• Tidak ada hasil yang ditemukan

MONITORING KESEHATAN POHON SAGA (Adenanthera pavonina L) DI KAMPUS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "MONITORING KESEHATAN POHON SAGA (Adenanthera pavonina L) DI KAMPUS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA"

Copied!
67
0
0

Teks penuh

(1)

MONITORING KESEHATAN POHON SAGA (Adenanthera pavonina L) DI KAMPUS

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

SKRIPSI

SUJARWO 121201020

DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2019

(2)

MONITORING KESEHATAN POHON SAGA (Adenanthera pavonina L) DI KAMPUS

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

SKRIPSI

SUJARWO 121201020

DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2019

(3)

MONITORING KESEHATAN POHON SAGA (Adenanthera pavonina L) DI KAMPUS

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

SKRIPSI

Oleh:

SUJARWO 121201020

Skripsi merupakan salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana Kehutanan di Fakulas Kehutanan

Universitas Sumatera Utara

DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2019

(4)
(5)

ABSTRACT

SUJARWO: Tree Health Monitoring saga (Adenanthera pavonina L) at the University of Sumatera Utara Campus. Supervised by ALFAN GUNAWAN AHMAD and ARIDA SUSILOWATI.

University of Sumatera Utara Campus as one of the oldest public universities in Sumatra Island and has a role in preserving the city's ecosystem in the form of various tree species that grow in the campus area. One of the trees that grows on USU campus is saga (Adenanthera pavonina L). There are often fallen trees or broken branches, indicating that the health condition of trees on campus USU needs to be considered. Because of that, it is necessary to monitor the health of saga trees on the campus area. The research was conducted, from September to October 2017. The purpose of this study was to obtain information on the distribution and structure of stands of saga trees (Adenanthera pavonina L) on campus USU and obtain information about the health status of saga trees (Adenanthera pavonina L) growing in campus. Health monitoring of saga trees on USU campus were conducted using Forest Health Monitoring method. The saga tree data collection carried out in a census method.. The results showed that very healthy saga trees amounted to 4 trees (2.61%), healthy categories were 35 trees (22.88%), unhealthy trees were 88 (57.52%) and sick 26 trees (16.99 %).

sixth types of damage were tound in saga tree, those were: cancer, konk/decay further, open wound, leaf discolorization, loss of dominant tip and broken branch.

Keywords: Saga (Adenanthera pavonina L), tree health monitoring, tree health University of Sumatera Utara

(6)

ABSTRAK

SUJARWO : Monitoring Kesehatan Pohon Saga (Adenanthera pavonina L) di Kampus Universitas Sumatera Utara. Dibawah bimbingan ALFAN GUNAWAN AHMAD dan ARIDA SUSILOWATI.

Kampus Universitas Sumatera Utara sebagai salah satu perguruan tinggi negeri tertua di Pulau Sumatera memiliki peran dalam pelestarian ekosistem kota berupa berbagai jenis pohon yang tumbuh di areal kampus. Salah satu pohon yang tumbuh di kampus USU adalah saga (Adenanthera pavonina L). Sering terjadinya pohon tumbang atau dahan yang patah, menunjukkan bahwa kondisi kesehatan pohon di kampus USU perlu untuk diperhatikan. Karena itu perlu dilakukan kegiatan monitoring kesehatan pohon saga di areal kampus. Penelitian ini dilakukan, pada bulan September sampai Oktober 2017. Tujuan penelitan ini adalah mendapatkan informasi mengenai sebaran dan struktur tegakan pohon saga (Adenanthera pavonina L) di kampus USU dan mendapatkan informasi mengenai status kesehatan pohon saga (Adenanthera pavonina L) yang tumbuh di kampus.

Monitoring kesehatan pohon saga di kampus USU dilakukan dengan metode Forest Health Monitoring. Adapun pengambilan data pohon saga dilakukan secara sensus. Hasil penelitian menujukkan pohon saga yang sangat sehat berjumlah 4 pohon (2,61%), kategori sehat berjumlah 35 pohon (22,88%), kurang sehat berjumlah 88 pohon (57,52%) dan sakit berjumlah 26 pohon (16,99%).

Terdapat 6 (enam) tipe kerusakan pohon saga yang dijumpai yaitu : kanker, indikator lapuk lanjut, luka terbuka, daun berubah warna hilangnya ujung dominan dan cabang patah atau mati.

Kata kunci : Saga (Adenanthera pavonina L), monitoring kesehatan pohon, kesehatan pohon Universitas Sumatara Utara

(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kabupaten Serdang Bedagai, Kecamatan Dolok Masihul, Desa Kerapuh pada tanggal 12 Juni 1993 sebagai anak kedua dari dua bersaudara dari pasangan Bapak Mugioto dan Ibu Aisyah. Penulis memulai pendidikan formal pada tahun 2000-2006 di SD Negeri 106224 Kerapuh, kemudian melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 1 Dolok Masihul tahun 2006- 2009 dan di SMA Negeri 1 Dolok Masihul tahun 2009-2012 dan lulus pada tahun 2012. Pada tahun 2012 penulis diterima sebagai mahasiswa di Program Studi Kehutanan Fakultas Kehutanan Universitas Sumatera Utara melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri Undangan (SNMPTN-Undangan).

Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif dalam organisasi Himpunan Mahasiswa Sylva (HIMAS). Selain aktif dalam organisasi (HIMAS), penulis aktif mengikuti kepanitiaan diantaranya Lomba Lintas Alam (LLA) yang diadakan oleh Dinas Kehutanan tahun 2014 di Taman Hutan Raya (TAHURA).

Penulis telah melaksanakan Praktik Pengenalan Ekosistem Hutan (PPEH) di lokasi Pulau Sembilan, Kabupaten Langkat, Provinsi Sumatera Utara tahun 2013. Pada tahun 2017 penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Taman Nasional Gunung Leuser terletak di Provinsi Sumatera Utara wilayah Kabupaten Langkat. Penulis telah menyelesaikan Skripsi dengan judul

―Monitoring Kesehatan Pohon Saga (Adenanthera pavonina L) di Kampus Universitas Sumatera Utara, sebagai upaya untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan di Fakultas Kehutana Universitas Sumatera Utara. Penelitian dan penyusunan skripsi ini dilakukan di bawah bimbingan Dr. Alfan Gunawan Ahmad S.hut,M.Si dan Dr. Arida Susilowati S.Hut, M.Si.

(8)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa, karena rahmatNya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Program Studi Kehutanan, Fakultas Kehutanan, Universitas Sumatera Utara. Adapun judul dari penelitian ini adalah

―Monitoring Kesehatan Pohon Saga (Adenanthera pavonina L) di Kampus Universitas Sumatera Utara‖. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan informasi mengenai sebaran dan struktur tegakan pohon Saga (Adenanthera pavonina L) di kampus Universitas Sumatera Utara dan mendapatkan informasi mengenai status kesehatan pohon Saga (Adenanthera pavonina L) yang tumbuh di kampus Universitas Sumatera Utara.

Penulis banyak menerima bimbingan, motivasi, saran dan juga doa dari berbagai pihak selama penulisan skripsi ini. Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada

1. Bapak Dr. Alfan Gunawan Ahmad, S.Hut, M.Si selaku ketua komisi pembimbing yang telah banyak membimbing dan memberikan saran dan dukungan dalam menyelesaikan skripsi ini.

2. Ibu Dr. Arida Susilowati, S.Hut, M.Si. selaku anggota komisi pembimbing yang telah memberikan banyak pengarahan dan bimbingan dalam penulis skripsi ini.

3. Ibu Evalina Herawati, S.Hut, M.Si. selaku dosen penguji yang telah mendukung proses sidang skrispi saya.

4. Bapak Dr. Samsuri S.Hut, M.Si. selaku dosen penguji yang telah mendukung proses siding skripsi saya.

5. Ibu Siti Latifah S.Hut., M.Si., Ph.D selaku Dekan Fakultas Kehutanan USU.

6. Penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada staf pengajar dan pegawai di Program Kehutanan, Fakultas Kehutanan, Universitas Sumatera Utara, serta yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

7. Teristimewa ucapan terimakasih penulis kepada kedua orang tua penulis yaitu ayahanda Mugioto dan Ibunda Aisyah yang telah membesarkan, memelihara,

(9)

mendidik, memberikan kasih sayang, doa, nasihat dan dukungan kepada penulis sampai saat ini.

8. Penulis mengucapkan terimakasih kepada Jonatan Siburian, Jayjay Sirotama Panggabean, Denizen Banurea, Adi Anggraha Tarigan, Jarian Permana Samosir, Vera Veronika Silalahi, S.Hut. dan teman-teman seperjuangan lainnya yang telah banyak memberikan bantuan, memberikan semangat dan dukungan kepada penulis.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini juga masih banyak terdapat kekurangan serta keterbatasan dan masih jauh dari kata sempurna. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dalam penyempurnaan skripsi ini.

Medan, April 2019

Penulis

(10)

DAFTAR ISI

Hal

PENGESAHAN SKRIPSI ... i

PERNYATAAN ORISINILITAS ... ii

ABSTRAK ... iii

ABSTRACT ... iv

RIWAYAT HIDUP ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Tujuan Penelitian ... 2

Manfaat Penelitian ... 2

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Pohon Saga ... 3

Tempat Tumbuh ... 3

Deskripsi Botanis ... 4

Forest Health Monitoring ... 4

Karakteristik dan Kesehatan Pohon ... 5

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kesehatan Pohon ... 6

Tipe Kerusakan Pohon ... 7

Pemeliharaan Pohon ... 9

METODOLOGI PENELITIAN Waktu dan Tempat ... 10

Alat dan Bahan ... 10

Metode Penelitian... 10

Sebaran Pohon Saga ... 10

Pengamatan Indikator Kesehatan Pohon ... 10

Produktivitas Pohon ... 11

Indikator Kerusakan Pohon ... 11

Kondisi Tajuk ... 15

Tingkat Kesehatan Pohon Saga ... 16

HASIL DAN PEMBAHASAN Sebaran dan Struktur Tegakan Pohon Saga ... 17

Produktivitas Pohon ... 18

Kondisi Kerusakan Pohon ... 20

Lokasi Kerusakan ... 22

Tipe Kerusakan ... 23

Kondisi Tajuk ... 27

(11)

Tingkat Kesehatan Pohon Saga ... 31

Rekomendasi Perawatan ... 32

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 34

Saran ... 34

DAFTAR PUSTAKA ... 35

LAMPIRAN ... 38

(12)

DAFTAR TABEL

No. Hal

1. Kode dan Lokasi Kerusakan. ... 12

2. Kode dan Tipe Kerusakan ... 12

3. Kode dan Kelas Keparahan Kerusakan ... 13

4. Bobot Indeks Kerusakan Pohon ... 13

5. Tally Sheet Penilaian Kerusakan Pohon Menurut Metode FHM... 14

6. Kriteria Kondisi Tajuk ... 15

7. Nilai Peringkat Visual Crown Rating individu pohon ... 16

8. Kriteria Penilaian Tingkat Kesehatan Pohon Saga ... 16

9. Skor LBDS ... 19

10. Skor Kerusakan Pohon ... 21

11. Skor VCR ... 28

12. Skor Kesehatan Pohon ... 31

(13)

DAFTAR GAMBAR

No. Hal

1. Kode Lokasi Kerusakan Pohon ... 11

2. Peta Sebaran Tegakan Pohon Saga di Kampus USU ... 17

3. Grafik Kelas Diameter Struktur Tegakan Pohon Saga ... 18

4. Grafik kelas LBDS Struktur Tegakan Pohon Saga ... 19

5. Status Kesehatan LBDS Pohon Saga ... 20

6. Status Kesehatan Kerusakan Pohon Saga ... 21

7. Lokasi Kerusakan Pada Pohon Saga ... 22

8. Tipe Kerusakan Pada Pohon Saga ... 23

9. Kerusakan Kanker Pada Pohon Saga ... 24

10. Kerusakan Cabang Patah atau Mati Pada Pohon Saga ... 25

11. Kerusakan Luka Terbuka Pada Pohon Saga ... 25

12. Kerusakan Daun Berubah Warna Pada Pohon Saga ... 26

13. Kerusakan Hilangnya Ujung Dominan (mati ujung) ... 26

14. Kerusakan Busuk Hati Pada Pohon Saga ... 27

15. Status Kesehatan Indikator Tajuk Pohon Saga ... 29

16. Grafik Nilai VCR Pada Pohon Saga ... 29

17. Grafik Status Kesehatan Pohon Saga ... 31

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Hal

1. Status Kesehatan Berdasarkan Produktivitas Pohon ... 38

2. Status Kesehatan Berdasarkan Nilai Indeks Kerusakan Pohon... 41

3. Status Kesehatan Berdasarkan Kondisi Tajuk ... 46

4. Nilai Akhir Kesehatan Pohon ... 50

(15)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Universitas Sumatera Utara sebagai salah satu perguruan tinggi negeri tertua di Pulau Sumatera juga memiliki luasan sektar 100 Ha dan berperan dalam pengelolaan ruang terbuka hijau berupa kawasan hijau atau pertamanan kota dimana letak kampus ini juga berada di kota. Sebagai bagian dari ruang terbuka hijau, kampus USU diisi oleh tumbuhan dan vegetasi lainnya yang diharapkan mampu mendukung keindahan, kenyamanan dan keasrian wilayah kota Medan.

Bentuk ruang terbuka hijau yang sebaiknya dikembangkan ialah bentuk hutan kota, taman kota, halaman, dan jalur hijau.

Kawasan kampus Universitas Sumatera Utara sebagai kawasan Ruang Terbuka Hjau (RTH) publik diharapkan mampu meningkatkan kualitas lingkungan dan budaya kota khususnya elemen akademik kampus sesuai dengan kebutuhan seperti keindahan, rekreasi dan pendukung lainnya. Tipe ruang terbuka hijau yang dapat dikembangkan pada wilayah ini yakni tipe rekreasi dan konservasi.

Pohon merupakan tumbuhan berkayu dengan tinggi minimal 5 meter serta mempunyai batang pokok tunggal. Batang ini mempunyai fungsi menunjang tajuk berdaun dari cabang-cabang di atas tanah. Pohon tersusun oleh banyak bagian yaitu seperti cabang merupakan bagian yang menyokong daun, bunga dan buah.

Tajuk pohon disusun oleh ranting, cabang, dan dedaunan. Di bawah tanah akar mengambil air dan mineral dari dalam tanah. Air dan mineral kemudian di bawah ke atas daun melalui batang yang dilindungi oleh kulit kayu. (Greenaway, 1997).

Menurut Kusmana dan Tambunan, (2010). Pohon saga (Adenanthera pavonina L) mempunyai banyak manfaat, antara lain kayunya dapat digunakan untuk bahan bangunan rumah, pembuatan jembatan, papan lantai, arang, dan cocok untuk bahan mebel. Daun saga muda dapat dijadikan lalapan dan sayuran.

Kemudian kulit batang saga mengandung saponin yang dapat digunakan untuk mencuci rambut dan pakaian. Sedangkan bijinya berwarna merah mengkilat dan bisa digunakan untuk dijadikan perhiasan, kalung atau bahan mainan. Biji tersebut mengandung minyak dan dapat dikonsumsi setelah diolah dengan

(16)

penyangraian atau pemasakkan. Tanaman saga di Indonesia dan Malaysia, sering dimanfaatkan sebagai tanaman peneduh pada perkebunan cengkeh, kopi, teh dan karet, sedangkan di Afrika tanaman ini merupakan tanaman kehutanan

Pohon dikatakan sehat atau normal ketika pohon tersebut masih dapat berfungsi secara fisiologisnya. Sedangkan pohon yang dikatakan tidak sehat apabila pohon yang secara struktural mengalami kerusakan baik secara keseluruhan ataupun sebagian pohon. Organisme hidup patogenik ataupun faktor lingkungan fisik merupakan penyebab utama terjadinya penyakit pada tumbuhan.

(Karlinasari dkk, 2010). Dalam metode Forest Health Monitoring (FHM), kondisi kesehatan hutan didasarkan pada penilaian terhadap indikator-indikator terukur yang dapat menggambarkan kondisi tegakan secara komprehensif. Indikator- indikator tersebut adalah kondisi tajuk, pertumbuhan, kerusakan dan mortalitas, sedangkan indikator biologis yaitu tingkat polusi udara, kimia tanaman, dendrokronologi, kondisi perakaran, tingkat radiasi yang digunakan dalam fotosintesis, struktur vegetasi, habitat hidup liar, dan lichen (Putra, 2004).

Tujuan Penelitian

1. Mendapatkan informasi mengenai sebaran dan struktur tegakan pohon saga (Adenanthera pavonina L) di kampus Universitas Sumatera Utara.

2. Mendapatkan informasi mengenai status kesehatan pohon saga (Adenanthera pavonina L) yang tumbuh di kampus Universitas Sumatera

Utara.

Manfaat Penelitian

1. Memberikan informasi kesehatan dan kerusakan saga (Adenanthera pavonina L) yang ada di lingkungan USU.

2. Mendapatkan informasi dan bahan referensi bagi penelitian di lokasi yang sama.

(17)

TINJAUAN PUSTAKA

Klasifikasi Pohon Saga

Pohon saga merupakan satu diantara tanaman yang memiliki banyak manfaat. Bijinya dapat dikonsumsi oleh manusia sebagai bahan makanan.

Menurut Lukman (1982), biji pohon saga telah dimanfaatkan untuk bahan campuran kopi (kopi saga) di kecamatan Boa Wae, berbeda dengan di daerah Ende yang memanfaatkan biji saga untuk pembuatan kecap, kopi saga, tempe saga. Biji saga mempunyai kandungan protein yang cukup tinggi. Sehingga tanaman ini dapat digunakan sebagai sumber protein nabati disamping kedelai, karena itu diharapkan dapat dijadikan komoditi baru untuk menunjang usaha penanggulangan kekurangan gizi dan pangan. Begitu juga dengan kandungan asam amino pada biji saga yang hampir mirip dengan asam amino kedelai, dimana asam amino glutamate merupakan komponen tertinggi yang terkandung dalam kedua jenis tersebut. Menurut Lukman (1982), klasifikasi tanaman saga (Adenanthera pavonina L) sebagai berikut :

Kerajaan : Plantae

Divisi : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida Ordo : Fabales

Famili : Fabaceae Genus : Adenanthera

Spesies : Adenanthera pavonina L Tempat Tumbuh

Pohon Saga termasuk dalam famili leguminosae. Di Pulau Jawa saga dapat tumbuh di daerah pantai sampai ketinggian ±600 mdpl. Saga tidak memiliki persyaratan tumbuh yang tinggi mengenai kualitas tanah selain itu juga saga tidak tumbuh berkelompok (Heyne, 1987). Sri lanka, selatan Myanmar, selatan China,

(18)

Indo-China, Thailand, seluruh daerah Malesian, Kepulauan Solomon dan Utara Australia merupakan habitat dan penyebaran alami pohon saga. (Sosef dkk, 1998).

Pohon saga dapat tumbuh dengan baik di daerah tropika dan tidak memerlukan pemeliharaan khusus. Tanaman ini juga mampu tumbuh baik di daerah berbatu, payau ataupun di tanah alang-alang, selain itu dapat tumbuh pada berbagai kondisi tanah, mulai dari tanah kurang subur hingga tanah yang subur, Tanaman ini juga dapat tumbuh di berbagai keadaan topografi mulai dari topografi datar sampai dengan kelerengan curam atau terjal serta pada tanah yang tergenang air laut atau asin (Yuniarti, 2002).

Deskripsi Botanis

Pohon saga termasuk ke dalam kelompok tanaman deciduous, yaitu tanaman yang berganti daun setiap tahun. Tanaman ini berbentuk pohon besar dengan tinggi dapat mencapai 10-15 meter, buahnya menyerupai petai (tipe polong) dengan biji kecil berwarna merah. Daun majemuk menyirip genap, tumbuh berseling, jumlah anak daun bertangkai 2 sampai 6 pasang, dengan helaian daun 6 sampai 12 pasang, panjang tangkainya mencapai 25 cm, daun berwarna hijau muda. Bunga kecil-kecil mempunyai warna kekuning-kuningan, korola 4 sampai 5 helai, benang sari berjumlah 8 sampai 10 (Lukman, 1982).

Forest Health Monitoring

Berdasarkan Forest Health Monitoring Field Methods Guide, ad 7 indikator utama yang digunakan dalam menilai kesehatan hutan yaitu 1). nilai hutan, 2). Klasifikasi kondisi tajuk, 3). Penentuan kerusakan dan keatian, 4).

Radiasi aktif fotosintesis, 5). Struktur vegetasi, 6). Jenis-jenis tanaman bioindikator ozon, dan 7). Komunitas lumut kerak, dimana metode standar ukuran dan jaminanmutunya telah ditetapkan untuk masing-masing indikator. Namun dalam penelian ini yang di pantau hanyalah tingkat kerusakan pada tegakan pohon saga. Menurut Sumardi dan Widyastuti, (2004) menilai kesehatan hutan atau pohon berdarkan kesehatan pohon penyusunnya. Sedangkan kesehatan pohon dipengaruhi oleh kerusakan yang terjadi pada pohon tersebut.

Tujuan keseluruhan dari FHM adalah unntuk memantau, menilai dan melaporkan tentang status saat ini. Perubahan dan kecenderungan jangka panjang dalam kesehatan ekosistem hutan, memantau jenis-jenis utama yang

(19)

mengindikasikan hubungan antara gangguan-gangguan akibat aktivitas manusia dikaitkan dengan kondisi ekologis hutan (Duryat dkk, 2014).

Dalam metode FHM, Indikator-indikator terukur merupakan penilaian terhadap kodisi kesehatan hutan. Indikator-indikator tersebut adalah pertumbuhan, kondisi tajuk, kerusakan dan mortalitas, indikator biologis tingkat polusi udara, kimia tanaman, dendrokronologi, kondisi perakaran, tingkat radiasi yang digunakan dalam fotosintesis, struktur vegetasi, habitat hidup liar ( Putra, 2004).

Karakteristik dan Kesehatan Pohon

Tanaman dapat tumbuh dengan baik apabila tanaman yang dipilih toleran terhadap lingkungan penanaman pohon tersebut. Penanaman yang benar akan menjamin pertumbuhan akar dan tajuk. Pemeliharaan yang tepat akan menjamin pertumbuhan dengan kecepatan yang normal serta terhindar dari gangguan hama penyakit serta vandalisme. Sebaliknya jika faktor-faktor yang menentukan pertumbuhan tersebut tidak tepat, tanaman akan tumbuh dengan lambat, tidak menampilkan sifat fisik yang bagus, dan bahkan tanaman akan sewaktu-waktu mudah tumbang (Nasrullah, 2005).

Tanaman sehat adalah tanaman yang dapat menjalankan fungsi-fungsi biologisnya dengan baik. Misalnya proses fotosintesis dan respirasi, proses metabolisme, penyerapan dan translokasi zat hara serta penyerapan air. Gangguan yang disebabkan serangan hama atau penyakit dapat mengakibatkan terganggunya proses-proses fisiologis tersebut. Jika terlalu menimbulkan kerusakan dan menurunnya kuantitas serta kualitas hasil (Enda dan Novizan, 2002).

Pertumbuhan dan hasil tanaman bergantung pada ketersedian hara dan air di dalam tanah dan pada pemeliharaan dalam kisaran faktor-faktor lingkungan tertentu, seperti suhu, kelembaban dan cahaya. Kesehatan tanaman berkemungkinan besar juga mempengaruhi pertumbuhan dan produksinya, dan akan menurunkan manfaatnya bagi manusia. Patogen tumbuhan, cuaca yang tidak menguntungkan, gulma dan serangga hama adalah beberapa faktor yang dapat menurunkan pertumbuhan dan produksi tumbuhan. Apabila tumbuhan diganggu oleh patogen atau keadaan lingkungan tertentu dan salah satu atau lebih dari fungsi tersebut terganggu sehimgga terjadi penyimpangan dari keadaan normal, maka tumbuhan menjadi sakit. Organisme hidup patogeni (parasit) maupun faktor

(20)

lingkungan fisik adalah beberapa faktor penyebab utama penyakit pada tanaman (Yunasfi, 2002).

Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Kerusakan Pohon

Menurut Widyastuti dkk, (2005), faktor abiotik merupakan penyebab utama kerusakan pohon adalah faktor fisik dan kimia penyusun lingkungan, tempat tumbuh tidak mendukung pertumbuhan atau perkembangan normal pohon penyusun hutan yang diantaranya sebagai berikut :

1. Suhu

Tiap jenis tanaman mempunyai persyaratan suhu yang dapat ditoleransi..

Perubahan suhu yang melampaui batas toleransi dapat menyebabkan tumbuhan mengalami kelainan pada fisik atau bentuk pohon yang dapat menyebabkan kematian.

2. Kelembaban

Kelembaban nisbah yang tinggi membuat penguapan pada tamanan menjadi rendah, sehingga dapat menyebabkan terhambatnya penyerapan hara. Kekurangan hara ini berakibat pada gangguan formasi sel daun tumbuhan.

3. Iklim

Faktor iklim atau faktor tempat tumbuh merupakan faktor pembatas bagi pertumbuhan tanaman, terutama pada hutan yang penyusunnya merupakan jenis eksotik atau pada tanaman yang terdapat di lahan-lahan marginal. Kerusakan fisiologis atau mekanis akan terjadi apabila faktor tersebut berada di atas ataupun di bawah dari batas kemampuan adaptasi suatu tanaman.

4. Unsur hara

Ketersediaan unsur hara yang tidak mencukupi dapat mengakibatkan kerusakan pada tanaman. Begitu juga dengan kelebihan unsur hara yang dapat menyebabkan kerusakan pada tumbuhan terutama kerusakan sel secara langsung akibat kekurangan unsur hara.

5. Polusi udara

Peningkatan intensitas cahaya, kelembaban tanah dan kelembaban nisbi udara, suhu ataupun polutan lainnya dapat menjadi faktor kerusakan bagi suatu tanaman.

6. Kekurangan oksigen

(21)

Kelembaban tanah atau suhu udara yang tinggi biasanya disebabkan oleh kekurangan oksigen di alam. Hal ini dapat menjadi faktor kerusakan perakaran tumbuhan.

7. Cahaya

Kekurangan cahaya dapat menghambat pembentukan klorofil dan merangsang pemanjangan ruas sehingga daun berwarna pucat, jaringan menjadi lemah dan daun serta bunga gugur lebih awal.

Tipe Kerusakan Pohon

Menurut Miardini (2006), kerusakan yang terdapat pada pohon dapat dideskripsikan sebagai berikut:

1. Kanker

Jamur adalah penyebab utama dari penyakit kanker pada tanaman..

Matinya kambium pada kayu di bawah kulit disebabkan oleh agen penyebab kerusakan yang melakukan penetrasi sampai ke kayu. Jaringan yang mati akan semakin dalam dan luas hingga membentuk gall yang disebabkan oleh jamur.

2. Busuk hati (lapuk lanjut)

Busuk hati adalah salah satu indikator lapuk kayu ‖Punky Wood‖ atau kayu gembol yang timbul bila ada lubang yang besarnya lebih dari lebar suatu pensil dan terjadi pada batang utama. Kayu gembol ini menjadi petunjuk adanya jaringan kayu yang lunak, dan mengandung air serta mengalami degradasi.

Indikator lainnya adalah luka bakar dan rongga pada pohon. Tunggak-tunggak lapuk yang terkait dengan regenerasi melalui trubus. Busuk terdiri dari dua macam, yaitu busuk kering dan busuk basah. Penyakit busuk umumnya meyerang akar, batang, kuncup dan buah (Pracaya, 2003).

3. Luka terbuka

Luka terbuka didefinisikan sebagai suatu luka atau serangkaian luka yang ditunjukkan dengan mengelupasnya kulit atau kayu bagian dalam telah terbuka dan tidak ada tanda lapuk lanjut. Luka pangkasan yang memotong ke dalam kayu batang utama dikodekan sebagai luka terbuka, jika memenuhi nilai ambang tetapi luka-luka yang tidak mengganggu keutuhan kayu batang utama dikeluarkan (tidak termasuk).

4. Resinosis atau gumosis

(22)

Resinosis atau gumosis merupakan daerah resin atau gum (cairan) eksudasi pada cabang atau batang.

5. Batang patah kurang dari 0,91 meter

Batang patah adalah kondisi akar-akar putus di dalam karak/pada 0,91 m dari batang bisa karena galian atau terluka. Contohnya antara lain, akar-akar yang terluka pada suatu jalan, terpotong atau luka oleh binatang. Batang patah/ rusak pada daerah batang (di bawah dasar dari tajuk hidup dan pada pohon masih hidup).

6. Malformasi

Malformasi atau perubahan bentuk merupakan perubahan bentuk tanaman atau alat serta organnya.

7. Akar patah atau mati

Akar patah atau mati didefinisikan sebagai akar-akar di luar 0,91 m dari batang yang terluka atau mati.

8. Mati ujung

Mati ujung merupakan matinya ujung batang dari tajuk. Penyebabnya bisa jadi oleh serangga, penyakit atau sebab-sebab lainnya.

9. Cabang patah atau mati

Cabang yang patah atau mati merupakan cabang yang mati pada batang sutau tanaman.

10. Brum

Brum ialah kondisi dimana gerombolan ranting yang padat, tumbuh di tempat yang sama dan terjadi di bagian tajuk hidup. Termasuk struktur vegetatif dan organ bergerombol tidak normal.

11. Kerusakan kuncup daun atau tunas

Kerusakan kuncup daun atau tunas adalah kerusakan yang disebabkan karena tunas atau daun yang termakan serangga, terkerat ataupun daun terkeliat, kuncup atau tunas terserang > 50%, pada sekurang-kurangnya 30% dari daun, kuncup atau tunas.

12. Perubahan warna daun

Perubahan warna daun didefinisikan sebagai perubahan yang terjadi sekurang-kurangnya 30% dari daun yang terganggunya 50%. Daun terganggu

(23)

harus lebih dari beberapa warna yang lain dari warna hijau. Jika pengamat tidak yakin bahwa warna daun itu hijau, maka anggaplah warna itu hijau dan bukan warna lain.

Pemeliharaan Pohon

Pemeliharaan pohon dapat dibedakan menjadi dua bagian, yaitu pemeliharaan umum dan pemeliharaan khusus pada pohon yang tumbuh tidak normal. Pemeliharaan umum dapat mencakup pemindahan tanaman, pemupukan, pemangkasan, perlakuan terhadap luka, penambalan lubang pohon, penguatan dan pengawatan, sedangkan pemeliharaan khusus meliputi diagnosis terhadap pohon, kontrol hama dan penyakit, penyiraman, kontrol kerusakan dan sebagainya (Natalia, 2015).

Tingkat pemeliharaan terdiri dari pemeliharaan intensif, semi intensif, dan eksktensif. Jalur hijau jalan termasuk kedalam tingkatan semi intensif seperti penyiangan, pengendalian gulma, penggemburan tanah, pengaerasian tanah, penyiraman, irigasi, pemupukan, penyulaman tanaman, pengendalian hama dan penyakit (Arifin, 2002).

Pemeliharaan ini bertujuan untuk menanggulangi atau mencegah terjadinya penyebab kerusakan serta merawat pohon yang rusak sehingga pohon tersebut bisa menjalankan fungsi fisiologisnya secara normal. Kerusakan ini disebabkan oleh jamu, tetapi dapat dihilangkan dengan menggunakan ruang tumbuh yang lembab serta penggunaan fungisida dengan cara penyemprotan, pengolesan, fumigasi (Stalin dkk, 2011).

(24)

METODOLOGI PENELITIAN

Waktu dan Tempat

Penelitian dilakukan di lingkungan Universitas Sumatera Utara. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September sampai Oktober 2017.

Alat dan Bahan

Alat yang diperlukan pada penelitian ini adalah kamera, GPS, tally sheet, phiband, walking stick, alat tulis, dan buku pengenalan identifikasi kerusakan pohon. Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah pohon-pohon saga yang ada di lingkungan Universitas Sumatera Utara.

Metode Penelitian

1. Sebaran pohon saga

Pengambilan data dilakukan secara sensus di kampus Universitas Sumatera Utara. Pengamatan pohon saga dilakukan dengan cara didata satu persatu lalu di catat dalam catatan dan dihitung jumlah pohon saga. GPS diperlukan untuk menandai titik lokasi pohon saga yang ada di kampus USU. Titik yang sudah ditandai dalam Global Positioning System (GPS) kemudian disajikan dalam peta agar memudahkan penyajian sebaran pohon saga di kampus USU.

2. Pengamatan indikator kesehatan pohon

Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah Metode Forest Health Monitory (FHM) dan metode sensus. Metode FHM yaitu mencatat tanda dan gejala kerusakan berdasarkan defenisi kerusakan itu dapat mematikan pohon atau mempengaruhi kemampuan hidup untuk jangka panjang pohon tersebut. Metode sensus dilakukan dengan mengetahui kondisi fisik pohon atau keadaan visual keseluruhan pohon saga (Adenanthera pavonina L).

(25)

2.1 Produktivitas Pohon

Pertumbuhan pohon diukur dari penambahan diameter pohon pada dua waktu pengukuran yang saling berurutan. Untuk menggambarkan pertumbuhan pohon adalah dengan cara melihat LBDS (luas bidang dasar). Diameter pohon diukur pada ketinggian 1.3 m di atas permukaan tanah (dbh). Pohon yang memiliki diameter 20 cm atau lebih dikategorikan sebagai pohon, sementara pohon dengan diameter 10 - 20 cm dikategorikan sebagai tiang. Perumusan yang digunakan untuk menghitung nilai luas bidang dasar per pohon adalah.

LBDS= ¼ × π × D2.

Keterangan: LBDS : nilai luas bidang dasar per pohon D : diameter pohon setinggi dada (dbh) π : konstanta luas lingkaran (3,14) 2.2 Indikator Kerusakan Pohon

Kerusakan pohon diukur berdasarkan kriteria penilaian kerusakan menurut metode FHM, yaitu terdiri dari tiga kode berurutan yang menggambarkan lokasi terjadinya kerusakan, tipe kerusakan, dan tingkat keparahan yang ditimbulkan pada pohon. Lokasi kerusakan pada pohon dapat dilihat pada Gambar 1, sedangkan deskripsi kerusakan pohon disajikan pada Tabel 1.

Gambar 1. Kode lokasi kerusakan pohon (Nuhamara dan Kasno 2001)

Keterangan :

1 : Akar 6 : Batang tajuk

2 : Akar dengan batang bawah 7 : Cabang

3 : Batang bawah 8 : Tunas dan pucuk 4 : Batang atas dan batang bawah 9 : Daun

5 : Batang Atas

(26)

Table 1. Kode dan Lokasi Kerusakan

Kode Keterangan

0 Sehat (Tidak ada kerusakan)

1 Akar (terbuka) dan tunggak (dengan tinggi 30 cm di atas permukaan tanah) 2 Akar dan batang bagian bawah

3 Bagian atas batang (setengah bagian bawah dari batang antara tunggak dan dasar tajuk hidup)

4 Bagian bawah dan bagian atas batang

5 Bagian atas batang (setengah bagian atas dari batang antara tunggak dan dasar tajuk hidup)

6 Batang tajuk (batang utama di dalam daerah tajuk hidup di atas dasar tajuk hidup)

7 Cabang (lebih besar 2.54 cm pada titik percabangan terhadap batang utama atau batang tajuk didalam daerah tajuk hidup)

8 Kuncup dan tunas (pertumbuhan tahun terakhir) 9 Daun

Sumber: Nuhamara, 2002

Tabel 2 menunjukkan deskripsi kode dan tipe kerusakan pada pohon serta nilai ambang keparahannya. Deskripsi kode tingkat keparahan kerusakan pohon disajikan pada Tabel 3.

Tabel 2. Kode dan Tipe Kerusakan

No Tipe Kerusakan Kelas keparahan

(10% - 99%)

Kode tipe kerusakan

1 Kanker, gol (puru) 20% 1

2 Busuk Hati, Tubuh buah (badan buah), dan indikator lapuk lanjut

Nihil* 2

3 Luka Terbuka 20% 3

4 Eksudasi (Resinosis dan gumosis 20% 4

5 Batang patah kurang dari 0.91 cm Nihil* 11

6 Brum pada akar atau batang Nihil* 12

7 Akar patah atau mati kurang dari 0.91 cm

20% 13

8 Hilangnya ujung dominan (mati ujung) 1% 21

9 Cabang patah atau mati 20% 22

10 Brum pada cabang atau daerah dalam tajuk

20% 23

11 Kerusakan daun 20% 24

12 Daun berubah warna (tidak hijau) 30% 25

Sumber: Putra, 2004

(27)

Tabel 3. Kode dan Kelas Keparahan Kerusakan

Kode Kelas (%)

0 01-09

1 10-19

2 20-29

3 30-39

4 40-49

5 50-59

6 60-69

7 70-79

8 80-89

9 90-99

Sumber: Putra, 2004

Untuk setiap kode lokasi kerusakan, tipe kerusakan, dan tingkat keparahan diberikan bobot nilai yang disajikan pada Tabel 4. Kalau kode tipe kerusakan yang diperoleh adalah 1 maka bobot indeks kerusakan pohon adalah 1,9 dan begitu seterusnya.

Tabel 4. Bobot Indeks Kerusakan Pohon

No Tipe Kerusakan Lokasi Kerusakan Kelas Keparahan

Kode Bobot Kode Bobot Kode Bobot

1 1 1,9 0 1,5 0 1,5

2 2 1,7 1 2 1 1,1

3 3 1,5 2 2 2 1,2

4 4 1,5 3 1,8 3 1,3

5 11 1,6 4 1,8 4 1,4

6 12 1,3 5 1,6 5 1,5

7 13 1 6 1,2 6 1,6

8 21 1 7 1 7 1,7

9 22 1 8 1 8 1,8

10 23 1 9 1 9 1,9

11 24 1

12 25 1

Sumber : Putra, 2004

Pengamatan dilakukan pada keseluruhan sisi pohon dimulai dari akar.

Masing-masing pohon dicatat kerusakannya maksimal 3. Jika ada kerusakan yang terjadi pada tempat yang sama maka hanya kerusakan paling parah yang ditulis.

Setelah dilakukan pengambilan data tipe kerusakan, lokasi kerusakan, dan nilai ambang batas keparahan maka data dimasukkan ke dalam tally sheet.

(28)

Tabel 5. Tally Sheet Penilaian Kerusakan Pohon menurut metode FHM N

o Jenis pohon

Ting gi (m)

Diamet er (cm)

Kerusakan 1

Kerusakan 2 Kerusakan 3

A B C A B C A B C

Saga (Adenanthera

pavonina L)

Keterangan :

A : Lokasi kerusakan B : Tipe kerusakan

C : Kelas keparahan Kerusakan

Ketiga parameter pengukuran tersebut kemudian dikumpulkan dalam sebuah indeks kerusakan (IK) : IK = [x lokasi kerusakan *y tipe kerusakan *z tingkat keparahan]. Nilai x, y, dan z adalah nilai pembobotan yang besarnya berbeda-beda tergantung kepada tingkat dampak relatif setiap komponen terhadap pertumbuhan dan ketahanan pohon. Pencatatan kerusakan pohon dilakukan sebanyak jumlah kerusakan pohon yang terjadi dan dimulai dari lokasi dengan kode terendah.

Kerusakan yang tidak memenuhi nilai ambang akan diberi nilai ―0‖ pada tingkat keparahannya. Apabila terdapat kerusakan ganda pada lokasi yang sama, maka semua kerusakan tetap dicatat supaya tingkat keparahannya dapat diperkirakan secara tepat. Indeks kerusakan kemudian diperhitungkan pada tingkat pohon (tree damage level index (TDLI)). Indeks kerusakan tingkat pohon (TDLI) = [lokasi 1 * tipe 1 * keparahan 1] + [lokasi 2 * tipe 2 * keparahan 2] + … + [lokasi x * tipe x * keparahan x]. Jika nilai TDLI yang terjadi semakin tinggi menunjukkan bahwa kondisi tingkat kerusakan pohon yang semakin parah. Skor kelas TDLI akan dibuat untuk menentukan kondisi kesehatan setiap individu pohon. Selanjutnya dapat diketahui kelas kerusakan pohon berdasarkan bobot nilai indeks dengan kriteria sebagai berikut:

Kelas sehat : 0 – < 5 Kelas kerusakan ringan : 6 – 10 Kelas kerusakan sedang : 11 – 15 Kelas kerusakan berat : 16 – > 21

(29)

2.3 Kondisi Tajuk

Parameter-parameter kondisi tajuk pohon yang diukur berdasarkan metode FHM sebagai berikut :

a). Nisbah tajuk hidup (live crown ratio-LCR), yaitu nisbah panjang batang pohon yang tertutup daun terhadap tinggi total pohon.

b). Kerapatan tajuk (crown density -Cden), yaitu banyaknya persentase cahaya matahari yang tertahan oleh tajuk sehingga tidak mencapai permukaan tanah.

c). Transparansi tajuk (foliage transparancy-FT), yaitu banyaknya persentase cahaya matahari yang dapat melewati tajuk dan mencapai permukaan tanah.

d). Diameter tajuk-Cd (crown diameter width-CdWd dan Crown Diameter 90⁰- CD 90), yaitu nilai rata-rata dari pengukuran panjang dan lebar tajuk suatu pohon yang diukur.

e). Crown dieback (CDB), yaitu kematian pada pucuk tajuk pohon atau cabang dan ranting yang baru saja mati, dan bagian yang mati yang pada umumnya merupakan proses bertingkat dimulai dari bagian ujung kemudian merambat ke bagian pangkal.

Penilaian parameter kondisi tajuk didasarkan pada tiga kategori kondisi tajuk, yaitu nilai 3 diberikan untuk kondisi parameter tajuk yang bagus, nilai 2 untuk kondisi sedang dan nilai 1 untuk kondisi tajuk yang jelek. Nilai persentase kriteria kondisi tajuk dapat dilihat pada Tabel 6. Kelima parameter pengukuran kondisi tajuk pohon (LCR, Cden, FT, Cd dan, Cdb) kemudian dikumpulkan ke dalam peringkat penampakan tajuk (Visual Crown Rating–VCR) pada masing- masing pohon. Nilai VCR untuk setiap individu pohon diperoleh dari hasil penilaian setiap parameter kondisi tajuk. VCR memiliki nilai 1,2,3 dan 4 tergantung kepada besaran nilai pengamatan setiap parameter kondisi tajuk (Putra 2004). Nilai VCR individu pohon disajikan pada Tabel 7.

Tabel 6. Kriteria kondisi tajuk (Putra, 2004) Parameter

Klasifikasi

Baik (nilai=3) Sedang (nilai=2) Jelek (nilai=1)

Nisbah Tajuk Hidup ≥40% 20-35% 5-15%

Kerapatan Tajuk ≥55% 25-50% 5-20%

Transparansi Tajuk 0-45% 50-70% ≥75%

Dieback 0-5% 10-25% ≥30%

Diameter Tajuk ≥10.1 m 2.5-10 m ≤2.4 m

(30)

Tabel 7. Nilai peringkat visual crown rating (VCR) individu pohon (Putra 2004)

Nilai VCR Kriteria

4 (Tinggi) Seluruh parameter kondisi tajuk bernilai 3, atau hanya 1 parameter yang bernilai 1

3 (Sedang) Lebih banyak kombinasi antara 3 dan 2 pada parameter tajuk, atau semua bernilai 2, tetapi tidak ada parameter yang bernilai 1 2 (Rendah) Setidaknya 1 parameter bernilai 1, tetapi tidak semua parameter 1 (Sangat Rendah) Semua parameter kondisi tajuk bernilai 1

2.4 Tingkat Kesehatan Pohon Saga

Informasi tingkat kesehatan pohon Saga di dapatkan berdasarakan nilai dari indikator produktivas, kondisi tajuk, dan kondisi kerusakan pohon. Hasil pembobotan tersebut menghasilkan nilai interval kesehatan (Tabel 8).

Tabel 8. Kriteria penilaian tingkat kesehatan pohon saga Nilai Tingkat Kesehatan Kategori Kesehatan

3 – 6 Sangat Sakit

9 – 12 Sakit

15 – 18 Kurang Sehat

21 – 24 Sehat

27 – 30 Sangat Sehat

(31)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Sebaran dan Struktur Tegakan Pohon Saga

Hasil pengamatan dilapangan disajikan dalam bentuk peta penyebaran pohon saga (Adenanthera pavonina L) di kampus Universitas Sumatera Utara (Gambar 2). Pohon Saga di Universitas Sumatera Utara berjumlah 153 pohon.

Sebaran pohon terdapat di dua titik yaitu di sebelah Fakultas Hukum sebanyak 77 (pohon) dan di dekat Gedung Pancasila sebanyak 76 pohon. Tegakan merupakan suatu hamparan lahan hutan secara geografis terpusat dan memiliki ciri-ciri kombinasi dari sifat-sifat vegetasi (komposisi jenis, pola pertumbuhan, kualitas pertumbuhan), sifat-sifat fisik (bentuk lapangan, kemiringan lapangan) yang relatif homogen serta memiliki luasan minimal tertentu (Suhendang, 1985).

Gambar 2. Peta sebaran tegakan pohon saga ( Adenanthera pavonina L) di kampus Universitas Sumatera Utara.

(32)

Produktivitas Pohon

Penilaian produktivitas tanaman dilakukan dengan melihat pertumbuhan pohon yang diukur dari diameter pohon. Dari data diameter dapat digunakan untuk menentukan LBDS. LBDS dapat menggambarkan tingkat pertumbuhan sesaat atau produktivitas pohon. Jumlah pohon (kerapatan) dan diameter batang pohon setinggi dada (Husch, 1963) akan mempengaruhi nilai LBDS dan volume tegakan per unit luas, selain itu peningkatan kualitas tempat tumbuh juga akan menyebabkan LBDS meningkat (Baker dkk, 1979).

Gambar 3. Grafik kelas diameter struktur tagakan pada pohon Saga (Adenanthera pavonina L) di kampus Universitas Sumatera Utara

Hasil pengamatan diameter pohon Saga (Adenanthera pavonina L) di kampus USU disajikan pada Gambar 3. Diameter terbesar adalah 72 cm dan yang terendah adalah 21 cm. Diameter dijadikan sebagai salah satu parameter dalam penilaian laju pertumbuhan suatu pohon. Produktivitas suatu pohon dapat diketahui dengan menghitung laju pertumbuhannya dengan menggunakan diameter pohon dan konstanta. Luas bidang dasar pohon dapat dilihat pada Gambar 4.

(33)

Gambar 4. Grafik kelas luas bidang dasar struktur tegakan pada pohon Saga (Adenanthera pavonina L) di kampus Universitas Sumatera Utara.

Nilai LBDS pohon Saga (Adenanthera pavonina L) di kampus USU dapat dilihat pada Gambar 3. Nilai yang terbesar adalah 0,40 cm² sedangkan yang terkecil adalah 0,03 cm². Produktivitas dapat diperhitungkan sebagai perubahan luas bidang dasar (LBDS) individu pohon dua tahun berurutan yang juga menunjukkan pertumbuhan pohon (Cline 1995). Produktivitas suatu tegakan dipengaruhi oleh faktor-faktor fisiologis dan eksternal (lingkungan). Secara fisiologis, setiap jenis pohon memiliki laju pertumbuhan yang berbeda-beda.

Pembobotan produktivitas pohon dapat dilihat pada Tabel 9. Data hasil penelitian Luas Bidang Dasar pohon untuk setiap pohon yang diambil, ditampilkan pada Lampiran 1.

Tabel 9. Skor LBDS

Kelas LBDS Skor Status Kesehatan 0,37-0,41 10

Sangat Sehat 0,33-0,37 9

0,29-0,33 8

Sehat 0,26-0,29 7

0,22-0,26 6

Kurang Sehat 0,18-0,22 5

0,15-0,18 4

Sakit 0,11-0,15 3

0,07-0,11 2

Sangat Sakit 0,03-0,07 1

(34)

Gambar 5. Status kesehatan LBDS pohon saga (Adenanthera pavonina L) di kampus Universitas Sumatera Utara

Berdasarkan skor (Tabel 9) diketahui bahwa LBDS yang sangat sehat berjumlah 3 (2%) pohon, sehat berjumlah 1 (1%) pohon, agak sakit berjumlah 7 (4%) pohon, sakit berjumlah 52 (34%) pohon, dan sangat sakit berjumlah 90 (59%) pohon. Kondisi perbedaan nilai LBDS ini memang dipengaruhi oleh jumlah pohon (kerapatan) dan diameter batang pohon setinggi dada (Husch 1963), selain itu peningkatan kualitas tempat tumbuh juga akan menyebabkan LBDS meningkat (Baker dkk, 1979).

Kondisi Kerusakan Pohon

Penilaian terhadap kerusakan pohon dilakukan dengan mengambil data variabel dari setiap pohon dalam areal pengamatan, variabel pengamatan tersebut meliputi lokasi kerusakan, tipe kerusakan, dan tingkat keparahan kerusakan.

Kerusakan yang terjadi dapat disebabkan oleh faktor abiotik dan biotik, seperti hama, penyakit, polusi udara, aktivitas manusia, dan aktifitas lain yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan pohon. Kerusakan yang disebabkan faktor-faktor tersebut dapat mempegaruhi kesehatan pohon.

Kerusakan yang terjadi dapat mematikan dan mempengaruhi kelangsungan hidup dalam jangka panjang dari suatu pohon (Supriyanto dkk, 2001).

Sangat Sehat

(35)

Seluruh jenis kerusakan akan berdampak pada tingkat pertumbuhan tanaman yang menurun, kehilangan biomassa, kondisi tajuk yang rendah dan terutama kematian (Nuhamara dkk, 2001). Hasil pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa kerusakan pada pohon saga (Adenanthera pavonina L) umumnya ditemukan pada cabang pohon dan tajuk pohon. Skor kerusakan pohon disajikan pada (tabel 10). Indeks kerusakan pohon untuk setiap pohon disajikan pada lampiran 2.

Tabel 10. Skor Kerusakan Pohon Kelas NIK Skor Status Kesehatan 8,356-9,15 1

Sangat Sakit 7,561-8,355 2

6,766-7,56 3

Sakit 5,971-6,765 4

5,176-5,97 5

Kurang Sehat 4,381-5,175 6

3,856-4,38 7

Sehat 2,791-3,585 8

1,996-2,79 9

Sangat Sehat 1,2-1,995 10

Gambar 6. Status kesehatan kerusakan pohon saga (Adenanthera pavonina L) di kampus Universitas Sumatera Utara

Berdasarkan status pada nilai indek kerusakan pohon diketahui bahwa kondisi kerusakan pohon yang sangat sehat berjumlah 41 (27%) pohon, sehat

(36)

berjumlah 24 (16%) pohon, kurang sehat berjumlah 48 (31%) pohon, sakit berjumlah 32 (21%) pohon, dan sangat sakit berjumlah 8 (5%) pohon.

1. Lokasi kerusakan

Gambar 7. Lokasi pada pohon saga (Adenanthera pavonina L) di kampus Universitas Sumatera Utara.

Pohon dikatakan sehat atau normal jika pohon tersebut dapat melaksanakan fungsi-fungsi fisiologisnya. Pohon dikatakan sakit apabila terjadi penyimpangan dari keadaan normal dan salah satu atau lebih fungsi fisiologisnya terganggu. Kerusakan pohon (tergantung lokasi, jenis dan keparahannya) akan berpengaruh terhadap fungsi fisiologis pohon, menurunkan laju pertumbuhan pohon dan dapat menyebabkan kematian pohon (Putra 2004).

Lokasi kerusakan di areal penelitian ditemukan di beberapa bagian pohon.

Adanya polusi udara, aktivitas manusia, faktor biologis serta usia pohon-pohon yang makin meningkat, diduga menjadi faktor penurunan kualitas pohon.

Menurunnya kualitas pohon dapat dilihat dari tingkat kerusakan yang dialami oleh pohon-pohon penyusunnya. Lokasi ditemukannya kerusakan didominasi pada kerusakan cabang yaitu berjumlah 173 (64%), diikuti dengan kerusakan pada tajuk pohon berjumlah 165 (43%). Selanjutnya lokasi keusakan yang paling sedikit dijumpai pada batang pohon berjumlah 42 (11%).

(37)

3. Tipe Kerusakan

Gambar 8. Tipe kerusakan pada pohon saga (Adenanthera pavonina L) di kampus Universitas Sumatera Utara.

Menurut Khoiri (2004), kerusakan pohon merupakan suatu indikator atau menjadi tanda dimana pohon-pohon dikatakan sehat ataupun sakit. Pohon dapat dikatakan sehat apabila pada pohon tersebut tidak ada ditemui tipe kerusakan atau kelainan, dan dikatakan sakit atau rusak jika pohon tersebut mengalami tipe kerusakan berupa ganguan-ganguan fisiologis sehingga pertumbuhan dan perkembangannya terganggu. Kerusakan akan terjadi jika pada satu waktu di satu tempat terdapat tiga komponen yaitu pohon rentan, penyebab kerusakan (biotik dan abiotik) dan lingkungan. Komponen ini saling berinteraksi satu sama lain.

Kerusakan ini sendiri tidak akan terjadi jika penyebab kerusakan bertemu dengan bagian pohon yang rentan tetapi lingkungan tidak membantu perkembangannya dan tidak meningkatkan kerentanan pohon.

Menurut Ebbels (2003), diagnosa kesehatan pohon adalah suatu proses pengamatan yang berdasarkan gejala dan tanda secara alami yang disebabkan oleh penyebab apapun dalam hubungannya dengan perkembangan kesehatan hutan.

Tipe kerusakan didominasi pada cabang patah atau mati (kode 22), yaitu berjumlah 148 (39%) dan selanjutnya tipe kerusakan hilangnya ujung dominan (kode 21) yaitu berjumlah 89 (23%), daun berubah warna (kode 25) berjumlah 49 (13%), kemudian tipe kerusakan luka terbuka (kode 3) berjumlah 38 (10%),

(38)

kanker (kode 1) sebanyak 33 (9%). Sedangkan tipe kerusakan yang paling sedikit ditemukan pada tipe kerusakan busuk hati (kode 2) yaitu sebanyak 24 (6%).

Tipe kerusakan menurut Forest Health Monitoring (FHM) terdiri dari 12 kerusakan. Namun hasil pengamatan tipe kerusakan pohon saga (Adenanthera pavonina L) hanya ditemukan 6 jenis kerusakan.

1. Tipe kerusakan kanker

Tipe kerusakan kanker yang dijumpai pada pohon saga berjumlah yaitu sebanyak 33 (9%) pohon dari total pohon yang dijumpai. Penyebab utama penyakit kanker pada pohon adalah fungi. Fungi penyebab kanker dapat menginfeksi pohon melalui luka terbuka dari spora yang terbawa air, angin, maupun tanah atau kontak langsung dengan pohon sakit.

Gambar 9. Kerusakan kanker pada pohon saga 2. Tipe kerusakan cabang patah atau mati

Pohon yang mengalami kerusakan cabang patah atau mati berjumlah 148 (39%) pohon. Hal ini diakibatkan karena penyakit parasit dan non parasit ataupun hama yang menyerang tanaman (Pracaya, 2003). Gejala yang terlihat adanya cabang yang mati dan daunnya berguguran. Cabang patah yang dijumpai disebabkan karena cabang lapuk dan kemudian akhirnya patah. Kerusakan pada bagian cabang, ranting dan daun akan mengakibatkan tajuk menjadi tidak berkembang dengan baik sehingga proses fotosintesis terganggu. Gangguan fotosintesis dapat mengakibatkan pertumbuhuan pohon kurang optimal dan menurunkan kualitas kayu.

(39)

Gambar 10. Kerusakan cabang patah atau mati pada pohon saga 3. Tipe kerusakan luka terbuka

Pohon yang mengalami kerusakan berupa luka terbuka berjumlah 38 (10%) pohon. Luka terbuka yang ditemukan disebabkan oleh sayatan golok atau pisau dan pemangkasan yang tidak tepat, dan akibat vandalisme. Luka terbuka yang dijumpai terjadi karena perlukaan benda tajam berupa vandalisme, tebasan golok dan luka akibat sambaran petir. Vandalisme biasanya diakibatkan pengunjung yang kurang menyadari akibat yang ditimbulkan bila bagian pohon mengalami luka terbuka. Luka ini nantinya akan menjadi tempat dari berbagai jenis patogen memasuki batang. Perlukaan tidak sengaja yang disebabkan oleh petir pada pohon merupakan hal yang umum. Jika banyak terjadi luka terbuka pada batang maka akan memicu dan mempermudah infeksi berbagai patogen (fungi, bakteri, virus, mikroplasma, nematoda) ke dalam jaringan tumbuhan (Widyastuti dkk, 2005).

Gambar 11. Kerusakan luka terbuka pada pohon saga

4. Tipe kerusakan daun berubah warna

Pohon yang mengalami daun berubah warna berjumlah 49 (13%) pohon. Pada Saga (Adenanthera pavonina L) yang daun berubah menjadi warna kuning.

(40)

Perubahan warna dapat disebabkan adanya kerusakan klorofil (zat hijau daun) atau akibat kekurangan cahaya matahari atau karena serangan penyakit.

Perubahan warna juga terjadi dalam bentuk bercak-bercak cokelat karat, ungu, hitam, kelabu, keputih-putihan atau bersama-sama (Pracaya, 2003). Perubahan warna daun disebabkan oleh rusaknya kloroplas menyebabkan menguningnya daun yang lazimnya berwarna hijau. Gejala ini sering menjadi awal timbulnya gejala nekrosis.

Gambar 12. Kerusakan daun berubah warna pada pohon saga 5. Tipe kerusakan hilangnya ujung dominan (mati ujung)

Pohon yang mengalami kerusakan mati ujung berjumlah 89 (23%)pohon.

Gejala mati ujung terlihat dengan adanya pucuk pohon yang mengalami kematian dan menyebabkan tidak adanya daun yang hidup, serta mangalami daun berubah warna. Menurut Irwanto (2006) menyatakan serangan mati ujung diduga disebabkan oleh jenis penyakit yang biasa menyerang pucuk daun seperti jenis Stemphyllum sp, Phomopi serta jenis Ganoderma applanatum dan Phellinus lamoensis yang menyebabkan akar berwarna coklat.

Gambar 13. Kerusakan hilangnya ujung dominan (mati ujung)

(41)

6. Tipe kerusakan busuk hati (lapuk lanjut)

Tipe kerusakan ini paling sedikit ditemukan yaitu sebanyak 24 (6%) pohon.

Tipe kerusakan ini disebabkan oleh mikroorgaisme yang menyebabkan pelapukan pada pohon. Secara fisik batang merupakan penopang tajuk dan secara fisiologis berperan sebagai organ penyangga sistem transport untuk distribusi unsur hara.

Menurut Widyastuti dkk, (2005) batang berperan dalam proses kelangsungan hidup pohon menempati urutan ketiga di bawah akar dan daun. Kerusakan pada bagian batang dan akar ini akan meningkatkan resiko pohon rubuh atau tumbang.

Gambar 14. Kerusakan busuk hati (lapuk lanjut) pada pohon saga.

Kondisi Tajuk

Ukuran tajuk dapat menggambarkan kesehatan pohon secara umum. Tajuk yang lebar dan lebat menggambarkan laju pertumbuhan yang cepat. Tajuk yang kecil dan jarang menunjukkan kondisi tapak atau temnpat tumbuh yang tidak atau kurang mendukung pertumbuhan seperti kompetisi dengan pohon lain, kelembaban yang kurang atau berlebih, atau pengaruh lainnya seperti defoliasi akibat serangga, penyakit pada dedaunan, atau badai angin. Informasi tajuk pohon dapat menjelaskan beberapa komponen ekosistem hutan seperti biodiversitas, produktivitas, kelestarian hutan, estetika, dan habitat liar (USDA-FS, 1999).

Tajuk sangat beperan penting bagi tanaman. Proses fotosintesis terjadi di bagian daun. Kondisi tajuk dapat mencerminkan kesehatan suatu pohon. Kondisi tajuk merupakan parameter penting untuk menilai status kesehatan pohon dengan metode FHM selain faktor kondisi kerusakan pohon karena kesehatan atauvigor suatu pohon dapat diketahui dengan menilai parameter kondisi tajuk. Tren kondisi

(42)

kesehatan hutan secara spasial dan bersifat sementara juga dapat dijelaskan dengan penilaian kondisi tajuk (Solberg dan Strand 1999).

Menurut Nuhamara (2002) evaluasi tajuk yang dilakukan dengan cara pengukuran secara kuantitatif terhadap parameternya sangat berhubungan dengan ukuran kualitas tempat tumbuh, kerapatan pohon, dan tekanan dari luar. Tajuk pohon memiliki peranan penting dalam menjaga keseimbangan pengaturan energi matahari, siklus hara, distribusi curah hujan, dan retensi kelembaban yang terjadi di dalam hutan.

Parameter yang digunakan mengukur kondisi tajuk pohon berdasarkan metode FHM yaitu, nisbah tajuk hidup, kerapatan tajuk, transparansi tajuk, diamter tajuk, dan dieback. Kelima parameter tersebut kemudian dikumpulkan kedalam peringkat penampakan tajuk (VCR). Kondisi tajuk dapat di ketahui dengan melihat nilai VCR dari pohon tersebut. Parameter yang di peroleh atau di ukur langsung dilapangan dan dibuat pembobotan (Tabel 11). Indikator tajuk untuk setiap pohon disajikan kan pada Lampiran 3.

Tabel 11. Skor VCR

Kelas VCR Skoring Status Kesehatan

3,81-4 10

sangat sehat 3,61-3,8 9

3,41-3,6 8 3,21-3,4 7

Sehat 3,01-3,2 6

2-2,2 5

2,81-3 4

Sakit 2,61-2,8 3

2,41-2,6 2

sangat sakit 2,21-2,4 1

(43)

Gambar 15. Status kesehatan indikator tajuk pohon saga (Adenanthera pavonina L) di kampus Universitas Sumatera Utara.

Berdasarkan skoring pada kondisi tajuk pohon, diketahui bahwa kondisi kerusakan pohon yang sangat sehat berjumlah 48 (32%) pohon, sehat berjumlah 103 (67%) pohon, dan sakit berjumlah 2 (1%) pohon. Seluruh jenis kerusakan akan berdampak pada tingkat pertumbuhan yang menurun, kehilangan biomassa, kondisi tajuk yang rendah dan terutama kematian (Nuhamara dkk. 2001).

Gambar16. Grafik nilai VCR pohon saga (Adenanthera pavonina L) di kampus Universitas Sumatera Utara.

Penilaian kondisi tajuk pada pohon saga (Adenanthera pavonina L) di kampus USU menunjukkan bahwa nilai VCR untuk 102 dalam kondisi tinggi dan 49 pohon dalam kondisi sedang, 2 pohon memiliki nilai VCR rendah. Berdasarkan data yang diperoleh, dari penilaian VCR pada pohon Saga memiliki kualitas VCR yang baik. Pohon-pohon yang berada di hutan kota tersebut memiliki tajuk yang lebar dan lebat sehingga nilai VCR tinggi. Menurut Putra (2004) tajuk yang lebar

(44)

dan lebat menggambarkan laju pertumbuhan yang cepat. Nilai VCR yang baik menggambarkan kondisi tajuk yang sehat sehingga pohon masih dalam pertumbuhan optimal dan dapat menjalankan fungsinya dengan baik.

Nilai VCR terendah, disebabkan adanya mati pucuk atau CDb pada tajuk pohon-pohon di Guntur. Hal ini dapat terjadi karena kondisi tanah di Guntur padat dan drainasenya buruk. Selain itu menurut Khoiri (2004), mati ujung atau CDb umumnya terjadi karena kerusakan jaringan tanaman atau penyumbatan xylem yang disebabkan oleh adanya serangan penyakit yang bekerja sama dengan serangan hama. Kerusakan jaringan akan mengganggu pengambilan zat hara dalam tanah dan mengakibatkan pucuk mati. CDb yang semakin parah mengakibatkan nilai VCR akan semakin rendah. Nilai VCR yang rendah menggambarkan kondisi tajuk yang tidak sehat karena dapat mengurangi aktivitas fotosintesis dan laju pertumbuhan sehingga pohon tidak dapat menjalankan fungsinya dengan baik.

Kondisi kerusakan pohon dan kondisi tajuk dapat menentukan vitalitas suatu pohon. Vitalitas adalah gambaran dari kesuburan suatu jenis tanaman dalam perkembangannya sebagai respon terhadap lingkungan. Apabila pohon dengan kerusakan yang rendah dan memiliki kondisi tajuk yang baik maka vitalitas suatu pohon baik pula. Salah satu cara untuk menggambarkan vitalitas ini adalah dengan memperhatikan struktur vegetasi berdasarkan tingkat pertumbuhan.

Menurut Darmansyah (2014), tajuk merupakan bagian pohon dimana cabang, ranting, daun, bunga dan buah berada. Tajuk sangat berperan penting bagi tanaman. Proses fotosintesis terjadi di bagian daun. Kondisi dan ukuran tajuk dapat mencerminkan kesehatan suatu pohon secara umum. Tajuk yang lebar dan lebat menggambarkan laju pertumbuhan yang cepat, sebaliknya tajuk yang kecil serta jarang menunjukkan kondisi tapak tumbuh yang tidak atau kurang mendukung pertumbuhan (seperti kompetisi dengan pohon lain atau kelembaban yang terlalu atau berlebih) atau pengaruh lainnya seperti serangan serangga, penyakit pada dedaunan atau badai angin. Kondisi tajuk dapat diketahuidari nilai Visual Crown Rating (VCR), semakin tinggi nilai VCR maka kondisi tajuk semakin baik.

(45)

Tingkat Kesehatan Pohon Saga

Tingkat kesehatan pohon dapat diketahui dengan menggabungkan nilai dari indikator produktivitas, kerusakan pohon dan kondisi tajuk. Nilai skor diberikan pada rentang 1 – 10. Penentuan nilai skor pada setiap parameter indikator kesehatan pohon berdasarkan nilai tertinggi dan terendah dari masing- masing indikator (Safe’i dan Tsani, 2016).

Tabel 12. Skor kesehatan pohon

Jenis Pohon Produktivitas Kerusakan Tajuk

Skoring

Status Kesehatan Saga (Adenanthera

pavonina L) 10 10 10 30 Sangat Sehat

9 9 9 27

8 8 8 24

Sehat

7 7 7 21

6 6 6 18

Kurang Sehat

5 5 5 15

4 4 4 12

Sakit

3 3 3 9

2 2 2 6

Sangat Sakit

1 1 1 3

Nilai tingkat kesehatan tegakan pohon saga didapatkan dari penggabungan indikator produktivitas, kondisi tajuk dan kondisi kerusakan pohon Saga (Adenanthera pavonina L) di kampus Universitas sumatera Utara. Adapun status kesehatan dapat dilihat pada Lampiran 4.

Gambar 17. Grafik status kesehatan pohon saga (Adenanthera pavonina L) di kampus Universitas Sumatera Utara.

Gambar

Gambar 1. Kode lokasi kerusakan pohon (Nuhamara dan Kasno 2001)
Tabel 6.  Kriteria kondisi tajuk (Putra, 2004)  Parameter
Gambar 3. Grafik  kelas diameter  struktur tagakan pada pohon Saga (Adenanthera     pavonina L) di kampus Universitas Sumatera Utara
Gambar 4. Grafik kelas luas bidang dasar struktur tegakan pada pohon Saga                  (Adenanthera pavonina L) di kampus Universitas Sumatera Utara
+7

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

PRODUKSI METIL ESTER (BIODIESEL) DARI BAHAN BAKU BIJI SAGA POHON (Adenthera Pavonina

Tujuan penulisan artikel ini untuk mereview potensi daun dan biji saga pohon dari sisi nutrisi, antinutrisi dan bioaktif sehingga dapat digunakan untuk pertimbangan awal

1 PEMETAAN KESEHATAN POHON DI KAWASAN DI ARBORETUM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA SKRIPSI AGUNG M BARUS 131201160 DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Hasil pengujian menunjukkan bahwa uji kadar air benih saga pohon dengan metode oven suhu rendah (103±2) o C dapat dilakukan minimal selama 17 jam dalam kondisi benih

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat jenis-jenis pohon di Universitas Sumatera Utara yang mengalami kerusakan/gangguan dalam skala ringan s.d sedang adalah jenis Mahoni,

Produktivitas pohon mahoni (Swietenia macrophylla) di Kampus USU Berdasarkan Gambar 3 diatas diketahui bahwa diameter paling besar adalah produktivitas paling tinggi adalah

Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui jenis vegetasi pohon, cadangan karbon, dan nilai ekonomi cadangan karbon tegakan pohon di Hutan Pendidikan Universitas Sumatera

TERHADAP PENURUNAN KADAR KOLESTEROL TOTAL DAN LDL PADA TIKUS PUTIH JANTAN HIPERLIPIDEMIA Vika Rahmawati 1804015228 Daun saga pohon Adenanthera pavonina L.. merupakan salah satu