• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA - Analisa Perbandingan Kadar Asam Lemak Bebas (Alb) Dari Crude Palm Oil Pada Vacum Dryer Dan Storage Tank Di Pt. Multimas Nabati Asahan Kuala Tanjung

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA - Analisa Perbandingan Kadar Asam Lemak Bebas (Alb) Dari Crude Palm Oil Pada Vacum Dryer Dan Storage Tank Di Pt. Multimas Nabati Asahan Kuala Tanjung"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sejarah Kelapa Sawit

Tanaman kelapa sawit (Elaeis guinensis Jack) berasal dari Nigeria, Afrika Barat.

Meskipun demikian, ada yang menyatakan bahwa kelapa sawit berasal dari

Amerika Selatan yaitu Brazil karena ditemukan spesies kelapa sawit dihutan

Brazil dibandingkan dengan Afrika. Pada kenyataannya tanaman kelapa sawit

hidup subur diluar daerah asalnya, seperti Malaysia, Indonesia, Thailand, dan

Papua Nugini bahkan mampu memberikan hasil produksi per hektar yang lebih

tinggi.

Bagi Indonesia, tanaman kelapa sawit memiliki arti penting bagi

pembangunan perkebunan nasional. Kelapa sawit pertama kali diperkenalkan di

Indonesia oleh pemerintah kolonial Belanda pada tahun 1848. Ketika itu ada

empat batang bibit kelapa sawit yang dibawa dari Mauritius dan Amsterdam dan

ditanam di Kebun Raya Bogor. Tanaman kelapa sawit mulai diusahakan dan

dibudidayakan secara komersial pada tahun 1911. Perkebunan kelapa sawit

pertama berlokasi di Pantai Timur Sumatera (Deli) dan Aceh. Di Indonesia mulai

mengekspor minyak sawit pada tahun 1919 sebesar 576 ton ke negara- negara

Eropa, kemudian tahun 1923 mulai mengekspor minyak inti sawit sebesar 850 ton

(2)

2.1.1 Varietas Kelapa Sawit

Ada beberapa varietas tanaman kelapa sawit yang telah dikenal. Varietas- varietas

itu dapat dibedakan berdasarkan tebal tempurung dan daging buah, atau

berdasarkan warna kulit buahnya.

Tabel 2.1. varietas kelapa sawit berdasarkan tebal tempurung dan daging buah

Tipe buah Bentuk buah

Dura Tempurung (cangkang)

tebal,kandungan minyak dalam buah rendah

Pisifera Tempurung sangat tipis, kandungan

minyak dalam buah tinggi

Tenera Persilangan dura dan tenera. Tenera

bertempurung tipis namun kandungan minyak tinggi

(Risza, S. 1994).

Tabel 2.2 varietas kelapa sawit berdasarkan warna kulit buahnya

Varietas Warna kulit buah (setelah masak)

Nigrescens Merah kehitaman

Varescens Merah terang

Albescens Hitam

( Ketaren, 1986).

2.1.2 Fraksi Tandan Buah Segar (TBS)

Ada beberapa tingkatan atau fraksi dari TBS yang dipanen. Fraksi-fraksi TBS

tersebut sangat mempengaruhi mutu panen, termasuk kualitas minyak yang

(3)

derajat kematangan yang baik adalah jika tandan-tandan yang dipanen berada

pada fraksi 1, 2, dan 3.

Tabel 2.3 Beberapa Tingkat Fraksi TBS

Fraksi Jumlah berondolan Tingkat kematangan

00 tidak ada, buah berwarna hitam Sangat mentah

0 1-12,5% buah luar membrondol Mentah

1 12,5-25% buah luar membrondol Kurang matang

2 25-50% buah luar membrondol Matang I

3 50-75% buah luar membrondol Matang II

4 75-100% buah luar membrondol Lewat matang I

5 Buah luar juga membrondol,ada buah yang busuk

Lewat matang II

(Fauzi, 2002).

2.2 Proses Pengolahan Kelapa Sawit

Proses pengolahan TBS (Tandan Buah Segar) kelapa sawit umumnya terdiri dari beberapa stasiun yaitu:

1. Stasiun penerima buah (fruit reception)

Sebelum diolah dalam pabrik kelapa sawit, tandan buah segar (TBS) yang berasal dari kebun pertama kali diterima distasiun penerimaan buah untuk ditimbang dijembatan timbang (weight bridge) dan ditampung sementara dipenampungan buah (loading ramp).

2. Stasiun perebusan (sterilizer)

(4)

proses pemipilan, penyempurnaan dalam pegolahan dimana selama perebusan kadar air dalam buah akan berkurang karena proses penguapan dan dengan berkurangnya air susunan daging buah akan berubah yang akan memberikan efek positif yaitu mempermudah pengambilan minyak selama proses pengempaan dan mempermudah pemisahan minyak dari zat non lemak (non-oil solid).

3. Stasiun pemipilan (stripper)

Tandan buah segar (TBS) juga lori yang telah direbus akan dikirim kebagian pemipilan dan dituangkan ke alat pemipil (thresser) dengan bantuan transfer carriage. Proses pemipilan terjadi akibat tromol berputar pada sumbu mendatar yang membawa tandan buah segar ikut berputar sehingga membanting-banting tandan buah segar (TBS) tersebut dan menyebabkan brondolan lepas dari tandannya. Pada bagian dalam dari pemipil, dipasang batang-batang besi perantara sehingga membentuk kisi-kisi yang memungkinkan brondolan keluar dari pemipil. Brondolan yang keluar dari bagian bawah pemipil dan ditampung oleh sebuah screw conveyor untuk dikirim kebagian digesting dan pressing.

4. Stasiun pencacahan (digester) dan pengempaan (presser)

Brondolan yang telah terpipil dari stasiun pemipilan diangkut kebagian pengadukan/ pencacahan (digester). Alat yang digunakan untuk pengadukan/ pencacahan berupa sebuah tangki vertikal yang dilengkapi dengan lengan-lengan pencacah dibagian dalamnya. Lengan-lengan pencacah ini diputar oleh motor listrik yang dipasang dibagian atas dari alat pencacah (digester). Putaran lengan-lengan pengaduk berkisar 25-26 rpm. Tujuan utama dari proses digesting yaitu mempersiapkan daging buah untuk pengempaan (pressing) sehingga minyak dengan mudah dapat dipisahkan dari daging buah dengan kerugian yang sekecil-kecilnya.

5. Stasiun pemurnian (clarifier)

(5)

pembersihan/pemurnian minyak kasar yaitu agar diperoleh minyak dengan kualitas sebaik mungkin dan dapat dipasarkan dengan harga yang layak.

Minyak kasar yang diperoleh dari hasil pengempaan dialirkan menuju saringan getar (vibrating screen) untuk disaring agar kotoran yang berupa serabut kasar tersebut dialirkan ketangki penampungan minyak kasar (crude oil tank). Minyak kasar yang terkumpul di crude oil tank (COT) dipanaskan hingga mencapai temperatur 95-100˚ C. Menaikkan temperature minyak kasar sangat penting artinya, yaitu untuk memperbesar perbedaan berat jenis (BJ) antara minyak, air, dan sludge, sehingga sangat membantu dalam proses pengendapan. Selanjutnya minyak dari COT dikirim ketangki pengendap (continous settling tank/ clarifier tank).

Di clarifier tank, minyak kasar terpisah menjadi minyak dan sludge karena proses pengendapan. Minyak dari clarifier tank selanjutnya dikirim ke oil tank, sedangkan sludge akan dikirim ke sludge tank. Sludge merupakan fasa campuran yang masih mengandung minyak. Di pabrik kelapa sawit (PKS), sludge diolah untuk dikutip kembali untuk mengambil minyak yang masih terkandung didalamnya (Pahan, 2006).

6. Pengeringan dan penimbunan Minyak kelapa sawit terdiri dari 2 tahap yaitu:

a. Pengeringan minyak sawit

Kadar air dalam minyak setelah pemurnian masih terlalu tinggi untuk mencegah

peningkatan kadar ALB karena hidrolisis. Untuk mendapat kadar air yang

diinginkan (0,08 %) minyak masih harus dikeringkan. Untuk ini sebaiknya

dipakai pengering vakum pada suhu relatif rendah, agar minyak tidak teroksidasi pada waktu pengeringan pada suhu tinggi. Minyak yang masuk pada suhu 80˚ C

(6)

b. Penimbunan minyak sawit

Minyak dan inti sawit hasil pemurnian tidak selamanya dapat langsung dikirim

untuk dipasarkan. Untuk sementara waktu masih perlu ditimbun dipabrik.

Persyaratan penimbunan yang baik adalah :

1. Kebersihan tangki dijaga, khususnya terhadap kotoran dan air

2. Jangan mencampur minyak berkadar ALB tinggi atau minyak kotor

dengan minyak berkadar ALB rendah atau bersih atau kering

3. Membersihkan tangki dan memeriksa pipa-pipa uap pemanas, tutup

tangki, alat-alat pengukur dan lain-lain setiap ada kesempatan

4. Memelihara suhu sekitar 40˚ C

5. Pipa pemasukan minyak harus terbenam ujungnya dibawah permukaan

minyak

6. Melapisi dinding tangki dengan dammar epoksi (hanya untuk minyak

sawit bermutu tinggi) ( Mangoensoekarjo, 2003 ).

Suhu minyak pada waktu pemuatan kedalam tangki angkut adalah

50-55˚C. untuk menjaga suhu, disarankan tangki memiliki sistem pengatur suhu (thermostat) yang dapat menjaga fluktuasi suhu sebesar 1˚ C serta pencatatan suhu (recorder).

Prosedur pencucian tangki penyimpanan minyak kelapa sawit adalah

sebagai berikut:

1. Dinding tangki dan pipa pemanas dibersihkan dengan menggunakan alat

sikat secara manual

(7)

3. Tangki dikeringkan dengan udara tekan

4. Apabila masih belum bersih, tangki dapat dicuci dengan larutan detergen

panas yang diikuti dengan pembilasan menggunakan air panas dan air

dingin ( Naibaho, 1998 ).

2.3 Minyak dan Lemak

Minyak dan lemak tidak berbeda dalam bentuk umum trigliseridanya, tetapi hanya

berbeda dalam bentuk (wujud). Perbedaan ini didasarkan pada perbedaan titik

lelehnya. Pada suhu kamar lemak berwujud padat, sedangkan minyak berwujud

cair. Titik leleh minyak dan lemak tergantung pada strukturnya, biasanya

meningkat dengan bertambahnya jumlah atom karbon. Banyaknya ikatan rangkap

atom karbon juga berpengaruh. Dimana semaikin banyak ikatan rangkap atom

karbon maka lemak akan semakin cair didalam suhu kamar. Trigliserida yang

kaya akan lemak tak jenuh, seperti asam oleat dan linoleat, biasanya berwujud cair

sedangkan trigliserida yang kaya akan lemak jenuh seperti asam stearat dan

palmitat, biasanya adalah berwujud padat. Semua jenis lemak tersusun oleh

asam-asam lemak yang terikat oleh gliserol.

Trigliserida alami ialah triester dari asam lemak berantai panjang dan

gliserol merupakan penyusun utama lemak hewan dan nabati. Trigliserida

termasuk lipid sederhana dan juga merupakan bentuk cadangan lemak dalam

tubuh manusia (Tambun, 2006).

Asam karboksilat yang diperoleh dari hidrolisis suatu lemak atau minyak,

(8)

tak bercabang. Lemak dan minyak sering kali dibuat nama sebagai derivat

asam-asam lemak ini. Misalnya tristearat dari gliserol diberi nama tristearin, dan

tripalmitat dari gliserol disebut tripalmitin. Minyak dan lemak dapat juga diberi

nama dengan cara yang biasa dipakai untuk penamaan suatu ester sebagai contoh,

gliseril tristearat dan gliseril tripalmitat.

CH2O2C(CH2)16CH3 CH2OH

CHO2C(CH2)16CH3 + 3 H2O CHOH + 3 CH3(CH2)16CO2H

CH2O2C(CH2)16CH3 CH2OH

Tristearin gliserol asam stearat

(gliserol tristearat)

Rantai hidrokarbon dalam suatu asam lemak dapat bersifat jenuh atau

dapat pula mengandung ikatan- ikatan rangkap. Konfigurasi disekitar ikatan

rangkap apa saja dalam asam lemak alamiah adalah cis, suatu konfigurasi yang

menyebabkan titik leleh minyak itu rendah. Asam lemak jenuh membentuk rantai

zig-zag yang cocok satu sama lain sehingga gaya tarik van der waalsnya tinggi,

oleh karena itu lemak-lemak jenuh berbentuk padat. Jika beberapa ikatan rangkap

cis terdapat dalam rantai dan molekul itu tidak dapat membentuk kisi yang rapi,

tetapi cenderung untuk melingkar, trigliserida tak jenuh ganda maka cenderung

berbentuk minyak (Fessenden, 1986).

(9)

Asam lemak adalah asam organik yang mempunyai struktur sebagai

berikut:

O

R -- C -- OH

Dimana R adalah rantai karbon yang jenuh atau yang tidak jenuh yang terdiri atas

4 sampai 24 buah atom karbon. Rantai karbon yang jenuh ialah rantai karbon yang

tidak mengandung ikatan rangkap, sedangkan yang mengandung ikatan rangkap

disebut rantai karbon tidak jenuh. Pada umumnya asam lemak mempunyai jumlah

atom karbon genap. Makin panjang rantai karbon, makin tinggi titik lebur dari

asam lemak. Apabila dibandingkan dengan asam lemak jenuh, asam lemak tidak

jenuh mempunyai titik lebur lebih rendah. Asam lemak adalah asam lemah.

Apabila dapat larut dalam air. Kelarutan asam lemak dalam air berkurang dengan

bertambah panjangnya rantai karbon (Poedjiadi, 1994).

2.4. Sumber-sumber minyak dan lemak

Lemak dan minyak yang dapat dimakan (edible fat) dihasilkan oleh alam, yang

dapat bersumber dari bahan nabati atau hewani. Dalam tanaman atau hewan,

minyak dan lemak tersebut berfungsi sebagai cadangan energi. Minyak dan lemak

dapat diklasifikasikan berdasarkan sumbernya yaitu yang bersumber dari tanaman

misalnya minyak kelapa sawit, minyak jagung, minyak kacang, minyak biji kapas,

minyak zaitun, minyak kelapa, minyak bunga matahari dan sebagainya.

Sedangkan yang bersumber dari hewani misalnya minyak sapi, minyak ikan

(10)

2.4.1 Minyak Kelapa Sawit

Sebagai minyak atau lemak, minyak sawit adalah suatu trigliserida, yaitu senyawa

gliserol dengan asam lemak. Sesuai dengan bentuk bangun rantai asam lemaknya,

minyak sawit termasuk golongan minyak asam oleat-linoleat. Minyak sawit berwarna merah jinggan karena kandungan karotenoida (terutama β- karotena),

berkonsistensi setengah padat pada suhu kamar (terkonsistensi dan titik lebur

banyak ditentukan oleh kadar ALB-nya), dan dalam keadaan segar dan kadar

asam lemak bebas yang rendah, bau dan rasanya cukup enak

(Mangoensoekarjo, 2003).

Asam lemak minyak sawit dihasilkan dari proses hidrolisis, baik secara

kimiawi maupun enzimatik. Proses hidrolisis menggunakan enzim lipase dari

jamur Aspergillus niger dinilai lebih menghemat energi karena dapat berlangsung

pada suhu 10 - 25˚ C. selain itu, proses ini juga dapat dilakukan pada fase padat. Namun, hidrolisis enzimatik mempunyai kekurangan pada kelambatan prosesnya

yang berlangsung 2-3 hari. Asam lemak yang dihasilkan dihidrogenasi, lalu

didestilasi, dan selanjutnya difraksinasi sehingga menghasilkan asam-asam lemak

murni. Asam- asam lemak tersebut digunakan sebagai bahan untuk detergen,

(11)

Tabel 2.4 Komposisi asam lemak minyak sawit dan Inti sawit

asam palmitat C16:0 (jenuh) dan asam oleat C18:1 (tidak jenuh). Minyak kelapa

sawit adalah minyak nabati semi padat. Hal ini karena minyak sawit mengandung

sejumlah besar asam lemak tidak jenuh dengan atom karbon lebih dari C8. Warna

minyak ditentuksn oleh adanya pigmen yang dikandung. Minyak sawit berwarna

kuning karena kandungan beta karoten yang merupakan bahan vitamin A

(Pahan, 2006).

2.5 Mutu Minyak Kelapa Sawit

Akhir-akhir ini minyak sawit berperan cukup penting dalam perdagangan dunia.

Berbagai industri, baik pangan maupun non pangan, banyak yang

(12)

Didalam perdagangan kelapa sawit, istilah mutu sebenarnya dapat

dibedakan menjadi dua arti. Yang pertama adalah mutu minyak sawit dalam arti

benar-benar murni dan tidak tercampur dengan minyak nabati lain. Mutu minyak

sawit dalam arti yang pertama dapat ditentukan dengan menilai sifat-sifat

fisiknya, antara lain titik lebur, angka penyabunan, dan bilangan yodium.

Sedangkan yang kedua, yaitu mutu minyak sawit dilihat dalam arti penilaian

menurut ukuran. Dalam hal ini syarat mutunya diukur berdasarkan spesifikasi

standart mutu internasional, yang meliputi kadar asam lemak bebas (ALB, FFA),

air, kotoran, logam besi, logam tembaga, peroksida, dan ukuran pemucatan.

Dalam dunia perdagangan, mutu minyak sawit dalam arti yang kedua lebih

penting.

Industri pangan maupun nonpangan selalu menghendaki minyak sawit

dalam mutu yang terbaik, yaitu minyak sawit yang dalam keadaan segar, asli,

murni dan tidak tercampur bahan tambahan lain seperti kotoran, air, logam-logam

(dari alat-alat selama pemrosesan), dan lain-lain. Adanya bahan-bahan yang tidak

semestinya terikut dalam minyak sawit ini akan menurunkan mutu dan harga

jualnya (Tim penulis,1997).

Warna minyak kelapa sawit sangat dipengaruhi oleh kandungan karoten

dalam minyak tersebut. Karoten dikenal sebagai sumber vitamin A, pada

umumnya terdapat pada tumbuhan yang berwarna hijau dan kuning termasuk

kelapa sawit, tetapi para konsumen tidak menyukainya. Oleh karena itu para

produsen berusaha untuk menghilangkannya dengan berbagai cara. Salah satu

(13)

Mutu minyak kelapa sawit juga dipengaruhi oleh kadar asam lemak

bebasnya, karena jika kadar asam lemak bebasnya mtinggi, maka akan timbul bau

tengik disamping juga dapat merusak peralatan karena mengakibatkan timbulnya

korosi (Tambun, 2006).

2.5.1 Faktor yang mempengaruhi mutu minyak sawit

Rendahnya mutu minyak sawit sangat ditentukan oleh banyak faktor. Berikut ini

akan dikemukakan beberapa hal yang secara langsung berkaitan dengan

penurunan mutu minyak sawit dan sekaligus cara pencegahannya, serta standar

mutu minyak sawit yang dikehendaki pasar.

a. Asam Lemak Bebas (free fatty acid)

Asam lemak bebas dalam konsentrasi tinggi yang terikut dalam minyak sawit

sangat merugikan. Tingginya asam lemak bebas ini mengakibatkan rendemen

minyak turun. Untuk itulah perlu dilakukan usaha pencegahan terbentuknya asam

lemak bebas dalam minyak sawit.

Kenaikan kadar ALB ditentukan mulai dari saat tandan dipanen sampai

tandan diolah dipabrik. Kenaikan ALB ini disebabkan adanya reaksi hidrolisa

pada minyak. Hasil reaksi hidrolisa minyak sawit adalah gliserol dan ALB. Reaksi

ini akan dipercepat dengan adanya faktor-faktor panas, air, keasaman, dan katalis

(enzim). Semakin lama reaksi ini berlangsung, maka semakin banyak kadar ALB

(14)

O

CH2 -- O C-- R CH2 -- OH

O O

panas, air

CH -- O-- C-- R CH -- OH + R -- C -- OH

O

CH2 --O-- C-- R CH2 -- OH

Minyak sawit Gliserol ALB

Beberapa faktor yang dapat menyebabkan peningkatan kadar ALB yang

relatif tinggi dalam minyak sawit antara lain :

1. Pemanenan buah sawit yang tidak tepat waktu

2. Keterlambatan dalam pengumpulan dan pengambilan buah

3. Penumpukan buah yang terlalu lama, dan

4. Proses hidrolisa selama pemrosesan di pabrik

b. Kadar zat menguap dan kotoran

Meskipun kadar ALB dalam minyak sawit kecil, tetapi hal itu belum menjamin

mutu minyak sawit. Kemantapan minyak sawit harus dijaga dengan cara

membuang kotoran dan zat menguap. Hal ini dilakukan dengan peralatan

pemurnian modern.

c. Kadar logam

Beberapa jenis bahan logam yang dapat terikut dalam minyak sawit antara lain

besi, tembaga, dan kuningan. Logam-logam tersebut biasanya berasal dari

(15)

dilakukan untuk menghindari terikutnya kotoran yang berasal dari pengelupasan

alat-alat dan pipa adalah mengusahakan alat-alat dari stainless steel.

Mutu dan kualitas minyak sawit yang mengandung logam-logam tersebut

akan turun. Sebab dalam kondisi tertentu, logam-logam itu dapat menjadi

katalisator yang menstimulir reaksi oksidasi minyak sawit. Reaksi ini dapat

dimonitor dengan melihat perubahan warna minyak sawit yang semakin gelap dan

akhirnya menyebabkan ketengikan.

d. Bilangan peroksida

Proses oksidasi yang distimulir oleh logam jika berlangsung dengan intensif akan

mengakibatkan ketengikan dan perubahan warna (menjadi semakin gelap).

Keadaan ini jelas sangat merugikan sebab mutu minyak sawit menjadi menurun.

Angka oksidasi dihitung berdasarkan angka peroksida. Sebagai standar

umum dipakai angka 10 meq (milligram equivalent), tetapi ada yang memakai

standar lebih ketat lagi yaitu 6 meq. Diatas angka tersebut mutu barang jadi yang

dihasilkan dapat dipastikan kurang baik.

e. Pemucatan

Minyak sawit mempunyai warna kuning oranye sehingga jika digunakan sebagai

bahan baku untuk pangan perlu dilakukan pemucatan. Pemucatan ini

dimaksudkan untuk mendapatkan warna minyak sawit yang lebih memikat dan

sesuai dengan kebutuhannya. Keintensifan pemucatan minyak sawit sangat

ditentukan oleh kualitas minyak sawit yang bersangkutan. Semakin jelek

(16)

sawit yang bermutu baik akan mengurangi biaya pemucatan pada pabrik

konsumen.

Berdasarkan standar mutu minyak sawit untuk pemucatan dengan alat

lovibond dapat diketahui dosis bahan-bahan pemucatan yang dibutuhkan, biaya,

serta randemen hasil akhir yang akan diperoleh. Untuk standar mutu didasarkan

pada warna merah 3,5 dan warna kuning 35 (Tim penulis, 1997).

2.6 Standart Mutu Minyak Kelapa Sawit

Karakteristik Minyak sawit Keterangan

Asam Lemak Bebas 5 % Maksimal

Kadar kotoran 0.,5 % Maksimal

Kadar zat menguap 0,5 % Maksimal

Bilangan peroksida 6 meq Maksimal

Bilangan iodine 44-58 mg/gr -

Kadar logam (Fe, Cu) 10 ppm -

Lovibond 3-4 R -

Kadar minyak - Minimal

Kontaminasi - Maksimal

Kadar pecah - Maksimal

Gambar

Tabel 2.2 varietas kelapa sawit berdasarkan warna kulit buahnya
Tabel 2.4 Komposisi asam lemak minyak sawit dan Inti sawit

Referensi

Dokumen terkait

Batik Danar Hadi Solo dimana perusahaan sebagai pemotong telah memenuhi kewajiban perpajakannya dengan selalu berusaha melakukan pemotongan, penyetoran, dan pelaporan atas

[r]

Metode: Penelitian cross sectional terhadap 34 pasien (17 pasien PPOK stabil dan 17 pasien PPOK eksaserbasi akut), dilakukan pemeriksaan magnesium serum dan

Perbincangan cara hidup lama orang Sunda dengan cara baru (cara Belanda) juga didasarkan atas wacana kemajuan. Wacana kemajuan dalam proses ini menjadi legitimasi

“ Saat kami kelapangan melihat karya-karya dari Pemuda Pelopor yang akan diberi nilai, kami juga bertanya dengan warga sekitar dan semua mengakui dan merasakan hasil karya

Hubungan antara Stress Psikis dengan Perilaku Merokok pada Remaja Siswa SMK PGRI Singosari Kab. Fakultas Kedokteran Universitas

Efektivitas Program Pertukaran Pemuda Antar Negara (PPAN) Dalam Upaya Pemberdayaan Pemuda.[Tesis] Universitas Indonesia.. Alkadri, Muchdie

Setiap orang tua hendaknya memberikan lingkungan yang baik yang mendukung kearah perilaku terhadap kesehatan baik secara fisik maupun secara psikologis bagi