• Tidak ada hasil yang ditemukan

Spesifikasi Perumahan

Urgensi tindakan pengawetan dapat diketahui dengan seberapa besar pengaruh pengawetan terhadap ketahanan bahan bangunan terserang oleh rayap, jamur dan organisme perusak lainnya. Bahan bangunan suatu perumahan dapat dlihat dari spesifikasi-spesifikasi perumahan yang digunakan.

Tabel 3. Tahun Pembangunan Perumahan

No Nama Perumahan Tahun Dibangun

1 Tosiro Indah 1993

2 Marelan Mediterania 2000

3 Griya Albania 2003

4 Citra wisata 2000

Hasil kuisioner penelitan menunjukkan waktu pembangunan perumahan tempat penelitian adalah diatas tahun 2000 (Tabel 3). Menunjukkan rata-rata berumur dibawah 10 tahun. Hanya ada satu perumahan yang berumur diatas 10 tahun yang dibangun pada tahun 1993. Hal ini menunjukkan bahwa perumahan ini tergolong perumahan yang masih muda.

Tahun pembangunan perumahan mencerminkan umur rumah contoh. Berdasarkan hasil wawancara di lapangan terhadap pihak developer, pembangunan rumah contoh dibangun bersamaan tanpa ada pemesanan dari konsumen dan ada juga dibangun setelah ada pesanan dari konsumen.

Tabel 4. Spesifikasi Perumahan

Uraian Tosiro Indah Marelan

Mediterania

Griya Albania Citra wisata

Pondasi Cor beton Cor beton Batu kali Cor beton

Lantai Tegel Keramik Keramik Keramik

Dinding Bata plester Bata plester Bata plester Bata plester

Kusen pintu Damar laut Kayu kelas II Damar laut Damar

Kusen jendela Damar laut Kayu kelas II Damar laut Damar

Daun pintu Kayu kelas II Meranti sejenis Panel meranti Meranti

Daun jendela Kayu kelas II Meranti Meranti (setara) Meranti

Rangka atap Kayu kelas II Kayu

sembarang

Baja ringan Meranti

Lisplang Damar laut Meranti Baja ringan Meranti

Plafon Triplek Asbes Plafon gipsum Asbes

Hasil penelitian menunjukkan spesifikasi masing-masing perumahan hampir sama (Tabel 4). Hanya penggunaan jenis bahannya saja yang berbeda. Terlihat pada pondasi ditiga perumahan menggunakan cor beton dan hanya perumahan Griya Albania saja yang menggunakan batu kali. Dinding terbuat dari bata plaster dan lantainya terbuat dari keramik, hanya pada perumahan Tosiro Indah saja ada sebagian yang menggunakan lantai tegel tapi sebagian besar menggunakan keramik.

Penggunaan kayu sebagai bahan terlihat dominan pada kusen pintu, kusen jendela, daun pintu, daun jendela, rangka atap dan lisplangnya dengan jenis kayu yang berbeda–beda pada masing-masing perumahan. Namun yang terlihat penggunaan kayu damar laut dan meranti yang paling diminati. Hal ini disebabkan karena kayu jenis ini yang mudah didapatkan di pasaran dengan harga yang terjangkau.

Alternatif lain pengganti kayu sebagai bahan bangunan adalah penggunaan bahan berjenis baja ringan. Hasil wawancara di lapangan didapat alasan penggunaan jenis ini yaitu dengan pertimbangan supaya tidak mudah terserang rayap atau organisme perusak

lainnya, tidak mudah rusak dan harganya cukup terjangkau. Bahan ini ditemukan pada perumahan Griya Albania yang menggunakan baja ringan sebagai rangka atap rumah contohnya.

Sebagaian rumah di perumahan tersebut sudah ada yang direnovasi dan ada yang masih dalam bentuk aslinya. Berdasarkan pengamatan di lapangan, rumah yang telah direnovasi biasanya ada penambahan seperti perbesaran teras, penamban kamar mandi, penambahan ruangan kerja dan penambahan panjang garasi. Bagian rumah yang masih asli dikarenakan pemilik rumah masih merasa nyaman dan tidak kekurangan dengan keadaan rumah tersebut. Gambar 1 berikut memperlihatkan keadaan rumah yang belum direnovasi.

Gambar 1. Rumah Contoh Yang Belum direnovasi Di Wilayah Penelitian

Tindakan Pengawetan Terhadap Bahan Bangunan Perumahan

Citra Wisata Griya Albania

Hasil penelitian menunjukkan ada tidaknya tindakan pengawetan terhadap bahan bangunan perumahan oleh developer dan seberapa besar pengaruhnya terhadap bahan bangunan tersebut dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5.Tindakan Pengawetan Terhadap Pembangunan Perumahan

Nama Perumahan Tindakan Pengawetan

Ada Tidak Ada

Tosiro Indah - √

Marelan Mediterania - √

Griya Albania - √

Citra wisata - √

Pada Tabel 5 terlihat bahwa hasil penelitian pada 4 (empat) wilayah kota Medan atas tindakan pengawetan yang diberikan terhadap bahan dan lahan bagunan perumahan bahwa tidak adanya tindakan pengawetan yang diberikan oleh pihak developer terhadap bahan bangunan maupun lahan bangunan sebelum dilakukan pembangunan terhadap perumahan tersebut. Hal ini akan mengakibatkan mudahnya bangunan ini rusak dan tidak tahannya suatu bahan bangunan terhadap serangan oleh organisme perusak kayu bangunan seperti rayap, jamur, dan organisme perusak lainnya.

Hasil wawancara yang dilakukan dilapangan terhadap developer, hal ini terjadi karena biaya yang terlalu besar untuk melakukannya, yang berdampak pada harga rumah, sehingga tidak akan seimbang lagi dengan kapasitas yang diberikan. Perumahan dengan perlakuan tindakan pengawetan pra-konstruksi membuat pihak developer mendapatkan untung yang sedikit. Walaupun tanpa tindakan pengawetan sebelumnya, dan mengetahui jelas spesifikasi bangunan rumah tersebut, para konsumen tetap mau membeli rumah dan ini menjadi tanggung jawab dan resiko tersendiri untuk konsumen.

Tindakan pengawetan terhadap bahan bangunan sangat diperlukan agar bahan bangunan tahan lama, awet dan terhindar dari serangan hama perusak kayu. Duljapar (1990), mengatakan bahwa salah satu sifat kayu yang kurang menguntungkan adalah kepekaannya terhadap serangan organisme perusak kayu. Kerusakan kayu dapat terjadi dimana saja dan kapan saja. Kerusakan dapat terjadi sewaktu kayu disimpan maupun digunakan. Bahkan kerusakan kayu juga dapat terjadi pada kayu yang baru saja ditebang.

Suatu upaya yang harus dilakukan adalah membuat perlakuan-perlakuan agar umur pakai kayu lebih lama. Hal serupa juga diungkapkan oleh Rudi, (2005) dalam penelitiannya bahwa upaya pencegahan kerusakan kayu sangat penting dalam rangka peningkatan mutu dan masa pakai (service life) bangunan. Salah satu langka strategis yang dapat diterapkan adalah memperpanjang umur pakai atau mempertahankan umur komponen kayu melalui penerapan teknologi pengawetan kayu sesuai dengan standar teknis yang berlaku.

Tindakan pengawetan tidak hanya bisa dilakukan oleh pihak developer saja, namun juga bisa dilakukan oleh penghuni rumah itu sendiri secara sederhana. Tapi tidak semua penghuni rumah mengetahui tindakan pengawetan tersebut. Berikut adalah hasil penelitian yang menunjukkan pendapat responden pemilik rumah atas pengawetan kayu bahan bangunan pada Tabel 6.

Tabel 6. Pendapat Responden Tentang Pengawetan Kayu Bahan Bangunan

Responden Perumahan

Pendapat Responden Pengawetan Yang Digunakan Tahu% Tidak Tahu%

Tosiro Indah

100 Pengecatan, pelumasan oli,

Marelan Mediterania

66,66 33,333 Pelumasan oli dan

penyemprotan. Griya Albania

100 -

Citra wisata

66,66 33,33 Pengecatan dan pelumasan

oli.

Hasil kuisioner terhadap responden rumah contoh menunjukkan bahwa sebagian besar responden mengetahui tentang tindakan pengawetan terhadap bahan bangunan. Terlihat pada responden perumahan Tosiro Indah bahwa 100% respondennya mengetahui pengawetan terhadap bahan bangunan, namun berbeda terbalik dengan responden yang ada di perumahan Griya Albania. 100% respondennya tidak mengetahui tentang pengawetan terhadap bahan bangunan. Ironi sekali karena masyarakat sekarang tidak mengetahui banyak hal kecil disekeliling mereka yang dapat merugikan mereka secara ekonomis. Cara-cara pengawetan yang diketahui adalah seperti pengecatan, pelumasan oli dan dengan cara penyemprotan bahan pengawet. Namun sebagian yang mengetahuinya juga hanya bisa melakukan tindakan pengecatan terhadap bahan bangunan yang rusak, agar penyerangan organisme ini sedikit terhambat. Hanya saja ini bukanlah salah satu cara yang baik mengendalikan dan mencegah serangan rayap terhadap bangunan rumah. Hasil wawancara dilapangan juga didapat beberapa alasan mengapa responden tidak melakukannya walaupun responden tersebut mengetahui cara pengendaliannya yaitu biaya yang mahal dan pengerjaan yang sulit karena bahan untuk bangunannya telah selesai dibangun.

Gambar 2. Daun Pintu Yang Terserang Rayap Dan Perlakuan Pengecatan Untuk Menghindari Serangan Rayap Pada Perumahan Tosiro Indah

Gambar 2 adalah salah satu contoh perlakuan pengecatan terhadap daun pintu yang terserang oleh rayap pada perumahan Tosiro Indah untuk menghambat penyerangan rayap dan menjadikan bangunan bisa bertahan lebih lama sampai harus dilakukan renovasi dan penggantian bahan bangunan. Hal ini adalah menjadi salah satu tradisi masyarakat yang mudah dilakukan dan tidak memerlukan biaya yang tinggi.

Karakteristik Rumah Contoh

Hasil penelitian beberapa karakteristik rumah contoh yang berada di lokasi penelitian didapat rata-rata umur rumah contoh adalah 1-10 tahun, luas bangunannya 50-70 m2, semua rumah contoh ini bertipe permanen dengan penerimaan sinar matahari yang dirasakan tidak kurang dan tidak berlebihan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Karakteristik Umur Bangunan, Luas Bangunan, Tipe Bangunan, dan Penerimaan Sinar Matahari Rumah Contoh di Wilayah Penelitian.

Karakteristik Rumah Contoh Tosiro Indah % Marelan Mediterania % Griya Albania % Citra wisata % Umur (tahun) a) 1 - 10 b) 11 - 20 c) 21 – 30 d) ≥ 30 33,33 66,66 - - 100 - - - 100 - - - 33,33 66,66 - - Luas Bangunan (m2) a) ≤ 30 b) 30 - 50 c) 50 – 70 d) ≥ 70 - - - 100 - - 100 - - - 100 - - 33,33 66,66 - Tipe a) Permanen b) Semi Permanen 100 - 100 - 100 - 100 - Penerimaan Sinar Matahari a) Cukup b) Sedang c) Kurang 33,33 66,66 - - 100 - 100 - - - 66,66 33,33

Semakin panjang umur rumah akan menentukan lamanya pemakaian kayu sebagai bahan bangunan dan tingkat penyerangan oleh rayap. Hasil pengamatan didapat rata-rata umur rumah adalah berumur 1-10 tahun, dan sebagian kecilnya berumur 11-20 tahun. Hasil pengamatan di lapangan juga menunjukkan bahwa rata-rata rumah di perumahan tersebut masih asli bangunan awalnya, belum ada tambahan atau renovasi.

Hasil penelitian menunjukkan rata-rata luas bangunannya diatas 50 m2, dimana hanya 33,33 % rumah yang terdapat di perumahan citra wisata yang luasnya ≤ 50 m2, hal ini akan berpengaruh terhadap penggunaan kayu sebagai bahan bangunan. Penggunaan kayu sebagai bahan bangunan akan terlihat dari besar kecilnya suatu bangunan. Semakin

besar suatu bangunan, maka akan banyak pula penggunan kayu sebagai konstruksi bangunan tersebut. Luas bangunan mempunyai peran yang sangat penting dalam penggunaan kayu sebagai bahan bangunan.

Tipe permanen atau semi permanennya suatu rumah juga mendukung data ada tidaknya rayap yang menyerang dan tingkat serangannya. Hasil penelitian didapat 100 % perumahan ini bertipe permanen. Namun hal ini tidak memungkinkan adanya serangan rayap. Rayap akan menembus pondasi-pondasi bangunan tersebut, dan dijadikan aksesibilitas-aksesibilitasnya untuk menuju bahan bangunan yang terbuat dari kayu.

Selain bahan bangunan, faktor lingkungan juga sangat mempengaruhi ketahanan bangunan tersebut. Keberadaan rayap disekitar lokasi rumah akan menyebabkan kerugian karena komponen rumah tersebut mengalami kerusakan oleh serangan rayap. Menurut Nandika et al (2003), Faktor lingkungan yang mempengaruhi perkembangan populasi rayap adalah curah hujan, suhu, kelembaban, ketersediaan makanan, dan musuh alami. Kelembaban dan suhu merupakan faktor yang secara bersama-sama mempengaruhi aktivitas rayap.

Terlihat pada hasil penelitian menunjukkan bahwa pada perumahan Citra Wisata lebih banyak terserang rayap dan pada kondisi kerusakan sedang sampai dengan kerusakan berat. Hal ini dipengaruhi oleh kurangnya penerimaan sinar matahari yang disebabkan oleh kepadatan bangunan rumahnya sehingga kurang masuknya cahaya. Hal ini terbukti dengan pernyataan responden dan pengamatan dilapangan bahwa 33,33 % responden merasakan kurangnya masuk cahaya kedalam rumah. Berbeda halnya di perumahan Griya Albania yang merasakan cukup masuknya sinar matahari kedalam

rumah karna cenderung kepadatan pemukimannya lebih jarang dibandingkan dengan perumahan yang lain

Jenis atap suatu bangunan juga akan mempengaruhi serangan rayap terhadap bangunan. Hasil penelitian menunjukkan 100% atapnya terbuat dari atap genteng. Selain atap faktor lingkungan lain juga mempunyai peranan seperti aliran drainase, sumber air, dan tempat pembuangan sampah. Kondisi lingkungan yang tidak sehat sangat berpengaruh nyata terhadap pola hidup masyarakat dan organisme lain yang berkembangbiak dilokasi tersebut. Lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 8 berikut

Tabel 8. Karakteristik Jenis Atap, sumber Air, Drainase, dan Pembuangan Sampah Rumah Contoh di Wilayah Penelitian.

Karakteristik Rumah Contoh Tosiro Indah % Marelan Mediterania % Griya Albania % Citra wisata % Jenis Atap a) Seng b) Genteng - 100 - 100 - 100 - 100 Sumber air a) Sumur b) PAM - 100 - 100 - 100 - 100 Drainase a) Lancar c) Tidak lancer 66,66 33,33 100 - 100 - 66,66 33,33 Pembuangan Sampah a) Lubang Sampah b) Dinas Kebersihan - 100 - 100 - 100 - 100

Hasil pengamatan di lokasi penelitian menunjukkan bahwa saluran pembuangan (drainase) pada umumnya menggunakan paralon dan semen. Dan pengakuan dari responden menunjukkan rata-rata pembuangan (drainase) sudah cukup lancar. Saluran drainase sangat berpengaruh terhadap tingkat serangan rayap, hal ini tergantung dari baik buruknya bentuk saluran pembuangan. Saluran drainase yang tidak lancar akan menyebabkan tingginya kelembaban tanah sehingga kondisi ini sangat disenangi oleh rayap tanah. Pernyataan ini juga didukung oleh Nandika et al (2003), menyatakan bahwa salah satu faktor lingkungan yang dapat mendukung perkembangan hidup rayap adalah kelembaban suatu daerah.

Hasil pengamatan juga menunjukkan 100 % sumber airnya berasal dari PAM, hal ini akan mengurangi atau menghambat datangnya rayap karena biasanya sumber air yang berasal dari sumur akan menyebabkan kelembaban yang akan mengundang datangnya rayap. Rayap tanah cenderung menyukai lingkungan yang lembab sebagai tempat hidupnya seperti yang diungkapkan oleh Nandika diatas, yang selanjutnya akan memakan berupa konstruksi kayu yang berada di dalam rumah tersebut.

Kayu Sebagai Bahan Bangunan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kayu yang digunakan pada masing-masing perumahan adalah bervariasi, mulai dari jenis kayu yang awet sampai dengan kayu yang kurang awet. Kayu-kayu tersebut adalah kayu dari kelas awet II sampai kelas awet V. Selanjutnya dijelaskan jenis kayu yg digunakan untuk bahan bangunan perumahan pada Tabel 9 berikut.

No. Nama Perumahan Kayu yang digunakan Kelas awet kayu

1 Tosiro Indah Damar laut dan kayu kelas II II-III

2 Griya Albania Damar laut, Meranti (setara),

dan kayu sembarang

II-IV

3 Marelan Mediterania Meranti (setara), kayu

sembarang

III-IV

4 Citra Wisata Meranti, Damar II-III

Rayap perusak kayu akan lebih menyenangi kayu yang memiliki kelas awet yang rendah. Dari hasil kuisioner pada saat penelitian diketahui bahwa pada perumahan-perumahan ini menggunakan kayu damar laut, meranti (setara), kayu sembarang. Jenis kayu ini biasa digunakan sebagai bahan baku kusen pintu, kusen jendela, daun pintu, daun jendela serta lisplang. Kayu meranti merupakan kayu kelas awet III-IV, kayu damar laut termasuk kelas awet II dan kayu sembarang yang sembarang yang tergolong kedalam kelas awet IV-V sehingga ketahanannya terhadap serangan rayap tidak terlalu baik dibandingkan dengan kayu yang memiliki kelas awet yang lebih tinggi seperti kayu sonokeling, kulim, merbau dan lain sebagainya. Hal ini diperkuat dengan pernyataan Nandika et al (2003) menyatakan bahwa kayu tahan rayap sangat sedikit jumlahnya, sebagian besar adalah kayu kurang awet sehingga disukai oleh rayap.

Konstruksi bangunan yang terbuat dari jenis kayu sembarang adalah kayu-kayu yang meliputi jenis kayu kelapa, kayu durian dan kayu jenis buah-buahan lainnya yang termasuk kedalam kelas awet IV-V. Hal ini terlihat dari banyaknya kerusakan yang terjadi pada konstruksi bangunan perumahan terutama di perumahan Marelan Mediterania dan perumahan Griya Albania yang dapat dilihat pada Tabel 9 tentang kerusakan pada bagian bangunan rumah.

Penggunaan kayu dengan kelas awet rendah dan tanpa pengawetan akan berpengaruh besar terhadap serangan rayap baik rayap kayu kering maupun rayap tanah

yang. Dalam hal ini semua bahan bangunan yang terbuat dari kayu pada tiap-tiap perumahan telah rusak dan terserang oleh rayap. Hal ini disebabkan tidak adanya tindakan pengawetan terhadap lahan dan bahan bangunan sebelumnya.

Keawetan kayu berhubungan erat dengan pemakaiannya. Kayu dikatakan awet bila mempunyai umur pakai lama. Kayu berumur pakai lama bila mampu menahan bermacam-macam faktor perusak kayu. Masing-masing jenis kayu memiliki tingkat keawetan yang berbeda dalam hal fungsi dan penggunaannya baik untuk bahan konstruksi maupun penggunaan lainnya. Pernyataan ini sesuai dengan yang di paparkan oleh Dumanaw (1990), bahwa kayu yang awet dipakai dalam konstruksi atap, belum pasti dapat bertahan lama bila digunakan di laut, ataupun tempat lain yang berhubungan langsung dengan tanah. Demikian pula kayu yang dianggap awet di Eropa, belum tentu awet bila dipakai di Indonesia. Serangga perusak kayu juga berpengaruh besar. Kayu yang mampu menahan serangan rayap tanah belum tentu mampu menahan serangan bubuk. Oleh karena itu tiap-tiap jenis kayu mempunyai keawetan yang berbeda pula.

Ketahanan atau keawetan suatu bangunan terhadap serangan perusak kayu akan dipengaruhi oleh jenis kayu yang digunakan. Semakin bagus kayu yang digunakan maka akan mempengaruhi pemakaian umur kayu tersebut. Apabila menggunakan kayu yang kelas awetnya rendah maka akan cepat rusak atau cepatnya terserang oleh rayap.

Dampak Tidak Dilakukannya Pengawetan Bahan Bangunan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kayu pada setiap bagian rumah contoh adalah dalam kondisi rusak karena tidak melakukan pengawetan terhadap bahan bangunan sebelum dilakukannya pembangunan perumahan. Kerusakan ini dapat

dikategorikan kedalam rusak ringan, rusak sedang dan rusak berat. yang terlihat pada Tabel 10 berikut.

Tabel 10. Kerusakan Kayu Pada Setiap Bagian Rumah Contoh

No Nama Perumahan Bagian Bangunan Rumah Keterangan Kerusakan

1 Tosiro Indah Daun pintu, kusen pintu, kusen

jendea, dinding.

Rusak ringan - rusak berat

2 Griya Albania Kusen jendela, Rusak ringan - rusak

sedang

3 Marelan Mediterania Kusen pintu, kusen jendela,

daun jendela,

Rusak ringan - rusak sedang

4 Citra Wisata Daun pintu, kusen pintu, kusen

jendea, dinding.

Rusak sedang - rusak berat

Kerusakan ini akan mengakibatkan kerugian ekonomis akibat serangan rayap. Mulai dari rusak ringan sampai dengan rusak berat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa masing-masing perumahan telah rusak terserang oleh rayap. Hasil pengamatan di lapangan didapatkan bahwa kerusakan pada tiap rumah rata-rata hanya tergolong ke dalam rusak sedang. Hal ini disebabkan karena kondisi lingkungan yang selalu beraktifitas dan sifat rayap yang selalu hidup berpindah-pindah sesuai dengan apa yang dipaparkan oleh Nandika et al (2003), rayap adalah serangga sosial yang hidup dalam suatu komunitas yang disebut koloni. Mereka tidak memiliki kemampuan untuk hidup lebih lama bila tidak berada dalam koloninya. Kehidupan rayap cenderung

berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat yang lainnya, dan terus menerus mencari sumber makanan yang baru untuk kelangsungan hidupnya. Hal ini juga dipengaruhi oleh kondisi rumah yang tidak kosong/dihuni.

Kerusakan komponen-komponen bangunan membuktikan bahwa kayu atau bahan yang mengandung selulosa merupakan makanan yang sangat disukai oleh rayap. Rayap merupakan serangga kecil yang mempunyai daya jelajah cukup tinggi dapat dengan mudahnya menghancurkan komponen suatu bangunan yang dapat menyebabkan kerugian begitu besar. Pada dasarnya kerusakan yang terjadi pada komponen-komponen bangunan itu dapat dicegah apabila para kontraktor/developer serta pengguna bangunan mengetahui betapa pentingnya perlindungan bangunan terhadap serangan rayap. Di kota-kota lain di pulau jawa dari hasil penelitian kerugian yang diderita akibat serangan rayap mencapai trilyunan. Hal ini dijelaskan oleh Tarumingkeng (2003) dalam penelitiannya, di Jakarta kerugian terhadap kerusakan bangunan akibat serangan rayap mencapai Rp 2,6 Trilyun per tahun.

Serangan Rayap

Tindakan pengawetan adalah salah satu cara pencegahan terhadap serangan jamur dan serangga perusak kayu pada bangunan. Dari hasil penelitian pada 4 (empat) wilayah perumahan Kota Medan didapatkan hasil identifikasi dan jenis-jenis rayap yang menyerang rumah contoh berdasarkan hasil identifikasi dengan menggunakan kunci identifikasi rayap dari Nandika et al (2003). Hasil identifikasi diperoleh jenis-jenis rayap yang terlihat pada Tabel 11.

Tabel 11. Jenis Rayap Yang Menyerang Rumah Contoh Rayap memil iki ciri khas tersen diri yang membedakannya dengan rayap jenis lain. Ciri-ciri ini kemudian dijadikan acuan para peneliti ketika menentukan spesies rayap yang ditemukan di suatu daerah tertentu. Dari keterangan di atas diketahui bahwa rayap tanah Coptotermes curvignatus dan rayap tanah Macrotermes gilvus mendominasi serangan pada masing-masing wilayah penelitian. Hasil identifikasi yang dilakukan oleh Nandika et al (2003), rayap tanah

Coptotermes curvignatus ini memiliki ciri-ciri morfologi yang termasuk ke dalam kasta prajurit dengan kepala berwarna kuning pucat, bentuk kepala bulat ukuran panjang sedikit lebih besar daripada lebarnya, memiliki fontanel yang lebar. Mandibel berbentuk seperti arit dan melengkung diujungnya, dengan panjang kepala dengan mandibel 2.46-2.66 mm, panjang kepala tanpa mandibel 1.56-1.68 mm. Lebar kepala 1.40-1.44 mm dengan lebar pronotum 1.00-1.03 mm dan panjangnya 0.56 mm. Panjang badan 5-5.6 mm. Bagian abdomen ditutupi dengan rambut yang menyerupai duri, abdomen berwarna

Nama Perumahan Jenis Rayap yang Menyerang Famili

Tosiro Indah Coptotermes curvignatus

Cryptotermes cynocephalus

Rhinotermitidae Kalotermitidae

Griya Albania Coptotermes curvignatus

Macrotermes gilvus

Rhinotermitidae Termitidae Marelan Mediterania Coptotermes curvignatus

Macrotermes gilvus

Rhinotermitidae Termitidae

Citra Wisata Macrotermes gilvus

Coptotermes curvignatus Cryptotermes cynocephalus

Termitidae Rhinotermitidae Kalotermitidae

putih kekuning-kuningan. Spesies dari famili Rhinotermitidae ini menyerang semua kayu, baik pohon-pohon yang masih hidup maupun kayu yang sudah digunakan menjadi bahan bangunan (Gambar 3).

Ukuran Rayap = 5,8 mm : 1,2 mm

Gambar 3. Kasta Prajurit Rayap Coptotermes curvignatus

Serangan rayap ini sepadan dengan apa yang dikemukakan oleh Prasetyo (2005) dalam Hadi (2008) rayap Coptotermes curvignatus merupakan rayap perusak yang menimbulkan tingkat serangan yang paling ganas. Tidak mengherankan kalau rayap ini mampu menyerang hingga ke lantai atas suatu bangunan bertingkat. Serangan tersebut bisa terjadi walaupun tidak ada hubungan langsung dengan tanah, setelah menyerang rayap perusak bangunan ini akan membuat sarang yang cukup lembab karena rayap jenis ini sangat memerlukan kelembaban yang cukup tinggi. Nandika et al (2003)

Dokumen terkait