• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS KESEHATAN POHON DI JALUR HIJAU KOTA MEDAN BAGIAN SELATAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "ANALISIS KESEHATAN POHON DI JALUR HIJAU KOTA MEDAN BAGIAN SELATAN"

Copied!
68
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS KESEHATAN POHON DI JALUR HIJAU KOTA MEDAN BAGIAN SELATAN

SKRIPSI

POLTAK M. PANJAITAN 121201133

MANAJEMEN HUTAN

PROGRAM STUDI KEHUTANAN FAKULTAS KEHUTANAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2016

(2)

ANALISI KESEHATAN POHON DI JALUR HIJAU KOTA MEDAN BAGIAN SELATAN

SKRIPSI

OLEH :

POLTAK M. PANJAITAN MANAJEMEN HUTAN

121201133

Skripsi Sebagai Salah Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana di Fakultas Kehutanan Universitas Sumatera Utara

PROGRAM STUDI KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2016

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Penelitian : Analisis Kesehatan pohon di Jalur Hijau Kota Medan Bagian Selatan

Nama : Poltak M. Panjaitan

NIM : 121201133

Program Studi : Manajemen Hutan

Mengetahui Komisi Pembimbing

Ketua Anggota

Rahmawaty, S.Hut., M.Si., Ph.D

NIP 19740721200112001 NIP 197104162001122001 Siti Latifah, S.Hut., M.Si., Ph.D

Mengetahui Ketua Program Studi

Siti Latifah, S.Hut., M.Si., Ph.D NIP 197104162001122001

(4)

ABSTRACT

POLTAK M. PANJAITAN: The Analysis of Tree Health at Green Line of Southern Medan. Advised by RAHMAWATY AND SITI LATIFAH.

This research was conducted in 7 green line on four subdistricts in Medan with aims to know the type of tree, type of damage of the tree and to map the disseminating of the health of the tree. In determining the tree health, this research used Scoring Method of Forest Health Monitoring (FHM) to get the index score of the tree damage (NIK) that requires health, mild, moderate and weight as the criterias. The use of Geographic Information System (SIG) in determining the disseminating the health of the tree is one of the tree cultivation technique in the western green line Medan. The process of the map of tree health disseminating was done by using ArcGis 10.1.

The most frequently found on the green belt is Angsana tree (Pterocarpus indicus). The most dominant criteria of the damage is health criteria. The damages caused by the human activity or Patogen/ Fungi on the tree such as Vandalism and Cancer. The disseminating of the tree most frequently found on Ngumban Surbakti street with the total number as 1057 trees.

Key words: Green line, Tree Health, Geographic Information System, Forest Health Monitoring (FHM).

(5)

ABSTRAK

POLTAK M. PANJAITAN: Analisis Kesehatan Pohon di Jalur Hijau Kota Medan Bagian Selatan. Dibimbing oleh RAHMAWATY dan SITI LATIFAH.

Penelitian ini dilakukan di 7 jalur hijau pada 4 Kecamatan Kota Medan yang bertujuan untuk mengetahui jenis pohon, jenis kerusakan pohon dan memetakan sebaran kesehatan pohon. Dalam penentuan kesehatan pohon, penelitian ini menggunakan Metode Penilaian Kesehatan Hutan (FHM) untuk mendapatkan Nilai Indeks Kerusakan (NIK) dengan kriteria sehat, ringan, sedang dan berat. Penggunaan aplikasi Sistem Informasi Geografis (SIG) dalam menentukan sebaran kesehatan pohon adalah salah satu teknik untuk pemeliharaan pohon di Jalur Hijau Kota Medan Bagian Barat. Proses pembuatan peta sebaran kesehatan pohon dilakukan dengan menggunakan ArcGis 10.1.

Pohon yang paling banyak dijumpai pada jalur hijau adalah pohon Angsana (Pterocarpus indicus). Kriteria kerusakan yang mendominasi adalah kelas kriteria sehat. Kerusakan-kerusakan terjadi berasal dari kegiatan aktivitas manusia atau patogen/jamur pada pohon seperti vandalisme dan kanker. Sebaran pohon yang paling banyak ditemukan di Jalan Ngumban Surbakti dengan 1057 pohon.

Kata Kunci:Jalur Hijau, Kesehatan Pohon, Sistem Informasi Geografis (SIG), Forest Health Monitoring (FHM).

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Huta Namora Dolok pada tanggal 24Mei 1994 dari ayah Saul Panjaitan dan ibu Hulan br. Pangaribuan. Penulis merupakan anak kelima dari lima bersaudara.

Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar dariSD Negeri 173569 Huta Namora pada tahun 2006, pendidikan tingkat Sekolah Menengah Pertama dari SMP Swasta Budhi Dharma Balige tahun 2009, pendidikan tingkat Sekolah Menengah Atas dari SMA Negeri 2 Balige pada tahun 2012 dan pada tahun yang sama masuk ke Program Studi Kehutanan Universitas Sumatera Utara melalui jalur tertulis Ujian Masuk Bersama (UMB). Pada semester VII memilih minat studi Manajemen Hutan.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif dalam organisasi Tanoto Scholars Association Medan (TSA Medan) dan menjabat sebagai anggota periode tahun 2014-2016, Himpunan Mahasiswa Sylva (HIMAS) dan menjabat sebagai anggota pada tahun 2012-2016. Penulis juga pernah bergabung dengan Resimen Mahasiwa USU pada tahun 2012. Penulis mengikuti Praktik Pengenalan Ekosistem Hutan (P2EH) di Pulau Sembilan Kabupaten Langkat selama 10 hari.

Penulis melaksanakan Praktik Kerja Lapangan (PKL) di UPT. KPHL Model Unit XXII Lintas Tobasa-Labura dari Pebruari sampai Maret 2016.

(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang atas berkat dan rahmat serta karuniaNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Skripsi ini berjudul “Analisis Kesehatan Pohon Di Jalur Hijau Kota Medan Bagian Selatan”. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi jenis pohon dan jenis kerusakan pohon dengan menggunakan Metode Penilaian Kesehatan Hutan (Forest health monitoring/FHM) di Kota Medan

Pada kesempatan ini penulis menghaturkan pernyataan terima kasih kepada:

1. Rahmawaty S.Hut., M.Si., Ph.D dan Siti Latifah S.Hut., M.Si., Ph.D selaku ketua dan anggota komisi pembimbing yang telah memberi masukan dan saran dalam penyelesaian skripsi ini.

2. Orang tua tercinta (Ayahanda Saul Panjaitan dan IbundaHulan br.

Pangaribuan) yang telah membesarkan dan mendidik penulis selama ini serta selalu memberi dukungan, doa dan motivasi untuk tetap semangat dalam penyelesaian skripsi ini.

3. Kakanda Dollar Panjaitan, Dewi Panjaitan, abangda Julianto Panjaitan dan Saljon Panjaitan atas dukungan dan doanya kepada penulis.

4. Teman-teman satu tim penelitian (Adi Putra Sinaga,Indra Elieser Sembiring, dan Ely Hanna Sembiring).

5. Teman-teman kampus yang memotivasi dan memberi semangat dalam kegiatan skripsi ini, Tria Yunita Sinaga, Novida H. Simorangkir, Erni Dora Sihaloho, Yulianti Ria Utami Sianturi, Oscar Pardosi, Hakim S. Sianipar,

(8)

Robinsar Nainggolan, Bosco Taruli Siringo-ringo, Monika Malau, Sugiarti Sipahutar dan Ansencia Manullang.

6. Adik-adikku Yoseva Maya Sitorus, Vera Napitupulu, Evi Sundari Siagian, Nia Danyati Silalahi dan Mastiur Tinanbunan atas dukungan yang tidak pernah berhenti.

7. Semua staf pengajar dan pegawai di Program Studi Kehutanan yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karenanya penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Penulis berharap agar skripsi ini dapat berguna sebagai sumber informasi bagi pihak yang membutuhkan.

Medan, September 2016

Penulis

(9)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRACT ... i

ABSTRAK ... ii

RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR TABEL ... x

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Tujuan Penelitian ... 3

Manfaat Penelitian ... 3

TINJAUAN PUSTAKA Kota Medan ... 4

Hutan Kota ... 4

Bentuk Hutan Kota ... 5

Jalur Hijau ... 6

Karakteristik dan Kesehatan Pohon ... 7

Sistem Informasi Geografis ... 12

METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian ... 14

Alat dan Bahan ... 15

Prosedur Penelitian ... 15

Pengambilan Data ... 15

Analisis Data ... 17

Pembuatan Peta Jalur Hijau Kota Medan ... 19

HASIL DAN PEMBAHASAN Tipe Kerusakan Pohon di Kota Medan Bagian Selatan ... 25

1. Tipe Kerusakan Kanker... 26

2. Tipe Kerusakan Indikator Lapuk Lanjut ... 27

3. Tipe Kerusakan Luka Terbuka ... 28

4. Tipe Kerusakan Eksudasi ... 30

5. Tipe Kerusakan Malformasi ... 31

6. Tipe Kerusakan Batang Patah ... 32

7. Tipe Kerusakan Cabang Patah atau Mati ... 33

8. Tipe Kerusakan Brum Pada Cabang ... 35

9. Tipe Kerusakan Kerusakan Daun... 36

10. Tipe Kerusakan Daun Berubah Warna ... 37

11. Tipe Kerusakan Vandalisme ... 38

(10)

Tingkat Kerusakan Pohon di Kota Medan Bagian Selatan ... 39

Bagian Pohon yang Mengalami Kerusakan di Kota Medan Bagian Selatan ... 42

Kombinasi Tipe Kerusakan dengan Lokasi Terjadinya Kerusakan ... 42

Tindakan Pemeliharaan ... 43

1. Pengendalian kimiawi dengan fungisida atau bakterisida ... 43

2. Tindakan Penyiraman... 44

3. Tindakan Pemangkasan ... 44

4. Pemupukan ... 44

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 46

Saran ... 45 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

(11)

DAFTAR GAMBAR

No. Halaman 1. Peta Lokasi Penelitian ... 14 2. Kode Lokasi untuk Indikator Kerusakan ... 18 3. Tipe Kerusakan dan Persentase Kasus yang Dijumpai

di Kota Medan Bagian Selatan... 26 4. Tipe Kerusakan Kanker pada (a) Swietenia mahagoni dan

(b) Pterocarpus indicus ... 27 5. Peta Sebaran Tipe Kerusakan Kanker

di Kota Medan Bagian Selatan... 27 6. Tipe Kerusakan Indikator Lapuk Lanjut pada (a) Swietenia mahagoni

dan (b) Pterocarpus indicus ... 28 7. Peta Sebaran Tipe Kerusakan Indikator Lapuk Lanjut

di Kota Medan Bagian Selatan... 28 8. Tipe Kerusakan Luka Terbuka pada Swietenia mahagoni... 29 9. Peta Sebaran Tipe Kerusakan Luka Terbuka

di Kota Medan Bagian Selatan... 30 10. Tipe Kerusakan Eksudasi (a) Polialthia longifolia dan

(b)Swietenia mahagoni ... 31 11. Peta Sebaran Tipe Kerusakan Eksudasi

di Kota Medan Bagian Selatan... 31 12. Tipe kerusakan Malformasi pada (a), (b) Pterocarpus indicus ... 32 13. Peta Sebaran Tipe Kerusakan Malformasi

di Kota Medan Bagian Selatan... 32 14. Tipe Kerusakan Batang Patah pada Pterocarpus indicus ... 33 15. Peta Sebaran Tipe Kerusakan Batang Patah

di Kota Medan Bagian Selatan... 34 16. Tipe Kerusakan Cabang Patah atau Mati pada Swietenia mahagoni ... 34 17. Peta Sebaran Tipe Kerusakan Cabang Patah atau Mati

di Kota Medan Bagian Selatan... 35 18. Tipe Kerusakan Brum pada (a), (b) Pterocarpus indicus ... 35

(12)

19. Peta Sebaran Tipe Kerusakan Brum Pada Cabang

di Kota Medan Bagian Selatan... 36

20. Tipe Kerusakan Daun pada Pterocarpus indicus ... 36

21. Peta Sebaran Tipe Kerusakan Daun di Kota Medan Bagian Selatan ... 37

22. Tipe Kerusakan Daun Berubah Warna pada Pterocarpus indicus ... 37

23. Peta Sebaran Tipe Kerusakan Daun Berubah Warna di Kota Medan Bagian Selatan... 38

24. Tipe Kerusakan Vandalisme yang diakibatkan Banyaknya Pengiklanan Produk atau Jasa yang Dipakukan pada Swietenia Mahagoni ... 39

25. Peta Sebaran Tipe Kerusakan Vandalisme di Kota Medan Bagian Selatan... 40

26. Peta Sebaran Tingkat Kerusakan Pohon di Kota Medan Bagian Selatan... 42

27. Persentase Lokasi Kerusakan ... 43

(13)

DAFTAR TABEL

Halaman

1. Nama Jalan Arteri di 4 Kecamatan Medan Bagian Selatan ... 15

2. Kode dan Lokasi Kerusakan ... 17

3. Kode dan Tipe Kerusakan ... 18

4. Kode dan Kelas Keparahan Kerusakan ... 19

5. Bobot Indeks Kerusakan Pohon ... 19

6. Sebaran Jenis Tanaman di Setiap jalur Hijau ... 24

7. Tingkat Kerusakan Pohon di Kota Medan Bagian Selatan ... 41

8. Kelas Kerusakan Berdasarkan Jenis Pohon di Kota Medan Bagian Selatan ... 41

9. Kombinasi Tipe Kerusakan dengan Lokasi Kerusakan ... 44

(14)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kota adalah suatu pusat pemukiman penduduk yang besar dan luas. Dalam kota terdapat berbagai ragam kegiatan ekonomi dan budaya. Adakalanya kota didirikan sebagai tempat kedudukan resmi pusat pemerintahan setempat. Pada kenyataaannya kota merupakan tempat kegiatan sosial dari banyak dimensi.

Manusia dapat mencatat dan menganalisanya dari berbagai perspektif seperti moral, sejarah manusia, hubungan timbal balik antara manusia dengan habitatnya, pusat kegiatan ekonomi, pusat kegiatan politik, dan berbagai kenyataan dari kehidupan manusia (Zoer’aini, 2007).

Umumnya perkembangan daerah perkotaan ditandai juga dengan pertumbuhan penduduk yang kian meningkat. Selain itu kebutuhan masyarakat terhadap lahan menjadikan tampilan kawasan kota terlihat sempit dan sesak oleh karena adanya pembangunan baik perumahan dan kawasan industri. Dengan demikian, semakin bertambahnya jumlah masyarakat di daerah perkotaan aktivitas sehari-hari harus didukung dengan mobilitas yang tinggi, kebutuhan akan sarana dan prasarana yang baik serta kebutuhan akan kendaraan bermotor, sehingga jumlahnya dapat menjadi suatu indikasi semakin pesatnya perkembangan suatu kota.

Kehidupan perkotaan yang dipenuhi dengan hilir mudik kendaraan dan berbagai kebisingan akan lebih baik jika ada pohon-pohon yang mampu mengurangi bahaya polusi dan mampu meredam suara kebisingan. Menurut Arief (2001) suatu pohon sangat berperan dalam menghasilkan oksigen, maka pemukiman yang makin bertambah padat, khususnya di lingkungan perkotaan harus mengupayakan penanaman berbagai macam vegetasi. Peranan tumbuhan berkayu sebagai

(15)

komponen ekosistem kota dapat bermacam-macam, misalnya taman, jalur hijau, kebun dan pekarangan. Pohon memang diandalkan dalam penyelamatan keadaan lingkungan, seperti tanah, air dan udara.

Kota Medan merupakan salah satu kota di Indonesia dengan tingkat kepadatan transportasi berbahan bakar fosil yang cukup tinggi karena Medan menjadi salah satu kota pendukung aktivitas nasional. Hal tersebut diperkuat dengan tingkat kemacetan lalu lintas yang terjadi hampir setiap hari sepanjang jalan arteri primer dan arteri sekunder di Kota Medan. Kepadatan transportasi tersebut tentunya menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan seperti pencemaran udara dan kebisingan yang menyebabkan rendahnya tingkat kenyamanan hidup terutama di lingkungan yang berdekatan dengan jalan raya.

Salah satu bentuk hutan kota yang cukup efektif dalam mengurangi emisi karbon adalah adanya jalur hijau di sekitar jalan lalu lintas dalam kota. Tanaman yang ditanam di jalur hijau cukup baik dalam menyerap emisi karbon yang dikeluarkan oleh kendaraan bermotor dan industri yang letaknya didekat jalan. Jalur hijau jalan berperan dalam mengurangi polusi akibat emisi dari kendaraan yang antara lain berbentuk gas pencemar dan partikel padat. Seperti disebutkan oleh Grey dan Deneke (1978) dalam Desianti (2011), tanaman dapat mengurangi konsentrasi polutan di udara melalui pelepasan oksigen dan pencampuran antara udara tercemar dengan udara bersih. Tanaman dapat mengurangi polusi udara melalui penyerapan gas pencemar dan penjerapan partikel.

Hutan dikatakan sehat apabila hutan tersebut masih dapat memenuhi fungsinya sesuai sesuai dengan fungsi yang telah ditetapkan. Metode Penilaian Kesehatan Hutan (Forest health monitoring/FHM) merupakan salah satu cara untuk

(16)

mengevaluasi kondisi kesehatan tegakan di jalur hijau. Metode FHM akan memberikan informasi status, perubahan, kecenderungan dan saran manajemen kepada pengelola agar jalur hijau memiliki kondisi dan fungsi sesuai tujuan pembangunannya.Berdasarkan uraian di atas, maka perlu dilakukan pemantauan kesehatan pohon pada beberapa jalur hijau jalan Arteri Primer dan Arteri Sekunder Kota Medan bagian Selatan.

Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan tersebut, maka penelitian ini bertujuan untuk :

1. Mengidentifikasi jenis-jenis tanaman yang berada di jalur hijau jalan Arteri Primer dan Arteri Sekunder Kota Medan bagian Selatan.

2. Mengidentifikasi kesehatan pohon pada jalur hijau jalan Arteri Primer dan Arteri Sekunder Kota Medan bagian Selatan.

3. Memetakan sebaran kelas kesehatan pohon pada jalur hijau jalan Arteri Primer dan Arteri Sekunder Kota Medan bagian Selatan.

Manfaat Penelitian

1. Sebagai bahan informasi bagi pihak pengelola dan pemerintah untuk pengembangan Jalur Hijau Kota Medan.

2. Sebagai bahan informasi mengenai kondisi kesehatan pohon di jalur hijau jalan Arteri Primer dan Arteri Sekunder Kota Medan bagian Selatan.

(17)

TINJAUAN PUSTAKA

Kota Medan

Lokasi Penelitian Kota Medan adalah ibukota Provinsi Sumatera Utara yang terletak pada 3°27’ - 3°47’ LU dan 98°35’ - 98°BT dengan ketinggian 2,5 – 37,5 m di atas permukaan laut. Kota Medan berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang di sebelah Utara, Selatan, Timur dan Barat dan merupakan salah satu dari 30 Daerah Tingkat II di Sumatera Utara dengan luas 265,10 km². Dari data BPS Kota Medan (2013) didapatkan jumlah penduduk pada tahun 2011 sebesar 2.117.224 jiwa, sehingga kepadatan penduduk mencapai 7.987 jiwa/km². Kota ini merupakan pusat pemerintahan Propinsi Sumatera Utara. Kota Medan beriklim tropis dengan suhu minimum berkisar antara 22,49°C – 23,97°C dan suhu maksimum berkisar antara 32,15°C – 34,21°C. Hari hujan per bulan adalah 21,50 hari dengan rata-rata curah hujan per bulan 18,75 - 216,33 mm.

Hutan Kota

Hutan kota merupakan suatu kawasan dalam kota yang didominasi oleh pepohonan yang habitatnya dibiarkan tumbuh secara alami. Pengertian alami disini bukan berarti hutan yang tumbuh menjadi hutan besar atau rimba melainkan tidak terlalu diatur seperti taman, Hutan kota dibuat sebagai daerah penyanggakebutuhan air, lingkungan alami, serta pelindung flora dan fauna di perkotaan. Hewan-hewan yang terdesak habitatnya oleh eksploitasi pemukiman dapat memanfaatkan hutan kota sebagai tempat huniannya. Hutan kota umumnya dihuni juga oleh beberapa jenis burung dan hewan lainnya (Puryono, 1995).

(18)

Samsoedin dan Subandiono (2006) mengatakan hutan kota merupakan pepohonan yang berdiri sendiri atau berkelompok atau vegetasi berkayu di kawasan perkotaan yang pada dasarnya memberikan dua manfaat pokok bagi masyarakat dan lingkungannya, yaitu manfaat konservasi dan manfaat estetika. Sedangkan menurut Irwan (1994) mengemukakan bahwa hutan kota adalah komunitas vegetasi berupa pohon dan asosianya yang tumbuh dilahan kota atau sekitar kota baik berbentuk jalur menyebar atau bergerombol (menumpuk) dengan struktur meniru (menyerupai) hutan alam, membentuk habitat yang memungkinkan kehidupan bagi satwa dan menimbulkan lingkungan sehat, nyaman, dan estetis.

Menurut PP No. 63 tahun 2002 Hutan Kota adalah suatu hamparan lahan yang bertumbuhan pohon-pohon yang kompak dan rapat di dalam wilayah perkotaan baik pada tanah negara maupun tanah hak, yang ditetapkan sebagai Hutan Kota oleh pejabat yang berwewenang dengan tujuan untuk kelestarian, keserasian dan keseimbangan ekosistem perkotaan yang meliputi unsur lingkungan, sosial dan budaya.

Bentuk Hutan Kota

Menurut Dahlan (1992), hutan kota memiliki beberapa bentuk, yaitu:

1. Jalur Hijau

Jalur hijau di tepi jalan bebas hambatan yang terdiri dari jalur tanaman pisang dan jalur tanaman yang merambat serta tanaman perdu yang liat yang ditanam secara berlapis-lapis diharapkan dapat berfungsi sebagai penyelamat bagi kendaraan yang keluar dari badan jalan, sedangkan pada bagian yang lebih luar lagi dapat ditanami dengan tanaman yang tinggi dan rindang untuk menyerap pencemar yang diemisikan oleh kendaraan bermotor.

(19)

2. Taman Kota

Taman dapat diartikan sebagai tanaman yang ditanam dan ditata sedemikian rupa, baik sebagian maupun semuanya hasil rekayasa manusia untuk mendapatkan komposisi tertentu yang indah.

3. Kebun dan Halaman

Jenis tanaman yang ditanam di kebun dan halaman biasanya dari jenis yang dapat menghasilkan buah dan beberapa jenis lainnya. Halaman rumah dapat memberikan suatu kebanggaan tertentu. Halaman rumah ditata apik sedemikian rupa untuk mendapatkan citra, kebanggaan dan keindahan tertentu bagi yang empunya rumah maupun orang lain yang memandang dan menikmatinya.

4. Kebun Raya

Hutan Raya dan Kebun Binatang Kebun raya, hutan raya dan kebun binatang dapat dimasukkan ke dalam salah satu bentuk hutan kota. Tanaman dapat berasal dari daerah setempat, maupun dari daerah lain, baik dari daerah lain di dalam negeri maupun di luar negeri.

5. Hutan Lindung

Mintakat kota ke lima yaitu daerah dengan lereng yang curam harus dijadikan kawasan hutan karena rawan longsor. Demikian pula dengan daerah pantai yang rawan akan abrasi air laut, hendaknya dijadikan hutan lindung.

6. Kuburan dan Taman Makam Pahlawan

Pada tempat pemakaman banyak ditanam pepohonan. Nampaknya sebagai manifestasi kecintaan orang yang masih hidup terhadap orang yang sudah meninggal tak akan pernah berhenti, selama pohon tersebut masih tegak berdiri.

Personifikasi ini nampaknya menyatakan bahwa dengan melalui tanaman dapat

(20)

digambarkan bahwa kehidupan tidaklah berakhir dengan kematian, namun kematian adalah awal dari kehidupan

Jalur Hijau

Berdasarkan Undang-undang No.38 Tahun 2004 Jalan Arteri Primer adalah jalan yang menghubungkan secara berdaya guna antar pusat kegiatan nasional atau antara pusat kegiatan nasional dengan pusat kegiatan wilayah. Jika ditinjau dari peranan jalan maka persyaratan yang harus dipenuhi oleh jalan arteri primer adalah:

1. Kecepatan rencana minimum 60 km/jam 2. Lebar badan jalan paling sedikit 11 meter

3. Kapasitas yang lebih besar dari volume lalu lintas rata-rata

4. Lalu lintas jarak jauh tidak boleh terganggu oleh lalu lintas ulang alik, lalu lintas lokal, dan kegiatan lokal

5. Jumlah jalan masuk dibatasi

6. Persimpangan sebidang pada jalan arteri primer dengan pengaturan tertentu sehingga tidak mengurangi kecepatan rencana dan kapasitas jalan

7. Tidak terputus walaupun memasuki kota

Jalan arteri sekunder adalah ruas jalan yang menghubungkan kawasan primer dengan kawasan sekunder kesatu atau menghubungkan kawasan sekunder kesatu dengan kawasan sekunder lainnya atau kawasan sekunder kesatu dengan kawasan sekunder kedua. Jika ditinjau dari peranan jalan maka persyaratan yang harus dipenuhi oleh jalan arteri sekunder adalah:

1. Kecepatan > 30 Km/Jam.

2. Lebar jalan > 8,0 m.

(21)

3. Kapasitas jalan lebih besar atau sama dari volume lalu lintas rata-rata.

4. Tidak boleh diganggu oleh lalu lintas lambat.

Green belt atau jalur hijau adalah pemisah fisik daerah perkotaan dan pedesaan

yang berupa zona bebas bangunan atau ruang terbuka hijau yang berada di sekeliling luar kawasan perkotaan atau daerah pusat aktifitas/kegiatan yang menimbulkan polusi (Anggraeni, 2005).Menurut peraturan Menteri Pekerjaan Umum tentang Pedoman dan Pemanfaatan RTH di kawasan Perkotaan (2008) Jalur hijau adalah jalur penempatan tanaman serta elemen lansekap lainnya yang terletak di dalam ruang milik jalan (RUMIJA) maupun di dalam ruang pengawasan jalan (RUWASJA).Sering disebut jalur hijau karena dominasi elemen lansekapnya adalah tanaman yang pada umumnya berwarna hijau.

Jalur hijau unsur utamanya berupa vegetasi yang secara alamiah berfungsi sebagai pembersih atmosfir dengan menyerap polutan yang berupa gas dan partikel melalui daunnya. Vegetasi berfungsi sebagai filter hidup yang menurunkan tingkat polusi dengan mengabsorbsi, detoksifikasi, akumulasi dan atau mengatur metabolisme di udara sehingga kualitas udara dapat meningkat dengan pelepasan oksigen di udara (Shannigrahi et al,2003).

Karakteristik dan Kesehatan Pohon

Menurut Djafarudin (1996), secara alamiah yang termasuk pengganggu tanaman dapat dikelompokkan menjadi :

1. Penggangu yang termasuk jasad hidup (organisme hidup-non biotis/ abiotis) Hama ialah jasad penggangu yang merupakan sejenis mahluk hidup yang termasukkepada kelompok hewan atau binatang.serangga dapat merusakkan tanaman dengan cara : a) memakan bagian tanaman dengan cara menggerek

(22)

batang, ranting, buah, atau biji; b) menghisap cairan sel-sel tanaman terutama daun; c) menyebabkan bengkak/puru pada bagian tertentu; d) menyebabkan kanker pada batang/bagian berkayu; e) meletakkan telur pada bagian tanaman;

mengambil bagian tanaman untuk dijadikan sarang dan f) menularkan jasad pengganggu.

Gulma yaitu jasad penggangu yang merupakan sebangsa jenis tumbuhan tingkat tinggi yang bukan termasuk ke dalam penyebab penyakit biotis.Gulma bersifat mengganggu, merugikan, dan merusak kalau ditinjau dari segi sifat dan keberadaannya.

2. Penggangu yang bukan jasad hidup

Bencana alam lingkungan seperti banjir, erosi, kekeringan, longsor yang disebabkan oleh factor dan unsur iklim serta cuaca.Kekeliruan (yang bukan terjadi secara alamiah) yang secara tak langsung sebagai akibat tindakan yang kurang hati-hati atqau kurang lengkapnya prasyarat tumbuh dan kesalahan budidaya.

Tanaman akan tumbuh dengan baik bila tanaman yang dipilih toleran dengan lingkungan tempat penanaman. Metode penanaman yang benar akan menyiapkan tempat yang menjamin dengan baik pertumbuhan akar dan tajuk. Pemeliharaan yang tepat akan menjamin pertumbuhan dengan kecepatan yang normal, terhindar dari gangguan hama penyakit dan vandalisme. Sebaliknya jika faktor- faktor yang menentukan pertumbuhan tersebut tidak tepat, maka tanaman akan tumbuh lamban, tidak menampilkan sifat fisik yang diinginkan, dan bahkan tanaman akan sewaktu waktu tumbang (Nasrullah, 2005).

Tanaman yang sehat adalah tanaman yang dapat menjalankan fungsi-fungsi fisiologisnya dengan baik, misalnya proses fotosintesis dan respirasi, proses

(23)

metabolisme, penyerapan dan translokasi zat hara, serta penyerapan air. Adanya gangguan yang disebabkan serangan hama atau penyakit dapat mengakibatkan terganggunya proses proses fisiologis tersebut, selanjutnya akan menimbulkan kerusakan dan dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangnan tanaman dan menurunkan kuantitas dan kualitas hasil (Enda, J dan Novizan, 2002).

Menurut Mangold (1997) dalam Miardini (2006), definisi kerusakan yang terdapat pada pohon dapat dideskripsikan sebagai berikut:

1. Kanker

Kanker mungkin dapat disebabkan oleh berbagai agen tetapi lebih sering disebabkan oleh jamur. Kulit kambium dimatikan dan diikuti dengan kematian kayu dibawah kulit. Matinya kayu di bawah kulit tersebut bisa disebabkan oleh agen penyebab kerusakan yang memang melakukan penetrasi hingga ke kayu. Hal ini menimbulkan daerah jaringan yang mati akan semakin dalam dan luas atau membentuk gall yang disebabkan oleh jamur karat pada akar, batang atau cabang.

2. Busuk Hati

Tubuh Buah dan Indikator Lapuk Lanjut Tubuh buah pada batang utama, batang tajuk dan pada titik percabangan adalah indikator lapuk kayu ”Punky Wood” atau kayu gembol timbul bila ada lubang yang besarnya lebih dari lebar suatu pensil terjadi pada batang utama. Kayu gembol merupakan petunujuk adanya jaringan kayu yang lunak, sering mengandung air dan mengalami degradasi. Suatu luka terbakar pada pangkal suatu pohon adalah juga merupakan indikator lapuk.

Lubang (rongga) di dalam batang utama dari cabang tua adalah juga lapuk.

Tunggak-tunggak lapuk yang terkait dengan regenerasi melalui trubus. Busuk ada

(24)

dua macam penyebabnya, yaitu busuk kering dan busuk basah. Penyakit busuk ini meyerang akar, batang, kuncup dan buah (Pracaya, 2003).

3. Luka Terbuka

Suatu luka atau serangkaian luka yang ditunjukkan dengan mengelupasnya kulit atau kayu bagian dalam telah terbuka dan tidak ada tanda lapuk lanjut. Luka pangkasan yang memotong ke dalam kayu batang utama dikodekan sebagai luka terbuka, jika memenuhi nilai ambang tetapi luka-luka yang tidak mengganggu keutuhan kayu batang utama dikeluarkan (tidak termasuk).

4. Resinosis atau gumosis

Daerah resin atau gum (cairan) eksudasi pada cabang atau batang.

5. Batang patah kurang dari 0,91 m

Akar-akar putus di dalam karak/pada 0,91 m dari batang baik karena galian atau terluka sebagai contoh, akar-akar yang terluka pada suatu jalan, terpotong atau luka oleh binatang. Batang patah/ rusak padadaerah batang (di bawah dasar dari tajuk hidup dan pada pohon masih hidup).

6. Malformasi

Malformasi (perubahan bentuk) ialah berubah bentuk tanaman atau alat serta organnya.

7. Akar Patah atau Mati

Akar-akar di luar 0,91 m dari batang yang terluka atau mati.

8. Mati ujung

Kematian dari ujung batang tajuk yang disebabkan oleh salju, serangga, penyakit atau sebab-sebab lainnya.

9. Cabang Patah atau mati

(25)

Cabang yang patah atau mati. Cabang mati terdapat pada batang atau batang tajuk di luar daerah tajuk hidup tidak dikodekan.

10. Percabangan berlebihan atau brum di dalam darah tajuk hidup.

Brum adalah suatu gerombolan ranting yang padat, tumbuh di suatu tempat yang sama terjadi di dalam darah tajuk hidup. Termasuk struktur vegetatif dan organ yang bergerombol tidak normal.

11. Kerusakan kuncup daun atau tunas

Termakan serangga, terkerat atau daun terkeliat, kuncup atau tunas terserang >

50%, pada sekurang-kurangnya 30% dari daun, kuncup atau tunas.

12. Perubahan warna daun

Sekurang-kurangnya 30% dari daun yang terganggunya 50%. Daun terganggu harus lebih dari beberapa warna yang lain dari warna hijau. Jika pengamat tidak yakin bahwa warna daun itu hijau, maka anggaplah warna itu hijau dan bukan warna lain.

Sistem Informasi Geografis

Sistem Informasi Geografis atau Geographic Information Sistem (GIS) merupakan suatu sistem informasi yang berbasis komputer, dirancang untuk bekerja dengan menggunakan data yang memiliki informasi spasial. Sistem ini meng-capture, mengecek, mengintegrasikan, memanipulasi, menganalisis, dan menampilkan data yang secara spasial mereferensikan kepada kondisi bumi.

Teknologi SIG mengintegrasikan operasioperasi umum database, seperti query dan analisis statistik, dengan kemampuan visualisasi dan analisis yang unik yang dimiliki oleh pemetaan (Aini, 2007).

(26)

Sistem Informasi Geografis (SIG) adalah sistem komputer yang memiliki 4 (empat) kemampuan dalam menangani data yang bereferensi geografis yaitu : 1. Masukan

2. Keluaran

3. Manajemen data (penyimpanan dan pemanggilan data) 4. Analisis dan manipulasi data

Dengan keempat kemampuan tersebut maka Sistem Informasi Geografis dapat digunakan untuk mengidentifikasi jenis sebaran vegetasi sampai dengan identifikasi daerah yang rawan terhadap bencana (Prahasta, 2009).

(27)

METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April hingga bulan Juli 2016 pada kawasan jalur hijau di sepanjang Jalan Dr Mansyur, Jalan Pemuda, Jalan Brigjen Katamso, Jalan Brigjen Zein Hamid, Jalan A.H Nasution, Jalan Jamin Ginting, dan Jalan Ngumban Surbakti Kota Medan Propinsi Sumatera Utara (Gambar 1 dan Tabel1). Kemudian pengolahan data dilakukan di Laboratorium Manajemen Hutan Terpadu, Program Studi Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian

(28)

Table 1.Nama Jalan Arteri di 4 Kecamatan Kota Medan Bagian Selatan No Nama Jalan Lebar

Jalan (m)

Panjang

Jalan (km) Kecamatan Batas Jalan 1 Jl. Ngumban

Surbakti 33 3,3 Medan

selayang

Batas Fly over - Jl.

Setiabudi 2 Jl. Dr.

Mansyur 26 1,93 Medan

selayang

Jl. Setiabudi - Jl. Jamin Ginting

3 Jl. Pemuda 26 0,42 Medan

Maimun

Jl. Palang Merah – Jl.

Suprapto 4 Jl. Brigjen

Katamso 22 5,49 Medan

Maimun

Jln. Suprapto - Jln.

Alfalah 5 Jl. Brigjen

Zein Hamid 22 0,93 Medan Johor Jl. Alfalah - Jl. A. H Nasution

6 Jl. A. H

Nasution 40 3,6 Medan Johor Jl. Brigjen Zein Hamid -

Sungai Babura 7 Jl. Jamin

Ginting 33 4,62 Medan

Tuntungan

Batas Fly over - Simpang Selayang

Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam penelitian iniadalah GPS (Global Positioning System),perangkat keras (hardware) yaitu PC (Personal Computer), perangkat lunak (software) yaitu ArcView GIS 10.1, MS Word dan MS Excell dan DNR Garmin, kamera digital, binokuler, pita meter, hagameter, tally sheet, alat tulis.

Bahan yang digunakan adalahpohon yang berada di sepanjang jalur hijau jalan Arteri Primer dan Arteri Sekunder Kota Medan Sumatera Utara, peta kawasan Kota Medan dan peta Jalur Transportasi Kota Medan yang diperoleh dari Dinas Tata Ruang Kota Medan.

Prosedur Penelitian

Penelitian ini menggunakan 3 tahapan yaitu pengambilan data, analisis data dan pemetaaan sebaran kelas kesehatan pohon.

Tahapan kegiatannya sebagai berikut : 1. Pengambilan Data

Jenis data yang diambil meliputi data primer dan data sekunder.Data sekunder yang mendukung penelitian inidiperoleh dari Dinas Tata Ruang Kota

(29)

Medan, yaitu berupa peta kawasan Kota Medan dan peta Jalur Transportasi Kota Medan.Data primer diperoleh melalui eksplorasi yaitu pengamatan secara langsung di lapangan dengan menggunakan Metode Forest Health Monitory (FHM) dan metode sensus yang meliputi : jenis pohon, diameter, tinggi total, kondisi kerusakan pohon dan koordinat pohon.

Dalam penentun jenis pohon menggunakan kunci determinasi.Prosedur yang dipakai dalam penyusunan kunci determinasi adalah memeriksa morfologi jenis yang ditemukan meliputi daun dan ranting serta sifat fisik lainnya yang menjadi ciri khas jenis yang bersangkutan.Pembuatan kunci determinasi dimulai dengan pembuatan kunci dikotomis.Kunci tersebut disusun menggarpu, dimana pada setiap nomor selalu disusun dua pernyataan a dan b yang setiap kali merupakan pernyataan kebalikan.

Apabila telah ditemukan jenisnya, maka perlu dibaca dengan teliti uraianatau deskripsi dari jenis tersebut dan dibandingkan sifat yang ada pada herbarium,yakni untuk meneliti apakah uraian tersebut sesuai atau tidak. Dalam penyusunanini, penulis menggunakan sistem kunci sejajar, dimana setiap bait disusun dengan menggunakan dua pernyataan yang berlainan dan diujung pernyataan terdapatnama spesies yang dimaksudkan atau nomor yang menunjukkan nomorselanjutnya yang harus diperhatikan.

Metode FHM yaitu mencatat tanda dan gejala kerusakan berdasarkan defenisi kerusakan tersebut dapat mematikan pohon atau mempengaruhi kemampuan hidup jangka panjang pohon tersebut. Metode sensus dilakukan dengan mengetahui kondisi fisik pohon atau keadaan visual keseluruhanpohon di lokasi penelitian.

(30)

Pada pengamatan pohon dicatat diameter, tinggi, koordinat dan kode kerusakan pohon.Pengukuran diameter dan tinggi ini diperlukan untuk mengetahui indikator pertumbuhannya.Pengamatan pohon dilakukan pada seluruh sisi dimulai dari akar.Kerusakan yang dicatat pada masing-masing pohon yaitu maksimal tiga kerusakan. Ketika ada kerusakan yang berganda terjadi di tempat yang sama maka hanya kerusakan yang paling parah yang ditulis. Data kerusakan pohon yang digunakan untuk mengetahui indikator kerusakan pohon adalah lokasi kerusakan, tipe kerusakan dan nilai ambang batas keparahan.Data kerusakan pohon kemudian dimasukkan ke dalam tally sheet.

2. Analisis Data

Penilaian kerusakan digunakan kriteria-kriteria berdasarkan metode FHM.

Data yang diperoleh dari penilaian kerusakan dihitung nilai indeks kerusakannya dengan kode dan bobot nilai indeks kerusakan (NIK). Hasil perhitungan akhir dapat diketahui NIK (Kelas sehat, kelas ringan, kelas sedang dan kelas berat) (Noviady dan Rivai 2015)

NIK = �(xi. yi. zi)

𝑛𝑛

𝑖𝑖=1

Keterangan:

NIK : Nilai Indeks Kerusakan pada level pohon Xi : Nilai bobot pada tipe kerusakan

Yi : Nilai bobot pada bagian/lokasi pohon yang mengalami kerusakan Zi : Nilai bobot pada keparahan kerusakan

Selanjutnya dapat diketahui kelas kerusakan pohon berdasarkan bobot nilai indeks dengan kriteria sebagai berikut:

(31)

Akar & batang bagian bawah

Dedauna n(09) Pucuk dan tunas (08) Cabang

(07) Batang tajuk (06)

Bagian atas batang Bagian

bawah &

bagian atas

Batang bagian Akar & batang

bagian bawah (03)

Akar terbuka &

tunggak (01)

Bagian bawah

&

bagian atas batang

Kelas sehat : 0 – < 5 Kelas kerusakan ringan : 6 – 10 Kelas kerusakan sedang : 11 – 15 Kelas kerusakan berat : 16 – > 21

Kode tipe kerusakan, bagian/lokasi kerusakan dan bobot pada keparahan kerusakan dapat dilihat pada Tabel 2, Tabel 3, dan Tabel 4. Bobot indeks kerusakan dapat dilihat pada Tabel 5.

Table 2. Kode dan Lokasi Kerusakan

Kode Keterangan

0 Sehat (Tidak ada kerusakan)

1 Akar (terbuka) dan tunggak (dengan tinggi 30 cm di atas permukaan tanah) 2 Akar dan batang bagian bawah

3 Bagian atas batang (setengah bagian bawah dari batang antara tunggak dan dasar tajuk hidup)

4 Bagian bawah dan bagian atas batang

5 Bagian atas batang (setengah bagian atas dari batang antara tunggak dan dasar tajuk hidup)

6 Batang tajuk (batang utama di dalam daerah tajuk hidup di atas dasar tajuk hidup) 7 Cabang (lebih besar 2.54 cm pada titik percabangan terhadap batang utama atau

batang tajuk didalam daerah tajuk hidup) 8 Kuncup dan tunas (pertumbuhan tahun terakhir) 9 Daun

Sumber: USDA Forest Service (2001)

(32)

Tabel 3. Kode dan Tipe Kerusakan

No Tipe Kerusakan Kelas keparahan

(10% - 99%)

Kode tipe kerusakan

1 Kanker, gol (puru) 20% 1

2 Busuk hati, tubuh buah (badan buah), dan indikator lapuk lanjut

Nihil* 2

3 Luka terbuka 20% 3

4 Eksudasi (resinosis dan gumosis) 20% 4

5 Batang patah kurang dari 0.91 m Nihil* 11

6 Brum pada akar atau batang Nihil* 12

7 Akar patah atau mati 20% 13

8 Hilangnya ujung dominan (mati ujung) 1% 21

9 Cabang patah atau mati 20% 22

10 Brum pada cabang atau daerah dalam tajuk 20% 23

11 Daun, kuncup atau tunas rusak 20% 24

12 13

Daun berubah warna (tidak hijau) Lain-lain

30%

Nihil*

25 31 Sumber: USDA Forest Service (2001)

Tabel 4. Kode dan Kelas Keparahan Kerusakan

Kode Kelas (%)

1 01-19

2 20-29

3 30-39

4 40-49

5 50-59

6 60-69

7 70-79

8 80-89

9 90-99

Sumber: USDA Forest Service (2001)

Tabel 5. Bobot Indeks Kerusakan Pohon

No Tipe Kerusakan Lokasi Kerusakan Kelas Keparahan

Kode Bobot Kode Bobot Kode Bobot

1 1 1,9 0 1,5 0 1,5

2 2 1,7 1 2 1 1,1

3 3 1,5 2 2 2 1,2

4 4 1,5 3 1,8 3 1,3

5 11 1,6 4 1,8 4 1,4

6 12 1,3 5 1,6 5 1,5

7 13 1 6 1,2 6 1,6

8 21 1 7 1 7 1,7

9 22 1 8 1 8 1,8

10 23 1 9 1 9 1,9

11 24 1

12 25 1

Sumber : USDA Forest Service (2001)

3. Pembuatan Peta Sebaran Kelas Kesehatan Pohon

Pembuatan peta sebaran kelas kesehatan pohon dilakukan dengan melakukan overlay antara peta kawasan kota Medan dengan jalur Hijau yang di analisis. Data

(33)

titik koordinat di lapangan diambil dengan menggunakan GPS. Proses pengolahan data titik koordinat yang diperoleh dari lapangan adalah sebagai berikut:

• Diolah data titik koordinat dari data GPS ke komputer dengan menggunakan software DNR Garmin.

• Diubah file kedalam bentuk shp yang kemudian dapat diolah dengan menggunakan software ArcGIS 10.1

• Selanjutnya titik tersebut dioverlaykan dengan peta kawasan kota Medan.

(34)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini dilakukan pada jalur hijau yang terdapat di 4 kecamatan yang ada di Kota Medan, Sumatera Utara. Pada keempat kecamatan tersebut terdapat beberapa jalur hijau yang ditanami pepepohonan yaitu di sepanjang JalanDr Mansyur, Jalan Pemuda, Jalan Brigjen Katamso, Jalan Brigjen Zein Hamid, Jalan A.H Nasution, Jalan Ngumban Surbakti, dan Jalan Jamin Ginting.

Menurut peraturan Menteri Pekerjaan Umum tentang Pedoman dan Pemanfaatan RTH di kawasan Perkotaan (2008) Jalur hijau adalah jalur penempatan tanaman serta elemen lansekap lainnya yang terletak di dalam ruang milik jalan (RUMIJA) maupun di dalam ruang pengawasan jalan (RUWASJA). Sering disebut jalur hijau karena dominasi elemen lansekapnya adalah tanaman yang pada umumnya berwarna hijau.

Berdasarkan hasil penelitian, ditemukan sebanyak 15 jenis pohon penyusun jalur hijau yaitu angsana, mahoni, glodokan, trembesi, kapas, sengon, sukun, waru, mangga, nangka, asam jawa, melinjo, ketapang, dan akasia. Jenis angsana, mahoni, glodokan dan trembesi merupakan jenis yang ditanam resmi oleh pemerintah sedangkan jenis kapas, sengon, cherry, sukun, waru, mangga, nangka, asam jawa, melinjo, ketapang, dan akasia merupakan jenis yang tumbuh sendiri atau pun ditanam oleh warga sekitar jalur. Sebaran setiap jenis pohon pada jalur hijau dapat dilihat pada Tabel 6.

Jalur hijau Jalan Ngumban Surbakti yang terdapat di Kecamatan Medan Selayang merupakan jalur hijau yang memiliki keanekaragaman jenis tanaman yang paling tinggi yaitu 10 jenis antara lain angsana, mahoni, melinjo, mangga, glodokan, cherry, akasia, nangka, kapas, dan sengon. Jalur ini juga merupakan

(35)

jalur yang paling banyak ditemukan pohon yaitu sebanyak 1057 pohon.Hal ini disebabkan karena Jalan Ngumban Surbakti merupakan jalan yang cukup panjang dengan pohon-pohon ditanami pada sisi kiri, tengah (median), dan kanan jalan.

Jalan pemuda yang terdapat di Kecamatan Medan Maimun merupakan jalur hijau dengan jumlah pohon yang paling sedikit yaitu hanya terdapat sebanyak 29 pohon.Hal ini disebabkan karena jalan ini merupakan jalan dengan jarak paling pendek diantara keseluruhan jalur yang diteliti. Jalan Pemuda, jalan Brigjen Katamso, dan jalan Brigjen Zein Hamid merupakan jalan arteri sekunder yang saling terhubung satu sama lain sehingga ketiga jalur tersebut memiliki keanekaragaman yang hampir sama yaitu didominasi oleh mahoni dan angsana.

Jenis pohon yang paling banyak ditemukan pada keseluruhan jalur hijau adalah pohon angsana (Pterocarpus indiscus) yaitu sebanyak 1577 pohon.

Berdasarkan buku panduan Tata Cara Perencanaan Teknik Lansekap Jalan Kementerian Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Bina Marga No:

033/T/BM/1996 jenis pohon yang direkomendasikan ditanam pada lanskap jalan raya memiliki persyaratan utama yang perlu diperhatikan antara lain : perakaran tidak merusak konstruksi jalan, mudah dalam perawatan, batang/percabangan tidak mudah patah, daun tidak mudah rontok/gugur, tahan terhadap kondisi lingkungan yang kritis (tanah, polusi dan gangguan fisik), memiliki estetika yang baik, jenis lokal/identitas daerah dan disukai satwa seperti burung.Berdasarkan kriteria tersebut jenis angsana merupakan salah satu yang direkomendasikan untuk ditanam pada jalur hijau.Berdasarkan fungsinya pohon angsana berfungsi sebagai penyerap polusi udara dan sebagai pemecah angina pada jalur hijau.

(36)

Selain jenis angsana, mahoni juga merupakan jenis yang banyak ditemukan.Pemilihan jenis mahoni di jalur hijau didasarkan pada fungsi keteduhan dan kekuatan sebagai syarat jenis tanaman penyusun jalur hijau.Cabang mahoni tidak mudah patah terkena hembusan angin dan lapuk akibat serangan jamur serta tidak tidak mudah tumbang karena sistem perakarannya yang kuat.Jenis mahoni juga merupakan jenis yang menggugurkan daun.Keuntungan jenis yang menggugurkan daun di jalur hijau ialah bahwa jenis tersebut mampu beradaptasi terhadap akumulasi polutan berbentuk padat yang terjerap di daun.Sehingga pohon tidak mengalami keracunan polutan.Jenis mahoni mampu menyerap NO2 sebesar 2.26 μg/dm² daun.Peranan vegetasi dalam mereduksi gas NO2 terjadi melalui dua mekanisme yaitu mengabsorbsi dan menghambat dispersi NO2 secara horizontal Sulistijorini (2009).Fakuara et al. (1996) dalam Sulistijotiri (2009) menyatakan bahwa tanaman mahoni mempunyai kemampuan sedang hingga tinggi dalam menurunkan kandungan timbal dari udara.Dahlan (2006) dalam Desianti (2011) menjelaskan bahwa mahoni merupakan jenis yang mampu menjerap debu semen dan cocok ditanam di jalur hijau yang di daerah sekitarnya terdapat banyak pembangunan.Selain itu mahoni yang ditanam di samping jalan juga dapat berfungsi sebagai pengarah pandangan pengendara kendaraan bermotor.

(37)

Tabel 6. Sebaran Jenis Tanaman di Setiap Jalur Hijau

No Nama Spesies

Nama Jalan

Total Dr

Mansur Pemuda Bridgen Katamso

Bridgen

ZeinHamid A.H Nasution Ngumban

Surbakti Jamin Ginting

1 Angsana

(Pterocarpus indicus) 273 17 346 82 28 707 124 1577

2 Mahoni

(Swietenia mahagoni) 61 11 50 - 324 335 17 798

3 Trembesi

(Albizia saman) - - - - 178 - - 178

4 Melinjo

(Gnetum gnemon) - - - - 1 1 7 9

5 Mangga

(Mangivera indica) - - - - - 4 2 6

6 Glodokan

(Polyalthia longifolia) - - 2 1 - 1 2 6

7 Cherry

(Prunus avium) - - - - - 4 - 4

8 Asam Jawa

(Tamarindus indica) - 1 - - - - 3 4

9 Ketapang

(Terminalia catappa) - - - - - - 4 4

10 Akasia

(Acacia auriculiformis) - - 1 - - 1 - 2

11 Nangka

(Arctocarpus heterophyllus) - - - - - 1 2 2

12 Sukun

(Arctocarpus communis) - - 1 - - - - 1

13 Kapas

(Gossypium sp) - - - - - 1 - 1

14 Waru

(Hibiscus tiliaceus) - - - - 1 - - 1

15 Sengon

(Paraserianthes falcataria) - - - - - 1 - 1

(38)

Tipe Kerusakan Pohon di Kota Medan Bagian Selatan

Jalur hijau disepanjang jalan JalanDr Mansyur, Jalan Pemuda, Jalan Brigjen Katamso, Jalan Brigjen Zein Hamid, Jalan A.H Nasution, Jalan Ngumban Surbakti, dan Jalan Jamin Ginting merupakan jalur transportasi yang padat lalu lintas. Kepadatan transportasi tersebut tentunya menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan seperti pencemaran udara dan kebisingan. Pohon merupakan obyek utama jalur hijau sehingga upaya pemantauanterhadap kesehatan pohon di jalur hijau Kota Medan memberikan informasi tentang keadaan tegakan pada jalur hijau.

Menurut Ebbels (2003), diagnosa kesehatan pohon merupakan suatu prosespengamatan berdasarkan gejala dan tanda secara alami yang disebabkan olehpenyebab apapun dalam hubungannya dengan perkembangan kesehatan hutan.

Kerusakan yang diamati timbul akibat terganggunya proses fisiologis pohon baik akibat penyakit, serangga dan penyebab abiotik lainnya. Beberapagejala yang dapat diamati akibat terganggunya pertumbuhan tanaman yaitu terjadiperubahan pada tanaman dalam bentuk, ukuran, warna, tekstur dan lain-lain.Kerusakan pohon (tergantung lokasi, jenis dan keparahannya) akan berpengaruh terhadap fungsi fisiologis pohon, menurunkan laju pertumbuhan pohon dan dapat menyebabkan kematian pohon (Putra 2004).

Tingkat kepekaan tanaman yang rentan berbeda-beda, sehingga beratringannya intensitas kerusakan yang diderita oleh masing-masing pohon jugaberbeda.Berdasarkan definisi tipe kerusakan pohon terdapat 11 tipe kerusakanpohon dari 13 definisi kerusakan yang dikemukakan oleh Manglod.Tipekerusakan beserta persentase kasus yang dijumpai dapat dilihat pada Gambar 3.

(39)

Gambar 3. Tipe Kerusakan dan Persentase Kasus yang Dijumpai di Kota Medan Bagian Selatan

Kerusakan pada tanaman disebabkan oleh banyak faktor penyebab. Berdasarkan hasil pengamatan dilapangan ditemukan 11 jenis tipe kerusakan yang masing- masing akan diuraikan sebagai berikut :

1. Tipe Kerusakan Kanker

Tipe kerusakan kanker ditemukan dalam jumlah yang cukup besaryaitu sebanyak 333 kasus atau sebesar 11,71% (Gambar 3). Menurut Mangold (1997) penyakit kanker ini lebih sering disebabkan oleh jamur. Kanker menyerang pada bagian berkambium sehingga mematikan fungsi pengangkutan unsur hara dan penyaluran nutrisi. Kerusakan kanker ini paling banyak dijumpai pada lokasi Akar dan Batang Bagian Bawah yaitu sebanyak 94 pohon dan paling sedikit dijumpai pada lokasi cabang pohon yaitu sebanyak 25 pohon.Contoh tipe kerusakan kanker dapat dilihat pada Gambar 4 danpeta sebarannya dapat dilihat pada Gambar 5.

Kanker

12% Lapuk lanjut

6%

Luka Terbuka 5%

Eksudasi 3%

Batang Patah 1%

Malformasi 1%

Cabang Patah atau Mati Brum Pada 5%

Cabang 11%

Kerusakan Daun

11%

Daun Berubah Warna

3%

Vandalisme 42%

(40)

(a) (b)

Gambar 4. Tipe Kerusakan Kanker pada (a) Swietenia mahagoni dan (b) Pterocarpus indicus

Gambar 5. Peta Sebaran Tipe Kerusakan Kanker di Medan Bagian Selatan

2. Tipe Kerusakan Indikator Lapuk Lanjut

Tipe kerusakan busuk hati, tubuh buah dan indikator lapuk lanjutdijumpai sebanyak 178 kasus atau sebesar 6,26% (Gambar 3). Tipe kerusakan ini menyebabkan meningkatnya resiko penurunan penyerapan air dan unsur hara serta kerusakan. Kulit tanaman yang telah terserang menjadi busuk dan terbentuk gerowong sehingga pohon mudah rubuh oleh angin. Gerowong/keropos terbentuk

(41)

karena timbulnya luka pada kulit pohon dan tidak langsung ditangani sehingga kulit pohon tersebut terserang oleh hama atau penyakit yang menimbulkan rongga pada batang.Tipe kerusakan lapuk lanjut paling banyak di jumpai pada lokasi Akar dan Bagian Bawah Batang yaitu sebanyak 44 pohon dan paling sedikit dijumpai pada lokasi Akar Terbuka Dan Tunggak yaitu sebanyak 4 pohon. Contoh tipe kerusakan lapuk lanjut dapat dilihat pada Gambar 6 dan peta sebaran kerusakannya dapat dilihat pada Gambar 7.

(a) (b)

Gambar 6. Tipe Kerusakan Indikator Lapuk Lanjut pada(a) Pterocarpus indicus dan (b) Swietenia mahagoni.

Gambar 7. Peta Sebaran Tipe Kerusakan Indikator Lapuk Lanjut

(42)

3. Tipe Kerusakan Luka Terbuka

Tipe kerusakan luka terbuka dijumpai sebanyak 146 kasus atau sebesar 5,13% (Gambar 3). Luka terbuka ini disebabkan oleh manusia dengan melukai pohon. Pohon-pohon ini berada di jalur kota, sehingga banyak manusia yang lewat dan sengaja (gambar 8) maupun tidak sengaja melukai pohon yang ada di pinggiran jalan kota Medan ini. Menurut Dahlan (1992), luka terbagi menjadi 2 bagian, yaitu: a) luka yang terbatas hanya pada kulit luar saja dan b) luka yang terjadi pada kulit luar, kulit dalam dan juga luka pada kayu gubal dan kayu teras.

Tipe kerusakan luka terbuka paling banyak dijumpai pada lokasi Bagian Bawah dan Bagian Atas Batang sebanyak 37 pohon dan paling sedikit dijumpai pada lokasi bagian akar terbuka dan tunggak yaitu sebanyak 4 pohon. Contoh tipe kerusakan luka terbuka dapat dilihat pada Gambar 8 dan peta sebaran kerusakannya dapat dilihat pada Gambar 9.

Gambar 8. Tipe Kerusakan Luka Terbuka pada Swietenia mahagoni.

(43)

Gambar 9. Peta Sebaran Tipe Kerusakan Luka Terbukadi Kota Medan Bagian Selatan

4. Tipe Kerusakan Eksudasi

Eksudasi yaitu keluarnya cairan dari bagian tanaman yang sakit, berdasarkan cairan yang keluar dapat dibedakan menjadi a) Gummosis apabila dikeluarkan gum atau belendok, sedangkan b) resinosis apabila yang dikeluarkan adalah resin (Martoredjo, 1984).Eksudasi yang dijumpaidisebabkan karena luka akibat benda tajam yang kemudian mengeluarkan getah pada bagian pohon yang terluka (Gambar 10).Tipe kerusakan eksudasiditemukan sebanyak 85 kasus atau sebesar 5,14% (Gambar 3), terbanyak ditemukan pada Jalan AH Nasution dan Jalan Ngumban Surbakti masing-masing sebanyak 27 kasus. Hal ini diakibatkan karena Jalanl AH Nasution dan Jalan Ngumban Surbakti jalan dengan aktivitas pedagan kaki lima yang cukup banyak. Mereka biasanya mengikatkan tenda ke batang pohon.

(44)

Tipe kerusakan eksudasi ini paling banyak dijumpai pada lokasi Bagian Bawah dan Bagian Atas Batang sebanyak 23 pohon dan paling sedikit dijumpai pada lokasi Akar Terbuka dan Tunggak sebanyak 1 pohon. Peta sebaran kerusakan eksudasi dapat dilihat pada Gambar 11.

(a) (b)

Gambar 10. Tipe Kerusakan Eksudasi pada (a) Polyalthia longifolia dan (b) Swietenia mahagoni

Gambar 11. Peta Sebaran Tipe Kerusakan Eksudasidi Kota Medan Bagian Selatan

(45)

5. Tipe Kerusakan Malformasi

Tipe kerusakan malformasidijumpai sebanyak 28 kasus atau sebesar 0,6%

(Gambar 3). Malformasi akan menghambat pertumbuhan sehingga tanaman yang seharusnya normal simetris menjadi tidak simetris.Malformasi ini diakibatkan karena persaingan cahaya matahari (Gambar 12).Tipe kerusakan ini paling banyak dijumpai pada lokasi Bagian Atas Batang sebanyak 24 pohon dan paling sedikit dijumpai pada Bagian Bawah dan Bagian Atas Batang yaitu sebanyak 4 pohon.

Peta sebaran kerusakan malformasi dapat dilihat pada Gambar 13.

(a) (b)

Gambar 12. Tipe Kerusakan Malformasi pada (a), (b)Pterocarpus indicus

(46)

6. Tipe Kerusakan Batang Patah

Tipe kerusakan batang patah merupakan tipe kerusakan yang paling sedikit ditemui yaitu sebanyak 17 kasus atau sebesar 0,60% (Gambar 3). Batang patah yang dijumpai terjadi akibat bekas penebangan pemeliharaan dan bekas patahan dari batang yang lapuk. Pemangkasan pemeliharaan dapat menimbulkan kerusakan lebih lanjut jika bekas pangkasan tidak dirawat seperti terjadi pada Pterocarpus indicus. Batang patah ini jika tidak segera dilakukan perawatan akan

menimbulkan infeksi dan kerusakan lainnya.

Batang secara fisik merupakan penopang tajuk dan secara fisiologis berperan sebagai organ penyangga sistem transport untuk distribusi unsur hara. Peran batang menurut Widyastuti.,dkk (2004) dalam proses kelangsungan hidup pohon menempati urutan ketiga setelah akar dan daun, sebab infeksi oleh fungi dapat membahayakan pohon dan menyebabkan kematian. Contoh tipe kerusakan batang patah dapat dilihat pada Gambar 14 dan peta sebaran kerusakannya dapat dilihat pada Gambar 15.

Gambar 14. Tipe Kerusakan BatangPatah pada Pterocarpus indicus

(47)

Gambar 15. Peta Sebaran Tipe Kerusakan Batang Patah di Kota Medan Bagian Selatan

7. Tipe Kerusakan Cabang Patah atau Mati

Tipe kerusakan cabang patah atau mati dijumpai sebanyak 135 kasus atau sebesar 4,75% (Gambar 3). Cabang patah ini terjadi akibat lapuk dan gejala yang terlihat adalah daun yang berguguran. Tipe kerusakan ini dijumpai sebanyak 61 pohon pada lokasi bagian Cabang (Gambar 16). Peta sebaran kerusakan cabang patah atau mati dapat dilihat pada Gambar 17.

(a) (b)

(48)

Gambar 17. Peta Sebaran Tipe Kerusakan Cabang Patah atau Mati di Medan Bagian Selatan

8. Tipe Kerusakan Brum pada Cabang

Tipe kerusakan brumdijumpai sebanyak 329 kasus atau 11,57% (Gambar 3) . Brum ini terjadi akibat dari pemangkasan pemeliharaan (Gambar 18). Cabang yang telah di pangkas dan mengakibatkan tumbuh cabang baru yang bergerombolan. Jika di biarkan maka akan terjadi persaingan cahaya matahari untuk fotosintesis. Tipe kerusakan brum hanya dijumpai pada lokasi bagian Cabang. Peta sebaran kerusakan brum pada cabang dapat dilihat pada Gambar 19.

(a) (b)

Gambar 18. Tipe Kerusakan Brumpada (a), (b)Pterocarpus indicus

(49)

Gambar 19. Peta Sebaran Tipe Kerusakan Brum Pada Cabang di Kota Medan Bagian Selatan

9. Tipe Kerusakan Daun

Tipe kerusakan daundijumpai sebanyak 302 kasus atau sebesar 10,62%

(Gambar 3). Gejala serangan bercak daun ini adalah gejala neokrotik yaitu gejala kerusakan berupa kematian sel sel jaringan tumbuhan yang semula berwarna hijau menjadi kuning kemudian menjadi coklat atau kemerah-merahan atau menunjukkan gejala gosong/mati.Gejala kerusakan ini sama dengan penelitian Irawan dkk (2015) yang meneliti penyebab bercak daun pada bibit cempaka dan penyakit bercak daun ini disebabkan oleh jamur Colletotrichum sp. Peta sebaran kerusakan daun dapat dilihat pada Gambar 21.

(50)

Gambar 21. Peta Sebaran Tipe Kerusakan Daun di Kota Medan Bagian Selatan

10. Tipe Kerusakan Daun Berubah Warna

Tipe kerusakan daun berubah warna ini dijumpai sebanyak 95 kasus atau sebesar 3,34% (Gambar 3). Gejala yang terlihat adalah gejala klorosis, yaitu dimana daun tidak lagi berwarna hijauatau berubah warna menjadi kuning. Perubahan warna juga terjadidalam bentuk bercak-bercak cokelat karat, ungu,hitam, kelabu, keputih-putihanatau bersama-sama (Pracaya, 2003). Contoh tipe kerusakan dan berubah warna dapat dilihat pada Gambar 22 dan peta sebaran kerusakannya dapat dilihat pada Gambar 23.

Gambar 22. Tipe kerusakan Daun Berubah Warna pada Pterocarpus indicus

(51)

Gambar 23. Peta Sebaran Tipe Kerusakan Daun Berubah Warna di Kota Medan Bagian Selatan

11. Tipe Kerusakan Vandalisme

Tipe kerusakan vandalis merupakan kasus paling banyak dijumpai yaitu sebanyak 1195 kasus atau sebesar 42,03% (Gambar 3). Tipe kerusakan ini juga disebabkan oleh manusia yang menempeli spanduk maupun poster-poster pada pohon yang berada di pinggiran jalan kota Medan. Manusia menempelkan spanduk dan poster pada pohon ini menggunakan paku sehingga melukai pohon.

Paku tersebut dapat mengakibatkan luka terbuka atau pun perantara masuknya hama dan penyakit. Paku juga bersifat toksik terhadap pohon jika berlebihan.

Luka yang diakibatkan oleh paku pada batang dapat mengakibatkan penyakit kanker atau pertumbuhan sel yang tidak normal. Paku dapat menghambat translokasi air dan unsur hara dari akar menuju daun melalui xilem pada batang serta menghambat distribusi fotosintat dari daun melalui floem pada batang ke bagian tubuh tanaman lainnya.

(52)

Penelitian yang dilakukan oleh Sodikin (2014) yang dilakukan di Jalur Hijau Kota Bogor juga menunjukkan jumlah kerusakan yang diakibatkan oleh pemakuan pohon cukup tinggi dan ditemukan pada setiap jalur yang diteliti.Paku tersebut sebagian besar merupakan sisa dari pemasangan iklan calon legislatif 2014 yang belum dicabut kembali. Peraturan KPU No 15 tahun 2013 tentang Pedoman Pelaksanaan Kampanye Legislatif pasal 17 menyatakan bahwa alat peraga kampanye tidak dipasang di tempat-tempat antara lain jalan-jalan protokol, jalan bebas hambatan, sarana dan prasarana publik, taman, dan pepohonan.

Tipe kerusakan vandalisme paling banyak dijumpai pada lokasi Bagian Bawah Batang yaitu sebanyak 962 pohon dan paling sedikit dijumpai pada lokasi bagian Akar Terbuka dan Tunggak sebanyak 1 pohon. Contoh kerusakan vandalisme dapat dilihat pada Gambar 24 dan peta sebaran kerusakannya dapat dilihat pada Gambar 25.

(a) (b)

Gambar 24. Tipe kerusakan Vandalisme yang diakibatkan banyaknya PengiklananProduk atau Jasa yang Dipakukan pada Swietenia Mahagoni.

(53)

Gambar 25. Peta Sebaran Tipe Kerusakan Vandalisme di Kota Medan Bagian Selatan

Tingkat Kerusakan Pohon di Kota Medan Bagian Selatan

Jumlah pohon yang diteliti pada jalur hijau kota Medan bagian Selatan sebanyak 2594 pohon. Sebanyak 796 pohon tidak mengalami kerusakan dan 4 pohon yang sudah mati sehingga pohon yang mengalami kerusakan ialah sebanyak 1794 pohon.Berdasarkan hasil pengamatan melalui metode FHM diperoleh hasilbahwa kondisi kerusakan pohon di jalur hijau kota Medan bagian Selatan tergolong sehat dengan nilai indekskerusakan (NIK) sebesar 2,88 (skala 21). Pohon yang mengalami kerusakan namun masih tergolong sehat sebesar 72,59%, tingkat kerusakan ringan sebesar 23,84%, tingkat kerusakan sedang sebesar 3,51%, dan tingkat kerusakan berat sebesar 0,06%.Persentase kerusakan dapat dilihat pada Tabel 7 dan peta sebaran kerusakan dapat dilihat pada Gambar 26.

Referensi

Dokumen terkait

Pengambilan data jenis tanaman dilakukan dengan metode sensus pada 5 Kecamatan di kota Binjai yang dalam hal ini dilakukan hanya pada 3 Kecamatan yang memiliki jalur hijau

Tipe kerusakan paling banyak adalah kerusakan vandalisme dengan 34% dan kemudian adalah kanker dengan 18% dan paling sedikit adalah malformasi, cabang patah, daun berubah warna

Penghijauan merupakan salah satu upaya yang saat ini perlu dilakukan untuk mengimbangi pembangunan yang berlebihan di wilayah perkotaan.Penghijauan yang banyak dijumpai biasanya

Valuasi Ekonomi Sumberdaya Hutan dan Implikasinya terhadap Kebijakan Pengelolaan Hutan (Studi Kasus Hutan Rakyat Desa Selopuro, Kecamatan Batuwarno, Kabupaten Wonogiri, Jawa

Peta Kelas Kerusakan Pohon Medan Barat..

Kerusakan atau kerugian yang disebabkan oleh patogen, serangga, polusi udara dan kondisi alamiah lain serta aktivitas-aktivitas yang dilakukan oleh manusia dapat

Valuasi Ekonomi Sumber daya Hutan dan Implikasinya terhadap Kebijakan Pengelolaan Hutan (Studi Kasus Hutan Rakyat Desa Selopuro, Kecamatan Batu warno, Kabupaten Wonogiri, Jawa

Kondisi Jalan Irian Barat di Kecamatan Medan Timur yang Tidak terdapat Pohon..