• Tidak ada hasil yang ditemukan

C. Pengaruh Penggunaan Jenis Kemasan dan Bahan Pengisi

4. Kerusakan Mekanis

Pengukuran kerusakan mekanis dilakukan setelah simulasi transportasi dengan melihat jumlah buah yang rusak pada tiap kemasan. Kerusakan mekanis pada buah tomat dikelompokkan menjadi luka gores, luka pecah dan luka memar. Pengelompokan kerusakan mekanis dilakukan secara visual dengan cara melihat langsung kenampakan luar dari buah tomat. Lama simulasi transportasi akan memberikan dampak kerusakan fisik tomat sebagai akibat tekanan yang setara dengan jarak perjalanan dari kebun sampai ke pembeli pertama.

Goncangan yang terjadi selama simulasi transportasi menyebabkan terjadinya gesekan atau benturan dalam kemasan, yaitu gesekan antara tomat dengan dinding kemasan dan gesekan antar tomat di dalam kemasan. Kerusakan memar pada tomat ditandai dengan terbentuknya bagian warna yang beda dan buah tomat agak lunak. Kerusakan berupa luka atau pecah pada tomat mengakibatkan terbentuknya jamur pada bagian yang luka atau pecah. Permukaan kulit yang lembab karena proses transpirasi dan respirasi pada buah menyebabkan pertumbuhan jamur.

Menurut Pantastico (1989) cacat mekanik dapat terjadi pada waktu pengangkutan dan kememaran yang ditimbulkan mengganggu reaksi-reaksi biokimia normal sehingga mengakibatkan perubahan warna, bau, dan rasa yang tidak diinginkan, serta pembusukan yang cepat. Nilai rata-rata tingkat kerusakan mekanis pada tiap kemasan setelah simulasi transportasi dapat dilihat pada Tabel 10.

Gambar 23. Tingkat kerusakan mekanis tomat setelah simulasi transportasi selama 1 jam

Keterangan :

K1P1 : Kemasan karton dengan bahan pengisi lembaran kertas koran K1P2 : Kemasan karton tanpa bahan pengisi

K2P1 : Kemasan peti kayu dengan bahan pengisi lembaran kertas koran K2P2 : Kemasan peti kayu tanpa bahan pengisi

32 Gambar 24. Tingkat kerusakan mekanis tomat setelah simulasi transportasi selama 3 jam

Keterangan :

K1P1 : Kemasan karton dengan bahan pengisi lembaran kertas koran K1P2 : Kemasan karton tanpa bahan pengisi

K2P1 : Kemasan peti kayu dengan bahan pengisi lembaran kertas koran K2P2 : Kemasan peti kayu tanpa bahan pengisi

Berdasarkan Gambar 23 dan 24 dapat dilihat bahwa peti kayu tanpa bahan pengisi memiliki tingkat kerusakan mekanis yang paling tinggi selama penggetaran. Sedangkan kemasan kardus dengan bahan pengisi lembaran kertas koran memiliki tingkat kerusakan mekanis yang lebih rendah bila dibandingkan dengan kardus tanpa pengisi dan peti kayu dengan bahan pengisi lembaran kertas koran. Hal ini dapat dilihat bahwa simulasi transportasi selama 3 jam menghasilkan kerusakan mekanis hampir dua kali lipat dibandingkan dengan simulasi transportasi selama 1 jam. Lama penggetaran (simulasi) sangat berpengaruh terhadap tingkat kerusakan mekanis. Semakin lama simulasi transportasi maka semakin meningkat persentasi kerusakan mekanisnya, begitu juga sebaliknya.

Kerusakan mekanis buah tomat yang dikemas dengan menggunakan kardus lebih kecil dari buah tomat yang dikemas dengan menggunakan peti kayu. Kemampuan kemasan karton untuk menahan guncangan serta memiliki permukaannya yang rata dan halus sehingga mampu meminimalisir kerusakan mekanis terutama luka gores dan luka pecah yang disebabkan kontak langsung antara produk dan kemasan. Sedangkan peti kayu bersifat keras, kaku, permukaan tidak rata dan tajam sehingga sangat rentan apabila tomat mengalami luka gores, luka memar, dan luka pecah karena benturan antar buah atau benturan dengan kemasan. Dalam penelitian ini kemasan kardus lebih baik dalam meminimalisir kerusakan mekanis daripada kemasan peti kayu.

Kerusakan mekanis yang terbanyak yaitu pada lapisan dasar pada setiap kemasan dan pada bagian pinggir untuk kemasan peti kayu. Kerusakan pada lapisan dasar yang dialami pada setiap kemasan dikarenakan, selama penggetaran buah tomat pada bagian dasar menahan beban benturan secara terus menerus dari buah tomat di bagian atas sehingga mengakibatkan banyaknya luka memar. Sedangkan kerusakan pada bagian pinggir kemasan peti kayu disebabkan karena selama penggetaran terjadi perpindahan buah tomat dari posisi semula sehingga menyebabkan buah tomat bergeser ke arah pinggir kemasan dan terus mengalami tekanan oleh buah lainnya. Hal ini menyebabkan buah tomat berhimpitan dengan celah peti kayu dan menyebabkan kerusakan.

Berdasarkan analisis ragam dan uji lanjut Duncan pada Tabel 7 untuk simulasi transportasi selama 1 jam dan 3 jam, terlihat bahwa jenis kemasan dan bahan pengisi berpengaruh sangat nyata

33 terhadap kerusakan mekanis buah tomat. Interaksi antara jenis kemasan dan bahan pengisi dengan simulasi transportasi 1 jam tidak berpengaruh nyata terhadap kerusakan mekanis, sedangkan untuk interaksi antara jenis kemasan dan bahan pengisi dengan simulasi transportasi selama 3 jam berpengaruh sangat nyata terhadap kerusakan mekanis buah tomat. Hal ini dapat diartikan bahwa perbedaan penggunaan jenis kemasan dan bahan pengisi akan mengakibatkan perbedaan tingkat kerusakan mekanis. Lama pengangkutan selama transportasi juga sangat mempengaruhi tingkat kerusakan mekanis, semakin lama pengangkutan maka semakin tinggi tingkat kerusakan mekanis, begitu juga sebaliknya. Kerusakan mekanis akibat goncangan selama pengangkutan, secara ekonomis dapat meningkatkan kerugian karena menambah jumlah buah yang harus dibuang sehingga menurunkan jumlah buah yang dapat dijual.

Tabel 7. Pengaruh perlakuan kemasan dan bahan pengisi terhadap kerusakan mekanis buah tomat Waktu Kemasan Bahan Pengisi

Simulasi Kardus karton Peti kayu Lembaran kertas koran Tanpa bahan pengisi 1 jam 9.7594b 18.1348b 24.6220b 13.7368b 3 jam 22.7218a 41.2181a 34.7309a 18.7443a

Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada DMRT 5%

Pada kemasan kardus dengan bahan pengisi lembaran kertas koran (K1P1) yang simulasi transportasi selama 1 jam dan 3 jam, dari jumlah kerusakan mekanis 6.96% dan 14.29% terdapat luka memar semua. Sedangkan untuk kemasan peti kayu baik dengan bahan pengisi maupun tanpa bahan pengisi (K2P1 dan K2P2), jumlah kerusakan mekanis yang terjadi terdapat luka memar dan luka gores (Gambar 25).

Gambar 25. Luka yang terajdi setelah simulasi transportasi: (a) luka memar dan (b) luka gores

Kememaran pada buah-buah yang tidak dikupas mengakibatkan timbulnya bagian-bagian yang lunak, dengan warna yang berubah di bawah kulit. Perubahan warna itu disebabkan oleh oksidasi senyawa-senyawa polifenol karena rusaknya dinding sel. Pantastico (1989) menyatakan bahwa ketahanan terhadap kerusakan mekanis ditentukan oleh bentuk susunan sel-sel epidermal, tipe dan luasnya sistem jaringan dasarnya, dan susunan sistem berkas pengangkutnya. Memar terjadi sebagai reaksi terhadap beban tekanan dari getaran mesin, gesekan antar tomat dan gesekan dengan wadah. Tekanan tersebut menyebabkan air yang berada dalam sel terdesak keluar sehingga menjadi memar (rusak).

34

Dokumen terkait