• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

4. Kesehatan Reproduksi

4.1 Definisi Kesehatan Reproduksi

Konfrensi Internasional tentang Kependuduka n dan Pembangunan/ ICPD (Interenational Confererence on Population and Development), di Kairo Mesir tahun 1994 diikuti 180 negara menyepakati perubahan paradigma dalam pengelolaan masalah kependudukan dan pembangunan dari pendekatan dan pengendalian populasi dan penurunan fertilitas /keluarga berencana menjadi pendekatan yang terfokus pada kesehatan reproduksi serta hak reproduksi. Tahun 1995 konferensi sedunia IV tentang wanita dilaksanakan di Beijing, Cina, Haque 1999, di New York tahun 2000 menyepakati antara lain:

Definisi kesehatan reproduksi adalah: suatu keadaan sejahtera fisik, mental dan dan sosial secara utuh, tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan dalam semua hal yang berkaitan dengan system reproduksi, serta fungsi dan prosesnya.(Widyastuti, 2009 )

Menurut Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN, 1996) yang dimaksud dengan kesehatan reproduksi adalah apa yang disebut sebagai Reproduksi Sehat Sejahtera , dengan definisi: “ Adalah suatu keadaan sehat mental, fisik dan kesejahteraan sosial secara utuh pada semua hal yang berhubungan dengan sistem dan fungsi serta proses reproduksidan bukan hanya kondisi yang bebas dari penyakit dan kecacatan serta dibentuk berdasarkan atas perkawinan yang sah, mampu memenuhi kebutuhan spiritual dan material yang layak, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,

spiritual memiliki hubungan yang serasi-selaras-seimbang antara anggota keluarga dengan masyarakat dan lingkungan “. (Saroha, 2009)

Dari beberapa definisi diatas jelaslah bahwa masalah kesehatan reproduksi bukan hanya menyangkut kehamilan atau langsung berkaitan dengan kehamilan saja, tetapi mencakup area-area yang lebih luas. Kesehatan reproduksi bukanlah sekedar masalah biomedik saja, tetapi merupakan masalah sosial karena dipengaruhi oleh berbagai faktor sosial seperti bagaimana masyarakat mempersepsikan peran perempuan dalam masyarakat, kekerasan terhadap perempuan, sejauh mana masyarakat mengetahui bahwa merekapun dapat membantu kesehatan kaum perempuan, nilai anak, keluarga dan sebagainya.

4.2Hak – Hak Reproduksi Wanita

Hak-hak reproduksi menurut kesepakatan dan Konferensi Internasional Kependudukan dan Pembangunan bertujuan untuk mewujudkan kesehatan bagi individu secara utuh, baik kesehatan jasmani maupun rohani, meliputi:

1. Hak mendapatkan informasi dan pendidikan kesehatan reproduksi. 2. Hak mendapat pelayanan dan perlindungan kesehatan reproduksi. 3. Hak kebebasan berfikir tentang pelayanan kesehatan reproduksi. 4. Hak untuk dilindungi dari kematian karena kehamilan.

5. Hak untuk menentukan jumlah dan jarak kelahiran anak.

6. Hak atas kebebasan dan keamanan berkaitan dengan kehidupan reproduksinya.

7. Hak untuk bebas dari penganiayaan dan berkelakuan buruk termasuk perlindungan dari perkosaan, kekerasan, penyiksaan, dan pelecehan seksual.

8. Hak mendapatkan manfaat kemajuan ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi.

9. Hak atas pelayanan dan kehidupan reproduksinya. 10.Hak untuk membangun dan merencanakan keluarga.

11.Hak untuk bebas dari segala bentuk diskriminasi dalam kehidupan berkeluarga dan kehidupan reproduksi.

12.Hak atas kebebasan berkumpul dan berpartisipasi dalam politik yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi.(Widyastuti, 2009)

Dalam ICPD 1994 di Kairo, telah disepakati paradigma baru dalam pengelolaan masalah kependudukan dan pembangunan yaitu dengan pendekatan yang terfokus pada kesehatan reproduksi dan hak reproduksi. Dengan demikian, upaya pengendalian penduduk, perlu mempertimbangkan pemenuhan kebutuhan kesehatan reproduksi laki-laki dan perempuan sepanjang siklus hidup dan hak reproduksi mendapat perhatian khusus. Hak reproduksi didasarkan pada pengakuan hak-hak asasi manusia yang diakui didunia internasional. Hak reproduksi perorangan dapat dapat diartikan bahwa: setiap orang, baik laki-laki maupun perempuan (tanpa memandang perbedaan kelas sosial, suku, umur, agama, dll), mempunyai hak yang sama untuk memutuskan secara bebas dan bertanggung jawab (kepada diri, keluarga dan masyarakat) mengenai jumlah anak, jarak antar anak, untuk menentukan waktu kelahiran anak dan dimana akan melahirkan. Hak reproduksi antara lain adalah sebagai berikut: setiap orang berhak memperoleh standar pelayanan kesehatan reproduksi yang terbaik. Ini berarti:

a. Penyedia pelayanan harus memberikan pelayanan kesehatan reproduksi yang berkualiatas dengan memperhatikan kebutuhan klien, sehingga menjamin keselamatan dan keamanan klien.

b. Laki-laki dan perempuan baik sebagai individu maupun sebagai pasangan, berhak memperoleh informasi lengkap tentang seksualitas, kesehatan reproduksi, manfaat serta efek samping obat-obatan, serta alat dan tindakan medis yang digunakan untuk mengatasi masalah kesehatan reproduksi.

c. Adanya hak untuk memperoleh pelayanan Keluarga Berencana yang aman, efektif, terjangkau, dapat diterima, sesuai dengan pilihan, tanpa paksaan dan tidak melawan hukum.

d. Perempuan berhak memperoleh pelayanan kesehatan yang dibutuhkannya yang memungkinkannya sehat dan selamat dalam kehamilan serta memperoleh bayi yang sehat.

e. Hubungan suami-istri didasari penghargaan terhadap pasangan masing-masing dan dilakukan dalam situasi dan kondisi yang diinginkan bersama, tanpa unsur pemaksaan, ancaman dan kekerasan.

f. Para remaja, laki-laki maupun perempuan, berhak memperoleh informasi yang tepat dan benar tentang reproduksi remaja, sehingga dapat berperilaku sehat dan menjalani kehidupan sosial yang bertanggung jawab.

g. Laki-laki dan perempuan berhak mendapat informasi yang mudah diperoleh, lengkap dan akurat mengenai penyakit menular seksual, termasuk HIV/AIDS. (Saroha, 2009)

Menurut BKKBN 2000, kebijakan teknis operasional di Indonesia, untuk mewujudkan pemenuhan hak-hak reproduksi:

1. Promosi hak-hak reproduksi

Dilaksanakan dengan menganalisis perundang-undangan, peraturan dan kebijakan yang saat ini berlaku apakah sudah seiring dan mendukung hak-hak reproduksi dengan tidak melupakan kondisi lokal sosial budaya masyarakat. Pelaksanaan upaya pemenuhan hak reproduksi memerlukan dukungan secara politik, dan legisltif sehingga bisa tercipta undang-undang hak reproduksi yang memuat aspek pelanggaran hak-hak reproduksi hak-hak reproduksi.

2. Advokasi hak-hak reproduksi

Advokasi yang dimaksudkan agar mendapatkan dukungan komitmen dari para tokoh politik, tokoh agama, tokoh masyarakat, LSM, dan swata. Dukungan swasta dan LSM sangat dibutuhkan karena ruang gerak pemerintah lebih terbatas. Dukungan para tokoh sangat membantu memperlancar terciptanya pemenuhan hak-hak reproduksi sangat penting artinya untuk terwujudnya pemenuhan hak-hak reproduksi.

4.3 Tujuan Kesehatan Reproduksi

a. Tujuan Utama Kesehatan Reproduksi adalah:

Memberikan pelayanan kesehatan reproduksi yang konferehensif kepada perempuan termasuk kehidupan seksual dan hak-hak reproduksi perempuan sehingga dapat meningkatkan kemandirian perempuan dalam mengatur fungsi dan proses

reproduksinya yang pada akhirnya dapat membawa pada peningkatan kualitas kehidupannya.

b. Tujuan Khusus Kesehatan Reproduksi adalah:

a. Meningkatkan kemandirian perempuan, khususnya dalam peranan dan fungsi reproduksinya.

b. Meningkatkan peran dan tanggung jawab sosial perempuan dalam konteks: kapan ingin hamil, berapa jumlah anak yang diinginkan dan jarak antar kehamilan c. Meningkatkan peran dan tanggung jawab sosial laki-laki.

d. Menciptakan dukungan laki-laki dalam membuat keputusan, mencari informasi dan pelayanan yang memenuhi kebutuhan kesehatan reproduksi.

4.4 Ruang Lingkup Kesehatan Reproduksi

Digunakan pendekatan siklus hidup (Life-Cycle Approach), yang berarti memperhatikan kekhususan penanganan sistem reproduksi pada setiap fase kehidupan, serta kesinambungan antar fase kehidupan tersebut sehinggadiperoleh komponen pelayanan yang nyata dan dapat dilaksanakan. Lima tahap pendekatan siklus:

a. Konsepsi, pada masa ini mulai dari kehamilan sampai bayi baru lahir mempunyai proporsi pelayanan yang sama.

b. Bayi dan Anak, pada masa bayi dan anak mempunyai kebutuhan antara lain: - ASI Ekslusif, dan penyapihan yang layak

- Tumbuh kembang anak, pemberian makanan dan gizi seimbang - Imunisasi dan manajemen terpadu balita sakit

- Pencegahan dan penanggulangan kekerasan

- Pendidikan dan kesempatan yang sama pada anak laki-laki dan perempuan. c. Remaja, pada masa remaja juga diketahui beberapa kebutuhan yakni:

- Gizi seimbang

- Informasi tentang kesehatan reproduksi - Pencegahan kekerasan termasuk seksual - Pencegahan terhadap ketergantungan NAPZA - Perkawinan pada usia yang wajar

- Pendidikan dan penigkatan ketrampilan - Peningkatan penghargaan diri

- Peningkatan pertahanan terhdap godaan dan ancaman. d. Usia Subur, pada usia subur juga terdapat kebutuhan yaitu:

- Kehamilan dan persalinan yang aman

- Pencegahan kecacatan dan kematian akibat kehamilan pada ibu dan bayi

- Menjaga jarak kelahiran dan jumlah kehamilan dengan penggunaan alat kontrasepsi (KB)

- Pencegahan terhadap penyakit menular seksual: HIV/AIDS - Pelayanan kesehatan reproduksi berkualitas

- Pencegahan dan penanggulangan masalah aborsi secara rasional - Deteksi dini kanker payudara dan kanker leher rahim

- Pencegahan dan menejemen infertilitas

e. Usia Lanjut, pada usia lanjut ini juga sangat memerlukan kebutuhan antara lain: - Perhatian pada masa meno/andro pause

- Perhatian pada penyakit utamadegeneratif termasuk rabun, gangguan mobilitas dan osteoporosis

- Deteksi dini kanker leher rahim dan kanker prostat. (Saroha,2009) Secara luas, ruang lingkup kesehatan reproduksi meliputi:

1. Kesehatan ibu dan bayi baru lahir.

2. Pencegahan dan penanggulangan Infeksi Saluran Reproduksi (ISR) termasuk PMS-HIV/AIDS

3. Pencegahan dan penanggulangan komplikasi aborsi 4. kesehatan reproduksi remaja.

5. Pencegahan dan penanganan infertilitas 6. Kanker pada usia lanjut dan osteoporosis.

7. Berbagai aspek kesehatan reproduksi lain, misalnya kanker serviks, mutilasi genital, fistula, dll.

Kesehatan reproduksi ibu dan bayi baru lahir meliputi perkembangan berbagai organ reproduksi mulai dari sejak dalm kandungan, bayi, remaja, wanita usia subur, klimakterium, menopause hingga meninggal. Kondisi kesehatan seorang ibu hamilmempengaruhi pada kondisi bayi yang dilahirkannya, termasuk didalamnya kondisi kesehatan organ-organ reproduksi bayinya. Permasalahan kesehatan reproduksi remaja termasuk pada saat pertama anak perempuan mengalami haid /menarche yang bisa beresiko timbulnya anemia, perilaku seksual yang mana bila kurang pengetahuan dapat tertularpenyakit hubungan seksual, termasuk HIV/AIDS. Selain tersebut diatas ICPD juga menyebutkan bahwa kesehatan reproduksi juga mengimplikasikan seseorang berhak atas kehidupan seksual yang memuaskan dan aman. Seseorang berhak terbebas dari

kemungkinan tertulari penyakit infeksi menular seksual yang bisa berpengaruh pada fungsi organ reproduksi, dan terbebas dari paksaan. Hubungn seksual dilakukan dengan memahami sesuai etika dan budaya yang berlaku.

4.5 Dampak dalam Masalah Kesehatan Reproduksi

1. Masalah Reproduksi

- Kesehatan, morbiditas atau gangguan kesehatan dan kematian perempuan berkaitan dengan kehamilan, termasuk didalamnya masalah gizi dan anemia dikalangan perempuan, penyebab serta komplikasidari kehamilan, masalah kemandulan dan ketidak suburan.

- Peranan atau kendali sosial budaya terhadap reproduksi. Maksudnya bagaimana pandangan masyarakat terhadap kesuburan dan kemandulan, nilai anak dan kelurga, sikap masyarakat terhadap perempuan hamil.

- Intervensi pemerintah atau negara terhadap masalah reproduksi. Misalnya antar lain program kelurga berencana, undang-undang yang berkaitan dengan masalah genetik, dan lain sebagainya.

- Tersedianya pelayanan kesehatan reproduksi dan keluarga berencana, serta terjangkaunya secara ekonomi oleh kelompok perempuan dan anak-anak. - Kesehatan bayi dan anak-anak terutama anak berusia dibawah lima tahun. - Dampak pembangunan ekonomi, industrialisasi dan perubahan linkungan

2. Masalah Gender dan Seksualitas

- Pengaturan negara terhdap masalah seksualitas; maksudnya adalah peraturan dan kebijakan negar mengenai masalah pornografi, pelacuran, pendidikan seksualitas.

- Pengendalian sosial budaya terhadap masalah seksualitas, bagaimana norma-norma susila yang berlaku tentang perilaku seks, homoseks, poligami dan perceraian.

- Seksualitas dikalangan remaja - Status dan peranan perempuan

- Perlindungan terhadap perempuan pekerja

3. Masalah yang berkaitan dengan kehamilan yang tidak dinginkan - Pembunuhan bayi

- Pengguguran kandungan, terutama yang dilakukan secara tidak aman

- Dampak kehamilan yang tidak diinginkan serta pengguguran kandungan yang tidak aman

- Kebijakan pemerintah dalam menghadapi hal tersebut. 4. Masalah kekerasan dan perkosaan terhadap perempuan

- Kecenderungan penggunaan kekerasan secara sengaja terhadap perempuan, perkosaan, serta dampaknya terhadap perempuan

- Norma sosial mengenai kekerasan dalam rumah tangga, serta mengenai berbagai tindakan kekerasan terhadap perempuan

- Sikap masyarakat mengenai kekerasan dan perkosaan terhadap pelacur. - Berbagai langkah untuk mengatasi masalah-masalah tersebut.

5. Masalah penyakit yang ditularkan melalui hubungan seksual

- Masalah penyakit menular seksual lama, seperti sifilis dan gonorrhoe

- Masalah penyakit menular seksualitas yang relatif baruseperti clamydia dan herpes.

- Masalah HIV/AIDS (Human Immunodeficiency Virus/Acquired

Immunodefecincy syndrome)

- Dampak sosial dan ekonomi dari penyakit menular seksual

- Kebijakan dan program pemerintah dalam penyakit tersebut (termasuk penyediaan pelayanan kesehatan bagi pelacur/pekerja seks komersial)

- Sikap masyarakat terhadap penyakit menular seksual. 6. Masalah Pelacuran

- Demografi pekerja seks

- Faktor-faktor yang menjadi pendorong pelacuran dan sikap pemerintah terhadapnya

- Dampaknya tehadap kesehatan reproduksi, baik bagi pelacur itu sendiri maupun bagi konsumennya dan keluarganya.

7. Masalah sekitar teknologi

- Teknologi reproduksi dengan bantuan (inseminasi buatan dan bayi tabung) - Pemilihan bayi berdasarkan jenis kelamin (gender fetal screening)

- Penapisan genetik (genetic screening) - Keterjangkauan dan kesamaan kesempatan

Dokumen terkait