• Tidak ada hasil yang ditemukan

5.2 Faktor-faktor yang memengaruhi IPM

5.2.4 Kesehatan

Pengaruh pengeluaran pemerintah bidang kesehatan terhadap pembangunan dari hasil estimas adalah memiliki pengaruh negatif. Sehingga jika pengeluaran pemerintah bidang kesehatan mengalami penurunan maka indeks pembangunan manusia akan meningkat, dan sebaliknya. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan UNICEF dan UNDP (HDR, 2000) menemukan bahwa pada negara-negara berkembang pada umumnya terjadi diskriminasi yang serius pada pengeluaran publik untuk kesehatan antara

penduduk yang lebih kaya, dimana mereka mendapatkan pelayanan kesehatan yang lebih baik dan lebih besar dibandingkan dengan masyarakat yang miskin. Sehingga terdapat bias yang sangat jauh untuk subsidi dalam bidang kesehatan.

Berdasarkan uraian pada bab empat diketauhi bahwa pengeluaran pemerintah bidang kesehatan berfluktuasi, dimana anggaran tahun 2008 cenderung lebih besar dibandingkan tahun berikutnya, yaitu 2009 dan 2010. Sementara itu jumlah penduduk di wilayah perbatasan secara umum semakin meningkat setiap tahunnya, ini mengindikasikan semakin kecilnya alokasi pengeluaran pemerintah per penduduk pada tahun 2009 dan 2010.

Tabel: 5.4 Jumlah penduduk di wilayah perbatasan darat Indonesia 2007- 2010

Kabupaten/Kota 2007 2008 2009 2010 Sambas 485,446 491,077 496,464 496,120 Bengkayang 201,600 205,675 209,927 215,277 Sanggau 382,594 388,909 395,061 408,468 Sintang 357,479 365,058 373,380 364,759 Kapuas Hulu 213,760 218,804 222,893 222,160 Kutai Barat 157,847 159,852 161,778 165,091 Malinau 56,107 59,200 62,423 62,580 Nunukan 125,421 132,886 140,707 140,841 Belu 418,004 441,451 465,933 352,297 TTU 211,350 213,153 214,842 229,803 Kupang 373,663 383,896 394,173 304,548 Merauke 168,513 172,478 176,466 195,716 Boven Digoel 33,995 34,786 35,581 55,784 Peg. Bintang 94,780 96,511 98,234 65,434 Keerom 42,582 44,402 46,282 48,536 Jayapura 215,609 243,930 224,615 256,705 Sumber: BPS (diolah)

Penurunan alokasi pengeluaran pemerintah bidang pendidikan di wilayah kabupaten/kota perbatsanan selama 2008 sampai 2010 ternyata tidak membuat indeks kesehatan di wilayah ini menurun. Hal ini salah satunya dikarenakan meningkatnya persentase rumah sehat di wilayah tersebut (gambar 5.2) selama periode penelitian. Selain itu berdasarkan data profil kesehatan Indonesia 2010 juga diketahui adanya penurunan persentase jumlah penderita gizi buruk dan kurang gizi, terutama untuk wilayah di provinsi Nusa Tenggara Timur yang pada

tahun 2007 jumlah penderita gizi buruk dan gizi kurang sebesar 33, 6 persen berkurang menjadi 20,3 persen pada tahun 2010.

Sumber: Kementrian kesehatan, 2010

Gambar 5.2 Persentase rumah sehat di wilayah perbatasan darat Indonesia 2007 - 2010 Semakin meningkatnya pemahaman masyarakat akan pentingnya kesehatan, tentu merupakan suatu langkah yang baik untuk meningkatkan sumber daya manusia menuju peningkatan kesejahteraan yang lebih baik sebagaimana yang terdapat dalam penelitian E. Setiawan pada tahun 2006, bahwa kesehatan merupakan kebutuhan mendasar bagi setiap manusia, tanpa kesehatan masyarakat tidak dapat menghasilkan suatu produktivitas bagi wilayahnya. Kegiatan ekonomi suatu wilayah dapat berjalan jika ada jaminan kesehatan bagi setiap penduduknya. Berkaitan dengan pengeluaran pemerintah bidang kesehatan di wilayah Perbatasan Darat Indonesia, ternyata hal ini tidak diikuti dengan peningkatan/pemenuhan tenaga-tenaga di bidang kesehatan, di mana diketahui dari Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat selama kurun waktu 2008-2010 jumlah tenaga kesehatan di Wilayah Perbatasan sebagian besar masih kekurangan tenaga kesehatan sebesar 20 persen sampai 30 persen. Jika dikaitkan dengan infrastruktur yang ada di wilayah perbatasan berdasarkan uraian pada bab sebelumnya juga diketahui bahwa infrastruktur jalan di wilayah ini selama periode penelitian masih sangat memprihatikan atau dengan kata lain akses penduduk untuk dapat menuju ke akses kesehatan ataupun akses lainnya masih sulit untuk dijangkau. Oleh karena itu, realisasi anggaran bidang kesehatan sebaiknya dapat dikelola dengan baik dengan diikuti sarana dan prasara pendukung lainnya terkait dengan kemudahan, ketersediaan perangkat maupun aparat di bidang kesehatan masyarakat demi tercapainya peningkatan kualitas SDM dan peningkatan IPM.

0 20 40 60 80 2007 2010

Selain itu program-program yang telah dibuat dan dijalankan agar dapat dioptimalkan kembali agar masyarakat bisa memperoleh pelayanan kesehatan dan dapat meningkatkan kualitas hidupnya. Seperti program JAMKESMAS, dimana program ini telah menaikkan proporsi anggaran pemerintah sebesar 8 persen tapi pada kenyataannya program tersebut belum efektif, karena rumitnya prosedur yang harus dipenuhi untuk mendapatkan jaminan kesehatan.

5.2.5. Infrastruktur

Infrastruktur jalan berdasarkan hasil estimasi mempunyai koefisien yang bertanda positif (3,058979) dan signifikan pada α sebesar 1 persen. Hal ini mengindikasikan bahwa indeks pembangunan manusia sangat dipengaruhi oleh infrastruktur jalan, dimana kenaikkan infrastruktur jalan sebesar 1 per sen akan menaikkan nilai indeks pembangunan mansuia sebesar 3,059 persen, ceteris paribus.

Hasil penelitian ini sesuai dengan teori yang dikemukan Bappenas (2003) dalam Patriaka (2011), dimana ketersediaan infrastruktur, seperti jalan, pelabuhan, bandara, listrik, air bersih dan lain-lain merupakan social overhead capital, memiliki keterkaitan yang sangat kuat dengan tingkat perkembangan wilayah, yang antara lain dicirikan oleh laju pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat. Keberadaan infrastruktur sangat diperlukan dan harus menjadi prioritas dalam setiap program pembangunan karena infrastruktur akan mendorong terjadinya peningkatanproduktivitas bagi faktor-faktor produksi. Dalam permasalahan penelitian ini, ketersediaan infrastruktur dapat memudahkan masyarakat dalam mengakses aspek-aspek yang menentukan pembangunan manusia seperti sarana kesehatan dan sarana pendidikan. Sarana infrastruktur yang memadai juga akan mempengaruhi biaya yangdikeluarkan menjadi lebih rendah. Sehingga pendapatan masyarakat tidak terbuang hanya untuk biaya transportasi dan dapat dialihkan untuk pengeluaran kesehatan maupun pendidikan. Infrastruktur merupakan kunci dalam mendukung pembangunan nasional dan roda penggerak pertumbuhan ekonomi. Dengan demikian, maka sudah seharusnya pemerintah memberikan perhatian yang lebih besar dan nyata dalam perbaikan maupun perluasan infrastruktur jalan maupun infrastruktur lainnya di

wilayah Perbatasan Darat Indonesia, karena masih banyak infrastruktur yang sangat sulit untuk dijangkau bahkan tidak dapat dijangkau oleh masyarakat di wilayah perbatasan tersebut.

5.2.6 Tingkat pengangguran terbuka dan rasio tenaga pendidikan tingkat SMP

Variabel pengangguran yang diwakili oleh rasio tingkat pengangguran terbuka dan variabel rasio tenaga pendidikan tingkat SMP berdasarkan hasil analisis regresi data panel tidak signifikan memengaruhi indeks pembangunan manusia di wilayah perbatasan darat Indonesia, dimana terjadinya peningkatan tingkat pengangguran terbuka dan peningkatan tenaga pendidikan justru tidak memberikan pengaruh terhadap nilai indeks pembangunan manusianya. Variabel tingkat pengangguran terbuka tidak signifikan terhadap indeks pembangunan manusia hal ini disebabkan salah satunya karena adanya pengaruh sosial budaya di wilayah perbatasan. Contohnya di salah satu wilayah perbatasan yaitu di Provinsi NTT, sebagaimana dikemukakan oleh Nakmofa dalam Demarce 2012, yang mengemukakan bahwa falsafah hidup yang dianut yaitu budaya “puah manus”, yang merupakan falsafah keterbukaan, penghargaan dan partnership dengan semua manusia. Sehingga ini dapat diartikan jika ada kerabat maupun saudara mereka yang tidak memiliki pekerjaan maka dengan keterbukaan, penghargaan dan rasa kemitraan yang tinggi mereka akan merangkul saudaranya dengan baik dan bersahaja.

Sedangkan dalam kaitannya dengan rasio tenaga pendidikan, dimana jika tenaga pendidikan ditingkatkan maka tidak signifikan memengaruhi indeks pembangunan manusia di wilayah perbatasan. Kondisi ini disebabkan kartena rasio beban guru yang ada di wilayah perbatasan pada dasarnya sudah lebih baik dari standar yang ada di kementerian pendidikan nasional. Sehingga jika jumlah guru semakin ditingkatkan sementara jumlah murid tidak meningkat, maka rasio beban guru akan semakin kecil, hal ini tentunya akan menjadi tidak efisien, karena jumlah guru yang semakin meningkat sementara jumlah murid tidak meningkat akan membuat beban pemerintah yang semakin besar.

95 VI. KESIMPULAN DAN SARAN

Dokumen terkait