• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH LAMA PENYIMPANAN CPO TERHADAP KADAR ASAM LEMAK BEBAS DAN KADAR AIR PADA STORAGE TANK DI PTPN IV UNIT USAHA MAYANG PERDAGANGAN TUGAS AKHIR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PENGARUH LAMA PENYIMPANAN CPO TERHADAP KADAR ASAM LEMAK BEBAS DAN KADAR AIR PADA STORAGE TANK DI PTPN IV UNIT USAHA MAYANG PERDAGANGAN TUGAS AKHIR"

Copied!
57
0
0

Teks penuh

(1)

STORAGE TANK DI PTPN IV UNIT USAHA MAYANG PERDAGANGAN

TUGAS AKHIR

BESTARY YOHANNA RAJAGUKGUK NIM : 142401072

PROGRAM STUDI D-3 KIMIA DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

PERDAGANGAN

TUGAS AKHIR

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat memperoleh gelar Ahli Madya

BESTARY YOHANNA RAJAGUKGUK NIM : 142401072

PROGRAM STUDI D-3 KIMIA DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2017

(3)

PERSETUJUAN

Judul : Pengaruh Lama Penyimpanan CPO Terhadap Kadar Asam Lemak Bebas dan Kadar Air pada Storage Tank di PTPN IV Unit Usaha Mayang Perdagangan

Kategori : Karya Ilmiah

Nama : Bestary Yohanna Rajagukguk

Nomor Induk Mahasiswa : 142401072

Program Studi : Diploma -3 Kimia

Departemen : Kimia

Fakultas : Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara

Disetujui di Medan, Juli 2017

Diketahui / Disetujui Oleh:

Program Studi D-3 Kimia FMIPA USU Dosen Pembimbing,

Dr. Minto Supeno, MS Dr. Mimpin Ginting, MS

NIP.196105091987031002 NIP.195510131986011001

Departemen Kimia FMIPA USU Ketua,

Dr. Cut Fatimah Zuhra, M.Si

(4)

PERNYATAAN

PENGARUH LAMA PENYIMPANAN CPO TERHADAP KADAR ASAM LEMAK BEBAS DAN KADAR AIR PADA

TANGKI TIMBUN DI PTPN IV UNIT USAHA MAYANG PERDAGANGAN

TUGAS AKHIR

Saya mengakui bahwa karya ilmiah ini adalah hasil karya saya sendiri. Kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.

Medan, Juli 2017

Bestary Yohanna Rajagukguk NIM : 142401072

(5)

PENGHARGAAN

Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas Rahmat dan Karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini.

Karya ilmiah ini berjudul “Pengaruh Lama Penyimpanan Crude Palm Oil (CPO) pada Tangki Timbun Terhadap Kadar Asam Lemak Bebas (ALB) dan Kadar Air di PTPN IV Unit Usaha Mayang Perdagangan”, karya ilmiah ini merupakan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Studi D-3 Kimia di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sumatera Utara.

Karya ilmiah ini ditulis berdasarkan pengamatan penulis selama melaksanakan Praktek Lapangan Kerja (PKL) di PTPN IV Unit Usaha Mayang Perdagangan.

Dalam penulisan karya ilmiah ini, penulis menyadari bahwa karya ilmiah ini masih jauh dari kesempurnaan, dengan demikian penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun kepada penulis, sehingga penulis dapat melakukan perbaikan. Dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada Orang Tua penulis yang telah memberikan dukungan dan bantuan materil, moril, serta doa yang telah mereka berikan selama ini kepada penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini.

Karya ilmiah ini juga dapat ditulis dan terwujud atas bantuan dan bimbingan berbagai pihak untuk memberikan saran yang baik. Oleh karena itu dengan kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Orang tua tercinta Garuda Rajagukguk yang telah memberikan dukungan moral spiritual dan material , sehingga penulis dapat melaksanakan dan menyelesaikan program studi.

2. Bapak Dr. Minto Supeno, MS selaku Ketua Departemen Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Dr. Cut Fatimah Zuhra, M.Si selaku Ketua Program Studi Diploma III Kimia FMIPA USU.

4. Bapak Dr. Mimpin Ginting, MS selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberikan bantuan bimbingan, waktu dan perhatian yang besar selama proses penulisan dan penyusunan karya ilmiah ini.

5. Bapak / Ibu Staff pengajar khususnya Program studi Diploma III FMIPA USU yang telah banyak membimbing penulis selama mengikuti

(6)

6. Seluruh staff dan karyawan PTPN IV Kebun Mayang yang telah banyak membantu dan memberi ilmu untuk menambah wawasan kami.

7. Sahabat-sahabat selama melakukan perkuliahan dan Praktek Lapangan Kerja (PKL) Tumiar Lubis, Martina Damanik, Ida Gultom, Elvi Pasaribu, Cipto Lubis, Ronal Sirait dan Amon Hasibuan yang sama-sama berjuang agar PKL nya depat selesai, dan juga memberi motivasi satu sama lain cepat selesai dalam mengerjakan penelitiannya.

8. Sahabat-sahabat penulis Lady Flora Rgg, Sylvia Rgg, Satria Rgg, Astri Zendrato, Winda Stefani Purba, Robby F Naibaho, Monica br.Karo, Monita Aritonang, Novita Lubis yang selalu memberi dukungan dan Doa, memberikan semangat, motivasi dari awal hingga akhir perkuliahan.

9. Semua rekan-rekan Mahasiswa/i D3-Kimia Stambuk 2014, adik-adik angkatan 2015 dan 2016 yang tidak dapat disebutkan.

Akhirnya penulis berharap semoga bantuan dan dukungan yang diberikan dalam penyusunan karya ilmiah ini dibalas oleh Yang Maha Kuasa dan penulis mengharapkan karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan khususnya bagi penulis sendiri.

Medan, Juli 2017

Penulis

(7)

PENGARUH LAMA PENYIMPANAN CPO TERHADAP KADAR ASAM LEMAK BEBAS DAN KADAR AIR PADA STORAGE TANK DI PTPN IV

UNIT USAHA MAYANG PERDAGANGAN

ABSTRAK

Kualitas dari pada Crude Palm Oil (CPO) ditentukan oleh berbagai parameter seperti kadar air dan kadar asam lemak bebas disamping parameter lainnya.

Dalam percobaan ini dilakukan pengaruh lama waktu penyimpanan CPO terhadap kadar asam lemak bebas dan kadar air pada storage tank di PTPN IV unit usaha Mayang Perdagangan. Kadar asam lemak bebas ditentukan dengan metode titrasi asidi alkalimetri menggunakan larutan standar KOH, sedangkan kadar air menggunakan metode gravimetri. Pengaruh lama penyimpanan CPO memberikan hasil analisa bahwa kadar asam lemak bebas maupun kadar air semakin bertambah, dimana pada hari pertama kadar asam lemak bebas 4,0% dan kadar air 0,16%, selanjutnya pada hari keenam kadar asam lemak bebas 5,4% dan kadar air 0,27%. Dari standar mutu minyak kelapa sawit (SNI) menggambarkan bahwa CPO hasil analisa tidak memenuhi standar, dimana kadar asam lemak bebas maksimum 3,50% dan kadar air maksimum 0,1%.

(8)

EFFECT OF STORAGE TIME CPO AGAINST LEVELS TO FREE FATTY ACID (FFA) CONTENT AND MOISTURE IN STORAGE TANK

PTPN IV MAYANG PERDAGANGAN

ABSTRACT

The quality of Crude Palm Oil (CPO) is determined by various parameters such as moisture and free fatty acid (FFA) content beside to the other parameters. This experiment carried out the effect of long time of storage of CPO to free fatty acid content and moisture at PTPN IV Mayang Perdagangan business unit. The levels of free fatty acid isdetermined by using acidic-alkalimetric titration with a standard solution that is KOH. Moisture is determined with gravimetry method.

The influence storage time of CPO give the analysis result that free fatty acid content and moisture will be higher too where in the first day free fatty acid 4,0%

and moisture 0,16% for the sixth day total free fatty acid value 5,4% and moisture 0,27%. Of the palm oil Quality Standart (SNI) it can be seen that the results of analysis does not meet the standards set which the maximum free fatty acid content is 3,50% and maximum moisture is 0,1%.

(9)

DAFTAR ISI

Halaman

PERSETUJUAN i

PERNYATAAN ii

PENGHARGAAN iii

ABSTRAK v

ABSTRACT vi

DAFTAR ISI vii

DAFTAR TABEL ix

DAFTAR GAMBAR x

DAFTAR LAMPIRAN xi

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang 1

1.2. Perumusan Masalah 2

1.3. Tujuan 3

1.4. Manfaat 3

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tanaman Kelapa Sawit 4

2.1.1. Sejarah Kelapa Sawit 4

2.1.2. Varietas Kelapa Sawit 6

2.1.3. Morfologi Tanaman Kelapa Sawit 7

2.2. Pengolahan Kelapa Sawit 10

2.2.1. Pemurnian Minyak Kelapa Sawit 13

2.2.2. Pengeringan Minyak Kelapa Sawit 14

2.2.3. Penimbunan Minyak Kelapa Sawit 16

(10)

2.3.1. Komposisi Minyak Kelapa Sawit 18 2.3.2. Sifat Fisiko-Kimia Minyak Kelapa Sawit 19

2.4. Standar Mutu Minyak Kelapa Sawit 20

2.5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Mutu Minyak Kelapa Sawit 21 2.6. Keunggulan dan Manfaat Minyak Kelapa Sawit 24

2.6.1. Keunggulan Minyak Sawit 24

2.6.2. Manfaat Minyak Sawit 25

BAB 3. METODOLOGI PERCOBAAN

3.1. Alat dan Bahan 27

3.1.1. Alat 27

3.1.2. Bahan 27

3.2. Prosedur Percobaan 28

3.2.1. Pembuatan Larutan 28

3.2.2. Pengambilan Sampel 29

3.2.3. Penentuan Kadar Asam Lemak Bebas 29

3.2.4. Penentuan Kadar Air 29

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Data 31

4.2. Perhitungan 32

A. Penentuan Analisa Kadar ALB 32

B. Penentuan Analisa Kadar Air 33

4.3. Pembahasan 34

BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan 37

5.2. Saran 38

(11)

DAFTAR PUSTAKA 39

LAMPIRAN 40

(12)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Komposisi Asam Lemak Minyak Kelapa Sawit 19

Tabel 2.2. Sifat Fisiko-Kimia Kelapa Sawit 19

Tabel 4.1. Hasil Analisa Kadar Asam Lemak Bebas 31

Tabel 4.1.2. Hasil Analisa Kadar Air 32

(13)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Reaksi Trigliserida oleh Asam Lemak Bebas 18

Gambar 4.3. Reaksi asam lemak dari CPO dengan KOH 35

Gambar 4.3.1. Reaksi KOH dengan Fenolftalein 36

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Angka Kerja Pengolahan Mutu Minyak Sawit 40

Lampiran 2. Bidang Pengolahan Laboratorium 41

Grafik 1. Grafik Lama Penyimpanan CPO (hari) vs Kadar ALB (%) 42

Grafik 1.1. Grafik Lama Penyimpanan CPO (hari) vs Kadar Air (%) 43

(15)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kelapa sawit (Elaesis guinesis JACQ) merupakan salah satu tanaman penghasil minyak nabati yang sangat potensial. Dewasa ini, tanaman kelapa sawit tumbuh sebagai tanaman liar (hutan), setengah liar dan sebagian tanaman budi daya terbesar di Negara beriklim tropis bahkan mendekati subtropis di Asia, Amerika Selatan, dan Afrika. (Naibaho, 1998).

Minyak kelapa sawit diperoleh dari proses pengolahan tandan buah segar (TBS) di pabrik, bertujuan untuk memperoleh minyak sawit yang berkualitas baik.

Proses tersebut berlangsung cukup panjang dan memerlukan kontrol yang cermat, dimulai dari pengangkutan tandan buah kelapa sawit ke pabrik sampai dihasilkan minyak sawit dan hasil sampingnya. Produk utama yang dihasilkan dari pengolahan kelapa sawit adalah minyak kelapa sawit (Crude Palm Oil, CPO).

Mutu dari minyak kelapa sawit dipengaruhi oleh kadar asam lemak bebas dan kadar air.

Standar mutu adalah merupakan hal yang penting untuk menentukan minyak yang bermutu baik. Ada beberapa faktor yang menentukan standar mutu yaitu: kandungan asam lemak bebas, kandungan air dan kotoran dalam minyak, warna, dan bilangan peroksida. Faktor yang mempengaruhi standar mutu adalah

(16)

titik cair dan kandungan gliserida, refining loss, plastisitas, dan spreadability, kejernihan kandungan logam berat dan bilangan penyabunan (Ketaren, 1986).

Mutu minyak kelapa sawit yang baik mempunyai kadar air kurang dari 0,1

% dan kandungan asam lemak bebas serendah mungkin (kurang lebih 3,5 %).

Buah kelapa sawit dan hasil panen (TBS) harus segera di angkut ke pabrik agar dapat segera diolah. Buah yang tidak segera diolah akan menghasilkan minyak dengan kadar asam lemak bebas (Free Fatty Acid) tinggi.

Dalam menjaga kualitas minyak sawit, lama masa penyimpanan di storage tank sebaiknya tidak lebih dari dua hari. Sebab penyimpanan yang lama akan merusak minyak. Penyimpanan dilakukan dilokasi penumpukan buah dan pada penyimpanan harus diperhatikan letak penumpukan tandan, sehingga tandan yang pertama disimpan harus yang pertama kali diolah. Berdasarkan hal tersebut diatas penulis berkeinginan dan tertarik membuat karya ilmiah dengan judul “Pengaruh Lama Penyimpanan Crude Palm Oil (CPO) pada Tangki Timbun Terhadap Kadar Asam Lemak Bebas (ALB) dan Kadar Air Di PTPN IV Unit Usaha Mayang Perdagangan”.

1.2. Permasalahan

Berdasarkan mutu dari minyak kelapa sawit ditentukan kadar Asam Lemak Bebas dengan standar maksimal kadar ALB = 3,5 %. Untuk mempertahankan kadar ALB yang di harapkan sesuai dengan standar, perlu dilakukan pengendalian baik dari bahan baku, maupun proses pengolahan di pabrik. Yang menjadi masalah dlam karya ini “bagaimana pengaruh lama penyimpanan CPO pada Tangki

(17)

Timbun Terhadap Kadar Asam Lemak Bebas (ALB) dan Kadar Air di PTPN IV Unit Usaha Mayang Perdagangan”.

1.3. Tujuan

1. Untuk mengetahui pengaruh waktu penyimpanan minyak kelapa sawit (Crude Palm Oil,CPO) pada Tangki Timbun (Storage Tank) terhadap Kadar Asam Lemak Bebas dan Kadar Air.

2. Untuk mengetahui persentase kadar asam lemak bebas dan kadar air dari lama waktu penyimpanan minyak kelapa sawit (Crude Palm Oil, CPO) pada Tangki Timbun (Storage Tank).

1.4. Manfaat

Adapun manfaat penulisan karya ilmiah ini adalah :

1. Untuk mengetahui pengaruh lama penyimpanan CPO terhadap kadar asam lemak bebas dan kadar air yang telah disimpan beberapa hari 2. Sebagai masukan untuk pengembangan proses produksi di sebuah

pabrik kelapa sawit

3. Menerapkan teori dan pengetahuan yang telah diperoleh sebelumnya selama kuliah untuk proses produksi industri dalam skala besar.

(18)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tanaman Kelapa Sawit

2.1.1. Sejarah Kelapa Sawit

Kelapa sawit (Elaesis Guinesis Jack) berasal dari Nigeria, Afrika Barat. Meskipun demikian, ada yang menyatakan bahwa kelapa sawit berasal dari Amerika Selatan yaitu Brazil karena lebih banyak ditemukan spesies kelapa sawit dihutan Brazil dibandingkan dengan Afrika. Pada kenyataannya tanaman kelapa sawit hidup subur diluar daerah asalnya, seperti Malaysia, Indonesia, Thailand, dan Papua Nugini. Bahkan mampu memberikan hasil produksi per hektar yang lebih tinggi.

Bagi pembangunan perkebunan nasional. Selain mampu menciptakan kesempatan kerja yang mengarah pada kesejahteraan masyarakat, juga sebagai sumber perolehan devisa Negara. Indonesia merupakan salah satu produsen utama minyak sawit.

Kelapa sawit pertama kali diperkenalkan di Indonesia oleh pemerintah colonial Belanda pada tahun 1848. Ketika itu ada empat batang bibit kelapa sawit yang dibawa dari Mauritius dan Amsterdam dan ditanam dikebun Raya Bogor.

Tanaman kelapa sawit mulai diusahakan dan dibudidayakan secara komersial pada tahun 1911. Perintis usaha perkebunan kelapa sawit diIndonesia adalah Ardien Hallet, seorang Belgia yang telah belajar banyak tentang kelapa sawit di Afrika. Budidaya yang dilakukan diikuti oleh K.Schadt yang menandai lahirnya perkebunan kelapa sawit diIndonesia. Sejak saat itu perkebunan kelapa sawit

(19)

mulai berkembang. Perkebunan kelapa sawit pertama berlokasi dipantai Timur Sumatera (Deli) dan Aceh.

Pada masa pendudukan Belanda, kelapa sawit mengalami perkembangan yang cukup pesat. Indonesia menggeser dominasi ekspor Negara Afrika pada waktu itu. Namun kemajuan pesat yang dialami Indonesia tidak diikuti dengan perkembangan perekonomian nasional. Hasil perolehan ekspor minyak sawit hanya meningkatkan perekonomian Negara asing termasuk Belanda. Memasuki masa pendudukan Jepang, perkembangan kelapa sawit mengalami kemunduran.

Secara keseluruhan produksi perkebunan kelapa sawit terhenti. Setelah belanda dan Jepang meninggalkan Indonesia pada tahun 1957, pemerintah mengambil alih perkebunan dengan alasan politik dan keamanan. Pemerintah menempatkan perwira – perwira militer disetiap jenjang managemen perkebunan yang bertujuan mengamankan jalannya produksi. Pemerintah juga membentuk BUMIL ( Buruh Militer) yang merupakan wadah kerja sama antara perkebunan dengan militer.

Perubahaan managemen dalam perkebunan dan kondisi sosial politik serta keamanan dalam negeri yang tidak kondusif, menyebabkan produksi kelapa sawit mengalami penurunan. Pada periode tersebut posisi Indonesia sebagai pemasok minyak sawit dunia terbesar tergeser oleh Malaysia.

Memasuki pemerintahan orde baru, pembangunan perkebunan diarahkan dalam rangka menciptakan kesempatan kerja, meningkatkan kesejahteraan masyarakat, dan sebagai sektor penghasil devisa Negara. Pemerintah terus mendorong pembukaan lahan baru untuk perekebunan. Sampai dengan tahun 1980 luas lahan mencapai 294.560 dengan produksi CPO sebesar 721.172 ton.

(20)

Sejak saat itu lahan perkebunan kelapa sawit Indonesia berkembang pesat terutama perkebunan rakyat ( Fauzi, 2004).

2.1.2. Varietas Kelapa Sawit

Varietas tanaman kelapa sawit dapat dibedakan berdasarkan tebal tempurung dan daging buah atau berdasarkan warna kulit buahnya. Berdasarkan ketebalan tempurung dan daging buah, varietas kelapa sawit antara lain :

1. Dura

Tempurung dura cukup tebal antara 2-8 mm dan tidak terdapat lingkaran sabut pada bagian luar tempurung. Daging buah relatif tipis dengan presentase daging buah terhadap buah variasi antara 35-50%. Kernel (daging biji) biasanya besar dengan kandungan minyak yang rendah. Dalam persilangan varietas dura dipakai sebagai pohon induk betina.

2. Pisifera

Ketebalan tempurung sangat tipis, bahkan hampir tidak ada, tetapi daging buahnya tebal. Persentase daging buah terhadap buah cukup tinggi, sedangkan daging biji sangat tipis. Jenis pisifera tidak dapat diperbanyak tanpa menyilangkan dengan jenis yang lain. Varietas ini dikenal sebagai tanaman betina yang steril sebab bunga gugur pada fase dini. Oleh sebab itu dalam persilangan dipakai sebagai pohon induk jantan. Penyerbukan silang antara pisifera dengan dura akan menghasilkan varietas tenera.

3. Tenera

(21)

Varietas ini mempunyai sifat-sifat yang berasal dari kedua induknya, yaitu dura dan pisifera. Varietas inilah yang banyak ditanam diperkebunan pada saat ini.

Tempurung sudah menipis, ketebalannya berkisar antara 0,5 – 4 mm, dan terdapat lingkaran sabut disekelilingnya. Persentase daging buah terhadap buah tinggi, antara 60-96%. Tandan buah yang dihasilkan oleh tenera lebih banyak daripada dura, tetapi ukuran tandannya relatif lebih kecil (Tim Penulis, 1997).

2.1.3. Morfologi Tanaman Kelapa Sawit

a. Daun

Daun kelapa sawit terdiri dari beberapa bagian sebagai berikut :

Kumpulan anak daun (leaflets) yang mempunyai helaian (lamina) tulang anak daun (midrib), Rachis yang merupakan bagian antara daun dan batang, seludang daun (sheath) yang berfungsi sebagai perlingdungan dari kuncup dan memberi kekuatan pada batang.

Bentuk seludang daun yang terlihat pada daun dewasa tidak lengkap dan merupakan sisa dari perkembangan yang ada. Pada daun yang sedang berkembang, seludang berbentuk pipa dan membungkus daun muda secara sempurna. Namun, karena daun berkembang terus menerus, sedangkan seludang sudah tidak berkembang lagi, serabut seludang menjadi robek dan tercerai membentuk barisan dua (spine) sepanjang tepi-tepi petiole yang merupakan pangkal dari serabut tersebut. Sejumlah kecil jaringan dari serabut ini juga dijumpai pada bagian ketiak daun. Daun dihasilkan dalam urutan-urutan yang teratur. Perkembangan dan menuanya daun kelapa sawit secara individual terjadi

(22)

dalam arah basipetal (dari atas ke bawah). Luas daun kelapa sawit akan meningkat secara progresif pada umur sekitar 8-10 tahun setelah tanam.

b. Batang

Batang kelapa sawit terdiri dari pembuluh-pembuluh yang terikat secara diskrit dalam jaringan parenkim. Meristem pucuk terletak dekat ujung batang, dimana pertumbuhan batang sedikit agak membesar. Aktivitas meristem pucuk hanya memberikan sedikit konstribusi terhadap jaringan batang karena fungsi utamanya yaitu menghasilkan daun dan infloresen bunga. Seperti umumnya tanaman monokotil. Penebalan sekunder tidak terjadi pada batang.

Pada tahun pertama atau kedua pertumbuhan kelapa sawit, pertumbuhan membesar terlihat sekali pada bagian pangkal, dimana diameter batang bisa mencapai 60 cm. Batang mempunyai 3 fungsi utama, yaitu (1) sebagai struktur yang mendukung daun, bunga, dan buah; (2) sebagai sistem pembuluh yang mengangkut air dan hara mineral ke atas serta hasil fotosintesis dari daun ke bawah; serta (3) kemungkinan juga berfungsi sebagai organ penimbunan zat makanan.

c. Akar

Akar terutama sekali berfungsi untuk (1) menunjang struktur batang di atas tanah;

(2) menyerap air dan unsur hara dari dalam tanah; serta (3) sebagai salah satu respirasi. Sistem perakaran kelapa sawit merupakan sistem akar serabut, terdiri dari akar primer, sekunder, tersier, dan kuarter. Akar primer umumnya berdiameter 6-10mm, keluar dari pangkal batang dan menyebar secara horizontal

(23)

bercabang membentuk akar tersier yang berdiameter 0,7-1,2mm dan umumnya bercabang lignin, panjangnya hanya 1-4mm dengan diameter 0,1-0,3mm.

Secara umum, sistem perakaran kelapa sawit lebih banyak berada dekat dengan permukaan tanah tetapi pada keadaan tertentu akar juga bisa menjelajahi lebih dalam.

d. Bunga

Kelapa sawit merupakan tanaman berumah satu (monoecious). Artinya, bunga jantan dan bunga betina terdapat pada satu pohon, tetapi tidak pada tandan yang sama. Walaupun demikian, kadang-kadang dijumpai juga bunga jantan dan betina pada satu tandan (hermafridit).

Bunga muncul dari ketiak daun. Setiap ketiak daun hanya dapat menghasilkan satu bunga (infloresen). Biasanya, beberapa bakal infloresen gugur pada fase-fase awal perkembangannya sehingga pada individu tanaman terlihat beberapa ketiak daun tidak menghasilkan infloresen (Pahan, 2006).

e. Buah

Warna buah kelapa sawit tergantung pada varietas dan umurnya. Buah yang masih muda berwarna hijau pucat kemudian berubah menjadi hijau hitam. Semakin tua warna buah menjadi kuning muda dan pada waktu buah sudah masak berwarna merah kuning (jingga). Mulai dari penyerbukan hingga menjadi buah matang diperlukan waktu kurang lebih 5-6 bulan. Tanaman kelapa sawit normal yang telah berbuah akan menghasilkan kira-kira 20-22 tandan/tahun dan semakin tua

(24)

Buah kelapa sawit memiliki bagian-bagian sebagai berikut :

1. Eksokarp atau kulit luar yang keras dan licin

Ketika buah masih muda, warnanya hitam atau ungu tua atau hijau. Semakin tua, warnanya berubah menjadi orange merah atau kuning orange.

2. Mesokarp atau Sabut

Diantaranya jaringan-jaringannya ada sel pengisi seperti spons atau karet busa yang sangat banyak mengandung minyak (CPO), jika buah sudah masak.

3. Endokarp atau Tempurung

Ketika buah masih muda endokarp memiliki tekstur lunak dan berwarna putih.

Ketika buah sudah tua, endokarp berubah menjadi keras dan berwarna hitam.

Ketebalan endokarp tergantung pada varietasnya. Contoh varietas dura meiliki endokarp sangat tebal, sedangkan varietas pisifera sangat tipis, bahkan tanpa endokarp.

4. Kernel atau Biji atau Inti

Inti dapat disamakan dengan daging buah dalam kelapa sayur, tetapi bentuknya padat dan tidak berisi air buah. Kernel mengandung minyak (PKO) sebesar 3%

dari berat tandan, berwarna jernih dan bermutu sangat tinggi (Mangonsoekarjo, 2003).

2.2. Pengolahan Kelapa Sawit

Tahap – tahap pengolahan Tandan Buah Segar (TBS) menjadi Crude Palm Oil (CPO) adalah sebagai berikut :

1. Stasiun Penerimaan Buah

Sebelum diolah dalam PKS, tandan buah segar (TBS) yang berasal dari kebun pertama kali diterima di stasiun penerimaan buah untuk ditimbang

(25)

dijembatan timbang (Weight Bridge) dan ditampung sementara di penampungan buah (loadingramp).

a. Jembatan Timbang

Penimbangan dilakukan dua kali untuk setiap angkutan tandan buah segar (TBS) yang masuk ke pabrik, yaitu pada saat masuk (berat truk dan TBS) serta pada saat keluar (Berat Truk). Dari selisih timbangan saat truk masuk dan keluar, diperoleh berat bersih.

b. Sortasi

Setelah selesai ditimbang, kemudian buah dibawa ketempat pengumpulan buah untuk disortasi. Penyortasian dilakukan berdasarkan kriteria kematangan buah, hal ini bertujuan pada penentuan rendemen minyak.

c. Loading ramp

TBS yang telah ditimbang dijembatan timbang selanjutnya dibongkar diloading ramp dengan menuang langsung dari truk. Loading ramp merupakan suatu bangunan dengan lantai berupa kisi-kisi pelat besi berjarak 10cm dengan kemiringan 45o. Kisi-kisi tersebut berfungsi untuk untuk memisahkan kotoran berupa pasir, kerikil, dan sampah yang terikut dalam tandan buah segar. Loading ramp dilengkapi pintu-pintu keluaran yang digerakkan secara hidrofilik sehingga memudahkan dalam pengisian tandan buah segar kedalam lori untuk proses selanjutnya. Setiap lori dapat dimuat dengan 2,5 ton tandan buah segar.

2. Stasiun Rebusan

Lori – lori yang telah berisi TBS dikirim ke stasiun rebusan dengan cara

(26)

setara 20 ton TBS. Dalam proses perebusan, TBS dipanaskan dengan uap temperatur 135oC dan tekanan 2,0 – 3,0 kg/cm2selama 90 menit.

Tujuan dari perebusan TBS adalah :

- Untuk mengulangi perkembangan asam lemak bebas (ALB) atau free fatty acid (FFA)

- Memudahkan pemipilan brondolan dari tandan

- Penyempurnaan dalam pengolahan

- Penyempurnaan dalam proses pengolahan inti sawit

3. Stasiun Pemipilan

Tandan buah segar (TBS) berikut lori yang telah direbus dikirim ke bagian pemipilan yang dituangkan ke alat pemipil (Thresher) dengan bantuan hoisting crane. Proses pemipilan terjadi akibat tromol berputar pada sumbu mendatar yang membawa TBS ikut berputar sehingga mebanting-banting tandan buah segar tersebut dan menyebabkan brondolan lepas dari tandannya. Pada bagian dalam dari pemipil, dipasang batang besi perantara sehingga membentuk kisi-kisi yang memungkinkan brondolan keluar dari pemipil. Brondolan yang keluar dari bagian bawah pemipil ditampung oleh sebuah screw conveyor untuk dikirim kebagian digesting dan pressing. Sementara tandan kosong yang keluar dari bagian bawah pemipil ditampung oleh elevator kemudian hasil tersebut dikirim ke hopper.

4. Stasiun Pencacahan

(27)

Berondolan yang telah terpipil dari stasiun pemipilan diangkut ke bagian pengadukan / pencacahan (digester). Alat yang digunakan untuk pengadukan / pencacahan berupa subuah tangki vertikal yang dilengkapi dengan lengan- lengan pencacah di bagian dalamnya. Tujuan utama dari proses digesting yaitu mempersiapkan daging buah untuk pengempaan (pressing) sehingga minyak dengan mudah dapat dipisahkan dari daging buah dengan kerugian yang sekecil- kecilnya.

5. Stasiun Pengempaan

Berondolan yang telah mengalami pencacahan dan keluar melalui bagian bawah digester berupa bubur. Hasil cacahan tersebut langsung masuk ke alat pengempaan yang persis dibagian bawah digester. Pada pabrik kelapa sawit, umumnya digunakan screw press sebagai alat pengempaan untuk memisahkan minyak dari daging buah. Proses pemisahan minyak terjadi akibat putaran screw mendesak bubur buah, sedangkan dari arah berlawanan tertekan oleh sliding cone.

Dengan demikian, minyak dari bubur buah yang terdesak ini akan keluar melalui lubang-lubang press cage, sedangkan ampasnya keluar melalui celah antara sliding cone dan press cage.

2.2.1. Pemurnian Minyak Kelapa Sawit

Untuk memisahkan minyak dari fase lainnya perlu dilakukan dengan proses pemurnian yang disebut dengan klarifikasi. Minyak tersebut perlu segera dimurnikan dengan maksud agar tidak terjadi penurunan mutu akibat adanya reaksi hidrolisis dan oksidator. Hidrolisis dapat terjadi karena cairan bersuhu

(28)

NOS yang berupa bahan organik dan anorganik seperti Fu dan Cu berperan sebagai katalisator yang mempercepat terjadinya reaksi yang cepat.

Minyak hasil pengempaan dialirkan (masuk) ke stand trap tank (penangkap pasir) lalu menuju vibro separator untuk disaring agar kotoran berupa serabut kasar tersebut dialirkan ketangki penampungan minyak kasar (crude oil tank). Selanjutnya dikirim ke Vertical Continue Tank (VCT), di VCT proses pemisahan dilakukan berdasarkan berat jenis antara minyak, air dan sludge, dimana minyak yang ringan akan keatas, lalu dikirim ke oil tank, sedangkan sludge dikirim ke sludge tank. Sludge merupakan fasa campuran yang masih mengandung minyak (Pahan, 2006).

2.2.2. Pengeringan Minyak Kelapa Sawit

Kadar air dalam minyak setelah pemurnian masih teralu tinggi untuk mencegah peningkatan kadar asam lemak bebas karena hidrolisis. Untuk mendapatkan kadar air yang diinginkan minyak masih harus dikeringkan. Untuk itu sebaiknya dipakai pengering vakum pada suhu relatif rendah, agar minyak tidak teroksidasi pada waktu pengeringan pada suhu tinggi.

Pengeringan bekerja pada tekanan absolut 50 Torr dengan bantuan pompa vakum atau vacuum steamjet ejectors. Minyak yang masuk pada suhu 80oC dan kadar air 0,25%-0,30% akan dikeringkan sampai kadar air akhir 0,08-0,10%.

Minyak tidak perlu dikeringkan dibawah 0,08% karena minyak adalah hidroskopis, dan dengan kadar 0,08% ini pun hidrolisis maupun pembiakan mikroba dapat ditekan sangat rendah. Selesai pengeringan minyak harus

o

(29)

pemasukan ke tangki timbun. Minyak yang masih mengandung air 0,6-1,0% perlu dikeringkan agar air tersebut tidak lagi berfungsi sebagai bahan pereaksi dalam reaksi hidrolisis. Maka untuk menghilangkan air tersebut perlu dilakukan pengeringan khusus.

Alat pengeringan yang ditemukan di PKS umumnya terdiri dari tiga bentuk, yaitu:

a. Oil Drier

Alat ini bekerja menguapkan air ke udara dengan sistem pemanasan. Alat ini terdiri dari penggabungan dua alat yaitu bak pemanas minyak dan evaporator.

Alat evaporator dapat bekerja dengan baik jika suhu minyak mencapai 100oC.

b. Oil Dessicator

Akibat mutu minyak yang dihasilkan oil drier masih jelek maka dibuat alat pengering yang disebut dengan oil desicator. Alat ini adalah pengganti bak pemanas minyak sedangkan evaporator masih tetap dipakai. Suhu minyak dalam alat ini umumnya diatas 90oC, dan kemudian dialirkan pada talang bertingkat dengan melalui sekat-sekat penguap di udara terbuka.

c. Oil Vacuum Drier

Minyak yang keluar dari Oil Purifier atau Decanter masih mengandung air, maka perlu dikurangi hingga batas maksimum yang didasarkan pada mutu standar. Alat ini terdiri tabung yang berdiri tegak yang dihubungkan dengan Steam Injector atau Vacuum Pump untuk menurunkan tekanan dalam minyak hingga 50 Torr.

(30)

2.2.3. Penimbunan Minyak Kelapa Sawit

Sejalan dengan semakin meningkatnya luas areal perkebunan kelapa sawit, produksi minyak sawit semakin lama semakin meningkat. Penyimpanan dan penanganan selama transportasi minyak sawit yang kurang baik dapat mengakibatkan terjadinya kontaminasi baik oleh logam maupun bahan lain sehingga akan menurukan kualitas minyak sawit.

Pengawasan mutu minyak sawit selama penyimpanan, transportasi, dan penimbunan perlu dilakukan dengan ketat untuk mencegah terjadinya penurunan mutu minyak sawit. Salah satu cara yang dapat ditempuh adalah dengan membuat standarisasi prosedur penyimpanan, transportasi darat, dan penimbunan minyak sawit.

Minyak produksi sebelum diangkut ketempat konsumen ditimbun dalam tangki timbun. Minyak yang masuk kedalam tangki timbun suhunya 40-50oC.

Titik leleh minyak sawit ± 40oC, sehingga untuk mempermudah pengeluaran minyak dari tangki untuk maksud tersebut dipertahankan agar suhu minyak bertahaan diatas titik leleh. Selama penyimpanan terjadi peningkatan kadar asam lemak bebas (ALB) yang disebabkan terjadinya proses auto katalitik yang dipercepat oleh panas (Naibaho, 1998).

Tangki penimbunan minyak dipakai sebagai penampungan atau penimbunan minyak prosduksi dan pengukuran minyak produksi harian. Alat ini terdiri dari tangki berbentuk silinder yang didalamnya dilengkapi dengan pipa pemanas berbentuk spiral, dan pada bagian atas terdapat lubang untuk pengukuran

(31)

antara 500-3000 ton. Selama penimbunan ini dapat terjadi perusakan mutu, baik peningkatan ALB maupun peningkatan osidasi.

Persyaratan penimbunan yang baik adalah :

1. Kebersihan tangki dijaga, khususnya terdapat kotoran dan air

2. Jangan mencampur minyak berkadar ALB tinggi atau minyak kotor dengan minyak berkadar ALB rendah atau bersih

3. Membersihkan tangki dan memeriksa pipa-pipa uap pemanas, tutup tangki, dan alat-alat pengukur

4. Memelihara suhu sekitar 40oC

5. Pipa pemasukan minyak harus terbenan ujungnya dibawah permukaan minyak

6. Melapisi dinding tangki dengan damar epoksi (hanya untuk minyak sawit bermutu tinggi) (Mangoensoekarjo, 2003).

2.3. Minyak Kelapa Sawit

Minyak kelapa sawit diperoleh dari pengolahan buah kelapa sawit (Elaeis guinensis Jacq). Minyak kelapa sawit seperti umumnya minyak nabati lainnya adalah merupakan senyawa yang tidak larut dalam air, sedangkan komponen penyusunnya yang utama adalah trigliserida dan nontrigliserida.

Minyak kelapa sawit terbagi dua jenis yaitu minyak kelapa sawit mentah atau Crude Palm Oil (CPO) yang diekstrak dari daginng buah (mesocarp) dan minyak inti sawit atau Palm Kernel Oil (PKO) yang diekstrak dari inti sawit.

(32)

sawit yang berasal dari CPO. Penggunaan minyak diperoleh dari PKO sebagai berikut bahan baku minyak goreng jarang dilakukan.

CH2OH

CHOH

CH2OH + CH2OCR1

CH2OCR3 CHOCR2

O

O

O

+ 3H2O

Gliserol Asam Lemak Trigliserida (minyak)

R1 C O

OH C O C O

OH2 OH

R2 + R3 +

Gambar 2.1 Reaksi Trigliserida oleh Asam Lemak Bebas

Komponen penyusun minyak kelapa sawit terdiri dari campuran trigliserida, air, asam lemak bebas dan komponen lainnya yang merupakan komponen minor. Trigliserida terdapat dalam jumlah yang besar sedangkan komponen minor terdapat dalam jumlah yang relatif sedikit namun keduanya memegang peranan dalam menentukan kualitas minyak sawit (Hadi, 2004).

2.3.1. Komposisi Minyak Kelapa Sawit

Minyak kelapa sawit memiliki komposisi asam lemak bebas yang seimbang, dengan asam lemak jenuh yang hampir sama kandungannya dengan asam lemak tak jenuh. Kelapa sawit mengandung kurang lebih 80% perikarp dan 20% buah yang dilapisi kulit yang tipis, kadar minyak dalam perikarp sekitar 34-40%

(Ketaren, 1986). Komposisi asam lemak bebas minyak sawit (CPO) dapat dilihat / tercantum pada tabel 2.1

(33)

Tabel 2.1 Komposisi Asam Lemak Minyak Kelapa Sawit (Ketaren, 1986).

Asam Lemak Minyak Kelapa Sawit

(%) Minyak Inti Sawit

(%)

Asam Kaprilat - 3-4

Asam Kaprat - 3-7

Asam Laurat - 46-52

Asam Miristat 1.1-2.5 14-17

Asam Palmitat 40-46 6,5-9

Asam Stearat 3.6-4.7 1-2,5

Asam Oleat Asam Linoleat

39-45 7-11

13-19 0.5-2

2.3.2. Sifat Fisiko-Kimia Minyak Kelapa Sawit

Sifat fisika-kimia minyak kelapa sawit meliputi warna, bau, dan flavor, kelarutan, titik cair dan polymorphism, titik didih (boiling point), titik pelunakan, slipping point, shot melting point, bobot jenis, indeks bias, titik kekeruhan (turbidity point), titik asap, titik nyala dan titik api. Sifat fisika-kimia dari kelapa sawit (CPO) dapat dilihat/tercantum pada tabel 2.2. berikut :

Tabel 2.2. Sifat Fisiko-Kimia Kelapa Sawit

Sifat Minyak Sawit Minyak Inti Sawit

Bobot jenis pada suhu kamar 0,900 0,900 – 0,913 Indeks bias D 40oC 1,4565 – 1,4585 1,495 – 1,415

(34)

Bilangan Iod 48 – 56 14 – 20

Bilangan Penyabunan 196 – 205 244 – 254

Warna minyak ditentukan oleh adanya pigmen yang masih tersisa setelah proses pemucatan, karena asam-asam lemak dan gliserida tidak berwarna. Warna orange atau kuning disebabkan adanya pigmen karatene yang larut dalam minyak.

Bau atau flavor dalam minyak terdapat secara alami, juga terjadi akibat adanya asam-asam lemak berantai pendek akibat kerusakan minyak. Sedangkan bau khas minyak kelapa sawit ditimbulkan oleh persenyawaan beta ionone.

Titik cair minyak sawit berada dalam nilai kisaran suhu, karena minyak kelapa sawit mengandung beberapa macam asam lemak yang mempunyai titik cair berbeda-beda (Ketaren, 1986).

2.4. Standar Mutu Minyak Kelapa Sawit

Akhir-akhir ini minyak sawit berperan cukup penting dalam perdagangan dunia.

Berbagai industri, baik pangan maupun non pangan, banyak yang menggunakannya sebagai bahan baku. Berdasarkan peranan dan kegunaan minyak sawit itu, maka mutu dan kualitasnya harus diperhatikan sebab sangat menentukan harga dan nilai komoditas ini. Di dalam perdagangan kelapa sawit, istilah mutu minyak sawit sebenarnya dapat dibedakan menjadi dua arti. Yang pertama adalah mutu minyak sawit dalam arti benar – benar murni dan tidak tercampur dengan minnyak nabati lain. Mutu minyak sawit dalam arti yang pertama dapat ditentukan dengan menilai sifat – sifat fisiknya, antara lain titik lebur angka penyabunan dan

(35)

bilangan iodium. Sedangkan yang kedua, yaitu mutu minyak sawit dilihat dalam arti penilaian menurut ukuran. Dalam hal ini syarat mutunya di ukur berdasarkan spesifik standar mutu internasional, yang meliputi kadar asam lemak bebas (ALB), air, kotoran, logam besi, logam tembaga, peroksida, dan ukuran pemucatan. Dalam dunia perdagangan, mutu minyak sawit dalam arti yang kedua lebih penting.

Industri pangan maupun non pangan selalu menghendaki minyak sawit dalam mutu yang terbaik, yaitu minyak sawit yang dalam keadaan segar, asli, murni dan tidak tercampur bahan tambahan lain seperti kotoran, air, logam-logam (dari alat-alat selama pemrosesan), dan lain-lain. Adanya bahan-bahan yang tidak semestinya terikut dalam minyak sawit ini akan menurunkan mutu dan harga jualnya (Fauzi, 2004).

2.5. Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Mutu Minyak Kelapa Sawit

Rendahnya mutu minyak inti kelapa sawit sangat ditentukan oleh banyak faktor.

Berikut ini akan dikemukakan beberapa hal yang secara langsung berkaitan dengan penurunan mutu minyak kelapa sawit dan sekaligus cara pencegahannya :

1. Air

Air merupakan media untuk proses reaksi biokimia seperti pembentukan asam lemak bebas, pemecahan protein dan hidrolisa karbohidrat, yang cukup banyak terkandung dalam inti sawit yang dihasilkan dengan pemisahan secara basah.

Untuk mengawetkan inti sawit yang keluar dari alat pemisah biji perlu dilakukan

(36)

mutu. Proses penurunan mutu umumnya terjadi selama proses penympanan, oleh sebab itu perlu diperhatikan proses dan kondisi penyimpanan serta interaksi antara kelembaban udara dengan kadar air inti.

Kadar air inti yang diinginkan dalam penyimpanan adalah 7% karena pada kadar air tersebut mikroba sudah mengalami kesulitan untuk hidup, dan kondisi ruangan penyimpanan dapat diaur pada kelembaban 70%. Dijumpai enzim yang berasal dari mikroba yang terkotaminasi selama penanganan atau penyimpanan.

Permukaan inti sawit yang basah merupakan media tumbuh mikroba yang lebih baik, sehingga spora yang menempel pada permukaan tersebut lebih cepat tumbuh. Mikroba tersebut akan menghasilkan enzim yang dapat merusak lemak, protein, secara hidrolisis maupun oksidasi. Oleh sebab itu pertama-tama ditujukan untuk menurunkan air permukaan. Kadar air permukaan inti hasil pemisahan dapat diatasi jika dibantu dengan pemberian uap panas. Sementara inti sawit pecah menunjukkan kecepatan reaksi pembentukan ALB yang lebih cepat. Oleh sebab itu dengan kandungan air 7% dan terdapat inti pecah 15% menunjukkan kecepatan reaksi pembentukan asam lemak bebas (Naibaho, 1998).

2. Asam Lemak Bebas

Asam lemak bebas dalam kondisi konsentrasi tinggi yang terikat dalam minyak sawit sangat merugikan. Tingginya asam lemak bebas ini mengakibatkan rendemen minyak turun. Untuk itulah perlu dilakukan usaha pencegahan terbentuknya asam lemak bebas dalam minyak. Asam Lemak Bebas (ALB) ini disebabkan adanya reaksi hidrolisis minyak sawit adalah gliserol dan asam lemak bebas (ALB). Reaksi ini akan dipercepat dengan adanya faktor-faktor seperti :

(37)

panas, air, keasaman, dan katalis (enzim). Beberapa faktor yang dapat menyebabkan peningkatan kadar ALB yang relative tinggi dalam minyak sawit antara lain :

- Pemanenan buah sawit yang tidak tepat waktu,

- Keterlambatan dalam pengumpulan dan pengangkutan buah,

- Adanya mikroorganisme (jamur dan bakteri tertentu), yang dapat hidup pada suhu dibawaj 50oC,

- Terjadinya reaksi oksidasi, akibat terjadinya kontak langsung antara minyak dan udara,

- Penumpukan buah yang terlalu lama dan - Proses hidrolisis selama pemrosesan di Pabrik.

Pemanenan pada waktu yang tepat merupakan salah satu usaha untuk menekan kadar ALB sekaligus menaikkan rendemen minyak.

Peningkatan kadar ALB juga dapat terjadi pada proses hidrolisa di Pabrik.

Pada proses tersebut terjaif penguraian kimiawi yang dibantu oleh air dan berlangsung pada kondisi suhu tertentu. Air panas dan uap air pada suhu tertentu merupakan bahan pembantu dalam proses pengolahan. Akan tetapi, proses pengolahan yang kurang cermat mengakibatkan efek samping yang tidak diinginkan, mutu minyak menurun sebab air pada kondisi suhu tertentu bukan membantu proses pengolahan tetapi malah menurunkan mutu minyak. Untuk itu, setelah akhir proses pengolahan minyak sawit dilakukan pengeringan dengan bejana hampa pada suhu 90oC (Tim Penulis, 1997).

(38)

3. Kotoran

Kadar pengotor dan zat terlarut adalah keseluruhan bahan-bahan asing yang tidak larut dalam minyak, pengotor yang tidak terlarut dinyatakan sebagai persen zat pengotor terhadap minyak atau lemak. Pada umumnya, penyaringan hasil minyak sawit dilakukan dalam rangkaian proses pengendapan yaitu minyak sawit jernih dimurnikan dengan sentrifugasi. Dengan proses tersebut kotoran-kotoran yang berukuran besar memang dapat disaring. Akan tetapi, kotoran-kotoran atau serabut yang berukuran kecil tidak bisa disaring, hanya melayang-layang didalam minyak sawit sebab berat jenisnya sama dengan minyak sawit. Padahal alat sentrifugasi tersebut dapat berfungsi dengan prinsip kerja yang berdasarkan pada perbedaan berat jenis.

2.6. Keunggulan dan Manfaat Minyak Kelapa Sawit

Minyak sawit dapat dimanfaatkan di berbagai industri karena memiliki susunan dan kandungan gizi yang cukup lengkap. Industri yang banyak menggunakan miyak sawit sebagai bahan baku adalah industri pangan serta industri nonpangan seperti kosmetik dan farmasi. Bahkan minyak sawit telah dikembangkan sebagai salah satu bahan bakar (Fauzi, dkk, 2004).

2.6.1. Keunggulan Minyak Kelapa Sawit

Berbagai hasil penelitian mengungkapkan bahwa minyak sawit memiliki keunggulan dibandingkan dengan minyak nabati lainnya. Kadar kolesterol dalam minyak sawit relatif lebih rendah dibandingkan dengan minyak nabati lainnya yang terdiri dari sitosterol, campesterol, sigmasterol, dan kolesterol. Dalam CPO,

(39)

kadar sterol berkisar antara 360-620 ppm dengan kadar kolesterol hanya sekitar 10 ppm saja atau sebesar 0,001% dalam CPO.

Bahkan dari hasil penelitian dinyatakan bahwa kandungan kolesterol dalam satu butir telur setara dengan kandungan kolesterol dalam 29 liter minyak sawit. Minyak sawit dapat dikatakan sebagai minyak goreng nonkolesterol (kadar kolesterolnya rendah).

2.6.2. Manfaat Minyak Kelapa Sawit

Pemanfaatan minyak kelapa sawit, yaitu :

1. Minyak sawit sebagai bahan bahan baku untuk industri pangan dihasilkan dari minyaksawit maupun minyak inti swit melalui proses fraksinasi, rafinasi dan hidrogenesis. Produksi CPO Indonesia sebagian besarr difraksinasi sehingga dihasikan fraksi olein air dan fraksi stearin padat.

Sebagian bahan bau untuk minyak makan, minyak sawt anatara lain digunakan dalam bentuk minyak goreng, margarine, butter, vanaspati, shortening dan bahan untuk membuat kue-kue. Sebagai bahan pangan, minyak sawit mempunyai beberapa keunggulan dibandingkan minyak goreng lain, antara lain mengandung karoten yang diketahui berfungsi sebagai anti kanker dan tokoferol sebagai sumber vitamin E. Kandungan asam linoleat dan asam linolenatnya rendah sehingga minyak goreng yang terbuat dari buah sawit memiliki kemantapan kalor (beat stability) yang tinggi dan tidak mudah teroksidasi.

2. Minyak kelapa sawit untuk industri non-pangan, yang dihasilkan dari

(40)

untuk menghasilkan asam lemak dan gliserin. Kandungan minor dalam minyak sawit berjumlah kurang lebih 1%, antara lain terdiri dari karoten, tokoferol, sterol, alkohol, triterpen, fosfolipida. Kandungan minor tersebut menjadikan minyak sawit dapat digunakan sebagai bahan baku dalam industri farmasi. Karoten dan tokoferol sangat berguna untuk mencegah kebutaan (defisiensi vitamin A) dan pemusnahan radikal bebas yang selanjutnya juga bermanfaat untuk mencegah kanker, arterosklerosis, dan memperlambat proses penuaan. Minyak kelapa sawit juga digunakan sebagai bahan baku oleokimia; bahan baku industri yang diperoleh dari minyak nabati, termasuk diantaranya adalah minyak sawit dan minyak inti sawit. Produksi utama minyak yang digolongkan dalam oleokemikal adalah asam lemak, lemak alkohol, asam amino, metal ester dan gliserin.

3. Minyak sawit sebagai bahan bakar baku alternatif, Palm Biodiesel mempunyai sifat kimia dan fisika yang sama dengan minyak bumi (Petroleum Diesel) sehingga dapat digunakan langsung untuk mesin diesel atau campuran dengan Petroleum Diesel. Selain itu, penggunaan Palm Biodiesel dapat mereduksi efek rumah kaca, polusi tanah, serta melindungi kelestarian perairan dan sumber air minum.

4. Manfaat kelapa sawit lainnya yaitu tempurung buah kelapa sawit untuk arang aktif, batang dan tandan sawit untuk pulp kertas, batang kelapa sawit untuk perabot dan papan partikel, dan batang pelepah kelapa sawit untuk pakan ternak (Fauzi, dkk, 2004).

(41)

BAB 3

METODOLOGI PERCOBAAN

3.1. Alat dan Bahan

3.1.1. Alat

- Cawan Petri Iwaki Pyrex

- Neraca Analitik Sartorius

- Gelas Erlenmeyer 250 ml Iwaki Pyrex

- Oven Ecocell

- Desikator Normax

- Tang/Penjepit Yena

- Gelas ukur 20 ml Iwaki Pyrex

- Alat Titrasi (Burrete Digital) Duran

-Labu Takar Iwaki Pyrex

-Beaker Glass Iwaki Pyrex

3.1.2. Bahan

- CPO

(42)

- Premium(aq)yang dimurnikan

- Alkohol(aq)96%

- Indikator Phenolftalein(aq)(PP)

- KOH(aq)0,0791 N

3.2. Prosedur Percobaan

3.2.1. Pembuatan Larutan

1. Larutan Alkohol(aq)96%

- Diukur Alkohol(aq)sebanyak 96 ml

- Ditambahkan 4ml aquadest lalu dihomogenkan 2. Lautan KOH(aq)0,0791 N

- Ditimbang kristal KOH(aq)sebanyak 2,49165 gram dengan wadah beaker glass - Dimasukkan kedalam labu ukur

- Ditambahkan aquadest sebanyak 500 ml

- Ditetapkan normalitas KOH(aq)dengan larutan asam oxalat Perhitungan:

Gram = V x BM x N/1000 2,49165 = 500 x 63 x N/1000 2,49165 = 31.500 x N/1000

N = 2,49165 / 31.500 N = 0,791

(43)

3.2.2. Pengambilan Sampel

Siapkan wadah untuk meletakkan sampel minyak kelapa sawit (Crude Palm Oil,CPO) yang diambil dari tangki timbun. Tangki timbun tebagi dalam tiga bagian yaitu bagian atas, bagian tengah, dan bagian bawah. Ketiga bagian tersebut diambil lalu digabungkan dalam 1 wadah untuk mewakili sifat dari keseluruhan sampel.

3.2.3. Penentuan Kadar Asam Lemak Bebas

Dilakukan dengan metode titrasi asam basa.

Timbang gelas Erlenmeyer kosong dengan menggunakan neraca analitik.

Lalu, timbang sampel yang telah dimasukkan kedalam gelas Erlenmeyer.

Kemudian, sampel diencerkan dengan pemanasan. Setelah dipanaskan, ditambahkan 10 ml Premium(aq) dan 20 ml Alkohol(aq) kemudian dihomogenkan.

Lalu, dimasukkan kedalam gelas Erlenmeyer berisi sampel secara bersamaan.

Setelah itu, diaduk hingga homogen. Kemudian, ditambahkan 3 tetes Indikator Phenolftalein(aq). Lalu, dititrasi dengan larutan standart KOH(aq) 0,0791 N sampai terbentuk warna merah lembayung. Kemudian, dicatat volume KOH(aq) yang terpakai.

(%) = . .

100%

3.2.4. Penentuan KadarAir

Dilakukan dengan metode Gravimetri.

Timbang cawan kosong dengan menggunakan neraca analitik. Lalu,

(44)

kedalam cawan kosong. Dicatat berat cawan kosong + sampel. Setelah itu, dimasukkan kedalam oven sampai kadar air hilang. Lalu, ditimbang berat cawan yang telah dipanaskan. Kemudian dicatat hasilnya.

(%)

=( . + . ) + ( . + . )

100%

(45)

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Data

Data yang diperoleh dari analisa ataupun pemeriksaan pengaruh lama penyimpanan minyak kelapa sawit terhadap kadar asam lemak bebas (ALB) di laboratorium Pengolahan Kelapa Sawit (PKL) Unit Usaha Mayang. (Tabel 4.1)

Penentuan kadar Asam Lemak Bebas dilakukan dengan metode titrasi asam basa berdasarkan 3.1.3. dengan data seperti pada tabel 4.1.1.

Tabel 4.1. Hasil Analisa Kadar Asam Lemak Bebas

No Hari Ke

Berat Sampel (g)

Normalitas KOH

(N)

Volume Titrasi

(ml)

Kadar ALB

(%)

1 1 2,0089 0,0791 4,06 4,0

2 2 2,0192 0,0791 4,28 4,2

3 3 2,1149 0,0791 4,70 4,5

4 4 2,0802 0,0791 4,90 4,7

5 5 2,0095 0,0791 5,04 5,0

6 6 2,1149 0,0791 5,64 5,4

(46)

Data yang diperoleh dari analisa ataupun pemeriksaan pengaruh lama

penyimpanan minyak kelapa sawit terhadap kadar asam lemak bebas (ALB) dan kadar air di laboratorium Pengolahan Kelapa Sawit (PKL) Unit Usaha Mayang.

(Tabel 4.2.)

Tabel 4.2. Hasil Analisa Kadar Air

No Hari Ke

Massa Sampel

(g)

Massa Cawan Kosong

(g)

Massa sampel + cawan sebelum dioven

(g)

Massa sampel + cawan sesudah dioven

(g)

Kadar Air (%)

1 1 10,1351 59,2636 69,3987 69,3821 0,16

2 2 10,2226 59,2623 69,4849 69,4660 0,18

3 3 10,1909 63,5174 73,7083 73,6877 0,20

4 4 10,0621 59,2616 69,3237 69,3017 0,21

5 5 10,0605 59,2570 69,3175 69,2925 0,24

6 6 10,2810 59,2622 69,5432 69,5148 0,27

4.2. Perhitungan

A. Penentuan Kadar ALB

(%) = . . .

assa s 100%

(47)

Keterangan :

N = Normalitas

V = Volume zat pentiter

Contoh : Perhitungan asam lemak bebas pada CPO yang baru di produksi

Berat sampel = 2,0089

ml KOH = 4,06

N KOH = 0,0791 N

(%) = . . .

. 100%

(%) = 4,06 0,0791 256

2,0089 100%

= 4,0 %

B. Penentuan Kadar Air

(%)

=( . + . ) + ( . + . )

. 100%

Contoh : Perhitungan kadar air CPO yang baru diproduksi

Massa cawan = 59,2636

Massa sampel sebelum di oven = 10,1351

Massa sampel sesudah di oven = 69,3821

(48)

Air (%)

=(m. Cawan + m. Sampel Sebelum Dioven) − (m. Cawan + m. Sampel Sesudah Dioven)

massa sampel x100

=(59,2623 + 10,1351) − (59,2636 + 10,1185)

10,1351 x100%

=69,3987 − 69,3821

10,1351 x100%

= 0,0166

10,1351 x100%

= 0,16%

4.3 Pembahasan

Dari data hasil percobaan diperoleh kadar ALB dari CPO yang telah melebihi standar mutu yang telah ditetapkan yaitu 3,50 %. Faktor yang mempengaruhi dalam peningkatan kadar asam lemak bebas selama penyimpanan disebabkan adanya reaksi hidrolisa pada minyak, dimana reaksi ini dipercepat dengan adanya faktor – faktor seperti panas, air, keeasaman, katalisator (enzim), dan proses pengeringan yang tidak baik (Mangoensoekarjo, 2003).

Asam lemak bebas dapat mengalami kenaikan akibat kegiatan enzim yang menghidrolisis minyak. Enzim-enzim itu dihentikan kegiatannya. Enzim yang paling mengganggu pada buah sawit yaitu : enzim lipase dan oksidase. Enzim ini sering terikat pada buah karena buah luka atau terikat oleh peralatan panen.

Kegiatan enzim dapat berhenti dengan perebusan hingga temperature 50oC selama beberapa menit. Namun, jika ditinjau dari proses pengolahan selanjutnya, perebusan harus dilakukan dengan temperatur yang lebih tinggi.

(49)

Kenaikan kadar asam lemak bebas selama penyimpanan mungkin disebabkan terjadinya proses hidrolisa, dimana pada proses hidrolisa akan dihasilkan 1 molekul gliserol dan 3 molekul asam lemak bebas. Air dan kotoran seperti protein pada minyak merupakan media yang baik bagi pertumbuhan mikroba. Mikroba tersebut akan memproduksi enzim yang mengakibatkan minyak terhidrolisa.

Faktor–faktor yang dapat menyebabkan naiknya kadar asam lemak bebas dalam CPO antara lain adalah :

 Kadar air dalam CPO

 Enzim yang berfungsi sebagai katalis dalam CPO tersebut.

Dalam percobaan ini asam lemak bebas ditentukan dengan cara titrasi asam basa.

Dimana asam lemak yang terbentuk dititrasi dengan KOH, dengan reaksi sebagai berikut :

Gambar 4.3. Reaksi asam lemak dari CPO dengan KOH

Untuk mengetahui tercapainya titik ekivalen digunakan antara ALB dengan KOH indikator Fenolftalein, dimana terjadi perubahan warna dari larutan bening menjadi kuning kemerahan dengan reaksi sebagai berikut :

(50)

Gambar 4.3.1. Reaksi KOH dengan Fenolftalein

Dari data hasil percobaan diperoleh kadar air dari CPO yang telah melebihi standar mutu yaitu 0,1% dari yang ditetapkan dari perusahaan yaitu maksimum 0,08%. Tingginya kadar air pada CPO disebabkan pada proses pengeringan CPO yang belum maksimal, dimana jika kadar air masih tinggi, udara sekitarnya pada penyimpanan akan menjadi lembab maka akan mengakibatkan meningkatnya kadar air selama penyimpanan. Hal ini dapat terlihat pada CPO yang baru diproduksi 0,1% sedangkan kadar air pada CPO yang disimpan selama 6 hari sebesar 0,27%. Sehingga untuk penyimpanan CPO perlu dilakukan usaha untuk menurunkan kandungan air sehingga tidak terjadi proses penurunan mutu. Proses penurunan mutu umumnya terjadi selama proses penyimpanan. Oleh sebab itu perlu diperhatikan proses dan kondisi penyimpanan serta interaksi antara kelembaban udara dengan kadar air CPO, dimana kadar air CPO yang diinginkan dalam penyimpanan maximum adalah 0,1%. Karena pada kadar air tersebut mikroba sudah mengalami kesulitan untuk hidup dan kondisi ruangan penyimpanan yang tidak lembab (Naibaho, 1998).

(51)

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

1. Pengaruh Waktu Penyimpanan CPO pada Storage Tank terhadap Kadar Asam Lemak Bebas dan Kadar Air yaitu dengan semakin lamanya waktu penyimpanan CPO pada Storage Tank maka Kadar Asam Lemak Bebas dan Kadar Air akan semakin tinggi

2. Hasil analisa menyatakan bahwa semakin lama penyimpanan maka kadar asam lemak bebas dan kadar air akan semakin bertambah. Dapat dilihat pada hari pertama persen kadar asam lemak bebas 4,0 % dan kadar air 0,16%. Pada hari kedua kadar asam lemak bebas 4,2% dan kadar air 0,18%. Pada hari ketiga kadar asam lemak bebas 4,5% dan kadar air 0,20%. Pada hari keempat kadar asam lemak bebas 4,7% dan kadar air 0,21%. Pada hari kelima kadar asam lemak bebas 5,0% dan kadar air 0,24%. Dan pada hari keenam kadar asam lemak bebas 5,4% dan kadar air 0,27%. Dari hasil pengamatan yang dilakukan, maka dapat diketahui pertambahan perubahan kenaikan rata–rata dari kadar asam lemak bebas dan kadar air dipengaruhi oleh lama waktu penyimpanan CPO pada tangki timbun dari hari pertama sampai hari keenam.

(52)

5.2. Saran

1. Diharapkan buah yang telah dipanen tidak ditimbun dalam waktu yang lama, sebaiknya langsung diolah, karena dapat mempengaruhi kualitas rendemen minyak yang dihasilkan.

2. Diharapkan pabrik lebih meningkatkan pengendalian mutu produksi (CPO) dan parameter – parameter mutu minyak yaitu asam lemak bebas (ALB), air sehingga sesuai dengan standart mutu.

(53)

DAFTAR PUSTAKA

Ketaren, S. 1986. Pengantar Teknologi Minyak Dan Lemak Pangan. Cetakan Pertama. Universitas Indonesia Press. Jakarta.

Mangoensoekarjo, S. 2003. Manajemen Agrobisnis Kelapa Sawit. Cetakan Pertama. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Mustafa, H. 2004. Teknik Berkebun Kelapa Sawit. Edisi Pertama. Cetakan Pertama. Penerbit Adi Cita Karya Nusa. Jakarta.

Naibaho, P. M. 1998. Teknologi Pengolahan Kelapa Sawit. Edisi. Pusat Penelitian Kelapa Sawit. Medan.

Pahan, I. 2006. Kelapa Sawit Manajemen Agribisnis Dari Hulu Hingga Hilir.

Cetakan Pertama.Penebar Swadaya. Jakarta.

Tim Penulis, PS. 1997. Kelapa Sawit Usaha Budi Daya dan Pemanfaatan Hasil dan Aspek Pemasaran. Cetakan Pertama. PT. Agro Media Pustaka. Jakarta.

Fauzi, Y., Widyastuti,Y., Satyawibawa, I., Paeru, R., 2004. Kelapa Sawit Budidaya Pemanfaatan Hasil dan Limbah Analis Usaha dan Pemasaran.

Edisi Revisi. Penerbit Swadaya. Jakarta.

(54)

Lampiran 1 Angka Kerja Pengolahan Mutu Minyak Sawit

No Uraian Satuan Norma

I 1 2 3 4 5 6 7 8

II 1 2 3 4

III A 1 2 3 B 1 2 3

Lossis Minyak Katekoppen (USB)

Kadar buah dalam janjangan kosong (USF) Kadar minyak dalam air rebusan

Kadar minyak dalam janjangan kosong Kadar minyak dalam ampas press Kadar minyak dalam biji press

Kadar minyak dalam buangan decanter/ sludge separator

Kadar minyak dalam buangan fat-fit

Total Lossis Minyak terhadap TBS Lossis inti Kadar inti pada Tandan Kosong

Kadar inti pada LTDS I/II

Kadar inti pada H. Cyclon/C.Bath Kadar inti pada Wet Shell

Total Lossis Inti terhadap TBS Penilikan Pabrik Ripple Mill

Biji utuh Biji pecah

Efisiensi ripple mill Komposisi Crude oil Kadar minyak

Kadar air Kadar NOS

%

%

%

%

%

%

%

%

%

%

%

%

%

%

%

%

%

%

%

%

Max.2 0,70 Max. 0,70

1,5-1,8 3,0-3,7 Max. 0,80 Max. 1,00 Max. 0,70 Max. 1,65

0,5-1,20 Max. 2,00 Max. 4,00 Max. 4,00 Max. 0,50

Max. 2,00 Max. 3,00 Max. 95

Min. 50 Max. 40 Max. 10

(55)

Lampiran 2 Bidang Pengolahan Laboratorium :

No Kualitas Produksi Satuan R.Kap

I 1 2 3 4 5 6 7 8 II

1 2 3 4 5 6

Kualitas Pabrik Kapasitas Pabrik TBS Olah

Produksi Minyak Sawit Rendemen Inti Sawit Produksi Inti sawit Rendemen Inti Sawit

Kehilangan Minyak Sawit di Pengolahan Kehilangan Inti Sawit di Pengolahan Kualitas Produksi :

ALB Minysk Sawit Kadar Air Minyak Sawit Kadar Kotoran Minyak Sawit ALB Inti Sawit

Kadar Air Inti Sawit Kadar Kotoran Inti Sawit

Ton/Jam Kg Kg

% Kg

%

%

%

%

%

%

%

%

%

%

30,00 188.592.000

44.929.150

≥ 23,82 9.335.304

74,95 1,65 0,60

≤ 3,50

≤ 0,15

≤ 0,020

≤ 1,00

≤ 7,00

≤ 6,00

(56)

4

4,2

4,5

4,7

5

5,4

4 4,2 4,4 4,6 4,8 5 5,2 5,4

1 2 3 4 5 6

Kadar ALB (%)

Lama Penyimpanan CPO(hari)

Grafik Lama Penyimpanan

CPO(hari) vs Kadar ALB (%)

(57)

0,16

0,18

0,2 0,21

0,24

0,27

0,16 0,18 0,2 0,22 0,24 0,26

1 2 3 4 5 6

Kadar ALB (%)

Lama Penyimpanan CPO (hari)

Grafik Lama Penyimpanan CPO(hari) vs

Kadar ALB (%)

Gambar

Gambar 2.1 Reaksi Trigliserida oleh Asam Lemak Bebas
Tabel 2.1 Komposisi Asam Lemak Minyak Kelapa Sawit (Ketaren, 1986).
Tabel 4.1. Hasil Analisa Kadar Asam Lemak Bebas
Tabel 4.2. Hasil Analisa Kadar Air
+4

Referensi

Dokumen terkait

Papan skor adalah suatu alat yang dapat digunakan untuk melakukan suatu pencacahan yang mempunyai keluaran berupa tampilan pada tujuh segmen (seven segment). Rangkaian ini

Seperti yang diketahui kuis adalah salah satu acara pertelevisian yang mampu memberikan hiburan yang menarik serta memberikan pengetahuan yang luas bagi para pesertanya, yang

1) Mendidik masyarakat miskin untuk terus mene- rus menemukenali potensi diri yang dimiliki baik individu, keluarga, maupun lingkungan (keteram- pilan, material, dan

Perbincangan cara hidup lama orang Sunda dengan cara baru (cara Belanda) juga didasarkan atas wacana kemajuan. Wacana kemajuan dalam proses ini menjadi legitimasi

Jalan Kolonel H. Bersama ini kami mengundang Bapak/Ibu/Direktur/Direktris atau yang mewakili untuk melakukan konfirmasi Administrasi, Alat dan Personil Inti, serta

Perdagangan Perempuan dan Anak di Indonesia, International Catholic Migration Commission (ICMC) dan American Center for International Labor Solidarity (ACILS)..

Data Kualitatif Uji Debu Erupsi Gunung Sinabung Dengan Alat XRD.. Kode Rumus Kimia

Pada masa - masa tersebut manusia mulai menyesuiakan diri dengan tugas perkembangannya yang baru, padahal tugas perkembangan sebelumnya belum terselesaikan dengan baik dan