• Tidak ada hasil yang ditemukan

TERJADINYA KERUGIAN

2. Kerugian Yang Menjadi Tanggun&jawab Pengangkut

Untuk mengetahui tentang kerugian yang menjadi

-tanggungjawab pengangkut perlu diketahui terlebih

dahu-lu kewajiban dan tanggungjawab pengangkut .

Kewajiban pengangkut ialah mengangkut atau menye

lenggarakan pengangkutan barang dari tempat pemuatan

-sampai tempat tujuan dengan selamat agar barang muatan

itu dapat diserahkan kepada penerima dengan lengkap dan

Tanggungjawab pengangkut untuk pengangkutan di

-darat berlaku ketentuan-ketentuan umum yang tercantum

dalam Kitab Unaang-undang Hukum Dagang Buku Pertama,

Titel Kelima, Bagian Ketiga, Pasal 91 yang berbunyi se­

bagai berikut :

Pengangkut dan juragan perahu harus menanggung se-gala kerusakan yang terjadi pada barang-barang da-gangannya dan setelah barang itu mereka terima un­ tuk diangkut, kecuali kerusakan-kerusakan yang di-akibatkan karena sesuatu cacat pada barang-barang itu sendiri, karena keadaan yang meroaksa atau kare­ na kesalahan atau kealpaan si pengirim atau ekspe-ditur .11

Jadi dapat dikatakan bahwa tanggungjawab pengang

kut dimulai pada saat pihak pengangkut menerima

barangbarang tersebut . Sebelurn pengangkut menerima barangbarang

-barang itu yang bertanggungjawab adalah pihak pengirim

atau ekspeditur .

pada pengangkutan gula, sebelum gula diserahkan

ke pengangkut yang bertanggungjawab adalah pihak pabrik

gula dan begitu gula diterima oleh pengangkut maka saat

itu juga pengangkut yang bertanggungjawab . Jadi peng

-angkut bertanggungjawab sejak gula diterima peng-angkut,

selaraa penyelenggaraan pengangkutan dan sampai gula

ti-ba di tempat tujuan •

Apabila pengangkut tidak menyelenggarakan peng

angkutan sebagaimana mestinya, ia harus bertanggungja­

wab artinya memikul semua akibat yang timbul dari

per-buatan penyelenggaraan pengangkutan baik karena keser

ngajaan maupun karena kelalaian pengangkut • Timbulnya

konsep tanggungjawab karena pengangkut memenuhi

kewa-jibannya tidak sebagaimana mestinya, tidak baik, tidak

jujur atau tidak dipenuhi sama sekali .

Luas tanggungjawab pengangkut ditentukan dalam

pasal 1236 dan 1246 Kitab Undang-undang Hukum Perdata.

Kenurut ketentuan pasal 1236 KUHPerd., pengangkut wajib

membayar ganti kerugian atas biaya, kerugian yang

dide-rita dan bunga yang layak diterima, bila ia tidak dapat

menyerahkan atau tidak merawat sepatutnya untuk menye

-lamatkan muatan . Pasal 1246 KUHPerd. menentukan bahwa

biaya, kerugian dan bunga itu pada umumnya terdiri dari

kerugian yang telah diderita dan laba yang eedianya

a-kan diterima •

Selain itu tentang tanggungjawab pengangkut da­

pat juga ditinjau dari prinsip tanggungjawab dalam pe­

ngangkutan . Ada tiga prinsip tanggungjawab pengangkut

dalam hukum pengangkutan yaitu :

a. prinsip tanggungjawab berdasarkan kesalahan (fault

liability)

Menurut prinsip ini setiap pengangkut yang me

kutan harus bertanggungjawab membayar ganti ke­

rugian atas segala kerugian yang timbul akibat

dari kesalahannya itu . pihak yang menderita .ke­

rugian harus membuktikan kesalahan pengangkut

i-tu • Beban pembuktian ada pada pihak yang dirugi

kan, bukan pada pengangkut . prinsip ini adalah

yang umum berlaku seperti yang diatur dalam pa­

sal 1365 KUHPerd, tentang perbuatan melanggar

-hukum •

b. prinsip tanggungjawab berdasarkan praduga (presum

-tion of liability)

Menurut prinsip ini pengangkut dianggap selalu

bertanggungjawab atas kerugian yang timbul dari

pengangkutan yang diselenggarakannya . Tetapi

-jika pengangkut dapat membuktikan bahwa ia tidak

bersalah, maka ia dibebaskan dari kewajiban un­

tuk membayar ganti kerugian . Yang dimaksud de­

ngan "tidak bersalah" ialah tidak melakukan

ke-lalaian, telah mengambil tindakan yang perlu un­

tuk menghindari kerugian atau peristiwa yang

me-nimbulkan kerugian itu tidak mungkin dihindari .

Beban pembuktian ada pada pihak pengangkut bukan

pada pihak yang dirugikan . Pihak yang dirugikan

cukup menunjukkan adanya kerugian yang diderita

-pengangkut .

c. prinsip tanggungjawab mutlak (absolut liability)

Menurut prinsip ini pengangkut harus bertanggung­

jawab membayar ganti kerugian terhadap setiap ke­

rugian yang timbul dari pengangkutan yang disele^

nggarakannya tanpa keharusan pembuktian ada

tidak-nya kesalahan pengangkut • pengangkut tidak dimung

kinkan membebaskan diri dari tanggungjawab dengan

alasan apapun yang menimbulkan. kerugian itu, prin­

sip ini tidak mengenal beban pembuktian tentang

-kesalahan . Unsur -kesalahan tidak relevan .

Apabila prinsip-prinsip ini dihubungkan dengan

undang-undang yang raengatur pengangkutan darat maka

un-dang-undang tersebut menganut prinsip tanggungjawab ber

dasarkan praduga • Hal ini terbukti dari ketentuan pa

sal 24 UTJ No.3 T h n . 1965 tentang Undangundang lalu

lintas Dan Angkutan Jalan Raya (untuk selanjutnya di

-sebut ULLAJR) .

Dalam pasal 24 ayat 1 ULLAJR ditentukan bahwa

-pengusaha pengangkutan kendaraan bermotor umum bertang­

gungjawab terhadap kerugian yang diderita oleh penum

-pang dan kerusakan barang yang berada dalam kendaraan

tersebut kecuali bila ia (pengangkut) dapat membuktikan

bahwa kerugian itu terjadi diluar kesalahannya atau

berda-sarkan praduga maka undang-undang pengangkutan di darat

yaitu UU N o .3 Thn.1965 tentang ULLAJR mewajibkan peng

-angkut bertanggungjawab atas kerugian yang timbul dari

pengangkutan yang diselenggarakannya .

Sampai saat ini PT Anang Djuhri tidak pernah

me-ngalami suatu kerugian yang sangat besar apalagi sampai

menyebabkan laba yang seharusnya diterima menjadi hi

-lang . pada pengangkutan gula di PT Anang Djuhri, keru­

gian yang menjadi tanggungjawab pengangkut meliputi :

a. kesusutan

b. kelambatan

a. Kesusutan

Untuk mengetahui apakah gula susut atau tidak

-perlu diperiksa kembali setelah sampai di xempat

.pene-rima yaitu di gudang PT Anang Djuhri • pemeriksaan itu

berupa penimbangan kembali setiap karung gula dan

dica-tat pada sebuah surat yang dinamakan Surat Timbang

Ke-luar yang disaksikan oleh kepala gudang dari pihak

pe-nerima dengan pengurus angkutan / sopir •

Dari pihak pabrik gula sendiri setiap satu ka

-rung gula beratnya 101 kilogram dengan perincian seba­

gai berikut ;

- 100 kilogram untuk berat gula

pada saat dilakukan penimbangan apabila berat

-setiap karung gula hampir sama yaitu 99 kilogram atau

100 kilogram maka akan menimbulkan kecurigaan pada pi­

hak penerima bahwa karung gula telah dicocok * Dicocok

ialah pengambilan (pencurian) gula dengan cara melu

-bangi karung gula dengan lubang yang kecil sehingga gu­

la keluar melalui lubang tersebut *

Apabila berat gula pada waktu ditimbang tidak

-sama, ada yang setiap satu karung gula beratnya 101 ki­

logram atau 102 kilogram maka hal itu justru tidak me­

nimbulkan kecurigaan pada pihak penerima sebab pada wak

tu pengisian gula ke karungnya yang dilakukan oleh bu

-ruh-buruh pabrik gula memakai gerakan yang cepat yaitu

pengisian gula belum memenuh.i karung tetapi sudah

ditarik dari alat yang mencurahknn gula • Apabila setiap

-satu karung gula beratnya kurang dari 101 kilogram,

kekurangan itu dicatat dan nantinya akan dihitung untuk

-minta ganti rugi kepada pengangkut *

b. Kelambatan

Untuk kerugian yang disebabkan karena kelambatan

jarang sekali dialami oleh PT Anang Djuhri • Antara PT

Anang Djuhri dengan pengangkut telah sepakat bahwa ke­

lambatan itu paling lama dua hari • Apabila kelambatan

mencair sebagian maka ganti kerugian yang diberikan

o-leh pengangkut seharga gula yang rusak tersebut dan

a-pabila gula yang mencair seluruhnya maka ganti kerugian

yang dibayar oleh pengangkut penuh seharga gula yang

-mencair itu •

Dapat disimpulkan bahwa pengangkut dalam

membe-rikan ganti rugi dibayar seharga gula yang rusak baik

rusak sebagian maupun rusak seluruhnya .

Dokumen terkait