• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

5.2 Kegiatan Pemanenan Kayu

5.3.1 Kerusakan tegakan tinggal akibat kegiatan penebangan

Kerusakan tegakan tinggal terjadi akibat penebangan karena tertimpanya pohon inti, pohon indah, dan pohon dilindungi oleh pohon yang ditebang (Lampiran 5 dan Lampiran 6). Secara garis besar rekapitulasi kerusakan dari tiap bentuk kerusakan pada plot menggunakan metode pemanenan CL dan RIL dapat dilihat pada Tabel 23 dan Tabel 24.

Tabel 23 Bentuk kerusakan dan jumlah pohon yang rusak pada plot penelitian menggunakan metode CL

Jumlah Pohon yang Rusak pada Plot ke- Persentase

Bentuk Pohon

Kerusakan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Jumlah yang Rusak

(pohon) (%) Rusak Tajuk 1 4 2 4 6 - - 2 3 2 24 35,29 LukaBatang - - - 2 2 2,94 Rusak Banir - - - 1 - 1 1,47 Miring - 1 - - - 2 2 - 5 7,35 Patah Batang - 5 2 4 2 3 7 2 4 2 31 45,59 Pecah Batang - - - 0 0,00 Roboh 2 1 - 2 - - - 5 7,35 Total 3 11 4 10 8 3 7 6 10 6 68 100

Berdasarkan Tabel 23 diketahui bahwa bentuk kerusakan yang paling sering terjadi akibat kegiatan penebangan pada plot yang menggunakan metode penebangan CL adalah bentuk kerusakan patah batang dengan presentase 45,59% dan rusak tajuk sebesar 35,29%.

Tabel 24 Bentuk kerusakan dan jumlah pohon yang rusak pada plot penelitian menggunakan metode RIL

Jumlah Pohon yang Rusak pada Plot ke- Persentase

Bentuk Pohon

Kerusakan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Jumlah yang Rusak

(pohon) (%) Rusak Tajuk 5 1 - 3 3 2 2 3 1 2 22 42,31 Luka Batang - 1 1 - 2 1 1 - - - 6 11,54 Rusak Banir - - - 0 0,00 Miring - - - - 2 1 - - - - 3 5,77 Patah Batang - 2 - 3 - 4 - 3 1 2 15 28,85 Pecah Batang - - - 1 - - - 1 1,92 Roboh - 1 - 1 - 3 - - - - 5 9,62 Total 5 5 1 7 7 11 4 6 2 4 52 100

Tabel 24 menunjukkan bahwa bentuk kerusakan yang paling sering terjadi akibat kegiatan penebangan pada plot yang menggunakan metode penebangan RIL adalah bentuk kerusakan rusak tajuk dengan persentase 42,31% dan patah batang sebesar 28,85%.

Tabel 23 dan Tabel 24 menunjukkan bahwa kerusakan yang paling sering terjadi baik pada pemanenan kayu menggunakan metode CL maupun RIL adalah patah batang dan rusak tajuk, namun dalam persentase yang berbeda. Bentuk kerusakan ini disebabkan oleh banyaknya liana yang saling melilit dan besarnya hempasan ketika pohon yang ditebang menimpa individu pohon yang lainnya. Hasil pengamatan kerusakan tegakan tinggal pada kedua pengamatan ini sesuai dengan penelitian Elias (2002b) bahwa kerusakan tegakan tinggal paling banyak terjadi pada bentuk kerusakan rusak tajuk sebesar 49,45% dan patah batang sebesar 23,08% dari total pohon yang rusak. Berbeda dengan penelitian Matangaran (2003), kerusakan terbesar terjadi pada bentuk kerusakan pecah batang (42,15%) dan pohon roboh (28,47%). Kerusakan tajuk hanya sebesar 14,05%, rusak kulit 9,09% dan rusak banir 4,55%. Perbedaan hasil penelitian Elias, Matangaran dan penelitian ini dikarenakan oleh kerapatan awal tegakan dan intensitas pemanenan yang berbeda.

Hasil perhitungan tipe kerusakan tegakan tinggal pada penebangan menggunakan metode CL dan RIL disajikan pada Tabel 25 dan Tabel 26.

Tabel 25 Tipe kerusakan tegakan tinggal pada penebangan menggunakan metode CL

Bentuk Kerusakan Tipe Kerusakan (pohon)*

Berat Sedang Ringan Jumlah

Rusak Tajuk 8 8 8 24 Luka Batang 0 2 0 2 Rusak Banir 0 0 1 1 Miring 1 4 - 5 Patah Batang 31 - - 31 Pecah Batang 0 - - 0 Roboh 5 - - 5 Total 45 14 9 68 Rata-rata 4,5 1,4 0,9 6,8 Persentase (%) 66,18 20,59 13,24 100

Keterangan: * Kriteria kerusakan pohon menurut Elias (1993)

Berdasarkan Tabel 25, tipe kerusakan yang paling sering terjadi pada plot yang menggunakan metode pemanenan CL adalah tipe kerusakan berat sebanyak 4,50 pohon/ha atau sebesar 66,18% dari total seluruh kerusakan pohon yang terjadi akibat penebangan menggunakan metode CL diikuti tipe kerusakan sedang sebesar 20,59% dan tipe kerusakan ringan sebesar 13,24%.

Tabel 26 Tipe kerusakan tegakan tinggal pada penebangan menggunakan metode RIL

Bentuk Kerusakan Tipe Kerusakan (pohon)*

Berat Sedang Ringan Jumlah

Rusak Tajuk 13 3 6 22 Luka Batang 3 0 3 6 Rusak Banir 0 0 0 0 Miring 1 2 - 3 Patah Batang 15 - - 15 Pecah Batang 1 - - 1 Roboh 5 - - 5 Total 38 5 9 52 Rata-rata 3,8 0,5 0,9 5,2 Persentase 73,07 9,62 17,31 100

Keterangan: * Kriteria kerusakan pohon menurut Elias (1993)

Tabel 26 menunjukkan bahwa tipe kerusakan berat merupakan tipe kerusakan yang paling sering terjadi pada plot yang menggunakan metode pemanenan RIL dengan jumlah 3,80 pohon/ha atau sebesar 73,07% dari total seluruh pohon yang rusak akibat penebangan menggunakan metode RIL. Tipe kerusakan ringan berada setelahnya sebesar 17,31% dan diikuti tipe kerusakan sedang sebesar 9,62%.

Berdasarkan Tabel 25 dan Tabel 26, persentase kerusakan berat paling besar terdapat pada plot menggunakan metode pemanenan RIL, namun dalam jumlah pohon/ha yang rusak lebih kecil. Data ini menunjukkan bahwa operator chainsaw telah mengetahui kaidah RIL dalam proses penebangan pohon untuk meminimalkan kerusakan tegakan tinggal. Jumlah pohon/ha yang rusak telah berkurang dari metode pemanenan yang sebelumnya dilakukan secara konvensional.

Tipe kerusakan berat yang terjadi pada penelitian baik pada plot menggunakan metode pemanenan CL maupun RIL ini sesuai dengan penelitian sebelumnya, yakni penelitian Elias (1997). Pada penelitian tersebut kerusakan yang paling tinggi terdapat pada tipe kerusakan berat. Luka berat yang dialami tegakan tinggal sebesar 28,99% untuk metode pemanenan CL dan 11,99% untuk metode pemanenan RIL. Penelitian Matangaran (2003) menunjukkan besarnya kerusakan pada tipe kerusakan berat sebesar 72,31% dari kerapatan awal, kerusakan sedang

sebesar 14,05% dan kerusakan ringan sebesar 13,64%. Perbedaan persentase kerusakan yang disebabkan oleh penebangan pada penelitian ini dan dua penelitian sebelumnya dapat disebabkan oleh perbedaan intensitas pemanenan dan kerapatan awal tegakan.

Kerusakan tegakan tinggal akibat penebangan menyebabkan distribusi kelas diameter mengalami perubahan dibandingkan sebelum penebangan. Dalam hal ini, setiap kelas diameter (kelas diameter 20 sampai 29 cm, 30 sampai 39 cm, 40 sampai 49 cm, dan lebih dari atau sama dengan 50 cm) yang diamati pada proses penebangan mengalami penurunan jumlah setiap ha, baik pada penebangan menggunakan metode CL maupun RIL. Besarnya penurunan jumlah tegakan tinggal pada pemanenan menggunakan metode CL dan RIL dapat dilihat pada Tabel 27 dan Tabel 28.

Tabel 27 Distribusi diameter pohon yang rusak dan persentase kerusakan setiap plot akibat penebangan pada plot menggunakan metode CL

Jumlah

∑ Pohon Sebelum Ditebang ∑ Pohon Rusak

Pohon No yang Plot Ditebang 20-29 30-39 40-49 ≥50 20-29 30-39 40-49 ≥50 (pohon/ha) (cm) (cm) (cm) (cm) (cm) (cm) (cm) (cm) 1 2 19 11 7 2 1 2 - - 2 7 24 9 8 6 7 4 - - 3 3 14 13 6 5 - 2 2 - 4 9 8 15 14 7 3 5 2 - 5 5 14 7 6 7 4 1 3 - 6 2 15 2 5 4 1 2 - - 7 4 8 5 27 7 3 3 1 - 8 3 6 2 11 13 1 3 2 - 9 6 3 8 18 18 1 5 4 - 10 6 6 6 9 10 2 1 3 - Total 47 117 78 111 79 23 28 17 0 Rata- rata/plot 4,70 11,70 7,80 11,10 7,90 2,56 2,80 2,43 0 Simpangan Baku 6,28 4,12 6,55 4,44 1,89 1,40 0,90 0 Persentase dari Kerapatan awal (%) 19,66 35,90 15,32 0

Tabel 28 Distribusi diameter pohon yang rusak dan persentase kerusakan setiap plot akibat penebangan padaplot menggunakan metode RIL

Jumlah

∑ Pohon Sebelum Ditebang ∑ Pohon Rusak

Pohon No yang Plot Ditebang 20-29 30-39 40-49 ≥50 20-29 30-39 40-49 ≥50 (pohon/ha) (cm) (cm) (cm) (cm) (cm) (cm) (cm) (cm) 1 2 12 19 26 7 2 2 1 - 2 7 9 19 11 9 2 1 2 - 3 3 9 15 16 6 1 - - - 4 9 3 7 11 10 3 2 1 1 5 5 4 8 12 9 2 3 2 - 6 2 8 6 18 15 2 7 2 - 7 4 14 8 19 9 - 3 1 - 8 3 3 4 13 8 2 3 1 - 9 6 8 8 9 4 - 2 - - 10 6 16 7 12 10 - 3 1 - Total 47 86 101 147 87 14 26 11 1 Rata- rata/plot 4,70 8,60 10,10 14,70 8,70 1,40 2,60 1,10 0,10 Simpangan Baku 4,25 5,19 4,86 2,76 0,53 1,59 0,48 0 Persentase dari Kerapatan awal (%) 16,28 25,74 7,48 1,15

Berdasarkan Tabel 28, kerusakan yang terjadi pada tegakan dengan kelas umur 20 sampai 29 cm, 30 sampai 39 cm, 40 sampai 49 cm, dan lebih dari atau sama dengan 50 cm masing-masing sebesar 16,28%, 25,74%, 7,48%, dan 1,15% dari jumlah kerapatan awal pada masing-masing kelas umur pada metode pemanenan RIL. Sementara itu, pada Tabel 27 pemanenan menggunakan metode CL menyebabkan kerusakan tegakan untuk masing-masing kelas umur tersebut, yaitu: 19,66%, 35,9%, 15,32%, dan 0% (tidak terjadi kerusakan pada tegakan awal yang berdiameter lebih dari atau sama dengan 50 cm). Kerusakan tegakan tinggal yang terjadi pada penelitian ini masih sangat tinggi jika dibandingkan dengan penelitian Elias (1998) yang menyatakan besarnya kerusakan pohon pada kelas diameter 21 sampai 30 cm, 31 sampai 40 cm, dan 41 sampai 50 cm masing-masing sebesar 4,77%, 1,31%, dan 0,44%. Perbedaan kerusakan yang terjadi pada masing- masing kelas diameter tegakan tinggal pada penelitian ini dan penelitian sebelumnya terjadi karena perbedaan kerapatan awal tegakan.

5.3.2 Kerusakan tegakan tinggal dan keterbukaan areal akibat kegiatan

Dokumen terkait