LAMPIRAN
Lampiran 1. Kondisi Pohon di Jalan Perintis Kemerdekaan di kecamatan Medan Timur
Lampiran 2. Kondisi Pohon di Jalan Yos Sudarso
Lampiran 4. Kondisi Jalan Irian Barat di Kecamatan Medan Timur yang Tidak terdapat Pohon
Lampiran 5. Kondisi pohon di Jalan Jawa
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, H. S. 2002. Bahan Kuliah Penggelolaan Lanskap. Departemen Arsitektur Lanskap. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Aryawan, M. S., Zain, A., Arianingsih, I. dkk. 2014. Analisis Penyebaran Pohon Menggunakan Sistem Informasi Geografis Di Kelompok Hutan Produksi Dusun V Kebun Kopi Desa Nupabomba Kecamatan Tanantovea Kabupaten Donggala. Jurnal Warta Rimba Issn: 2406-8373 Volume 2, Nomor 1 Hal: 62-72 Juni 2014.
Badan Pusat Statistik Kota Medan. 2014. Kota Medan Dalam Angka. Medan
Dahlan,E.N., 1992. Hutan Kota Untuk Pengelolaan dan Peningkatan Kualitas Lingkungan Hidup. APHI – IPB. Jakarta.
Dahlan, Endes N.. 2006. Hutan Kota :Untuk Pengelolaan Dan Peningkatan Kualitas Lingkungan Hidup. Universitas Indonesia. Jakarta.
Direktorat Penataan Bangunan dan Lingkungan. 2008. Menata Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan. Direktorat Jendral Departemen Pekerjaan
Umum.
Djafaruddin. 1996. Dasar-dasar Perlindungan Tanaman . PT BumiAksara. Jakarta.
Enda, J dan Novizan. 2002.Mengendalikan Hama dan Penyakit Tanaman. AgoMedia Pustaka. Jakarta.
Faisol, A. 2012. Tutorial Ringkasan ArcGIS 10. ANDI. Yogyakarta.
Irwanto. 2006. Penilaian Kesehatan Hutan Tegakan Jati (Tectonagrandis) Dan Eucalyptus (Eucalyptuspellita) Pada Kawasan Hutan Wanagama. Universitas Gajah Mada Yogyakarta.
Lestari, E. A. R dan Jaya, S. N. I. 2005. Penggunaan Teknologi Penginderaan Jauh Satelit dan SIG untuk Menentukan Luas Hutan Kota. Jurnal Manajemen Hutan Tropika Nol. XI No. 2 : 55-69 (2005)
Mangold R. 1997. Forest Health Monitoring: Field Methods Guide. United States Department of Agriculture Forest Service. Washington.
Nasrullah, N. 2005. Bahan Kuliah Tanaman Lanskap. Departemen Arsitektur Lanskap. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Natalia, R. N. 2015. Analisis Kesehatan pohon dan Cadangan Karbon di Jalur Hijau Kota Binjai. [Skripsi]. Medan. Fakultas Pertanian USU.
Noviady, I. dan Rivai, R. R. 2015. Identifikasi Kondisi Kesehatan Pohon Peneduh di Kawasan Ecopark, Cibinong Science Center-Botanic Gardens. Jurnal Penelitian Pros Sem Nas Masy Biodiv Indon volume 1, nomor 6, September 2015.
Nugraha, D. 2014. Pemetaan Kesehatan Pohon Di Universitas Sumatera Utara. [Skripsi]. Medan. Fakultas Pertanian USU.
Pemerintah Kota Medan [Pemko Medan]. 2013. Selayang Pandang Kota Medan. Diakses dari: pemko.medan.go.id
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia. PP Nomor 63 Tahun 2002.Tentang Hutan Kota.
Pracaya, “Hama penyakit tanaman ”, Niaga Swadaya, 2003
Prahasta, W. 2009. Sistem Informasi Geografis Konsep-Konsep Dasar (Perspektif Geodesi dan Geomatika. Penerbit: Informatika. Bandung
Pranoto, S. A. 2009. Valuasi Ekonomi Sumber daya Hutan dan Implikasinya terhadap Kebijakan Pengelolaan Hutan (Studi Kasus Hutan Rakyat Desa Selopuro, Kecamatan Batu warno, Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah).Skripsi.Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor. Bogor
Stalin., dkk. 2013. Analisis Kerusakan Pohon Di Jalan Ahmad Yani Kota Pontianak. Jurnal Unta. Fakultas Kehutanan. Universitas Tanjungpura.
Sugandi, D dan Somantri, L. 2009. Sistem Informasi Geografis (SIG). Hand Out. Jurusan Pendidikan Geografi. Universitas Pendidikan Indonesia.
Tjahjadi, N. 1989. Hama dan Penyakit Tanaman. Kanisius. Yogyakarta.
USDA Forest Service. 2001. Forest Health Monitoring to Monitor the
Sustainability of-Indonesian Tropical Rain Forest. SEAMEO BIOTROP.
Indonesia.
Widyastuti., dkk. 2004. Patologi Hutan. Gadjah Mada University Press Yogyakarta.
METODOLOGI PENELITIAN
Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan di sepanjang jalur hijau jalan arteri primer dan
arteri sekunder bagian utara Kota Medan yakni Kecamatan Medan Belawan,
Kecamatan Medan Pelabuhan, kecamatan Medan Marelan, Kecamatan Medan
Deli dan Kecamatan Medan Timur Kota Medan , Sumatera Utara pada bulan
April hingga bulan Agustus 2016. Kemudian pengolahan data dilakukan di
Laboratorium Manajemen Hutan Terpadu, Program Studi Kehutanan Fakultas
Tabel 1. Nama Jalan Lokasi Penelitian Analisis Kerusakan Pohon
Kemerdekaan Sekunder Medan Timur 26 1,461
Jln. Putri Hijau
Kota Medan terletak antara 3º.27’ - 3º.47’ Lintang Utara dan 98º.35’ -
98º.44’ Bujur Timur dengan ketinggian 2,5 – 37,5 meter di atas permukaan laut.
1) Batas
Kota Medan berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang di sebelah Utara,
Selatan, Barat dan Timur.
2) Geologi
Kota Medan merupakan salah satu dari 33 Daerah Tingkat II di Sumatera
Utara dengan luas daerah sekitar 265,10 km². Kota ini merupakan pusat
pemerintahan Daerah Tingkat I Sumatera Utara yang berbatasan langsung dengan
Kabupaten Deli Serdang di sebelah utara,selatan,barat dan timur (BPS Kota
Iklim Kota
Medan mempunyai iklim tropis dengan suhu minimum menurut Stasiun
Polonia pada tahun 2013 yaitu 23,99 °C dan suhu maksimum yaitu 32,11 °C serta
menurut Stasiun Sampali suhu minimumnya yaitu 21,8 °C dan suhu maksimum
yaitu 32 °C. Kelembaban udara di wilayah Kota Medan rata-rata 79 - 80%, dan
kecepatan angin rata-rata sebesar 1,99 m/sec, sedangkan rata-rata total laju
penguapan tiap bulannya 115,5 mm. Hari hujan di Kota Medan pada tahun 2013
per bulan 17 hari dengan rata-rata curah hujan menurut Stasiun Sampali per
bulannya 186,5 mm (BPS Kota Medan, 2014).
Letak Administratif
Secara administrasi Kota Medan dibagi atas 21 kecamatan yang mencakup
151 kelurahan dengan luas daerah sekitar 265,10 km². Posisi Kota Medan ada di
bagian Utara Provinsi Sumatera Utara dengan topografi miring ke arah Utara dan
berada pada ketinggian 2,5-37,5 meter di atas permukaan laut. Secara administrasi
wilayah Kota Medan hampir secara keseluruhan berbatasan dengan daerah
Kabupaten Deli Serdang, yaitu sebelah Barat, Selatan dan Timur.
Tabel 2. Luas kecamatan Kota Medan bagian utara.
No Kecamatan Luas Area (Km2) Persentase (%)
(Badan Pusat Statistik Kota Medan, 2014)
Demografi
Berdasarkan Sensus Penduduk Indonesia 2010, penduduk Medan
dan 1.068.659 perempuan.Bersama kawasan metropolitannya (Kota Binjai dan
Kabupaten Deli Serdang) penduduk Kota Medan mencapai 4.144.583 jiwa.Jumlah
penduduk tersebut diketahui merupakan jumlah penduduk tetap, sedangkan
jumlah penduduk tidak tetap diperkirakan mencapai lebih dari 500.000 jiwa, yang
merupakan penduduk komuter. Dengan demikian Kota Medan merupakan kota
dengan jumlah penduduk terbesar di Sumatera dan keempat di Indonesia (Pemko
Medan, 2013).
Alat dan Bahan
Alat yang diperlukan pada penelitian ini adalah kamera, tally sheet,
phiband, clinometer, alat tulis, teropong, GPS, software ArcGis 10.1, dan buku
pengenalan identifikasi kerusakan pohon. Bahan yang digunakan pada penelitian
ini adalah Pohon sepanjang Jalur hijau jalan arteri primer dan arteri sekunder Kota
Medan,Sumatera Utara dan peta kawasan kota medan yang diperoleh dari Dinas
Tata Ruang Kota Medan.
Metode Penelitian
Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah Metode Forest Health
Monitory (FHM) dan metode sensus. Metode FHM yaitu mencatat tanda dan
gejala kerusakan berdasarkan defenisi kerusakan tersebut dapat mematikan pohon
atau mempengaruhi kemampuan hidup jangka panjang pohon tersebut. Metode
sensus dilakukan dengan mengetahui kondisi fisik pohon atau keadaan visual
Prosedur Penelitian 1. Pengambilan Data
• Pengamatan pohon dilakukan secara sensus jika panjang jalan jalur hijau
kurang dari atau sama dengan satu kilometer kemudian dicatat diameter,
tinggi dan kondisinya.
• Pengamatan pohon dilakukan secara sampling jika panjang jalan jalur
hijau lebih besar atau samadengan satu kilometer kemudian dicatat
diameter, tinggi dan kondisinya.
• Pengamatan pohon dilakukan pada seluruh sisi dimulai dari akar.
Kerusakan yang dicatat pada masing-masing pohon yaitu maksimal tiga
kerusakan
• Dicatat data tipe kerusakan, lokasi kerusakan, dan nilai ambang batas
keparahan untuk mengetahui indikator kerusakan pohon. Pengkodean dan
penilaian kerusakan pohon
• Data kerusakan pohon kemudian dimasukkan ke dalam tally sheet
• Tiap pohon diambil titiknya menggunakan GPS dan diolah datanya
menggunakan software ArcGis 10.1
2. Analisis Data
Penilaian kerusakan digunakan kriteria-kriteria berdasarkan metode FHM.
Data yang diperoleh dari penilaia kerusakan dihitung nilai indeks kerusakannya
dengan kode dan bobot nilai indeks kerusakan (NIK). Hasil perhitungan akhir
dapat diketahui NIK (Kelas sehat, kelas ringan, kelas sedang dan kelas berat)
NIK =�(xi. yi. zi)
�
�=1
Keterangan:
NIK : Nilai Indeks Kerusakan pada level pohon
Xi : Nilai bobot pada tipe kerusakan
Yi : Nilai bobot pada bagian/lokasi pohon yang mengalami kerusakan
Zi : Nilai bobot pada keparahan kerusakan
Selanjutnya dapat diketahui kelas kerusakan pohon berdasarkan bobot
nilai indeks dengan kriteria sebagai berikut:
Kelas sehat : 0 – < 5
Kelas kerusakan ringan : 6 – 10
Kelas kerusakan sedang : 11 – 15
Kelas kerusakan berat : 16 – > 21
Kode tipe kerusakan, bagian/lokasi kerusakan dan bobot pada keparahan
kerusakan dapat dilihat pada Tabel 3, Tabel 4, dan Tabel 5. Bobot indeks
kerusakan dapat dilihat pada tabel 6.
Tabel 3 . Kode dan Tipe Kerusakan
No Tipe Kerusakan Kelas keparahan
(10% - 99%)
Kode tipe kerusakan
1 Kanker, gol (puru) 20% 1
2 Busuk Hati, Tubuh buah (badan buah), dan indikator lapuk lanjut
Nihil* 2
10 Brum pada cabang atau daerah dalam tajuk
20% 23
11 Kerusakan daun 20% 24
12 13
Daun berubah warna (tidak hijau) Dan lain-lain
30% Nihil
Akar & batang bagian
Akar terbuka & tunggak (01) Table 4. Kode dan Lokasi Kerusakan
Kode Keterangan
0 Sehat (Tidak ada kerusakan)
1 Akar (terbuka) dan tunggak (dengan tinggi 30 cm di atas permukaan tanah) 2 Akar dan batang bagian bawah
3 Bagian atas batang (setengah bagian bawah dari batang antara tunggak dan dasar tajuk hidup)
4 Bagian bawah dan bagian atas batang
5 Bagian atas batang (setengah bagian atas dari batang antara tunggak dan dasar tajuk hidup)
6 Batang tajuk (batang utama di dalam daerah tajuk hidup di atas dasar tajuk hidup)
7 Cabang (lebih besar 2.54 cm pada titik percabangan terhadap batang utama atau batang tajuk didalam daerah tajuk hidup)
8 Kuncup dan tunas (pertumbuhan tahun terakhir) 9 Daun
Sumber: USDA Forest Service (2001)
Tabel 5. Kode dan Kelas Keparahan Kerusakan
*Jenis tipe kerusakan yang berkode 02,11,12,dan 31 dimasukkan kode 0 untuk kelas keparahan kerusakannya.
Sumber: USDA Forest Service (2001)
Tabel 6. Bobot Indeks Kerusakan Pohon
No Tipe Kerusakan Lokasi Kerusakan Kelas Keparahan
Kode Bobot Kode Bobot Kode Bobot
Sumber : USDA Forest Service (2001).
3. Pemetaan sebaran kelas kesehatan pohon
Pembuatan peta Jalur Hijau Kota Medan bagian utara dilakukan
dengan melakukan overlay antara peta kawasan kota Medan dengan jalur
Hijau yang di analisis. Data titik Koordinat di lapangan diambil dengan
menggunakan GPS. Proses pengolahan data titik koordinat yang diperoleh
dari lapangan adalah sebagai berikut:
• Tiap pohon diambil titik koordinatnya menggunakan GPS
• Diolah data dari GPS ke komputer dengan menggunakan software DNR
• Diubah file kedalam bentuk shp yang kemudian dapat diolah dengan
menggunakan software ArcGIS 10.1
• Setelah diperoleh peta titik koordinat sebaran kerusakan pohon, selanjutnya
HASIL DAN PEMBAHASAN
Jenis dan Jumlah Pohon
Jalur hijau sebagai salah satu bentuk hutan kota merupakan jalur
penempatan tanaman serta elemen lansekap lainnya yang terletak di dalam ruang
milik jalan dan ruang pengawas jalan dimana pada bagian tepi kiri, kanan ataupun
tengahnya ditanami pohon. Pohon sendiri berfungsi penetralisir sumber pencemar
gas buangan kendaraan bermotor, tajuknya yang rindang memberikan keteduhan,
sistem perakarannya dapat meningkatkan infiltrasi air permukaan dan mengurangi
air limpasan sehingga meningkatkan jumlah air di dalam tanah.
Berdasarkan hasil penelitian pada 6 jalan arteri di 5 kecamatan yang ada di
Kota Medan bagian utara tidak ditemukan adanya pohon di bagian tengah ruang
milik jalan tetapi hanya pada bagian tepi kiri dan tepi kanan ruas jalan. Pada
lokasi penelitian ini ditemukan satu jalan arteri sekunder yakni Jln. Irian Barat di
kecamatan Medan Timur yang sama sekali tidak memiliki Pohon di ruas jalan
tersebut.
Jenis pohon mendominasi yang ditemukan adalah Pterocarpus indiscus,
Swietenia mahagoni, Mangivera indica, Parasianthes falcataria, dan Polyathea longifolia. Jumlah pohon terbanyak ditemukan di Jln Arteri primer Yos Sudarso
yakni 2068 pohon dan sekaligus menjadi jalan terpanjang diantara lokasi
penelitian ini yang menghubungkan empat kecamatan yakni Kecamatan Medan
Deli, Medan Labuhan, Medan Marelan, dan Medan Belawan sedangkan jumlah
pohon yang paling sedikit di temukan di Jalan Arteri Sekunder Jln.Jawa
Tabel 7. Jenis tanaman yang diperoleh pada jalur hijau penelitian di Kota Medan.
No Jenis
Nama Jalan
Jumlah
Gaharu Jawa Perintis
Kemerdekaan
5 Pulai Alstonia scholaris (Alstonia scholaris)
Pada penelitian ini Jenis pohon yang paling banyak dijumpai adalah jenis
mahoni daun lebar yaitu 1313 pohon. Berbeda dengan penelitian Natalia(2015)
yang paling dominan adalah jenis gelodokan (Polyathia longifolia) yaitu 1358
pohon dari 1372 pohon keseluruhan.
Kesehatan Pohon
Pengambilan data pada penelitian ini dilakukan menggunakan sensus di 5
jalan arteri dan 5 kecamatan yang ada di Kota Medan bagian utara. Jumlah
keseluruhan pohon sebanyak 2603 pohon. Menurut metode Forest Healt
Monitoring persentase kelas kerusakan pohon didapatkan berdasarkan pada bobot
nilai indeks dengan kriteria sehat, kerusakan ringan, kerusakan sedang, dan
kerusakan berat. Pohon yang tidak mengalami kerusakan atau sangat sehat dan
yang sudah mati tidak dimasukkan kedalam persentase kelas kerusakan karena
metode FHM hanya mencatat pohon yang mengalami kerusakan. Data Pohon
yang sangat sehat dan yang sudah Mati di catat untuk menambah referensi tentang
keberadaan jenis dan jumlah pohon pada lokasi penelitian ini.
Dari jumlah total 2603 pohon, terdapat 2532 pohon mengalami kerusakan
sedangkan 67 tidak memiliki kerusakan atau sangat sehat dan 4 pohon yang sudah
mati. Dari 2532 pohon yang mengalami kerusakan tersebut 1716 pohon
tergolong sehat, 766 pohon yang mengalami kerusakan ringan, 316 pohon yang
mengalami kerusakan sedang dan 3 pohon yang Mengalami kerusakan berat.
Jumlah dan persentasi kerusakan dapat dilihat pada tabel 8.
Berdasarkan hasil pengamatan dengan metode FHM diperoleh hasil bahwa
kondisi kerusakan Pohon pada 5 jalan arteri dan 5 kecamatan Kota Medan bagian
utara tergolong kelas Sehat dengan NIK sebesar 4,213.
Jenis-jenis pohon berdasarkan kelas kerusakan dapat dilihat pada tabel 9 dibawah ini:
Tabel 9. Kelas Kerusakan Berdasarkan Jenis Pohon Di Medan Bagian Utara
No Jenis Sehat Ringan Sedang Berat Jumlah
Jalur hijau pada Medan Bagian Utara didominasi oleh jenis mahoni daun
lebar (Swietenia macrophylla). Mahoni daun lebar juga mengalami kelas
kerusakan terbanyak yaitu 1274 kerusakan. Kelas kerusakan terbanyak pada jenis
ini dengan kelas kerusakan sehat berjumlah 885, sedangkan terendah yaitu 2 kelas
kerusakan berat. pada kelas ringan ada sebesar 360 kelas kerusakan dan 27 kelas
Kerusakan dan Penyakit Pohon.
Dari 5 jalan arteri yang terdapat di 5 kecamatan yang ada di Kota Medan
ditemukan 12 tipe kerusakan dari 13 tipe kerusakan yang dikemukakan oleh
Mangold. Tipe kerusakan yang tidak ada di temukan pada pohon yang di teliti
yaitu tipe kerusakan akar patah atau mati. Dari 12 tipe kerusakan itu, tipe
kerusakan yang paling banyak dijumpai adalah tipe kerusakan vandalis yaitu
sebanyak 977 pohon dan yang terbanyak kedua yaitu kerusakan kanker sebanyak
806 pohon. sedangkan yang paling sedikit adalah batang patah yaitu 9 pohon
saja.
Tabel 10. Tipe kerusakan yang diperoleh pada jalur hijau penelitian di Kota Medan.
No Kerusakan Jln.Yos
Pada penelitian ini tipe kerusakan yang paling banyak dijumpai adalah
tipe kerusakan vandalisme yaitu sebanyak 23%, berbeda dengan penelitian
Miardini (2006) dan penelitian Stalin (2013) yang menemukan tipe kerusakan
yang paling banyak adalah tipe kerusakan lapuk lanjut. Ini dikerenakan pada
periklanan dengan menempelkan menggunakan paku atau kawat dan sejenisnya.
Sedangkan pada penelitian Miardini (2006) dilakukan di Kebun Raya Bogor tidak
diperbolehkan melakukan kegiatan pemakuan pohon/vandalisme. Persentase tipe
kerusakan dapat di lihat pada gambar 4.
Gambar 3. Persentase Tipe Kerusakan.
Lokasi kerusakan Pada Pohon
Pohon merupakan satu kesatuan mulai dari bagian akar hingga bagian
ujung, sehingga apabila salah satu bagian dari pohon tersebut mengalami
kerusakan atau terkena penyakit maka pertumbuhan dan kesehatannya pasti akan
terganggu juga. Dari 2603 pohon yang diteliti pada lima jalan arteri yang terdapat
di lima kecamatan yang ada di Kota Medan, bagian pohon yang yang paling
banyak mengalami kerusakan adalah pada batang bagian bawah yaitu sebesar
27%, sedangkan yang paling sedikit mengalami kerusakan adalah pada bagian
batang tajuk yaitu sebesar 0,02%. Persentase lokasi kerusakan dapat di lihat pada
Gambar 4. Persentase Lokasi Kerusakan
Tipe kerusakan yang paling besar dijumpai adalah tipe kerusakan
vandalisme pada lokasi tiga (batang bagian bawah) yaitu sebanyak 907 pohon.
Tipe kerusakan yang paling sedikit dijumpai adalah tipe kerusakan batang patah
pada lokasi bagian bawah dan bagian atas batang dengan kode 4 yaitu 9 pohon.
Sebaran kerusakan dan bagian lokasi yang terkena dapat dilihat pada tabel 11.
Tabel 11. Kombinasi tipe kerusakan dengan lokasi kerusakan
Kerusakan Lokasi Kerusakan
Keterangan tabel :
1 Akar (terbuka) dan tunggak 2 Akar dan batang bagian bawah 3 Bagian atas batang
4 Bagian bawah dan bagian atas batang 5 Bagian atas batang
6 Batang tajuk ( 7 Cabang
8 Kuncup dan tunas 9 Daun
Tipe Kerusakan Kanker
Gambar 5. Tipe keusakan kanker pada Swietenia mahagon
Dari 2603 pohon yang diteliti pada lima jalan arteri yang terdapat di lima
kecamatan yang ada di Kota Medan, tipe kerusakan kanker yang dijumpai
sebanyak 18,7%. Menurut Mangold (1997) penyakit kanker ini lebih sering
disebabkan oleh jamur. Kanker menyerang pada bagian berkambium sehingga
mematikan fungsi pengangkutan unsur hara dan penyaluran nutrisi. Kerusakan
kanker ini paling banyak dijumpai pada lokasi akar dan batang bagian bawah
yaitu sebanyak 397 pohon dan paling sedikit dijumpai pada lokasi batang bagian
bawah dan atas batang yaitu sebanyak tujuh pohon. Peta sebaran penyakit kanker
Gambar 6. Peta sebaran penyakit kanker di Kota Medan bagian utara Tipe Kerusakan Busuk Hati, Tubuh Buah dan Indikator Lapuk Lanjut
Gambar 7. Tipe kerusakan busuk hati, dan indikator lapuk lanjut pada Pterocarpus indicus.
Tipe kerusakan busuk hati, tubuh buah dan indikator lapuk lanjut dijumpai
sebanyak 5,1% dari total pohon yang diteliti pada lima jalan arteri yang terdapat
di lima kecamatan yang ada di Kota Medan. Tipe kerusakan ini menyebabkan
meningkatnya resiko penurunan penyerapan air dan unsur hara serta kerusakan
rubuh oleh angin. Tipe kerusakan lapuk lanjut paling banyak di jumpai pada
lokasi akar dan bagian bawah batang yaitu sebanyak 115 pohon dan paling sedikit
dijumpai pada lokasi batang tajuk yaitu sebanyak 1 pohon. Peta sebaran kerusakan
lapuk lanjut dapat dilihat pada gambar 8.
Gambar 8. Peta sebaran kerusakan luka terbuka di Kota Medan bagian utara
Tipe Kerusakan Luka Terbuka
Tipe kerusakan luka terbuka dijumpai sebanyak 4,9% dari 2603 pohon
yang diteliti pada lima jalan arteri yang terdapat di lima kecamatan yang ada di
Kota Medan. Luka terbuka ini pada umumnya disebabkan oleh manusia. Jalur
hijau merupakan tempat yang sering dilalui oleh kendaraan dan manusia, sehingga
banyak manusia yang lewat dan sengaja maupun tidak sengaja melukai pohon
yang ada di pinggiran jalan kota Medan ini. Menurut Dahlan (1992), luka terbagi
menjadi 2 bagian, yaitu: a) luka yang terbatas hanya pada kulit luar saja dan b)
luka yang terjadi pada kulit luar, kulitdalam dan juga luka pada kayu gubal dan
kayu teras. Tipe kerusakan luka terbuka paling banyak dijumpai pada lokasi
bagian bawah batang sebanyak 186 pohon sedangkan paling sedikit dijumpai pada
lokasi bagian akar terbuka dan tunggak dan bagian atas batang yaitu
masing-masing sebanyak 2 pohon. Peta sebaran kerusakan lapuk lanjut dapat dilihat pada
gambar 10.
Tipe Kerusakan Malformasi
Gambar 11. Tipe kerusakan malformasi pada pohon (a) Pterocarpus indicus dan (b)
Swietenia mahagoni.
Tipe kerusakan malformasi dijumpai sebanyak 2,99% dari total pohon
yang diteliti pada 5 jalan arteri yang terdapat di 5 kecamatan yang ada di Kota
Medan.Malformasi akan menghambat pertumbuhan tanaman sehingga yang
seharusnya normal simetris menjadi tidaksimetris. Tipe kerusakan ini paling
banyak dijumpai pada lokasi bagian bawah dan bagian atas batang sebanyak 127
pohon dan paling sedikit dijumpai pada bagian atas batang yaitu sebanyak 2
pohon. Dalam penelitian ini jumlah kerusakan malformasi yang paling sedikit di
temukan yakni di Jln. Gaharu sebanyak 2 kerusakan dan paling banyak ada 72
kerusakan ditemukan di Jln. Yos Sudarso. Peta sebaran kerusakan malformasi
Gambar 12. Peta sebaran kerusakan malformasi di Kota Medan bagian utara
Tipe Kerusakan Eksudasi
(a) (b)
Gambar 13. Tipe kerusakan eksudasi pada pohon (a) Swietenia mahagoni. (b) Pterocarpus indicus
Tipe kerusakan eksudasi di jumpai sebanyak 1,13% dari total pohon yang
diteliti pada 5 jalan arteri yang terdapat di 5 kecamatan yang ada di Kota Medan.
kemudian mengeluarkan getah pada bagian pohon yang terluka. Tipe kerusakan
eksudasi ini paling banyak dijumpai pada lokasi bagian bawah dan bagian atas
batang sebanyak 28 pohon dan paling sedikit dijumpai pada lokasi akar dan
batang bagian bawah sebanyak 5 pohon. Peta sebaran kerusakan eksudasi dapat
dilihat pada gambar 14.
Gambar 14. Peta sebaran kerusakan eksudasi di Kota Medan bagian utara Batang Patah Atau Mati
Tipe kerusakan batang patah yang di temukan pada lokasi penelitian di 5
jalan arteri di jumpai sebanyak 0,2%. Batang patah/rusak pada daerah batang
(dibawah dasar dari tajuk hidup dan pada pohon masih hidup) terjadi karena
terpotong atau luka yang di akibatkan pohon tersebut terkena kendaraan. Tipe
kerusakan ini dijumpai sebanyak 9 pohon pada lokasi bagian bawah dan bagian
atas batang. Peta sebaran kerusakannya dapat dilihat pada gambar 16.
Gambar 16. Peta sebaran kerusakan batang patah atau mati di Kota Medan bagian utara Mati Ujung
Tipe kerusakan mati ujung dijumpai sebanyak 3,83% dari total pohon
yang diteliti pada 5 jalan arteri yang terdapat di 5 kecamatan yang ada di Kota
Medan. Mati ujung ini terjadi akibat serangan serangga, penyakit atau
sebab-sebab lainnya.Tipe kerusakan ini dijumpai sebanyak 165 pohon pada lokasi
bagian pucuk dan tunas. Dalam penelitian ini jumlah kerusakan mati ujung
yang paling sedikit di temukan yakni di Jln. H.M.Yamin sebanyak 1 kerusakan
dan paling banyak ada 145 kerusakan ditemukan di Jln. Yos Sudarso. Peta
sebaran kerusakannya dapat dilihat pada lampiran 18.
Tipe Kerusakan Cabang Patah atau Mati
Gambar 19. Tipe kerusakan cabang patah pada Pohon Swietenia mahagoni.
Tipe kerusakan cabang patah atau mati dijumpai sebanyak 8,31% dari total
pohon yang diteliti pada 5 jalan arteri yang terdapat di 5 kecamatan yang ada di
Kota Medan. Cabang patah ini terjadi akibat lapuk dan gejala yang terlihat adalah
daun yang berguguran. Tipe kerusakan ini dijumpai sebanyak 358 pohon pada lokasi
Gambar 20. Peta sebaran cabang patah atau mati di Kota Medan bagian utara.
Tipe Kerusakan Brum pada Cabang
Gambar 21. Tipe kerusakan brum pada pohon Pterocarpus indicus.
Tipe kerusakan brum dijumpai sebanyak 13,4% dari total pohon yang
diteliti pada 5 jalan arteri yang terdapat di 5 kecamatan yang ada di Kota Medan.
Brum berlebihan ini terjadi akibat dari pemangkasan pemeliharaan.Cabang yang telah
di pangkas dan mengakibatkan tumbuh cabang baru yang bergerombolan. Jika
kerusakan brum dijumpai pada lokasi bagian cabang sebanyak 578 pohon. Peta
sebaran kerusakannya dapat dilihat pada gambar 22.
Gambar 22. Peta sebaran brum pada cabang di Kota Medan bagian utara Tipe Kerusakan Daun
Gambar 23. Tipe kerusakan daun pada pohon Pterocarpus indicus.
Tipe kerusakan daun dijumpai sebanyak 10,8% dari total pohon yang
diteliti pada 5 jalan arteri yang terdapat di 5 kecamatan yang ada di Kota Medan.
Gejala yang terlihat adalah adanya bercak daun dan gejala gosong. Kerusakan
daun ini juga disebabkan oleh polutan udara yang dihasilkan dari kendaraan
gas, meskipun beberapa jenis partikel debu juga dapat mengakibatkan
pengaruh-pengaruh buruk terhadap tumbuhan (Widyastuti., dkk, 2004).
Kerusakan daun ini dapat mengakibatkan kerusakan lebih lanjut yaitu
daun berguguran akibatnya ruas jalan arteri akan terlihat banyak beterbangan daun
daun yang telah berguguran dari pepohonan.Tipe kerusakan daun dijumpai
sebanyak 469 pohon pada lokasi bagian daun. Dalam penelitian ini jumlah
kerusakan daun yang paling sedikit di temukan yakni di Jln. Jawa sebanyak 1
kerusakan dan paling banyak ada 410 kerusakan ditemukan di Jln. Yos Sudarso
Peta sebaran kerusakan daun dapat dilihat pada gambar 24.
Tipe Kerusakan Daun Berubah Warna
Gambar 25. Tipe kerusakan daun berubah warna pada pohon Pterocarpus indicus. Tipe kerusakan daun berubah warna ini dijumpai sebanyak 7,6% dari total pohon
yang diteliti pada 5 jalan arteri yang terdapat di 5 kecamatan yang ada di Kota
Medan. Gejala yang terlihat adalah gejala klorosis, yaitu dimana daun tidak lagi
berwarna hijau atau berubah warna menjadi kuning. Perubahan warna ini dapat
disebabkan oleh rusaknya klorofil (zat hijau daun) atau akibat kekurangan cahaya
matahari atau karena serangan penyakit. Perubahan warna juga terjadi dalam
bentuk bercak-bercak cokelat karat, ungu, hitam, kelabu, keputih-putihan atau
bersama-sama (Pracaya, 2003).Tipe kerusakan daun berubah warna ini dijumpai
sebanyak 330 pohon pada lokasi daun. Peta sebaran kerusakan daun berubah
Gambar 26. Peta sebaran daun berubah warna di Kota Medan bagian utara Tipe Kerusakan Vandalisme
(a) (b)
Tipe kerusakan vandalis paling banyak dijumpai yaitu sebesar 22,7% dari
2603 pohon yang diteliti pada 5 jalan arteri yang terdapat di 5 kecamatan yang ada
di Kota Medan. Tipe kerusakan ini juga disebabkan oleh manusia yang menempeli
spanduk maupun poster-poster pada pohon yang berada di pinggiran jalan kota
Medan. Manusia menempelkan spanduk dan poster pada pohon ini menggunakan
paku sehingga melukai pohon. Tipe kerusakan vandalisme paling banyak
dijumpai pada lokasi bagian bawah batang yaitu sebanyak 907 pohon dan paling
sedikit dijumpai pada lokasi akar dan batang bagian bawah sebanyak 4 pohon.
Peta sebaran kerusakan vandalisme dapat dilihat pada gambar 28.
Gambar 28. Peta sebaran vandalisme di Kota Medan bagian utara.
Kerusakan Pohon Berdasarkan Jalan Arteri di jalur Hijau Kota Medan Bagian Utara.
Jalan Gaharu adalah salah satu jalan arteri sekunder yang terdapat di
Kecamatan Medan Timur dengan panjang jalan 1,521 km. Pada jalan ini terdapat
156 pohon yang di dominasi oleh spesies mahoni daun lebar ( swietenia
macrophylla) dan yang paling sedikit yaitu kemiri 1 pohon dan juga merupakan
satu satunya pohon kemiri yang ada ditemukan di lokasi penelitian ini. Pada jalan
gaharu ini tidak ditemukan jalur hijau di bagian median tetapi hanya pada bagian
tepi kiri dan kanan. Kondisi kesehatan pohon 83 pohon ringan, 71 pohon sehat
sedangkan untuk kelas sedang dan berat hanya 1 pohon. Peta sebaran kelas
kerusakan pohon di jalan gaharu dapat dilihat gambar 29.
Gambar 29. Peta kelas kesehatan pohon di Jalan Gaharu.
2. Jalan Yos Sudarso
Jalan Yos Sudarso merupakan jalan artei primer yang melaui 4 kecamatan
Kecamatan Medan labuhan dan kecamatan Medan Belawan. Panjang jalan Yos
Sudarso ini adalah 18,943 dan lebar 26 m. Jalan Yos sudarso merupakan jalan
yang sering di lalui oleh kendaraan seperti truk besar yang mengangkut barang ke
pelabuhan di Kecamatan Belawan. Jalur ini juga merupakan daerah KIM
(Kawasan Industri Medan) sehingga banyak polusi yang di timbulkan terutama
polusi udara oleh karena itu keberadaan pohon dan kesehatan pohon di jalur ini
sangat dibutuhkan agar dapat mengurangi polusi udara tersebut. Kondisi
kesehatan pohon 551 pohon ringan dan 1421pohon sehat sedangkan untuk kelas
berat ada 2 pohon. Jenis pohon yang paling mendominasi adalah mahoni daun
lebar (Swietenia macrophylla) 1122 pohon dan yang paling mendominasi
berikutnya adalah angsana (Parasianthes Falcataria) 645 pohon. Peta sebaran
kelas kerusakan pohon di Jalan Yos Sudarso dapat dilihat gambar 30.
3. Jalan H.M.Yamin
Jalan M. Yamin adalah salah satu jalan arteri sekunder yang terdapat di
Kecamatan Medan Timur dengan panjang jalan 1,545 km. Pada jalan ini terdapat
133 pohon yang di dominasi oleh spesies angsana (pterocarpus indicus) dan yang
paling sedikit yaitu pulai (Alstonia scholaris) 1 pohon. Pada jalan M. Yamin ini
tidak ditemukan jalur hijau di bagian median tetapi hanya pada bagian tepi kiri
dan kanan. Kondisi kesehatan pohon 44 pohon ringan dan 86 pohon sehat
sedangkan untuk kelas sedang dan berat tidak ada ditemukan. Peta sebaran kelas
kerusakan pohon di jalan H.M.Yamin dapat dilihat gambar 31.
Gambar 31. Peta kelas kesehatan pohon di Jalan H.M.Yamin.
4. Jalan Jawa
Jalan jawa merupakan jalan arteri sekunder ang terdapat di Kecamatan
Medan timur berdasarkan Badan Pusat Statistika Kota Medan tahun 2014 ini
adalah 7,76 km². Pohon yang mendominasi di jalur ini adalah jenis angsana
(Parasianthes falcataria) sedangkan yang paling sedikit yaitu mahoni (Swietenia
mahagoni) 1 pohon. Kondisi kesehatan pohon 33 pohon ringan dan 35 pohon sehat
sedangkan untuk kelas sedang ada 2 pohon. Peta sebaran kelas kerusakan pohon
di Jalan Jawa dapat dilihat gambar 32.
Gambar 32. Peta kelas kesehatan pohon di Jalan Jawa.
Jalan Perintis Kemerdekaan
Jalan perintis Kemerdekaan merupakan jalan arteri sekunder ang terdapat
di Kecamatan Medan Timur dengan panjang jalan 1,461km dan lebar 26 m.
Pohon yang mendominasi di jalur ini adalah jenis angsana (Parasianthes
indica)1 pohon. Kondisi kesehatan pohon 55 pohon ringan dan 103 pohon sehat.
Peta sebaran kelas kerusakan pohon di Jalan Perintis Kemerdekaan dapat dilihat
gambar 33.
Gambar 33. Peta kelas kesehatan pohon di Jalan Perintis Kemerdekaan.
Tindakan Pemeliharaan
1. Pengendalian kimiawi dengan fungisida atau bakterisida
Fungisida adalah bahan kimia yang digunakan untuk mengendalikan
jamur atau fungi, sedangkan bakterisida adalah bahan kimia yang digunakan
untuk mengendalikan bakteri. Penggunaan fungisida atau bakterisida dapat
bermacam macam misalnya dengan cara penyemprotan, pengolesan dn
2. Tindakan Penyiraman
Jalur hijau terdapat pada sisi kanan dan kiri serta pertengahan jalan arteri
membuat ruang tumbuh sempit dan perolehan unsur hara dari tanah juga
terbatas. Sehingga diperlukan penyiraman untuk mensuplai unsur hara dsri
tanah. Penyiraman dilakukan bila hujan tidak turun selama beberapa hari
danharus lebih sering pada musim kemarau.
3. Tindakan Pemangkasan
Saatpemangkasan pohon menyebabkan kerusakan baru sepertibrum
atau cabang berlebihan. Perawatan yang dilakukan adalah dengan memangkas
kembali cabang yang terserang brum dan melakukan perawatan luka pada
batang yang
dilakukan dengan cara menyayat daerah tepi luka dengan bentuk elif dan sejajar
dengan aliran hara pohon. Bagian yang baru dipotong tersebut kemudian diberi
fungisida atau ditutup dengan lilin dan malam atau paraffin cair. Hal ini
dimaksudkan untuk mencegah penguapan dan penyakit. Perlindungan luka
dilakukan 4-6 bulan sekali (Stalin, ).
4. Pemupukan
Terdapatnya daun yang berwarna kuning merupakan salah satu indikator
kurangnya nutrisi tanaman.gejala defisiensi unsur hara nitrogen dicirikan dengan
helaian dan tulang daun yang berwarna kuning disertai dengan nekrosis dari basal
sampai dengan apikal daun. Pengefektifan pemberian pupuk NPK perlu
dilaksanakan demi meningkatkan kondisi kesehatan tumbuhan (Noviady dan
5. Tindakan Pembersihan
Sampah-sampah yangberasal dari pengunjung ataupun dedaunan selalu
dibersihkan. Sampah yangdikumpulkan dan dipisahkan antara sampah organik
dan anorganik. Karena sampah sampah yang ada di sekitar jalan arteri kota
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Jenis pohon yang berada di lima jalur hijau pada lima kecamatan Medan
Bagian Barat didominasi oleh Mahoni daun lebar (Swietenia macrophylla)
dan Angsana (Pterocarpus indiscus), sedangkan yang paling sedikit Kemiri
(Aleurites moluccana ) hanya satu pohon.
2. Tipe kerusakan pada jalur hijau Medan Bagian Utara dijumpai sebanyak 12
tipe. Tipe kerusakan paling banyak adalah kerusakan vandalisme sebesar
22,7 % kemudian kanker dengan 18,7 % dan paling sedikit adalah batang
patah sebesar 0,2 %. Tipe kerusakan yang tidak ditemukan yakni tipe
kerusakan akar patah dan mati. Tingkat kerusakan Pohon pada 5 jalan arteri
dan 5 kecamatan Kota Medan bagian utara tergolong kelas Sehat dengan
NIK sebesar 4,213.
3. Persebaran kelas kerusakan pada jalur hijau Medan Bagian Utara terdapat
1716 pohon sehat, 766 pohon yang mengalami kerusakan ringan, 47 pohon
sedang dan 3 pohon yang mengalami kerusakan berat.
Saran
Meskipun tingkat kerusakan yang terjadi masih tergolong sehat, sebaiknya
Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Medan melakukan pemeliharaan dan
perawatan secara intensif baik itu penyiraman, pemangkasan serta dapat
mengurangi vandalis (pemakuan pohon). Penelitian ini dapat menjadi acuan untuk
TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian Hutan Kota
Definisi hutan kota (Urban Forest) menurut Fakuara (1987) adalah
tumbuhan atau vegetasi berkayu di wilayah perkotaan yang memberikan manfaat
lingkungan yang sebesar-besarnya dalam kegunaan-kegunaan proteksi, estetika,
rekreasi dan kegunaan-kegunaan khusus lainnya (Miardini, 2006).
Menurut PP No. 63 tahun 2002 Hutan Kota adalah suatu hamparan lahan
yang bertumbuhan pohon-pohon yang kompak dan rapat di dalam wilayah
perkotaan baik pada tanah negara maupun tanah hak, yang ditetapkan sebagai
Hutan Kota oleh pejabat yang berwewenang dengan tujuan untuk kelestarian,
keserasian dan keseimbangan ekosistem perkotaan yang meliputi unsur
lingkungan, sosial dan budaya.
Peranan Hutan Kota
Hutan kota memiliki beberapa peranan penting, diantaranya yaitu sebagai
identitas kota, pelestarian plasma nutfah, penahan dan penyaring partikel padat
dari udara, penyerap dan penjerap partikel timbal, penyerap dan penjerap debu
semen, peredam kebisingan, mengurangi bahaya hujan asam, penyerap karbon
monoksida, penyerap karbondioksida dan penghasil oksigen, penahan angin,
penyerap dan penapis bau, mengatasi penggenangan air, mengatasi intrusi air laut,
produksi terbatas, ameliorasi iklim, dan pengelolaan sampah (Dahlan, 1992).
Menurut Peraturan Pemerintah No. 63 tahun 2002 fungsi hutan kota
meresapkan air, menciptakan keseimbangan dan keserasian lingkungan fisik kota,
dan mendukung pelestarian keanekaragaman hayati Indonesia.
Tipe Hutan Kota
Menurut Miardini (2006), tipe-tipe hutan kota adalah sebagai berikut:
a. Tipe Pemukiman
Hutan kota di daerah pemukiman dapat berupa taman dengan komposisi
tanaman pepohonan yang tinggi dikombinasikan dengan semak dan rerumputan.
Taman adalah sebidang tanah terbuka dengan luasan tertentu di dalamnya ditanam
pepohonan, perdu, semak dan rerumputan yang dapat dikombinasikan dengan
kreasi dari bahan lainnya. Umumnya dipergunakan untuk olah raga, bersantai,
bermain dan sebagainya.
b. Tipe Kawasan Industri
Suatu wilayah perkotaan pada umumnya mempunyai satu atau beberapa
kawasan industri. Limbah dari industri dapat berupa partikel, aerosol, gas dan
cairan dapat mengganggu kesehatan manusia. Di samping itu juga dapat
menimbulkan masalah kebisingan dan bau yang dapat mengganggu kenyamanan.
Hutan kota dapat dibangun untuk menghindari dan memperkecil dampak akibat
adanya kawasan industri.
c. Tipe Rekreasi dan Keindahan
Rekreasi pada kawasan hutan kota bertujuan untuk menyegarkan kembali
kondisi badan yang sudah penat dan jenuh dengan kegiatan rutin, supaya siap
menghadapi tugas yang baru. Untuk mendapatkan kesegaran diperlukan suatu
masa istirahat yang terbebas dari proses berpikir yang rutin sambil menikmati
d. Tipe Pelestarian Plasma Nutfah
Hutan konservasi mengandung tujuan untuk mencegah kerusakan
perlindungan dan pelestarian terhadap sumberdaya alam. Bentuk hutan kota yang
memenuhi kriteria ini antara lain: kebun raya, hutan raya dan kebun binatang. Ada
dua sasaran pembangunan hutan kota untuk pelestarian plasma nutfah yaitu
sebagai tempat koleksi plasma nutfah, khususnya vegetasi secara ex-situ dan
sebagai habitat, khususnya untuk satwa yang akan dilindungi atau dikembangkan.
e. Tipe Perlindungan
Selain dari tipe yang telah disebutkan di atas, areal kota dengan mintakat ke lima
yaitu daerah dengan kemiringan yang cukup tinggi yang ditandai dengan 5
tebing-tebing yang curam ataupun daerah tepian sungai perlu dijaga dengan
membangun hutan kota agar terhindar dari bahaya erosi dan longsoran.
f. Tipe Pengamanan
Hutan kota tipe pengamanan adalah jalur hijau di sepanjang tepi jalan bebas
hambatan. Dengan menanam perdu yang liat dan dilengkapi dengan jalur pohon
pisang dan tanaman yang merambat dari legum secara berlapis-lapis, akan dapat
menahan kendaraan yang keluar dari jalur jalan. Sehingga bahaya kecelakaan
karena pecah ban, patah setir ataupun karena pengendara mengantuk dapat
dikurangi.
Karakteristik dan Kesehatan Pohon
Tanaman yang sehat adalah tanaman yang dapat menjalankan
fungsi-fungsi fisiologisnya dengan bailk, misalnya proses potosintesis dan respirasi,
proses metabolisme, penyerapan dan trasnlokasi zat hara, serta penyerapan air.
mengakibatkan terganggunya proses proses fisiologis tersebut, selanjutnya
akan menimbulkan kerusakan dan dapat menghambat pertumbuhan dan
perkembangnan tanaman dan menurunkan kuantitas dan kualitas
hasil (Enda, J dan Novizan, 2002)
Pertumbuhan dan hasil tumbuhan bergantung pada ketersediaan hara dan
air di dalam tanah tempat tumbuhan tersebut tumbuh, dan pada pemeliharaan
dalam kisaran faktor-faktor lingkungan tertentu, seperti suhu, kelembaban dan
cahaya. Sesuatu yang mempengaruhi kesehatan tumbuhan berkemungkinan besar
juga akan mempengaruhi pertumbuhan dan produksinya, dan akan dapat
menurunkan kegunaannya bagi manusia. Patogen tumbuhan, cuaca yang tidak
menguntungkan, gulma dan serangga hama adalah penyebab yang sangat umum
dalam menurunkan pertumbuhan dan produksi tumbuhan. Apabila tumbuhan
diganggu oleh patogen atau oleh keadaan lingkungan tertentu dan salah satu atau
lebih dari fungsi tersebut terganggu sehingga terjadi penyimpangan dari keadaan
normal, maka tumbuhan menjadi sakit. Penyebab utama penyakit baik berupa
organisme hidup patogenik (parasit) maupun faktor lingkungan fisik (fisiopath).
(Yunasfi, 2002).
Kerusakan pada Pohon
Kerusakan atau kerugian yang disebabkan oleh patogen, serangga, polusi
udara dan kondisi alamiah lain serta aktivitas-aktivitas yang dilakukan oleh
manusia dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan pohon. Untuk
monitoring kesehatan pohon, tanda-tanda dan gejala-gejala kerusakan dicatat,
didefenisikan, apakah kerusakan dapat mematikan pohon atau memberi pengaruh
Kerusakan tanaman atau bagian tanaman tidak hannya disebabkan oleh
serangan hama dan penyakit tanaman. Disamping faktor genetik, pertumbuhan
tanaman dipengaruhi oleh faktor lingkungan, seperti ketersediaan air dan unsur
hara, perubahan suhu, kelembapan udara, dan intensitas cahaya. Selain itu ada
juga Organisme pengganggu tanaman. Organisme perusak tanaman
dikelompokkan menjadi 3 golongan:
1. Hewan atau binatang pengganggu dan perusak tanaman misalnya
serangga, moluska, dan mamalia
2. Penyakit yang disebabkan oleh jasad mikro seperti jamur, bakteri dan
virus
3. Gulma yaitu tanaman yang tidak diharapkan kehadirannya pada suatau
area pertanian
(Enda, J dan Novizan, 2002).
Tipe kerusakan biasanya sangat spesifik dan masing-masing mempunyai
nilai yang spesifik pula. Kanker pada bagian batang memberikan risiko kerusakan
lebih tinggi dibanding dengan kerusakan oleh pembengkokan batang. Lokasi
kerusakan ditentukan berdasarkan atas kedudukan kerusakan pada bagian batang
pokok dan pada bagian tajuk. Batang pokok merupakan lokasi yang mempunyai
nilai kerusakan lebih tinggi dibanding bagian tanaman yang lain, makin dekat
dengan permukaan tanah nilai kerusakan lebih tinggi. Keparahan merupakan
faktor lain yang menentukan nilai penting suatu kerusakan dan batas minimalnya
ditentukan berdasarkan atas proporsi bagian tanaman yang rusak. Kanker batang
yang lebar luka terbesarnya lebih dari 20% lingkar batang tempat kanker terjadi
Faktor yang Mempengaruhi Kerusakan Pohon
Secara alamiah yang termasuk pengganggu tanaman dapat dikelompokkan
menjadi:
1. Pengganggu yang termasuk jasad hidup (organisme hidup-non biotis/ abiotis)
Hama ialah jasad pengganggu yang merupakan sejenis makhluk hidup yang
termasuk kepada kelompok hewan atau binatang. Serangga dapat merusakan
tanaman dengan cara:
a) memakan bagian tanaman dengan cara menggerek batang, ranting, buah atau
biji
b) menghisap cairan sel-sel tanaman terutama daun
c) menyebabkan bengkak/ puru pada bagian tertentu
d) menyebabkan kanker pada batang/ bagian berkayu
e) meletakkan telur pada bagian tanaman, mengambil bagian tanaman untuk
dijadikan sarang
f) menularkan jasad pengganggu gulma yaitu jasad pengganggu yang merupakan
sebangsa jenis tumbuhan tingkat tinggi yang bukan termasuk ke dalam penyebab
penyakit biotis. Gulma bersifat mengganggu, merugikan merusak kalau ditinjau
dari segi sifat dan keberadaannya.
2. Pengganggu yang bukan jasad hidup
Bencana alam lingkungan seperti banjir, erosi, kekeringan, longsor yang
disebabkan oleh faktor dan unsur iklim serta cuaca. Kekeliruan (yang bukan
secara alamiah) yang secara tak langsung sebagai akibat tindakan kurang hati-hati
atau kurang lengkapnya prasyarat tumbuh dan kesalahan budidaya.
Kerusakan mekanis pada pohon biasanya berbentuk suatu luka terbuka
pada kulit kayu, walaupun ada pula kerusakan mekanis sampai menyebabkan
matinya pohon yaitu karena disambar petir. Kerusakan mekanis pada pohon dapat
terjadi disebabkan oleh luka pada kulit dan kayu pohon, kebakaran pada pohon,
hujan es atau salju yang menyebabkan daun rontok
(Djafarudin, 1996 dalam Natalia, 2014).
Tipe-tipe Kerusakan Pohon
Menurut Mangold (1997), tipe-tipe kerusakan pada adalah sebagai berikut:
1. Kanker
Kanker dapat disebabkan oleh berbagai agen tetapi lebih sering
disebabkan oleh jamur. Kulit kambium dimatikan dan diikuti dengan kematian
kayu dibawah kulit. Matinya kayu di bawah kulit tersebut bisa disebabkan oleh
agen penyebab kerusakan yang memang melakukan penetrasi hingga ke kayu.
Hal ini menimbulkan daerah jaringan yang mati akan semakin dalam dan luas
atau membentuk gall yang disebabkan oleh jamur karat pada akar, batang atau
cabang.
2. Busuk Hati, Tubuh Buah dan Indikator Lapuk Lanjut
Tubuh buah pada batang utama, batang tajuk dan pada titik percabangan
adalah indikator lapuk kayu ”Punky Wood” atau kayu gembol timbul bila ada
lubang yang besarnya lebih dari lebar suatu pensil terjadi pada batang utama.
3. Luka Terbuka
Suatu luka atau serangkaian luka yang ditunjukkan dengan mengelupasnya
kulit atau kayu bagian dalam telah terbuka dan tidak ada tanda lapuk lanjut.
sebagai luka terbuka, jika memenuhi nilai ambang tetapi luka-luka yang tidak
mengganggu keutuhan kayu batang utama dikeluarkan (tidak termasuk).
4. Resinosis atau gumosis
Daerah resin atau gum (cairan) eksudasi pada cabang atau batang.
5. Batang patah kurang dari 0,91 m
Akar-akar putus di dalam karak/pada 0,91m dari batang baik karena
galian atau terluka sebagai contoh, akar-akar yang terluka pada suatu jalan,
terpotong atau luka oleh binatang. Batang patah/rusak pada daerah batang
(dibawah dasar dari tajuk hidup dan pada pohon masih hidup).
6. Malformasi
Malformasi (perubahan bentuk) ialah berubah bentuk tanaman atau alat
serta organnya.
7. Akar Patah atau Mati
Akar-akar di luar 0,91 m dari batang yang terluka atau mati.
8. Mati ujung
Kematian dari ujung batang tajuk yang disebabkan oleh salju, serangga,
penyakit atau sebab-sebab lainnya.
9. Cabang Patah atau mati
Cabang yang patah atau mati. Cabang mati terdapat pada batang atau
batang tajuk di luar daerah tajuk hidup.
10. Percabangan berlebihan atau brum di dalam darah tajuk hidup.
Brum adalah suatu gerombolan ranting yang padat, tumbuh di suatu
tempat yang sama terjadi di dalam darah tajuk hidup. Termasuk struktur
11. Kerusakan kuncup daun atau tunas
Termakan serangga, terkerat atau daun terkeliat, kuncup atau tunas
terserang > 50%, pada sekurang-kurangnya 30% dari daun, kuncup atau tunas.
12. Perubahan warna daun
Sekurang-kurangnya 30% dari daun yang terganggunya 50%. Daun
terganggu harus lebih dari beberapa warna yang lain dari warna hijau. Jika
pengamat tidak yakin bahwa warna daun itu hijau, maka anggaplah warna itu
hijau dan bukan warna lain.
13. Lain-lain (digunakan bila tidak ada penjelasan lain yang lebih sesuai).
Menurut Dahlan (1992) dalam Nugraha (2014), luka terbagi menjadi 2
bagian, yaitu: a) luka yang terbatas hanya pada kulit luar saja dan b) luka yang
terjadi pada kulit luar, kulit dalam dan juga luka pada kayu gubal dan kayu teras.
Semua bentuk dan ukuran luka dapat berfungsi sebagai tapak infeksi, mulai dari
luka yang ditimbulkan oleh serangga makroskopik sampai luka karena aktivitas
pemotongan batang serta cabang. Banyak patogen yang memanfaatkan luka
sebagai tapak infeksi alternatif dan mengambil keuntungan melalui jaringan yang
menjadi rentan.
Penyakit busuk akar disebabkan oleh cendawan. Gejalanya adalah
kelayuan dan kematian tanaman secara cepat, perubahan warna kuning pada
daun, pertumbuhan kerdil, gugur daun sebelum waktunya. Penyakit kanker
batang penyebabnya adalah cendawan. Gejalanya yaitu, mula mula batang
yang terserang timbul bercak basah dan diliputi oleh miselia cendawan,
gum/ getah/ belendok, pembusukan meluas dengan cepat dan mengakibatkan
tanaman mati (Tjahjadi, 1989).
Kerusakan kanker, konk dan cabang patah atau mati yang ditemukan
merupakan kerusakan yang disebabkan oleh karena terserang jamur. Kerusakan
kanker batang disebabkan oleh serangan Phytophthora palmivora, Cytospora
(minor), dan Hypoxylon mammatum (minor). Pada kerusakan konk dan cabang
patah atau mati disebabkan karena terserang oleh jamur S. commune, sehingga
untuk memberantasnya diperlukan fungisida serta membuka ruang tumbuh yang
lembab (Stalin., dkk,2013).
Pemeliharaan Pohon
Tanaman akan tumbuh dengan baik bila tanaman yang dipilih toleran
dengan lingkungan tempat penanaman. Metode penanaman yang benar akan
menyiapkan tempat yang menjamin dengan baik pertumbuhan akar dan tajuk.
Pemeliharaan yang tepat akan menjamin pertumbuhan dengan kecepatan yang
normal, terhindar dari gangguan hama penyakit dan vandalisme. Sebaliknya jika
faktor-faktor yang menentukan pertumbuhan tersebut tidak tepat, maka tanaman
akan tumbuh lamban, tidak menampilkan sifat fisik yang diinginkan, dan bahkan
tanaman akan sewaktu waktu tumbang (Nasrullah, 2005).
Pemeliharaan pohon dibedakan dalam dua bagian, yaitu pemeliharaan
umum dan pemeliharaan khusus terhadap pohon yang tidak normal. Pemeliharaan
umum mencakup pemindahan tanaman, pemupukan, pemangkasan, perlakuan
terhadap luka, penambalan lubang pohon, penguatan dan pengawatan, sedangkan
penyakit, penyiraman, kontrol kerusakan dan sebagainya (Pirone 1972 dalam
Natalia, 2015).
Tingkat pemeliharaan terdiri dari pemeliharaan intensif, semi intensif, dan
eksktensif. Jalur hijau jalan termasuk kedalam tingkatan semi intensif seperti 1)
penyiangan, pengendalian gulma, 2) penggemburan tanah, pengaerasian tanah, 3)
penyiraman, irigasi, 4) pemupukan, 5) penyulaman tanaman, 6) pengendalian
hama dan penyakit (Arifin, 2002).
Tindakan pemeliharaan ini bertujuan untuk menanggulangi atau mencegah
terjadinya penyebab kerusakan dan merawat pohon yang rusak sehingga pohon
dapat menjalankan fungsi fisiologisnya secara normal. Kerusakan yang
disebabkan oleh jamur dapat diberantas dengan menggunakan membuka ruang
tumbuh yang lembab. Penggunaan fungisida dapat bermacammacam misalnya
dengan cara penyemprotan, pengolesan, fumigasi (Stalin., dkk, 2013).
Sistem Informasi Geografis (SIG)
Pada hakekatnya Sistem Informasi Geografis (SIG) adalah suatu rangkaian
kegiatan yang dilakukan untuk mendapatkan gambaran situasi ruang muka bumi
atau informasi tentang ruang muka bumi yang diperlukan untuk dapat menjawab
atau menyelesaikan suatu masalah yang terdapat dalam ruang muka bumi yang
bersangkutan. Rangkaian kegiatan tersebut meliputi pengumpulan, penataan,
pengolahan, penganalisisan, dan penyajian data-data/fakta-fakta yang ada atau
terdapat dalam ruang muka bumi tertentu. Jadi SIG adalah rangkaian kegiatan
pengumpulan, penataan, pengolahan dan penganalisisan data/ fakta spasial hingga
diperoleh informasi spasial untuk dapat menjawab atau menyelesaikan suatu
Sistem informasi geografis dapat dimanfaatkan untuk mempermudah
dalam mendapatkan data-data yang telah diolah dan tersimpan sebagai atribut
suatu lokasi atau obyek. Data-data yang diolah dalam SIG pada dasarnya terdiri
atas data spasial dan data atribut dalam bentuk digital. Sistem ini merelasikan
data spasial (lokasi geografis) dengan data non spasial, sehingga para
penggunanya dapat membuat peta dan menganalisis informasinya dengan
berbagai cara. SIG merupakan alat yang handal untuk menangani data spasial,
dimana dalam SIG data dipelihara dalam bentuk digital sehingga data ini lebih
padat dibanding dalam bentuk peta cetak, tabel, atau dalam bentuk konvensional
lainya yang akhirnya akan mempercepat pekerjaan dan meringankan biayayang
diperlukan (Prahasta, 2009).
Aplikasi Sistem Informasi Geografis (SIG) untuk Pemetaan Pohon di Jalur Hijau Kota Medan Bagian Utara
Sejalan dengan waktu dan perkembangan ilmu pengetahuan, penelitian
mengenai penyebaran pohon dapat diperbaharui dengan satu teknologi yaitu
Sistem Informasi Geografis (SIG). Dengan teknologi tersebut dapat menghemat
waktu, biaya dan dapat memudahkan dalam pengambilan dan pengolahan data
penelitian (Aryawan, 2014).
Salah satu fungsi tools SIG yang paling powerful dan mendasar adalah
integrasi data dengan cara baru. Salah satu contohnya adalah overlay, yang
memadukan layers data yang berbeda. SIG juga dapat mengintegrasikan data
secara matematis dengan melakukan operasi-operasi terhadap atribut-atribut
PENDAHULUAN
Latar belakang
Daerah Kota Medan merupakan salah satu ibu kota Provinsi Sumatera
Utara yang mengalami perkembangan secara cepat. Namun Pembangunan dan
perkembangan kota cenderung pada alih fungsi lahan untuk memenuhi kebutuhan
dan meningkatkan pelayanan pada penduduk kota. Salah satu dampaknya adalah
berkurangnya lahan bervegetasi seperti jalur hijau, taman kota, pekarangan, lahan
pertanian dan hutan yang banyak dialih fungsikan menjadi lahan pemukiman,
perkantoran, rekreasi dan juga industri. Berkurangnya tutupan lahan yang
bervegetasi akan mempengaruhi kualitas lingkungan (Lestari et all, 2005). Hal ini
menyebabkan perlunya dilakukan peningkatan kualitas dan kuantitas ruang
terbuka hijau. Salah satu bentuk ruang terbuka hijau yang diperlukan adalah
koridor jalan yang berupa jalur hijau.
Menurut peraturan Menteri Pekerjaan Umum tentang Pedoman dan
Pemanfaatan RTH di kawasan Perkotaan (2008) Jalur hijau adalah jalur
penempatan tanaman serta elemen lansekap lainnya yang terletak di dalam ruang
milik jalan (RUMIJA) maupun di dalam ruang pengawasan jalan (RUWASJA).
Sering disebut jalur hijau karena dominasi elemen lansekapnya adalah tanaman
yang pada umumnya berwarna hijau. Pohon sebagai bagian dari jalur Hijau
memiliki fungsi yang sangat penting. Pohon merupakan penetralisir sumber
pencemar gas buangan kendaraan bermotor, tajuknya yang rindang memberikan
keteduhan, sistem perakarannya dapat meningkatkan infiltrasi air permukaan dan
mengurangi air limpasan sehingga meningkatkan jumlah air di dalam tanah. Di
tambah keindahan. Fungsi-fungsi tersebut dapat berjalan dengan baik apabila
ditunjang oleh faktor-faktor pendukung seperti faktor lingkungan, jenis pohon dan
tingkat adaptasi dari pohon itu sendiri terhadap lingkungannya.
Kesehatan pohon juga sangat mempengaruhi keberadaan dan fungsi hutan
kota sebagai penopang keseimbangan lingkungan secara ekologi dan ekonomi.
Oleh karena itu kesehatan pohon perlu dijaga supaya tidak terjadi kerusakan baik
penyakit maupun mekanik yang dapat menurunkan kemampuan pohon dalam
menyerap karbon dan fungsi lainnya yang akan berdampak pada kualitas
lingkungan. Hal ini didukung oleh pernyataan (Pranoto, 2009) yang menyatakan
bahwa hutan kota memiliki manfaat yang sangat besar terhadap lingkungan
perkotaan baik ekologi maupun ekonomi.
Jalan arteri primer dan jalan arteri sekunder yang ada di Kota Medan
bagian utara merupakan salah satu jalur yang padat kendaraan terutama pada siang
hari. Oleh karena itu diperlukan keberadaan pohon untuk menetralisir udara
lingkungan kota agar polusi udara dapat dihindari atau paling tidak dapat
dikurangi. Untuk kepentingan itu banyak pohon yang ditanam di sepanjang jalan
tersebut dan harus terjamin kesehatannya sehingga diharapkan dapat berfungsi
dengan baik sebagaimana mestinya. Namun masih terdapat pohon-pohon yang
rusak di sepanjang Jalan arteri primer dan arteri sekunder yang dapat
menyebabkan kerugian bagi pengguna jalan jika pohon tersebut tumbang. Untuk
kepentingan itu, maka diperlukan data-data tentang kerusakan pohon dan tingkat
kerusakan pohon yang ada di jalan arteri primer dan sekunder di Kota Medan
bagian utara. Dengan demikian perlu untuk melakukan penelitian tentang tipe
supaya pemeliharaan dan penanganannya tepat sasaran sesuai dengan kebutuhan
di lapangan.
Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan tersebut, maka tujuan penelitian ini dapat dirumuskan
sebagai berikut :
1. Untuk mengidentifikasi jenis tanaman yang berada di jalur hijau jalan arteri
primer dan arteri sekunder Kota Medan bagian utara.
2. Untuk mengetahui tipe dan tingkat kerusakan pohon yang berada di jalur
hijau jalan arteri primer dan arteri sekunder Kota Medan bagian utara.
3. Untuk memetakan sebaran kelas kesehatan pohon yang berada di jalur hijau
jalan arteri primer dan arteri sekunder Kota Medan bagian utara.
Manfaat Penelitian
1. Sebagai bahan informasi bagi pihak pengelola dan pemerintah untuk
pengembangan Jalur hijau Kota Medan bagian utara.
2. Sebagai bahan informasi mengenai kondisi kesehatan pohon yang berada di
ABSTRAK
ADI PUTRA SINAGA: Analisis Kesehatan Pohon di Jalur Hijau Kota Medan
Bagian utara. Dibimbing oleh RAHMAWATY dan SITI LATIFAH.
Penelitian ini dilakukan di 5 jalur hijau pada 5 Kecamatan Kota Medan. Yang bertujuan untuk mengetahui jenis pohon, jenis kerusakan pohon dan memetakan sebaran kesehatan pohon. Dalam penentuan kesehatan pohon, penelitian ini menggunakan standart Forest Health Monitoring (FHM) untuk mendapatkan Nilai Indeks Kerusakan (NIK) dengan kriteria sehat, ringan, sedang dan berat. Penggunaan aplikasi Sistem Informasi Geografis (SIG) dalam menentukan sebaran kesehatan pohon adalah salah satu teknik untuk pemeliharaan pohon di Jalur Hijau Kota Medan Bagian Utara. Proses pembuatan peta sebaran kesehatan pohon dilakukan dengan menggunakan ArcGis 10.2.2.
Hasil penelitian menunjukkan jenis pohon yang di jumpai di jalur hijau Kota Medan Bagian Utara sebanyak 22 pohon. Pohon yang paling banyak dijumpai adalah pohon mahoni daun lebar (Swietenia macrophylla). Kriteria kerusakan yang mendominasi adalah kelas kriteria ringan. Kerusakan-kerusakan terjadi berasal dari kegiatan aktivitas manusia atau patogen/jamur pada pohon seperti vandalisme dan kanker.
Kata Kunci: Jalur Hijau, Kesehatan Pohon, Sistem Informasi Geografis (SIG),
ABSTRACT
ADI PUTRA SINAGA: The Analysis of Tree Health at Green Line of Western
Medan. Advised by RAHMAWATY AND SITI LATIFAH.
This research was conducted in 5 green line on five subdistricts in Medan with aims to know the type of tree, type of damage of the tree and to map the disseminating of the health of the tree. In determining the tree health, this research used Standart Forest Health Monitoring (FHM) to get the index score of the tree damage (NIK) that requires health, mild, moderate and weight as the criterias. The use of Geographic Information System (SIG) in determining the disseminating the health of the tree is one of the tree cultivation technique in the northern green line Medan. The process of the map of tree health disseminating was done by using ArcGis 10.2.2.
The finding showed 22 types of trees in the northern green line Medan. The most frequently found is Mahoni daun lebar (Swietenia macrophylla). The most dominant criteria of the damage is mild criteria. The damages caused by the human activity or Patogen/ Fungi on the tree such as Vandalism and Cancer.
Key words: Green line, Tree Health, Geographic Information System, Forest
ANALISIS KESEHATAN POHON DI JALUR HIJAU KOTA
MEDAN BAGIAN UTARA
SKRIPSI
ADI PUTRA SINAGA
121201064/ MANEJEMEN HUTAN
PROGRAM STUDI KEHUTANAN
FAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ABSTRAK
ADI PUTRA SINAGA: Analisis Kesehatan Pohon di Jalur Hijau Kota Medan
Bagian utara. Dibimbing oleh RAHMAWATY dan SITI LATIFAH.
Penelitian ini dilakukan di 5 jalur hijau pada 5 Kecamatan Kota Medan. Yang bertujuan untuk mengetahui jenis pohon, jenis kerusakan pohon dan memetakan sebaran kesehatan pohon. Dalam penentuan kesehatan pohon, penelitian ini menggunakan standart Forest Health Monitoring (FHM) untuk mendapatkan Nilai Indeks Kerusakan (NIK) dengan kriteria sehat, ringan, sedang dan berat. Penggunaan aplikasi Sistem Informasi Geografis (SIG) dalam menentukan sebaran kesehatan pohon adalah salah satu teknik untuk pemeliharaan pohon di Jalur Hijau Kota Medan Bagian Utara. Proses pembuatan peta sebaran kesehatan pohon dilakukan dengan menggunakan ArcGis 10.2.2.
Hasil penelitian menunjukkan jenis pohon yang di jumpai di jalur hijau Kota Medan Bagian Utara sebanyak 22 pohon. Pohon yang paling banyak dijumpai adalah pohon mahoni daun lebar (Swietenia macrophylla). Kriteria kerusakan yang mendominasi adalah kelas kriteria ringan. Kerusakan-kerusakan terjadi berasal dari kegiatan aktivitas manusia atau patogen/jamur pada pohon seperti vandalisme dan kanker.
Kata Kunci: Jalur Hijau, Kesehatan Pohon, Sistem Informasi Geografis (SIG),
ABSTRACT
ADI PUTRA SINAGA: The Analysis of Tree Health at Green Line of Western
Medan. Advised by RAHMAWATY AND SITI LATIFAH.
This research was conducted in 5 green line on five subdistricts in Medan with aims to know the type of tree, type of damage of the tree and to map the disseminating of the health of the tree. In determining the tree health, this research used Standart Forest Health Monitoring (FHM) to get the index score of the tree damage (NIK) that requires health, mild, moderate and weight as the criterias. The use of Geographic Information System (SIG) in determining the disseminating the health of the tree is one of the tree cultivation technique in the northern green line Medan. The process of the map of tree health disseminating was done by using ArcGis 10.2.2.
The finding showed 22 types of trees in the northern green line Medan. The most frequently found is Mahoni daun lebar (Swietenia macrophylla). The most dominant criteria of the damage is mild criteria. The damages caused by the human activity or Patogen/ Fungi on the tree such as Vandalism and Cancer.
Key words: Green line, Tree Health, Geographic Information System, Forest
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Saribudolok pada tanggal 27 Oktober 1993 dari ayah
Jasner Sinaga dan ibu Mahdalena Girsang. Penulis merupakan putra ketiga dari
empat bersaudara.
Penulis menyelesaikan pendidikan tingkat Sekolah Dasar RK. Don Bosco
Saribu Dolok tahun 2006, pendidikan tingkat Sekolah Menengah Pertama negri
satu Silimakuta tahun 2009, pendidikan tingkat Sekolah Menengah Atas dari
SMA Budi Murni 2 Medan tahun 2012 dan pada tahun yang sama masuk ke
Program Studi Kehutanan Universitas Sumatera Utara melalui jalur tertulis
Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN). Pada semester VII
memilih minat studi Manajemen Hutan.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif dalam organisasi IMAS USU
( Ikatan Mahasiswa Simalungun Universitas Sumatera Utara) dan menjabat
sebagai divisi organisasi dan kaderisasi pada periode tahun 2015-2016. Penulis
mengikuti Praktik Pengenalan Ekosistem Hutan (P2EH) di Pulau Sembilan
Kabupaten Langkat selama 10 hari. Penulis melaksanakan Praktik Kerja
Lapangan (PKL) di UPT. KPHL Model Unit XXII Lintas Tobasa-Labura dari
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang atas berkat dan
rahmat serta karuniaNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Skripsi ini berjudul “Analisis Kesehatan Pohon Di Jalur Hijau Kota Medan
Bagian Utara”. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi jenis pohon dan
jenis kerusakan pohon sesuai standar Foresth Helath Monitoring (FHM) di Kota
Medan
Pada kesempatan ini penulis menghaturkan pernyataan terima kasih
kepada:
1. Orang tua tercinta (Jasner Sinaga dan Mahdalena Girsang) dan keluarga yang
telah membesarkan dan mendidik penulis selama ini serta selalu memberi
dukungan, doa dan motivasi untuk tetap semangat dalam penyelesaian skripsi
ini.
2. Rahmawaty S.Hut., M.Si., Ph.D dan Siti Latifah S.Hut., M.Si., Ph.D selaku
ketua dan anggota komisi pembimbing yang telah memberi masukan,
membimmbing dengan baik serta memberikan saran berharga dalam
penyelesaian skripsi ini.
3. Imas-Usu yang selalu memberikan dukungan semangat dan doa agar skripsi
ini dapat secepatnya di selesaikan.
4. Teman-teman satu tim penelitian (Ely Hanna Sembiring, Poltak Panjaitan,
M.Taris dan Indra Elieser Sembiring).
5. Semua staf pengajar dan pegawai di Program Studi Kehutanan yang telah
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh
karenanya penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi
kesempurnaan skripsi ini. Penulis berharap agar skripsi ini dapat berguna sebagai
sumber informasi bagi pihak yang membutuhkan.
Medan, Oktober 2016
DAFTAR ISI
Karakteristik dan Kesehatan Pohon ... 6
Kerusakan Pada Pohon ... 7
Faktor yang Mempengaruhi Kerusakan Pohon ... 9
Tipe-tipe Kerusakan Pohon ... 10
Pemeliharaan Pohon ... 13
Sistem Informasi Geografis (SIG) ... 14
SIG untuk Pemetaan Pohon Dijalur Hijau Kota Medan Bagian Utara ... 14
3.Pemetaan Sebaran Kelas Kesehatan Pohon ... 23
HASIL DAN PEMBAHASAN Jenis dan Jumlah Pohon ... 25
Kesehatan Pohon ... 27