PENGARUH TEMPERATUR TERHADAP PROSES PEMURNIAN CPO PADA CRUDE OIL TANK(COT) DI STASIUN KLARIFIKASI
DI PT.MULTIMAS NABATI ASAHAN KUALA TANJUNG
KARYA ILMIAH
DEVI JULIANTO 092401079
PROGRAM STUDI D3 KIMIA DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PENGARUH TEMPERATUR TERHADAP PROSES PEMURNIAN CPO PADA CRUDE OIL TANK(COT) DI STASIUN KLARIFIKASI
DI PT.MULTIMAS NABATI ASAHAN KUALA TANJUNG
KARYA ILMIAH
Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar Ahli Madya
DEVI JULIANTO 092401079
PROGRAM STUDI D3 KIMIA DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PERSETUJUAN
Judul : PENGARUH TEMPERATUR TERHADAP PROSES
PEMURNIAN CPO PADA CRUDE OIL TANK (COT) DI STASIUN KLARIFIKASI
Program Studi : D3 KIMIA INDUSTRI
Departemen : KIMIA
Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
ALAM (FMIPA) UNIVERSITAS SUMATERA
Dra. Emma Zaidar,M.Si Dr. Yuniarti Yusak, MS
NIP : 195512181987012001 NIP : 194901271980022001
Departemen Kimia Ketua,
PERNYATAAN
PENGARUH TEMPERATUR TERHADAP PROSES PEMURNIAN CPO PADA CRUDE OIL TANK (COT) DI STASIUN KLARIFIKASI
DI PT. MULTIMAS NABATI ASAHAN KUALA TANJUNG
KARYA ILMIAH
Saya mengakui bahwa karya ilmiah ini adalah hasil kerja saya sendiri beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.
Medan, Juni 2012
PENGHARGAAN
Bismillahirrahmanirrahim,
Allhamdulillahi-rabbil'allamin, puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah
SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah serta karunia-NYA kepada kita
semua, serta shalawat beriring salam kita sampaikan kepada junjungan kita Nabi
Besar Muhammad SAW sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah Yang
Berjudul “Pengaruh Temperatur Terhadap Proses Pemurnian CPO pada Crude Oil
Tank (COT) distasiun Klarifikasi di PT.MULTIMAS NABATI ASAHAN – KUALA
TANJUNG”.
Selama penulisan karya ilmiah ini penulis banyak mendapatkan dorongan,
bantuan dan petunjuk dari semua pihak, maka pada kesempatan ini dengan segala
kerendahan hati penulis ingin menyampaikan penghargaan dan terimah kasih yang
sebesar-besarnya kepada :
Kedua Orang Tua penulis, yaitu Rusmawardi(Alm) dan Ibunda Nurma serta
kedua abang dan kakak penulis yaitu Riswan Efendi, Hari Pramono dan Pika Alawiyah
yang sangat penulis sayangi yang telah memberikan dukungan moril dan materil, serta
dukungan doa yang telah menguatkan penulis dalam menyelesaikan karya ilmiah ini.
Ibu Dr.Yuniarti Yusak.MS, selaku dosen pembimbing. Ibu Dra. Emma
Zaidar,M.Si, selaku dosen ketua program Studi D-3 Kimia, Ibu Rumondang
Bulan.M.S, selaku ketua Departemen Kimia, Bapak Dr. Sutarman M.Sc, selaku Dekan
Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara,
Seluruh Dosen dan Staf Program D-3 Kimia.
Bapak Hasfan R.Lubis, selaku mill manager, Bapak Lukmanuddin dan
Bapak Darma Syahputra, selaku pembimbing lapangan di PKS PT.Multimas Nabati
Buat rekan-rekan Mahasiswa Kimia Industri khusunya stambuk 2009.
Akhir kata penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
banyak membantu dalam penyusunan dan penyelesaian karya ilmiah ini.Semoga karya
ilmiah ini bermanfaat bagi kita semua, Terimakasih.
Medan, Juni 2012
ABSTRAK
INFLUENCE OF TEMPERATURE ON CPO REFINING PROCES ON CRUDE OIL TANK (COT) AT THE STATION FOR CLARIFICATION
IN PT. MULTIMAS NABATI ASAHAN KUALA TANJUNG
ABSTRACT
DAFTAR ISI
2.2.1 Pembagian Varietas Berdasarkan Ketebalan Tempurung
dan Daging Buah 7
2.2.2 Pembagian Varietas Berdasarkan Warna Kulit 9
2.2.2.1 Nigrescens 9 2.4.2.1 Penimbangan Tandan Buah Segar (TBS) 14
2.4.3 Stasiun Sortasi 14
2.4.3.1 Penyortiran Tandan Buah Segar (TBS) 14
2.4.4.1 Loading Ramp 16
2.4.4.2 Lori 16
2.4.4.3 Tranfer Carrige 17
2.4.5 Stasiun Sterilizer 17
2.4.5.1 Sterilizer (Perebeusan) 17
2.4.6 Stasiun Tippler 19
2.4.6.1 Tippler 19
2.4.7 Stasiun Press and Thresser 19
2.4.7.1 Thresser 19
2.4.8.2 Vibrating Screen 22
2.4.8.3 Crude Oil Tank(COT) 23
2.4.8.4 Sand Cyclone 23
2.4.8.5 Sludge Distribusi 24
2.4.8.6 Decanter 24
3.2 Prosedur Percobaan 28
3.2.1 Cara pengambilan sampel 28
3.2.2 Cara Mengetahui % Kandungan CPO pada Crude Oil Tank
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Beda Tempurung dari Berbagai Tipe Kelapa Sawit 9
Tabel 2.2 Kriteria Kematangan Kelapa Sawit Berdasarkan Warna Kulit
Buah dan Bentuk Kulit 10
Tabel 2.3 Komposisi Asam Lemak Minyak Kelapa Sawit dan Inti
Kelapa Sawit 12
Tabel 2.4 Berdasarkan Fraksi Panen 15
Tabel 2.5 Berdasarkan Berat Janjangan 15
Tabel 2.6 Berdasarkan Varietas Kelapa Sawit 16
Tabel 4.1.1 Data Komposisi Lapisan Minyak yang Bercampur dengan
DAFTAR GAMBAR
Halaman
ABSTRAK
INFLUENCE OF TEMPERATURE ON CPO REFINING PROCES ON CRUDE OIL TANK (COT) AT THE STATION FOR CLARIFICATION
IN PT. MULTIMAS NABATI ASAHAN KUALA TANJUNG
ABSTRACT
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada saat ini, perkembangan sektor industri sangat pesat dengan adanya peningkatan
kebutuhan penduduk. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut maka harus dilakukan
dengan cara peningkatan jumlah produksi terhadap kebutuhan penduduk. Dalam hal
ini pemerintah sedang menggalakkan dan meningkatkan produksi nonmigas sendiri,
sebagai salah satu sumber masukan devisa negara dan sektor lainnya yang memegang
peranan penting dalam bidang perekonomian di Indonesia.
Salah satu kebutuhan yang sangat pesat berkembang saat ini adalah minyak
goreng, oleh karena itu, pemerintah mendirikan pabrik yang produk utamanya adalah
minyak kelapa sawit dengan adanya kerja sama pemerintah dengan pengusaha baik
dalam negeri maupun luar negeri.
Kelapa sawit merupakan salah satu jenis tanaman agroindustri yang dapat
menghasilkan minyak goreng.Dimana minyak kelapa sawit ini merupakan barang
ekspor sebagai bahan yang dapat menggantikan minyak kelapa dan saat ini
perkembangannya (produksi minyak kelapa sawit) sangat cepat meluas di Indonesia.
Dapat diketahui bahwa minyak kelapa sawit adalah minyak yang diperoleh dari
kita mengetahui bahwa setiap pabrik kelapa sawit selalu mengelolah tandan buah
segar (TBS) menjadi CPO (Crude Palm Oil). Untuk menjadi CPO yang murni
diperlukan proses untuk menghilangkan fiber-fiber, kotoran dan juga air yang masih
terkandung didalam CPO. Dimana proses produksi CPO berasal dari Screw Press,
disinilah terjadi proses pemisahan antara minyak, serat dan biji. Buah setelah
dilakukan pengepresan di Screw Press menghasilkan minyak kasar dan ampas press
(press cake) yang terdiri dari serabut (fiber) nut.
Minyak kasar tersebut kemudian masuk ke Sand Trap Tank untuk menyaring
pasir-pasir yang masih terkandung didalam minyak, lalu ke Vibrating Screen untuk
menyaring fiber-fiber yang ada didalam minyak kemudian masuk ke COT (Crude Oil
Tank).Crude Oil Tank (COT) merupakan tangki minyak kasar yang berfungsi sebagai
penampungan minyak kasar. Tangki ini dilengkapi dengan pipa pemanas, dengan
tujuan untuk mempermudah proses pemisahan minyak pada proses selanjutnya. Suhu
yang digunakan pada COT yaitu berkisar antara 80⁰C - 90⁰C.Dalam tangki ini juga
dibatasi sekat yang berfungsi untuk mengendapkan pasir yang masih terikut. Cara
kerja Crude Oil Tank(COT) adalah melakukan penambahan panas dengan injeksi
steam. Minyak kasar yang terkumpul di COT (Crude Palm Oil), dipanaskan hingga
mencapai temperature 80C-95C. Temperatur ditingkatkan sangat penting untuk
minyak kasar karena dapat memperbesar perbedaan berat jenis antara minyak, air dan
sludge sehingga sangat membantu dalam proses pengendapan.
Pada Stasiun Klarifikasi ini, minyak kasar di proses sedemikian rupa hingga mencapai
hasil yang lebih murni yang sesuai atau yang diharapkan. Adapun perlakuan yang
terdapat pada stasiun ini yaitu berupa proses pemanasan yang mana pada proses ini
akan terjadi pemisahan antara sludge, minyak dan juga air dengan standart nilai yang
telah ditentukan.
Dari uraian diatas timbul permasalahan bagaimana Pengaruh Temperatur Terhadap
Proses Pemurnian CPO pada Crude Oil Tank (COT) di Stasiun Klarifikasi untuk
mendapatkan hasil yang sesuai dengan standart.
1. Untuk mengetahui pengaruh temperatur pemanasan terhadap proses pemurnian
CPO pada Crude Oil Tank(COT) di stasiun Klarifikasi di PT. Multimas Nabati
Asahan – Kuala Tanjung.
2. Untuk mengetahui temperatur yang baik digunakan untuk memisahkan minyak
dengan kotoran pada Crude Oil Tank(COT) di Stasiun Klarifikasi di PT. Multimas
Nabati Asahan – Kuala Tanjung.
1.4. Manfaat
Memberikan petunjuk agar dapat mengetahui peranan temperatur terhadap proses
pemurnian CPO pada Crude Oil Tank (COT) sehingga menghasilkan minyak yang
sesuai dengan standart mutu.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Sejarah Kelapa Sawit
Kelapa sawit bukan tanaman asli dari Indonesia, namun kenyataannya mampu hadir
dan berkiprah di Indonesia tumbuh dan berkembang dengan baik (perkebunannya
dapat ditemukan antara lain di Sumatera dan D.I. Aceh) dan produk olahannya –
minyak sawit – menjadi salah satu komoditas perkebunan yang handal.
Awal mulanya di Indonesia, kelapa sawit sekedar berperan sebagai
tanaman hias langka di Kebun Raya Bogor, dan sebagai tanaman penghias jalanan
atau perkarangan. Itu terjadi mulai tahun 1848 hingga beberapa puluh tahun
sesudahnya.
Ketika itu, tahun 1848, Pemerintah Kolonial Belanda mendatangkan empat
batang bibit kelapa sawit dari Mauritius dan Amsterdam (masing-masing
mengirimkan dua batang) yang kemudian ditanam di Kebun Raya Bogor.Selanjutnya
hasil anaknya dipindahkan ke Deli, Sumatera Utara. Di tempat ini, selama beberapa
puluh tahun, kelapa sawit yang telah berkembang biak hanya berperan sebagai
tanaman hias di sepanjang jalan di Deli sehingga potensi yang sesungguhnya belum
kelihatan.
Mulai tahun 1911, barulah kelapa sawit dibudidayakan secara komersial.
Orang yang merintis usaha ini adalah Adrien Hallet, seorang Belgia yang telah belajar
banyak tentang kelapa sawit di Afrika.Ia mengusahakan perkebunan kelapa sawitnya
di sungai Liput (Aceh) dan Pulu Radja (Asahan). Rintisan Hallet ini kemudian diikuti
oleh K. Schadt, seorang Jerman, yang mengusahakan perkebunannya di daerah Tanah
Deli, jenis yang waktu itu banyak menghiasi jalanan di Deli (asumsikan di Deli).
Perihal kelapa sawit Deli ini, Hallet punya pendapat menarik : kelapa sawit di Deli
ternyata lebih produktif, komposisi buahnya juga lebih baik dibandingkan dengan
kelapa sawit di Pantai Barat Afrika. Budidaya kelapa sawit yang diusahakan secara
komersial oleh A. Hallet, kemudian diikuti oleh K. Schadt, menandai lahirnya
perkebunan kelapa sawit di Indonesia.Sejak saat itu perkebunan kelapa sawit di
Indonesia mulai berkembang pesat.
2.2. Varietas dari Kelapa Sawit
Ada beberapa varietas tanaman kelapa sawit yang telah dikenal.Varietas-varietas itu
dapat dibedakan berdasarkan tebal tempurung dan daging buah, atau berdasarkan
warna kulit buahnya. Selain varietas-varietas tersebut, ternyata dikenal juga beberapa
varietas unggul yang mempunyai beberapa keistimewaan, antara lain mampu
menghasilkan produksi yang baik dibandingkan dengan varietas lain.
Secara umum buah kelapa sawit terdiri dari execarp, mesocarp, shell
dankernel.Kedua lapisan execarp dan mesocarp disebut pericarp dan dari lapisan
pericarp inilah minyak diekstraksi sehingga menghasilkan minyak kelapa sawit yang
didominasi oleh asam palmitat, sedangkan inti sawit juga mengandung minyak yang
mendominasi oleh asam laurat dimana kualitasnya lebih baik dari minyak yang
dihasilkan dari pericarp, hanya saja kandungan minyaknya rendah.
Buah kelapa sawit ini mempunyai varietas yang disebut varietas psifera,
dura dantenera. Di PT. Multimas Nabati Asahan – Kuala Tanjung mempunyai
varietas tenera yang mana cangkangnya tipis berukuran 0,5 – 4,0 mm, tebal pericarp
2 – 8 mm dan persentase minyak dan buah 60 – 90 % yang mempunyai cincin serat
yang dikelilingi biji serta jumlah tandan buah lebih banyak dan ekstraksi minyak 34 –
40%. Dari pericarp inilah terdapat kantong-kantong minyak dimana satu dengan yang
lainnya terikat dan membuat satu rangkaian serat yang keras dan panjang serta kuat
yang didukung oleh semen intraseluler tersebut adalah pectin yang berperan mengikat
serat daging) dan minyak 20% buah yang dilapisi kulit tipis, kadar minyak pada
pericarp sekitar 34 – 40%. Minyak kelapa sawit adalah minyak semi padat yang
memiliki komposisi tetap.
2.2.1 Pembagian Varietas Berdasarkan Ketebalan Tempurung dan Daging Buah
Berdasarkan ketebalan cangkang dan daging buah kelapa sawit yang dibudidayakan,
dikenal ada lima varietas kelapa sawit yang terdiri dari:
2.2.1.1 Dura
Tempurung cukup tebal antara 2 – 8 mm dan tidak terdapat lingkaran sabut pada
bagian luar tempurung. Daging buah relativ tipis dengan persentase daging buah
terhadap buah bervariasi antara 35 – 50%. Kernel (daging biji) biasanya besar dengan
kandungan minyak yang rendah.
2.2.1.2 Pisifera
Ketebalan tempurung sangat tipis, bahkan hampir tidak ada, tetapi daging buahnya
tebal.Persentase daging buah terhadap buah cukup tinggi, sedangkan daging biji
sangat tipis. Jenis Pisifera tidak dapat diperbanyak tanpa menyilangkan dengan jenis
yang lain. Varistas ini dikenal sebagai tanaman betina yang steril sebab bunga betina
gugur pada fase dini.Oleh sebab itu, dalam persilangan dipakai sebagai induk jantan.
Penyerbukan silang antara Pisifera dengan Dura akan menghasilkan varietas Tenera.
2.2.1.3 Tenera
Varietas ini mempunyai sifat-sifat yang berasal dari kedua induknya, yaitu Dura dan
ini.Tempurung sudah menipis, ketebalannya berkisar antara 0,5 – 4 mm, dan terdapat
lingkaran serabut disekelilingnya. Persentase daging buah terhadap buah tinggi, antara
60 – 90%.Tandan buah yang dihasilkan oleh Tenera lebih banyak daripada Dura,
tetapi ukurannya relative lebih kecil.
2.2.1.4 Macro carya
Tempurung sangat tebal, sekitar 5 mm, sedangkan daging buahnya tipis sekali.
2.2.1.5 Diwikka – wakkat
Varietas ini mempunyai ciri khas dengan adanya dua lapisan daging buah.Diwikka –
wakka dapat dibedakan menjadi diwikka-wakkadura, diwikka-wakkapisifera dan
diwikka-wakkatenera. Dua varietas kelapa sawit yang disebutkan terakhir ini jarang
dijumpai dan kurang begitu dikenal di Indonesia.
Perbedaan ketebalan daging buah kelapa sawit menyebabkan perbedaan
persentase atau rendemen minyak yang dikandungnya.Rendemen minyak tertinggi
terdapat pada varietas Tenera yaitu sekitar 22 – 24%, sedangkan pada varietas Dura
antara 16 – 18%. Jenis kelapa sawit yang di usahakan tentu saja yang mengandung
rendemen minyak tinggi sebab minyak sawit merupakan hasil olahan yang utama.
Sehingga tidak mengherankan jika lebih banyak perkebunan yang menanam kelapa
sawit dari varietas Tenera.
Tabel 2.1 Beda Tebal Tempurung dari Berbagai Tipe Kelapa Sawit
Tipe Tempurung (mm)
Dura Tebal : 3 – 5
Tenera Sedang : 2 – 3
Psifera Tipis : 1 - 2
Sumber : Ketaren, S, Pengantar Teknologi Minyak Dan Lemak Pangan (1986)
2.2.2 Pembagian Varietas Berdasarkan Warna Kulit
Ada tiga varietas kelapa sawityang terkenal berdasarkan perbedaan warna
kulitnya. Varietas –varietas tersebut antara lain adalah:
2.2.2.1 Nigrescens
Buah berwarna ungu sampai hitam pada waktu muda dan berubah menjadi jingga
kehitam-hitaman pada waktu masak.Varietas ini banyak ditanam di perkebunan.
2.2.2.2 Virescens
Pada waktu muda buahnya bewarna hijau dan ketika masak warna buah berubah
menjadi jingga kemerahan, tetapi ujungnya tetap kehijauan. Varietas ini jarang
dijumpai di lapangan.
2.2.2.3 Albescens
Pada waktu muda buahnya berwarna keputih-putihan, sedangkan setelah masak
menjadi kekuning-kuningan dan ujungnya berwarna ungu kehitama.Varietas ini juga
Tabel 2.2 Kriteria Kematangan Kelapa Sawit, Berdasarkan Warna Kulit Buah dan
Bentuk Kulit
Varietas Warna kulit buah (setelah masak)
Nigrescens Merah kehitaman
Varescens Merah terang
Bentuk Buah
Dura Tidak teratur, tempurung tebal
Tenera Penampang bulat, tempurung tipis
Pisifera Penampang bulat, inti kecil
Sumber : Ketaren, S, Pengantar Teknologi Minyak Dan Lemak Pangan (1986)
2.3 Minyak Kelapa Sawit
Salah satu dari beberapa tanaman golongan palm yang dapat menghasilkan minyak
adalah kelapa sawit. Kelapa sawit dikenal terdiri dari empat macam tipe atau varietas,
yaitutipe Macrocarya, Dura, Tenera dan Pisifera.Warna daging buah kelapa sawit
putih kekuningan diwaktu masih muda dan bewarna jingga setelah buah menjadi
matang.
Minyak Kelapa sawit dapat dihasilkan dari daging buah yang dinamakan
dengan CPO(Crude Palm Oil) dan inti kelapa sawit yang disebut dengan PKO(Palm
Kernel Oil). Sebagai hasil samping ialah bungkil inti kelapa sawit (palm kernel meal
atau pellet). Bungkil inti sawit adalah kelapa sawit yang mengalami proses ekstraksi
dan pengeringan. Sedangkan pellet adalah bubuk yang telah dicetak kecil-kecil
berbentuk bulat panjang dengan diameter kurang lebih 8mm. Selain itu bungkil kelapa
Sebagai minyak atau lemak, minyak kelapa sawit adalah suatu trigliserida,
yaitu senyawa gliserol dengan dengan asam lemak.Sesuai dengan bentuk bangun
rantai asam lemaknya.Minyak sawit termasuk golongan minyak asam oleat-linoleat.
Minyak sawit berwarna merah jingga karena kandungan karotenoida
(terutama-βkaroten), berkonsistensi setengah padat pada suhu kamar (konsistensi dan titik lebur
minyak ditentukan oleh kadar ALB-nya). Dan dalam keadaan segar dan kadar asam
lemak bebas dari baud an rasanya cukup enak. Titik lebur minyak sawit tergantung
pada kadar ALB-nya, atau lebih tepat lagi pada kadar digliseridanya. Pada kadar ALB
7% terdapat titik lebur rendah karena terbentuk formasi eutestic antara digliserida dan
trigliserida.
Gambar 2.1 Reaksi molekul pembentukan minyak adalah sebagai berikut :
H H
Minyak sawit terdiri atas trigliserida dengan rantai asam lemak yang
berbeda-beda.Panjang rantai adalah antara 14 – 20 atom karbon.Dengan demikian sifat minyak
kimia ditentukan oleh perbandingan dan komposisi trigliserida tersebut.
(Soepadio Mangoensoekarjo, 2003)
2.3.1 Komposisi Kimia Minyak Kelapa Sawit
Kelapa sawit mengandung kurang lebih 80 persen perikarp dan 20 persen buah yang
kelapa sawit adalah lemak semi padat yang mempunyai komposisi yang tetap.
Rata-rata komposisi asam lemak minyak kelapa sawit dapar dilihat pada Tabel 2.3, bahan
yang tidak dapat disabunkan jumlahnya sekitar 0,3 persen.
Tabel 2.3 Komposisi Asam Lemak Minyak Kelapa Sawit dan Minyak Inti Kelapa
Sawit
Asam Lemak Minyak Kelapa Sawit (%) Minyak Inti Sawit (%)
Asam kaprilat - 3 – 4
Lemak dan minyak merupakan zat makanan nyang penting untuk menjaga kesehatan
tubuh manusia.Selain itu, lemak dan minyak juga merupakan sumber energi yang
lebih efektif bila dibandingkan dengan karbohidrat dan protein.Satu gram minyak dan
lemak dapat menghasilkan 9 kkal.Minyak atau lemak, khususnya minyak nabati
mengandung asam lemak essensial seperti asam lenoleat yang dapat mencegah
penyempitan pembuluh darah akibat penumpukan kolesterol.(Poedjadi, 1994).
Lemak dan minyak terdapat pada hampir semua bahan pangan dengan
dengan sengaja dan lemak berfungsi sebagai penghantar panas, seperti minyak goreng,
mentega putiih, lemak dan margarin.Minyak yang telah diekstraksi dari tumbuhan
atau hewan dan dimurnikan dikenal dengan minyak atau lemak biasa.(Winarno,
1998).
2.4 Proses Pembuatan CPO
2.4.1 Uraian Proses
Pengolahan bahan kelapa sawit dimaksud untuk memperoleh minyak kelapa sawit
(CPO) dan inti kelapa sawit dari biji (nut). Pada prinsip nya proses pengolahan TBS
menjadi minyak diperlukan pengolahan. Proses pengolahan buah kelapa sawit yang
ada di PKS PT.MNA Kuala Tanjung dapat dilihat dari daftar lampiran, dimana
pengolahan ini dibagi dalam beberapa stasiun yaitu:
1. Stasiun Weight Bridge
2. Stasiun Sortasi
3. Stasiun Loading Ramp
4. Stasiun Sterilizer
5. Stasiun Tipler
6. Stasiun Press and Thresser
7. Stasiun Clarification
8. Stasiun Kernel
9. Stasiun Empty Bunch Press
2.4.2. Stasiun Timbangan (Weight Bridge ) 2.4.2.1. Penimbangan TBS (Tandan Buah Segar)
Timbangan berfungsi untuk menimbang buah yang masuk kedalam pabrik
sekaligus untuk menimbang produksi yang di angkut keluar pabrik. Penimbangan ini
berat TBS dapat diketahui dari selisih berat bruto (berat truk dan buah) dan berat truk
saja. Penimbanga dilakukan pada saat truk berisi buah yang akan masuk ke pabrik dan
pada saat truk kosong (keluar dari loading ramp).
2.4.3 Stasiun Sortasi
2.4.3.1 Penyortiran TBS (Tandan Buah Segar)
Sortasi berfungsi untuk memilih buah-buah yang masuk yang diterima pada
pabrik. Standart Operating Prosedure (SOP) :
1. Mengatur lokasi pembongkaran
2. Memeriksa SPB
3. Menentukan berat janjang rata-rata
4. Memisahkan TBS yang tidak sesuai
5. Melakukan pemotongan TBS
6. Membuat laporan hasil pemotongan
7. Membuat berita acara pengembalian TBS
8. Memeriksa TBS/brondolan yang berceceran
Berdasarkan varietas (jenis bibit tanaman)
a. Varietas Fisifera
b. Varietas Dura
c. Varietas Tenera
Tabel 2.4 Berdasarkan Fraksi Panen
Fraksi Istilah Kriteria
00 Mentah Sekali Brondolan 0
0 Mentah Brondolan 1-12,5% buah luar
1 Kurang Matang Brondolan 12,5-25% permukaan luar
2 Matang I Brondolan 25-50% permukaan luar
3 Matang II Brondolan 50-75% permukaan luar
4 Lewat Matang Brondolan 75-100% permukaan luar
5 Sangat Matanng Buah dalam ikut memberondol
Berdasarkan Syarat Mutu
e. Buah Mengkal
Tabel 2.5 Berdasarkan Berat Janjangan
Jenis Buah Berat Persentase Rendemen
Dura Tenera
Kastrasi <3kg 6% 9%
Kecil 3kg s/d 5,99kg 10% 13%
Sedang 6kg s/d 11,99kg 14% 17%
Besar >12kg 19% 22%
Tabel 2.6 Berdasarkan Varietas Kelapa Sawit
Jenis Buah Mesacarps Cangkang Inti Rendemen
Dura 20-65% 25-50mm 4-20mm 18-19%
Fisifera 92-97% - 3-8mm 28-29%
Tenera 60-96% 3-20mm 13-15mm 21-23%
2.4.4 Stasiun Loading Ramp
Tandan buah segar yang berasal dari kebun masyarakat sebelum diolah
2.4.4.1Loading Ramp
TBS yang telah ditimbang kemudian buahnya dituang kedalam loading ramp.Loading
ramp adalah suatu bangunan bidang T dengan sudut kemiringan 450. Pada loading
ramp dilengkapi dengan pintu-pintu sebanyak 52 pintu dimana samping kiri / kanan
yaitu 14/14 dan depan 24 pintu yang digerakkan secara hidrolik agar memudahkan
memasukkan TBS kedalam lori. Dilantai loading ramp, perlu diperhatikan agar buah
jangan berserakan dilantai dengan tujuan agar brondolan jangan sampai tergilas oleh
truk, karena buah yang tergilas tersebut akan mengakibatkan tingginya lossis pada
kondensat, walaupun minyak tersebut dapat diambil dari recovery fat pit, tetapi asam
lemak bebas akan meningkat, untuk itu sebaiknya hal ini dapat dicegah.
2.4.4.2 Lori
Dari loading ramp dengan alat hidrolid pump, TBS dikeluarkan dari lori rebusan yang
berkapasitas 10 ton / lori. Dalam mengisi lori harus dihindari pengisian terlalu penuh
karena dapat mengakibatkan packing pintu bergeser dan buah jatuh dari lori. Lori
didorong ke sterilizer rebusan dengan menggunakan bantuan tali capstand.
2.4.4.3 Transfer Carriage
Transfer Carriage berfungsi untuk memindahkan lori yang berisi atau kosong ke jalur
sterilizer yang diinginkan.
2.4.5 Stasiun Sterilizer
2.4.5.1Sterilizer (Perebusan)
Tahap selanjutnya setelah TBS yang telah ditimbang dan dimasukkan kedalam lori
adalah tahap perebusan. Kapasitas satu unit rebusan adalah 6 lori berarti 60 ton. Steam
yang digunakan untuk merebus adalah dari BPV Header dengan ketentuan sebagai
1. Temperatur 1100 – 1400C
2. Waktu sekitar 85 – 90 menit
Dalam Perebusan ada sistem 3 puncak (triple peak)
1. Puncak 1 : dengan tekanan 1,50 bar dengan temperatur 1270 dan
dilakukan pembuangan kondensat serta tekanan akan kembali seperti
semula 0,0. Tujuan pembuangann kondensat pada puncak 1 adalah
untuk membuang deaerasi yang terjebak didalam sterilizer ,membuang
kondensat karena udara adalah konduktor terburuk dalam perebusan
buah serta membuang air, dan menonaktifkan enzim lipase.
2. Puncak 2 : dengan tekanan 2,20 bar dan temperatur 1350 dan
dilakukan pembuangan kondensat sampai tekanan kembali seperti
semula 0,0. Tujuan pembuangan kondensat pada puncak 2 adalah
untuk membuang air.
3. Puncak 3 : dengan tekanan 2,85 bar dan temperatur 1100 - 1200 dan
dilakukan penahanan sebelum pembuangan kondensat selama 25
sampai 30 menit yang bertujuan untuk mempermudah lepasnya inti
dari cangkang.
Tujuan dilakukan perebusan (sterilizer) adalah :
Mematikan/menonaktifkan enzim lipase Mengurangi kadar air
Mempermudah lepasnya brondolan dari janjangan Membantu proses pelepasan inti dari cangkang
Langkah – langkah perebusan yaitu :
- Saat buah masuk, exhaust dan kondensat dibuka
- Exhaust ditutup, Inlet dibuka sampai tekanan 1,5 bar
- Setelah 1 menit inlet dibuka, Kondensat ditutup
- Setelah mencapai 1,5 bar, inlet ditutup dan kondensat dibuka
- Setelah 1 menit kondensat dibuka, exhaust dibuka hingga tekanan mencapai
0,0..
- Exhaust kembali ditutup, Inlet dibuka sampai tekanan 2,2 bar
- Setelah 1 menit inlet dibuka, Kondensat ditutup
- Setelah 1 menit kondensat dibuka, Exhaust dibuka hingga tekanan mencapai
0,0..
- Exhaust kembali ditutup, Inlet dibuka sampai tekanan 2,8 bar
- Setelah 1 menit inlet dibuka, Kondensat ditutup
- Setelah mencapai 2,8 bar, Kondensat dan Exhaust tetap tertutup dan secara
auto terjadi penahanan selama 25 menit dengan tekanan tetap 2,8 bar.
- Setelah penahanan, Inlet ditutup dan Kondensat dibuka
- Setelah tekanan 2,0 bar atau ± 3 menit, Exhaust dibuka hingga tekanan
mencapai 0,0..
- Dibuka pintu sterilizer dan lori dikeluarkan
2.4.6 Stasiun Tipler
Stasiun tippler adalah stasiun yang berfungsi untuk membantu menuangkan buah ke
bunch scrapper. Adapun tahapan – tahapannya adalah sebagai berikut :
2.4.6.1 Tipler
Tippler adalah alat untuk membantu menuangkan buah ke bunch scrapper dalam hal
ini lori yang memuat TBS yang telah direbus dituang perlahan – lahan. Alat ini
berkapasitas 1 lori dan waktu yang dibutuhkan untuk menuang semua buah ke bunch
scrapper adalah 10 menit.Untuk membawa lori keluar dari sterilizer dengan bantuan
tali capstand.Untuk menjaga keamanan, tippler dilengkapi dengan beberapa alat
pengaman penuangan.
2.4.7 Stasiun Press and Thresser
2.4.7.1 Thresser
Thresser berfungsi untuk melepaskan atau memisahkan buah dari janjangan yang di
memipil buah yang dibawa dari scrapper under tipler, sedangkan thresser 3 berfungsi
untuk memipil janjangan yang belum membrondol seluruhnya/ sempurna.
Sebelum masuk ke threser 3, janjangan masuk kedalam double crusher agar
proses pemipilan bisa sempurna. Pada thresser terdapat lifting bar yag berfungsi untuk
melempar janjangan. Janjangan berada di thresser selama ± 3 menit.Putaran dari
thresher ± 23 rpm.
Putaran dari thresser bergantung pada ukuran janjangan. Janjangan yang
sudah membrondol di thresher 3 masuk ke empty bunch horizontal scrapper lalu jatuh
ke empty bunch inclined scrapper lalu didistribusi ke empty bunch press conveyor lalu
masuk ke bunch press. Disini janjangan di press untuk diambil minyak yang
terkandung di janjangan. Minyak hasil pressan dari janjangan ditampung di sludge
colecting lalu dipompakan ke empty bunch tank sedangkan janjangan akan jatuh ke
shredder untuk dicacah sebelum dijadikan bahan bakar boiler.
2.4.7.2 Fruit Elevator
Alat ini digunakan untuk mengangkut buah/brondolan dari fruit bottom cross
conveyer ke top cross conveyer untuk kemudian dibawa ke distribusi conveyer.
Alat ini terdiri dari sejumlah elevator yang diikat pada rantai yang digerakkan oleh
elektromotor.
2.4.7.3 Digester
Digester berfungsi untuk melumatkan berondolan sehingga daging buah terpisah dari
biji dengan cara dicacah. Tujuan utama digester adalah untuk mempermudah pada saat
pengepresan sehingga kelebihan minyak/lossis minyak akan menjadi lebih
kecil/rendah dan agar buah dan kotoran mudah terpisah. Digester ada 6 buah dengan
kapasitas 15 ton per jam dengan volume 3500 L dan putaran gear box nya 26 rpm,
Temperatur yang digunakan pada digester adalah 90-95oC berguna untuk
mempermudah melumatkan daging buah, pada suhu tersebut minyak sudah mencair
dan mudah keluar agar perajangannya semakin baik sehingga memperingan kerja
screw press.
Faktor yang mempengaruhi kerja digester :
1. Kondisi pisau pengaduk digester (aus)
2. Volume buah di digester
3. Temperatur
4. Kematangan buah saat direbus
5. Kondisi digester
Pembukaan pintu digester bergantung pada jumlah digester yang dipakai.
Digester 1 < digester 2 < digester 3, dst. Pencacahan dilakukan selama 15 menit.
Minyak yang terdapat dalam adonan dipisahkan dengan mengalirkannya karena
apabila masuk ke screw press akan menurunkan kapasitas pengepressan.
2.4.7.4 Screw Press
Screw Press berfungsi untuk mengambil/mengeluarkan minyak dari daging buah.
Screw press terdiri dari sepasang worm screw dan hidrolic (mendorong). Kapasitas
screw press adalah 15 ton/jam, putaran screw press 12 rpm. Pada hidrolik ring ampere
yang digunakan adalah 46-44 ampere dan cara kerja hidrolic adalah menarik dan
mendorong, pada saat tekanan 46 akan menarik dan pada saat 44 akan mendorong.
Tekanan hidroliknya 50-70 bar.
Alat ini terdiri dari press cage yang berlubang-lubang dan didalamnya terdapat
2 buah ulir (screw) yang berputar berlawanan arah. Tekanan kempa diatur oleh 2 buah
konus, berada pada bagian ujung pengempa yang dapat digerakkan maju-mundur
secara hidrolis. Minyak hasil pressan akan mengalir ketalang oil gutter. Sementara
fiber dan nut akan dilewatkan kedalam CBC dan selanjutnya diproses didepericarper.
2.4.8 Stasiun pemurnian ( Clariffication Station )
Pada stasiun ini minyak kasar mendapat diproses sedemikian rupa hingga mencapai
hasil yang lebih murni yang sesuai atau yang diharap kan.
Adapun perlakuan yang terdapat pada stasiun ini yaitu berupa proses pemanasan yang
mana pada proses ini akan terjadi pemisahan antara sludge, minyak dan juga air
dengan standart nilai yang telah ditentukan.
2.4.8.1. Sand Trap Tank
Merupakan alat yang berfungsi untuk memisahkan pasir dengan minyak.Sand Trap
Tank ini bersifat pengendapan jadi dalam hal ini sand trap tank berfungsi untuk
1. Ruang Pertama : Untuk penampungan minyak kasar dari oil gutter
2. Ruang kedua : Untuk ruang pemisahan. Minyak yang mempunyai berat lebih
kecil dari sludge dan pasir akan berada dibagian paling atas akan dialirkan ke
vibrating screen, sedangkan sludge dan pasir yang mempunyai berat jenis lebih
besar dari pada minyak akan masuk keruang ketiga melalui lubang bawah
kecil didasar tanki dan dialirkan ke sludge fit melalui parit.
Setelah masuk ke Sand Trap Tank maka minyak hasil presan pada sreew press masuk
kedalam vibrating screen dalam hal ini fungsi dari vibrating screen adalah sebagai
proses penyaringan fiber atau kotoran yang berupa serat yang terdapat pada minyak
tersebut. Tujuan dari penyaringan fiber tersebut adalah agar fiber tersebut tidak
menyumbat alat alat yang digunakan slanjutnya pada proses klarifikasi.
Vibrating screen terdiri dari dua buah saringan kawat dengan ukuran saringan
diatas 20 mesh dan saringan bawah 40 mesh. Benda – benda padat berupa cake yang
disaring pada saringan ini dikembalikan ke fruit elevator untuk diproses kembali.
Sedangkan minyak dari vibrating ( Crude Oil Tank ).
2.4.8.3. Crude oil Tank ( COT )
Crude Oil Tank merupakan tangki minyak kasar yang berfungsi sebagai penampungan
minyak kasar.Tanki ini dilengkapi dengan pipa pemanas, dengan adanya pipa
pemanas tersebut maka pada COT pun dilakukan pemanasan dengan tujuan agar
mempermudah proses pemisahan minyak pada proses selanjutnya. Suhu yang
digunakan pada COT yaitu bekisar antara 80⁰C – 90OC. Jika suhu dibawah rata-rata
maka butiran minyak akan susah terpisah dan jika suhu diatas rata-rata maka akan
terjadi emulsi. Yang dimaksud dengan emulsi yaitu system koloid dimana fase
terdisfersi berupa padatan dan fase pendisfersi berupa cairan, dan juga dapat
menyebabkan air yang berada di lapisan bawah Crude Oil Tank(COT) akan menguap
sehingga akan mendorong sludge keatas dan bercampur kembali dengan minyak yang
telah terpisahkan dan akan menyebabkan waktu pengendapan semakin lama.Dalam
tanki ini juga diberi sekat yang berfungsi untuk mengendapkan pasir yang masih
terikut.
Cara kerja Crude Oil Tank adalah melakukan penambahan panas dengan
injeksi steam. Minyak kasar yang terkumpul di Crude Oil Tank(COT) dipanaskan
hingga mencapai temperatur 80⁰C – 95⁰C. Temperatur ditingkatkan sangat penting
untuk minyak kasar karena dapat memperbesar perbedaan berat jenis antara minyak,
2.4.8.4. Sand Cyclone
Cara kerja send cyclone adalah menggunakan prinsip gaya sentrifugal dan tekanan
rendah karena adanya perputaran untuk memisahkan materi berdasarkan perbedaan
masa jenis,ukuran dan bentuk. Aliran fluida akan diinjeksikan malelui pipa input,
karena bentuk kerucut cyclone akan menginduksikan aliran fluida untuk berputar
mencipkan vortex. Partikel dengan ukuran dan kerapatan yang lebih besar akan
didorong kearah luar vortex. Gaya gravitasi menyebabkan partikel padat jatuh kesisi
kerucut menuju pengeluaran menuju sludge pit.partikel dengan ukuran atau kerapatan
yang lebih kecil keluar melalui bagian atas cyclone melalui pusat yang bertekanan
rendah menuju sludge distribusi.
2.4.8.5 Sludge Distribusi
Sludge Distribution dapat berfungsi untuk memberikan umpan kedekanter yang
berupa sludge.
2.4.8.6. Decanter
Input dari decanter adalah minyak yang ada di Sludge distribusi. Decanter merupakan
proses pemisahan 3 fase seperti 2 diantaranya cairan tidak dapat bercampur dan
berbeda masa jenisnya serta fase padat 2 cairan yang tidak dapat bercampur akan
dialirkan ke sludge drain tank lalu ke reclame tank 1 untuk diendapkan kembali
sedangkan fase padat dipompakan ke COT untuk diolah kembali.
Decanter adalah alat untuk memisahkan antara minyak dengan slurry secara
sentriusi datar. Decanter juga merupakan mesin yang berfungsi sama dengan saparator
yaitu pemisahan minyak yang ada dalam sludge. Decanter bekerja berdasrkan gaya
sentrifugal yang dihasilkan oleh bowl yang berputar secara horizontal.
Bowl decanter dibagi menjadi dua bagian yaitu bagian silindris dan bagian Conis.
decanter terdapat air panas guna untuk mempermudah memisahkan minyak dari
sludge. Banyak nya air panas yang digunakan dalam decanter bekisar antara 1-3% dari
isi.
2.4.8.7 Oil Tank
Input dari pemurnian minyak ini adalah minyak yang dialirkan ke Oil Tank yang
merupakan hasil pengendapan di reclaimed tank 1 dan 2. Minyak yang telah terpisah
tadi tertampung dalam tangki ini untuk dipanasi lagi dan diolah lebih lanjut pada
sentrifusi minyak. Didalam tanki ini terdapat steam yang berfungsi untuk
memanaskan minyak dengan tujuan agar mempermudah proses pemisahan antara uap
air dan kotoran. Pengurangan kadar air pada oil tank kurang lebih 0,4 – 0,5%.
Pada tanki ini proses pemisahan berdasarkan pada perbedaan berat jenis pada
larutan minyak yang bersih.perbedaan berat jenis lebih cepat terjadi akibat
menurunnya viscositas.
2.4.8.8 Oil Purifier (Sentrifusi Minyak)
Minyak dari oil tank yang telah dipanaskan kemudian diumpankan pada purifier
tujuan nya adalah untuk mengurangi kadar kotoran dan juga kadar air yang masih
terikut pada minyak. Purifier terdiri dari bowl dan disk dengan prinsip kerja sebagai
berikut:
Akibat adanya gaya sentrifugal yang dtimbulkan oleh putaran tersebut maka kotoran
yang mempunyai berat jenis lebih berat dari minyak akan terlempar kedinding untuk
selanjutnya dapat dikeluarkan sedangkan minyak yang mempunyai berat jenis lebih
ringan akan mengalir kepipa penyaluran dan menuju ke vacum dryer.
Pengeringan minyak dilakukan dengan menggunakan vacum dryer. Vacum dryer
berfungsi untuk mengurangi kadar air hingga 0,1 – 0,15% dan kadar kotoran hingga
0,013 – 0,015%. Prinsip kerja vacum dryer adalah sebagai berikut.
Minyak dari purifier dipompakan kedalam tanki umpan (float tank) dalam tanki
umpan ini terdapat sebuah pelampung baja berbentuk kumparan tirus (taper spindle)
yang berfungsi sebagai katup/kran otomatis menjaga kestabilan hampa didalam
tabung pengering secara terus menerus.
Bagian dalam vacum dryer terdapat enam buah spray nozzle yang menyemprotkan
minyak pada permukaan plat deflector yang berbentuk pilem tipis. Minyak yang
keluar dari spray nozzle berbentuk pancaran halus dan kabut,kemudian jatuh secara
gravitasi dan membentur plat deflaktor sehingga terjadi pengkabutan kedua kali.
Selama minyak berbentuk kabut kandungan air akan mudah menguap dan dihisap
keluar oleh pompa hampa udara. Minyak yang telah dikeringkan selanjutnya jatuh
kedasar tabung vacum dan langsung dihisap oleh pompa ke bulk storage tank (BST).
Vacum dryer juga dilengkapai dengan sebuah level control yang dihubungkan
kedalam tabung hampa udara yang berfungsi untuk mengontrol ketinggian level
minyak. Minyak yang diumpankan kedalam tabung hampa udara juka kurang dari
minyak yang dihisap keluar level control ini otomatis membuka katup nya sehingga
BAB 3
BAHAN DAN METODE
3.1. Alat dan Bahan 3.1.1. Alat-alat
1. Gelas Ukur
2. Termometer
3. Penangas Air
4. Neraca Analitik Sortarius
5. Oven Fisher Scientific
6. Alat Sentrifugasi Centrommix
7. Tabung Sentrifugasi
3.1.2. Bahan
1. CPO(Crude Palm Oil) atau minyak mentah
3.2. Prosedur Percobaan
3.2.1 Cara Pengambilan Sampel
Diambil sebanyak 200 ml minyak kasar pada talang Crude Oil Gutter yang
akan masuk ke COT(Crude Oil Tank), kemudian diukur suhu contoh
3.2.2 Cara Mengetahui % Kandungan CPO Pada Crude Oil Tank(COT) Dengan Menggunakan Metode Sentrifugasi.
Sampel Minyak diambil dari Crude Oil Tank(COT) dan dimasukkan
kedalam tabung Sentrifugasi kemudian dilakukan Sentrifugasi selama
kurang lebih 5 menit setelah itu di ukur tinggi Oil, Nos, Moisture dan
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Data Hasil Pengamatan
Dari hasil pengamatan yang dilakukan, diperoleh data komposisi minyak kasar yang
bercampur dengan kotoran di COT(Crude Oil Tank) pada stasiun Klarifikasi di PT.
Multimas Nabati Asahan Kuala-Tanjung. Hasil analisis tersebut di tunjukkan pada
tabel 4.1.1 sebagai berikut :
Sebagai contoh pada suhu 94⁰C
Dik : Volume Cairan : 7,8 ml
Oil : 3,5 ml
Moisture : 1,9 ml
Nos : 0,2 ml
Slugde : 2,2 ml
%Oil =
x100=
,, x 100%
= 44,87 %
% Moisture
=
x100%=
,, x100%
= 24,3 %
% Nos
=
x 100 %=
,= 2,56 %
% Sludge
=
x 100 %=
,, x 100%
= 28,20 %
4.3 Pembahasan
Dari Tabel 4.1.1 dapat di simpulkan bahwa temperatur sangat berperan dalam proses
pemurnian CPO(Crude Palm Oil) karena kenaikan temperatur berbanding lurus
dengan kecepatan pengendapan. Semakin tinggi temperatur, maka kecepatan
pengendapan akan semakin cepat dan sebaliknya jika temperatur rendah, maka
kecepatan pengendapan akan lambat.
Hal ini disebabkan oleh tinggi rendahnya viskositas minyak.Viskositas
minyak yang kecil dapat mempercepat proses pengendapan minyak dan sebaliknya
viskositas yang besar menyebabkan proses pengendapan berjalan lambat. Dan
temperatur yang sesuai digunakan adalah 90⁰C – 95⁰C.
Jika temperatur terlalu rendah yaitu kurang dari 80⁰C kecepatan pengendapan
sludge akan berjalan sangat lambat, disamping itu butiran minyak akan sulit terpisah
dari air dan proses pemurnian akan berjalan lambat dan membutuhkan waktu yang
lebih lama begitu juga sebaliknya, jika temperatur terlalu tinggi lebih dari 95⁰C akan
menyebabkan proses pengendapan tidak berjalan dengan baik, karena air yang berada
dilapisan Crude Oil Tank(COT) akan menguap sehingga akan mendorong sludge dan
bercampur kembali dengan minyak yang telah terpisahkan dan menyebabkan waktu
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Proses pemurnian CPO(Crude Palm Oil) merupakan proses pemurnian dengan
pengendapan dalam COT(Crude Oil Tank) yang sangat berhubungan dengan
temperatur. Dalam hal ini, apabila semakin tinggi temperatur maka kecepatan
pengendapan slugde akan berjalan dengan baik, dan sebaliknya apabila semakin
rendah temperatur maka kecepatan pengendapan slugde akan berjalan lambat.
Temperatur yang optimal pada COT(Crude Oil Tank) sebaiknya sebesar 94⁰C.
Dari hasil analisa yang dilakukan pada suhu 94⁰C ini menunjukkan bahawa
temperatur yg optimal, dimana pada suhu tersebut dapat mengurangi kadar air berkisar
24,35%, kadar Nos 2,56%, dan kadar Sludge 28,20%.
5.2 Saran
Sebaiknya dilakukan pengamatan percepatan gravitasi terhadap kecepatan
pengendapan sludge pada Crude Oil Tank(COT), bagaimana pengaruhnya terhadap
DAFTAR PUSTAKA
Ketaren,S, 1968, Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan, Penerbit,
UI-Press, Jakarta.
Mangoensoekarjo,S, 2003, Manajemen Agribisnis Kelapa Sawit, Gadjah Mada,
University Press, Yogyakarta.
Tim Penulis, 1997, Kelapa Sawit Usaha Budidaya Pemanfaatan Hasil dan Aspek
Pemasaran, Cetakan ke-8, Penerbit Swadaya, Jakarta.
Naibaho,P.M, 1998, Teknologi Pengolahan Kelapa Sawit, Pusat Penelitian Kelapa
Sawit, Medan.
Poejadi,A, 1994, Dasar-Dasar Biokimia, Penerbit UI-Press, Jakarta.
Winarno,F.G,1998, Ilmu Pangan dan Gizi, Penerbit PT.Gramedia Pustaka Utama,