• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kesabaran Aktivis Dakwah Wahai para aktivis dakwah…

Dalam dokumen Taujih Ruhiyah (Halaman 22-34)

Sabar merupakan kekuatan jiwa yang mendorong seseorang untuk melakukan perlawanan terhadap kemalasan, kelemahan, kelesuan, dan penyerahan. Sabar mengantarkan kepada ketabahan dan ketegaran dalam menghadapi cobaan yang menimpa hingga Allah menjadikan syahid dalam keadaan redha atau diredhai.

Hendaknya seorang aktivis selalu siap menghadapi berbagai kenyataan dan kendala yang mungkin terjadi. Diantaranya,

Seorang aktivis harus siap menghadapi kemungkinan berbagai tuduhan bohong. Propaganda batil yang dilancarkan kepadanya, sikap sinis, dan meremehkan sehingga menyudutkan seruan dakwah.

Seorang aktivis harus siap menghadapi kemungkinan berbagai tentangan yang menghadangnya berupa penjara, pencekalan atau seksaan, baik yang menyangkut harta kekayaan maupun yang menimpa jiwanya.

Seorang aktivis harus siap menghadapi kemungkinan risiko yang bakal diderita berupa pemecatan dari jabatan dengan segala fasilitasnya, atau pemutusan kerja dan pencabutan dari berbagai sumber kehidupan.

Seorang aktivis harus siap menghadapi kemungkinan berbagai ligkungan tentangan di linkungannya, dalam bentuk isolasi dari masyarakat atau keluarganya, bahkan sampai pengusiran dari kampong halaman atau negerinya.

Sorang aktivis harus siap menghadapi kemungkinan berbagai tipu daya dan bujukan yang akan melumpuhkan perjuangannya. Mulai dari kedudukan dan jabatan, harta kekayaan dan status social yang membanggakan, sampai kepada wanita-wanita cantik yang menggiurkan. Seorang aktivis harus siap menghadapi segala kemungkinan perngoraban jiwanya, iaitu gugur sebagai syuhada demi Din Islam dan tegaknya kalimatullah hiyal ‘ulya di atas bumi.

Bila seorang aktivis telah mempersiapkan semua itu, akan hilanglah perasaan ragu-ragu apalagi putus asa atau terpesona dengan berbagai tipu daya, tidak akan pernah lari dari setiap Kendala yang menghadang, betapapun beratnya. Para aktivis menyedari bahawa hal yang demikian adalah tabiat jalan dakwah yang harus dilalui, sunatullah yang harus dijalani.

Cukuplah bagi kita, teladan yang telah dieberikan oleh perintis dakwah, panglima dakhwah, sang qudwah, Rasulullah saw.. Teladan tentang kesabaran dan derita yang Beliau tanggung cermin yang teramat indah bagi seorang aktivis dalam menghadapi berbagai cubaan dakwah.

Cubaan yang bagaimanakah yang dialami oleh Rasulullah saw. dalam menyampaikan risalah yang penuh ‘izzah ini?

Wahai para aktivis dakwah…

Kaum musyrikin Makkah kala itu telah menempuh berbagai cara guna melancarkan gangguan dan seksaan untuk membendung dakwah Beliau dalam menyampaikan risalah Islam. Namun, Beliau tidak pernah berhenti apalagi menyerah.

Mereka menggunakan cara licin dan yang palig halus berupa rayuan dengan harta, kedudukanm dan takhta. Namun Beliau tidak pernah berhenti dan menyerah.

Mereka menempuh cara licik dan picik, iaitu dengan memecah belah keluarga Beliau dan menjauhkan dari para pengikut dan kabilahnya. Namun Beliau tetap tidak pernah berhenti dan tidak pernah menyerah.

Mereka melakukan cara yang keras dan kasar, iaitu dengan cara melontarkan ejekan, penghinaan, dan sampai kepada tuduhan-tuduhan keji tanpa alasan. Namun Beliau pun tidak pernah berhenti dan tidak pernah pula menyerah.

Mereka menempuh jalan biadap di luar kemanusiaan iaitu dengan melakukan embargo ekonomi secara total termasuk orang-orang yang belum mendukung dakwah Beliau. Namun Beliau juga tetap tegar dan tidak pernah tergoyahkan sedikit pun.

Akhirnya, mereka menempuh jalan tipu daya dan ancaman pembunuhan terhadap Beliau. Namun, Maha suci Allah, Beliau tetap tegar dan tidak pernah surut sedikit pun dari jalan dakwah.

Sesudah Allah swt. memberi izin kepada Rasulullah untuk berhijrah ke Madinah, mereka pun terus memeranginya dengan mengirim pasukan ekspedisi bersama pasukan perangnya untuk menumpas dakwah Beliau dan para pengikutnya. Namun hal itu tidak pernah membuat surut dari perjuangannya. Beliau hadapi ujian itu dengan penuh kesabaran. Perjuangan tidak akan pernah berhenti walau berbagai rintangan menghadangnya hinggga Allah swt. memberikan kemenangan berupa pertolonganNya. Pada saat itu manusia berbondong-bondong memasuki agama Allah.

Oleh kerana itu, wahai para aktivis dakwah…

Sudah sepatutnya aspek perjalanan Panglima Dakwah itu dijadikan sebagai tuntunan dan teladan bagi setiap aktivis yang ingin membangun umatnya menjadi umat yang mulia, umat yang terhormat, dan umat yang memilki harga diri.

Allah swt. berfirman,

Sesungguhnya Telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” (Al-Ahzab : 21)

Wahai para aktivis dakwah…

Sudah menjadi sunatullah bagi para penyeru risalah Din akan menghadapi berbagai cubaan dalam melaksanakan tugas dakwahnya untuk membimbing umat menuju yang haq ‘benar’, baik cubaan fizik mahupun psikis. Semua terjadi kerana setiap aktivis bertugas mengubah kenyataan kehidupan social yang begitu kompleks. Para aktivis harus menghadapi kelompok pendurhaka dan kelompok penguasa zalim. Para aktivis akan menghadapi masyarakat yang peri kehidupannya telah rosak. Mereka tidak hanya mengurusi orang-orang mukmin dan orang-orang yang terikat dengan perjanjian semata.

Demikianlah tabiat jalan dakwah. Jalan yang harus dirtempuh dengan bergulat meghadapi berbagai kendala. Dengan demikian seorang aktivis semakin menyedari tabiat dirinya sebagai aktivis. Al-Qur’an dengan jelas memberikan gambaran terhadap tabiat mereka,

“Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: "Kami Telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi? Dan Sesungguhnya kami Telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, Maka Sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan Sesungguhnya dia mengetahui orang-orang yang dusta.” (Al-Ankabut : 2-3)

Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk syurga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: "Bilakah datangnya pertolongan Allah?" Ingatlah, Sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat.” (Al-Baqarah : 214)

Hai anakku, Dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan Bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah).” (Luqman : 17)

Dalam suatu kesempatan Rasulullah saw. bersabda sebagaimana yang diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi, Ibnu Majah, Ibnu Hibban, dan Hakim dari Sa’ad bin Waqash. Ia berkata,

“Kelompok manusia manakah yang paling berat cubaannya?” Beliau menjawab, ‘(Iaitu) para Nabi, kemudian (orang-orang) yang setingkat, lalu (orang-orang) yang setingkat (lagi). Seseorang akan dicuba menurut (kadar) keimanannya. Jika kadar keimanannya kuat maka cubaannya kuat. Dan jka keimanannya lemah, maka Allah pun mencubanya menurut kadar keimanannya yang lamah itu. Jadi cubaan itu tetap menyertai seseorang, sehingga ia membiarkannya di atas bumi ini. Sedang atasnya tiada satu kesalahan pun.”

Imam Muslim dalam kitab shahihnya, meriwayatkan bahawa Rasulullah saw. telah bersabda,

“Tertutup syurga itu dengan (hal-hal) yang tidak disukai, dan tertutup neraka itu dengan hal-hal yang menyenangkan.” (h.r. Muslim)

Dalam kesempatan yang lain ketika kaum musyrikin semakin gencar melakukan intimidasi kepada muslimin yang masih lemah iman datanglah di antara kaum muslimin itu kehadapan Rasulullah seraya berkata,

“Mengapa anda tidak (segera) memohon pertolongan untuk kami? Mengapa anda tidak berdoa untuk kami? Beliau lalu bersabda, ‘Sungguh dahulu sebelum kamu, pernah seseorang diseksa. Iaitu digalikan lubang untuknya, lalu ia ditanam di dalamnya. Ada lagi disiapkan gergaji, lalu diletakkan di atas kepalanya sehingga terbelah menjadi dua bahagian. Ada pula yang disisir badannya dengan sisir dari besi, sehingga daging dan tulangnya terbawa. Namun, (seksa) itu tidak membuatnya berpaling dari agamanya. Demi Allah, sungguh Allah akan menanggulangi urusan ini, sehingga seorang pengendara dari (negeri) Shan’a menuju Hadhramaut, tidak takut (sedikit pun) melainkan kepada Allah, dan serigala (terus menjaga) atas dombanya. Tapi saying, kamu sekalian tergesa-gesa, tidak tahan uji!’.” (h.r. Bukhari)

Kesabaran Generasi Sahabat Wahai para aktivis dakwah…

Generasi pertama (generasi sahabat dan orang-orang yang mengikut jejaknya), memahami benar pesan-pesan Al-Qur’an dan taujih Rasulullah saw. tentang persiapan yang harus dimiliki oleh seorang aktivis dakwah. Iaitu keharusan agar berjiwa tabah, tegar, dan tahan uji dalam menghadapi berbagai cubaan dan rintangan yang menghadang. Bagi mereka, seorang aktivis adalah peribadi-peribadi yang tidak pernah gentar menghadapi tentangan, jiwa-jiwa yang memilki aqidah tangguh, tidak pernah grogi dan pantang mundur, tabah menanggung derita dalam kondisi dan situasi bagaimana pun.

Para sahabat memahami betul bahawa dirinya adalah seorang muslim yang mengemban misi. Sebagai seorang aktivis yang memiliki tanggungjawab dan sekaligus berperan sebagai seorang mujahid dalam kehidupannya. Mereka selalu siap ke medan dakwah untuk menyeru ke jalan Allah swt., tanpa dibayangi rasa takut sedikit pun terhadap tentangan-tentangan yang menghadangnya, sebagai risiko dari seruannya. Hanya redha Allah sematalah yang mereka cari dan yakin akan pertolongan Allah swt.

Kita mencuba memahami sejarah perjalanan hidup mereka, supaya dapat kita ketahui dengan jelas bagaimana cubaan dan derita yang dialami oleh para pendahulu kita, mujahid dakwah dari kalangan para sahabat Rasulullah saw. dalam mengemban risalah Islamiyah, dakwah rabbaniyah. Harapan kita supaya kita dapat meneladani kesabaran dan ketegaran mereka, mengikuti jejak mereka dalam ketulusan pengorbanan, dan keteguhan hati. Dengan demikian dakwah yang kita serukan makin marak.

Adalah tugas seorang aktivis mengembalikan ‘izzah Islam di panggung masyarakat dunia, dengan ruh jihad hingga terbentuk Daulah Qur’aniyah, yang bersatu di bawah naungan Islam.

Di antara mujahid dakwah dari kalangan para sahabat Rasulullah saw. di antaranya,

Bilal bin Rabbah

Beliau adalah sahabat Rasul yang luar biasa. Seorang budak dari negeri Habsyi. Setelah kebenaran Islam merasuk ke dalam jiwanya, beliau ukir kehidupannya ke arah yang gemilang dengan nur Islam. Beliau memiliki ketabahan dan keteguhan hati laksana baja. Dalam perjalanan dakwah Islamnya, beliau telah mengalami berbagai seksaan dan setiap kali seksaan itu datang mendera beliau.

Suatu hari batu yang besar dan panas itu dihempaskan di atas punggungnya. Di tengah terik matahari padang pasir yang membakar itu beliau disuruh memilih; tetap menanggung derita seksa atau melepaskan Islam. Sahabat yang kemudian dikenal dengan muadzin Rasul ini tetap teguh pada jalan Islam. Bahkan semakin tegar dan kukuh dengan keimanannya. Kalimat, “Ahad, Ahad Fardhu Shamad” senantiasa beliau ucapkan di tengah intimidasi para musuh Islam itu.

Begitulah, Bilal bin Rabah. Cubaan yang berupa seksaan, beliau hadapi dengan penuh kesabaran dan ketabahan.

Keluarga Amar bin Yasir

Sungguh! Keluarga Amar bin Yasir adalah teladan umat. Amar, ibunya – Sumayyah- dan ayahnya –Yasir-, memiliki andil yang cukup besar bagi perjalanan dakwah Islamiyah. Mereka telah mendapat seksaan yang menurut ukuran manusia amatlah mustahil untuk tetap istiqamah. Iaitu ketika majikannya (keluarga Bani Makhzum), mengetahui bahawa keluarga Amar bin Yasir telah masuk Islam, kemudian menimpakan berbagai seksaan yang amat pedih kepada keluarga Amar. Dipaksanya anak beranak itu untuk keluar dari Islam, kemudian kembali kepada agama berhala yang penuh kekufuran.

Suatu hari, di saat matahari padang pasir tengah membara, di sebuah lapangan terbuka di kawasan kota Mekkah, satu keluarga itu tengah menerima seksaan yang tak terperikan. Berhari-hari lamanya seksaan itu telah mereka derita. Tatkala Rasulullah saw. berlalu dari hadapan keluarga itu, tiba-tiba terdengarlah rintihan Yasir dalam keadaan terbelenggu kedua tangan dan kakinya, “Adakah derita ini sepanjang masa?” Segera Rasulullah menengadah ke langit saraya berseru, “Wahai keluarga Yasir, bersabarlah. Bergembiralah kamu. Sesungguhnya syurga telah dipersiapkan sebagai tempat kembali keluargamu.” Mendengar seruan Nabi tersebut, keluarga Yasir menjadi tenteram jiwanya dan kian tabah dalam menghadapi ujian.

Datanglah Abu Jahal la’natullah. Dimintanya keluarga itu untuk memilih antara mati syahid ataukah dibiarkan hidup bersama rakannya dengan meninggalkan ajaran Muhammad saw. dan kembali menganut agama nenek moyangnya. Akhirnya, keluarga itu pun tetap berpihak pada ajaran Muhammad saw.. Gugurlah Sumayyah sebagai saksi atas kebenaran yang diyakininya. Sebagai wanita pertama yang menyandang gelar sebagai syahidah atas Din Islam ini. Disusul suaminya, Yasir sebagai lelaki pertama yang bergelar sebagai syuhada.

Sementara Amar, anak mereka tetap bergulat menanggung seksaan. Ia tetap berupaya menanggung seksaan itu betapa pun pedihnya. Namun ia tetaplah sebagai manusia. Sesungguhnya seksaan yang ia terima sungguh telah melampaui batas kemanusiaan, hingga tanpa sedar Amar pun mengucapkan kata-kata kekufuran sebagai upaya untuk melepaskan seksaan yang ia derita. Sungguh ia bersedih dengan ucapan itu, walaupun dalam hatinya tetap meyakini sepenuhnya akan kebenaran Islam. Pada saat itu turunlah kebenaran Allah swt., Barangsiapa yang kafir kepada Allah sesudah dia beriman (Dia mendapat kemurkaan Allah),

kecuali orang yang dipaksa kafir padahal hatinya tetap tenang dalam beriman (Dia tidak berdosa) …” (An-Nahl : 106)

Mush’ab bin Umair

Ia lahir dan tumbuh dari keluarga terpandang dan kaya raya. Sejak muda sudah terbiasa hidup dalam kemewahan. Ibnu Sa’ad dalam kitab Thabaqah meriwayatkan kisah keislamannya.

Adalah Mush’ab bin Umair, seorang pemuda yang berpenampilan tampan lagi simpatik. Kedua orang tuanya sangat mencintainya. Terutama ibunya, yang senantiasa memenuhi segala kehendaknya. Pada saat itu dia adalah susuk pemuda Mekkah yang paling elit dalam berpakaian dan wangi-wangian.

Suatu hari, saat Rasulullah saw. berada di rumah Arqam bin Abi Arqam, tempat yang selalu dijadikan pusat pertemuan antara Nabi dan Sahabat beliau, hadirlah Mush’ab bin Umair. Rasulullah pun mengajaknya untuk masuk Islam dan Mush’ab bin Umair tidak menolaknya. Sejak itu Mush’ab bin Umair sering hadir dalam pertemuan yang diselenggarakan oleh Rasul di rumah Arqam tersebut.

Mush’ab memang sengaja tidak memperlihatkan keislamannya terhadap keluarganya yang sangat membenci kebenaran Islam. Namun lama kelamaan terbukalah jua rahsia keislaman yang selam ini ia sembunyikan. Mush’ab mulai mendapatkan permusuhan dari keluarga dan kerabatnya. Mereka menyeksa dan menyekap Mush’ab dalam waktu yang lama.

Ketika berita sampai ke Mush’ab, bahawa kaum muslimin berhijrah ke negeri Habasyah maka Mush’ab pun segera melarikan diri dan ikut berhijrah ke negeri Habasyah. Ia tinggalkan keluarganya yang banyak memberikan kemewahan hidup demi kecintaannya pada Rasul dan ajarannya walaupun harus menderita.

Demikian halnya ketika ada seruan untuk hijrah ke Madinah sebagaimana Khabbab bin Al-Art menceritakan, “Kami harus berhijrah bersama Rasul ke Madinah demi mengharap redha Allah. Di antara kami ada yang tetap tabah walau harus menderita berhari-hari menahan lapar, termasuk Mush’ab bin Umair. Penderitaan senantiasa menyertai Mush’ab bin Umair hingga gugur sebagai syuhada dalam perang Uhud. Untuk mengafaninya tiada selembar kain pun kecuali sebuah purdah (selendang) pendek yang bila ditutupkan di atas kepalanya, tampaklah kedua kakinya, dan bila ditutupkan di atas kedua kakinya, tampaklah kepalanya. Akhirnya oleh Rasulullah saw. ditutupkanlah kakinya dengan daun idzkir.”

Sungguh Rasulullah telah mewaqfkan Mush’ab bin Umair dalam perang Uhud. Ia gugur sebagai syuhada dengan berkafan selembar furdah. Dengan berlinang air mata Rasulullah saw. bersabda,

“Sungguh sejak aku melihat engkau di Mekkah, tiada seorang pun yang lebih mewah dalam berpakaian. Tiada seorang pun yang lebih tampan daripadamu dalam berpenampilan. Tapi kemudian engkau gugur dalam keadaan yang demikian rupa, dan hanya dibungkus dengan selembar purdah yang pendek.”

Kemudian Rasulullah membacakan firman Allah swt.,

Di antara orang-orang mukmin itu ada orang-orang yang menepati apa yang Telah mereka janjikan kepada Allah; Maka di antara mereka ada yang gugur. dan di antara mereka ada (pula) yang menunggu- nunggu dan mereka tidak merobah (janjinya).” (Al-Ahzab : 23)

Wahai para aktivis dakwah…

Jangan ragu lagi semua kenyataan itu merupakan buah dari keimanan, cermin dari ketabahan, kesabaran, dan keistiqamahan yang telah dicontohkan oleh Rasulullah saw., sebagai perintis dakwah, panglima dakwah. Beliau telah memberikan keteladanan yang terbaik dalam kesabaran dan ketabahan juga dalam perjuangan dan pengorbanan.

Jejak Rasulullah telah diikuti oleh para sahabat, generasi tabi’in, demikian terus diikuti oleh penegak Din Islam hingga sekarang. Ada Imam Ahmad bin Hambal, Ibnu Taimiyah, Mundzir bin Sa’id, Said bin Al-Musayyib, Wali bin Thawus, Hasan Al-Banna, Sayyid Qutbh, Syeikh Marwan Hadid, Asy-Syeikh Abdul Aziz Al-Badri, Asy-Asy-Syeikh Muwaffaq Sirajiyah, dan masih ratusan lagi bahkan ribuan lagi. Mereka telah memberikan teladan yang sangat indah dalam mewujudkan kesabaran, ketabahan, keberanaian, dan ketegaran dalam berdakwah. Semoga Allah merahmati mereka dan menempatkannya dalam kedudukan yang terhormat serta senantiasa dilimpahkan kesejahteraan yang kekal atas mereka. Amin.

Semua itu merupakan ‘ibrah ‘pelajaran’ bagi para aktivis dakwah, bahawa orang-orang yang telah mempertaruhkan dirinya untuk berdakwah, tidak boleh tidak, ia akan berhadapan dengan berbagai rintangan, ujian, dan cubaan serta kesulitan dan penderitaan. Sekali lagi, hal itu telah menjadi sunatullah yang tidak bisa ditawar lagi.

Adalah keliru, jika orang beranggapan bahawa jalan dakwah itu selamanya licin dan lapang, penuh taburan bunga, taburan senyuman, dan tepuk tangan. Sungguh keliru! Selamanya tidak demikian. Bahkan setiap aktivis harus menyedari bahawa jalan dakwah penuh ancaman dan seksaan dari orang-orang yang zalim.

Oleh kerana itu, sudah sepatutnya jika seseorang aktivis harus membekali diri dengan kesabaran, ketabahan, kesiapan dalam menghadapi penderitaan dengan tekad yang membaja. Tanpa itu semua dikhuatirkan seorang aktivis akan mudah futur manakala cubaan dating menghadang. Yang lebih fatal bila ia berpangku tangan bersama orang-orang yang benci dan frustasi terhadap dakwah.

Betapa indah wahai para aktivis, syair yang digubah oleh Ath-Thaghrai ini, Cinta keselamatan sikap terpuji

Tetapi harus didukung oleh semangat yang tinggi Sayangnya orang lebih suka hidup santai

Maka, Anda harus mempersiapkan dana di bumi Atau, Anda persiapkan tangga di udara

Lalu, berangkatlah!

Sementara Abu Thayyib Al-Muttaanabbi, berkata dalam syairnya, Anak cucuku,

Aku telah mencapai ketinggian puncak Kesulitan ada pada ketinggian,

dan kemudahan ada pada kerendahan

Anda ingin mencapai ketinggian dengan mudah? Tidak mungkin!

Tanpa perjuangan melawan sengat lebah Dan seorang penyair lagi berkata,

Bila keinginan-keinginan itu besar

5. Optimisme Aktivis Dakwah

Dalam dokumen Taujih Ruhiyah (Halaman 22-34)

Dokumen terkait