebagai inti membina dan menampung hasil
perkebunan rakyat di sekitarnya yang menjadi plasma. Perkembangan perkebunan
semangkin pesat lagi setelah pemerintah mengembangkan program lanjutan yaitu
PIR-Transmigrasi sejak tahun 1986. Program tersebut berhasil menanbah luas lahan dan
produksi kelapa sawit (Hartono, 2007).
2.2. Fraksi TBS dan mutu panen
Komposisi fraksi tandan yang biasanya ditentukan di pabrik sangat dipengaruhi
perlakuan sejak awal panen. Faktor penting yang cukup berpengaruh adalah kematangan
buah dan tingkat kecepatan pengakutan buah ke pabrik. Dalam hal ini, pengetahuan
mengenai derajat kematangan buah mempunyai arti penting sebab jumlah dan mutu
minyak yang akan di peroleh sangat ditentukan oleh faktor ini.
matang, maka minyak yang di hasilkan mengandung ALB dalam persentase tinggi (lebih
dari 5%). Sebaliknya, jika pemanenan dilakukan dalam keadaan buah belum matang,
selain kadar ALB-nya rendah, rendemen minyak yang dihasilkan juga rendah.
Berdasarkan hal tersebut di atas, ada beberapa tingkatan atau fraksi dari TBS yang
dipanen. Fraksi-fraksi TBS tersebut sangat mempengaruhi mutu panen, termasuk kualitas
mutu minyak sawit yang dihasilkan. Dikenal ada lima fraksi TBS. Berdasarkan fraksi
TBS tersebut, derajat kematangan yang baik adalah jika tandan-tandan yang dipanen
berada pada fraksi 1, 2, dan 3.
Tabel 2.1. Beberapa Tingkatan Fraksi TBS
Fraksi Jumlah Berondolan Tingkat Kematangan
00
Tidak ada, buah berwarna hitam
1 – 12,5% buah luar membrondol
12,5 – 25% buah luar membrondol
25 – 50% buah luar membrondol
50 – 75% buah luar membrondol
75 -100% buah luar membrondol
Buah dalam memberondol, ada buah
yang busuk
Lewat matang I
Lewat matang II
(Hartono, 2007).
2.3. Proses Pengolahan Kelapa Sawit
Pengolahan kelapa sawit di pabrik bertujuan untuk memperoleh minyak sawit
yang berkualitas baik. Proses tersebut berlasung cukup panjang dan memerlukan kontrol
yang cermat. Pada dasarnya ada dua macam hasil olahan utama kelapa sawit di pabrik,
yaitu minyak sawit yang merupakan hasil pengolahan daging buah dan minyak inti sawit
kelapa sawit sampai dihasilkan minyak sawit dapat diuraikan sebagai berikut (Hartono,
2007).
2.3.1. Pengangkutan TBS ke Pabrik
TBS harus segera diangkut ke pabrik untuk diolah, yaitu maksimal 8 jam setelah
panen harus segera diolah. Buah yang tidak segara diolah, akan mengalami kerusakan.
Pemilihan alat angkut yang tepat dapat membantu mengatasi kerusakan buah selama
pengangkutan. Alat angkut yang dapat digunakan dari kebun ke pabrik, di antaranya lori,
traktor gandengan, atau truk. Pengankutan dengan lori dianggap lebih baik dibandingkan
dengan alat angkut lain. Guncangan selama perjalanan lebih banyak terjadi jika
menggunakan truk atau traktor gandengan sehingga pelukaan pada buah lebih banyak.
Setelah TBS sampai di pabrik, segera dilakukan penimbangan. Penimbangan penting
dilakukan terutama untuk mendapatkan angka-angka yang berkaitan dengan produksi,
pembayaran upah pekerja, dan perhitungan rendemen minyak sawit.
2.3.2. Perebusan TBS
TBS yang telah ditimbang beserta lorinya selanjutnya direbus di dalam sterilizer
atau dalam ketel rebus. Perebusan dilakukan dengan mengalirkan uap panas selama 1 jam
atau tergantung besarnya tekanan uap. Pada umumnya, besarnya uap yang digunakan
adalah 2,5 atmosfer dengan suhu uap 125 °C. perebusan yang terlalu lama dapat
menurunkan kadar minyak dan pemucatat kernel. Sebaliknya, perebusan dalam waktu
a. Merusak enzim lipase yang menstimulir pembentukan ALB
b. Mempermudah pelepasan buah dari tandan dan inti dari cangkang
c. Memperlunak daging buah sehingga memudahkan proses pemerasan
d.Untuk mengkoagulasikan (mengendapkan) protein sehinga memudahkan pemisahan
minyak.
2.3.3. Perontokan dan Pelumatan Buah
Lori yang berisi TBS ditarik keluar dan diangkat dengan alat Hoisting Crane yang
digerakkan dengan motor. Hoisting Crane akan membalikan TBS ke atas mesin perontok
buah (tbresher). Dari threser, buah yang telah rontok di bawa ke mesin pelumat
(digester). Untuk lebih memudahkan penghancuran daging buah dan pelepasan biji,
selama proses digester dipanasi (diuapin).
2.3.4. Pemerasan atau Ekstraksi Minyak Sawit
Untuk memisahkan biji sawit dari hasil lumatan TBS, perlu dilakukan pengadukan
selama 25 – 30 menit. Setelah lumatan buah bersih dari biji sawit, langkah selanjutnya
adalah pemerasan atau ekstraksi. Tujuan ekstrasi untuk mengambil minyak dari masa
adukan. Ada beberapa cara dan alat yang digunakan dalam proses ekstraksi minyak.
a. Ekstraksi dengan sentrifugasi
Alat yang dipakai berupa tabung baja selindris yang berlubang-lubang pada
Dengan adanya gaya sentrifugasi, maka minyak akan keluar melalui lubang-lubang pada
dinding tabung.
b. Ekstraksi dengan cara screw press
Prinsip ekstraksi minyak dengan cara ini adalah menekan buah lumatan dengan
tabung yang berlubang dengan alat ulir yang berputar sehingga minyak akan keluar lewat
lubang-lubang tabung. Besarnya tekanan alat ini dapat diatur secara elektris dan
tergantung dari volume bahan yang akan dipress. Cara ini mempunyai kelemahan yaitu
pada tekanan yang terlampau kuat akan menyebabkan biji banyak yang pecah.
c. Ekstraksi dengan bahan pelarut
Pada dasarnya, ekstraksi dengan cara ini adalah dengan menambah pelarut
tertentu pada lumatan daging buah sehingga minyak larut terpisah dari partikel lain.
d. Ekstraksi dengan tekanan hidrolis
Dalam sebuah peti pemeras, bahan ditekan secara otomatis dengan tekanan
hidrolis (Hartono, 2007).
2.3.5. Pemurnian dan Penjernihan Minyak Sawit
Minyak sawit yang keluar dari tempat pemerasan atau pengepresan masih berupa
minyak sawit kasar karena masih mengandung kotoran berupa partikel-pertikel dari
tempurung dan serabut serta 40-50% air. Agar diperoleh minyak sawit yang bermutu
baik, minyak sawit kasar tersebut diolah lebih lanjut yaitu dialirkan dalam tangki minyak
menurunkan kandungan air dalam minyak. Minyak sawit yang telah dijernihkan
ditampung dalam tangki-tangki penampungan dan siap dipasarkan atau mengalami
pengolahan lebih lanjut samapi dihasilkan minyak sawit murni (processed palm oil, PPO)
dan hasil olahan lainnya.
Tabel 2.2. Sifat Minyak Kelapa Sawit Sebelum dan Sesudah Dimurnikan
Sifat Minyak Sawit Kasar Minyak Sawit Murni
Titik cair : awal
Akhir
Bobot jenis 15°C
Indeks bias D 40°C
Bilangan penyabunan
Bilangan lod
Bilangan Riechert Meissl
Bilangan polenske
2.3.6. Pengeringan dan Pemecahan Biji
Biji sawit yang telah dipisah pada proses pengadukan, diolah lebih lanjut untuk
diambil minyaknya. Sebelum di pecah, biji-biji sawit dikeringkan dalam silo, minimal 14
jam dengan sirkulasi udara kering pada suhu 50 °C. Akibat proses pengeringan ini, inti
sawit akan mengerut sehingga memudahkan pemisahan inti sawit dari tempurungnya.
Biji-biji sawit yang sudah kering kemudian dibawa kealat pemecah biji (Hartono, 2007).
Untuk mengawetkan inti sawit yang keluar dari alat pemisah biji perlu dilakukan
Proses penurunan mutu umumnya terjadi selama proses penyimpanan, oleh sebab itu
perlu diperhatikan proses dan kondisi penyimpanan serta interaksi antara kelembaban
udara dengan kadar air inti. Permukaan inti sawit yang basah merupakan media tumbuh
mikroba yang lebih baik, sehingga spora yang menempel pada permukaan tersebut lebih
cepat tumbuh. Mikroba tersebut akan menghasikan enzim yang dapat merusak lemak,
protein, karbonhidrat dan vitamin baik secara hydrolysis ataupun dengan oksidasi. Oleh
sebab itu dalam pengawetan inti pertama-tama ditunjukkan untuk menurunkan air
permukaan (Ponten, 1996).
2.3.7. Pemisahan Inti Sawit dari Tempurung
Pemisahan inti sawit dari tempurungnya berdasarkan perbedaan berat jenis antara
inti sawit dan tempurung. Alat yang digunakan adalah hydrocylone separator. Inti dan
tempurung dipisahkan oleh aliran air yang berputar dalam sebuah tabung atau dapat juga
dengan mengapungkan biji-biji yang pecat dalam larutan lempung yang mempunyai berat
jenis 1,16. Dalam keadaan tersebut inti sawit akan mengapung dan tempurung tenggelam.
Proses selanjutnya adalah pencucian inti sawit dan tempurung sampai bersih.
Untuk menghindari kerusakan akibat mikroorganisme, maka inti sawit harus
segera dekeringkan dengan suhu 80 °C. Setelah kering, inti sawit dapat dipak atau diolah
lebih lanjut yaitu dengan ekstraksi untuk menghasilkan minyak inti sawit (palm kernel
oil, PKO) (Hartono, 2007).
Keberhasilan pemisahan inti dengan tempurung dipengaruhi oleh beberapa faktor antara
a. Tekanan pompa air yang melalui siklon, tekanan yang lebih tinggi akan mempercepat
pemisahan inti dengan cangkang. Semangkin tinggi tekanan pompa maka pemisahan
akan lebih sempurna, dan sebaliknya.
b. Putaran Cyclon semakin baik jika permukaan bagian dalam lebih rata. Permukaan
dalam yang tidak rata umumnya disebabkan oleh pukulan benda berat seperti logam
atau batu yang akan menyebabkan pemisahan inti dan cangkang tidak sempurna.
c. Kebersihan umpan. Kandungan serat dan debu yang tinggi dalam cairan hydrosiklon
akan mempengaruhi pemisahan inti dan cangkang. Oleh sebab itu diperlukan
pengoprasian separating coulumn (LTDS) yang lebih sempurna.
d. Rotasi penggantian air. partikel halus dan atau debu yang terdapat pada cairan
hydrosiklon akan mempengaruhi berat jenis cairan yang menyebabkan pemisahan inti
dan cangkang tidak berlangsung sebagaimana mestinya.
e. Biji bulat yang tidak terpecahkan dalam pemecah biji perlu dilakukan pemisahan
dengan ayakan biji, sehingga biji dikembalikan ke conveyor pengankut biji ke alat
pemecah biji (Ponten, 1996).
2.4. Minyak Kelapa Sawit
Salah satu dari beberapa tanaman golongan palm yang dapat menghasilkan
minyak adalah kelapa sawit (Elaeis guinensis JACQ). Kelapa sawit dikenal terdiri dari
empat macam tipe atau varietas, yaitu tipe Macrocarya, Dura,Tenera dan Pisifera.
Masing-masing tipe dibedakan berdasarkan tebal tempurung (ketaren, 2002).
Minyak kelapa sawit dibagi menjadi dua jenis yaitu Crude Palm Oil (CPO) dan
A. Crude Palm Oil (CPO)
Minyak sawit kasar (CPO) adalah minyak yang di hasilkan dari daging buah
melalui proses pengolahan minyak sawit. Minyak sawit kasar ini memiliki bau yang enak
dan sangat tahan terhadap proses oksidasi. Sifat ini disebabkan karena adanya zat
tocoferol yang terkandung dalam minyak yang berfungsi sebagai anti oksidasi.
B. Palm Kernel Oil (PKO)
Inti kelapa sawit dapat menghasilkan minyak inti sawit (palm kernel oil) dan
sebagai hasil samping lain ialah bungkil inti kelapa sawit (palm kernel meal atau pellet).
Minyak inti sawit (PKO) adalah minyak yang di hasilkan dari inti sawit yang telah
mengalami proses pengolahan. Minyak inti sawit dapat digunakan sebagai bahan
pembuatan minyak putih yang sering kita pergunakan dalam pengorengan. Bungkil inti
kelapa sawit adalah inti kelapa sawit yang telah mengalami proses ekstraksi dan
pengeringan. Sedangkan pellet adalah bubuk yang telah dicetak kecil-kecil berbentuk
bulat panjang dengan diameter ukuran lebih 8 mm. selain itu bungkil kelapa sawit dapat
digunakan sebagai makanan ternak (Ponten, 1996).
Tabel 2.4. Komposisi Asam Lemak Minyak Kelapa Sawit dan Minyak Inti Kelapa Sawit
Asam Lemak Minyak Kelapa Sawit (%) Minyak Inti Sawit (%)
Asam stearat
Minyak inti sawit yang baik, berkadar asam lemak bebas yang rendah dan
berwarna kuning terang serta mudah dipucatkan. Bungkil inti sawit diinginkan berwarna
relative terang dan nilai gizi serta kandungan asam aminonya tidak berubah.
Tabel 2.4. Komposisi Biji Inti Sawit
Komponen Jumlah
Minyak
Air
Protein
Extractable non nitrogen
Selulosa
2.5. Standar Mutu
Standar mutu adalah merupakan hal yang penting untuk menentukan minyak yang
bermutu baik. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi dan menentukan standar mutu
adalah air dan kotoran, asam lemak bebas, bilangan peroksida dan daya pemucatan.
Faktor-faktor lain adalah titik cair, kandungan gliserida padat, plastisitas dan, sifat
transparan, kandungan logam berat dan bilangan penyabunan. Semua faktor-faktor ini
Tabel 2.5. Standar Mutu Minyak Sawit, Minyak Inti Sawit dan Inti Sawit
Karakteristik Minyak sawit Inti sawit Minyak inti sawit Keterangan
Asam lemak bebas
Kadar kotoran
Kadar zat menguap
Bilangan peroksida
Asam lemak adalah asam organik yang terdapat sebagai ester trigliserida atau
lemak, baik yang berasal dari hewan atau tumbuhan. Asam-asam lemak yang ditemukan
di alam, biasanya merupakan asam-asam monokarboksilat dengan rantai yang tidak
bercabang dan mempunyai jumlah atom karbon genap. Asam-asam lemak yang
ditemukan di alam dapat dibagi menjadi dua golongan, yaitu asam lemak jenuh dan asam
lemak tidak jenuh. Asam-asam lemak tidak jenuh berbeda dalam jumlah dan posisi ikatan
Keduanya dapat mempengaruhi sifat-sifat kelarutan dalam air, kemampuan asam lemak
untuk menguap, dan kelarutan garam-garamnya dalam alkohol dan air. (Winarno, 1992).
2.7. Cara Penentuan Kadar Asam Lemak Bebas (ALB) dan Kadar Air
2.7.1. Penentuan Kadar Asam Lemak bebas (ALB)
Asam lemak bebas terbentuk karena terjadinya proses hidrolisa minyak menjadi
asam-asanya. Asam lemak bebas merupakan salah satu indikator mutu minyak. Asam
lemak bebas dalam minyak dapat diukur dengan cara titrasi menggunakan larutan KOH
dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
Contoh
ml = volume KOH yang dipakai
N = Normalitas KOH
BM = Berat molekul asam laurat
2.7.2. Penentuan Kadar Air
Air dalam minyak hanya dalam jumlah kecil. Hal ini dapat terjadi karena proses
alami sewaktu pembuahan dan akibat perlakuan di pabrik serta penimbunan. Air yang
terdapat dalam minyak dapat ditentukan dengan cara penguapan dalam alat pengeringan
dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1. Alat
− Alat soklet
− Bola penghisap − Botol aquadest
− Buret 50 ml
− Gelas Erlenmeyer 250 ml − Gelas beaker
− Hot plate
− Labu takar 50 ml, 100 ml, 150 ml, 250 ml − Magnetic stirrer
− Naraca analisis
− Oven
− Pipet tetes
− Pipet volum 5ml, 20 ml, 25 ml
− Penjepit
− Penyaring tibal
− Statif dan Klem
3.2. Bahan
− Sampel PKO − Aquadest
− Alkohol 96%
− Etanol
− N-heksana − Keristal KOH
− Indicator timol blue 1 % − Asam oksalat
3.3. Prosedur Percobaan
3.3.1. Prosedur Pembuatan Reagen
a. Pembuatan Larutan KOH 0,1 N
− Ditimbang berat gelas beaker kosong
− Dimasukkan ke dalam gelas beaker 5,6 gram Kristal KOH
− Dilarutkan dengan menggunakan aquadest
− Dimasukkan ke dalam labu takar 1000 ml kemudian diencerkan dengan
menggunakan aquadest
− Dihomogenkan.
Perhitungan
KOH 0,1 N = 0,1 x Mr KOH
= (0,1 x Mr)g KOH/L
= 5,6 g KOH/L
Dimana :
N = Normalitas KOH
Mr = Massa molekul relatif
b. Pembuatan H2C2O4
− Ditimbang asam oksalat 0,1 gram dan dimasukkan ke dalam labu takar 100 ml.
− Dilarutkan dengan aquadest sampai garis tanda.
c. Standarisasi Larutan N KOH 0,1 N
− Ditimbang Kristal H2C2O4.2H2O sebanyak 3,3327 gram dan dilarutkan dengan
aquadest dalam labu takar 500 ml
− Dipipet sebanyak 5 ml dan dimasukkan ke dalam gelas Erlenmeyer 250 ml
− Ditambah dengan 3 tetes indikator phenolptalein 1%
− Dititrasi dengan larutan KOH sampai terjadi perubahan warna dari bening menjadi
merah rose pada titik akhir titrasi
− Dicatat volume larutan KOH yang terpakai
Perhitiungan
V1 . N1 = V2 . N2
Dimana :
V1 = Volume KOH (ml)
V2 = Volume H2C2O4
Dari data percobaan diperoleh :
Volume KOH yang digunakan = 4,86 ml
Volume H2C2O4 = 5 ml
Kosentrasi H2C2O4 = 0,1 N
Maka :
V1 . N1 = V2 . N2
4,86 . N1 = 5 . 0,1
N1 = 0,1028 N
d. Pembuatan Indikator Phenolptalein 1 %
− Ditimbang berat gelas beaker kosong
− Ditimbang ± 1 gram serbuk phenolptalein − Dilarutkan dengan larutan alkohol
− Dimasukkan dalam labu takar 100 ml
− Diencerkan dengan larutan alkohol hingga garis tanda
3.3.2. Analisa Kandungan Asam Lemak Besas
a. Sampel diaduk kemudian ditimbang sebanyak ± 3,50 gram dan dimasukkan ke
dalam Erlenmeyer yang telah diketahui berat kosongnya, kemudian ditambahkan 50
ml alkohol dan 3 tetes indikator phenolptalein 1 %
b. Sampel dititrasi dengan KOH 0,1 N sampai terbentuk larutan berwarna merah muda
(merah rose), dan dicatat volume KOH yang digunakan.
Rumus Penentuan kadar ALB
3.3.3. Analisa Kandungan Kadar Air
a. sampel diaduk kemudian ditimbang sebanyak ± 5 gram dan dimasukkan ke dalam
Erlenmeyer yang telah diketahui berat kosongnya, kemudian di masukkan ke dalam
oven pada suhu 110 – 115 °C selama 2 jam, setelah itu didinginkan dalam desikator
selama ± ½ jam
b. Sampel ditimbang dan dicatat beratnya.
Rumus Penentuan Kadar Air
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
Data dari hasil kadar asam lemak bebas (ALB) dan kadar air dari PKO pada tanggal 30
Desember 2009 yang diperoleh dari PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero) Pabatu
adalah sebagai berikut.
Tabel 4.1. Data Kadar Asam Lemak Bebas (ALB) Dan Kadar Air Pada Palm
Karnel Oil (PKO) di PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero) Pabatu.
No Jam Asam Lemak Bebas (%) Kadar Air (%)
1. 07.00
11.00
15.00
19.00
23.00
03.00
1,31
1,31
1,34
1,44
1,42
1,21
0,27
0,27
0,26
0,26
0,25
0,25
4.2. Perhitungan
Contoh perhitungan % asam lemak bebas dihitung dengan menggunakan persamaan 3.1
sebagai berikut :
Berat molekul laurat = 200
VKOH = Volume titrasi (ml)
NKOH = Normalitas KOH
BMas = Berat molekul asam lemak
Misalnya :
Untuk analisa asam lemak bebas pada PKO
Dik : VKOH = 2,3 ml
Contoh perhitungan kadar air dengan menggunakan persamaan 3.2 sebagai berikut
Misalnya :
Untuk analisa kadar air pada PKO
Dik : Berat contoh yang sudah dikeringkan = 0,0127 gram
Penentuan kadar asam lemak bebas (ALB) rata-rata pada tanggal 30 Desember
2009 adalah 1,34 % sedangkan standar mutu kadar asam lemak bebas (ALB) dari palm
kernel oil (PKO) yang ditetapkan oleh Standar Nasional Indonesia (SNI) yaitu 5 %.
Kadar air rata-rata yang diperoleh pada tanggal 30 Desember 2009 adalah 0,26%
sedangkan standar mutu yang ditetapkan oleh Standar Nasional Indonesia (SNI) yaitu
0,45 %.
Dari hasil percobaan yang dilakukan, maka kadar asam lemak bebas (ALB) yang
terkandung didalam palm kernel oil (PKO) memenuhi standar mutu yang ditetapkan oleh
Standar Nasional Indonesia (SNI) adalah 5%.Sedangkan untuk kadar air dan kadar
kotoran masih memenuhi standar mutu perdagangan yang di tetapkan oleh PT.
Perkebunan Nusantara IV (Persero) Pabatu. Hal ini menunjukkan bahwa waktu
penyimpanan dapat mempengaruhi perubahan kadar asam lemak bebas (ALB) pada
minyak. Selain itu juga disebabkan oleh tempat penimbunannya yang lembab, panas,
keterlambatan dalam pengumpulan dan pengangkutan buah, penumpukan buah yang
terlalu lama, dan adanya proses hidrolisa selama pemrosesan di pabrik.
Reaksi hidrolisa dapat dipercepat dengan adanya faktor panas, air, keasaman, dan
katalis (enzim). Semakin lama reaksi ini berlangsung maka semakin tinggi kadar asam
lemak bebas yang terkandung dalam minyak sawit tersebut.
Kadar asam lemak bebas dan kadar air dapat mengalami peningkatan dengan
bertambahnya waktu penyimpanan. Secara alami air memang terdapat dalam minyak
sawit. Kenaikan kadar air dalam minyak sawit disebabkan karena proses penyimpanan
yang terlalu lama dan juga pemanenan buah sawit yang tidak tepat pada waktunya.
Peningkatan kadar kotoran dalam minyak sawit dapat disebabkan oleh kerusakan pada
buah kelapa sawit, yaitu jika dinding sel pecah atau rusak karena proses pembusukan,
tergores atau memar karena benturan.
Kenaikan kadar air dan kotoran sangat berkaitan dengan ALB yang terkandung
dalam minyak sawit tersebut. Kadar asam lemak bebas (ALB) yang tinggi dapat
menyebabkan kerusakan pada minyak sawit yaitu ketengikan sehingga mutu dari minyak
sawit samakin menurun. Untuk itu, pengawasan mutu minyak sawit selama penyimpanan,
transportasi, dan penimbunan perlu dilakukan dengan ketat untuk mencegah terjadinya
penurunan mutu dari minyak sawit. Salah satu cara yang dapat ditempuh adalah dengan
membuat standar prosedur penyimpanan, transportasi, dan penimbunan minyak kelapa
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
- Kadar ALB dan kadar air yang dihasilkan dari analisa yang diperoleh dengan
rata-ratanya adalah 1,34% untuk kadar ALB dan 0,26% untuk kadar air.
- ALB yang dihasilkan memenuhi standar mutu perdagangan yang telah ditetapkan oleh
Standar Nasional Indonesia (SNI) adalah 5%. Sedangkan kandungan air masih
memenuhi standar mutu perdagangan yang telah ditetapkan oleh Standar Nasional
Indonesia (SNI) adalah 0,45%
5.2. Saran
Sebaiknya setiap 1 jam sekali harus dianalisa dan dikontrol kadar asam lemak
bebas (ALB) dan kadar air dalam Palm Kernel Oil (PKO) agar peningkatan kadar ALB
dan kadar air dalam PKO tersebut dapat diketahui dan segera dapat ditanggulangi
sehingga mutu dari minyak inti sawit tersebut tidak menurun dan sesuai dengan standar
DAFTAR PUSTAKA
Poedjiadi, A. 2006. Dasar – Dasar Biokimia. Edisi Revisi. Jakarta: UI - Press.
Ketaren, S. 1986. Minyak Dan Lemak Pangan. Cetakan I. Jakarta: UI – Press.
Ponten, M. Naibaho. 1996. Teknologi Pengolahan Kelapa Sawit. Medan: Pusat Penelitian
Kelapa Sawit.
Fauzi, Y. Widyastuti, Y.E. Satyawibawa, I. Hartono, R. 2007. Budi Daya Pemanfaatan
Hasil Dan Limbah Analisis Usaha Dan Pemasaran Kelapa Sawit. Cetakan 21.
Edisi Revisi. Jakarta: Penebar Swadaya.
Risza, S. 1994. Upaya Peningkatan Produktivitas Kelapa Sawit. Yogyakarta: Penerbit
Kanisius.