ANALISA PERBANDINGAN KADAR ASAM LEMAK BEBAS
(ALB) DARI CRUDE PALM OIL PADA VACUM DRYER DAN
STORAGE TANK DI PT. MULTIMAS NABATI ASAHAN
KUALA TANJUNG
TUGAS AKHIR
DINA INDIRA HARAHAP
112401046
PROGRAM STUDI DIPLOMA 3 KIMIA
DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ANALISA PERBANDINGAN KADAR ASAM LEMAK BEBAS
(ALB) DARI CRUDE PALM OIL PADA VACUM DRYER DAN
STORAGE TANK DI PT. MULTIMAS NABATI ASAHAN
KUALA TANJUNG
TUGAS AKHIR
Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat memperoleh Ahli Madya
DINA INDIRA HARAHAP
112401046
PROGRAM STUDI DIPLOMA 3 KIMIA
DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PERSETUJUAN
Judul : ANALISA PERBANDINGAN KADAR ASAM LEMAK BEBAS (ALB) DARI CRUDE PALM OIL PADA VACUM DRYER DAN STORAGE TANK DI PT. MULTIMAS NABATI ASAHAN KUALA TANJUNG
Kategori : TUGAS AKHIR
Nama : DINA INDIRA HARAHAP
Nomor Induk Mahasiswa : 112401046
PERNYATAAN
ANALISA PERBANDINGAN KADAR ASAM LEMAK BEBAS (ALB) DARI CRUDE PALM OIL PADA VACUM DRYER DAN STORAGE
TANK DI PT. MULTIMAS NABATI ASAHAN KUALA TANJUNG
TUGAS AKHIR
Saya mengakui bahwa tugas akhir ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.
Medan, Juni 2014
DINA INDIRA HARAHAP
PENGHARGAAN
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas limpah karunia-Nya yang telah diberikan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini dengan baik.
Karya ilmiah ini disusun sebagai salah satu syarat dalam rangka menyelesaikan studi pada program Diploma III Kimia Analis FMIPA USU Medan yang ditulis berdasarkan pengamatan penulis selama melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di PT. MULTIMAS NABATI ASAHAN Kuala
Tanjung dengan judul “ ANALISA PERBANDINGAN KADAR ASAM LEMAK
BEBAS (ALB) DARI CRUDE PALM OIL PADA VACUM DRYER DAN STORAGE TANK DI PT. MULTIMAS NABATI ASAHAN, KUALA
TANJUNG ”.
Karya ilmiah ini dapat ditulis dan terwujud atas bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ibu Dra. Herlince Sihotang, M.Si selaku dosen pembimbing yang telah banyak membimbing serta memberi masukan yang sangat bermanfaat sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Ilmiah ini.
2. Bapak Lukmanuddin dan Bang Hendri Effendi selaku pembimbing penulis dalam melaksanakan Praktek Kerja Lapangan.
3. Bapak Harry Tampubolon selaku Mill Head PKS PT. MNA
4. Ibu Dr. Rumondang Bulan, MS selaku Ketua Departemen Kimia FMIPA USU.
5. Ibu Dra. Emma Zaidar Nst, M.Si selaku Ketua Program Studi Diploma III Kimia FMIPA USU.
6. Bapak Dr. Sutarman, M.Sc selaku Dekan FMIPA USU.
7. Seluruh dosen dan staff pengajar jurusan D-III Kimia FMIPA USU yang telah banyak membantu selama perkuliahan.
8. Seluruh teman-teman Kimia Analis dan Kimia Industri FMIPA USU khususnya angkatan 2011.
Penulis menyadari bahwa tugas akhir ini masih jauh dari kesempurnaan kerena masih banyak tedapat kekurangan baik dari segi isi maupun penyusunan kata. Oleh karena itu, dengan rendah hati penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk penyempurnaan karya ilmiah ini. Penulis juga berharap semoga Karya Ilmiah ini bermanfaat bagi kita semua.
Medan, Juni 2014
Penulis,
ANALISA PERBANDINGAN KADAR ASAM LEMAK BEBAS (ALB) DARI CRUDE PALM OIL PADA VACUM DRYER DAN STORAGE TANK
DI PT. MULTIMAS NABATI ASAHAN KUALA TANJUNG
ABSTRAK
COMPARATIVE ANALYSIS OF FREE FATTY ACID LEVELS (FFA) FROM CRUDE PALM OIL IN VACUUM DRYER AND STORAGE TANKS
AT PT. MULTIMAS NABATI ASAHAN KUALA TANJUNG
ABSTRACT
DAFTAR ISI
2.5.1. Faktor Yang Mempengaruhi Mutu Minyak Sawit 16
Bab 3. Bahan dan Metode
3.1. Alat 20
3.2. Bahan 20
3.3. Prosedur Kerja 21
Bab 4. Hasil dan Pembahasan
4.1. Data Percobaan 22
4.2. Perhitungan 23
4.3. Pembahasan 24
Bab 5. Kesimpulan dan Saran
5.1. Kesimpulan 26
5.2. Saran 26
Daftar Pustaka 27
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
Tabel
2.1. varietas kelapa sawit berdasarkan tebal tempurung 5
dan daging buah
2.2. varietas kelapa sawit berdasarkan warna kulit buah 5
2.3. Beberapa Tingkat Fraksi TBS 6
2.4. Komposisi asam lemak minyak sawit dan Inti sawit 14
2.6. Standart mutu minyak kelapa sawit 19
4.1. Data Analisa Kadar Asam Lemak Bebas (ALB)
Pada Vacum Dryer 22
4.2. Data Analisa Kadar Asam Lemak Bebas (ALB)
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Judul Halaman
Lamp
ANALISA PERBANDINGAN KADAR ASAM LEMAK BEBAS (ALB) DARI CRUDE PALM OIL PADA VACUM DRYER DAN STORAGE TANK
DI PT. MULTIMAS NABATI ASAHAN KUALA TANJUNG
ABSTRAK
COMPARATIVE ANALYSIS OF FREE FATTY ACID LEVELS (FFA) FROM CRUDE PALM OIL IN VACUUM DRYER AND STORAGE TANKS
AT PT. MULTIMAS NABATI ASAHAN KUALA TANJUNG
ABSTRACT
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Minyak sawit memegang peranan peranan penting dalam perdagangan dunia.
Oleh karena itu, syarat mutu harus menjadi perhatian utama dalam
perdagangannya. Dalam hal ini syarat mutu diukur berdasarkan spesifikasi standar
mutu internasional yang meliputi kadar ALB (Asam Lemak Bebas), air, kotoran,
logam besi, logam tembaga, peroksida, dan ukuran pemucatan ( Fauzi, 2002).
Peyimpanan dan penanganan minyak sawit yang kurang baik dapat
mengakibatkan terjadinya kontaminasi baik oleh logam maupun bahan lain
sehingga akan menurunkan kualitas minyak sawit. Pengawasan mutu minyak
sawit selama penyimpanan, transportasi, dan penimbunan perlu dilakukan dengan
ketat untuk mencegah terjadinya penurunan mutu minyak sawit (Naibaho, 1998).
Peningkatan kadar ALB (Asam Lemak Bebas) juga dapat terjadi pada
proses hidrolisa dipabrik. Pada proses tersebut terjadi penguraian kimiawi yang
dibantu oleh air dan berlangsung pada kondisi suhu tertentu. Akan tetapi proses
pengolahan yang kurang cermat mengakibatkan efek samping yang tidak
diinginkan, mutu minyak menurun sebab air pada kondisi suhu tertentu bukan
membantu proses pengolahantetapi malah menurunkan mutu minyak. Untuk itu
setelah akhir proses pengolahan minyak sawit dilakukan pengeringan dengan
Selesai pengeringan minyak harus didinginkan sampai dibawah 50˚ C
untuk mencegah oksidasi pada waktu pemasukan ketangki timbun. Sebagai cairan
minyak sawit harus disimpan dalam tangki-tangki timbun berukuran antara
500-3000 ton. Selama penimbunan ini dapat terjadi perusakan mutu, baik peningkatan
kadar ALB (asam lemak bebas) maupun peningkatan oksidasi (Mangoensoekarjo,
2003 ).
Secara singkat proses pengolahan kelapa sawit setelah sampai dipabrik
adalah meliputi penimbangan TBS (tandan buah segar), sortasi, perebusan,
pemipilan, pencacahan dan pengempaan, pemurnian, dan penimbunan minyak
kelapa sawit.
Berdasarkan hal tersebut diatas, maka penulis ingin menganalisa
Perbandingan Kadar Asam Lemak Bebas (ALB) dari Crude Palm Oil Pada Vacum
Dryer dan Storage Tank di PT. Multimas Nabati Asahan, Kuala Tanjung.
1.2Perumusan Masalah
1. Apakah penimbunan minyak pada storage tank dapat mempengaruhi kadar
Asam Lemak Bebas pada Crude Palm Oil (CPO).
2. Apakah kadar Asam Lemak Bebas (ALB) pada Crude Palm Oil (CPO) di
PT. Multimas Nabati Asahan telah memenuhi standart mutu.
1.3Tujuan
1. Untuk mengetahui pengaruh nilai asam lemak bebas (ALB) terhadap
2. Untuk mengetahui apakah kadar asam lemak bebas (ALB) pada Crude
Palm Oil (CPO) di PT. Multimas Nabati Asahan telah memenuhi standart
mutu yang berlaku yaitu < 5 %.
1.4. Manfaat
1. Penulis dapat mengetahui pengaruh nilai asam lemak bebas (ALB)
terhadap penimbunan Crude Palm Oil (CPO).
2. Penulis dapat mengetahui apakah kadar asam lemak bebas (ALB) pada
Crude Palm Oil (CPO) di PT. Multimas Nabati Asahan telah memenuhi
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sejarah Kelapa Sawit
Tanaman kelapa sawit (Elaeis guinensis Jack) berasal dari Nigeria, Afrika Barat.
Meskipun demikian, ada yang menyatakan bahwa kelapa sawit berasal dari
Amerika Selatan yaitu Brazil karena ditemukan spesies kelapa sawit dihutan
Brazil dibandingkan dengan Afrika. Pada kenyataannya tanaman kelapa sawit
hidup subur diluar daerah asalnya, seperti Malaysia, Indonesia, Thailand, dan
Papua Nugini bahkan mampu memberikan hasil produksi per hektar yang lebih
tinggi.
Bagi Indonesia, tanaman kelapa sawit memiliki arti penting bagi
pembangunan perkebunan nasional. Kelapa sawit pertama kali diperkenalkan di
Indonesia oleh pemerintah kolonial Belanda pada tahun 1848. Ketika itu ada
empat batang bibit kelapa sawit yang dibawa dari Mauritius dan Amsterdam dan
ditanam di Kebun Raya Bogor. Tanaman kelapa sawit mulai diusahakan dan
dibudidayakan secara komersial pada tahun 1911. Perkebunan kelapa sawit
pertama berlokasi di Pantai Timur Sumatera (Deli) dan Aceh. Di Indonesia mulai
mengekspor minyak sawit pada tahun 1919 sebesar 576 ton ke negara- negara
Eropa, kemudian tahun 1923 mulai mengekspor minyak inti sawit sebesar 850 ton
2.1.1 Varietas Kelapa Sawit
Ada beberapa varietas tanaman kelapa sawit yang telah dikenal. Varietas- varietas
itu dapat dibedakan berdasarkan tebal tempurung dan daging buah, atau
berdasarkan warna kulit buahnya.
Tabel 2.1. varietas kelapa sawit berdasarkan tebal tempurung dan daging buah
Tipe buah Bentuk buah
Dura Tempurung (cangkang)
tebal,kandungan minyak dalam buah rendah
Pisifera Tempurung sangat tipis, kandungan
minyak dalam buah tinggi
Tenera Persilangan dura dan tenera. Tenera
bertempurung tipis namun kandungan minyak tinggi
(Risza, S. 1994).
Tabel 2.2 varietas kelapa sawit berdasarkan warna kulit buahnya
Varietas Warna kulit buah (setelah masak)
Nigrescens Merah kehitaman
Varescens Merah terang
Albescens Hitam
( Ketaren, 1986).
2.1.2 Fraksi Tandan Buah Segar (TBS)
Ada beberapa tingkatan atau fraksi dari TBS yang dipanen. Fraksi-fraksi TBS
tersebut sangat mempengaruhi mutu panen, termasuk kualitas minyak yang
derajat kematangan yang baik adalah jika tandan-tandan yang dipanen berada
pada fraksi 1, 2, dan 3.
Tabel 2.3 Beberapa Tingkat Fraksi TBS
Fraksi Jumlah berondolan Tingkat kematangan
00 tidak ada, buah berwarna hitam Sangat mentah
0 1-12,5% buah luar membrondol Mentah
1 12,5-25% buah luar membrondol Kurang matang
2 25-50% buah luar membrondol Matang I
3 50-75% buah luar membrondol Matang II
4 75-100% buah luar membrondol Lewat matang I
5 Buah luar juga membrondol,ada buah yang
busuk
Lewat matang II
(Fauzi, 2002).
2.2 Proses Pengolahan Kelapa Sawit
Proses pengolahan TBS (Tandan Buah Segar) kelapa sawit umumnya terdiri dari
beberapa stasiun yaitu:
1. Stasiun penerima buah (fruit reception)
Sebelum diolah dalam pabrik kelapa sawit, tandan buah segar (TBS) yang berasal
dari kebun pertama kali diterima distasiun penerimaan buah untuk ditimbang
dijembatan timbang (weight bridge) dan ditampung sementara dipenampungan
buah (loading ramp).
2. Stasiun perebusan (sterilizer)
Lori-lori yang berisi tandan buah segar (TBS) dikirim ke stasiun rebusan dengan
cara ditarik menggunakan capstand yang digerakkan oleh motor listrik hingga
memasuki sterilizer. Adapun tujuan dari perebusan ini adalah untuk menghentikan
proses pemipilan, penyempurnaan dalam pegolahan dimana selama perebusan
kadar air dalam buah akan berkurang karena proses penguapan dan dengan
berkurangnya air susunan daging buah akan berubah yang akan memberikan efek
positif yaitu mempermudah pengambilan minyak selama proses pengempaan dan
mempermudah pemisahan minyak dari zat non lemak (non-oil solid).
3. Stasiun pemipilan (stripper)
Tandan buah segar (TBS) juga lori yang telah direbus akan dikirim kebagian
pemipilan dan dituangkan ke alat pemipil (thresser) dengan bantuan transfer
carriage. Proses pemipilan terjadi akibat tromol berputar pada sumbu mendatar
yang membawa tandan buah segar ikut berputar sehingga membanting-banting
tandan buah segar (TBS) tersebut dan menyebabkan brondolan lepas dari
tandannya. Pada bagian dalam dari pemipil, dipasang batang-batang besi
perantara sehingga membentuk kisi-kisi yang memungkinkan brondolan keluar
dari pemipil. Brondolan yang keluar dari bagian bawah pemipil dan ditampung
oleh sebuah screw conveyor untuk dikirim kebagian digesting dan pressing.
4. Stasiun pencacahan (digester) dan pengempaan (presser)
Brondolan yang telah terpipil dari stasiun pemipilan diangkut kebagian
pengadukan/ pencacahan (digester). Alat yang digunakan untuk pengadukan/
pencacahan berupa sebuah tangki vertikal yang dilengkapi dengan lengan-lengan
pencacah dibagian dalamnya. Lengan-lengan pencacah ini diputar oleh motor
listrik yang dipasang dibagian atas dari alat pencacah (digester). Putaran
lengan-lengan pengaduk berkisar 25-26 rpm. Tujuan utama dari proses digesting yaitu
mempersiapkan daging buah untuk pengempaan (pressing) sehingga minyak
dengan mudah dapat dipisahkan dari daging buah dengan kerugian yang
sekecil-kecilnya.
5. Stasiun pemurnian (clarifier)
Stasiun pemurnian ini bertujuan untuk melakukan pemurnian minyak kelapa sawit
dari kotoran-kotoran seperti padatan, lumpur, dan air. Dimana minyak kasar yang
pembersihan/pemurnian minyak kasar yaitu agar diperoleh minyak dengan
kualitas sebaik mungkin dan dapat dipasarkan dengan harga yang layak.
Minyak kasar yang diperoleh dari hasil pengempaan dialirkan menuju
saringan getar (vibrating screen) untuk disaring agar kotoran yang berupa serabut
kasar tersebut dialirkan ketangki penampungan minyak kasar (crude oil tank).
Minyak kasar yang terkumpul di crude oil tank (COT) dipanaskan hingga
mencapai temperatur 95-100˚ C. Menaikkan temperature minyak kasar sangat
penting artinya, yaitu untuk memperbesar perbedaan berat jenis (BJ) antara
minyak, air, dan sludge, sehingga sangat membantu dalam proses pengendapan.
Selanjutnya minyak dari COT dikirim ketangki pengendap (continous settling
tank/ clarifier tank).
Di clarifier tank, minyak kasar terpisah menjadi minyak dan sludge karena
proses pengendapan. Minyak dari clarifier tank selanjutnya dikirim ke oil tank,
sedangkan sludge akan dikirim ke sludge tank. Sludge merupakan fasa campuran
yang masih mengandung minyak. Di pabrik kelapa sawit (PKS), sludge diolah
untuk dikutip kembali untuk mengambil minyak yang masih terkandung
didalamnya (Pahan, 2006).
6. Pengeringan dan penimbunan Minyak kelapa sawit terdiri dari 2 tahap yaitu:
a. Pengeringan minyak sawit
Kadar air dalam minyak setelah pemurnian masih terlalu tinggi untuk mencegah
peningkatan kadar ALB karena hidrolisis. Untuk mendapat kadar air yang
diinginkan (0,08 %) minyak masih harus dikeringkan. Untuk ini sebaiknya
dipakai pengering vakum pada suhu relatif rendah, agar minyak tidak teroksidasi
pada waktu pengeringan pada suhu tinggi. Minyak yang masuk pada suhu 80˚ C
b. Penimbunan minyak sawit
Minyak dan inti sawit hasil pemurnian tidak selamanya dapat langsung dikirim
untuk dipasarkan. Untuk sementara waktu masih perlu ditimbun dipabrik.
Persyaratan penimbunan yang baik adalah :
1. Kebersihan tangki dijaga, khususnya terhadap kotoran dan air
2. Jangan mencampur minyak berkadar ALB tinggi atau minyak kotor
dengan minyak berkadar ALB rendah atau bersih atau kering
3. Membersihkan tangki dan memeriksa pipa-pipa uap pemanas, tutup
tangki, alat-alat pengukur dan lain-lain setiap ada kesempatan
4. Memelihara suhu sekitar 40˚ C
5. Pipa pemasukan minyak harus terbenam ujungnya dibawah permukaan
minyak
6. Melapisi dinding tangki dengan dammar epoksi (hanya untuk minyak
sawit bermutu tinggi) ( Mangoensoekarjo, 2003 ).
Suhu minyak pada waktu pemuatan kedalam tangki angkut adalah
50-55˚C. untuk menjaga suhu, disarankan tangki memiliki sistem pengatur suhu
(thermostat) yang dapat menjaga fluktuasi suhu sebesar 1˚ C serta pencatatan
suhu (recorder).
Prosedur pencucian tangki penyimpanan minyak kelapa sawit adalah
sebagai berikut:
1. Dinding tangki dan pipa pemanas dibersihkan dengan menggunakan alat
3. Tangki dikeringkan dengan udara tekan
4. Apabila masih belum bersih, tangki dapat dicuci dengan larutan detergen
panas yang diikuti dengan pembilasan menggunakan air panas dan air
dingin ( Naibaho, 1998 ).
2.3 Minyak dan Lemak
Minyak dan lemak tidak berbeda dalam bentuk umum trigliseridanya, tetapi hanya
berbeda dalam bentuk (wujud). Perbedaan ini didasarkan pada perbedaan titik
lelehnya. Pada suhu kamar lemak berwujud padat, sedangkan minyak berwujud
cair. Titik leleh minyak dan lemak tergantung pada strukturnya, biasanya
meningkat dengan bertambahnya jumlah atom karbon. Banyaknya ikatan rangkap
atom karbon juga berpengaruh. Dimana semaikin banyak ikatan rangkap atom
karbon maka lemak akan semakin cair didalam suhu kamar. Trigliserida yang
kaya akan lemak tak jenuh, seperti asam oleat dan linoleat, biasanya berwujud cair
sedangkan trigliserida yang kaya akan lemak jenuh seperti asam stearat dan
palmitat, biasanya adalah berwujud padat. Semua jenis lemak tersusun oleh
asam-asam lemak yang terikat oleh gliserol.
Trigliserida alami ialah triester dari asam lemak berantai panjang dan
gliserol merupakan penyusun utama lemak hewan dan nabati. Trigliserida
termasuk lipid sederhana dan juga merupakan bentuk cadangan lemak dalam
tubuh manusia (Tambun, 2006).
Asam karboksilat yang diperoleh dari hidrolisis suatu lemak atau minyak,
tak bercabang. Lemak dan minyak sering kali dibuat nama sebagai derivat
asam-asam lemak ini. Misalnya tristearat dari gliserol diberi nama tristearin, dan
tripalmitat dari gliserol disebut tripalmitin. Minyak dan lemak dapat juga diberi
nama dengan cara yang biasa dipakai untuk penamaan suatu ester sebagai contoh,
gliseril tristearat dan gliseril tripalmitat.
CH2O2C(CH2)16CH3 CH2OH
CHO2C(CH2)16CH3 + 3 H2O CHOH + 3 CH3(CH2)16CO2H
CH2O2C(CH2)16CH3 CH2OH
Tristearin gliserol asam stearat
(gliserol tristearat)
Rantai hidrokarbon dalam suatu asam lemak dapat bersifat jenuh atau
dapat pula mengandung ikatan- ikatan rangkap. Konfigurasi disekitar ikatan
rangkap apa saja dalam asam lemak alamiah adalah cis, suatu konfigurasi yang
menyebabkan titik leleh minyak itu rendah. Asam lemak jenuh membentuk rantai
zig-zag yang cocok satu sama lain sehingga gaya tarik van der waalsnya tinggi,
oleh karena itu lemak-lemak jenuh berbentuk padat. Jika beberapa ikatan rangkap
cis terdapat dalam rantai dan molekul itu tidak dapat membentuk kisi yang rapi,
tetapi cenderung untuk melingkar, trigliserida tak jenuh ganda maka cenderung
berbentuk minyak (Fessenden, 1986).
Asam lemak adalah asam organik yang mempunyai struktur sebagai
berikut:
O
R -- C -- OH
Dimana R adalah rantai karbon yang jenuh atau yang tidak jenuh yang terdiri atas
4 sampai 24 buah atom karbon. Rantai karbon yang jenuh ialah rantai karbon yang
tidak mengandung ikatan rangkap, sedangkan yang mengandung ikatan rangkap
disebut rantai karbon tidak jenuh. Pada umumnya asam lemak mempunyai jumlah
atom karbon genap. Makin panjang rantai karbon, makin tinggi titik lebur dari
asam lemak. Apabila dibandingkan dengan asam lemak jenuh, asam lemak tidak
jenuh mempunyai titik lebur lebih rendah. Asam lemak adalah asam lemah.
Apabila dapat larut dalam air. Kelarutan asam lemak dalam air berkurang dengan
bertambah panjangnya rantai karbon (Poedjiadi, 1994).
2.4. Sumber-sumber minyak dan lemak
Lemak dan minyak yang dapat dimakan (edible fat) dihasilkan oleh alam, yang
dapat bersumber dari bahan nabati atau hewani. Dalam tanaman atau hewan,
minyak dan lemak tersebut berfungsi sebagai cadangan energi. Minyak dan lemak
dapat diklasifikasikan berdasarkan sumbernya yaitu yang bersumber dari tanaman
misalnya minyak kelapa sawit, minyak jagung, minyak kacang, minyak biji kapas,
minyak zaitun, minyak kelapa, minyak bunga matahari dan sebagainya.
Sedangkan yang bersumber dari hewani misalnya minyak sapi, minyak ikan
2.4.1 Minyak Kelapa Sawit
Sebagai minyak atau lemak, minyak sawit adalah suatu trigliserida, yaitu senyawa
gliserol dengan asam lemak. Sesuai dengan bentuk bangun rantai asam lemaknya,
minyak sawit termasuk golongan minyak asam oleat-linoleat. Minyak sawit
berwarna merah jinggan karena kandungan karotenoida (terutama β- karotena),
berkonsistensi setengah padat pada suhu kamar (terkonsistensi dan titik lebur
banyak ditentukan oleh kadar ALB-nya), dan dalam keadaan segar dan kadar
asam lemak bebas yang rendah, bau dan rasanya cukup enak
(Mangoensoekarjo, 2003).
Asam lemak minyak sawit dihasilkan dari proses hidrolisis, baik secara
kimiawi maupun enzimatik. Proses hidrolisis menggunakan enzim lipase dari
jamur Aspergillus niger dinilai lebih menghemat energi karena dapat berlangsung
pada suhu 10 - 25˚ C. selain itu, proses ini juga dapat dilakukan pada fase padat.
Namun, hidrolisis enzimatik mempunyai kekurangan pada kelambatan prosesnya
yang berlangsung 2-3 hari. Asam lemak yang dihasilkan dihidrogenasi, lalu
didestilasi, dan selanjutnya difraksinasi sehingga menghasilkan asam-asam lemak
murni. Asam- asam lemak tersebut digunakan sebagai bahan untuk detergen,
Tabel 2.4 Komposisi asam lemak minyak sawit dan Inti sawit
asam palmitat C16:0 (jenuh) dan asam oleat C18:1 (tidak jenuh). Minyak kelapa
sawit adalah minyak nabati semi padat. Hal ini karena minyak sawit mengandung
sejumlah besar asam lemak tidak jenuh dengan atom karbon lebih dari C8. Warna
minyak ditentuksn oleh adanya pigmen yang dikandung. Minyak sawit berwarna
kuning karena kandungan beta karoten yang merupakan bahan vitamin A
(Pahan, 2006).
2.5 Mutu Minyak Kelapa Sawit
Akhir-akhir ini minyak sawit berperan cukup penting dalam perdagangan dunia.
Berbagai industri, baik pangan maupun non pangan, banyak yang
Didalam perdagangan kelapa sawit, istilah mutu sebenarnya dapat
dibedakan menjadi dua arti. Yang pertama adalah mutu minyak sawit dalam arti
benar-benar murni dan tidak tercampur dengan minyak nabati lain. Mutu minyak
sawit dalam arti yang pertama dapat ditentukan dengan menilai sifat-sifat
fisiknya, antara lain titik lebur, angka penyabunan, dan bilangan yodium.
Sedangkan yang kedua, yaitu mutu minyak sawit dilihat dalam arti penilaian
menurut ukuran. Dalam hal ini syarat mutunya diukur berdasarkan spesifikasi
standart mutu internasional, yang meliputi kadar asam lemak bebas (ALB, FFA),
air, kotoran, logam besi, logam tembaga, peroksida, dan ukuran pemucatan.
Dalam dunia perdagangan, mutu minyak sawit dalam arti yang kedua lebih
penting.
Industri pangan maupun nonpangan selalu menghendaki minyak sawit
dalam mutu yang terbaik, yaitu minyak sawit yang dalam keadaan segar, asli,
murni dan tidak tercampur bahan tambahan lain seperti kotoran, air, logam-logam
(dari alat-alat selama pemrosesan), dan lain-lain. Adanya bahan-bahan yang tidak
semestinya terikut dalam minyak sawit ini akan menurunkan mutu dan harga
jualnya (Tim penulis,1997).
Warna minyak kelapa sawit sangat dipengaruhi oleh kandungan karoten
dalam minyak tersebut. Karoten dikenal sebagai sumber vitamin A, pada
umumnya terdapat pada tumbuhan yang berwarna hijau dan kuning termasuk
kelapa sawit, tetapi para konsumen tidak menyukainya. Oleh karena itu para
produsen berusaha untuk menghilangkannya dengan berbagai cara. Salah satu
Mutu minyak kelapa sawit juga dipengaruhi oleh kadar asam lemak
bebasnya, karena jika kadar asam lemak bebasnya mtinggi, maka akan timbul bau
tengik disamping juga dapat merusak peralatan karena mengakibatkan timbulnya
korosi (Tambun, 2006).
2.5.1 Faktor yang mempengaruhi mutu minyak sawit
Rendahnya mutu minyak sawit sangat ditentukan oleh banyak faktor. Berikut ini
akan dikemukakan beberapa hal yang secara langsung berkaitan dengan
penurunan mutu minyak sawit dan sekaligus cara pencegahannya, serta standar
mutu minyak sawit yang dikehendaki pasar.
a. Asam Lemak Bebas (free fatty acid)
Asam lemak bebas dalam konsentrasi tinggi yang terikut dalam minyak sawit
sangat merugikan. Tingginya asam lemak bebas ini mengakibatkan rendemen
minyak turun. Untuk itulah perlu dilakukan usaha pencegahan terbentuknya asam
lemak bebas dalam minyak sawit.
Kenaikan kadar ALB ditentukan mulai dari saat tandan dipanen sampai
tandan diolah dipabrik. Kenaikan ALB ini disebabkan adanya reaksi hidrolisa
pada minyak. Hasil reaksi hidrolisa minyak sawit adalah gliserol dan ALB. Reaksi
ini akan dipercepat dengan adanya faktor-faktor panas, air, keasaman, dan katalis
(enzim). Semakin lama reaksi ini berlangsung, maka semakin banyak kadar ALB
O
Beberapa faktor yang dapat menyebabkan peningkatan kadar ALB yang
relatif tinggi dalam minyak sawit antara lain :
1. Pemanenan buah sawit yang tidak tepat waktu
2. Keterlambatan dalam pengumpulan dan pengambilan buah
3. Penumpukan buah yang terlalu lama, dan
4. Proses hidrolisa selama pemrosesan di pabrik
b. Kadar zat menguap dan kotoran
Meskipun kadar ALB dalam minyak sawit kecil, tetapi hal itu belum menjamin
besi, tembaga, dan kuningan. Logam-logam tersebut biasanya berasal dari
dilakukan untuk menghindari terikutnya kotoran yang berasal dari pengelupasan
alat-alat dan pipa adalah mengusahakan alat-alat dari stainless steel.
Mutu dan kualitas minyak sawit yang mengandung logam-logam tersebut
akan turun. Sebab dalam kondisi tertentu, logam-logam itu dapat menjadi
katalisator yang menstimulir reaksi oksidasi minyak sawit. Reaksi ini dapat
dimonitor dengan melihat perubahan warna minyak sawit yang semakin gelap dan
akhirnya menyebabkan ketengikan.
d. Bilangan peroksida
Proses oksidasi yang distimulir oleh logam jika berlangsung dengan intensif akan
mengakibatkan ketengikan dan perubahan warna (menjadi semakin gelap).
Keadaan ini jelas sangat merugikan sebab mutu minyak sawit menjadi menurun.
Angka oksidasi dihitung berdasarkan angka peroksida. Sebagai standar
umum dipakai angka 10 meq (milligram equivalent), tetapi ada yang memakai
standar lebih ketat lagi yaitu 6 meq. Diatas angka tersebut mutu barang jadi yang
dihasilkan dapat dipastikan kurang baik.
e. Pemucatan
Minyak sawit mempunyai warna kuning oranye sehingga jika digunakan sebagai
bahan baku untuk pangan perlu dilakukan pemucatan. Pemucatan ini
dimaksudkan untuk mendapatkan warna minyak sawit yang lebih memikat dan
sesuai dengan kebutuhannya. Keintensifan pemucatan minyak sawit sangat
ditentukan oleh kualitas minyak sawit yang bersangkutan. Semakin jelek
sawit yang bermutu baik akan mengurangi biaya pemucatan pada pabrik
konsumen.
Berdasarkan standar mutu minyak sawit untuk pemucatan dengan alat
lovibond dapat diketahui dosis bahan-bahan pemucatan yang dibutuhkan, biaya,
serta randemen hasil akhir yang akan diperoleh. Untuk standar mutu didasarkan
pada warna merah 3,5 dan warna kuning 35 (Tim penulis, 1997).
2.6 Standart Mutu Minyak Kelapa Sawit
Karakteristik Minyak sawit Keterangan
Asam Lemak Bebas 5 % Maksimal
Kadar kotoran 0.,5 % Maksimal
Kadar zat menguap 0,5 % Maksimal
Bilangan peroksida 6 meq Maksimal
Bilangan iodine 44-58 mg/gr -
Kadar logam (Fe, Cu) 10 ppm -
Lovibond 3-4 R -
Kadar minyak - Minimal
Kontaminasi - Maksimal
Kadar pecah - Maksimal
BAB 3
BAHAN DAN METODE
3.1 Alat
- Erlenmeyer 250 ml Pyrex
- Neraca Analitik Sartorius
- Hot Plate
- Buret Digital 50 ml Pyrex
- Pipet Tetes
- Gelas Ukur 100 ml Pyrex
3.2 Bahan
- CPO ( Crude Palm Oil )
- Alkohol netral Emerck
- NaOH 0,1 N Emerck
3.3Prosedur Kerja
a. Ditimbang sampel CPO tanggal 17-02-2014 sebanyak 5 gram kedalam
erlenmeyer
b. Diambil 50 ml isopropyl alkohol lalu masukkan kedalam erlenmeyer,
tambahkan 3 tetes indikator phenolftalein lalu diaduk
c. Dinetralisir isopropyl alkohol dengan menambahkan NaOH 0,1035 N tetes
demi tetes dengan buret hingga larutan berwarna jingga tipis
d. Dipindahkan isopropyl alkohol yang telah dinetralisir kedalam erlenmeyer
yang berisi CPO
e. Dipanaskan larutan diatas hot plate sambil diaduk perlahan sampai
campuran homogen lalu diangkat
f. Ditambahkan 3 tetes indikator phenolftalein
g. Dititrasi larutan dengan NaOH 0,1035 N sambil diaduk hingga terjadi
perubahan warna menjadi merah lembayung tetap yang bertahan ± 30
detik
h. Dicatat volume NaOH yang terpakai
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Percobaan
Dari hasil analisa yang dilakukan di laboratorium Pabrik Kelapa Sawit (PKS) di
PT. Multimas Nabati Asahan, maka diperoleh data hasil analisa kadar Asam
Lemak Bebas (ALB) pada CPO. Data tersebut diambil dari sampel pada vacum
dryer dan storage tank, maka diperoleh data sebagai berikut :
Tabel 4.1 Data Analisa Kadar Asam Lemak Bebas (ALB) Pada Vacum Dryer
Tabel 4.2 Data Analisa Kadar Asam Lemak Bebas (ALB) Pada Storage Tank
17-02-2014 5,0824 0,1035 7,28 3,79
18-02-2014 5,1326 0,1035 6,91 3,56
19-02-2014 5,3031 0,1035 7,21 3,60
20-02-2014 5,3988 0,1035 7,92 3,88
21-02-2014 5,1823 0,1035 6,99 3,57
22-02-2014 5,3440 0,1035 7,62 3,77
4.2 Perhitungan
Perhitungan Kadar Asam Lemak Bebas (ALB) dapat dilakukan dengan
menggunakan rumus sebagai berikut:
Contoh perhitungan untuk sampel pada Vacum dryer tanggal 17-02-2014
= 3,43 %
Hal yang sama dilakukan perhitungan untuk sampel yang lainnya dan sampel
4.3 Pembahasan
Asam Lemak Bebas (ALB) sangat mempengaruhi kualitas dari CPO (Crude Palm
Oil) yang dihasilkan. Dimana apabila semakin tinggi kadar asam lemak bebasnya
maka kualitas dari CPO (Crude Palm Oil) tersebut akan semakin rendah dan
sebaliknya. Tingginya kadar asam lemak bebas ini akan menyebabkan
berkurangnya nilai jual dari CPO (Crude Palm Oil) tersebut.
Dari data analisa yang diperoleh, kita dapat melihat hasil data
perbandingan kadar asam lemak bebas bebas pada vacum dryer dan storage tank.
di PKS PT. Multimas Nabati Asahan selama 6 hari. Pada vacum dryer kadar asam
lemak bebasnya lebih rendah dibandingkan dengan kadar asam lemak bebas pada
storage tank. Sebagai contoh pada tanggal 17 Februari 2014 diperoleh kadar asam
lemak bebas pada vacum dryer adalah 3,43 % dan kadar asam lemak bebas pada
storage tank adalah 3,79 % dari sinilah dapat dilihat perbandingan kadar asam
lemak bebas pada vacum dryer dan storage tank.
Menurut PKS PT. Multimas Nabati Asahan, yang menyebabkan kadar
asam lemak bebas menjadi tinggi yaitu :
a. Buah restan atau buah yang menginap dipabrik yang tidak langsung diolah
b. Tingginya kandungan air pada CPO
c. Penyimpanan CPO yang terlalu lama dan proses pengolahan yang tidak
sempurna
d. Peralatan yang digunakan kurang bersih
Dari faktor diatas maka dapat diketahui bahwa yang menyebabkan kadar asam
adalah kemungkinan perbedaan suhu di vacum dryer dan storage tank serta
kebersihan dari alat tersebut. Dimana pada storage tank terjadi penimbunan CPO
(Crude Palm Oil) dan kebersihan storage tank pada PT. Multimas Nabati Asahan
dilakukan setiap 8 bulan sekali sedangkan pencucian tangki harus dilakukan
paling sedikit 2 (dua) kali satu tahun yaitu setiap 6 bulan sekali (Naibaho, 1998).
Suhu yang digunakan juga berpengaruh dimana pada storage tank suhunya lebih
rendah dibandingkan suhu yang digunakan pada vacum dryer sehingga
menyebabkan mikroorganisme dapat berkembangbiak kembali dan kadar air
menjadi tinggi sehingga menyebabkan naiknya kadar asam lemak bebas.
Adapun kadar Asam Lemak Bebas (ALB) dapat ditentukan dengan metode titrasi
alkalimetri dimana reaksinya sebagai berikut:
ALB + NaOH Garam asam lemak + H2O
Tidak berwarna
PP + NaOH merah lembayung
Dengan demikian maka dapat dilihat bahwa pada PT. Multimas Nabati Asahan,
kadar CPO (Crude Palm Oil) yang dihasilkan memenuhi standart mutu yang
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
a. Pengaruh penimbunan minyak terhadap kadar asam lemak bebas yaitu
apabila semakin lama penimbunan maka memungkinkan semakin
tingginya kadar asam lemak bebas pada crude palm oil (CPO) karena tidak
adanya pengadukan pada tangki timbun tersebut.
b. Kadar Asam Lemak Bebas (ALB) yang dihasilkan dari CPO (Crude Palm
Oil) oleh PT. Multimas Nabati Asahan telah memenuhi standart mutu
yang ditetapkan yaitu kurang dari 5 %.
5.2Saran
Sebaiknya kebersihan storage tank harus diperhatikan sebaik mungkin dan
pencucian tangki sebaiknya dilakukan setiap 6 bulan sekali agar hasil CPO yang
DAFTAR PUSTAKA
Fauzi, Y. 2002. Kelapa Sawit. Edisi Revisi. Jakarta : Penebar Swadaya.
Fessenden,R. 1986. Kimia Organik. Jilid 2. Edisi Ketiga. Jakarta: Penerbit
Erlangga.
Ketaren, S. 1986. Minyak dan Lemak Pangan. Jakarta : Penerbit Universitas
Indonesia.
Mangoensoekarjo, S. 2003. Manajemen Agrobisnis Kelapa Sawit. Yogyakarta :
Gadjah Mada University Press.
Naibaho, P. 1998. Teknologi Pengolahan Kelapa Sawit. Medan : Pusat Penelitian
Kelapa Sawit.
Pahan, I. 2006. Panduan Lengkap Kelapa Sawit Manajemen Agribisnis dari Hulu
hingga Hilir. Jakarta : Penebar Swadaya.
Poedjiadi, A. 1994. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta : Penerbit Universitas
Indonesia.
Risza, S. 1994. Kelapa Sawit Upaya Peningkatan Produktivitas. Yogyakarta :
Kanisius.
Tambun, R. 2006. Buku Ajar Teknologi Oleokimia. Medan : Universitas
Sumatera Utara.
Tim Penulis PS, 1997. Kelapa Sawit Usaha Budidaya, Pemanfaatan Hasil dan