Manfaat dari Penelitian ini adalah untuk memberikan informasi sebaran kesehatan dan kerusakan pohon yang ada di Universitas Sumater Utara.
TINJAUAN PUSTAKA
Hutan Kota
Hutan kota adalah suatu hamparan lahan yang ditanami pepohonan yang
kompak dan rapat di dalam wilayah atau kawasan perkotaan, baik didalam tanah
negara maupun tanah hak yang ditetapkan oleh pejabat yang berwenang sebagai
hutan kota. Wilayah perkotaan tersebut merupakan pusat-pusat permukiman yang
berperan di dalam suatu wilayah pengembangan atau wilayah nasional sebagai
bentuk ciri kehidupan kota. Hutan kota juga merupakan suatu kawasan dalam kota
yang habitatnya didominasi oleh pepohonan dibiarkan tumbuh secara alami.
pengertian alami bukan berarti hutan yang tumbuh menjadi hutan besar atau rimba
melainkan telah diatur seperti taman (Setiawan, 1994).
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 63 Tahun 2002
menyebutkan bahwa hutan kota adalah suatu hamparan lahan yang bertumbuhkan
pohon-pohon yang kompak dan rapat di dalam wilayah perkotaan baik pada tanah
Negara maupun tanah hak yang ditetapkan sebagai hutan kota oleh pejabat yang
berwenang. Luas hutan kota dalam suatu hamparan kompak paling sedikit 0,25
hektar. Persentase luas hutan kota paling sedikit 10% ( sepuluh perseratus) dari
wilayah perkotaan dan atau disesuaikan dengan kondisi setempat. Penunjukan
lokasi dan luas hutan kota didasarkan pada pertimbangan sebagai berikut :
1. Luas wilayah
2. Jumlah penduduk
Pemilihan jenis tanaman untuk penghijauan agar tumbuh dengan baik
hendaklah dipertimbangkan syarat-syarat hortikultura, ekologi, dan syarat-syarat
fisik lainnya. Seperti yang dikemukakan oleh Eckbo (1986) bahwa persyaratan
tersebut adalah mempertimbangkan respons dan toleransi terhadap temperatur ,
kebutuhan akan air, kebutuhan dan toleransi terhadapa cahaya matahari,
kebutuhan tanah, hama, dan penyakit, serta syarat-syarat fisik yang bertujuan
untuk penghijauan, persyaratan budi daya, bentuk tajuk, tekstur, warna, dan
aroma. Banyak contoh di dalam dan di luar negeri yang membuktikan bahwa
penghijauan di pinggir jalan ditanami dengan tanaman produktif (tanaman
berbuah dan berbiji, tanaman langka, dan tanaman berbunga wangi).
Vegetasi mempunyai peranan yang sangat besar dalam kehidupan. Peranan
penghijauan kota sangat tergantung pada vegetasi yang ditanam. Untuk itu dari
berbagai peranan dan manfaat vegetasi maka manfaat dan fungsi penghijauan atau
ruang terbuka hijau adalah sebagai berikut :
1. Paru-paru kota, tanaman sebagai elemen hijau, pada pertumbuhannya
menghasilkan zat asam (O2
2. Pengatur lingkungan (mikro), vegetasi akan menimbulkan lingkungan
setempat sejuk, nyaman,dan segar.
) yang sangat diperlukan bagi mahluk hidup untuk
pernapasan.
3. Pencipta lingkungan hidup, penghijauan dapat menciptakan ruang hidup bagi
mahluk di alam yang memungkinkan terjadinya interaksi secara alamiah.
4. Penyeimbang alam (edaphis), merupakan pembentukan tempat hidup alami
5. Oro-hidrologi, pengendalian untuk penyediaan air tanah dan pencegahan
erosi.
6. Perlindungan terhadap kondisi fisik alami sekitarnya, seperti angin kencang,
terik matahari, gas, atau debu.
7. Mengurangi polusi udara, vegetasi dapat menyerap polutan tertentu. Vegetasi
dapat menyaring debu dengan tajuk dan kerimbunan dedaunannya.
8. Mengurangi polusi air, vegetasi dapat membantu membersihkan air.
9. Mengurangi polusi suara (kebisingan), vegetasi dapat menyerap suara.
10. Keindahan (estetika), dengan terdapatnya unsur-unsur penghijauan yang
direncanakan dengan baik dan menyeluruh akan menambah keindahan kota.
11. Kesehatan, warna dan karakter tumbuhan dapat dipergunakan untuk terapi
mata dan jiwa.
12. Rekreasi dan pendidikan, jalur hijau dengan aneka vegetasi mengandung
nilai-nilai ilmiah.
13. Nilai pendidikan, komunitas vegetasi yang ditanam dengan keanekaragaman
jenis dan karakter akan memberikan nilai ilmiah sehingga sangat berguna
untuk pendidikan, seperti hutan kota merupakan laboratorium alam.
14. Sosial, politik, dan ekonomi. Tumbuhan mempunyai nilai sosial yang tinggi.
Tamu negara datang misalnya menanam pohon tertentu di tempat yang sudah
disediakan. Begitu pula vegetasi memberikan hasil yang mempunyai nilai
ekonomi seperti bunga, buah kayu, dan sebagainya.
15. Penghijauan perkotaan dapat menjadi indikator atau penunjuk bagi
lingkungan, kemungkinan ada hal-hal yang membahayakan yang terjadi atas
Bentuk-bentuk Hutan Kota
Menurut Dahlan (1992), hutan kota memiliki beberapa bentuk, yaitu:
1. Jalur Hijau
Jalur hijau di tepi jalan bebas hambatan yang terdiri dari jalur tanaman
pisang dan jalur tanaman yang merambat serta tanaman perdu yang liat yang
ditanam secara berlapis-lapis diharapkan dapat berfungsi sebagai penyelamat bagi
kendaraan yang keluar dari badan jalan, sedangkan pada bagian yang lebih luar
lagi dapat ditanami dengan tanaman yang tinggi dan rindang untuk menyerap
pencemar yang diemisikan oleh kendaraan bermotor.
2. Taman Kota
Taman dapat diartikan sebagai tanaman yang ditanam dan ditata
sedemikian rupa, baik sebagian maupun semuanya hasil rekayasa manusia untuk
mendapatkan komposisi tertentu yang indah.
3. Kebun dan Halaman
Jenis tanaman yang ditanam di kebun dan halaman biasanya dari jenis
yang dapat menghasilkan buah dan beberapa jenis lainnya. Halaman rumah dapat
memberikan suatu kebanggaan tertentu. Halaman rumah ditata apik sedemikian
rupa untuk mendapatkan citra, kebanggaan dan keindahan tertentu bagi yang
empunya rumah maupun orang lain yang memandang dan menikmatinya.
4. Kebun Raya, Hutan Raya dan Kebun Binatang
Kebun raya, hutan raya dan kebun binatang dapat dimasukkan ke dalam
maupun dari daerah lain, baik dari daerah lain di dalam negeri maupun di luar
negeri.
5. Hutan Lindung
Jenis ke lima yaitu daerah dengan lereng yang curam harus dijadikan
kawasan hutan karena rawan longsor. Demikian pula dengan daerah pantai yang
rawan akan abrasi air laut, hendaknya dijadikan hutan lindung.
6. Kuburan dan Taman Makam Pahlawan
Pada tempat pemakaman banyak ditanam pepohonan. Nampaknya sebagai
manifestasi kecintaan orang yang masih hidup terhadap orang yang sudah
meninggal tak akan pernah berhenti, selama pohon tersebut masih tegak berdiri.
Personifikasi ini nampaknya menyatakan bahwa dengan melalui tanaman dapat
digambarkan bahwa kehidupan tidaklah berakhir dengan kematian, namun
kematian adalah awal dari kehidupan
Faktor yang Mempengaruhi Kerusakan Pohon
Menurut Djafarudin (1996), secara alamiah yang termasuk pengganggu
tanaman dapat dikelompokkan menjadi:
1. Pengganggu yang termasuk jasad hidup (organisme hidup-non biotis/
abiotis)
Hama ialah jasad pengganggu yang merupakan sejenis makhluk
hidup yang termasuk kepada kelompok hewan atau binatang. Serangga dapat
menggerek batang, ranting, buah atau biji; b) menghisap cairan sel-sel
tanaman terutama daun; c) menyebabkan bengkak/ puru pada bagian tertentu;
d) menyebabkan kanker pada batang/ bagian berkayu; e) meletakkan telur
pada bagian tanaman, mengambil bagian tanaman untuk dijadikan sarang dan
f) menularkan jasad pengganggu.
Gulma yaitu jasad pengganggu yang merupakan sebangsa jenis
tumbuhan tingkat tinggi yang bukan termasuk ke dalam penyebab penyakit
biotis. Gulma bersifat mengganggu, merugikan merusak kalau ditinjau dari
segi sifat dan keberadaannya.
2. Pengganggu yang bukan jasad hidup
Bencana alam lingkungan seperti banjir, erosi, kekeringan, longsor
yang disebabkan oleh faktor dan unsur iklim serta cuaca. Kekeliruan (yang
bukan secara alamiah) yang secara tak langsung sebagai akibat tindakan
kurang hati-hati atau kurang lengkapnya prasyarat tumbuh dan kesalahan
budidaya.
Penyakit khususnya penyakit biotis adalah penyakit yang
disebabkan oleh sejenis makhluk hidup selain daripada hewan dan tumbuhan
tingkat tinggi. Penyakit terjadi jika pada satu waktu di satu tempat terdapat:
1) tumbuhan yang rentan; 2) patogen yang virulen dan 3) lingkungan yang
sesuai. Penyakit tidak akan terjadi jika patogen yang virulen bertemu dengan
bagian tumbuhan yang rentan, tetapi lingkungan tidak membantu
perkembangan patogen dan tidak meningkatkan kerentanan tumbuhan.
Patogen melakukan interaksi dengan tumbuhan inang. Patogen melakukan
kelembaban, suhu, sinar matahari dan hara tanah mempengaruhi tumbuhan
inang maupun patogen. Interaksi ini sering digambarkan sebagai segitiga
penyakit ” disease triangle” (Semangun, 1996).
Unsur lain yang berpengaruh terhadap kerusakan pohon yaitu
kerusakan mekanis. Kerusakan mekanis pada pohon biasanya berbentuk suatu
luka terbuka pada kulit kayu, walaupun ada pula kerusakan mekanis sampai
menyebabkan matinya pohon yaitu karena disambar petir. Kerusakan mekanis
pada pohon dapat terjadi disebabkan oleh tumbangnya suatu pohon yang
menyebabkan luka pada kulit dan kayu pohon, kebakaran pada pohon, hujan
es atau salju yang menyebabkan daun rontok dan sambaran petir
(Soeratmo, 1974).
Menurut Widyastuti et.al. (2005) faktor abiotik penyebab kerusakan
pohon adalah faktor fisik dan kimia penyusun lingkungan tempat tumbuh
yang tingkat keberadaannya tidak mendukung pertumbuhan atau
perkembangan normal pohon penyusun hutan.
a. Suhu
Tiap jenis tumbuhan mempunyai kisaran persyaratan suhu yang dapat
ditoleransi dalam pertumbuhannya. Perubahan suhu yang melampaui
batas toleransi akan menyebabkan tumbuhan mengalami penyimpangan
fisiologis dan dapat menyebabkan kematian. Pertumbuhan pohon sangat
peka terhadap suhu.
Beberapa jenis pohon tumbuh dengan baik pada kisaran yang lebar, jenis
yang lain hanya mentolerir kisaran yang lebih sempit. Kerusakan akan
b. Kelembaban
Saat kelembaban nisbi tinggi, penguapan dari tumbuhan menjadi rendah,
sehingga dapat terjadi penghambatan penyerapan hara. Kekurangan hara
ini dapat berakibat gangguan formasi sel dan daun tumbuhan.
c. Iklim
Pada hutan yang jenis tumbuhan penyusunnya merupakan jenis eksotik
atau dibangun pada lahan-lahan marginal maka faktor iklim atau faktor
tempat tumbuh dapat merupakan faktor pembatas bagi pertumbuhan
tanaman. Bila faktor tersebut berada di atas atau di bawah batas
kemampuan adaptasi tumbuhan maka dapat terjadi kerusakan fisiologis
atau mekanis.
d. Unsur hara
Kekahatan unsur hara dapat terjadi jika ketersediaan unsur hara dalam
tanah tidak mencukupi jumlah yang diperlukan tumbuhan yang hidup di
tempat tersebut. Selain itu kelebihan unsur hara juga mampu
menyebabkan kerusakan pada tumbuhan akibat kerusakan sel secara
langsung oleh unsur hara tertentu.
e. Polusi Udara
Kerusakan tumbuhan oleh polutan pada umumnya meningkat seiring
dengan peningkatan intensitas cahaya, kelembaban tanah dan kelembaban
nisbi udara, suhu dan keberadaan polutan udara yang lain. Ozon yang
pada jaringan palisade dan jaringan yang lain. Peroxiasil nitrat jika
terserap tumbuhan menyebabkan kerusakan jaringan parenkim daun.
f. Kekurangan Oksigen
Kondisi kekurangan oksigen di alam secara umum berasosiasi dengan
kelembaban tanah atau suhu uadara yang tinggi. Kombinasi antara
kelembaban dan suhu yang tinggi dalam tanah atau udara menyebabkan
kerusakan perakaran tumbuhan.
g. Cahaya
Kekurangan cahaya menghambat pembentukan klorofil dan merangsang
pemanjangan ruas sehingga daun berwarna pucat, jaringan menjadi lemah
dan daun serta bunga gugur lebih awal.
Tipe-tipe Kerusakan pada Pohon
Menurut Mangold, (1997), definisi kerusakan yang terdapat pada pohon dapat
dideskripsikan sebagai berikut:
1. Kanker
Kanker mungkin dapat disebabkan oleh berbagai agen tetapi lebih
sering disebabkan oleh jamur. Kulit kambium dimatikan dan diikuti dengan
kematian kayu dibawah kulit. Matinya kayu di bawah kulit tersebut bisa
disebabkan oleh penyebab kerusakan yang memang melakukan penetrasi
hingga ke kayu. Hal ini menimbulkan daerah jaringan yang mati akan
semakin dalam dan luas atau membentuk gall yang disebabkan oleh jamur
karat pada akar, batang atau cabang.
Tubuh buah pada batang utama, batang tajuk dan pada titik
percabangan adalah indikator lapuk kayu ”Punky Wood” atau kayu gembol
timbul bila ada lubang yang besarnya lebih dari lebar suatu pensil terjadi pada
batang utama. Kayu gembol merupakan petunujuk adanya jaringan kayu yang
lunak, sering mengandung air dan mengalami degradasi. Suatu luka terbakar
pada pangkal suatu pohon adalah juga merupakan indikator lapuk. Lubang
(rongga) di dalam batang utama dari cabang tua adalah juga lapuk.
Tunggak-tunggak lapuk yang terkait dengan regenerasi melalui trubus. Busuk ada dua
macam penyebabnya, yaitu busuk kering dan busuk basah. Penyakit busuk ini
meyerang akar, batang, kuncup dan buah (Pracaya, 2003).
3. Luka Terbuka
Suatu luka atau serangkaian luka yang ditunjukkan dengan
mengelupasnya kulit atau kayu bagian dalam telah terbuka dan tidak ada
tanda lapuk lanjut. Luka pangkasan yang memotong ke dalam kayu batang
utama dikodekan sebagai luka terbuka, jika memenuhi nilai ambang tetapi
luka-luka yang tidak mengganggu keutuhan kayu batang utama dikeluarkan
(tidak termasuk).
4. Resinosis atau gumosis
Daerah resin atau gum (cairan) eksudasi pada cabang atau batang.
5. Batang patah
Akar-akar putus di dalam karak/pada 0,91 m dari batang baik karena
galian atau terluka sebagai contoh, akar-akar yang terluka pada suatu jalan,
terpotong atau luka oleh binatang. Batang patah/ rusak pada daerah batang (di
6. Brum pada akar atau batang
Munculnya tunas-tunas baru pada akar atau batang secara abnormal
yang menghambat proses penyaluran hasil metabolisme.
7. Akar Patah atau Mati
Akar-akar di luar 0,91 m dari batang yang terluka atau mati.
8. Mati ujung
Kematian dari ujung batang tajuk yang disebabkan oleh salju, serangga,
penyakit atau sebab-sebab lainnya.
9. Cabang Patah atau mati
Cabang yang patah atau mati. Cabang mati terdapat pada batang atau
batang tajuk di luar daerah tajuk hidup tidak dikodekan.
10.Percabangan berlebihan atau brum di dalam darah tajuk hidup.
Brum adalah suatu gerombolan ranting yang padat, tumbuh di suatu
tempat yang sama terjadi di dalam darah tajuk hidup. Termasuk struktur
vegetatif dan organ yang bergerombol tidak normal.
11.Kerusakan kuncup daun atau tunas
Termakan serangga, terkerat atau daun terkeliat, kuncup atau tunas
terserang > 50%, pada sekurang-kurangnya 30% dari daun, kuncup atau
tunas.
12.Perubahan warna daun
Sekurang-kurangnya 30% dari daun yang terganggunya 50%. Daun
pengamat tidak yakin bahwa warna daun itu hijau, maka anggaplah warna itu
hijau dan bukan warna lain.
13. Lain-lain
Digunakan bila tidak ada penjelasan lain yang lebih sesuai.
Aplikasi SIG untuk Pemetaan Sebaran Pohon Di Universitas Sumatera
Utara
Menurut Anam (2005), sistem informasi geografis (SIG) adalah suatu
komponen yang terdiri dari perangkat keras, perangkat lunak, data geografis dan
sumberdaya manusia. Lebih lanjut Budiyanto (2002) menyatakan bahwa SIG
mempunyai kemampuan untuk menghubungkan berbagai data pada suatu titik
tertentu di bumi, menggabungkannya, menganalisa dan akhirnya memetakan
hasilnya. Dengan kemampuan tersebut, maka SIG dapat digunakan untuk
mengetahui perubahan tutupan lahan pada hutan mangrove.
Sistem Informasi Geografis (SIG) sudah cukup lama dikenal sejak awal
tahun 1960 di Kanada dan Amerika Serikat, yang saat itu banyak digunakan untuk
keperluan Land Information System. Saat ini SIG sudah banyak digunakan untuk
keperluan lain seperti pengembangan wilayah, perpetaan, lingkungan dan
sebagainya. SIG mulai dimanfaatkan di Indonesia pada awal tahun 1980 terutama
dalam pembuatan peta, pengelolaan wilayah, analisis lingkungan dan agraria
Teknik tumpang tindih (overlay) merupakan hal yang terpenting dalam aplikasi
SIG untuk memperoleh tematik data spasial (peta) baru beserta data atributnya.
Terdapat empat jenis metode overlay yang paling penting, yaitu; intersect, union,
clip dan merge. Metode intersect adalah metode yang paling luas penggunaannya
untuk analisa data spasial dengan teknik yang akan mengkombinasikan secara
silang data spasial dan non spasial dalam satu tema informasi baru. Metode union
digunakan ketika dua atau lebih data digabungkan sehingga menghasilkan data
yang dikehendaki hanya tergabung secara spasial tanpa memperhatikan aspek data
basenya. Metode clip adalah tumpang tindih dua data spasial yang akan
menghasilkan potongan sesuai poligon yang dikehendaki (area of interest).
Metode merge adalah penggabungan dua atau lebih data secara spasial dan non
spasial dengan syarat adanya dasar (field) kunci yang sama dalam atribut