PEMETAAN KESEHATAN POHON DI UNIVERSITAS
SUMATERA UTARA
SKRIPSI
Oleh :
DHANY NUGRAHA 081201055
PROGRAM STUDI KEHUTANAN
FAKULTAS PERTANIAN
PEMETAAN KESEHATAN POHON DI UNIVERSITAS
SUMATERA UTARA
SKRIPSI
Oleh:
DHANY NUGRAHA
081201055/ MANAJEMEN HUTAN
PROGRAM STUDI KEHUTANAN
FAKULTAS PERTANIAN
PEMETAAN KESEHATAN POHON DI UNIVERSITAS
SUMATERA UTARA
SKRIPSI
Oleh:
DHANY NUGRAHA
091201058/ MANAJEMEN HUTAN
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara
PROGRAM STUDI KEHUTANAN
FAKULTAS PERTANIAN
Judul : Pemetaan Kesehatan Pohon Di Sumatera Utara Nama : Dhany Nugraha
NIM : 081201055 Program Studi : Kehutanan
Minat Studi : Manajemen Hutan
Menyetujui, Komisi Pembimbing
Yunus Afifuddin, S.Hut., M.Si Luthfi Hakim, S.Hut., M.Si Ketua Anggota
Mengetahui,
Siti Latifah, S.Hut., M. Si., Ph. D Ketua Program Studi Kehutanan
ABSTRAK
DHANY NUGRAHA: Pemetaan Kesehatan Pohon Di Universitas Sumatera Utara. Dibawah bimbingan YUNUS AFIFUDDIN dan LUTHFI HAKIM.
Penggunaan aplikasi Sistem Informasi Geografis (SIG) dalam menentukan sebaran pohon sakit sebagai salah satu teknik untuk mempermudah pemeliharaan kesehatan pohon di Universitas Sumatera Utara merupakan salah satu cara yang efektif dan efisien. Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan persebaran dan identifikasi jenis-jenis pohon serta kualitasnya di lingkungan Universitas Sumatera Utara. Penelitian ini menggunakan standar Forest Health Management dalam menentukan kategori pohon sehat dan sakit (kerusakan rendah, sedang dan berat). Proses pembuatan peta sebaran pohon sakit di USU dilakukan dengan menggunakan software Arc View 3.3 dan Garmin BaseCamp. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat jenis-jenis pohon di Universitas Sumatera Utara yang mengalami kerusakan/gangguan dalam skala ringan s.d sedang adalah jenis Mahoni, Saga, Ketapang, Asam Jawa, Glodokan Tiang, Mangga, Nangka, Jati, Jati Putih, Serangan atau gejala penyakit baik yang berasal dari patogen atau aktivitas manusia yang sering ditemukan adalah kanker, kerusakan daun, dan cabang yang patah atau mati.
ABSTRACT
Dhany Nugraha.Health Mapping Trees At the University of North Sumatera. Supervised by YUNUS AFIFUDDIN and LUTHFI HAKIM.
Use of application Geographic Information Systems ( GIS ) to determine the distribution of tree pain as one of the techniques to simplify tree health care at the University of North Sumatra is one of the effective and efficient manner . The purpose of this study was to determine the distribution and identification of tree species and quality at the University of North Sumatra . This study uses a standard Forest Health Management in determining the category of healthy and diseased trees ( low damage , moderate and severe ) . The process of making a map of the distribution of diseased trees in USU done using Arc View 3.3 software and Garmin BaseCamp . The results showed that there are the types of trees in North Sumatra University of damaged / impaired in mild scale up being is a kind of mahogany , Saga , Ketapang , Asam Jawa , glodokan Poles , Mango , Jackfruit , Teak , Teak White , attack or symptoms of disease both derived from pathogens or human activity that is often found cancer , damage to the leaves , and branches are broken or dead .
RIWAYAT HIDUP
Penulis merupakan putra dari Bapak Yulian Badry dan Ibunda Asmawaty yang dilahirkan pada tanggal 13 Januari 1990 di Kota Medan. Penulis putra kedua dari tiga bersaudara.
Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar Negeri 060827 pada tahun 2002, pendidikan tingkat Sekolah Menengah Pertama dari SMP Negeri 15 Medan tahun 2005 dan pendidikan tingkat Sekolah Menengah Atas dari Harapan Mandiri tahun 2008 dan pada tahun yang sama masuk ke Fakultras Pertanian USU melalui jalur ujian tertulis SNMPTN.Penulis memilih Program Studi Kehutanan, Fakultas Pertanian dan pada semester VII memilih minat studi Manajemen Hutan.
Semasa kuliah penulis merupakan anggota pada organisasi Himpunan Mahasiswa Sylva (HIMAS) USU. Penulis juga pernah menjadi Asisten Klimatologi, Dendrologi, Silvika, Hidrologi dan Praktikum Pengenalan Ekosistem Hutan selama 10 hari di Tongkoh, Sumatera Utara pada tahun 2010, dan Praktikum Ekologi Hutan pada tahun 2011.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan anugerahNya, sehingga penulis dapat menyelesaikanskripsi ini. Skripsi ini berjudul “Pemetaan Kesehatan Pohon Di Universitas Sumatera Utara”.
Pada kesempatan ini penulis menghaturkan pernyataan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada kedua orang tua penulis yang telah member dukungan baik materi dan moril kepada penulis selama ini. Penulis juga menyampaikan ucapan terima kasih kepada Bapak Yunus Afifuddin, S.Hut., M.Si dan Bapak Luthfi Hakim S.Hut., M.Si.. selaku ketua dan anggota komisi pembimbing yang telah membimbing dan memberikan berbagai masukan berharga kepada penulis mulai dari penetapan judul, melakukan penelitian, sampai pada ujian akhir.
DAFTAR ISI
Faktor Yang Mempengaruhi Kerusakan Pohon ... 8
Penggangu yang termasuk jasad hidup ... 8
Penggangu yang bukan jasad hidup ... 9
Tipe-Tipe Kerusakan Pada Pohon ... 12
Kanker ... 12
Busuk Hati, Tubuh Buah dan Indikator Lapuk Lanjut ... 12
Luka Terbuka ... 13
Kerusakan Kuncup Daun Atau Tunas ... 14
Lain-Lain ... 14
Aplikasi SIG untuk Pemetaan Sebaran Pohon Di UniversitasSumatera Utara ... 15
METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian ... 17
Bahan dan Alat Penelitian ... 17
Prosedur Penelitian ... 17
Jenis dan Cara Pengambilan Data ... 17
Analisis Kerusakan Pohon ... 18
Tipe Kerusakan ... 18
Lokasi Kerusakan ... 21
Keparahan Kerusakan ... 22
Analisis Data ... 23
HASIL DAN PEMBAHASAN Identifikasi dan Sebaran Pohon ... 26
Peta Sebaran Pohon Sakit di USU ... 27
Distribusi Jenis Pohon Berdasarkan Kelas Kerusakan ... 29
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 49
Saran ... 49
DAFTAR PUSTAKA ... 50
DAFTAR TABEL
No Halaman
1. Kebutuhan Data ... 18
2. Tipe-Tipe Kerusakan Pada Tubuh Pohon ... 19
3. Kode tipe Kerusakan Pada Tubuh Pohon ... 21
4. Kode Lokasi Kerusakan Pada Tubuh Pohon ... 22
5. Kualifikasi Kelas Keparahan Menurut Kode Tiper Kerusakan ... 22
6. Kode Kelas Keparahan Kerusakan Pohon ... 23
7. Bobot Indeks Kerusakan Pohon ... 23
8. Tally Sheet Penilaian Kerusakan Pohon ... 24
9. Identifikasi Jenis dan Sebaran Pohon Pada Lokasi Pengamatan di Universitas Sumatera Utara... 26
DAFTAR GAMBAR
No Halaman
1. Flowchart prosedur penelitian ... 25
2. Peta Sebaran Pohon Sakit di USU ... 27
3. Distribusi Jenis Pohon Berdasarkan Kelas Kerusakan (Mangold, 1977) .... 29
4. Luka terbuka pada jenis Mahoni (Swetenia mahogani) ... 31
5. (a) Eksudasi pada batang Saga, dan (b) Kerusakan daun dan cabang yang mati pada Saga dan Brum pada tajuk hidup ... 34
6. Gejala kanker (bengkak) pada batang Mahoni ... 35
7. Daun Mahoni yang berubah warna dan kering ... 35
8. Cabang/ranting Mahoni mengalami kerapuhan dan gejala mati ujung... 35
9. Daun Ketapang yang menguning (berubah warna)... 36
10. Daun Ketapang yang berlubang-lubang ... 37
11. Tepi daun Ketapang yang berubah warna dan mongering (gosong) ... 38
12. (a) Perubahan warna daun pada Cemara, (b) gulma pada cabang cemara ... 38
13. Daun Jati berubah warna dan mengalami mati ujung ... 39
14. Mati ujung pada tanaman Jati ... 41
15. Gejala defoliasi ditandai dengan daun menggulung dan mongering ... 41
16. Daun Gmelina arborea yang berubah warna ... 42
17. Cabang dan Daun Pohon Asam Jawa yang terserang penyakit ... 43
18. Cabang dan ranting pohon Nangka yang rapuh dan mati ... 44
19. Cabang Mangga yang rapuh dan mati... 45
20. Daun Kupu-Kupu yang menguning dan kering ... 46
DAFTAR LAMPIRAN
No Halaman
ABSTRAK
DHANY NUGRAHA: Pemetaan Kesehatan Pohon Di Universitas Sumatera Utara. Dibawah bimbingan YUNUS AFIFUDDIN dan LUTHFI HAKIM.
Penggunaan aplikasi Sistem Informasi Geografis (SIG) dalam menentukan sebaran pohon sakit sebagai salah satu teknik untuk mempermudah pemeliharaan kesehatan pohon di Universitas Sumatera Utara merupakan salah satu cara yang efektif dan efisien. Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan persebaran dan identifikasi jenis-jenis pohon serta kualitasnya di lingkungan Universitas Sumatera Utara. Penelitian ini menggunakan standar Forest Health Management dalam menentukan kategori pohon sehat dan sakit (kerusakan rendah, sedang dan berat). Proses pembuatan peta sebaran pohon sakit di USU dilakukan dengan menggunakan software Arc View 3.3 dan Garmin BaseCamp. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat jenis-jenis pohon di Universitas Sumatera Utara yang mengalami kerusakan/gangguan dalam skala ringan s.d sedang adalah jenis Mahoni, Saga, Ketapang, Asam Jawa, Glodokan Tiang, Mangga, Nangka, Jati, Jati Putih, Serangan atau gejala penyakit baik yang berasal dari patogen atau aktivitas manusia yang sering ditemukan adalah kanker, kerusakan daun, dan cabang yang patah atau mati.
ABSTRACT
Dhany Nugraha.Health Mapping Trees At the University of North Sumatera. Supervised by YUNUS AFIFUDDIN and LUTHFI HAKIM.
Use of application Geographic Information Systems ( GIS ) to determine the distribution of tree pain as one of the techniques to simplify tree health care at the University of North Sumatra is one of the effective and efficient manner . The purpose of this study was to determine the distribution and identification of tree species and quality at the University of North Sumatra . This study uses a standard Forest Health Management in determining the category of healthy and diseased trees ( low damage , moderate and severe ) . The process of making a map of the distribution of diseased trees in USU done using Arc View 3.3 software and Garmin BaseCamp . The results showed that there are the types of trees in North Sumatra University of damaged / impaired in mild scale up being is a kind of mahogany , Saga , Ketapang , Asam Jawa , glodokan Poles , Mango , Jackfruit , Teak , Teak White , attack or symptoms of disease both derived from pathogens or human activity that is often found cancer , damage to the leaves , and branches are broken or dead .
PENDAHULUAN
Latar belakang
Universitas Sumatera Utara (USU) adalah sebuah terletak d universitas terbaik di pulau luar mempunyai Fakultas Kedokteran.
Lingkungan kampus USU memiliki banyak jenis pohon yang ditanami baik di sekitar kawasan Fakultas, sepanjang jalan lingkungan kampus maupun disekitar gedung-gedung akademik yang menyebar di seluruh area kampus USU. Di kawasan pintu 4 juga terdapat sebuah hutan mini yang dinamakan Hutan Tridharma yang biasanya digunakan oleh mahasiswa pertanian khussnya program studi kehutanan untuk melakukan praktik lapangan yang membantu dalam proses belajar mengajar sehingga perlu dijaga kelestariannya.
Pohon memang tidak menjadi objek utama di Universitas Sumatera Utara, tetapi bagi mahasiswa Fakultas Pertanian khususnya Program Studi Kehutanan, pohon-pohon yang berada di USU dan merupakan bagian dari hutan kota sangat penting keberadaannya dan harus tetap dijaga keleststariannya. Selaian seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, pohon-pohon di Universitas Sumatera Utara juga dijadikan sebagai kebutuhan dalam praktikum-praktikum yang ada di program studi kehutanan, sehingga harus tetap dijaga keberlangsungannya. Bahkan pada beberapa bulan terakhir sudah ada beberapa pohon tumbang akibat cuaca buruk di medan khususnya di USU. Beberapa pohon tumbang yang mengakibatkan beberapa ruas jalan di USU tertutup bahkan ada yang mebahayakan karena terjadi tepat didepan kampus.
Berdasarkan hal tersebut, perlu dilakukan identifikasi jenis, analisis dan pemetaan kerusakan pohon yang ada di Universitas Sumatera Utara untuk mengetahui sebaran pohon yang meengalami kerusakan dan agar tetap menjaga kelestariannya.
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Identifikasi jenis pohon yang ada di kawasan Universitas Sumataera Utara
Medan.
2. Penilaian kualitas pohon di kawasan Universitas Sumatera Utara Medan.
3. Pemetaan sebaran pohon yang mengalami kerusakan di Universitas Sumatera
Utara.
Manfaat dari Penelitian ini adalah untuk memberikan informasi sebaran
kesehatan dan kerusakan pohon yang ada di Universitas Sumater Utara.
TINJAUAN PUSTAKA
Hutan Kota
Hutan kota adalah suatu hamparan lahan yang ditanami pepohonan yang kompak dan rapat di dalam wilayah atau kawasan perkotaan, baik didalam tanah negara maupun tanah hak yang ditetapkan oleh pejabat yang berwenang sebagai hutan kota. Wilayah perkotaan tersebut merupakan pusat-pusat permukiman yang berperan di dalam suatu wilayah pengembangan atau wilayah nasional sebagai bentuk ciri kehidupan kota. Hutan kota juga merupakan suatu kawasan dalam kota yang habitatnya didominasi oleh pepohonan dibiarkan tumbuh secara alami. pengertian alami bukan berarti hutan yang tumbuh menjadi hutan besar atau rimba melainkan telah diatur seperti taman (Setiawan, 1994).
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 63 Tahun 2002 menyebutkan bahwa hutan kota adalah suatu hamparan lahan yang bertumbuhkan pohon-pohon yang kompak dan rapat di dalam wilayah perkotaan baik pada tanah Negara maupun tanah hak yang ditetapkan sebagai hutan kota oleh pejabat yang berwenang. Luas hutan kota dalam suatu hamparan kompak paling sedikit 0,25 hektar. Persentase luas hutan kota paling sedikit 10% ( sepuluh perseratus) dari wilayah perkotaan dan atau disesuaikan dengan kondisi setempat. Penunjukan lokasi dan luas hutan kota didasarkan pada pertimbangan sebagai berikut :
Manfaat dari Penelitian ini adalah untuk memberikan informasi sebaran
kesehatan dan kerusakan pohon yang ada di Universitas Sumater Utara.
TINJAUAN PUSTAKA
Hutan Kota
Hutan kota adalah suatu hamparan lahan yang ditanami pepohonan yang kompak dan rapat di dalam wilayah atau kawasan perkotaan, baik didalam tanah negara maupun tanah hak yang ditetapkan oleh pejabat yang berwenang sebagai hutan kota. Wilayah perkotaan tersebut merupakan pusat-pusat permukiman yang berperan di dalam suatu wilayah pengembangan atau wilayah nasional sebagai bentuk ciri kehidupan kota. Hutan kota juga merupakan suatu kawasan dalam kota yang habitatnya didominasi oleh pepohonan dibiarkan tumbuh secara alami. pengertian alami bukan berarti hutan yang tumbuh menjadi hutan besar atau rimba melainkan telah diatur seperti taman (Setiawan, 1994).
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 63 Tahun 2002 menyebutkan bahwa hutan kota adalah suatu hamparan lahan yang bertumbuhkan pohon-pohon yang kompak dan rapat di dalam wilayah perkotaan baik pada tanah Negara maupun tanah hak yang ditetapkan sebagai hutan kota oleh pejabat yang berwenang. Luas hutan kota dalam suatu hamparan kompak paling sedikit 0,25 hektar. Persentase luas hutan kota paling sedikit 10% ( sepuluh perseratus) dari wilayah perkotaan dan atau disesuaikan dengan kondisi setempat. Penunjukan lokasi dan luas hutan kota didasarkan pada pertimbangan sebagai berikut :
Pemilihan jenis tanaman untuk penghijauan agar tumbuh dengan baik hendaklah dipertimbangkan syarat-syarat hortikultura, ekologi, dan syarat-syarat fisik lainnya. Seperti yang dikemukakan oleh Eckbo (1986) bahwa persyaratan tersebut adalah mempertimbangkan respons dan toleransi terhadap temperatur , kebutuhan akan air, kebutuhan dan toleransi terhadapa cahaya matahari, kebutuhan tanah, hama, dan penyakit, serta syarat-syarat fisik yang bertujuan untuk penghijauan, persyaratan budi daya, bentuk tajuk, tekstur, warna, dan aroma. Banyak contoh di dalam dan di luar negeri yang membuktikan bahwa penghijauan di pinggir jalan ditanami dengan tanaman produktif (tanaman berbuah dan berbiji, tanaman langka, dan tanaman berbunga wangi).
Vegetasi mempunyai peranan yang sangat besar dalam kehidupan. Peranan penghijauan kota sangat tergantung pada vegetasi yang ditanam. Untuk itu dari berbagai peranan dan manfaat vegetasi maka manfaat dan fungsi penghijauan atau ruang terbuka hijau adalah sebagai berikut :
1. Paru-paru kota, tanaman sebagai elemen hijau, pada pertumbuhannya menghasilkan zat asam (O2
2. Pengatur lingkungan (mikro), vegetasi akan menimbulkan lingkungan setempat sejuk, nyaman,dan segar.
) yang sangat diperlukan bagi mahluk hidup untuk pernapasan.
3. Pencipta lingkungan hidup, penghijauan dapat menciptakan ruang hidup bagi mahluk di alam yang memungkinkan terjadinya interaksi secara alamiah. 4. Penyeimbang alam (edaphis), merupakan pembentukan tempat hidup alami
5. Oro-hidrologi, pengendalian untuk penyediaan air tanah dan pencegahan erosi.
6. Perlindungan terhadap kondisi fisik alami sekitarnya, seperti angin kencang, terik matahari, gas, atau debu.
7. Mengurangi polusi udara, vegetasi dapat menyerap polutan tertentu. Vegetasi dapat menyaring debu dengan tajuk dan kerimbunan dedaunannya.
8. Mengurangi polusi air, vegetasi dapat membantu membersihkan air. 9. Mengurangi polusi suara (kebisingan), vegetasi dapat menyerap suara.
10. Keindahan (estetika), dengan terdapatnya unsur-unsur penghijauan yang direncanakan dengan baik dan menyeluruh akan menambah keindahan kota. 11. Kesehatan, warna dan karakter tumbuhan dapat dipergunakan untuk terapi
mata dan jiwa.
12. Rekreasi dan pendidikan, jalur hijau dengan aneka vegetasi mengandung nilai-nilai ilmiah.
13. Nilai pendidikan, komunitas vegetasi yang ditanam dengan keanekaragaman jenis dan karakter akan memberikan nilai ilmiah sehingga sangat berguna untuk pendidikan, seperti hutan kota merupakan laboratorium alam.
14. Sosial, politik, dan ekonomi. Tumbuhan mempunyai nilai sosial yang tinggi. Tamu negara datang misalnya menanam pohon tertentu di tempat yang sudah disediakan. Begitu pula vegetasi memberikan hasil yang mempunyai nilai ekonomi seperti bunga, buah kayu, dan sebagainya.
Bentuk-bentuk Hutan Kota
Menurut Dahlan (1992), hutan kota memiliki beberapa bentuk, yaitu:
1. Jalur Hijau
Jalur hijau di tepi jalan bebas hambatan yang terdiri dari jalur tanaman pisang dan jalur tanaman yang merambat serta tanaman perdu yang liat yang ditanam secara berlapis-lapis diharapkan dapat berfungsi sebagai penyelamat bagi kendaraan yang keluar dari badan jalan, sedangkan pada bagian yang lebih luar lagi dapat ditanami dengan tanaman yang tinggi dan rindang untuk menyerap pencemar yang diemisikan oleh kendaraan bermotor.
2. Taman Kota
Taman dapat diartikan sebagai tanaman yang ditanam dan ditata sedemikian rupa, baik sebagian maupun semuanya hasil rekayasa manusia untuk mendapatkan komposisi tertentu yang indah.
3. Kebun dan Halaman
Jenis tanaman yang ditanam di kebun dan halaman biasanya dari jenis yang dapat menghasilkan buah dan beberapa jenis lainnya. Halaman rumah dapat memberikan suatu kebanggaan tertentu. Halaman rumah ditata apik sedemikian rupa untuk mendapatkan citra, kebanggaan dan keindahan tertentu bagi yang empunya rumah maupun orang lain yang memandang dan menikmatinya.
4. Kebun Raya, Hutan Raya dan Kebun Binatang
maupun dari daerah lain, baik dari daerah lain di dalam negeri maupun di luar negeri.
5. Hutan Lindung
Jenis ke lima yaitu daerah dengan lereng yang curam harus dijadikan kawasan hutan karena rawan longsor. Demikian pula dengan daerah pantai yang rawan akan abrasi air laut, hendaknya dijadikan hutan lindung.
6. Kuburan dan Taman Makam Pahlawan
Pada tempat pemakaman banyak ditanam pepohonan. Nampaknya sebagai manifestasi kecintaan orang yang masih hidup terhadap orang yang sudah meninggal tak akan pernah berhenti, selama pohon tersebut masih tegak berdiri. Personifikasi ini nampaknya menyatakan bahwa dengan melalui tanaman dapat digambarkan bahwa kehidupan tidaklah berakhir dengan kematian, namun kematian adalah awal dari kehidupan
Faktor yang Mempengaruhi Kerusakan Pohon
Menurut Djafarudin (1996), secara alamiah yang termasuk pengganggu tanaman dapat dikelompokkan menjadi:
1. Pengganggu yang termasuk jasad hidup (organisme hidup-non biotis/ abiotis)
menggerek batang, ranting, buah atau biji; b) menghisap cairan sel-sel tanaman terutama daun; c) menyebabkan bengkak/ puru pada bagian tertentu; d) menyebabkan kanker pada batang/ bagian berkayu; e) meletakkan telur pada bagian tanaman, mengambil bagian tanaman untuk dijadikan sarang dan f) menularkan jasad pengganggu.
Gulma yaitu jasad pengganggu yang merupakan sebangsa jenis tumbuhan tingkat tinggi yang bukan termasuk ke dalam penyebab penyakit biotis. Gulma bersifat mengganggu, merugikan merusak kalau ditinjau dari segi sifat dan keberadaannya.
2. Pengganggu yang bukan jasad hidup
Bencana alam lingkungan seperti banjir, erosi, kekeringan, longsor yang disebabkan oleh faktor dan unsur iklim serta cuaca. Kekeliruan (yang bukan secara alamiah) yang secara tak langsung sebagai akibat tindakan kurang hati-hati atau kurang lengkapnya prasyarat tumbuh dan kesalahan budidaya.
kelembaban, suhu, sinar matahari dan hara tanah mempengaruhi tumbuhan inang maupun patogen. Interaksi ini sering digambarkan sebagai segitiga penyakit ” disease triangle” (Semangun, 1996).
Unsur lain yang berpengaruh terhadap kerusakan pohon yaitu kerusakan mekanis. Kerusakan mekanis pada pohon biasanya berbentuk suatu luka terbuka pada kulit kayu, walaupun ada pula kerusakan mekanis sampai menyebabkan matinya pohon yaitu karena disambar petir. Kerusakan mekanis pada pohon dapat terjadi disebabkan oleh tumbangnya suatu pohon yang menyebabkan luka pada kulit dan kayu pohon, kebakaran pada pohon, hujan es atau salju yang menyebabkan daun rontok dan sambaran petir (Soeratmo, 1974).
Menurut Widyastuti et.al. (2005) faktor abiotik penyebab kerusakan pohon adalah faktor fisik dan kimia penyusun lingkungan tempat tumbuh yang tingkat keberadaannya tidak mendukung pertumbuhan atau perkembangan normal pohon penyusun hutan.
a. Suhu
Tiap jenis tumbuhan mempunyai kisaran persyaratan suhu yang dapat ditoleransi dalam pertumbuhannya. Perubahan suhu yang melampaui batas toleransi akan menyebabkan tumbuhan mengalami penyimpangan fisiologis dan dapat menyebabkan kematian. Pertumbuhan pohon sangat peka terhadap suhu.
b. Kelembaban
Saat kelembaban nisbi tinggi, penguapan dari tumbuhan menjadi rendah, sehingga dapat terjadi penghambatan penyerapan hara. Kekurangan hara ini dapat berakibat gangguan formasi sel dan daun tumbuhan.
c. Iklim
Pada hutan yang jenis tumbuhan penyusunnya merupakan jenis eksotik atau dibangun pada lahan-lahan marginal maka faktor iklim atau faktor tempat tumbuh dapat merupakan faktor pembatas bagi pertumbuhan tanaman. Bila faktor tersebut berada di atas atau di bawah batas kemampuan adaptasi tumbuhan maka dapat terjadi kerusakan fisiologis atau mekanis.
d. Unsur hara
Kekahatan unsur hara dapat terjadi jika ketersediaan unsur hara dalam tanah tidak mencukupi jumlah yang diperlukan tumbuhan yang hidup di tempat tersebut. Selain itu kelebihan unsur hara juga mampu menyebabkan kerusakan pada tumbuhan akibat kerusakan sel secara langsung oleh unsur hara tertentu.
e. Polusi Udara
pada jaringan palisade dan jaringan yang lain. Peroxiasil nitrat jika terserap tumbuhan menyebabkan kerusakan jaringan parenkim daun. f. Kekurangan Oksigen
Kondisi kekurangan oksigen di alam secara umum berasosiasi dengan kelembaban tanah atau suhu uadara yang tinggi. Kombinasi antara kelembaban dan suhu yang tinggi dalam tanah atau udara menyebabkan kerusakan perakaran tumbuhan.
g. Cahaya
Kekurangan cahaya menghambat pembentukan klorofil dan merangsang pemanjangan ruas sehingga daun berwarna pucat, jaringan menjadi lemah dan daun serta bunga gugur lebih awal.
Tipe-tipe Kerusakan pada Pohon
Menurut Mangold, (1997), definisi kerusakan yang terdapat pada pohon dapat dideskripsikan sebagai berikut:
1. Kanker
Kanker mungkin dapat disebabkan oleh berbagai agen tetapi lebih sering disebabkan oleh jamur. Kulit kambium dimatikan dan diikuti dengan kematian kayu dibawah kulit. Matinya kayu di bawah kulit tersebut bisa disebabkan oleh penyebab kerusakan yang memang melakukan penetrasi hingga ke kayu. Hal ini menimbulkan daerah jaringan yang mati akan semakin dalam dan luas atau membentuk gall yang disebabkan oleh jamur karat pada akar, batang atau cabang.
Tubuh buah pada batang utama, batang tajuk dan pada titik percabangan adalah indikator lapuk kayu ”Punky Wood” atau kayu gembol timbul bila ada lubang yang besarnya lebih dari lebar suatu pensil terjadi pada batang utama. Kayu gembol merupakan petunujuk adanya jaringan kayu yang lunak, sering mengandung air dan mengalami degradasi. Suatu luka terbakar pada pangkal suatu pohon adalah juga merupakan indikator lapuk. Lubang (rongga) di dalam batang utama dari cabang tua adalah juga lapuk. Tunggak-tunggak lapuk yang terkait dengan regenerasi melalui trubus. Busuk ada dua macam penyebabnya, yaitu busuk kering dan busuk basah. Penyakit busuk ini meyerang akar, batang, kuncup dan buah (Pracaya, 2003).
3. Luka Terbuka
Suatu luka atau serangkaian luka yang ditunjukkan dengan mengelupasnya kulit atau kayu bagian dalam telah terbuka dan tidak ada tanda lapuk lanjut. Luka pangkasan yang memotong ke dalam kayu batang utama dikodekan sebagai luka terbuka, jika memenuhi nilai ambang tetapi luka-luka yang tidak mengganggu keutuhan kayu batang utama dikeluarkan (tidak termasuk).
4. Resinosis atau gumosis
Daerah resin atau gum (cairan) eksudasi pada cabang atau batang. 5. Batang patah
6. Brum pada akar atau batang
Munculnya tunas-tunas baru pada akar atau batang secara abnormal yang menghambat proses penyaluran hasil metabolisme.
7. Akar Patah atau Mati
Akar-akar di luar 0,91 m dari batang yang terluka atau mati.
8. Mati ujung
Kematian dari ujung batang tajuk yang disebabkan oleh salju, serangga, penyakit atau sebab-sebab lainnya.
9. Cabang Patah atau mati
Cabang yang patah atau mati. Cabang mati terdapat pada batang atau batang tajuk di luar daerah tajuk hidup tidak dikodekan.
10.Percabangan berlebihan atau brum di dalam darah tajuk hidup.
Brum adalah suatu gerombolan ranting yang padat, tumbuh di suatu tempat yang sama terjadi di dalam darah tajuk hidup. Termasuk struktur vegetatif dan organ yang bergerombol tidak normal.
11.Kerusakan kuncup daun atau tunas
Termakan serangga, terkerat atau daun terkeliat, kuncup atau tunas terserang > 50%, pada sekurang-kurangnya 30% dari daun, kuncup atau tunas.
12.Perubahan warna daun
pengamat tidak yakin bahwa warna daun itu hijau, maka anggaplah warna itu hijau dan bukan warna lain.
13. Lain-lain
Digunakan bila tidak ada penjelasan lain yang lebih sesuai.
Aplikasi SIG untuk Pemetaan Sebaran Pohon Di Universitas Sumatera Utara
Menurut Anam (2005), sistem informasi geografis (SIG) adalah suatu komponen yang terdiri dari perangkat keras, perangkat lunak, data geografis dan sumberdaya manusia. Lebih lanjut Budiyanto (2002) menyatakan bahwa SIG mempunyai kemampuan untuk menghubungkan berbagai data pada suatu titik tertentu di bumi, menggabungkannya, menganalisa dan akhirnya memetakan hasilnya. Dengan kemampuan tersebut, maka SIG dapat digunakan untuk mengetahui perubahan tutupan lahan pada hutan mangrove.
METODE PENELITIAN
Tempat dan waktu
Penelitian ini akan dilakukan di Universitas Sumatera Utara Medan. Penelitian ini dimulai dari awal Juni 2013 sampai dengan selesai.
Alat
Alat penelitian yang digunakan antara lain: binokuler, pita diameter, Walking stick, GPS (Global Positioning System), tally sheet, kamera digital dan alat tulis menulis.
Prosedur Penelitian
1. Jenis dan Cara Pengambilan Data
lapangan antara lain: jenis pohon, diameter, tinggi total, kondisi kerusakan pohon dan koordinat pohon yang mengalami kerusakan.
Data kerusakan pohon diambil secara sensus dan dicatat diameter, tinggi
dan kondisinya serta diambil koordinatnya. Pengukuran diameter dan tinggi ini
diperlukan untuk mengetahui indikator pertumbuhannya. Pohon yang sehat dan
mati tidak dihitung karena tidak termasuk pohon yang mengalami kerusakan.
Dalam metode Forest Health Monitory (FHM), tanda dan gejala kerusakan dicatat
berdasarkan definisi kerusakan tersebut dapat mematikan pohon atau
mempengaruhi kemampuan hidup jangka panjang pohon tersebut.
Tabel 1. Kebutuhan Data
No Nama data Jenis data Sumber data Tahun
1 Peta persebaran pohon di USU
Sekunder Penelitian sebelumnya
2013
2 Data Jenis Pohon di USU Sekunder Penelitian lapangan/skripsi
2013
3 Diameter, tinggi dan Kondisi kerusakan pohon
Primer Analisis dan
perhitungan
2013
4 Titik GPS koordinat pohon yang mengalami kerusakan
Primer Penelitian lapangan
2013
2. Analisis Kerusakan Pohon
berdasarkan indikator kerusakan pohon, dan kemungkinan-kemungkinan lainnya penyebab kematian pohon (Mangold, 1997).
Variabel kerusakan pohon yang diamati meliputi tipe kerusakan, lokasi kerusakan, dan kelas keparahan. Jika dalam satu pohon terdapat lebih dari tiga kerusakan, yang dicatat adalah tingkat kerusakan yang paling parah. Jika nilai kerusakan suatu pohon dinyatakan dalam suatu fungsi, dapat dinyatakan sebagai berikut (Mangold, 1997):
Kerusakan = fx (A, B, C) dengan
A : tipe kerusakan B : lokasi kerusakan C : keparahan kerusakan Tipe Kerusakan
Tipe-tipe kerusakan pohon menurut Mangold (1997) terdiri atas kanker, busuk hati (konk), luka terbuka, resinosis atau gumosis, batang patah, brum pada akar atau batang, akar patah atau mati, mati ujung, cabang patah atau mati, brum pada cabang atau daerah di dalam tajuk, kerusakan daun, dan perubahan warna daun yang disajikan dalam Tabel 2 sebagai berikut.
Tabel 2 . Tipe-Tipe Kerusakan pada Tubuh Pohon
No Tipe Kerusakan Gejala* Penyebab*
1 Kanker Pembengkakan jaringan kayu
pada akar, batang atau dahan yang mengakibatkan jaringan kayu menjadi lunak, rapuh dan retak-retak
a. Terjadi pembusukan pada pangkal batang.
b. Adanya daun-daun pada tajuk yang menguning dan mengering
Jamur
pada kulit kayu yang mengelupas.
b. Terbuka lapisan kayu bagian dalam
c. Tidak adanya tanda-tanda pelapukan
benda tajamdan tusukan paku pada kulit kayu.
4 Eksudasi (Resinosis dan gumosis
Pecahnya jaringan kayu pada batang yang memicu keluarnya cairan berupa getah berwarna putih (eksudasi).
Organisme patogen yang menginfeksi luka terbuka.
5 Batang patah kurang dari 0.91 cm
Batang yang patah dengan jarak > 0,91 cm dari pangkal batang.
Pemotongan secara
Munculnya tunas-tunas baru pada akar atau batang secara abnormal yang menghambat penyaluran kurang dari 0.91 cm
Akar yang patah atau mati dengan jarak > 0,91 cm dari pangkal batang.
No Tipe Kerusakan Gejala* Penyebab*
8 Hilangnya ujung
dominan (mati ujung)
Kerusakan jaringan pada akar dan batang yang menyumbat
Lapuknya cabang pohon Hujan deras disertai angin tanpa hujan,
Percabangan yang berkelibihan di dalam daerah tajuk
Faktor genetik
11 Kerusakan daun Adanya bercak daun (leaf spot) dan bercak berlubang (spot hole)
a. Jamur atau hama serangga seperti ulat dan belalang b. Pencemaran
udara 12 Daun berubah warna
(tidak hijau)
mineral,
Keterangan: *) Gejala dan penyebab tipe kerusakan berdasarkan keterangan Khoiri (2004), Miardini (2006), dan Soetrisno (2001).
Setiap tipe kerusakan tersebut dinyatakan dengan kode berupa angka yang telah ditetapkan di dalam Mangold, (1997). Seluruh kode tipe kerusakan pohon ditunjukkan pada Tabel 3.
Tabel 3. Kode Tipe Kerusakan pada Tubuh Pohon
No Tipe Kerusakan Kode
1 Kanker, gol (puru) 1
2 Busuk Hati, Tubuh buah (badan buah), dan indikator lapuk lanjut
2
3 Luka Terbuka 3
4 Eksudasi (Resinosis dan gumosis 4
5 Batang patah kurang dari 0.91 cm 11
6 Brum pada akar atau batang 12
7 Akar patah atau mati kurang dari 0.91 cm 13
8 Hilangnya ujung dominan (mati ujung) 21
9 Cabang patah atau mati 22
10 Brum pada cabang atau daerah dalam tajuk 23
11 Kerusakan daun 24
12 Daun berubah warna (tidak hijau) 25
Sumber : Mangold (1997)
Lokasi Kerusakan
Lokasi kerusakan yang diamati adalah seluruh bagian tubuh pohon dari daun
hingga akar, seperti permukaan akar dengan tinggi 30 cm di atas permukaan tanah,
batang antara pangkal akar (tunggak) dan dasar tajuk hidup), bagian bawah dan
bagian atas batang, bagian atas batang (setengah bagian atas dari batang antara
pangkal akar (tunggak) dan dasar tajuk hidup), batang tajuk (batang utama di dalam
daerah tajuk hidup dan di atas dasar tajuk hidup), cabang (lebih besar 2,54 cm pada
titik percabangan terhadap batang utama atau batang tajuk di dalam daerah tajuk
hidup), dan daun . Selanjutnya, setiap lokasi kerusakan pohon dinyatakan dengan
kode berupa angka yang telah ditetapkan dalam Mangold, (1997) sebagai berikut
(Tabel 4).
Tabel 4. Kode Lokasi Kerusakan pada Tubuh Pohon
No Lokasi Kerusakan Kode
1 Sehat ( tidak ada kerusakan) 0
2 Akar (terbuka) dan pangkal akar dengan tinggi 30 cm di atas tanah 1
3 Akar dan batang bagian bawah 2
4 Batang bagian bawah (setengah bagian bawah dari pangkal bagian bawah antara pangkal akar dan setengah tajuk hidup
3
5 Bagian bawah dan bagian atas batang 4
6 Bagian atas batang (setengah bagian atas dari pangkal antara pangkal akar dan setengah tajuk hidup
5
Penilaian kerusakan fisik pohon berdasarkan nilai ambang batas keparahan
dilakukan dengan mengklasifikasikan nilai ambang batas keparahan yang diperoleh
ke dalam kelas interval 10% hingga 99% (Tabel 5). Nilai keparahan kerusakan yang
keparahan kerusakan yang diamati adalah minimal 1%. Untuk beberapa tipe
kerusakan seperti busuk hati, brum atau percabangan yang berlebihan, dan patah pada
batang yang berlokasi kurang dari 0,91 m dari batang, nilai kerusakan yang diamati
adalah lebih dari atau sama dengan 20%.
Tabel 5. Kualifikasi Kelas Keparahan Menurut Kode Tipe Kerusakan
No Tipe Kerusakan Kelas
2 Busuk Hati, Tubuh buah (badan buah), dan indikator lapuk lanjut
Nihil* 2
10 Brum pada cabang atau daerah dalam tajuk
20% 23
11 Kerusakan daun 20% 24
12 Daun berubah warna (tidak hijau) 30% 25
Keterangan : *) ≥ 20 % untuk akar, batang dan cabang jika < 0.91 batang dan > 0.91 untuk akar berdasarkan ketentuan Mangold, (1997)
Kemudian, nilai keparahan kerusakan yang telah diperoleh diklasifikasikan ke dalam kode keparahan kerusakan berdasarkan kelas keparahan menurut Mangold. (1997) sebagai berikut (Tabel 6).
Tabel 6. Kode Kelas Keparahan Kerusakan Pohon
Hasil evaluasi dari seluruh variabel kerusakan pohon (tipe kerusakan, lokasi kerusakan dan kelas keparahan) dianalisis dengan menggunakan bobot indeks kerusakan sebagai berikut.
Tabel 7. Bobot Indeks Kerusakan Pohon
No Tipe kerusakan Lokasi kerusakan Kelas keparahan
Kode Bobot Kode Bobot Kode bobot
Sumber : Mangold, (1997)
Analisis Data
Menurut Mangold (1997) penilaian kerusakan digunakan kriteria-kriteria
berdasarkan metode FHM. Data yang diperoleh dari dari penilaian kerusakan dihitung
nilai indeks kerusakannya dengan kode dan bobot nilai indeks kerusakan (NIK). Hasil
perhitungan akhir dapat diketahui NIK (Kelas sehat, kelas ringan, kelas sedang dan
kelas berat).
NIK =
Σ
(xi.yi.zi)Keterangan:
NIK : Nilai Indeks Kerusakan pada level pohon
xi : Nilai bobot pada tipe kerusakan
zi : Nilai bobot pada keparahan kerusakan
. : Perkalian
Selanjutnya dapat diketahui kelas kerusakan pohon berdasarkan bobot nilai
indeks dengan kriteria sebagai berikut:
Kelas sehat : 0 sampai ≤ 5
Kelas kerusakan ringan : > 5 sampai ≤ 10
Kelas kerusakan sedang : > 10 sampai ≤ 15
Kelas kerusakan berat : > 15 sampai 21
Tabel 8. Tally sheet Penilaian Kerusakan Pohon No Jenis
Kerusakan 1 Kerusakan 2 Kerusakan 3
A B C A B C A B C
Keterangan :
A : Lokasi kerusakan
B : Tipe kerusakan
C : Kelas keparahan Kerusakan
Gambar 1. Flowchart prosedur penelitian
HASIL DAN PEMBAHASAN
Identifikasi dan Sebaran Pohon
Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan terhadap pohon-pohon yang termasuk ke dalam kategori kerusakan ringan s.d kerusakan berat, maka diperoleh hasil identifikasi dan sebaran pohon pada beberapa lokasi di Universitas Sumatera Utara yang disajikan pada Tabel 9.
Tabel 9. Identifikasi Jenis dan Sebaran Pohon Pada Lokasi Pengamatan di Universitas Sumatera Utara
No Jenis Jumlah Sebaran
1 Mahoni (Swetenia mahogani) 23 A,E,C,M,O
2 Jati (Tectona grandis) 8 D,F,G
7 Nangka (Artocarpus heterophyllus) 1 M
Berdasarkan Tabel 9 diatas, jenis yang paling banyak ditemui berada dalam kondisi rusak ringan s.d berat adalah jenis Mahoni (Swetenia mahogani) dengan jumlah 23 pohon.
Hasil pengamatan dan survey di lapangan disajikan dalam bentuk peta penyebaran pohon sakit di beberapa tempat di Universitas Sumatera Utara dengan kriteria ketinggian 25 mdpl. Pada Gambar 2 diatas menunjukkan bahwa areal pengamatan kualitas pohon yang memiliki unit sampel terbanyak adalah areal Pendopo USU. Berdasarkan pengamatan visual areal Pendopo USU adalah salah satu tempat yang memiliki vegetasi penutupan lahan berupa pohon yang terluas di dalam USU selain Hutan Tridaharma USU. Rata-Rata vegetasi penutup lahan di area Pendopo USU adalah pohon dengan jenis Mahoni (Swetenia mahogani). Keberadaan jenis Mahoni yang tergolong rapat ini sangat memungkinkan untuk terjadinya penularan penyakit antar pohon Mahoni. Hal ini diketemukan berdasarkan pengamatan di lapangan dan hasil pada Gambar 2 menunjukkan ada indikasi penularan penyakit dari satu Mahoni kepada Mahoni yang lain berdasarkan data kerusakan Mahoni (terlampir) yang terdapat di lokasi Pendopo USU. Adapun gejala serangan pada seluruh spesies Mahoni adalah hamper sama yakni serangan pada daun dan batang serta cabang-cabang yang kering dan mudah lapuk (rapuh). Jenis dengan angka pohon sakit yang terendah ditemukan dari jenis mangga (Mangifera indica) dan nangka (Artocarpus heterophyllus) Adapun areal persebaran mangga dan nangka tersebut terletak di pintu 1 USU.
indikasi penyebaran penyakit pada jenis Gmelina arborea dan Mahoni. Dengan keberadaan yang cukup dekat dalam jumlah yang banyak, penyakit dapat menular dari satu pohon ke pohon lainnya. Yunasfi (2007) mengatakan bahwa Pada penyebab penyakit yang menular, penyakit dapat berkembang biakpada suatu pohon. Penyebab penyakit ini dapat berkembang dan menyebar secaraaktif dari satu pohon ke pohon yang lain melalui tanah, pertautan akar, pertautandaun, atau menyebar secara pasif dari satu tanaman ke tanaman lain karenaterbawa oleh angin atau aliran pada permukaan tanah, selokan atau sungai.Beberapa jenis patogen dapat terbawa oleh serangga, nematoda atau burung. Sehingga dengan persebaran yang cukup dekat dan sejenis akan semakin mempercepat penyebaran dan infeksi pada pohon oleh patogen tersebut.
Distribusi Jenis Pohon Berdasarkan Kelas Kerusakan
Jenis-jenis pohon di Universitas Sumatera Utara yang telah diidentifikasi mengalami gangguan/kerusakan dapat dilihat pada Gambar 2 dibawah ini :
Gambar 3. Distribusi Jenis Pohon Berdasarkan Kelas Kerusakan (Mangold, 1977)
1
Jati Jati Putih Asam Jawa
Cemara Kipas Tanjung Glodokan Tiang
Jenis-jenis pohon berdasarkan kelas kerusakan dapat dilihat pada Tabel 10 dibawah ini :
Tabel 10. Klasifikasi Pohon Berdasarkan Kelas Kerusakan
No Jenis Pohon Kelas Kerusakan Jumlah
Sehat Ringan Sedang Berat
Tipe kerusakan konk atau busuk hati, dan indikator lapuk lanjut cukup banyak terdapat pada pohon-pohon yang termasuk dalam kerusakan kategori rendah. Tipe kerusakan ini disebabkan oleh jamur yang mengakibatkan meningkatnya risiko penurunan penyerapan air dan unsur hara (Miardini, 2006). Kerusakan lain yang ditemukan adalah kerusakan berupa batang yang patah, yang dapat disebabkan oleh aktivitas manusia atau hewan (Mangold (1997) dalam Miardini (2006)). Sementara kerusakan berupa brum (percabangan berlebihan) pada akar atau batang hanya sedikit ditemukan jika dibandingkan dengan persentase luka terbuka. Penyebab timbulnya brum adalah serangan hama ulat pada pucuk tanaman (Soetrisno, 2001), sementara penyebab luka terbuka adalah tergores benda tajam (Khoiri, 2004).
apda pohon dapat menimbulkan yang merugikan bagi pohon. Pada Gambar 1, sebagian besar pohon yang diteliti tergolong dalam kategori kerusakan ringan. Adapun kerusakan ringan terbanyak terdapat pada pohon Mahoni (Swetenia mahogani) sebanyak 21 pohon. Hal ini menunjukkan jenis Mahoni rentan terhadap serangan yang dapat merusak pohon tersebut. Berdasarkan data penelitian (terlampir) didapati bahwa kerusakan yang paling banyak dijumpai pada jenis Mahoni adalah kerusakan daun dan cabang yang mati. Mahoni yang mengalami kerusakan ini pada umumnya berdasarkan pengamatan di lapangan berada di lokasi yang berdekatan (kumpulan). Jarak antar pohon sejenis yang saling berdekatan juga dapat menigkatkan penularan penyakit yang mengakibatkan kerusakan pada pohon-pohon yang lain. Hal tersebut sesuai dengan Yunasfi (2007) yang manyatakan bahwa kekhasan penyakit menular adalah interaksi terjadi yang terus menerus penyebab penyakit pada suatu pohon. Proses interaksi tersebut dalam banyak hal dapat menyebabkan gejala timbulnya yang dapat dilihat dari luar.
pembengkakan jaringan kayu pada batang bagian tengah dan setengah tajuk hidup pada Mahoni tersebut yang mengakibatkan jaringan kayu menjadi lunak, rapuh dan retak-retak.
Gambar 4. Luka terbuka pada jenis Mahoni (Swetenia mahogani)
sedang mengalami gejala serangan penyakit oleh patogen yakni kanker yang mengganggu proses fisiologis dari pohon Mahoni tersebut.
Berdasarkan data penelitian yang diperoleh (terlampir) dan pengamatan pada jenis-jenis pohon di lapangan dapat diketemukan bahwa gangguan umum yang sering ditemukan pada jenis pohon yang mengalami kerusakan terletak pada daun dan cabang. Perubahan yang terjadi pada daun berupa perubahan warna dan bentuk daun. Menurut standar Forest Health Monitoring dalam Mangold (1977), pada umumnya kerusakan pada daun mencakup perubahan warna hijau menjadi non-hijau (abnormal) kecuali pada spesies tertentu (contoh : mangga) dan perubahan bentuk daun menjadi berkerut, mengeriting atau menguncup dari bentuk normal. Sedangkan pada cabang, gangguan umum yang dapat ditemukan pada sampel pohon kurang sehat adalah matinya cabang dan lapuknya cabang sehingga mudah patah.
Gejala spesifik kerusakan pohon yang ditemukan di lapangan sangatlah penting untuk proses penanganannya agar tidak semakin meluas dan memburuk. Identifikasi kerusakan pohon juga penting pengendalian penyebaran penyakit dan gangguan. Gejala spesifik pada berbagai jenis pohon yang masuk dalam kategori sakit (mengalami kerusakan) adalah sebagai berikut :
a. Pohon Saga (Adenanthera pavonina )
pada pohon Saga (Adenanthera pavonina) oleh patogen. Serangan patogen ini diindikasikan berawal dari luka-luka terbuka oleh bekas-bekas paku yang ditemukan pada batang Saga (Adenanthera pavonina). Proses fisiologis pohon yang terganggu akibat serangan patogen ini adalah rusaknya daun dan cabang-cabang pohon yang berfungsi dalam mencari makanan dari proses fotosintesis. Berdasarkan pengamatan penyakit di lapangan, terdapat beberapa jenis Saga (Adenanthera pavonina) yang ditemukan memiliki gejala eksudasi mengalami gugur daun dan cabang dimana keadaan daun tersebut tidak lagi berwarna hijau dan kehilangan tekanan turgor (bentuk daun mengkerut dan keriting pada bagian tepinya).
(a) (b)
Gambar 5. (a) Eksudasi pada batang Saga, dan (b) Kerusakan daun dan cabang yang mati pada Saga dan Brum pada tajuk hidup
Serangan patogen yang diduga menjadi penyebab kering dan matinya cabang pada pohon Saga
b. Pohon Mahoni (Swetenia mahogani )
gangguan kesehatan terbanyak dengan jumlah sampel sebanyak 21 pohon dengan kelas kerusakan ringan sampai sedang.
Gambar 6.Gejala kanker (bengkak) pada batang Mahoni
Gambar 8. Cabang/ranting Mahoni mengalami kerapuhan dan gejala mati ujung Berdasarkan Gambar 7 dan 8, dapat dilihat bahwa gejala seperti daun menjadi kering dan hilangnya daun pada beberapa cabang yang berlanjut sampai rapuhnya cabang tersebut menunjukkan bahwa terjadi gangguan fisiologis pada Pohon Mahoni. Hal ini menyebabkan proses fostosintesis akan terganggu. Matinya cabang-cabang pada Pohon Mahoni (Gambar 8) adalah gejala lanjutan akibat kematian jaringan daun (Gambar 7). Hal inilah yang secara lambat laun akan menjadikan pohon tersebut mati. Apabila tidak ditangani dengan baik, besar kemungkinan patogen yang menyerang pohon Mahoni yang telah mati tersebut dapat menginfeksi pohon Mahoni lainnnya terutama yang berada dekat dengannya.
c. Pohon Ketapang ( Terminalia cattapa )
Berdasarkan Gambar 9, ditunjukkan bahwa, daun Ketapang mengalami perubahan warna. Adanya perubahan warna ini mengindikasikan terjadinya gangguan secara fisiologi pada pohon Ketapang tersebut. Perubahan warna tesebut dapat disebabkan oleh faktor adanya patogen, gangguan lingkungan dan genetic dari pohon tersebut.
Gambar 10. Daun Ketapang yang berlubang-lubang
Faktor lain dari inang yang berpengaruh terhadap kemungkinan terserangnya sutu penyakit adalah kesehatan tanaman inang. Tanaman yang sehat merupakan tanaman yang mempunyai pertumbuhan baik (daun dan batang segar), batang lurus, tajuk lebat dan tidak terserang hama dan penyakit. Kemungkinan tidaknya tanaman menderita penyakit juga dipengaruhi ketahanan tumbuhan (senjata yang dimiliki) tersebut untuk mencegah timbulnya penyakit. Dikenal 2 (dua) mekanisme pertahanan yang dimiliki tumbuhan pada saat pra-infeksi maupun pasca infeksi yaitu pertahanan Fisik-mekanik dan pertahanan Biokimia.
Gambar 12. (a) Perubahan warna daun pada Cemara, (b) gulma pada cabang cemara
Perubahan warna daun pada Cemara lebih disebabkan oleh gangguan berupa gulma pada batang dan dahan Cemara. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 12b. Berbeda dengan hama dan penyakit tanaman, pengaruh yang diakibatkan oleh gulma tidak terlihat secara langsung dan berjalanlambat. Namun, secara keseluruhan kerugian yang ditimbulkansangat besar. Gulma mampu berkompetisi kuat dengan tanamanbudi daya untuk memenuhi kebutuhan unsur hara, air, sinarmatahari, udara, dan ruang tumbuh. Sehingga, jaringan pada beberapa cabang pada Cemara mengalami gangguan fisiologis yang apabila tidak dikendalikan dapat menyebabkan matinya pohon tersebut.
e. Pohon Jati ( Tectona grandis )
tampak layu dan mulai berubah warna. Hal ini sesuai dengan Ismael dna Anggraini (2008) yang menyatakan bahwa gejala penyakit layu pada jati diawali dengan timbulnya kelayuan, kelayuan ini bisa secara temporer atau permanen.Layunyabagian daun dapat serentak ataupun perlahan-lahan, dimulai dari pada bagian daun tua atau pucuk lama-kelamaan seluruh daun layu dan berwarna kuning kecoklat-coklatan dan menghitam seperti terbakar, daun luruhyang diikuti dengan kematian tanaman dalam waktu yang relatif singkat.
Gambar 14. Mati ujung pada tanaman Jati f. Pohon Jati Putih ( Gmelina arborea )
Gambar 15. Gejala defoliasi ditandai dengan daun menggulung dan mongering
Gejala tersebut dikenal dengan istilah defoliasi (pengguguran daun). Serangan hama danpenyakit ini berkembang sangat cepat karena didukung oleh faktor lingkungan yaitu pada saat terjadiserangan sedang musim kemarau panjang, ini ditunjukkan oleh cepatnya proses daun gugur dan tanamanmati. Berdasarkan Gambar 15, ditemukan bahwa daun Gmelina mengalami kekeringan dengan menggulung dan warna daun berubah menjadi coklat. Pada daun tersebut juga terdapat bercak-bercak berwarna kecoklatan berupa titik-titik pada bagian tengah daun. Mindawati (2011) menjelaskan bahwa serangan penyakit daun pada gmelina diawali denganmunculnya bercak-bercak klorosis berwarna kuning kecoklatan pada permukaan daun yang dimulai daripangkal. Perkembangan selanjutnya warna bercak menjadi coklat tua agak kehitam-hitaman, busukkebasahan, melebar yang pada akhirnya seluruh permukaan daun dipenuhi oleh bercak hitam, akibatnyadaun rontok
Gambar 16. Daun Gmelina arborea yang berubah warna
Akibatnya, daun yang berguguran tersebut akan menyebabkan kematian pada ranting/cabang dimana daun tersebut dahulu berada. Hal ini jelas berdampak pada kesehatan tanaman. Barnett dan Hunter (2006) menyatakan bahwa Fotosintesa merupakan fungsi dasar tumbuhan hijau yang membuatnya dapat merubah energicahaya menjadi energi kimia yang selanjutnya digunakan tanaman dalam aktivitas sel. Mengingatpentingnya peranan fotosintesa dalam kehidupan tanaman, maka jelawlah bahwa apabila terjadigangguan oleh hama dan patogen penyakit terhadap fotosintesa akan menyebabkan sakit pada tanaman.
g. Pohon Asam Jawa ( Tamarindus indica )
mempengaruhi kesehatan pohon tersebut. Seperti yang diketahui bahwa fungsi daun adalah sebagai penghasil energi melalui proses fotosintesis. Apabila proses ini terganggu maka, pohon pun tidak dapat berfungsi secara optimal dan akan menggangu jaringan lain pada pohon. Infeksi patogen dapat terjadi melalui pucuk, daun maupun luka pada pohon Asam Jawa akibat interaksi dengan manusia.
h. Pohon Nangka ( Artocarpus integer )
Gambar 18. Cabang dan ranting pohon Nangka yang rapuh dan mati
(2008) menyatakan bahwa penyakit sebenarnya adalah suatu proses dimana bagian-bagian tertentu dari organisme tidak dapat menjalankan fungsinya secara normal dengan sebaik-baiknya karena adanya suatu gangguan.
i. Pohon Mangga ( Mangifera indica )
Pada Gambar 19, gangguan yang terjadi pada tanaman Mangga adalah nekrosis (matinya jaringan) dan perubahan warna pada daun. Gejala lanjutan yang dapat ditimbulkan oleh gejala awal tersebut adalah matinya bagian pohon yang tampak seperti pada Gambar 19 yakni hilangnya tajuk hidup dan rapuhnya cabang/dahan pada pohon Mangga tersebut. Gangguan ini dapat disebabkan oleh penyakit (patogen) ataupun manusia (vandalisme). Akan tetapi perlu dicermati bahwa apabila ini terjadi karena sernagan patogen, maka secepatnya perlu dilakukan tindakan penganganan untuk meminimalisir penyebaran penyakit terhadap pohon lainnya.
Gambar 19. Cabang Mangga yang rapuh dan mati
Berdasarkan Gambar 20, ditemukan bahwa terjadi perubahan warna dan bentuk pada daun Kupu-Kupu. Perubahan fisiologis ini dpat disebabkan oleh adanya interaksi pohon tersebut dengan patogen (infeksi patogen). Patogen tersebut dapat berupa jamu, fungi, virus ataupun bakteri. Proses fisiologis yang terganggu adalah proses fotosintesis. Apabila proses ini terganggu maka dapat menyebabkan kerusakan lain pada pohon tersebut. Kerusakan atau gangguan pada cabang/ranting yang mengakibatkan jaringan cabang mati kemudian rapuh merupakan gejala adanya patogen pada jaringan pohon tersebut yang apabila dibiarkan dapat menyebabkan kematian dan penularan pada pohon lain disekitarnya.
Gambar 20. Daun Kupu-Kupu yang menguning dan kering
Gambar 21. Hilangnya tajuk hidup dan kematian ranting/cabang Angsana Terjadinya gangguan berupa malformasi pada Angsana disebabkan karena karat daun. Hal tersebut sesuai dengan Anggraeni (2011) yang menyatakan bahwa gejala terserang karat daun adalah apabila yang terserang penyakit bagian tangkai daun majemuk atau tajuk maka bagian tersebut agak membengkok karena adanya penebalan dan pembengkakan kemudian tajuk daun menggulung berubah bentuk (malformasi) tanpa daun lagi. Serangan pada daun diawali dengan bentuk daun agak mengeriting, tangkai daun terbentuk tumor. Jika tanaman mengalami serangan yang parah, maka seluruh bagian tanaman dipenuhi oleh tumor, kemudian daun mengering mengalami kerontokan, diikuti oleh batang dan cabang pohon dan akhirnya tanaman mati.
menghitam, daun gugur sebelum waktunya atau pada daun timbul lubang karena gall luruh.
Gangguan hama dan patogen pada pohon. menyebabkan gangguanpada proses fotosintesis yang terlihat dari adanya gejala nekrotik dan klorosis yang terjadi pada daun yangterinfeksi. Pada tingkat serangan lanjut akan mengakibatkan kerusakan jaringan daun sehingga prosesfotosintesis akan menurun bahkan seluruh proses fotosintesis pada daun tidak terjadi. Hal inilah yangmenyebabkan aktivitas sel terhenti yang akhirnya tanaman mati.Hama dan penyakit pada gmelina di atas perlu segera dicari cara pengendaliannya agar tidakmengganggu proses pertumbuhan tanaman di lapangan. Beberapa pengendalian yang perlu dicobakanadalah pengendalian baik secara kimia dan biologi.Fotosintesa merupakan fungsi dasar tumbuhan hijau yang membuatnya dapat merubah energicahaya menjadi energi kimia yang selanjutnya digunakan tanaman dalam aktivitas sel. Mengingatpentingnya peranan fotosintesa dalam kehidupan tanaman, maka jelawlah bahwa apabila terjadigangguan oleh hama dan patogen penyakit terhadap fotosintesa akan menyebabkan sakit pada tanaman.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Jenis-jenis pohon di Universitas Sumatera Utara yang mengalami kerusakan/gangguan dalam skala ringan s.d sedang adalah jenis Mahoni, Saga, Ketapang, Asam Jawa, Glodokan Tiang, Mangga, Nangka, Jati, Gmelina arborea,
2. Jenis kerusakan pohon yang paling sering ditemui adalah kanker, kerusakan daun, dan cabang yang patah atau mati.
3. Persebaran pohon sakit di USU paling banyak ditemukan pada area Pendopo yang didominasi oleh jenis Mahoni (Swetenia mahogani).
Saran
DAFTAR PUSTAKA
Adinugroho, W. C. 2008. Konsep Timbulnya Penyakit Tanaman. Mayor Silvikultur Tropika. Bogor.
Agrios, G.N. 2005.Plant Pathology . 5 eds. ElsevierAcademic Press. USA.
Anggraeni, I. 2011. Penyakit Karat Tumor Pada Sengon. Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan. Jakarta.
Anam, S. 2005. Menggunakan ArcInfo untuk Proyeksi Peta. Penerbit Informatika. Jakarta.
Barnett, H.L. and B.B. Hunter (2006).Illustrated Genera of Imperfect Fungi . Fourth edition. TheAmerican Phytopathology Society St. Paul, Minnesota. - USA.
Budiyanto, E. 2002. Sistem Informasi Geografis Menggunakan ArcView GIS. Penerbit Andi Yogyakarta. Yogyakarta.
Dahlan EN. 1992. Hutan Kota Untuk Pengelolaan dan Peningkatan Kualitas Lingkungan.APHI. Jakarta:.
Djafaruddin. 1996. Dasar-dasar Perlindungan Tanaman . PT Bumi Aksara. Jakarta.
Eckbo, G. 1986. The Art of home Landscaping. McGraw-Hill Book Company.NewYork.
Ismael, B dan Anggraini I. 2008. Identifikasi Penyakit Jati (Tectona Grandis) Dan Akasia(Acacia Auriculiformis) Di Hutan Rakyat KabupatenWonogiri, Jawa Tengah. Jurnal Pemuliaan Tanaman Hutan Vol. 2 No 1, Juli 2008Balai Besar Penelitian Bioteknologi Dan Pemuliaan Tanaman Hutan : Bogor.
Khoiri, S. 2004. Studi Tingkat Kerusakan Pohon di Hutan Kota Srengseng JakartaBarat. Skripsi. Jurusan Konservasi Sumberdaya Hutan. FakultasKehutanan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Tidak Dipublikasikan.
Miardini, A. 2006. Analisis Kesehatan Pohon di Kebun Raya Bogor. [Skripsi]. Bogor: Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata. Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor.
Mindawati, N. 2011. Serangan Hamadan Penyakit PadaGmelina (Gmelina Arborea Roxb.) Di Hutan Rakyat.Pusat Penelitian dan Pengembangan Peningkatan Produktivitas Hutan. Bogor.
Nowak DJ. 2004. The Effect Of Urban Trees On Air Quality. www.earthowners.net/effect on urban areas.htm. [12 Maret 2013].
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.63 Tahun 2002 Tentang Hutan Kota.
Pracaya. 2003. 1984. Hama dan Penyakit Tanaman. Penebar Swadaya. Jakarta.
Setiawan, A. I. 1994. Penghijauan dengan Tanaman Potensial. Penebar Swadaya. Jakarta.
Semangun. 1996. PengantarIlmu Penyakit Tumbuhan. Gajah Mada University Press. Yogyakarta.
Soemarwoto. 2004. Ekologi dalam pembangunan Berwawasan Lingkungan. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Soetrisno, H. 2001. Patologi Hutan. Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Soeratmo, F. G. 1974. Perlindungan Hutan. Proyek Peningkatan Mutu. PerguruanTinggi Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Widyastuti, Sumardi, Harjono. 2005. Patologi Hutan. Gadjah Mada UniversityPress. Yogyakarta.