• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

3. Tipe Kerusakan

Gambar 8. Tipe kerusakan pada pohon saga (Adenanthera pavonina L) di kampus Universitas Sumatera Utara.

Menurut Khoiri (2004), kerusakan pohon merupakan suatu indikator atau menjadi tanda dimana pohon-pohon dikatakan sehat ataupun sakit. Pohon dapat dikatakan sehat apabila pada pohon tersebut tidak ada ditemui tipe kerusakan atau kelainan, dan dikatakan sakit atau rusak jika pohon tersebut mengalami tipe kerusakan berupa ganguan-ganguan fisiologis sehingga pertumbuhan dan perkembangannya terganggu. Kerusakan akan terjadi jika pada satu waktu di satu tempat terdapat tiga komponen yaitu pohon rentan, penyebab kerusakan (biotik dan abiotik) dan lingkungan. Komponen ini saling berinteraksi satu sama lain.

Kerusakan ini sendiri tidak akan terjadi jika penyebab kerusakan bertemu dengan bagian pohon yang rentan tetapi lingkungan tidak membantu perkembangannya dan tidak meningkatkan kerentanan pohon.

Menurut Ebbels (2003), diagnosa kesehatan pohon adalah suatu proses pengamatan yang berdasarkan gejala dan tanda secara alami yang disebabkan oleh penyebab apapun dalam hubungannya dengan perkembangan kesehatan hutan.

Tipe kerusakan didominasi pada cabang patah atau mati (kode 22), yaitu berjumlah 148 (39%) dan selanjutnya tipe kerusakan hilangnya ujung dominan (kode 21) yaitu berjumlah 89 (23%), daun berubah warna (kode 25) berjumlah 49 (13%), kemudian tipe kerusakan luka terbuka (kode 3) berjumlah 38 (10%),

kanker (kode 1) sebanyak 33 (9%). Sedangkan tipe kerusakan yang paling sedikit ditemukan pada tipe kerusakan busuk hati (kode 2) yaitu sebanyak 24 (6%).

Tipe kerusakan menurut Forest Health Monitoring (FHM) terdiri dari 12 kerusakan. Namun hasil pengamatan tipe kerusakan pohon saga (Adenanthera pavonina L) hanya ditemukan 6 jenis kerusakan.

1. Tipe kerusakan kanker

Tipe kerusakan kanker yang dijumpai pada pohon saga berjumlah yaitu sebanyak 33 (9%) pohon dari total pohon yang dijumpai. Penyebab utama penyakit kanker pada pohon adalah fungi. Fungi penyebab kanker dapat menginfeksi pohon melalui luka terbuka dari spora yang terbawa air, angin, maupun tanah atau kontak langsung dengan pohon sakit.

Gambar 9. Kerusakan kanker pada pohon saga 2. Tipe kerusakan cabang patah atau mati

Pohon yang mengalami kerusakan cabang patah atau mati berjumlah 148 (39%) pohon. Hal ini diakibatkan karena penyakit parasit dan non parasit ataupun hama yang menyerang tanaman (Pracaya, 2003). Gejala yang terlihat adanya cabang yang mati dan daunnya berguguran. Cabang patah yang dijumpai disebabkan karena cabang lapuk dan kemudian akhirnya patah. Kerusakan pada bagian cabang, ranting dan daun akan mengakibatkan tajuk menjadi tidak berkembang dengan baik sehingga proses fotosintesis terganggu. Gangguan fotosintesis dapat mengakibatkan pertumbuhuan pohon kurang optimal dan menurunkan kualitas kayu.

Gambar 10. Kerusakan cabang patah atau mati pada pohon saga 3. Tipe kerusakan luka terbuka

Pohon yang mengalami kerusakan berupa luka terbuka berjumlah 38 (10%) pohon. Luka terbuka yang ditemukan disebabkan oleh sayatan golok atau pisau dan pemangkasan yang tidak tepat, dan akibat vandalisme. Luka terbuka yang dijumpai terjadi karena perlukaan benda tajam berupa vandalisme, tebasan golok dan luka akibat sambaran petir. Vandalisme biasanya diakibatkan pengunjung yang kurang menyadari akibat yang ditimbulkan bila bagian pohon mengalami luka terbuka. Luka ini nantinya akan menjadi tempat dari berbagai jenis patogen memasuki batang. Perlukaan tidak sengaja yang disebabkan oleh petir pada pohon merupakan hal yang umum. Jika banyak terjadi luka terbuka pada batang maka akan memicu dan mempermudah infeksi berbagai patogen (fungi, bakteri, virus, mikroplasma, nematoda) ke dalam jaringan tumbuhan (Widyastuti dkk, 2005).

Gambar 11. Kerusakan luka terbuka pada pohon saga

4. Tipe kerusakan daun berubah warna

Pohon yang mengalami daun berubah warna berjumlah 49 (13%) pohon. Pada Saga (Adenanthera pavonina L) yang daun berubah menjadi warna kuning.

Perubahan warna dapat disebabkan adanya kerusakan klorofil (zat hijau daun) atau akibat kekurangan cahaya matahari atau karena serangan penyakit.

Perubahan warna juga terjadi dalam bentuk bercak-bercak cokelat karat, ungu, hitam, kelabu, keputih-putihan atau bersama-sama (Pracaya, 2003). Perubahan warna daun disebabkan oleh rusaknya kloroplas menyebabkan menguningnya daun yang lazimnya berwarna hijau. Gejala ini sering menjadi awal timbulnya gejala nekrosis.

Gambar 12. Kerusakan daun berubah warna pada pohon saga 5. Tipe kerusakan hilangnya ujung dominan (mati ujung)

Pohon yang mengalami kerusakan mati ujung berjumlah 89 (23%)pohon.

Gejala mati ujung terlihat dengan adanya pucuk pohon yang mengalami kematian dan menyebabkan tidak adanya daun yang hidup, serta mangalami daun berubah warna. Menurut Irwanto (2006) menyatakan serangan mati ujung diduga disebabkan oleh jenis penyakit yang biasa menyerang pucuk daun seperti jenis Stemphyllum sp, Phomopi serta jenis Ganoderma applanatum dan Phellinus lamoensis yang menyebabkan akar berwarna coklat.

Gambar 13. Kerusakan hilangnya ujung dominan (mati ujung)

6. Tipe kerusakan busuk hati (lapuk lanjut)

Tipe kerusakan ini paling sedikit ditemukan yaitu sebanyak 24 (6%) pohon.

Tipe kerusakan ini disebabkan oleh mikroorgaisme yang menyebabkan pelapukan pada pohon. Secara fisik batang merupakan penopang tajuk dan secara fisiologis berperan sebagai organ penyangga sistem transport untuk distribusi unsur hara.

Menurut Widyastuti dkk, (2005) batang berperan dalam proses kelangsungan hidup pohon menempati urutan ketiga di bawah akar dan daun. Kerusakan pada bagian batang dan akar ini akan meningkatkan resiko pohon rubuh atau tumbang.

Gambar 14. Kerusakan busuk hati (lapuk lanjut) pada pohon saga.

Kondisi Tajuk

Ukuran tajuk dapat menggambarkan kesehatan pohon secara umum. Tajuk yang lebar dan lebat menggambarkan laju pertumbuhan yang cepat. Tajuk yang kecil dan jarang menunjukkan kondisi tapak atau temnpat tumbuh yang tidak atau kurang mendukung pertumbuhan seperti kompetisi dengan pohon lain, kelembaban yang kurang atau berlebih, atau pengaruh lainnya seperti defoliasi akibat serangga, penyakit pada dedaunan, atau badai angin. Informasi tajuk pohon dapat menjelaskan beberapa komponen ekosistem hutan seperti biodiversitas, produktivitas, kelestarian hutan, estetika, dan habitat liar (USDA-FS, 1999).

Tajuk sangat beperan penting bagi tanaman. Proses fotosintesis terjadi di bagian daun. Kondisi tajuk dapat mencerminkan kesehatan suatu pohon. Kondisi tajuk merupakan parameter penting untuk menilai status kesehatan pohon dengan metode FHM selain faktor kondisi kerusakan pohon karena kesehatan atauvigor suatu pohon dapat diketahui dengan menilai parameter kondisi tajuk. Tren kondisi

kesehatan hutan secara spasial dan bersifat sementara juga dapat dijelaskan dengan penilaian kondisi tajuk (Solberg dan Strand 1999).

Menurut Nuhamara (2002) evaluasi tajuk yang dilakukan dengan cara pengukuran secara kuantitatif terhadap parameternya sangat berhubungan dengan ukuran kualitas tempat tumbuh, kerapatan pohon, dan tekanan dari luar. Tajuk pohon memiliki peranan penting dalam menjaga keseimbangan pengaturan energi matahari, siklus hara, distribusi curah hujan, dan retensi kelembaban yang terjadi di dalam hutan.

Parameter yang digunakan mengukur kondisi tajuk pohon berdasarkan metode FHM yaitu, nisbah tajuk hidup, kerapatan tajuk, transparansi tajuk, diamter tajuk, dan dieback. Kelima parameter tersebut kemudian dikumpulkan kedalam peringkat penampakan tajuk (VCR). Kondisi tajuk dapat di ketahui dengan melihat nilai VCR dari pohon tersebut. Parameter yang di peroleh atau di ukur langsung dilapangan dan dibuat pembobotan (Tabel 11). Indikator tajuk untuk setiap pohon disajikan kan pada Lampiran 3.

Tabel 11. Skor VCR

Kelas VCR Skoring Status Kesehatan

3,81-4 10

Gambar 15. Status kesehatan indikator tajuk pohon saga (Adenanthera pavonina L) di kampus Universitas Sumatera Utara.

Berdasarkan skoring pada kondisi tajuk pohon, diketahui bahwa kondisi kerusakan pohon yang sangat sehat berjumlah 48 (32%) pohon, sehat berjumlah 103 (67%) pohon, dan sakit berjumlah 2 (1%) pohon. Seluruh jenis kerusakan akan berdampak pada tingkat pertumbuhan yang menurun, kehilangan biomassa, kondisi tajuk yang rendah dan terutama kematian (Nuhamara dkk. 2001).

Gambar16. Grafik nilai VCR pohon saga (Adenanthera pavonina L) di kampus Universitas Sumatera Utara.

Penilaian kondisi tajuk pada pohon saga (Adenanthera pavonina L) di kampus USU menunjukkan bahwa nilai VCR untuk 102 dalam kondisi tinggi dan 49 pohon dalam kondisi sedang, 2 pohon memiliki nilai VCR rendah. Berdasarkan data yang diperoleh, dari penilaian VCR pada pohon Saga memiliki kualitas VCR yang baik. Pohon-pohon yang berada di hutan kota tersebut memiliki tajuk yang lebar dan lebat sehingga nilai VCR tinggi. Menurut Putra (2004) tajuk yang lebar

dan lebat menggambarkan laju pertumbuhan yang cepat. Nilai VCR yang baik menggambarkan kondisi tajuk yang sehat sehingga pohon masih dalam pertumbuhan optimal dan dapat menjalankan fungsinya dengan baik.

Nilai VCR terendah, disebabkan adanya mati pucuk atau CDb pada tajuk pohon-pohon di Guntur. Hal ini dapat terjadi karena kondisi tanah di Guntur padat dan drainasenya buruk. Selain itu menurut Khoiri (2004), mati ujung atau CDb umumnya terjadi karena kerusakan jaringan tanaman atau penyumbatan xylem yang disebabkan oleh adanya serangan penyakit yang bekerja sama dengan serangan hama. Kerusakan jaringan akan mengganggu pengambilan zat hara dalam tanah dan mengakibatkan pucuk mati. CDb yang semakin parah mengakibatkan nilai VCR akan semakin rendah. Nilai VCR yang rendah menggambarkan kondisi tajuk yang tidak sehat karena dapat mengurangi aktivitas fotosintesis dan laju pertumbuhan sehingga pohon tidak dapat menjalankan fungsinya dengan baik.

Kondisi kerusakan pohon dan kondisi tajuk dapat menentukan vitalitas suatu pohon. Vitalitas adalah gambaran dari kesuburan suatu jenis tanaman dalam perkembangannya sebagai respon terhadap lingkungan. Apabila pohon dengan kerusakan yang rendah dan memiliki kondisi tajuk yang baik maka vitalitas suatu pohon baik pula. Salah satu cara untuk menggambarkan vitalitas ini adalah dengan memperhatikan struktur vegetasi berdasarkan tingkat pertumbuhan.

Menurut Darmansyah (2014), tajuk merupakan bagian pohon dimana cabang, ranting, daun, bunga dan buah berada. Tajuk sangat berperan penting bagi tanaman. Proses fotosintesis terjadi di bagian daun. Kondisi dan ukuran tajuk dapat mencerminkan kesehatan suatu pohon secara umum. Tajuk yang lebar dan lebat menggambarkan laju pertumbuhan yang cepat, sebaliknya tajuk yang kecil serta jarang menunjukkan kondisi tapak tumbuh yang tidak atau kurang mendukung pertumbuhan (seperti kompetisi dengan pohon lain atau kelembaban yang terlalu atau berlebih) atau pengaruh lainnya seperti serangan serangga, penyakit pada dedaunan atau badai angin. Kondisi tajuk dapat diketahuidari nilai Visual Crown Rating (VCR), semakin tinggi nilai VCR maka kondisi tajuk semakin baik.

Tingkat Kesehatan Pohon Saga

Tingkat kesehatan pohon dapat diketahui dengan menggabungkan nilai dari indikator produktivitas, kerusakan pohon dan kondisi tajuk. Nilai skor diberikan pada rentang 1 – 10. Penentuan nilai skor pada setiap parameter indikator kesehatan pohon berdasarkan nilai tertinggi dan terendah dari masing-masing indikator (Safe’i dan Tsani, 2016).

Tabel 12. Skor kesehatan pohon

Jenis Pohon Produktivitas Kerusakan Tajuk

Nilai tingkat kesehatan tegakan pohon saga didapatkan dari penggabungan indikator produktivitas, kondisi tajuk dan kondisi kerusakan pohon Saga (Adenanthera pavonina L) di kampus Universitas sumatera Utara. Adapun status kesehatan dapat dilihat pada Lampiran 4.

Gambar 17. Grafik status kesehatan pohon saga (Adenanthera pavonina L) di kampus Universitas Sumatera Utara.

Berdasarkan Gambar 17 didapatkan hasil status kesehatan pohon saga yaitu sangat sehat berjumlah 4 pohon (2,61%), sehat berjumlah 35 pohon (22,88%), kurang sehat berjumlah 88 pohon (57,52%), sakit berjumlah 26 pohon (16,99%) dan tidak ada pohon yang sangat sakit. Pada pohon Saga menunjukkan bahwa tingkat kesehatan pohon tersebut sangat baik dan saga dapat beradaptasi dengan lingkungan. Pohon dikatakan sehat apabila pohon–pohon yang ada didalamnya tidak mengalami gangguan oleh faktor–faktor penyebab penyakit sehingga menimbulkan kerugian. Menurut Rahmatullah, (2012). Pohon yang tumbuh sehat pada jalur hijau kota menampilkan sifat fisik yang diinginkan sesuai desain penanaman, ditentukan oleh faktor pemilihan tanaman, metode penanaman, dan pengelolaan pemeliharaan tanaman pasca penanaman. Tanaman akan tumbuh dengan baik bila tanaman yang dipilih toleran dengan lingkungan tempat penanaman.

Rekomendasi perawatan

Tindakan pemeliharaan mempunyai tujuan menanggulangi ataupun mencegah berkembangnya penyebab kerusakan, sehingga nantinya pohon dapat menjalankan fungsi-fungsi fisiologisnya secara normal. Upaya pencegahan diperlukan untuk melindungi pohon dari kerusakan jangka panjang. Upaya ini diperlukan sebagai perkiraan kerusakan yang telah ada sampai jangka waktu kerusakan tersebut tidak dapat ditolerir dan mengharuskan pohon untuk ditebang.

Rahmatullah (2012) menambahkan jika pemeliharaan pohon dapat dibedakan menjadi dua bagian, yaitu pemeliharaan umum dan pemeliharaan khusus terhadap pohon yang tidak normal. Pemeliharaan umum mencakup pemindahan tanaman, pemupukan, pemangkasan, perlakuan terhadap luka, penambalan lubang pohon, penguatan dan pengawatan, sedangkan pemeliharaan khusus meliputi diagnosis terhadap pohon, kontrolhama dan penyakit, penyiraman, kontrol kerusakan dan sebagainya.

Pemangkasan cabang patah dan mati diperlukan untuk menjaga keamanan dan kenyamanan. Selain itu, pruning atau pemangkasan cabang yang berlebih diperlukan untuk meningkatkan efektivitas proses fotosintesis. Menurut Hariyadi dkk, (2011), pruning bertujuan untuk mengoptimalkan intersepsi cahaya dan

mengarahkan pertumbuhan dan perkembangan cabang dan tunas ke arah yang menguntungkan. Intersepsi cahaya berperan penting terhadap pembentukan asimilat total melalui fotosintesis dan partisi asimilat ke arah sink. Pemangkasan cabang pada saga (Adenanthera pavonina L). Terbukti menghasilkan laju fotosintesis lebih tinggi dibandingkan dengan tanaman tanpa pemangkasan.

Rikto (2010) menjelaskan bahwa kegiatan pemeliharaan dan perawatan pohon pada pohon yang dapat dilakukan untuk mencegah pohon tumbang adalah pemeliharaan (maintenance), pemangkasan (pruning), penebangan (felling), perawatan luka (treatment of wound), perawatan lubang akibat kerusakan pada pohon (cavity treatments), penopangan (propping), pengendalian hama dan penyakit, pengendalian kerusakan dari tanaman pengganggu, dan penyulaman.

Pemeliharaan (maintenance) merupakan suatu kegiatan untuk menjaga dan merawat pohon pada jalur hijau jalan terhadap seluruh pohon penyusunnya agar kondisi tetap terjaga dengan baik.

Dokumen terkait