• Tidak ada hasil yang ditemukan

The Analysis of Factors That Influence Human Development Indeks InIndonesia Land Borders

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "The Analysis of Factors That Influence Human Development Indeks InIndonesia Land Borders"

Copied!
257
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DI WILAYAH

PERBATASAN DARAT INDONESIA

AMBAR YULIATI

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Analisis Faktor-Faktor yang

Memengaruhi Indeks Pembangunan Manusia di Wilayah Perbatasan Darat

Indonesia adalah karya saya dengan arahan komisi pembimbing dan belum

diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber

informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak

diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam

daftar pustaka pada bagian akhir tesis ini.

Bogor, Oktober 2012

(4)
(5)

ABSTRACT

AMBAR YULIATI. The Analysis of Factors That Influence Human Development Indeks InIndonesia Land Borders. Under supervision of WIWIEK RINDAYATI and IRFAN SYAUQI BEIK.

Human Development Index (HDI) is a measure for the quality of human development. The increase in the development will improve economic growth. The United Nations Development Programme (UNDP) since 1990 has been using the HDI to measure achievement of human development process. Human Development Index is devided in to three components, namely education, health and purchasing power. This study examines the factors that influence human development index in Indonesia’s land border. The study is conducted in

Indonesia’s land border by using secondary data derived from BPS, Kemenkeu and UNDP from 2007-2010. This study uses panel data regression model to determine the determinants of human development index and uses descriptive analysis to discuss policy implication. This study shows that the GDP per capita, poverty, teacher’s availability, health care, and infrastructure significantly influence the HDI. These factors should be prioritized in order to improve the HDI in the land border of the country.

(6)
(7)

RINGKASAN

AMBAR YULIATI: Analisis Faktor-Faktor yang Memengaruhi Indeks Pembangunan Manusia di Wilayah Perbatasan Darat Indonesia. Dibimbing oleh: WIWIEK RINDAYATI dan IRFAN SYAUQI BEIK.

Hakekat pembangunan dalam suatu wilayah adalah proses multi dimensional yang mencakup perubahan yang mendasar meliputi struktur-struktur sosial, sikap-sikap masyarakat dan institusi-institusi nasional dengan tetap mengejar akselerasi pertumbuhan ekonomi, penanganan ketimpangan pendapatan serta pengentasan kemiskinan. Pembangunan merupakan perubahan suatu masyarakat atau penyesuaian sistem sosial secara keseluruhan tanpa mengabaikan kerjasama, kebutuhan mendasar, dan keinginan mayoritas individu maupun kelompok sosial yang ada untuk bergerak maju menuju suatu kondisi yang lebih baik.

Modal manusia merupakan salah satu faktor penting dalam proses pertumbuhan ekonomi, dengan modal manusia yang berkualitas kinerja ekonomi diyakini juga akan lebih membaik. Selain itu manusia juga merupakan manifestasi kekayaan bangsa yang sesungguhnya. Oleh karena itu manusia menjadi sasaran utama dari pembangunan.

Kebijakan pembangunan yang tidak mendorong kualitas manusia hanya akan membuat negara bersangkutan tertinggal dari negara lain. Peningkatan kualitas modal manusia akan memberikan manfaat dalam mengurangi ketimpangan, jika modal manusia semakin baik akan dapat meningkatkan produktifitas yang pada akhirnya akan meningkatkan pendapatan individu sehingga akan meningkatkan kesejahteraannya.

Perbatasan negara yang merupakan manifestasi utama kedaulatan wilayah suatu negara memiliki peranan penting, baik dalam batas wilayah kedaulatan, pemanfaatan sumber daya alam , pertahanan dan kedaulatan ekonomi sebuah negara. Menurut UU No. 26 tahun 2007 telah ditetapkan bahwa perbatasan sebagai kawasan strategi nasional di bidang pertahanan dan keamana. Meskipun telah ditetapkan sebagaimana tersebut bukan berarti tidak boleh dikembangkan secara sosial ekonomi. Tetapi justru sebaliknya, peningkatan kesejahteraan masyarakat dan pengembangan ekonomi wilayah merupakan pendekatan yang komplementer dengan pendekatan pertahanan dan keamanan. Berdasarkan uraian di atas, maka penelitian ini memiliki beberapa tujuan. Pertama, mengkaji perkembangan masing-masing komponen IPM di wilayah perbatasan darat Indonesia. Kedua, menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi IPM di wilayah perbatasan darat Indonesia.

(8)

mengkaji dinamika indeks pembangunan manusia di wilayah perbatasan darat Indonesia. Analisis regresi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah regresi data panel. Alasan pemilihan metode tersebut mengacu pada tujuan penelitian yang ingin melihat faktor-faktor yang memengaruhi indeks pembangunan manusia.

Dinamika indeks pembangunan manusia di wilayah perbatasan darat Indonesia selama periode penelitian secara umum mengalami peningkatan baik dari indeks pembentuk maupun komponen pembentuknya. Diantara tiga indeks pembentuk IPM indeks pendidikan mempunyai nilai yang terbesar hampir di semua kabupaten/kota di wilayah perbatasan yaitu dengan rata-rata perbatasan sebesar 70,4 dengan rata-rata Indonesia sebesar 78,60 kecuali pada Kabupaten Pegunungan Bintang dan Boven Digoel, dimana indeks pendidikan di kedua kabupaten tersebut kurang dari 30. Jika di telusuri lebih mendalam ternyata pada kedua kabupaten tersebut angka melek huruf (32 persen) dan rata-rata lama sekolahnya (3 tahun) sangat jauh dari rata-rata Indonesia, yaitu angka melek huruf 92 persen dan rata-rata lama sekolah 7 tahun. Indeks pembentuk yang kedua adalah kesehatan dengan rata-rata perbatasan 69,71 dan rata-rata Indonesia 73,47. Sedangkan indeks daya beli merupakan komponen pembentuk terendah dengan rata-rata perbatasan sebesar 59,49 dan rata-rata Indonesia sebesar 75,74.

Berdasarkan hasil estimasi regresi data panel terhadap faktor-faktor yang memengaruhi indeks pembangunan manusia di wilayah perbatasan diperoleh hasil sebagai berikut: (1) variabel yang signifikan berpengaruh positif adalah PDRB per kapita, pengeluaran pemerintah bidang pendidikan dan infrastruktur jalan, (2) variabel yang signifikan berpengaruh negatif adalah persentase penduduk miskin, pengeluaran pemerintah bidang kesehatan, rasio tenaga pendidikan tingkat SD dan rasio tenaga kesehatan, (3) sedangakan variabel yang tidak signifikan berpengaruh adalah rasio tenaga pendidikan SMP dan tingkat pengangguran terbuka. Jika ditinjau berdasarkan nilai koefisiennya, maka variabel yang mempunyai berpengaruh terbesar terhadap indeks pembangunan manusia di wilayah perbatasan darat Indonesia adalah infrastruktur jalan dengan nilai koefisien sebesar 3,0589.

Saran yang direkomendasikan dari penelitian ini antara lain pembangunan manusia di wilayah perbatasan oleh pemerintah agar lebih diarahkan pada ketersedianan infrastruktur yang memadai sehingga akan memudahkan masyarakat dalam mengakses aspek-aspek yang menentukan pembangunan terutaman pembangunan manusia seperti sarana kesehatan dan pendidikan. Selain itu infrastruktur yang memadai juga akan mempengaruhi biaya yang dikeluarkan menjadi lebih rendah, dapat meningkatkan interaksi ekonomi, meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan daya saing daerah. Infrastruktur merupakan kunci dalam mendukung pembangunan dan roda penggerak pertumbuhan ekonomi. Dengan demikian, sudah seharusnya pemerintah memberikan perhatian yang lebih besar dan nyata dalam perbaikan dan perluasan infrastruktur di wilayah perbatasan, karena masih banyak akses jalan yang sangat sulit untuk dijangkau.

(9)

©Hak Cipta milik IPB, Tahun 2012 Hak Cipta dilindungi Undang-undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah, dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB.

(10)
(11)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DI WILAYAH

PERBATASAN DARAT INDONESIA

AMBAR YULIATI

Tesis

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada

Program Studi Ilmu Ekonomi

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(12)
(13)

Judul : Analisis Faktor-Faktor yang Memengaruhi Indeks Pembangunan Manusia di Wilayah Perbatasan Darat Indonesia

Nama : Ambar Yuliati

NRP : H151104304

Program Studi : Ilmu Ekonomi

Disetujui

Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Wiwiek Rindayati, M.Si. Ketua

Dr. Irfan Syauqi Beik, SP.M.Sc Anggota

Diketahui

Ketua Program Studi Ilmu Ekonomi

Dr. Ir. Nunung Nuryantono, M. Si.

Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr. Ir. Dahrul Syah, M.Sc.Agr.

(14)
(15)

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan tesis ini dengan judul Analisis Faktor-Faktor yang Memengaruhi Indeks Pembangunan Manusia di Wilayah Perbatasan Darat Indonesia. Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Dr. Ir. Wiwiek Rindayati, M.Si. selaku Ketua Komisi Pembimbing dan Dr. Irfan Syauqi Beik, SP, M.Sc, selaku Anggota Komisi Pembimbing, yang bersedia meluangkan waktu untuk memberikan arahan dan bimbingan yang sangat bermanfaat bagi penulisan tesis ini. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Dr. Ir. Sri Hartoyo, MSselaku penguji luar komisi yang telah memberikan saran dan kritik yang menyempurnakan hasil penelitian ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada Kepala BPS yang telah memberikan kesempatan dan dukungan kepada penulis untuk melanjutkan pendidikan.Terima kasih dan penghargaan penulis sampaikan kepada semua dosen pengajar serta kepada teman-teman batch 3 kelas BPS yang senantiasa membantu dan mendukung penulis selama mengikuti perkuliahan di kelas Magister Program Studi Ilmu Ekonomi IPB.

Secara khusus penulis menyampaikan terima kasih kepada Kedua Orang Tua tercinta atas segala dukungan dan doa yang selalu menyertai. Melalui kesempatan ini penulis juga mengucapkan terima kasih kepada suami terkasih Mukhtasar dan buah hatiku Alya Safira Putri, Aqila Syifa Aprilia dan Luthfian Hafiz Wicaksana yang telah mendampingi, menghibur dan memotivasi penulis. Ucapan terima kasih juga penulis haturkan kepada seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan namanya satu per satu, yang telah memberikan dukungan baik moril maupun materil dari awal perkuliahan hingga penyelesaian tesis ini.

Akhirnya, besar harapan penulis agar tesis ini dapat menghasilkan penelitian yang bermanfaat bagi dunia pendidikan dan memberikan kontribusi bagi pembangunan di wilayah perbatasan darat Indonesia.

Bogor, Oktober 2012

(16)
(17)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 5 Juli 1974, merupakan anak ke lima dari tujuh bersaudara dari pasangan Ayah Kamirin dan Ibu Sri Mulyati. Saat ini penulis telah menikah dengan Mukhtasar dan dikaruniai dua orang putri, Alya Safira Putri dan Aqila Syifa Aprilia dan seorang putra, Luthfian Hafiz Wicaksana.

Penulis menamatkan pendidikan tingkat atas di SMUN 44 Jakarta Timur pada tahun 1993, pada tahun 1994 penulis diterima sebagai PNS di Badan Pusat Statistik Jakarta, kemudian pada tahun 1997 memperoleh kesempatan untuk melanjutkan pendidikan Diploma IV pada Sekolah Tinggi Ilmu Statistik (STIS) Jakarta. Penulis lulus pada tahun 2001 dengan memperoleh gelar Sarjana Sains Terapan. Pada tahun yang sama, penulis kembali bekerja di Badan Pusat Statistik (BPS) dan ditugaskan di Bagian Administrasi Jabatan Fungsional hingga saat ini.

(18)
(19)

xvii DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL xv

DAFTAR GAMBAR xvi

DAFTAR LAMPIRAN xvii

I PEσDAHULUA σ ………...…... 1

1.1 Latar Belakang ………... 1

1.2 Perumusan Masalah ………..……….…... 8

1.3 Tujuan Penelitian ……...………... 9

1.4 Manfaat Penelitian ……… 9

1.5 Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian ……… 10

II TINJAUAN PUSTAKA ……….. 11

2.1 Pembangunan ……….. 11

2.2 Indeks Pembangunan Manusia ……….... 12

2.2.1 Komponen-komponen IPM ………... 17

2.2.1.1 Indeks Harapan Hidup ……….. 17

2.2.1.2 Indeks Pendidikan ………. 17

2.2.1.3 Standar Hidup Layak( Indeks Daya Beli) …... 18

2.2.2 Tahapan Penghitungan IPM ……….. 18

2.3 Wilayah Perbatasan ………...….. 20

2.4 Konsep Pertumbuhan Ekonomi ………... 24

2.5 Pertumbuhan Ekonomi dan Pembangunan Manusia ……... 25

2.6 Pendidikan dan Pembangunan Manusia ………. 27

2.7 Kesehatan dan Pembangunan Manusia ………... 28

2.8 Pendapatan per Kapita ……… 28

2.9 Pengeluaran Pemerintah ……….. 29

2.9.1 Pengeluaran Pemerintah Bidang Pendidikan ……… 32

2.9.2 Pengeluaran Pemerintah Bidang Kesehatan ………. 33

2.10 Kemiskinan dan Pembangunan Manusia ……….... 33

2.11 Infrastruktur ……….... 34

2.12 Infrastruktur dan Pembangunan Manusia..……….. 35

2.13 Penelitian Terdahulu ………..………. 36

2.14 Kerangka Pemikiran ……….……….. 38

(20)

xviii

(21)

xix

4.1.3 Kemiskinan ……….…….. 65

4.1.4 Tenaga Pendidikan dan Kesehatan ………….…….. 66

4.1.5 Pengeluaran Pemerintah Bidang Pendidikan dan Kesehatan ………..…… 68

4.1.6 Infrastruktur ……….………. 71

4.1.7 Tingkat Pengangguran Terbuka ………..….. 72

4.2 Dinamika Indeks Pembangunan Manusia ………... 73

4.2.1 Indeks Pendidikan ………...………... 74

4.2.2 Indeks Kesehatan ……….………. 77

4.2.3 Indeks Daya Beli ………..…………. 79

V FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI IPM DI PERBATASAσ DARAT IσDτσESIA ………..………... 81 5.1 Uji Model Regresi Data Panel ………. 81

5.2 Faktor-faktor yang memengaruhi IPM ……… 82

5.2.1 PDRB per Kapita ……….……… 84

5.2.2 Kemiskinan ………..……… 85

5.2.3 Pendidikan ………... 87

5.2.4 Kesehatan ……… 90

5.2.5 Infrastruktur ………. 93

VI KESIMPULAσ DAσ SARAσ ………….……….. 95

6.1 Kesimpulan ……….. 95

6.2 Saran ……… 95

(22)
(23)

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1.1 IPM Indonesia Tahun 2002-2010 ………. 4

1.2 Perbedaaan kondisi social ekonomi kabupaten perbatasan ….. 5

1.3 Perbandingan Indikator Kinerja Pembangunan Manusia

Kabupaten/Kota Perbatasan dengan σasional Tahun 2009…... 7

2.1 Indikator IPM ……….. 21

3.1 Kerangka Identifikasi Autokortelasi ……… 52

4.1 Persentase Infrastruktur Jalan Terhadap Luas Kabupaten Kota

Wilayah Perbatasan Darat Indonesia Tahun 2007 dan 2010 ... 72

4.2 AMH Wilayah Perbatasan Tahun 2007 –2010 ……… 75

4.3 Rata-rata Lama Sekolah Penduduk di Wilayah Perbatasan

Darat Indonesia Tahun 2007 –2010 ………. 76

4.4 AHH Penduduk Wilayah Perbatasan darat Indonesia Tahun

2007 –2010 ………... 78

4.5 Perkembangan IPM dan Komponen Pembentuknya di

Wilayah Perbatasan darat Indonesia Tahun 2007-2010 …….. 80

5.1 Hasil Regresi data Panel Faktor-faktor yang mememngaruhi

IPM di Perbatasan darat Indonesia ……… 83

5.2 IPM dan PDRB per Kapita Wilayah Perbatasan darat

Indonesia Tahun 2007-2010 ……….……… 85

5.3 Angka Putus Sekolah Tingkat SD dan SMP di Wilayah

Perbatasan Darat Indonesia Tahun 2007-2010 ………. 88

5.4 Jumlah Penduduk di Wilayah Perbatasan Darat Indonesia

(24)
(25)

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Alur Konsep IPM ....……….. 20

2.2 Hubungan GDP dengan HDI ……….. 26

2.3 Hubungan Infrastruktur Dengan Pembangunan Manusia … 35

2.5 Kerangka Pemikiran ……….. 39

3.1 Pengujian Pemilihan Model Dalam Pengolahan Data Panel 46

4.1 PDRB per Kapita Wilayah Perbatasan darat Indonesia

Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2007 dan 2010 …………. 65 4.2 Persentase Tingkat Kemiskinan Wilayah Perbatasan Darat

Indonesia Tahun 2007 dan 2010 ………. 66

4.3 Rasio Murid Terhadap Guru Tingkat SD dan SMP Wilayah

Perbatasan Darat Indonesia Tahun 2007 dan 2010 ……….. 67 4.4 Rasio Dokter Terhadap Jumlah Penduduk di Wilayah

Perbatasan Darat Indonesia Tahun 2007 dan 2010 ………. 68

4.5 Pengeluaran Pemerintah Bidang Pendidikan Wilayah

Perbatasan Darat Indonesia Tahun 2007 dan 2010 ………. 69

4.6 Pengeluaran Pemerintah Bidang Kesehatan Wilayah

Perbatasan Darat Indonesia Tahun 2007 dan 2010 ………. 70

4.7 IPM Kabupaten/Kota Wilayah Perbatasan darat Indonesia dan

Rata-rata Indonesia, Tahun 2007 –2010 ……… 74

4.8 Indeks Pendidikan Kabupaten/Kota Wilayah Perbatasan darat Indonesia dan Rata-rata Indeks Pendidikan Indonesia Tahun

2007-2010 ………. 77

4.9 Indeks Kesehatan Kabupaten/Kota Wilayah Perbatasan darat Indonesia dan Rata-rata Indeks Pendidikan Indonesia Tahun

2007-2010 ………. 78

4.10 Indeks Daya Beli kabupaten/kota wilayah perbatasan darat

Indonesia tahun 2007-2010 ………... 79

5.1 Angka Partisipasi Murni Sekolah Tingkat SMP di Wilayah

Perbatasan Darat Indonesia Tahun 2007 dan 2010 ………. 88

5.2 Persentase Rumah Sehat di Wilayah Perbatasan Darat

(26)
(27)

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1 Reduksi Shortfall Wilayah Perbatasan Darat Indonesia menurut Kabupaten/Kota Tahun 2007 – 2010 ...…….. 101

2 Indeks Pendidikan Wilayah Perbatasan Darat Indonesia menurut Kabupaten/Kota Tahun 2007 – 2010 ...… 102

3 Indeks Kesehatan Wilayah Perbatasan Darat Indonesia menurut Kabupaten/Kota Tahun 2007 – 2010 ...……….. 103

4 Indeks Daya Beli Wilayah Perbatasan Darat Indonesia menurut Kabupaten/Kota Tahun 2007 -2010 ...………… 104

5 Hasil Uji Pooled Least Square Faktor-Faktor yang Memengaruhi Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Wilayah Perbatasan Darat Indonesia ...………. 105

6 Hasil Uji Fixed Effect Faktor-Faktor yang Memengaruhi Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Wilayah Perbatasan Darat Indonesia ...……… 106

7 Hasil Pengujian antara Fixed Effect dengan Pooled Least Square (Uji Chow) Faktor-Faktor yang Memengaruhi Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Wilayah Perbatasan Darat Indonesia ...……….. 107

8 Hasil Uji Random Effect Faktor-Faktor yang Memengaruhi Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Wilayah Perbatasan Darat Indonesia ...………. 108

9 Hasil Pengujian antara Fixed Effect dengan Random Effect (Uji Hausman) Faktor-Faktor yang Memengaruhi Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Wilayah Perbatasan Darat Indonesia …………...………... 109

10 Hasil Uji Fixed Effect dengan Cross Section Weights Faktor-Faktor yang Memengaruhi Indeks Pembangunan Manusia

(IPM) di Wilayah Perbatasan Darat Indonesia ... 111

11 Hasil Uji Multikolinier Faktor-Faktor yang Memengaruhi Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Wilayah Perbatasan Darat Indonesia ………..………... 112

(28)
(29)

1

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Hakekat pembangunan dalam suatu wilayah adalah proses

multidimensional yang mencakup perubahan yang mendasar meliputi

struktur-struktur sosial, sikap-sikap masyarakat dan institusi-institusi nasional dengan tetap

mengejar akselerasi pertumbuhan ekonomi, penanganan ketimpangan pendapatan

serta pengentasan kemiskinan. Pembangunan juga merupakan perubahan total

suatu masyarakat atau penyesuaian sistem sosial secara keseluruhan tanpa

mengabaikan kerjasama, kebutuhan dasar, dan keinginan mayoritas individu

maupun kelompok sosial yang ada untuk bergerak maju menuju suatu kondisi

yang lebih baik. Dapat dikatakan bahwa pembangunan merupakan suatu

kenyataan fisik sekaligus tekad suatu masyarakat untuk berupaya sekeras mungkin

melalui serangkaian proses sosial, ekonomi dan institusional demi mencapai

kehidupan yang lebih baik. Apapun komponen spesifik atas "kehidupan yang

lebih baik" itu, pembangunan di semua masyarakat paling tidak memiliki tiga

tujuan inti yaitu peningkatan ketersediaan kebutuhan pokok, peningkatan standar

hidup, dan perluasan pilihan ekonomis dan sosial setiap individu (Todaro dan

Smith, 2006).

Sejalan dengan hal tersebut di atas, maka upaya peningkatan

pembangunan perlu terus ditingkatkan dan diperbaharui sesuai dengan kondisi

yang ada di masyarakat. Untuk melaksanakan pembangunan secara adil dan

merata, isu strategis yang menjadi tantangan pembangunan nasional adalah

tingkat kemiskinan yang masih tinggi dan semakin bertambahnya penduduk

miskin. Adanya kemiskinan di dalam suatu wilayah merupakan potret bahwa

pembangunan itu secara umum kurang berhasil sehingga pada dasarnya

keberhasilan pembangunan suatu wilayah tergantung pada kegiatan

pembangunan dan pemerataan hasil-hasilnya.

Sejak tahun 1990, United Nations Development Program (UNDP) telah menerbitkan suatu indikator yang menggabungkan faktor ekonomi dan non

(30)

Pendapatan Domestik Bruto (PDB) yang dinamakan Human Development Index (HDI) atau yang sering disebut dengan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) secara berkala dalam laporan tahunan Human Development Report (HDR). HDI memberikan suatu ukuran gabungan tiga dimensi tentang pembangunan manusia:

panjang umur dan menjalani hidup sehat (diukur dari usia harapan hidup),

pendidikan (diukur dari tingkat kemampuan baca tulis orang dewasa dan tingkat

pendaftaran di sekolah dasar, lanjutan dan tinggi) dan memiliki standar hidup

yang layak (diukur dari varitas daya beli/PPP, penghasilan). Menurut Drapper

(1990) dalam kata pengantarnya pada HDR 1990, munculnya HDI bukan berarti mengenyampingkan peran GDP, tetapi bagaimana menerjemahkan GDP tersebut

ke dalam pembangunan manusia.Indeks tersebut bukanlah suatu ukuran yang

menyeluruh tentang pembangunan manusia, tetapi Indeks ini memberikan sudut

pandang yang lebih luas untuk menilai kemajuan manusia serta meninjau

hubungan antara penghasilan dan kesejahteraan.

Modal manusia merupakan salah satu faktor penting dalam proses

pertumbuhan ekonomi, dengan modal manusia yang berkualitas kinerja ekonomi

diyakini juga akan lebih membaik. Selain itu manusia juga merupakan manifestasi

kekayaan bangsa yang sesungguhnya. Oleh karena itu manusia menjadi sasaran

utama dari pembangunan. Kualitas modal manusia ini dapat dilihat dari tingkat

pendidikan, kesehatan, ataupun indikator-indikator lainnya. Kebijakan

pembangunan yang tidak mendorong kualitas manusianya hanya akan membuat

negara bersangkutan tertinggal dari negara lain, termasuk dalam hal kinerja

ekonominya. Peningkatan kualitas modal manusia akan memberikan manfaat

dalam mengurangi ketimpangan karena jika modal manusia semakin baik akan

dapat meningkatkan produktifitas yang pada akhirnya akan meningkatkan

pendapatan individu tersebut sehingga akan meningkatkan kesejahteraannya.

Sesuai Laporan Ringkas UNDP tahun 2005 yang menyatakan bahwa sumber daya

manusia yang handal merupakan solusi dan salah satu modal utama dalam proses

pembangunan yang meliputi kesehatan, pengetahuan, ketrampilan dan daya beli.

Jika kualitas sumber daya suatu wilayah rendah maka penduduk yang ada akan

(31)

3

Pembangunan manusia, menurut United Nations Development Programme (UNDP), adalah proses memperluas pilihan-pilihan penduduk (people’s choice). Dari sekian banyak pilihan, ada tiga yang dianggap penting, yaitu: panjang umur

dan sehat, pendidikan dan akses ke sumber daya yang dapat memenuhi standar

hidup layak. Pilihan yang dianggap mendukung tiga pilihan di atas adalah

kebebasan politik, hak asasi manusia dan penghormatan pribadi. Pembangunan

manusia lebih dari sekedar pertumbuhan ekonomi, peningkatan pendapatan dan

lebih dari sekedar proses produksi komoditas serta akumulasi modal.

Pada tahun 1996, untuk pertama kalinya Badan Pusat Statistik (BPS) dan

UNDP mempublikasikan IPM sebagai alat tolok ukur pembangunan manusia.

IPM mengukur aspek-aspek yang relevan dengan pembangunan manusia melalui

indeks komposit yang terdiri dari tiga komponen utama yaitu kesehatan,

pendidikan, dan pendapatan (daya beli). Pada saat ini indeks pembangunan

manusia dianggap lebih mencerminkan hasil-hasil pembangunan yang berfokus

pada pembangunan manusia.

Sejak diterbitkan dan dipublikasikannya, IPM menjadi suatu perbincangan

yang hangat sebagai alat ukur tunggal dan sederhana.IPM sangat cocok sebagai

alat ukur kinerja pembangunan khususnya pembangunan manusia yang dilakukan

di suatu wilayah pada waktu tertentu atau secara spesifik IPM merupakan alat

ukur kinerja dari pemerintahan suatu wilayah. Pembangunan yang diharapkan

meningkat tidak hanya tertuju pada pembangunan ekonomi saja tetapi

pembangunan manusia yang merupakan prioritas utama, penduduk ditempatkan

sebagai objek dan sekaligus subjek pembangunan. Konsep ini menempatkan

manusia sebagai titik pusat dan sekaligus modal dasar kekuatan, menjadi faktor

yang dominan dan menjadi sasaran utama bagi pembangunan itu sendiri. Indeks

Pembangunan Manusia Indonesia sejak 2002 sampai dengan 2010 menunjukkan

peningkatan (lihat tabel 1.1).

Berdasarkan nilai indeks pembangunan manusia pada tabel 1.1, secara

umum nilai IPM di Indonesia dalam periode 1996 - 2010 terus meningkat, hal ini

menunjukkan kenaikkan capaian kualitas manusia seiring dengan membaiknya

(32)

hingga saat ini wilayah perbatasan Indonesia berada pada kondisi yang sangat

jauh tertinggal jika dibandingkan dengan daerah perkotaan maupun wilayah

negara tetangga. Kondisi sosial ekonomi masyarakat daerah ini umumnya jauh

lebih rendah dibandingkan kondisi sosial ekonomi warga perkotaan maupun

negara tetangga (lihat tabel 1.2).

Tabel. 1.1 Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Indonesia Tahun 2002-2010

(33)

5

Tabel. 1.2 Perbedaan kondisi sosial ekonomi kabupaten perbatasan

Aspek B Ketergantungan pada sektor pertanian

Jml tenaga kerja

Pembangunan wilayah perbatasan pada hakekatnya merupakan bagian

integral dari pembangunan nasional, karena wilayah perbatasan mempunyai nilai

strategis dalam mendukung keberhasilan pembangunan nasional. Dalam

Undang-undang Nomor 25 Tahun 2000 tentang Program Pembangunan Nasional

(Propenas) dalam bentuk program prioritas pengembangan daerah perbatasan

yang bertujuan meningkatkan taraf hidup, kesejahteraan masyarakat, serta

memantapkan ketertiban dan keamanan daerah yang berbatasan dengan negara

lain, maka pembangunan perbatasan perlu mendapatkan perhatian khusus dan

menjadi prioritasutama. Program prioritas ini dijabarkan lagi dalam Rencana

Pembangunan Tahunan (Repeta) yang disusun setiap tahun dan bertujuan untuk

menjaga keutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dan

menjadikan wilayah perbatasan sebagai beranda depan negara melalui

pengamanan wilayah perbatasan dan pembangunan sosial ekonomi wilayah

sepanjang perbatasan. Berdasarkan RPJMN 2004-2009 telah menyebutkan

pembangunan kawasan perbatasan menjadi beranda depan negara. Program ini

(34)

1. Menjaga keutuhan wilayah NKRI melalui penetapan hak kedaulatan NKRI

yang dijamin oleh hukum internasional,

2. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat dengan menggali potensi

ekonomi, sosial dan budaya,

3. Keuntungan lokasi geografis yang sangat strategis untuk berhubungan dengan

negara tetangga.

Berdasarkan Keputusan Menteri Negara Pembangunan Daerah Tertinggal

Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 001/Kep/M-PDT/I/2005 tentang Strategi

Nasional Pembangunan Daerah Tertinggal melansir bahwa terdapat 199

kabupaten tertinggal yang tersebar hampir di seluruh provinsi kecuali DKI

Jakarta dan Banten. Dari 199 kabupaten tersebut 26 diantaranya adalah kabupaten

perbatasan dengan negara tetangga yang terbagi atas 16 kabupaten perbataasan

darat dan 10 kabupaten perbatasan laut. Data ini menunjukkan bahwa seluruh

kabupaten wilayah perbatasan merupakan daerah tertinggal.

Selama beberapa puluh tahun ke belakang masalah perbatasan masih

belum mendapat perhatian yang cukup serius dari pemerintah. Hal ini tercermin

dari kebijakan pembangunan yang kurang memperhatikan kawasan perbatasan

dan lebih mengarah kepada wilayah-wilayah yang padat penduduk, aksesnya

mudah, dan potensial, sedangkan kebijakan pembangunan bagi daerah-daerah

terpencil, terisolir dan tertinggal seperti kawasan perbatasan masih belum

diprioritaskan.Sehingga perlu adanya usaha dan kebijakan pemerintah dalam

percepatan pembangunan perbatasan. Hal ini dikarenakan daerah perbatasan

memiliki permasalahan yang kompleks dalam penanganannya. Permasalahan

pembangunan kawasan perbatasan selama ini pada umumnya adalah

permasalahan politik, ekonomi, ideologi dan sosial budaya. Berdasarkan fakta

yang ada juga telah ketahui bahwa kita telah kehilangan 2 bagian wilayah yang

berada di perbatasan yaitu pulau lipitan dan Sipadan, bahkan dalam suatu wawancara yang dilakukan oleh harian setempat menurut Asy‟ari (ketua adat setempat) bahwa bukan tidak mungkin kita akan terancam kehilangan 2 wilayah

lagi yaitu gosong Niger dan Camar Bulan dikarenakan kurang pedulinya

(35)

7

Pada tahun 2009, angka indeks pembangunan manusia kabupaten

perbatasan di Kalimantan Timur yaitu Kabupaten Malinau sebesar 72,30,

Kabupaten Nunukan sebesar 73,48 dan Kabupaten Kutai Barat sebesar 72,16.

Indeks pembangunan manusia ketiga kabupaten tersebut masih jauh tertinggal

dibandingkan angka Propinsi Kalimantan Timur yaitu sebesar 75,11, padahal

Propinsi Kalimantan Timur merupakan daerah kaya dengan nilai PDRB tertinggi

di Kawasan Timur Indonesia yaitu sebesar Rp. 212 Triliun pada tahun 2009.

Sementara untuk kabupaten perbatasan di Propinsi Kalimantan Barat, Nusa

Tenggara Timur dan Papua hampir semuanya indeks pembangunan manusianya

lebih rendah lagi yaitu di bawah angka 70 kecuali kota Jayapura.

Tabel 1.3 Perbandingan Indikator Kinerja Pembangunan Manusia Kabupaten/ Kota Perbatasan dengan Nasional Tahun 2009

Daerah AHH RLS AMH Output/Kapita IPM

Daerah perbatasan merupakan wilayah strategis sekaligus daerah rawan

terkait dengan masalah-masalah pertahanan dan keamanan negara. Peran strategis

(36)

dalam dimensi sosial ekonomi baik nasional maupun daerah. Dalam kerangka

nasional, wilayah perbatasan adalah beranda terdepan Negara Kesatuan Republik

Indonesia yang merupakan perwujudan kedaulatan bangsa dan negara serta

kedaulatan ekonomi bangsa. Oleh karenanya sangat perlu untuk mendapatkan

perhatian yang lebih besar khususnya yang menyangkut pembangunan sumber

daya manusia dan pembangunan ekonomi produktif masyarakat dan keamanan.

Selama ini daerah perbatasan masih identik dengan daerah yang terisolir,

terpencil, terbelakang dalam berbagai macam aspek kegiatan baik sosial,

ekonomi, budaya, serta pertahanan dan keamanan (Sondakh, 1996 dalam

Kamaluddin, 2003). Berdasarkan latar belakang tersebut, maka analisis mengenai

faktor-faktor yang memengaruhi indeks pembangunan manusia menjadi penting

karena hal ini secara tidak langsung mempengaruhi angka indeks pembangunan

manusia. Contoh dalam mengukur angka harapan hidup, maka terlebih dahulu

harus ditentukan tingkat kematian penduduk. Tingkat kematian ditentukan oleh

beberapa faktor antara lain ketersediaan pangan, kemiskinan, keadaan gizi,

penyakit menular, fasilitas kesehatan, kecelakaan, bencana, dan lain-lain.

1.2. Perumusan Masalah

Pembangunan merupakan realisasi dan aspirasi suatu bangsa. Tujuan

pembangunan yang dimaksudkan adalah untuk melakukan perubahan secara

struktural melalui upaya sistematis dan terencana. Proses perencanaan meliputi

pemantauan dan evaluasi terhadap berbagai program yang telah

diimplementasikan pada periode sebelumnya. Dalam konteks pembangunan

daerah, IPM ditetapkan sebagai salah satu ukuran utama yang dicantumkan dalam

Pola Dasar Pembangunan Daerah. Hal ini menandakan bahwa IPM menduduki

satu posisi penting dalam manajemen pembangunan daerah. Fungsi IPM dan

indikator pembangunan manusia lainnya akan menjadi kunci bagi terlaksananya

perencanaan dan pembangunan yang terarah.

Kedudukan dan peran IPM dalam pembangunan akan lebih terlihat jika

dilengkapi dengan suatu data yang berisikan indikator yang relevan dengan IPM

dan disusun sebagai suatu sistem data yang lengkap. Sistem data yang lengkap

(37)

9

pembangunan pada periode sebelumnya, dan potensi yang dimiliki oleh suatu

wilayah untuk dimasukkan sebagai masukan dalam perencanaan pembangunan

periode berikutnya, sehingga diharapkan nilai IPM sebagai tolok ukur

pembangunan dapat mencerminkan kondisi masyarakat yang sesungguhnya.

Kawasan perbatasan yang merupakan manifestasi utama kedaulatan suatu

negara memiliki peranan penting dalam penentuan batas wilayah kedaulatan,

pemanfaatan sumber daya alam, pertahanan keamananan dan kedaulatan ekonomi

suatu negara. Oleh karena itu setiap jengkal wilayah ini harus dipertahankan

dengan sekuat tenaga dengan berbagai cara baik melalui pendekatan militer

dengan membangun pos keamanan dan penempatan personil di garis batas negara

maupun sosial ekonomi dengan berupaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat

wilayah perbatasan sehingga dapat sejajar dengan negara tetangga.

Berkaitan dengan hal tersebut diatas, dilakukan penelitian untuk menjawab

pertanyaan-pertanyaan:

1. Bagaimana perkembangan masing-masing komponen indeks pembangunan

manusia di wilayah di perbatasan darat Indonesia?

2. Faktor-faktor apa saja yang memengaruhi indeks pembangunan manusia di

wilayah perbatasan darat Indonesia?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah:

1 Mengkaji perkembangan masing-masing komponen indeks pembangunan

manusia di wilayah perbatasan darat Indonesia

2 Menganalisis pengaruh faktor-faktor yang memengaruhi indeks pembangunan

manusia di wilayah perbatasan darat Indonesia.

1.4. Manfaat Penelitian

Tesis ini diharapkan akan dapat memberi manfat, yaitu:

1. Bagi Penulis

Kegiatan penulisan merupakan sarana bagi penulis untuk mengasah

kemampuan menulis karya ilmiah, mengamati dan menganalisis suatu

permasalahan sosial dan kemudian berusaha menemukan solusi atas

(38)

2. Bagi Pemerintah dan Pihak-pihak yang terkait

Karya tulis ini diharapkan dapat memberikan gambaran atas kondisi umum

kinerja Pemerintah Daerah dalam penyediaan sarana dan prasarana, khususnya

bidang kesehatan dan pendidikan serta kebijakan terkait lainnya dan

diharapkan dapatmemberikan dukungan secara keilmuwan dalam menyusun

kebijakanpembangunan manusia untuk mendorong perkembangan ekonomi

sehingga tercapai tujuan sesuai dengan yang diinginkan.

3. Bagi Pembaca dan Masyarakat

Memberikan gambaran dan informasi mengenai realita terkini daerah

perbatasan dan memperkaya khasanah penelitian dan ilmu pengetahuan

khususnya berkaitan dengan daerah perbatasan pada proses pembangunan

wilayah di bidang pendidikan dan kesehatan sesuai dengan standar pelayanan

minimal dan persepsi masyarakat.

1.5. Ruang lingkup dan Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini dibatasi pada pembangunan manusia yang dapat diketahui

melalui indeks pembangunan manusia dan variabel yang memengaruhinya

periode 2007-2010, mencakup wilayah seluruh kabupaten perbatasan darat pada 4

propinsi di Indonesia terdiri dari 16 kabupaten, yaitu :

1. Provinsi Nusa tenggara Timur: Kabupaten Kupang, Kabupaten Timur Tengah

Selatan dan Kabupaten Belu.

2. Provinsi Kalimantan Barat: Kabupaten Sambas, Kabupaten Bengkayang,

Kabupaten Sanggau, Kabupaten Sintang, dan Kabupaten Kapuas Hulu.

3. Provinsi Kalimantan Timur: Kabupaten Kutai Barat, Kabupaten Malinau dan

Kabupaten Nunukan.

4. Provinsi Papua: Kabupaten Merauke, Kabupaten Boven Dogel, Kabupaten

Pegunungan Bintang, Kabupaten Keerom dan Kota Jayapura.

Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data sekunder, yaitu data

PDRB perkapita, persentase penduduk miskin, pengeluaran pemerintah bidang

pendidikan dan kesehatan, rasio tenaga pendidikan dan dokter, tingkat

pengangguran terbuka dan infrastruktur jalan serta data-data pendukung lainnya

yang relevan dengan penelitian. Data bersumber dari Badan Pusat Statistik,

(39)

11

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

2.1. Pembangunan

Pembangunan merupakan usaha untuk menciptakan kemakmuran dan

kesejahteraan rakyat yang mencakup berbagai aspek kehidupan secara

berkesinambungan yang hasilnya harus bisa dinikmati oleh seluruh lapisan

masyarakat secara adil dan merata. Pembangunan pada dasarnya merupakan suatu

proses dari pemikiran yang dilandasi keinginan untuk mencapai kemajuan bangsa.

Todaro dan Smith (2006) menyatakan nilai inti pembangunan adalah

kecukupan (sustenance), harga diri (self esteem) dan kebebasan (freedom). Kecukupan (sustenance) adalah kemampuan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar seperti sandang, pangan, papan, kesehatan dan keamanan. Harga

diri (selfesteem) untuk menjadi manusia seutuhnya, merupakan dorongan dari diri sendiri untuk maju, untuk menghargai diri sendiri, untuk merasa diri pantas dan

layak melakukan sesuatu. Sedangkan kebebasan (freedom) dari sikap menghamba berupa kemampuan untuk memilih. Nilai yang terkandung dalam konsep ini

adalah konsep kemerdekaan manusia, yang diartikan sebagai kemampuan untuk

berdiri tegak sehingga tidak mudah diperbudak oleh pengejaran aspek-aspek

materil dalam kehidupan ini.

Sedangkan tujuan inti pembangunan menurut Todaro dan Smith (2006)

ada tiga, yaitu:

1. Peningkatan ketersediaan serta perluasan distribusi berbagai barang

kebutuhan hidup

2. Peningkatan standar hidup

3. Perluasan pilihan-pilihan ekonomis dan sosial

Bank Dunia 1991, dalam Todaro dan Smith (2006) menyatakan

bahwatujuan utama pembangunan adalah memperbaiki kualitas kehidupan.

Sedangkan United Nations Development Programme (UNDP, 1991) menyatakan bahwa cara terbaik untuk mewujudkan pembangunan adalah dengan

(40)

2.2. Indeks Pembangunan Manusia

Menurut UNDP (Human Development Report, 1990), pembangunan manusia adalah suatu proses untuk memperbesar pilihan-pilihan bagi setiap orang (”a process of enlarging peoples’s choices”) untuk hidup lebih panjang, lebih sehat dan hidup lebih bermakna. Dari definisi ini dapat ditarik kesimpulan bahwa

fokus pembangunan suatu negara adalah penduduk karena penduduk adalah

kekayaan nyata suatu negara. Definisi pembangunan manusia tersebut pada

dasarnya mencakup dimensi pembangunan yang sangat luas, dimana dalam

konsep pembangunan manusia, pembangunan seharusnya dianalisis serta

dipahami dari sisi manusianya, bukan hanya dari sisi pertumbuhan ekonominya.

Untuk mengukur tingkat keberhasilan pembangunan manusia digunakan suatu

ukuran yang di namakan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) atau Human Development Index (HDI).

Indeks Pembangunan Manusia merupakan indeks komposit yaitu

gabungan dari beberapa indikator. Adapun beberapa indikator tersebut terdiri dari

indikator kesehatan (indeks lama hidup), indikator pendidikan (indeks melek

huruf dan rata-rata lama sekolah) dan indikator ekonomi yang ditunjukkan dengan

tingkat daya beli penduduk (purchasing power parity). Gabungan dari ketiga indikator ini diharapkan mampu mengukur tingkat kesejahteraan dan keberhasilan

pembangunan manusia di suatu wilayah.

Laporan UNDP 1995 menyatakan bahwa dasar pemikiran konsep

pembangunan manusia meliputi aspek-aspek sebagai berikut:

a. Pembangunan harus mengutamakan penduduk sebagai pusat perhatian;

b. Pembangunan dimaksudkan untuk memperbesar pilihan-pilihan bagi

penduduk, bukan hanya untuk meningkatkan pendapatan mereka. Oleh karena

itu, konsep pembangunan manusia harus berpusat pada penduduk secara

komprehensif dan bukan hanya pada aspek ekonomi semata;

c. Pembangunan manusia memperhatikan bukan hanya pada upaya

meningkatkan kemampuan/kapasitas manusia, tetapi juga pada upaya-upaya

memanfaatkan kemampuan/kapasitas manusia tersebut secara optimal;

d. Pembangunan manusia didukung empat pilar pokok, yaitu: produktifitas,

(41)

13

e. Pembangunan manusia menjadi dasar dalam penentuan tujuan pembangunan

dan dalam menganalisis pilihan-pilihan untuk mencapainya.

Selanjutnya dalam laporan Pembangunan Manusia Tahun 2001, UNDP

menyatakan ada empat aspek utama yang harus diperhatikan dalam proses

pembangunan manusia, yaitu:

1. Peningkatan produktivitas dan partisipasi penuh dalam lapangan pekerjaan

dan perolehan pendapatan. Dalam komponen ini, pertumbuhan ekonomi

menjadi salah satu bagian dari model pembangunan manusia.

2. Peningkatan akses dan kesetaraan memperoleh peluang-peluang ekonomi dan

politik. Dengan kata lain, penghapusan segala bentuk hambatan ekonomi dan

politik yang merintangi setiap individu untuk berpartisipasi sekaligus

memperoleh manfaat dari peluang-peluang tersebut.

3. Adanya aspek keberlanjutan (sustainability), yakni bahwa peluang-peluang yang disediakan kepada setiap individu saat ini dapat dipastikan tersedia juga

bagi generasi yang akan datang, terutama, daya dukung lingkungan atau modal alam dan „ruang‟ kebebasan manusia untuk berkreasi.

4. Pembangunan tidak hanya untuk masyarakat, tetapi juga oleh masyarakat.

Artinya, masyarakat terlibat penuh dalam setiap keputusan dan proses-proses

pembangunan, bukan sekedar obyek pembangunan, dengan kata lain adanya

partisipasi masyarakat dalam pembangunan.

Berdasarkan konsep-konsep tersebut, penduduk ditempatkan sebagai

tujuan akhir sedangkan upaya pembangunan dipandang sebagai sarana untuk

mencapai tujuan itu. Untuk menjamin tercapainya tujuan pembangunan manusia,

ada empat hal pokok yang perlu diperhatikan yaitu:

1. Produktivitas

Penduduk harus mampu meningkatkan produktivitas dan berpartisipasi penuh

dalam proses penciptaan pendapatan dan nafkah. Sehingga pembangunan

ekonomi merupakan bagian dari model pembangunan manusia.

2. Pemerataan

Penduduk harus memiliki kesempatan atau peluang yang sama untuk

(42)

hambatan yang memperkecil kesempatan untuk memperoleh akses tersebut

harus dihapus, sehingga mereka dapat mengambil manfaat dari kesempatan

yang ada dan berpartisipasi dalam kegiatan produktif yang dapat

meningkatkan kualitas hidup

3. Kesinambungan

Akses terhadap sumber daya ekonomi dan sosial harus dipastikan tidak hanya

untuk generasi-generasi yang akan datang. Semua sumber daya fisik, manusia,

dan lingkungan selalu diperbaharui

4. Pemberdayaan

Penduduk harus berpartisipasi penuh dalam keputusan dan proses yang akan

menentukan (bentuk/arah) kehidupan mereka, serta untuk berpartisipasi dan

mengambil keputusan dari proses pembangunan.

Peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) menurut RPJMN

untuk mendukung ketersediaan angkatan kerja berketrampilan dan berpendidikan

tinggi, dengan strategi pengembangan, yaitu:

1. Meningkatkan akses pelayanan pendidikan dan keterampilan kerja.

2. Meningkatkan akses pelayanan kesehatan.

3. Meningkatkan produktivitas angkatan kerja dan mengembangkan ekonomi

lokal.

Konsep pembangunan manusia seutuhnya merupakan konsep yang

menghendaki peningkatan kualitas hidup penduduk yang dilakukan dengan

menitikberatkan pada pembangunan SDM secara fisik dan mental. Azas

pemerataan yang merupakan salah satu dasar trilogi pembangunan yang akan

diimplementasikan dalam berbagai program pembangunan. Azas pemerataan

merupakan salah satu prinsip pembangunan manusia. Melalui strategi jalur

pemerataan, kebijakan pembangunan mengarah pada pemihakan terhadap

kelompok penduduk yang tertinggal. Seiring dengan pertumbuhan ekonomi,

peningkatan kualitas fisik dan mental penduduk perlu dilakukan oleh pemerintah

melalui pembangunan di bidang pendidikan dan kesehatan dasar.

Pembangunan manusia dapat juga dilihat dari sisi pelaku atau sasaran yang

(43)

15

semacam “model” pembangunan tentang penduduk, untuk penduduk, dan oleh penduduk, yang dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Tentang penduduk; berupa investasi di bidang pendidikan, kesehatan, dan

pelayanan sosial lainnya.

b. Untuk penduduk; berupa penciptaan peluang kerja melalui perluasan

(pertumbuhan ekonomi dalam negeri);

c. Oleh penduduk; berupa upaya untuk memperkuat (empowerment) penduduk dalam menentukan harkat manusia dengan cara berpartisipasi dalam proses

politik dan pembangunan.

Selain pengukuran perbandingan dari harapan hidup, melek huruf,

pendidikan dan standar hidup untuk semua negara di dunia. HDI juga digunakan

untuk mengklasifikasikan apakah suatu negara adalah negara maju, negara

berkembang atau terbelakang. Indeks HDI pada tahun 1990 dikembangkan oleh

pemenang nobel India, Amartya Send an Mahbub ul Haq seorang ekonom

Pakistan dibantu oleh Gustav Ranis dari Yale University dan Lord Meghnad Desai dari London Scholl of Economic dan sejak itu dipakai oleh program pembangunan PBB pada laporan HDI tahunannya. HDI digambarkan sebagai “pengukuran vulgar” oleh Amartya Sen karena batasannya, dimana indeks ini lebih fokus pada hal-hal yang lebih sensitif dan berguna daripada hanya sekedar pendapatan

perkapita yang selama ini digunakan, dan indeks ini juga berguna sebagai

jembatan bagi peneliti untuk mengetahui hal-hal yang lebih rinci dalam membuat

laporan pembangunan manusianya.

HDI mengukur pencapaian rata-rata negara dalam tiga dimensi dasar

pembangunan manusia:

1 Hidup yang sehat dan panjang umur yang diukur dengan harapan hidup saat

kelahiran

2 Pengetahuan yang diukur dengan angka tingkat baca tulis pada orang dewasa

(bobotnya dua pertiga) dan kombinasi pendidikan dasar, menengah, dan

atas/gross enrolment ratio (bobot satu per tiga).

(44)

Nilai IPM berkisar antara 0 – 100. Semakin dekat nilai IPM suatu wilayah

terhadap angka 100, semakin dekat jalan yang harus ditempuh untuk mencapai

sasaran itu. Karena hanya mencakup tiga komponen utama, maka IPM harus

dilihat sebagai penyederhanaan dari realitas yang kompleks dari luasnya dimensi

pembangunan manusia.

Kaitannya dengan capaian pembangunan yang komprehensif yang mampu

mengakomodir konsep pembangunan manusia secara lebih luas, United Nations Development Programme (UNDP) sejak 1990 telah menggunakan indeks pembangunan manusia (IPM) atau Human Development Index (HDI) untuk mengukur keberhasilan atau kinerja (performance) suatu negara atau wilayah dalam pembangunan manusia. Dimensi pembangunan manusia menjadi sangat

penting sehingga diperlukan kemauan dan komitmen yang kuat dari penyusun

kebijakan dan para pelaku pembangunan. Nilai IPM suatu negara atau wilayah

menunjukkan seberapa jauh negara atau wilayah itu telah mencapai sasaran yang

ditentukan yaitu angka harapan hidup 85 tahun, pendidikan dasar bagi semua

lapisan masyarakat (tanpa kecuali), tingkat pengeluaran dan konsumsi yang telah

mencapai standar hidup yang layak.

Sementara itu United Nation Development Program (UNDP) sejak tahun 1990 telah mengeluarkan secara berkala IPM sebagai ukuran kuantitatif tingkat

pencapaian pembangunan manusia. Indeks ini merupakan teknik komposit

terhadap beberapa indikator tingkat pendidikan, kesehatan dan pendapatan. Secara

umum IPM merupakan salah satu instrument untuk mengetahui pencapaian

pembangunan manusia suatu negara karena dalam batas-batas tertentu IPM

mewakili tujuan dari pembangunan manusia. Hal ini sejajar dengan pemahaman

yang telah dikemukakan oleh UNDP dalam Laporan Pembangunan Manusia

Tahun 1990, bahwa tujuan mendasar dari pembangunan adalah menciptakan suatu

lingkungan yang memungkinkan masyarakat hidup lebih panjang, lebih sehat

serta memiliki kreativitas untuk mengaktualisasikan gagasan. Pernyataan ini

sejalan dengan yang pernah dikemukakan oleh Sen (2000), bahwa dengan

menempatkan pembangunan manusia sebagai tujuan akhir dari proses

pembangunan diharapkan dapat menciptakan peluang-peluang yang secara

(45)

17

manusia dan kualitas kehidupan mereka, antara lain melalui peningkatan layanan

kesehatan, pendidikan dasar dan jaminan sosial, khususnya bagi warga miskin.

Diantara beberapa pengertian pembangunan manusia di atas, dapat ditarik benang

merah kesamaan, bahwa “Pembangunan Manusia” adalah upaya meningkatkan kemampuan manusia terutama melalui peningkatan taraf kesehatan dan

pendidikan, sehingga membuat manusia menjadi lebih sehat, kreatif dan lebih

produktif sehingga memungkinkan untuk meraih peluang-peluang yang tersedia

bagi dirinya masing-masing dalam kelangsungan hidupnya untuk mendapatkan

penghasilan yang layak.

2.2.1 Komponen-Komponen IPM

2.2.1.1 Indeks Harapan Hidup

Indeks Harapan Hidup (IHH) menunjukkan jumlah tahun hidup yang

diharapkan dapat dinikmati penduduk suatu wilayah. Dengan memasukkan

informasi mengenai angka kelahiran dan kematian per tahun variabel (e₀)

diharapkan akan mencerminkan rata-rata lama hidup sekaligus hidup sehat

masyarakat.

Sehubungan dengan sulitnya mendapatkan informasi orang yang

meninggal pada kurun waktu tertentu, maka untuk menghitung angka harapan

hidup digunakan metode tidak langsung (metode Brass, varian Trussel). Data

dasar yang dibutuhkan dalam metode ini adalah rata-rata anak lahir hidup dan

rata-rata anak masih hidup dari wanita pernah kawin. Secara singkat, proses

penghitungan angka harapan hidup ini disediakan oleh program Mortpak. Untuk

mendapatkan Indeks Harapan Hidup dengan cara menstandarkan angka harapan

hidup terhadap nilai maksimum dan minimumnya (BPS, 2009).

2.2.1.2 Indeks Pendidikan

Penghitungan Indeks Pendidikan (IP) mencakup dua indikator yaitu angka

melek huruf/ Adult Literacy Rate Index(Lit) dan rata-rata lama sekolah/ Mean Years Of Schooling Index (MYS). Populasi yang digunakan adalah penduduk usia 15 tahun ke atas karena pada kenyataannya penduduk usia tersebut sudah ada

(46)

kondisi sebenarnya. Angka melek huruf diolah dari variabel kemampuan

membaca dan menulis, sedangkan rata-rata lama sekolah dihitung menggunakan

tiga variabel secara simultan yaitu partisipasi sekolah, tingkat/kelas yang

sedang/pernah dijalani, dan jenjang pendidikan tertinggi yang ditamatkan

Kedua indikator pendidikan ini dimunculkan dengan harapan dapat

mencerminkan tingkat pengetahuan (cerminan angka Lit), dimana Lit merupakan

proporsi penduduk yang memiliki kemampuan baca tulis dalam suatu kelompok

penduduk secara keseluruhan. Sedangkan cerminan angka MYS merupakan

gambaran terhadap keterampilan yang dimiliki penduduk.

2.2.1.3 Standar Hidup Layak

Berbeda dengan UNDP yang menggunakan indikator GDP per kapita riil

yang telah disesuaikan (adjusted real GDP per capita) sebagai indikator standar hidup layak. Di Indonesia menggunakan “rata-rata pengeluaran per kapita riil yang disesuaikan” (adjusted real per capita expenditure) atau daya beli yang disesuaikan (purchasing power parity).

Untuk perhitungan IPM sub nasional (provinsi/kabupaten/kota) tidak

memakai PDRB per kapita karena PDRB per kapita hanya mengukur produksi

suatu wilayah dan tidak mencerminkan daya beli riil masyarakat yang merupakan

concern IPM. Untuk mengukur daya beli penduduk, BPS memakai data rata-rata konsumsi 27 komoditi terpilih dari Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS)

yang dianggap paling dominan dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia dan telah

distandarkan agar bisa dibandingkan antar daerah dan antar waktu yang

disesuaikan dengan indeks PPP (Purchasing Power Parity)

2.2.2 Tahapan Penghitungan IPM

Tahapan pertama penghitungan IPM adalah menghitung indeks

masing-masing komponen IPM (e°), pengetahuan, dan standar hidup layak) dengan

hubungan matematis sebagai berikut:

(47)

19

dimana

X(i) = indikator komponen IPM ke-i (i = 1,2,3)

Xmaks = nilai maksimum Xi

Xmin = nilai minimum Xi

Persamaan di atas akan menghasilkan nilai 0 ≤ Xi ≤ 1, untuk mempermudah cara membaca skala dinyatakan dalam 100 persen sehingga nilainya menjadi 0 ≤ Xi ≤

100. Indikator yang digunakan sebagai ukuran nilai maksimum dan minimum dari

setiap faktor adalah sebagai berikut:

Tabel 2.1 Indikator IPM

Indikator Nilai Maksimum Nilai Minimum Keterangan

AngkaHarapanHidup/ AHH (thn)

85 25 UNDP

Angka Melek Huruf/AMH (%)

100 0 UNDP

Rata-rata lama sekolah (thn)

15 0 UNDP

Konsumsi riil per kapita 732.720 300.000 UNDP (disesuaikan) Sumber: UNDP

Tahapan kedua penghitungan IPM adalah menghitung rata-rata sederhana

dari masing-masing indeks Xi dengan hubungan matematis:

IPM= 1/3 [X(1) + X(2) + X(3)] (2.2)

dimana:

X1 = indeks harapan hidup

X2 = indeks pendidikan

= {2/3 (indeks melek huruf) + 1/3 (indeks rata-rata lama sekolah)}

(48)

Secara singkat konsep IPM dapat digambarkan sebagai berikut:

IPM Dimensi Umur Panjang

dan Hidup

Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2008

tentang Wilayah Negara, Kawasan perbatasan adalah suatu kawasan yang

merupakan bagian dari wilayah negara yang terletak pada sisi dalam sepanjang

batas wilayah Indonesia dengan negara lain . Wilayah negara ini meliputi wilayah

darat, wilayah perairan, dasar laut, dan tanah di bawahnya serta ruang udara di

atasnya, termasuk seluruh sumber kekayaan yang terkandung di dalamnya.

Indonesia sebagai negara kepulauan dengan garis pantai sekitar 81.900

kilometer, memiliki wilayah perbatasan dengan banyak negara baik perbatasan

darat (kontinen) maupun laut (maritim). Batas darat wilayah Republik Indonesia

berbatasan langsung dengan negara-negara Malaysia, Papua New Guinea (PNG)

dan Timor Leste. Perbatasan darat Indonesia tersebar di tiga pulau, empat Provinsi

dan 16 kabupaten/kota yang masing-masing memiliki karakteristik perbatasan

yang berbeda-beda. Sedangkan wilayah laut Indonesia berbatasan dengan 10

negara, yaitu India, Malaysia, Singapura, Thailand, Vietnam, Filipina, Republik

Palau, Australia, Timor Leste dan Papua Nugini (PNG). Wilayah perbatasan laut

pada umumnya berupa pulau-pulau terluar yang jumlahnya 92 pulau dan termasuk

(49)

21

Wilayah perbatasan menurut buku utama rencana induk pengelolaan

perbatasan negara merupakan wilayah hukum Negara Kesatuan Republik

Indonesia yang berbatasan dengan negara lain, dan batas-batas wilayahnya

ditentukan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Wilayah

perbatasan di Indonesia secara umum dicirikan antara lain oleh: (1) letak

geografisnya berbatasan langsung dengan negara lain, bias propvinsi,

kabupaten/kota maupun kecamatan yang memiliki bagian wilayah yang langsung

bersinggungan dengan garis batas negara. (2) kawasan perbatasan umumnya

masih relatif terpencil, miskin, kurang sarana dan prasarana dasar sosial dan

ekonomi, serta (3) kondisi pertumbuhan ekonominya relatif lambat dibandingkan

wilayah lain.

Selama ini pendekatan perencanaan pengembangan kawasan perbatasan

lebih banyak ditekankan pada pendekatan keamanan (security approach). Namun seiring dengan perkembangan kajian-kajian tentang kawasan perbatasan bahwa,

kawasan perbatasan darat dan laut antar negara merupakan kawasan yang masih

rentan terhadap infiltrasi ideologi, politik, ekonomi, maupun sosial budaya dari

negara lain. Di sisi lain, kawasan perbatasan antar negara masih dihadapkan pada

permasalahan-permasalahan yang sangat mendasar seperti rendahnya

kesejahteraan masyarakat, rendahnya kualitas sumberdaya manusia, serta

minimnya infrastruktur di sektor perhubungan dan sarana kebutuhan dasar

masyarakat. Ketertinggalan pembangunan kawasan perbatasan baik darat maupun

laut dengan negara tetangga secara sosial maupun ekonomi dikhawatirkan dapat

berkembang menjadi kerawanan yang bersifat politis untuk jangka panjang.

Upaya pembangunan wilayah perbatasan merupakan amanah UUD 1945

Indonesia masih mengalami kendala sosial, ekonomi, budaya dan keterbatasan

daya dukung di wilayah yang dihuninya. Menurut Bappenas (2004), sebagaimana

pelaksanaan pembangunan pada wilayah-wilayah lain relatif masih tertinggal,

pembangunan wilayah perbatasan menganut pendekatan, antara lain:

1. Pemenuhan kebutuhan dasar manusia (basic need approach), yaitu kecukupan konsumsi pangan, sandang dan perumahan yang layak huni.

2. Pemenuhan akses standar terhadap pelayanan kesehatan, pendidikan dan

(50)

3. Peningkatan partisipasi dan akuntabilitas publik dalam setiap perencanaan,

pelaksanaan dan penilaian program pembangunan untuk kepentingan

masyarakat.

Selain tiga pendekatan yang secara umum diterapkan dalam setiap

program pembangunan, hal lain yang perlu memperoleh perhatian adalah konteks

sosial budaya, adat istiadat, kondisi geografis dan keunikan komunitas dan

kewilayahan yang dimiliki oleh wilayah perbatasan (Bappenas, 2004). Lebih

khusus lagi, pengembangan kawasan perbatasan ditekankan pada tiga aspek utama

sebagaimana ciri-ciri kawasan perbatasan, yaitu:

1. Aspek Demarkasi dan Delimitasi Garis Batas

Penetapan batas wilayah negara (demarkasi dan delimitasi) dilakukan untuk

menjaga keutuhan dan kedaulatan wilayah negara.Upaya ini membutuhkan

dukungan, seperti survei dan pemetaan wilayah perbatasan, penamaan

(toponim) pulau, border diplomacy, hingga pengakuan Perserikatan Bangsa- Bangsa (PBB). Pada dasarnya penetapan batas negara harus ditetapkan

berdasarkan kesepakatan bilateral/multilateral dan bukan bersifat unilateral.

2. Aspek Politik, Hukum dan Keamanan.

Tingginya potensi kerawanan di perbatasan menyebabkan perlunya perhatian

khusus terhadap wilayah ini dalam hal peningkatan kesadaran politik,

penegakan hukum, serta peningkatan upaya keamanan.

3. Aspek Kesejahteraan, Sarana dan Prasarana

Wilayah perbatasan, termasuk pulau-pulau kecil terluar memiliki potensi

sumber daya alam yang cukup besar, serta merupakan wilayah yang sangat

strategis bagi pertahanan dan keamanan Negara. Namun pembangunan di

beberapa wilayah perbatasan masih tertinggal dibandingkan dengan negara

tetangga, terutama wilayah yang berbatasan dengan Malaysia dan Singapura.

Hal ini menyebabkan kesenjangan sosial ekonomi masyarakat yang tinggal di

daerah perbatasan dibandingkan dengan kondisi sosial ekonomi warga negara

tetangga.

Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2008 tentang Wilayah Negara secara

(51)

23

pemerintah kabupaten dalam pelaksanaan pembangunan daerah perbatasan.

Kewenangan Pemerintah Pusat antara lain :

a. Menetapkan kebijakan pengelolaan dan pemanfaatan Wilayah Negara dan

Kawasan Perbatasan;

b. Mengadakan perundingan dengan negara lain mengenai penetapan Batas

Wilayah Negara sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan dan hukum

internasional;

c. Membangun atau membuat tanda Batas Wilayah Negara;

d. Melakukan pendataan dan pemberian nama pulau dan kepulauan serta unsur

geografis lainnya;

e. Memberikan izin kepada penerbangan internasional untuk melintasi wilayah

udara teritorial pada jalur yang telah ditentukan dalam peraturan

perundang-undangan;

f. Memberikan izin lintas damai kepada kapal-kapal asing untuk melintasi laut

teritorial dan perairan kepulauan pada jalur yang telah ditentukan;

g. Melaksanakan pengawasan di zona tambahan yang diperlukan untuk

mencegah pelanggaran dan menghukum pelanggar peraturan perundangan di

bidang bea cukai, fiskal, imigrasi, atau saniter di dalam wilayah negara atau

laut teritorial;

h. Menetapkan wilayah udara yang dilarang dilintasi oleh penerbangan

internasional untuk pertahanan dan keamanan;

i. Membuat dan memperbarui peta Wilayah Negara dan menyampaikannya

kepada Dewan Perwakilan Rakyat sekurang-kurangnya setiap 5 (lima) tahun

sekali; dan

j. Menjaga keutuhan, kedaulatan, dan keamanan wilayah negara serta Kawasan

Perbatasan.

Kewenangan Pemerintah Provinsi yaitu :

a. Melaksanakan kebijakan Pemerintah dan menetapkan kebijakan lainnya dalam

rangka otonomi daerah dan tugas pembantuan;

b. Melakukan koordinasi pembangunan di Kawasan Perbatasan;

c. Melakukan pembangunan Kawasan Perbatasan antar-pemerintah daerah

(52)

d. Melakukan pengawasan pelaksanaan pembangunan Kawasan Perbatasan yang

dilaksanakan Pemerintah Kabupaten/Kota.

Kewenangan Pemerintah Kabupaten/Kota antara lain :

a. Melaksanakan kebijakan Pemerintah dan menetapkan kebijakan lainnya dalam

rangka otonomi daerah dan tugas pembantuan;

b. Menjaga dan memelihara tanda batas;

c. Melakukan koordinasi dalam rangka pelaksanaan tugas pembangunan di

Kawasan Perbatasan di wilayahnya; dan

d. Melakukan pembangunan Kawasan Perbatasan antar-pemerintah daerah

dan/atau antara pemerintah daerah dengan pihak ketiga.

Dalam rangka melaksanakan kewenangannya tersebut, baik Pemerintah

Propinsi maupun Pemerintah Kabupaten/Kota berkewajiban menetapkan biaya

pembangunan Kawasan Perbatasan. Selain pembagian kewenangan antara

pemerintah pusat dan daerah, Undang-undang ini juga mengamanatkan

pembentukan Badan Pengelola Perbatasan yang bertugas menetapkan kebijakan

program pembangunan perbatasan, menetapkan rencana kebutuhan anggaran,

mengkoordinasikan pelaksanaan dan melaksanakan evaluasi serta pengawasan.

2.4. Konsep Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator untuk melihat

kinerja perekonomian, baik di tingkat nasional maupun regional. Pertumbuhan

ekonomi adalah perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan

barang dan jasa yang diproduksi penduduk bertambah. Dalam tingkat negara

seluruh barang dan jasa yang dihasilkan di dalam negeri diukur secara agregat

dalam bentuk Produk Domestik Bruto (PDB). Seluruh barang dan jasa yang

diproduksi dikonversi dalam bentuk mata uang negara yang bersangkutan agar

dapat diagregasikan. Pertumbuhan ekonomi dapat diukur dari perubahan

peningkatan PDB riil pada periode tertentu. Pada tingkat rumah tangga ataupun

individu pertumbuhan ekonomi dapat diukur dari peningkatan pendapatan rumah

tangga atau pendapatan perkapita. Dengan demikian pertumbuhan ekonomi dapat

Gambar

Tabel. 1.1 Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Indonesia Tahun 2002-2010
Tabel. 1.2 Perbedaan kondisi sosial ekonomi kabupaten perbatasan
Tabel 1.3 Perbandingan Indikator Kinerja Pembangunan Manusia Kabupaten/
Gambar 4.1 PDRB per kapita wilayah perbatasan darat Indonesia menurut
+7

Referensi

Dokumen terkait

Adapun skripsi ini berjudul “ Penerapan Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas VIII Pada Materi

Berdasarkan penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan di SD Negeri 3 Sragen yang dilakukan dalam 2 siklus dapat disim- pulkan bahwa dengan penerapan model

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui aktivitas siswa, respon siswa serta pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Talk Write (TTW) Berbantu Media

(1) PHBS sebagaimana dimaksud pada Pasal 1 agar digunakan sebagai acuan bagi semua pemangku kepentingan dalam rangka pembinaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di tatanan rumah

Berdasarkan perbandingan antara buah pir kontrol dengan buah pir yang direndam dengan larutan sirup gula 20%, dapat disimpulkan bahwa larutan sirup gula efektif untuk

Pada Gambar 11 dan Gambar 12 terlihat bahwa pilar yang direncanakan dengan cara iterasi maupun cara rumus ternyata menunjukkan kecenderungan yang sama, yaitu untuk pilar

Molemmat tutkittavat käyttivät myös määrällisesti enemmän eri sanahaun keinoja nimeämistä vaativissa testeissä.. Kuten kerrontatehtävissä, myös

Bentuk peletakan mooring buoys pada z6hf7pe'ma~faatan dan zona pemukiman yang memiliki.. fungsi ganda selain sebagai penantaan batas zonasi juga berfungsi sebagai tempat tambat