• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kerokan Kulit Punggung (Kel. 4 Ganjil)

Dalam dokumen MIKOLOGI KEROKAN KULIT (Halaman 26-39)

Gambar sampel dan tahapan pertumbuhan jamur setelah dikultur :

a. Pengamatan Makroskopis

Kultur jamur kerokan kulit lengan kelompok

genap

Sampel Kerokan kulit

 Warna : Hitam (atas), Kuning kecoklatan (bawah)  Tekstur : Powdery

 Topografi : Rugase  Garis : Radial  Tetesan eksudat : (-)

VIII. PEMBAHASAN

Jamur merupakan jasad eukariot, yang berbentuk benang atau sel tunggal, multiseluler atau uniseluler. Identifikasi jamur endofit didasarkan pada karakter morfologi jamur menurut panduan Ellis (1971), Domsch et al. (1980), Sutton (1980), Webster (1980), dan Barnett and Hunter (1998). Identifikasi jamur dilakukan dengan mengamati ciri dan karakter morfologi baik secara makroskopis maupun secara mikroskopis dari koloni jamur yang ditumbuhkan di atas PDA pada temperatur ruang.

Secara makroskopis karakter yang diamati meliputi; warna dan permukaan koloni (granular, seperti tepung, menggunung, licin), tekstur, zonasi, daerah tumbuh, garis-garis radial dan konsentris, warna balik koloni {reverse color), dan tetes eksudat {exudate drops). Pengamatan secara mikroskopis dilakukan dengan bantuan mikroskop Olympus CX21 (Olympus, Japan) yang meliputi ada tidaknya septa pada hifa, pigmentasi hifa, clamp connection, bentuk dan ornamentasi spora (vegetatif dan generatif), bentuk dan ornamentasi tangkai spora.

Morfologi jamur dapat dilihat secara makroskopis dan mikroskopis. Secara makroskopis jamur dapat dilihat dari morfologi koloni berupa warna, tekstur, bentuk, garis, radial, garis konsentris dan ada tidaknya eksudat.

f. Warna, warna yang perlu diperhatikan adalah warna permukaan koloni dan warna sebalik koloni (reserse side). Warna koloni bervariasi (putih, abu-abu, hijau muda, hijau kekuningan, dll) sesuai dengan warna sel, spora dan konidianya.

g. Tekstur, tekstur koloni yang dilihat merupakan acrial hipha (hifa udang)  Absent

Koloni dengan miselium tenggelam dan permukaan agak halus  Cattony

Koloni dengan hifa arial yang panjang dan padat serta menyerupai kapas  Wooly

Koloni dengan anyaman hifa atau kumpulan hifa hampir panjang, dan anyamannya mirip kain wool

 Velvety

Koloni dengan hifa arial yang pendek dan menyerupai kain beludru  Downy

Koloni dengan hifa halus, pendek, dan tegak secara keseluruhan sering transparan

Koloni dengan permukaan halus, karena tidak ada hifa arial. Biasnya kolonikhamir memiliki bentuk glaborous dan waxy

 Granular atau powdery

Koloni rata dan terlihat banyak konidia yang terbantuk, koloni granular tampak lebih kasar permukaannya, sementara itu koloni powdery permukaan kelihatan seperti tepung.

h. Bentuk  Rugose

Koloni yang memiliki alur-alur yang ketinggiannya tidak beraturan dan tampak merupakan garis radial dari reverse side

 Umbonate

Koloni yang memiliki penonjolan seperti sebuah kancing pada bagian tengah koloni. Seringkali koloni ini juga memiliki alur-alur garis radial  Verrugasa

Koloni yang memiliki penampakan kusut dan keriput. Biasanya koloni tidak memiliki hifa arial.

i. Tetesan eksudat, pada beberapa koloni fungi sering terlihat adanya tetesan eksudat yang merupakan titik-titik cairan yang terlihat pada permukaan koloni. Biasanya eksudat ini merupakan hasil metabolit sekunder dari fungi

j. Garis radial dan lingkaran konsentris, merupakan garis yang terlihat seperti jari-jari koloni, sedangkan lingkaran konsentris merupakan lingkaran-lingkaran yang terbentuk dalam suatu kolonik. Garis radial dan lingkaran konsentris seringkali lebih jelas terlihat pada reverse side.

Fungi dapat berkembangbiak baik secara seksual maupun aseksual. Perkembangbiakan secara seksual terjadi ketika hifa dengan tipe perkawinan (mating type) yang berbeda bersentuhan, kemudian melebur menjadi zigot. Hifa fungi tidak dapat dibedakan secara visual maupun morfologis menjadi jantan maupun betina, hanya dapat dibedakan menjadi tipe perkawinan berdasarkan struktur genetiknya. Perkembangbiakan secara seksual terjadi dengan cara membelah diri atau terbelahnya

hifa atau dengan menyebarnya spora haploid. (Schooley, 1997). Identifikasi jamur secara mikroskopis dapat dilihat dari morfologi hifa, morfologi miselium dan jenis sporanya.

Ada tiga macam morfologi hifa yaitu :

1. Aseptat atau senosit. Hifa ini tidak mempunyai dinding sekat atau septum 2. Septa dengan sel-sel uninukleat. Sekat membagi hifa menjadi ruang-ruang atau sel-sel berisi nukleus tunggal. Pada setiap septum terdapat pori ditengah-tengah yang memungkinkan perpindahan nukleaus dan sitoplasma dari satu ruang ke ruang yang lain

3. Septa dengan sel-sel multinukleat. Septum membagi hifa menjadi sel-sel dengan lebih dari satu nukleus dalam setiap ruang.

Kebanyakan struktur jamur berukuran besar terbentuk dari anyaman atau agregat hifa. Pada tahap-tahap tertentu dari siklus hidup kebanyakan jamur, miselium akan terorganisir membentuk anyaman-anyaman yang longgar ataupun padat yang dapat dibedakan dari hifa biasa, sebagai berikut :

1. Prosenkim

Anyaman hifa yang agak kendor, tersusun secara paralel, tiap-tiap hifa masih jelas dan mudah dilepaskan dan merupakan suatu bentuk memanjang

2. Pseudoparenkim

Anyaman hifa yang lebih padat, tiap-tiap hifa sudah hilang sifat individunya dan tidak dapat dipisahkan dan bentuknya agak oval

3. Rizomorf

Anyaman hifa yang sangat padat merupakan unit yang terorganisir dan titik tumbuhnya mirip dengan titik tmbuh ujung akar

4. Sklerotium

Anyaman hifa yang keras, padat dan merupakan bentuk istirahat yang tahan terhadap kondisi yang tidak menguntungkan

Suatu struktur padat yang merupakan massa dari hifa yang terbentuk seperti bantalan. (Darnetty, 2006)

Secara aseksual jamur melakukan perkembangbiakan dengan cara pembelahan yaitu dengan cara membagi diri untuk membentuk dua sel anak yang serupa, penguncupan yaitu dengan cara sela anak yang tumbuh dari penonjolan kecil pada sel inangnya atau pembentukan spora. Spora aseksual ini berfungsi untuk menyebarkan atau pembentukan spora baru yang digunakan untuk memperbanyak spesiesnya melalui perantara air atau angin. Ada beberapa macam spora aseksual, diantaranya :

a. Konidiospora

Merupakan konidiom yang terbntuk diunjung ada disisi hifa. Ada yang berukuran kecil, bersel satu yang disebut mikrokondium, sebaliknya konidium yang berukuran besar dan bersel banyak disebut makrokordium b. Sporangiospora

Merupakan spora bersel satu yang terbentuk dalam kantung yang disebut sporangium, pada ujung hifa khusus. Ada dua macam sporangiospora yang tidak bergerak (nonmotil) disebut aplanospora dan sporangiospora yang dapat bergerak karena mempunyai flagella yang disebut zoospora. c. Oidium/atrospora

Spora bersel tunggal yang terbntuk karena terputusnya sel-sel hifa yang somatik

d. Blastospora

Tunas/kuncup pada sel-sel khamir

Penyakit yang disebabkan oleh infestasi jamur bersama-sama disebut sebagai mikosis. Penyakit ini kemudian diklasifikasikan ke dalam kelompok yang berbeda tergantung pada sifat dari jaringan yang terlibat dan cara masuk ke dalam host. Kelompok-kelompok adalah sebagai berikut:

Ini adalah penyakit yang disebabkan oleh jamur yang tumbuh hanya pada permukaan kulit dan rambut, yaitu infeksi hanya terbatas pada lapisan terluar kulit, kuku dan rambut. Ini adalah yang paling merusak dari semua infeksi jamur, karena mereka gagal untuk menembus tubuh dari penderita dan hanya mempengaruhi sel-sel di permukaan. Beberapa contoh mikosis superfisial dan agen jamur menyebabkan mereka adalah sebagai berikut:

Hitam piedra – Piedraia hortae

Putih piedra atau tinea blanca – Trichosporon sp. Pityriasis versicolor atau panu – Malassezia furfur Tinea nigra – Hortaea wernecki

Mikosis superfisial adalah penyakit jamur yang meginfeksi lapisan permukaan kulit, yaitu stratum korneum, rambut dan kuku. Mikosis superfisial terbagi menjadi 2 kelompok :

(1) jamur bukan golongan dermatofita, yaitu pitiaris versikolor, otomikosis, piedra hitam, piedra putih, onikomikosis dan tinea nigra palmaris, dan

(2) jamur golongan dermatofita.  

Adapun contoh dari mikosis superfisial, antara lain : 

1) Panu adalah salah satu contoh dari mikosis profundal. Penyakit yang disebut juga Pitiriasis versikolor ini merupakan mikosis yang disebabkan oleh infeksi jamur bukan dermatofita genus Malassezia sp.. Penyakit ini ditemukan di seluruh dunia (kosmopolit), terutama di dareh beriklim panas termasuk Indonesia.

2) Otomikosis adalah penyakit jamur yang terjadi pada liang telinga yang disebabkan oleh jamur bukan dermatofita genus Aspergillus, Penicillium, Mucor, Rhizophus dan Candida. Tersebar di seluruh dunia, terutama di daerah panas dan lembab.   

3) Piedra adalah infeksi jamur pada rambut, benjolan berwarna hitam atau putih kekuningan. Piedra ada 2 macam, yaitu Piedra hitam dan Piedra putih. Piedra hitam disebabkan oleh infeksi jamur Piedraia hortae. Banyak ditemukan di daerah beriklim tropis, termasuk Indonesia. Sedangkan Piedra putih disebabkan

oleh jamur Trichosporon beigelii. Banyak ditemukan di daerah beriklim dingin, belum pernah ditemukan di Indonesia.   

4) Onikomikosis adalah mikosis yang terjadi pada kuku. Penyakit ini disebabkan oleh berbagai macam jamur, terutama Candida sp. dan dermatofita lain. Penyakit ini tersebar di seluruh dunia termasuk di Indonesia.   

5) Plantaris adalah mikosis yang terjadi pada stratum korneum telapak tangan dan kaki dengan bercak-bercak berwarna tengguli hitam, kadang bersisik. Penyakit dengan nama lain Tinea Nigra Palmaris ini, disebabkan oleh jamur Cladosporium wernecki atau Cladosporium mansoni. Penyakit ini banyak ditemukan di Amerika Selatan dan Tengah, di Eropa dan Asia sangat jarang ditemukan.

6) Kurap adalah mikosis yang terjadi pada permukaan kulit. Penyakit yang termasuk kelompok dermatofitosis (mitosis superfisial oleh jamur dermatofita) ini disebabkan oleh infeksi jamur golongan dermatofita, seperti Trychophyton, Microsporum dan Epidermophyton. Penyakit ini banyak ditemukan di Indonesia. 7) Tinea kapitis adalah dermatofitosis yang terjadi pada kulit kepala. Penyakit ini disebabkan oleh jamur golongan dermatofita terutama Trichophyton rubrum, T. mentagrophytes dan Microsporum gypseum. Penyakit ini sering terjadi pada anak-anak yang dapat ditularkan dari binatang peliharaan misalnya kucing dan anjing. Tapi juga dapat menginfeksi orang dewasa.

8) Tinea korporis adalah dermatofitosis yang terjadi pada kulit wajah berminyak, tubuh dan tungkai. Penyakit ini disebabkan oleh Trichophyton, Microsporum, dan E. floccosum. Penyakit ini banyak terdapat di daerah beriklim tropis terutama di Indonesia.

9) Tinea Imbrikata adalah dermatofitosis yang terjadi pada kulit badan kecuali kepala, telapak tangan dan kaki, berupa sisik kasar konsentris. Disebabkan oleh jamur Trichophyton concentricum. Penyakit ini ditemukan di daerah tropis dan endemis di beberapa daerah di Indonesia (Jawa, Kalimantan, Irian Jaya dan lain-lain).

10) Tinea favosa adalah dermatofitosis yang terjadi di kulit kepala namun juga dapat menyebar ke rambut dan kuku menimbulkan bau yang khas yang disebut mousy

odor. Disebabkan oleh jamur T. schoenleini, kadang-kadang T. violaceum dan M. gypseum. Penyakit ini ditemukan di Polandia, Rusia, Mesir, Balkan dan negeri-negeri sekitar Laut Tengah.   

11) Tinea kruris adalah dermatofitosis yang mengenai paha atas bagian tengah, daerah inguinal (daerah lipat paha), pubis, perineum (antara anus dan kemaluan) dan daerah perianal (dekat lubang anus). Disebabkan oleh jamur dari spesies Trichophyton, Microsporum dan E. Floccosum. Penyakit ini banyak ditemukan di daerah tropis dan dingin, banyak pula di temukan di Indonesia.   

12) Tinea pedis adalah dermatofitosis yang menginfeksi telapak kaki dan sela jari kaki. Penyakit ini biasa disebut dengan kutu air. Penyakit ini disebabkan oleh jamur T. rubrum dan T. mentagrophytes. Tersebar luas di daerah tropis dan lainnya, terutama Indonesia.   

13) Tinea barbae adalah dermatofitosis yang menyebabkan terjadinya peradangan pada rambut. Penyakit ini disebabkan oleh jamur zoofilik, seperti T. verrucosum. Penyakit ini belum pernah ditemukan di Indonesia.  

14) Tinea unguium adalah dermatofitosis yang membuat kuku menjadi rapuh dan terkikis. Disebabkan oleh jamur genus Trichophyton dan Microsporum. Penyakit ini terdapat di seluruh dunia

b. Mikosis subkutan

Ini adalah infeksi yang mempengaruhi dermis dan jaringan bawah kulit lainnya dari penderita. Infeksi ini umumnya terjadi ketika patogen menembus dermis selama atau setelah trauma kulit. Lesi kemudian menyebar secara lokal tanpa penetrasi lebih dalam. Namun, beberapa jamur dapat menyebabkan mikosis dalam, terutama pada pasien dengan kelainan yang mendasari parah. Sebuah contoh umum adalah mikosis subkutan Sporotrichosis, disebabkan oleh Sporothrix schenckii. Chromomycosis, phaeohyphomycosis, chromoblastomycosis, lobomycosis, rhinosporidiosis dan mycetomas merupakan contoh lain dari mikosis subkutan.

Mycoses Cutaneous adalah infeksi yang memperpanjang lebih dalam lapisan epidermis serta rambut invasif dan penyakit kuku. Jamur yang bertanggung jawab untuk menyebabkan infeksi ini dikenal sebagai dermatofit. Infeksi ini dapat menyebabkan banyak rasa sakit dan ketidaknyamanan sebagai organisme ini menembus jauh ke dalam kulit. Kurap atau tinea, adalah contoh umum dari mikosis kulit. Beberapa contoh lain dari mikosis kulit yang menyebabkan jamur termasuk Microsporum, Epidermophyton dan trikofiton.

d. Mikosis Sistemik

Mikosis sistemik diyakini yang paling berbahaya dari semua infeksi jamur. Hal ini terutama karena mereka menyerang organ internal dengan langsung masuk melalui paru-paru, saluran pencernaan atau infus. Ini dapat disebabkan oleh dua kelompok jamur, jamur patogen primer atau jamur oportunistik. Contoh penyakit jamur milik kelompok pertama meliputi blastomycosis, histoplasmosis, paracoccidioidomycosis dan coccidiomycosis. Jamur oportunistik umumnya mempengaruhi orang-orang dengan sistem kekebalan yang lemah atau dengan beberapa cacat metabolisme yang serius. Penyakit yang termasuk dalam kategori ini adalah kriptokokosis, kandidiasis, dan aspergillosis.

1) Nocardiosis

Merupakan mikosisi yang menyerang jaringan subkutan, yakni terjadi pembengkakan jaringan yang terkena dan terjadinya lubang-lubang yang mengeluarkan nanah dan jamurnya berupa granula. Penyebabnya adalah Nocardia asteroides.

2) Candidiasis

Merupakan mikosis yang menyerang kulit, kuku atau organ tubuh seperti jantung dan paru-paru, selaput lendir dan juga vagina. Infeksi ini terjadi karena faktor predisposisi, misalnya diabetes, AIDS, daerah kulit yang lembab dan obesitas. Penyebabnya adalah Candida albicans.

Merupakan mikosis yang ditandai dengan adanya jaringan granulomatous, bernanah disertai dengan terjadinya abses dan fistula. Penyebabnya adalah Actinomyces bovis.

4) Maduromycosis(Madurafoot)

Merupakan mikosis pada kaki yang ditandai dengan terjadinya massa granulomatous yang biasanya meluas ke jaringan lunak dan tulang kaki. Gejalanya dimulai dengan adanya lesi pada tapak kaki bagian belakang, timbul massa granulomatous dan abses yang kemudian terjadi sinus-sinus yang mengeluarkan nanah dan granula. Penyebabnya adalah Allescheris boydii, Cephalosporium falciforme, Madurella mycetomi, dan Madurella grisea.

5) Coccidioidomycosis

Merupakan mikosis yang mengenai paru-paru yang disebabkan oleh Coccidioides immitis. Gejalnya mirip dengan pneumonia yang lain, berupa batuk dengan atau tanpa sputum yang biasanya disertai dengan pleuritis.

6) Sporotrichosis

Merupakan mikosis yang bersifat granulomatous menimbulkan terjadinya benjolan gumma, ulcus dan abses yang biasanya mengenai juga kulit dan kelenjar lympha superfisial. Penyebabnya adalah Sporotrichum schenckii. Gejala awalnya berupa benjolan (nodul) di bawah kulit kemudian membesar, merah, meradang, mengalami nekrosis kemudian terbentuk ulcus. Nodul yang sama terjadi sepanjang jaringan lympha.

7) Blastomycosis

Merupakan mikosis yang menyerang kulit, paru-paru, viscera, tulang dan sistem saraf. Penyebabnya adalah Blastomyces dermatitidis dan Blastomyces brasieliensis. Blastomycosis kulit gejalanya brupa papula atau pustula yang berkembang menjadi ulcus kronis dengan jaringan granulasi pada alasnya. Kulit yang sering terkena adalah wajah, leher, lengan dan kaki. Bila menyerang organ dalam, gejalanya mirip tuberculosis.

Mikosis sistemik/profunda ialah penyakit jamur yang mengenai alat dalam. Penyakit ini dapat terjadi karena jamur langsung masuk ke alat dalam (misalnya

paru), melalui luka, atau menyebar dari permukaan kulit atau alat dalam lain. Jamur yang berhasil masuk bisa tetap berada di tempat (misetoma) atau menyebabkan penyakit sistemik (misalnya, histoplasmosis). Mikosis sistemik terdiri atas beberapa penyakit yang disebabkan oleh jamur dengan gejala klinis tertentu di bawah kulit misalnya traktus intestinalis, traktus respiratorius, traktusurogenital, susunan kardiovaskular, susunan saraf sentral, otot, tulang, dan kadang kulit.

Untuk menegakkan diagnosis selain dari gejala – gejala khas setiap jamur, diagnosis suatu penyakit jamur harus dibantu dengan pemeriksaan laboratorium yaitu:

Dalam dokumen MIKOLOGI KEROKAN KULIT (Halaman 26-39)

Dokumen terkait