• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengetahuan dan Sikap Suami Terhadap Kesehatan Reproduksi Wanita di Dusun III Desa Tanjung Anom Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang Tahun 2010

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengetahuan dan Sikap Suami Terhadap Kesehatan Reproduksi Wanita di Dusun III Desa Tanjung Anom Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang Tahun 2010"

Copied!
83
0
0

Teks penuh

(1)

PENGETAHUAN DAN SIKAP SUAMI TERHADAP KESEHATAN

REPRODUKSI WANITA DI DUSUN III DESA TANJUNG

ANOM KECAMATAN PANCUR BATU KABUPATEN

DELI SERDANG TAHUN 2010

DISUSUN OLEH:

NIM: 095102064 EKA SIAHAAN

KARYA TULIS ILMIAH

PROGAM D-IV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA

(2)

PROGRAM D-IV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Karya Tulis Ilmiah, JUNI 2010

Eka Siahaan

Pengetahuan dan Sikap Suami Terhadap Kesehatan Reproduksi Wanita di Dusun III Desa

Tanjung Anom Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang

Tahun 2010

ix + 49 hal + 6 tabel + 1 skema + 8 lampiran

Abstrak

Kesehatan reproduksi adalah kesejahteraan fisik, mental, yang utuh dan bukan hanya karena tidak adanya penyakit atau kelemahan dalam segala hal yang berhubungan dengan sistem reproduksi dan fungsi serta prosesnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pengetahuan dan sikap suami terhadap kesehatan reproduksi wanita di Dusun III Desa Tanjung Anom Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang Tahun 2010. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif dengan besar sampel sebanyak 100 orang dengan metode pengambilan sampel simple random

sampling. Penelitian dilakukan pada bulan Januari 2010 sampai Juni 2010. Instrumen

dalam penelitian ini berupa kuesioner yang meliputi data demografi, pertanyaan pengetahuan dan penyataan sikap tentang Kesehatan reproduksi wanita. Hasil penelitian menunjukkan mayoritas dari segi demografi yaitu berdasarkan umur 26-30 tahun sebanyak 29 orang (29%), berdasarkan pendidikan yaitu mayoritas SMP sebanyak 35 orang (35%), berdasarkan pekerjaan sebanyak 66 orang (66%), berdasarkan sumber informasi secara tidak langsung sebanyak 61 orang (61%). Dari segi pengetahuan responden berpengetahuan baik sebanyak 87 orang (87%), dan dari segi sikap responden bersikap positif sebanyak 100 orang (100%). Diharapkan tenaga kesehatan lebih meningkatkan penyuluhan-penyuluhan yang dilakukan di seluruh wilayah kerjanya sehingga suami memiliki pengetahuan dan pemahaman tentang kesehatan reproduksi wanita sehingga suami mau melakukannya dalam kehidupannya.

Kata Kunci : Pengetahuan, Sikap, Kesehatan Reproduksi Wanita

(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur peneliti ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah

memberikan berkat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis

Ilmiah ini dengan judul “Pengetahuan Dan Sikap Suami Terhadap Kesehatan Reproduksi

Wanita Dusun III Desa Tanjung Anom Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang

Tahun 2010” yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan

pendidikan pada Program Studi D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas

Sumatera Utara.

Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini penulis mendapatkan bimbingan,

masukan dan arahan dari berbagai pihak, sehingga penulis dapat membuat Karya Tulis

Ilmiah ini tepat pada waktunya.

Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapakan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada:

1. dr. Dedi Ardinata,M.Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas

Sumatera Utara

2. dr. Murniati Manik, MSc, SpKK selaku ketua program studi D-IV Bidan Pendidik

Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

3. Ibu Dina Indarsita,M.Kes selaku pembimbing yang telah memberikan bimbingan

(4)

4. Seluruh dosen, staf dan pegawai administrasi Program Studi D-IV Bidan Pendidik

Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

5. Bapak Marsono selaku Kepala Desa Tanjung Anom yang telah memberikan

kesempatan kepada penulis dalam melakukan penelitian.

6. Kedua orang tuaku (W. Siahaan dan B. Marpaung ) dan adik-adikku yang telah

banyak membantu baik moril maupun materil, memberikan dorongan dan

semangat serta do’a yang tiada henti-hentinya kepada penulis dalam membuat

Karya Tulis Ilmiah ini.

7. Teman-teman Program Studi D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan

Universitas Sumatera Utara yang telah memberi dukungan dan masukan kepada

penulis

8. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah

memberikan bantuan dan dukungan pada penulis dalam penyusunan Proposal

Karya Tulis Ilmiah ini.

Penulis menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini Masih terdapat kekurangan,

untuk itu masukan dan saran yang membangun sangatlah diharapkan demi perbaikan

dimasa yang akan datang. Akhirnya hanya kepada TYME penulis berserah diri, semoga

penelitian ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Desember 2010

(5)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR SKEMA ... DAFTAR TABEL ... DAFTAR LAMPIRAN ... BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 5

1.3 Tujuan Penelitian ... 5

1.3.1 Tujuan Umum ... 5

1.3.2 Tujuan Khusus ... 5

1.4 Manfaat Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 7

1. Pengetahuan ... 7

1.1 Defenisi Pengetahuan ... ... 7

1.2 Tingkat Pengetahuan ... 8

1.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi ... 9

2. Sikap ... 11

(6)

2.2 Komponen Pokok Sikap ... 11

2.3 Berbagai Tingkatan Sikap... 11

3. Suami ... 12

4. Kesehatan Reproduksi ... 12

4.1 Defenisi Kesehatan Reproduksi ... 12

4.2 Hak-Hak Reproduksi Wanita ... 14

4.3 Tujuan Kesehatan Reproduksi ... 16

4.4 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kesehatan Reproduksi ... 17

4.5 Menilai Derajat Kesehatan Reproduksi ... 18

4.5 Hak Reproduksi Dan Kesehatan Reproduksi Di Kaitkan Dengan Isu Gender ... 19

4.7 Masalah Kesehatan Reproduksi ... 21

BAB III KERANGKA PENELITIAN ... 23

A. Kerangka Konsep ... 23

B. Defenisi Operasional ... 24

BAB IV METODE PENELITIAN ... 28

A. Desain Penelitian ... 28

B. Populasi dan Sampel ... 28

C. Tempat Penelitian ... 29

D. Waktu Penelitian ... 29

E. Etika Penelitian ... 29

(7)

G. Prosedur Pengumpulan Data ... 32

H. Analisa Data ... 34

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ... 36

A. Hasil Penelitian ... 36

B. Pembahasan ... 44

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 48

A. Kesimpulan Menjawab Penelitian... 48

B. Saran Menjawab Penelitian ... 49

DAFTAR PUSTAKA ...

(8)

DAFTAR SKEMA

Halaman

(9)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1.1 : Defenisi Operasional………27

Tabel 5.1 : Distribusi Responden Berdasarakan Karakteristik...37

Tabel 5.2 : Distribusi Responden Berdasarkan Petanyaan Pengetahuan...39

Tabel 5.3 : Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan...40

Tabel 5.4 : Distribusi Responden Berdasarkan Pertanyaan Sikap...41

(10)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Lembar Informed Consent

Lampiran 2 : Lembar Kuesioner

Lampiran 3 : Lembar konsul

Lampiran 4 : Master Tabel

(11)

PROGRAM D-IV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Karya Tulis Ilmiah, JUNI 2010

Eka Siahaan

Pengetahuan dan Sikap Suami Terhadap Kesehatan Reproduksi Wanita di Dusun III Desa

Tanjung Anom Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang

Tahun 2010

ix + 49 hal + 6 tabel + 1 skema + 8 lampiran

Abstrak

Kesehatan reproduksi adalah kesejahteraan fisik, mental, yang utuh dan bukan hanya karena tidak adanya penyakit atau kelemahan dalam segala hal yang berhubungan dengan sistem reproduksi dan fungsi serta prosesnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pengetahuan dan sikap suami terhadap kesehatan reproduksi wanita di Dusun III Desa Tanjung Anom Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang Tahun 2010. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif dengan besar sampel sebanyak 100 orang dengan metode pengambilan sampel simple random

sampling. Penelitian dilakukan pada bulan Januari 2010 sampai Juni 2010. Instrumen

dalam penelitian ini berupa kuesioner yang meliputi data demografi, pertanyaan pengetahuan dan penyataan sikap tentang Kesehatan reproduksi wanita. Hasil penelitian menunjukkan mayoritas dari segi demografi yaitu berdasarkan umur 26-30 tahun sebanyak 29 orang (29%), berdasarkan pendidikan yaitu mayoritas SMP sebanyak 35 orang (35%), berdasarkan pekerjaan sebanyak 66 orang (66%), berdasarkan sumber informasi secara tidak langsung sebanyak 61 orang (61%). Dari segi pengetahuan responden berpengetahuan baik sebanyak 87 orang (87%), dan dari segi sikap responden bersikap positif sebanyak 100 orang (100%). Diharapkan tenaga kesehatan lebih meningkatkan penyuluhan-penyuluhan yang dilakukan di seluruh wilayah kerjanya sehingga suami memiliki pengetahuan dan pemahaman tentang kesehatan reproduksi wanita sehingga suami mau melakukannya dalam kehidupannya.

Kata Kunci : Pengetahuan, Sikap, Kesehatan Reproduksi Wanita

(12)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Bahwasanya secara normatif wanita mempunyai hak dan kewajiban serta

kesempatan yang sama dengan pria dalam segala bidang kehidupan dan bidang

pembangunan seperti yang tercantum dalam GBHN, tetapi secara faktual persamaan

tersebut saat ini belum terwujud, diantaranya di bidang kesehatan. Masih banyak

wanita yang mengalami diskriminasi dalam bidang kesehatan, umpamanya:

pembedaan pemberian makanan bergizi pada anak laki-laki dan wanita, akses

informasi, dan akses pelayanan kesehatan dan sebagainya.

Untuk menghilangkan hambatan-hambatan ini salah satu usaha pemerintah

berusaha untuk meningkatkan pelayanan terhadap wanita usia produktif dengan

menyediakan puskesmas dan rumah sakit dengan berbagai fasilitasnya. Tingginya

angka kematian ibu penyebab utamanya adalah perdarahan, infeksi, dan toksemia dan

penyebab tak langsung adalah kemiskinan, tradisi sosial budaya, status gizi yang tidak

memadai, dan kurangnya akses pemanfaatan dan fasilitas kesehatan serta rendahnya

status wanita. Masalah kesehatan reproduksi wanita ini tidak terlepas dari faktor

(13)

usaha-usaha yang lebih sederhana, lebih mudah terjangkau, lebih sesuai dengan kondisi

sosial ekonomi dan budaya setempat, dan juga mengikut sertakan masyarakat secara

umum dan terpadu.

Hal yang lebih penting dalam memasyarakatkan kesehatan reproduksi ini adalah

kesadaran dan motivasi masyarakat sendiri (terutama pihak wanita) yang menjaga

kesehatan reproduksinya. Artinya hal ini membawa pemikiran baru untuk

mengefektifkan serta mengintensifkan pelaksanaan berdasarkan kesadaran

masyarakat dan kebutuhannya sendiri. Terobosan dan strategi bagaimana

memasyarakatkan program kesehatan reproduksi khususnya reproduksi wanita tanpa

arahan atau paksaan

Kesehatan reproduksi adalah kesejahteraan fisik, mental dan sosial yang utuh dan

bukan hanya tidak adanya penyakit atau kelemahan, dalam segala hal yang

berhubungan dengan sistem reproduksi dan fungsi-fungsinya serta proses-prosesnya.

Oleh karena itu, kesehatan reproduksi berarti orang dapat mempunyai kehidupan seks

yang memuaskan dan aman, dan bahwa mereka memiliki kemampuan untuk

bereproduksi dan kebebasan untuk menentukan apakah mereka ingin melakukannya,

bilamana dan seberapa seringkah.(Juliandi,2003)

Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia saat ini masih merupakan yang tertinggi

dibandingkan dengan AKI di Negara-negara ASEAN lainnya. Menurut statistik tahun

2006, Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia 225/100.000 kelahiran hidup. Nomor

(14)

Sedangkan AKI di Sumatera utara pada tahun 2006 adalah 320/100.000 KH, Tahun

2006 adalah 315/100.000 dan tahun 2007 adalah 275/100.000 (Dinkes Propsu, 2008).

Menurut Depkes (2001) dari kesepakatan internasional tersebut setiap orang

terutama wanita berhak untuk mengatur jumlah keluarganya termasuk mendapatkan

penjelasan yang lengkap untuk mendapatkan pelayanan kesehatan reproduksi lainnya

seperti pelayanan antenatal, persalinan, nifas, pelayanan BBL, hingga menopause.

(Yesi Azwar,2005)

Menurut Suprihastusti (2000), 97% pengguna kontrasepsi adalah perempuan

sehingga banyak perempuan yang mengalami gangguan akibat efek samping dari alat

kontrasepsi. Di samping itu adanya pola fikir bahwa hamil, melahirkan adalah kodrat

perempuan, maka perempuanlah yang harus menggunakan kontrasepsi. Itu membuat

semakin rendahnya partisipasi pria, pria yang jumlahnya 50% dari penduduk dunia

hanya kurang dari 1/3 nya pengguna kontrasepsi.

Berdasarkan hasil prasurvei BKKBN Oktober 2009 di Sumatera Utara, jumlah

pasangan yang aktif pada Mei 2009 sebanyak 1.266.071 peserta KB, yakni peserta

KB IUD 2.488, Metode Operasi Wanita sebanyak 920 peserta, Metode Operasi Pria

257 peserta, kondom 2.212 peserta, implant 4.325 peserta, suntik 9.974 peserta dan

dan pil sebanyak 10.931 peserta. Data ini menunjukkan bahwa peran serta pria dalam

penggunaan alat kontrasepsi masih rendah.

Penyebab utama kematian ibu adalah perdarahan 28%, infeksi 13%, eklampsi

(15)

ini dapat dicegah dengan cara meningkatkan kesehatan ibu, status gizi, dan fasilitas

yang tersedia (Fauzih, 2008). Berdasarkan dari hasil studi pendahuluan yang

dilakukan penulis di Dusun III Desa Tanjung Anom Kecamatan Pancur Batu

Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, dari 30 orang ibu hamil hanya 12 orang yang

melakukan kunjungan ANC secara rutin, 63 % pria bukan merupakan akseptor

kontrasepsi, setiap bulannya data kunjungan menunjukkan adanya minimal 2 orang

ibu hamil mengalami anemis, di Dusun III Desa Tanjung Anom belum digalakkan

program suami siaga, tentunya peran dan dukungan suami merupakan satu aspek

yang sangat penting untuk mensejahterakan kesehatan reproduksi wanita. Untuk

mewujudkannya tentu suami harus mengetahui dan bagaimana menyikapi tentang

kesehatan reproduksi wanita.

Melihat fenomena di atas, penulis tertarik untuk menyusun Karya Tulis Ilmiah

yang berjudul “Pengetahuan Dan Sikap Suami Terhadap Kesehatan Reproduksi

Wanita di Dusun III Desa Tanjung Anom Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli

(16)

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan dari latar belakang di atas dapat dirumuskan masalah penelitian

yaitu bagaimana pengetahuan dan sikap suami terhadap kesehatan reproduksi wanita

di Dusun III Desa Tanjung Anom Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang

Tahun 2010.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengidentifikasi Pengetahuan dan Sikap Suami terhadap Kesehatan

Reproduksi Wanita di Dusun III Desa Tanjung Anom Kecamatan Pancur

Batu Kabupaten Deli Serdang Tahun 2010.

1.3.2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengidentifikasi karakteristik responden tentang kesehatan

reproduksi wanita di Dusun III Desa Tanjung Anom Kecamatan Pancur

Batu Kabupaten Deli Serdang Tahun 2010.

b. Untuk mengidentifikasi pengetahuan suami terhadap kesehatan

repoduksi wanita di Dusun III Desa Tanjung Anom Kecamatan Pancur

Batu Kabupaten Deli Serdang Tahun 2010.

c. Untuk mengidentifikasi sikap suami terhadap kesehatan repoduksi

wanita di Dusun III Desa Tanjung Anom Kecamatan Pancur Batu

(17)

1.4 Manfaat Penelitian

a. Bagi masyarakat Dusun III Desa Tanjung Anom Kecamatan Pancur Batu

Kabupaten Deli Serdang, Khususnya bagi para suami sebagai sumber informasi

mensejahterakan kesehatan reproduksi wanita.

b. Bagi Pendidikan Kebidanan

Penelitian ini dapat dijadikan sebagai sumber informasi untuk mahasiswa

kebidanan dan sebagai pembanding untuk penelitian berikutnya agar menjadi

(18)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. Pengetahuan

1.1. Definisi Pengetahuan

Pengetahuan adalah merupakan hasil dari “Tahu” dan ini terjadi setelah orang

melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui

panca indra manusia, yaitu: indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba.

Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui pendidikan, pengalaman orang

lain, media massa maupun lingkungan (Notoatmodjo, 2003).

Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan

seseorang. Pengetahuan diperlukan sebagai dukungan dalam menumbuhkan rasa percaya

diri maupun sikap dan perilaku setiap hari, sehingga dapat dikatakan bahwa pengetahuan

merupakan fakta yang mendukung tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2003).

Rogers (1974) mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru

dalam diri orang tersebut menjadi proses berurutan :

1. Awarenes, dimana orang tersebut menyadari pengetahuan terlebih dahulu

terhadap stimulus (objek).

2. Interest, dimana orang mulai tertarik pada stimulus.

3. Evaluation, merupakan suatu keadaan mempertimbangkan terhadap baik

(19)

4. Trial, dimana orang telah mulai mecoba perilaku baru.

5. Adaptation, dimana orang telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan

kesadaran dan sikap.

1.2. Tingkat Pengetahuan

Notoatmodjo mengemukakan yang dicakup dalam domain kognitif yang

mempunyai enam tingkatan, pengetahuan mempunyai tingkatan sebagai berikut

(Notoatmodjo, 2003) :

a. Tahu (Know)

Kemampuan untuk mengingat suatu materi yang telah dipelajari, dari seluruh

bahan yang dipelajari atau rangsangan yang diterima. Cara kerja untuk mengukur

bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain : menyebutkan,

menguraikan, mengidentifikasikan dan mengatakan.

b. Memahami (Comprehension)

Kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan

dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.

c. Aplikasi (Aplication)

Kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau

kondisi yang sebenarnya. Aplikasi disini dapat diartikan sebagai pengguna

hukum-hukum, rumus, metode, prinsip-prinsip dan sebagainya.

(20)

Kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek dalam suatu

komponen-komponen, tetapi masih dalam struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu

sama lain. Kemampuan analisis dapat dilihat dari penggunaan kata kerja seperti

kata

kerja mengelompokkan, menggambarkan, memisahkan.

e. Sintesis (Sinthesis)

Kemampuan untuk menghubungkan bagian-bagian dalam bentuk keseluruhan

yang baru, dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun

formulasi baru dari formulasi yang ada.

f. Evaluasi (Evaluation)

Kemampuan untuk melakukan penelitian terhadap suatu materi atau objek

tersebut berdasarkan suatu cerita yang sudah ditentukan sendiri atau

menggunakan kriteria yang sudah ada (Notoatmodjo, 2003).

1.3. Pengukuran Pengetahuan

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang

menanyakan tentang isi materi yang akan diukur dari subjek penelitian atau responden.

Kedalamam pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan

dengan tingkatan-tingkatan diatas (Notoadmojo, 2003)

a. Tingkat pengetahuan baik bila skor > 75%-100%

(21)

c. Tingkat pengetahuan kurang bila skor < 60%

1.4 Pengetahuan Suami tentang Kesehatan Reproduksi

Pendekatan baru dalam peningkatan pengetahuan laki-laki dalam kesehatan

reproduksi adalah dengan membekali laki-laki dengan informasi yang benar dan

mengikutsertakan mereka dalam setiap upaya untuk meningkatkan derajat kesehatan

reproduksi. Beberapa kegiatan yang dapat melibatkan laki-laki antara lain:

1. Perencanaan Keluarga

Bersama dengan istri/pasangannya merencanakan keluarga, misalnya dalam

menentukan jumlah anak, kapan istri hamil, dimana istri akan melahirkan, metoda KB

yang digunakan, dsb.

2. Aktif dalam penggunaan kontrasepsi

Laki-laki dalam memilih metoda kontrasepsi seperti kondom dan vasektomi. Metoda

kontrasepsi harus dipelajari bersama dan metoda apa yang dipilih, meskipun pihak istri

yang akan menggunakan. Selanjutnya pihak laki-laki dapat berperan aktif, misalnya

dalam:

a. Mengingatkan pasangan, misalnya dalam meminum pil KB, kapan waktunya suntik

KB atau menghitung waktu masa subur bila memilih metoda pantang berkala.

b. Membawa pasangan ke fasilitas kesehatan bila terjadi efek samping.

c. Merencanakan ulang metoda pengganti bila cara yang telah dipilih tidak

(22)

3. Memperhatikan kesehatan ibu hamil

Pada waktu isterinya hamil laki-laki dapat menjamin bahwa isterinya:

a. Mendapatkan pelayanan antenatal dengan baik dan teratur.

b. Memperoleh makanan bergizi dan cukup istirahat.

c. Merasa tenang dan bahagia.

d. Mempunyai persediaan biaya persalinan dan rujukan ke rumah sakit bila terjadi

komplikasi.

e. Diajak bicara tentang siapa yang akan menolong persalinan dan mendorong

pertolongan persalinan dilakukan oleh bidan atau dokter.

f. Mempelajari gejala komplikasi bersama dirinya dan sejak awal menyusun rencana

transportasi ke rumah sakit bila terjadi komplikasi, diantar dan didampingi sesuai

kebutuhan.

4. Memastikan persalinan yang aman oleh tenaga kesehatan, laki-laki dapat menjamin

bahwa :

a. Penolong persalinan adalah bidan atau dokter

b. Menyediakan dana, perlengkapan dan transportasi yang dibutuhkan

c. Mendampingi selama proses persalinan berlangsung dan mendukung upaya

rujukan bila diperlukan.

5. Membantu setelah bayi lahir

Setelah bayi lahir suami dapat membantu dalam hal:

(23)

b. Menjamin tersedianya makanan bergizi

c. Membantu pekerjaan rumah tangga yang cukup berat seperti menimba air,

mencuci pakaian, dsb.

d. Membantu memelihara bayi, misalnya memandikan bayi, mengganti popok,

membawa bayi untuk iminisasi, dsb.

e. Segera memilih metoda kontrasepsi.

6. Menjadi seorang ayah yang baik

Laki-laki dapat menjadi seorang ayah yang baik dengan cara:

a. Membantu mengasuh dan mendidik anak dengan aktif misalnya membantu anak

belajar, ikut bermain bersama anak, dsb.

b. Menjadi model panutan bagi anak yang telah menginjak usia remaja.

7. Mengakhiri kekerasan terhadap perempuan

Tindakan yang dapat dilakukan oleh laki-laki untuk mengakhiri kekerasan antara lain:

a. Mengakhiri kekerasan terhadap perempuan/istri

b. Memanfaatkan pengaruhnya yang besar untuk mengubah norma/perilaku

masyarakat dalam menghapus kekerasan terhadap perempuan.

8. Membantu pencegahan PMS, termasuk HIV/AIDS dengan melakukan:

a. Hubungan seksual yang aman dan bertanggung jawab (hanya dengan satu

(24)

b. Mencegah kehamilan yang tidak diinginkan yang mungkin dapat berakibat fatal

bagi pasangan bila melakukan aborsi.

c. Mengubah norma perilaku hubungan seksual yang tidak bertanggung jawab

dibeberapa wilayah/suku tertentu.

Dengan adanya cara pandang yang baru terhadap peran laki-laki dalam kesehatan

reproduksi, diharapkan dampak akhirnya adalah menurunnya kejadian kematian ibu dan

bayi, serta meningkatnya status kesehatan perempuan secara keseluruhan.

2. Sikap

2.1 Pengertian

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap

suatu stimulus atau objek (Notoadmojo, 2003). Manifestasi sikap itu tidak dapat

langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang

tertutup

2.2 Komponen Pokok Sikap

Dalam buku Notoadmojo 2003, Allport menjelaskan bahwa sikap itu mempunyai

3 komponen pokok.

a. Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek

b. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek

(25)

ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh. Dalam

penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan, pikiran, keyakinan, dan emosi

memegang peranan penting.

2.3 Berbagai Tingkatan Sikap

a. Menerima (receiving)

Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang

diberikan (objek)

b. Merespon (Responding)

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan, dan menyelesaikan tugas

yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap

c. Menghargai (valuing)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah

adalah indikasi sikap tingkat tiga.

d. Bertanggung Jawab (Responsible)

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko

merupakan sikap paling tinggi.

2.4 Sikap Suami terhadap Kesehatan Reproduksi

Dalam masyarakat laki-laki telah dikukuhkan sebagai kepala keluarga yang

(26)

perlu menghukum anggota keluarganya. Ini berhubungan erat dengan isu ketidak

setaraan jender dan adanya budaya patriarki dalam masyarakat yang

menempatkan posisi laki-laki lebih tinggi dari posisi perempuan.

Dari aspek sikap, laki-laki diharapkan dapat memberi kontribusi positif

terhadap kesehatan reproduksi sangat berpengaruh terhadap kesehatan

perempuan. Keputusan penting seperti siapa yang akan menolong istri

melahirkan, memilih metoda kontrasepsi yang dipakai istri masih banyak

ditentukan oleh suami. Dilain pihak banyak laki-laki tidak mendapatkan

pelayanan dan informasi yang memadai tentang kesehatan reproduksi misalnya

dalam hal hubungan seksual sebelum nikah, berganti-ganti pasangan, kesetaraan

ber-KB serta sikap lainnya sehingga membahayakan perempuan yang menjadi

pasangannya. (Saroha, 2009)

3. Suami

Suami adalah seseorang yang memiliki istri dan merupakan kepala keluarga yang

bertugas memimpin keluarga namun memiliki kedudukan yang sama dengan istri,

sehingga suami juga dapat membantu istri dalam melakukan pekerjaan dalam rumah

tangga. (Poerwadarminta, 1976). Peran dan partisipasi suami juga sangat dibutuhkan

(27)

4. Kesehatan Reproduksi

4.1 Definisi Kesehatan Reproduksi

Konfrensi Internasional tentang Kependuduka n dan Pembangunan/ ICPD

(Interenational Confererence on Population and Development), di Kairo Mesir tahun

1994 diikuti 180 negara menyepakati perubahan paradigma dalam pengelolaan

masalah kependudukan dan pembangunan dari pendekatan dan pengendalian populasi

dan penurunan fertilitas /keluarga berencana menjadi pendekatan yang terfokus pada

kesehatan reproduksi serta hak reproduksi. Tahun 1995 konferensi sedunia IV tentang

wanita dilaksanakan di Beijing, Cina, Haque 1999, di New York tahun 2000

menyepakati antara lain:

Definisi kesehatan reproduksi adalah: suatu keadaan sejahtera fisik, mental dan

dan sosial secara utuh, tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan dalam

semua hal yang berkaitan dengan system reproduksi, serta fungsi dan

prosesnya.(Widyastuti, 2009 )

Menurut Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN, 1996) yang

dimaksud dengan kesehatan reproduksi adalah apa yang disebut sebagai Reproduksi

Sehat Sejahtera , dengan definisi: “ Adalah suatu keadaan sehat mental, fisik dan

kesejahteraan sosial secara utuh pada semua hal yang berhubungan dengan sistem dan

fungsi serta proses reproduksidan bukan hanya kondisi yang bebas dari penyakit dan

kecacatan serta dibentuk berdasarkan atas perkawinan yang sah, mampu memenuhi

(28)

spiritual memiliki hubungan yang serasi-selaras-seimbang antara anggota keluarga

dengan masyarakat dan lingkungan “. (Saroha, 2009)

Dari beberapa definisi diatas jelaslah bahwa masalah kesehatan reproduksi bukan

hanya menyangkut kehamilan atau langsung berkaitan dengan kehamilan saja, tetapi

mencakup area-area yang lebih luas. Kesehatan reproduksi bukanlah sekedar masalah

biomedik saja, tetapi merupakan masalah sosial karena dipengaruhi oleh berbagai

faktor sosial seperti bagaimana masyarakat mempersepsikan peran perempuan dalam

masyarakat, kekerasan terhadap perempuan, sejauh mana masyarakat mengetahui

bahwa merekapun dapat membantu kesehatan kaum perempuan, nilai anak, keluarga

dan sebagainya.

4.2Hak – Hak Reproduksi Wanita

Hak-hak reproduksi menurut kesepakatan dan Konferensi Internasional

Kependudukan dan Pembangunan bertujuan untuk mewujudkan kesehatan bagi individu

secara utuh, baik kesehatan jasmani maupun rohani, meliputi:

1. Hak mendapatkan informasi dan pendidikan kesehatan reproduksi.

2. Hak mendapat pelayanan dan perlindungan kesehatan reproduksi.

3. Hak kebebasan berfikir tentang pelayanan kesehatan reproduksi.

4. Hak untuk dilindungi dari kematian karena kehamilan.

5. Hak untuk menentukan jumlah dan jarak kelahiran anak.

6. Hak atas kebebasan dan keamanan berkaitan dengan kehidupan reproduksinya.

7. Hak untuk bebas dari penganiayaan dan berkelakuan buruk termasuk perlindungan

(29)

8. Hak mendapatkan manfaat kemajuan ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan

kesehatan reproduksi.

9. Hak atas pelayanan dan kehidupan reproduksinya.

10.Hak untuk membangun dan merencanakan keluarga.

11.Hak untuk bebas dari segala bentuk diskriminasi dalam kehidupan berkeluarga dan

kehidupan reproduksi.

12.Hak atas kebebasan berkumpul dan berpartisipasi dalam politik yang berkaitan

dengan kesehatan reproduksi.(Widyastuti, 2009)

Dalam ICPD 1994 di Kairo, telah disepakati paradigma baru dalam pengelolaan

masalah kependudukan dan pembangunan yaitu dengan pendekatan yang terfokus pada

kesehatan reproduksi dan hak reproduksi. Dengan demikian, upaya pengendalian

penduduk, perlu mempertimbangkan pemenuhan kebutuhan kesehatan reproduksi

laki-laki dan perempuan sepanjang siklus hidup dan hak reproduksi mendapat perhatian

khusus. Hak reproduksi didasarkan pada pengakuan hak-hak asasi manusia yang diakui

didunia internasional. Hak reproduksi perorangan dapat dapat diartikan bahwa: setiap

orang, baik laki-laki maupun perempuan (tanpa memandang perbedaan kelas sosial, suku,

umur, agama, dll), mempunyai hak yang sama untuk memutuskan secara bebas dan

bertanggung jawab (kepada diri, keluarga dan masyarakat) mengenai jumlah anak, jarak

antar anak, untuk menentukan waktu kelahiran anak dan dimana akan melahirkan. Hak

reproduksi antara lain adalah sebagai berikut: setiap orang berhak memperoleh standar

(30)

a. Penyedia pelayanan harus memberikan pelayanan kesehatan reproduksi yang

berkualiatas dengan memperhatikan kebutuhan klien, sehingga menjamin

keselamatan dan keamanan klien.

b. Laki-laki dan perempuan baik sebagai individu maupun sebagai pasangan, berhak

memperoleh informasi lengkap tentang seksualitas, kesehatan reproduksi, manfaat

serta efek samping obat-obatan, serta alat dan tindakan medis yang digunakan

untuk mengatasi masalah kesehatan reproduksi.

c. Adanya hak untuk memperoleh pelayanan Keluarga Berencana yang aman,

efektif, terjangkau, dapat diterima, sesuai dengan pilihan, tanpa paksaan dan tidak

melawan hukum.

d. Perempuan berhak memperoleh pelayanan kesehatan yang dibutuhkannya yang

memungkinkannya sehat dan selamat dalam kehamilan serta memperoleh bayi

yang sehat.

e. Hubungan suami-istri didasari penghargaan terhadap pasangan masing-masing

dan dilakukan dalam situasi dan kondisi yang diinginkan bersama, tanpa unsur

pemaksaan, ancaman dan kekerasan.

f. Para remaja, laki-laki maupun perempuan, berhak memperoleh informasi yang

tepat dan benar tentang reproduksi remaja, sehingga dapat berperilaku sehat dan

menjalani kehidupan sosial yang bertanggung jawab.

g. Laki-laki dan perempuan berhak mendapat informasi yang mudah diperoleh,

lengkap dan akurat mengenai penyakit menular seksual, termasuk HIV/AIDS.

(31)

Menurut BKKBN 2000, kebijakan teknis operasional di Indonesia, untuk

mewujudkan pemenuhan hak-hak reproduksi:

1. Promosi hak-hak reproduksi

Dilaksanakan dengan menganalisis perundang-undangan, peraturan dan kebijakan

yang saat ini berlaku apakah sudah seiring dan mendukung hak-hak reproduksi

dengan tidak melupakan kondisi lokal sosial budaya masyarakat. Pelaksanaan upaya

pemenuhan hak reproduksi memerlukan dukungan secara politik, dan legisltif

sehingga bisa tercipta undang-undang hak reproduksi yang memuat aspek

pelanggaran hak-hak reproduksi hak-hak reproduksi.

2. Advokasi hak-hak reproduksi

Advokasi yang dimaksudkan agar mendapatkan dukungan komitmen dari para

tokoh politik, tokoh agama, tokoh masyarakat, LSM, dan swata. Dukungan swasta

dan LSM sangat dibutuhkan karena ruang gerak pemerintah lebih terbatas. Dukungan

para tokoh sangat membantu memperlancar terciptanya pemenuhan hak-hak

reproduksi sangat penting artinya untuk terwujudnya pemenuhan hak-hak reproduksi.

4.3 Tujuan Kesehatan Reproduksi

a. Tujuan Utama Kesehatan Reproduksi adalah:

Memberikan pelayanan kesehatan reproduksi yang konferehensif kepada

perempuan termasuk kehidupan seksual dan hak-hak reproduksi perempuan sehingga

(32)

reproduksinya yang pada akhirnya dapat membawa pada peningkatan kualitas

kehidupannya.

b. Tujuan Khusus Kesehatan Reproduksi adalah:

a. Meningkatkan kemandirian perempuan, khususnya dalam peranan dan fungsi

reproduksinya.

b. Meningkatkan peran dan tanggung jawab sosial perempuan dalam konteks: kapan

ingin hamil, berapa jumlah anak yang diinginkan dan jarak antar kehamilan

c. Meningkatkan peran dan tanggung jawab sosial laki-laki.

d. Menciptakan dukungan laki-laki dalam membuat keputusan, mencari informasi

dan pelayanan yang memenuhi kebutuhan kesehatan reproduksi.

4.4 Ruang Lingkup Kesehatan Reproduksi

Digunakan pendekatan siklus hidup (Life-Cycle Approach), yang berarti

memperhatikan kekhususan penanganan sistem reproduksi pada setiap fase kehidupan,

serta kesinambungan antar fase kehidupan tersebut sehinggadiperoleh komponen

pelayanan yang nyata dan dapat dilaksanakan. Lima tahap pendekatan siklus:

a. Konsepsi, pada masa ini mulai dari kehamilan sampai bayi baru lahir mempunyai

proporsi pelayanan yang sama.

b. Bayi dan Anak, pada masa bayi dan anak mempunyai kebutuhan antara lain:

- ASI Ekslusif, dan penyapihan yang layak

- Tumbuh kembang anak, pemberian makanan dan gizi seimbang

(33)

- Pencegahan dan penanggulangan kekerasan

- Pendidikan dan kesempatan yang sama pada anak laki-laki dan perempuan.

c. Remaja, pada masa remaja juga diketahui beberapa kebutuhan yakni:

- Gizi seimbang

- Informasi tentang kesehatan reproduksi

- Pencegahan kekerasan termasuk seksual

- Pencegahan terhadap ketergantungan NAPZA

- Perkawinan pada usia yang wajar

- Pendidikan dan penigkatan ketrampilan

- Peningkatan penghargaan diri

- Peningkatan pertahanan terhdap godaan dan ancaman.

d. Usia Subur, pada usia subur juga terdapat kebutuhan yaitu:

- Kehamilan dan persalinan yang aman

- Pencegahan kecacatan dan kematian akibat kehamilan pada ibu dan bayi

- Menjaga jarak kelahiran dan jumlah kehamilan dengan penggunaan alat

kontrasepsi (KB)

- Pencegahan terhadap penyakit menular seksual: HIV/AIDS

- Pelayanan kesehatan reproduksi berkualitas

- Pencegahan dan penanggulangan masalah aborsi secara rasional

- Deteksi dini kanker payudara dan kanker leher rahim

- Pencegahan dan menejemen infertilitas

e. Usia Lanjut, pada usia lanjut ini juga sangat memerlukan kebutuhan antara lain:

(34)

- Perhatian pada penyakit utamadegeneratif termasuk rabun, gangguan

mobilitas dan osteoporosis

- Deteksi dini kanker leher rahim dan kanker prostat. (Saroha,2009)

Secara luas, ruang lingkup kesehatan reproduksi meliputi:

1. Kesehatan ibu dan bayi baru lahir.

2. Pencegahan dan penanggulangan Infeksi Saluran Reproduksi (ISR) termasuk

PMS-HIV/AIDS

3. Pencegahan dan penanggulangan komplikasi aborsi

4. kesehatan reproduksi remaja.

5. Pencegahan dan penanganan infertilitas

6. Kanker pada usia lanjut dan osteoporosis.

7. Berbagai aspek kesehatan reproduksi lain, misalnya kanker serviks, mutilasi

genital, fistula, dll.

Kesehatan reproduksi ibu dan bayi baru lahir meliputi perkembangan berbagai organ

reproduksi mulai dari sejak dalm kandungan, bayi, remaja, wanita usia subur,

klimakterium, menopause hingga meninggal. Kondisi kesehatan seorang ibu

hamilmempengaruhi pada kondisi bayi yang dilahirkannya, termasuk didalamnya kondisi

kesehatan organ-organ reproduksi bayinya. Permasalahan kesehatan reproduksi remaja

termasuk pada saat pertama anak perempuan mengalami haid /menarche yang bisa

beresiko timbulnya anemia, perilaku seksual yang mana bila kurang pengetahuan dapat

tertularpenyakit hubungan seksual, termasuk HIV/AIDS. Selain tersebut diatas ICPD juga

menyebutkan bahwa kesehatan reproduksi juga mengimplikasikan seseorang berhak atas

(35)

kemungkinan tertulari penyakit infeksi menular seksual yang bisa berpengaruh pada

fungsi organ reproduksi, dan terbebas dari paksaan. Hubungn seksual dilakukan dengan

memahami sesuai etika dan budaya yang berlaku.

4.5 Dampak dalam Masalah Kesehatan Reproduksi

1. Masalah Reproduksi

- Kesehatan, morbiditas atau gangguan kesehatan dan kematian perempuan

berkaitan dengan kehamilan, termasuk didalamnya masalah gizi dan anemia

dikalangan perempuan, penyebab serta komplikasidari kehamilan, masalah

kemandulan dan ketidak suburan.

- Peranan atau kendali sosial budaya terhadap reproduksi. Maksudnya

bagaimana pandangan masyarakat terhadap kesuburan dan kemandulan, nilai

anak dan kelurga, sikap masyarakat terhadap perempuan hamil.

- Intervensi pemerintah atau negara terhadap masalah reproduksi. Misalnya

antar lain program kelurga berencana, undang-undang yang berkaitan dengan

masalah genetik, dan lain sebagainya.

- Tersedianya pelayanan kesehatan reproduksi dan keluarga berencana, serta

terjangkaunya secara ekonomi oleh kelompok perempuan dan anak-anak.

- Kesehatan bayi dan anak-anak terutama anak berusia dibawah lima tahun.

- Dampak pembangunan ekonomi, industrialisasi dan perubahan linkungan

(36)

2. Masalah Gender dan Seksualitas

- Pengaturan negara terhdap masalah seksualitas; maksudnya adalah peraturan

dan kebijakan negar mengenai masalah pornografi, pelacuran, pendidikan

seksualitas.

- Pengendalian sosial budaya terhadap masalah seksualitas, bagaimana

norma-norma susila yang berlaku tentang perilaku seks, homoseks, poligami dan

perceraian.

- Seksualitas dikalangan remaja

- Status dan peranan perempuan

- Perlindungan terhadap perempuan pekerja

3. Masalah yang berkaitan dengan kehamilan yang tidak dinginkan

- Pembunuhan bayi

- Pengguguran kandungan, terutama yang dilakukan secara tidak aman

- Dampak kehamilan yang tidak diinginkan serta pengguguran kandungan yang

tidak aman

- Kebijakan pemerintah dalam menghadapi hal tersebut.

4. Masalah kekerasan dan perkosaan terhadap perempuan

- Kecenderungan penggunaan kekerasan secara sengaja terhadap perempuan,

perkosaan, serta dampaknya terhadap perempuan

- Norma sosial mengenai kekerasan dalam rumah tangga, serta mengenai

berbagai tindakan kekerasan terhadap perempuan

- Sikap masyarakat mengenai kekerasan dan perkosaan terhadap pelacur.

(37)

5. Masalah penyakit yang ditularkan melalui hubungan seksual

- Masalah penyakit menular seksual lama, seperti sifilis dan gonorrhoe

- Masalah penyakit menular seksualitas yang relatif baruseperti clamydia dan

herpes.

- Masalah HIV/AIDS (Human Immunodeficiency Virus/Acquired

Immunodefecincy syndrome)

- Dampak sosial dan ekonomi dari penyakit menular seksual

- Kebijakan dan program pemerintah dalam penyakit tersebut (termasuk

penyediaan pelayanan kesehatan bagi pelacur/pekerja seks komersial)

- Sikap masyarakat terhadap penyakit menular seksual.

6. Masalah Pelacuran

- Demografi pekerja seks

- Faktor-faktor yang menjadi pendorong pelacuran dan sikap pemerintah

terhadapnya

- Dampaknya tehadap kesehatan reproduksi, baik bagi pelacur itu sendiri

maupun bagi konsumennya dan keluarganya.

7. Masalah sekitar teknologi

- Teknologi reproduksi dengan bantuan (inseminasi buatan dan bayi tabung)

- Pemilihan bayi berdasarkan jenis kelamin (gender fetal screening)

- Penapisan genetik (genetic screening)

- Keterjangkauan dan kesamaan kesempatan

(38)

BAB III

KERANGKA PENELITIAN

A. Kerangka Konsep

Kerangka konsep dalam penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan variabel yang

terdiri atas : pengetahuan dan sikap suami terhadap kesehatan reproduksi meliputi

(defenisi, hak-hak, tujuan, ruang lingkup, dan dampak kesehatan reproduksi) sebagai

berikut :

Skema 1: Kerangka Konsep PENGETAHUAN SUAMI

SIKAP SUAMI

KESEHATAN REPRODUKSI WANITA

- Defenisi kesehatan reproduksi

- Hak-hak kesehatan reproduksi

- Tujuan kesehatan reproduksi

- Ruang lingkup

(39)

B. Definisi Operasional

Defenisi operasional adalah defenisi yang membatasi ruang lingkup atau pengertian

variabel-variabel yang diteliti (Notoadmojo,2003).

Tabel 1.1 Definisi Operasional

No Variabel Defenisi

(40)

2 Sikap suami

sikap yang baik dan

pertanyaan sikap

yang negatif yaitu

sikap yang tidak

Kuesioner 1.21-25 tahun

2.26-30 tahun

3.31-35 tahun

4. 36-40 tahun

5. 41-45 tahun

Interval

4 Pendidikan Jenjang pendidikan

yang dilalui oleh

suami

Kuesioner 1.Pendidikan dasar:

(41)

3.Pendidikan

tinggi: D-I, D-II,

D-III, D-IV, S-I,

S-II, S-III

5 Pekerjaan Kegiatan atau

aktivitas sehari-hari

yang dilakukan oleh

suami

Kuesioner 1.Pns

2.Wiraswasta

3.Bertani

4.Polri

5.Tidak bekerja

Nomina

l

6 Sumber

informasi

Media yang sering

digunakan oleh

suami untuk

memperoleh

informasi tentang

kesehatan

reproduksi wanita

Kuesioner 1.Langsung:

keluarga, teman

dan tenaga

kesehatan

2 Tidak langsung:

media cetak,

media elektronik

dan media papan

Nomina

(42)

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriftif dengan

pendekatan cross sectional yang bertujuan untuk mengidentifikasi gambaran pengetahuan

dan sikap suami terhadap kesehatan reproduksi di Dusun III Desa Tanjung Anom

Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang Tahun 2010.

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh suami yang ada di Dusun III Desa

Tanjung Anom Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang Tahun 2010. Data

yang diperoleh sebanyak 137 orang

2. Sampel

Pengambilan Sampel dalam penelitian ini menggunakan tekhnik Simple

Random Sampling yaitu tekhnik secara acak dengan menggunakan pengundian

nomor. Untuk mencapai sampling ini, setiap elemen diseleksi secara acak. Nama

ditulis pada secarik kertas, diambil secara acak setelah semuanya terkumpul.

Terdapat rumus yang dapat dipergunakan untuk menentukan besar sampel.

(43)

1 + N (d)2

Keterangan: n = Jumlah sampel

N = Jumlah Populasi

d = Tingkat signifikansi (p)

dari rumus diatas didapatkan sampel yang dijadikan responden pada penelitian ini,

yaitu:

n = 137

1 + 137 (0,05)2

= 100,3

Jumlah sampel yang akan diteliti sebanyak 100 suami yang ada di Dusun III Desa

Tanjung Anom Kecamatan Pancur Batu Deli Serdang Tahun 2010

Peneliti menyusun kriteria responden sebagai subjek penelitian antara lain : a)

suami yang mempunyai istri dan berusia 21-45 tahun b) Dapat membaca, menulis

(44)

C. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Dusun III Desa Tanjung Anom Kecamatan Pancur Batu

Kabupaten Deli Serdang Tahun 2010.

D. Pertimbangan Etika Penelitian

Penelitian ini dilakukan setelah peneliti mendapat persetujuan dari institusi

pendidikan yaitu Program Studi D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan USU dan

izin Bapak Kepala Desa Dusun III Tanjung Anom. Dalam penelitian ini terdapat

beberapa hal yang berkaitan dengan permasalahan etik, yaitu : memberikan penjelasan

kepada calon responden tentang tujuan dan prosedur pelaksanaan penelitian. Apabila

calon responden bersedia, maka calon responden dipersilahkan untuk menandatangani

informed consent. Tetapi jika calon responden tidak bersedia, maka calon responden

berhak untuk menolak dan mengundurkan diri. Responden juga berhak mengundurkan

diri selama proses pengumpulan data berlangsung. Kerahasiaan catatan mengenai data

responden dijaga dengan cara tidak menuliskan nama responden pada instrumen

penelitian, tetapi menggunakan inisial. Data-data yang diperoleh dari responden juga

hanya digunakan untuk kepentingan penelitian. untuk mendapatkan mengetahui

pengetahuan dan sikap responden di Dusun III Tanjung anom setelah mengisi kuesioner.

F. Instrumen Penelitian

1. Kuesioner Penelitian

Alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner

(45)

peneliti mengonsultasikan kuesioner kepada pembimbing sehingga responden hanya

memilih jawaban yang telah ada. Alat pengumpulan data ini terdiri dari tiga bagian,

yaitu : bagian pertama instrumen penelitian berisi data demografi, bagian

pengetahuan, dan bagian sikap.

Kuesioner ini berisi pertanyaan untuk mengetahui pengetahuan suami terhadap

pkesehatan reproduksi wanita. Bagian ini terdiri dari 20 pertanyaan. Untuk menilai

pengetahuan suami, dilakukan penyekoran dengan jawaban benar diberi nilai 1 (satu)

dan jawaban yang salah diberi nilai 0 (nol).

Untuk mendapatkan kriteria digunakan perhitungan berikut: a) Menentukan skor

terbesar dan terkecil. Skor terbesar : 20. Skor terkecil : 0; b) Menentukan nilai rentang

(R). Rentang = skor terbesar – skor terkecil = 60-20 = 30; c) Menentukan nilai

panjang kelas (i). Panjang kelas (i) =

kelas banyaknya

R g ntan ( ) Re

= 40/2 = 20 d) Menentukan

skor kategori: i) Kurang = 0 + 6,6 = 6,6 (Dari jumlah pertanyaan, responden

hanya benar menjawab 0-6 pertanyaan); ii) Cukup = 6,7 + 6,6 = 13,3 (Dari jumlah

pertanyaan, responden hanya benar menjawab 7-13 pertanyaan); iii) Baik = 13,4 +

6,6 = 20 (Dari jumlah pertanyaan, responden hanya benar menjawab 14-20

pertanyaan)

Bagian ketiga instrumen juga dibuat sendiri oleh peneliti berdasarkan tinjauan

pustaka. Kuesioner ini berisi pernyataan untuk mengetahui sikap suami terhadap

kesehatan reproduksi wanita Bagian ini terdiri dari 20 pernyataan. Untuk menilai

(46)

likert yang menggunakan empat kategori untuk setiap pernyataan positif, alternatif

jawaban : sangat setuju (SS) skornya 4 (empat), setuju (S) skornya 3 (tiga), tidak

setuju (TS) skornya 2 (dua), sangat tidak setuju skornya 1 (satu). Dan untuk

pertanyaan negatif, alternatif jawaban : sangat setuju (SS) skornya 1 (satu), setuju (S)

skornya 2 (dua), tidak setuju (TS) skornya 3 (tiga), dan sangat tidak setuju (STS)

skornya 4 (empat).

Untuk mandapatkan kriteria digunakan perhitungan berikut : a) Menentukan skor

terbesar dan terkecil. Skor terbesar : 60. Skor terkecil : 10; b) Menentukan nilai

rentang (R). Rentang = skor terbesar–skor terkecil = 40-10 = 30; c) Menentukan nilai

panjang kelas (i). Panjang kelas (i) =

kelas banyaknya

R g ntan ( ) Re

=

2 30

= 15; d) Menentukan

skor kategori: i) Positif : jika responden memiliki skor > 15; ii) Negatif : jika

responden memiliki skor < 15

2. Validitas dan Reliabilitas Instrumen

a. Uji Validitas

Uji validitas, dimaksudkan agar pertanyaan yang termuat dalam kuesioner

bisa mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh instrumen atau kuesioner

tersebut. Content validity index sudah dilakukan dengan dr. M. Fahdy, SpOG.

(47)

b. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas dimaksudkan untuk mengukur tingkat kestabilan atau

kekonsistenan jawaban yang diberikan reponden atas pertanyaan dari kuesioner.

Uji validitas dilakukan pada 10 suami yang mempunyai kriteria sama dengan

responden di Jln. Tanah tinggi Binjai dilakukan pada bulan Februari 2010. Lalu

data diolah menggunakan komputerisasi dengan cara analyze kemudian scale

setelah itu reliability statistic untuk mencari nilai koefisien alpha cronbach

sebesar 0,7

G. Prosedur Pengumpulan Data

Prosedur yang dilakukan dalam pengumpulan data penelitian ini yaitu:

mendapatkan surat permohonan izin pelaksanaan penelitian dari Program D-IV Bidan

Pendidik, kemudian mengajukan permohonan izin melaksanakan penelitian kepada

Kepala Dusun III Desa Tanjung Anom Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli

Serdang Tahun 2010, setelah mendapatkan persetujuan maka peneliti melakukan

penyebaran kuesioner dengan cara mendatangi rumah responden setelah itu

menyatakan persetujuan responden menjadi responden secara sukarela jika calon

responden bersedia maka diminta untuk menandatangani lembar persetujuan

(informed consent). Menjelaskan cara pengisian kuesioner kepada responden dan

selanjutnya dipersilahkan untuk mengisi lembar kuesioner dengan jujur dan agar

(48)

Peneliti mendampingi responden dalam pengisian untuk menjelaskan apabila

ada pertanyaan yang kurang jelas dalam pengisian kuesioner. Setelah kuesioner diisi,

dikumpulkan kembali oleh peneliti dan diperiksa kelengkapannya sehingga data yang

diperoleh terpenuhi, kemudian dianalisis oleh peneliti.

H. Analisis Data

Analisa data dilakukan dengan menggunakan komputerisasi, dengan cara : 1) data

dimasukkan ke variabel data memasukkan nomor responden, umur, pendidikan, paritas,

sumber informasi, skor pengetahuan, skor sikap, kategori pengetahuan, dan kategori

sikap; 2) setelah itu masukkan hasil data ke data view sesuai dengan variabel

masing-masing; 3) setelah itu di analyze; 4) descriptif statistic; 5) serta hasil data yang sudah

diolah dimasukkan ke dalam bentuk tabel distribusi dan frekuensi yaitu dalam

karakteristik (umur, pendidikan, paritas dan sumber informasi), skor pengetahuan, skor

sikap, kategori pengetahuan dan kategori sikap. Kemudian data dimasukkan ke dalam bab

(49)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Pada bab ini diuraikan hasil penelitian dan pembahasan penelitian mengenai

Pengetahuan dan Sikap Suami Terhadap Kesehatan Reproduksi Wanita di Dusun III

Desa Tanjung Anom Kabupaten Deli Serdang tahun 2010. Penelitian ini telah

dilaksanakan mulai Januari sampai dengan April 2010 di Dusun III tanjung Anom

dengan jumlah responden sebanyak 100 orang.

Untuk mengidentifikasi pengetahuan dan sikap suami terhadap kesehatan

reproduksi wanita di Dusun III Desa Tanjung Anom Kecamatan Pancur Batu

Kabupaten Deli Serdang Tahun 2010, peneliti menggunakan kuesioner yang

berisikan 20 pertanyaan pengetahuan dan 10 pernyataan sikap. Berikut ini akan

dijabarkan mengenai hasil penelitian tersebut yaitu karakteristik responden,

pengetahuan dan sikap suami terhadap kesehatan reproduksi wanita di Dusun III

Desa Tanjung Anom Kab. Deli Serdang Tahun 2010.

1. Karakteristik responden

Pada penelitian ini karakteristik responden mencakup umur, pendidikan,

(50)

Tabel 5.1

Distribusi Responden Berdasarkan Karakteristik Suami Terhadap Kesehatan Reproduksi Wanita di Dusun III Kec. Pancur Batu

Kab. Deli serdangTahun 2010 (n = 100)

(51)

2.

Berdasarkan tabel di atas diketahui berumur 26-30 tahun merupakan responden

terbanyak yaitu 29 orang (29 %), pendidikan terbanyak tamatan SMP yaitu 35 orang

(35 %), pekerjaan terbanyak yaitu mayoritas bertani sebanyak 66 orang (66 %)

sumber informasi yang didapat suami mengenai kesehatan terbanyak berasal dari

tidak langsung seperti media cetak, media elektronik dan media papan (billboard di

jalan yang memuat tentang kesehatan reproduksi wanita) yaitu sebanyak 61 orang (61

%).

2. Pengetahuan Responden

Pengetahuan (Knowledge) merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang

melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui

panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan

(52)

Tabel 5.2

Distribusi Responden Berdasarkan Pertanyaan Pengetahuan Suami Terhadap Kesehatan Reproduksi Wanita di Dusun III Kec. Pancur Batu

Kab. Deli Serdang Tahun 2010 (n = 100)

No Pertanyaan Pilihan Jawaban

Benar Salah

F % F %

1 Definisi kesehatan reproduksi wanita 88 88% 12 12%

2 Informasi kesehatan reproduksi wanita 89 89% 11 11%

3 Hak kesehatan reproduksi wanita 87 87% 13 13%

4 Hak menentukan jumlah anak 84 84% 16 16%

5 Bebas dari penganiayaan dan perlakuan buruk 73 73% 27 27%

6 Hak kebebasan berkumpul 80 80% 20 20%

7 Memberi pelayanan kesehatan reproduksi 80 80% 20 20%

8 Perempuan tidak berhak mendapat informasi 81 81% 19 19%

9 Pelayan kesehatn reproduksi yang konfrehensif 78 78% 22 22%

10 Meningkatkan kemandirian perempuan 87 87% 13 13%

11 Meningkatkan peran dan tanggung jawab sosial 57 57% 43 43%

12 Tujuan utama kesehatan reproduksi 55 55% 45 45%

13 Dukungan laki-laki dalam membuat keputusan 68 68% 32 32%

(53)

15 Pencegan kecacatan dan kematian 77 77% 23 23%

16 Kanker pada usia lanjut 80 80% 20 20%

17 Pengengendalian sosial budaya 80 80% 20 20%

18 Pengguguran kandungan 77 77% 23 23%

19 HIV/AIDS 71 71% 29 29%

20 Masalah kesehatan reproduksi wanita 73 73% 27 27%

Berdasarkan hasil pilihan jawaban pengetahuan suami, didapati bahwa suami

yang banyak menjawab pertanyaan yang benar pada pertanyaan nomor 2 ada 89

orang (89 %), didapat bahwa suami yang sedikit menjawab pertanyaan yang benar

pada pertanyaan nomor 12 ada 55 orang (55 %). Sedangkan suami yang banyak

menjawab salah pada pertanyaan nomor 12 ada 45 orang (45 %), didapati bahwa

suami yang sedikit menjawab salah pertanyaan nomor 2 ada 11 orang (11 %).

Tabel 5.3

Distribusi responden berdasarkan Pengetahuan suami Terhadap Kesehatan Reproduksi Wanita di Dusun III Desa Tanjung Anom Kec. Pancur Batu

Kab. Deli Serdang Tahun 2010 (n = 100)

Variabel Frekuensi Persentase (%)

Kurang 2 2

Cukup 11 11

Baik 87 87

(54)

Berdasarkan tabel 5.3 di atas menyatakan pengetahuan responden sebagian

mayoritas menunjukkan berpengetahuan baik tentang kesehatan reproduksi wanita

yaitu sebanyak 87 orang (87 %).

3. Sikap Responden

Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu

stimulus atau objek. Sikap secara nyata menunjukkan adanya kesesuaian reaksi

terhadap stimulus tertentu.

Tabel 5.4

Distribusi Responden Berdasarkan Pernyataan Sikap Terhadap Kesehatan Reproduksi Wanita di Dusun III Tanjung Anom

Kab. Deli SerdangTahun 2010 (n = 100)

NO Pertanyaan Pilihan Jawaban

Sangat Setuju

Setuju Tidak Setuju

Sangat Tidak Setuju

F % F % F % F %

1 Kesehatan reproduksi tidak semata-mata bebas dari penyakit akan tetapi juga suatu keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial.

37 37% 46 46% 16 16% 1 1%

2 Hubungan suami istri didasari penghargaan terhadap pasangan masing-masing sehingga dapat

(55)

kesejahteraan

6 Kesehatan reproduksi seutuhnya adalah

(56)

wanita 9 Suami tidak

dianjurkan

menggunakan alat kontrasepsi karena suami memiliki kedudukan yang lebih tinggi daripada istri

10 10% 19 19% 43 43% 28 28%

10 Pembunuhan bayi dapat dilakukan Karena itu adalah hal yang wajar

13 13% 10 10% 46 46% 31 31%

Berdasarkan hasil pilihan jawaban sikap suami, didapati bahwa suami yang banyak

menjawab pertanyaan sangat setuju pada nomor 5 ada 47 orang (47%), didapat bahwa

suami yang paling sedikit menjawab pertanyaan sangat tidak setuju pada nomor 8 ada 7

orang (7%), didapat bahwa suami yang paling banyak menjawab pertanyaan setuju pada

nomor 4 ada 53 orang (53%), didapat bahwa suami paling sedikit menjawab pertanyaan

setuju pada nomor 6 ada 1 orang (1%), didapat bahwa suami yang paling banyak

menjawab pertanyaan tidak setuju pada nomor 6 ada 59 orang (59 %), didapat bahwa

suami yang paling sedikit menjawab pertanyaan tidak setuju tidak setuju pada nomor 5

ada 4 orang (4 %), didapat bahwa suami yang paling banyak menjawab pertanyaan sangat

tidak setuju pada nomor 8 ada 46 orang (46%), didapat bahwa suami yang paling sedikit

(57)

Tabel 5.5

Distribusi Responden Berdasarkan Sikap Suami tentang Kesehatan Reproduksi Wanita di Dusun III Desa Tanjung Anom Kec. Pancur Batu

Kab. Deli Serdang Tahun 2010 (n = 100)

Variabel Frekuensi Persentase (%)

Positif 100 100

Negatif - -

Total 100 100

Berdasarkan tabel 5.5 di atas menyatakan sikap responden mayoritas bersikap

positif tentang kesehatan reproduksi wanita sebanyak 100 orang (100%).

B. Pembahasan

1. Pengetahuan suami tentang kesehatan reproduksi wanita

Berdasarkan hasil penelitian diketahui pada tabel 5.3 dapat dilihat bahwa dari 100

responden yang diteliti ditemukan responden berpengetahuan baik tentang kesehatan

reproduksi wanita sebanyak 87 orang (87 %) dan minoritas responden

berpengetahuan kurang tentang kesehatan reproduksi wanita sebanyak 2 orang (2 %).

(58)

Pada tabel 5.1 dapat dilihat bahwa dari 100 responden yang diteliti, ditemukan

mayoritas responden berumur 26-30 tahun sebanyak 29 orang (29%) dan minoritas

responden yang berumur 41-45 tahun sebanyak 10 orang (10%). Sesuai pendapat

Hurlock (2002), bahwa usia dewasa (20-40 tahun) merupakan masa dimana seseorang

secara maksimal mencapai prestasi yang memuaskan, pada usia tengah (41-60 tahun)

adalah usia tidak peroduktif memang lebih aktif mencari dan mendapatkan informasi

dibandingkan dengan usia yang tidak produktif lagi.

Pada tingkat pendidikan juga ditemukan responden mayoritas berpendidikan

sekolah menengah sebanyak 35 orang (35 %), dan minoritas responden berpendidikan

dari perguruan tinggi sebanyak 6 orang (6 %). Sesuai pendapat Notoadmodjo (2003)

yang mengatakan bahwa, pendidikan mempunyai peranan penting dalam menentukan

kualitas manusia. Tingkat pendidikan masyarakat dikaitkan dengan kemampuan

dalam menyerap dan menerima informasi dalam bidang kesehatan dan keluarga. Hal

ini bertujuan melihat bahwa semakin tinggi pendidikan yang dimiliki responden,

maka semakin mudah dan berwawasan luas mengetahui tentang kesehatan reproduksi

wanita.

Pada pekerjaan juga ditemukan mayoritas responden yaitu bertani sebanyak 66

orang (66 %), sesuai pendapat Notoadmodjo (2003) dikatakan bahwa, terdapat

kecenderungan pengetahuan dari suami yang berpenghasilan kurang.

Bila dilihat dari sumber informasi yang didapat responden tentang kesehatan

reproduksi bahwa mayoritas responden mendapat secara tidak langsung seperti media

(59)

(billbord) sebanyak 61 orang (61%), dan minoritas responden mendapatkan sumber

informasi secara langsung (kelurga, tenaga kesehatan seperti: bidan, perawat dan

dokter) sebanyak 39 orang (39%). Sesuai BKKBN (2000) bahwa penggunaan media

elektronik (radio/televisi) sebagai promosi menjadi salah satu faktor penyebab. Media

televisi atau radio merupakan media yang paling mudah diakses masyarakat. Banyak

faktor yang menyebabkan informasi tentang kesehatan reproduksi tidak banyak

diketahui oleh responden diantaranya kurangnya komunikasi dan informasi.

Sesuai pendapat Notoadmodjo (2003), menyatakan bahwa, isi stimulasi yang

dikeluarkan sumber (komunikator) kepada penerima (komunikan). Isi stimulasi

berupa peran atau informasi yang dikeluarkan oleh komunikator, tetapi diharapkan

agar direspon secara positif untuk aktif melakukan sesuatu hal berupa perilaku atau

tindakan.

Petugas kesehatan tidak mengetahui tentang keuntungan kesehatan reproduksi

bagi wanita. Petugas kesehatan perlu meningkatkan informasi kepada responden

dalam pelaksanaan serta banyaknya manfat kesehatan reproduksi bagi wanita.

Petugas kesehatan masih kurang mengikuti seminar-seminar, baik yang dilakukan

oleh organisasi maupun yang oleh pemerintah.

2. Sikap responden tentang kesehatan reproduksi wanita

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa seluruh suami/responden di Dusun

III Desa Tanjung Anom Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang Tahun

(60)

(100%). Sikap positif ini disebabkan oleh pengetahuan responden yang seluruhnya

dengan latar belakang memiliki pendidikan yang baik.

Menurut Azwar (2007) dengan berkembangnya intelegensi bertambahnya

pengalaman sejalan dengan bertambahnya usia maka ada hal yang tadinya dianggap

sejenis sekarang dipandang tersendiri lepas dari jenisnya terdapatnya objek tersebut

dapat sikap tersendiri pula.

Howard Kenle mengemukakan bahwa sikap merupakan kecenderungan untuk

mendekati atau menjauhi atau melakukan sesuatu baik secara positif maupun negatif

terhadap suatu lembaga, peristiwa, gagasan, atau konsep dan menurut peneliti

pengetahuan seseorang bisa mempengaruhi sikap.

(61)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan menjawab penelitian

Dari hasil penelitian pengetahuan dan sikap suami terhadap kesehatan reproduksi

wanita di Dusun III Desa Tanjung Anom tahun 2010. Maka dapat ditarik kesimpulan

sebagai berikut :

1. Mayoritas responden dari segi karakteristik tentang kesehatan reproduksi wanita

bahwa berdasarkan umur sebagian besar responden 29 orang (29%) pada rentang

usia 26-30 tahun. Sedangkan berdasarkan pendidikan, sebagian besar responden

35 orang (35%) responden berpendidikan sekolah menengah. Dan sebagian besar

responden bertani sebanyak 66 orang (66%). Serta sebagian besar mendapatkan

informasi secara tidak langsung sebanyak 61 orang (61%).

2. Mayoritas responden dari segi pengetahuan tentang kesehatan reproduksi,

sebagian besar responden memiliki pengetahuan baik sebanyak 87 orang (87%).

3. Mayoritas responden dari segi sikap tentang kesehatan reproduksi, Tabel 5.3

menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki sikap positif sebanyak 93

(62)

B. Saran menjawab penelitian

Adapun saran pada penelitian ini yaitu:

1. Untuk masyarakat (khususnya responden/ suami)

Masyarakat khususnya para responden yang mempunyai istri agar lebih aktif

dalam mencari informasi tentang kesehatan reproduksi wanita sehingga responden

yang masih memiliki pengetahuan kurang dapat lebih meningkatkan

pengetahuannya.

2. Tenaga kesehatan

Diharapkan tenaga kesehatan lebih meningkatkan pemahaman dan informasi

mengenai kesehatan reproduksi wanita melalui penyuluhan-penyuluhan yang

dilakukan di seluruh wilayah kerja seperti menggalakkan program suami siaga

sehingga suami yang mempunyai istri memiliki pengetahuan dan pemahaman

tentang kesehatan reproduksi wanita dan mau menerapkannya dalam kehidupan

sehari-hari..

3. Peneliti lanjut

Peneliti lainnya dapat melanjutkan secara lebih spesifik dari sisi korelasi, agar

dapat dilihat adakah hubungan antara pengetahuan dan sikap suami terhadap

(63)

DAFTAR PUSTAKA

Sihite Romany, 2007. Perempuan, Kesehatan, & Keadilan. Jakarta: PT. Raja

Grafindo Persada.

Manurung Ria, 2002. Kekerasan Terhadap Perempuan Pada Masyarakat

Multietnik. Yogyakarta: Pusat Study Kependudukan Dan Kebijakan UGM

Darwin Muhadjir dan Tukiran, 2001. Menggugat Budaya Patriarkhi. Yogyakarta:

Kerja sama Pusat Penelitian Kependudukan Universitas Gadjah Mada dengan

Ford Foundation.

Widyastuti Yani, dkk, 2009. Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta: Fitramaya

Pinem Saroha, 2009. Kesehatan Reproduksi dan Kontrasepsi. Jakarta: Trans Info

Media.

Llewellyn Derek, Jones. 2000. Setiap Wanita. Jakarta: Pustaka Delapratasa

Nadesul Hendrawan, dr. 2007. Buku Calon Pengantin dan Keluarga Muda. Jakarta:

Kompas.

Sastroasmoro Sudigdo, dkk. 2008. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis.

Jakarta: Sangung Seto

Sarwono Jonathan, 2006. Metode Penelitian Kuntitatif dan Kualitatif. Yogyakarta:

(64)

Notoadmojo Soekidjo, 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka

Cipta.

Arikunto Suharsimi, 2006. Prosedur Penelitian. Jarkarta: Rineka cipta

Nursalam, 2008. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan.

Edisi 2, Jakarta: Salemba Medika

Poerwadarminta, 1976. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka

Harahap Juliandi, 2003. Kesehatan Reproduksi. berkarya.

Wordpress.com//

Habsari Ririn, 2006. Menguak Misteri Dibalik Kesakitan Perempuan. Dibuka pada

situs

. Di peroleh 19 oktober 2009

Savitri Nita, 2003. Memasyarakatkan Kesehatan Reproduksi Wanita. Dibuka pada

situs

(65)

KUESIONER PENELITIAN

PENGETAHUAN DAN SIKAP SUAMI TERHADAP KESEHATAN REPRODUKSI WANITA DI DUSUN III DESA TANJUNG ANOM KECAMATAN PANCUR BATU

KABUPATEN DELI SERDANGTAHUN 2010

A. PENGETAHUAN

Pilihlah salah satu jawaban yang anda anggap paling benar dan berilah tanda

silang ( x ) pada salah satu jawaban tersebut.

Petunjuk

1. Kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan sejahtera fisik, mental, & social secara

utuh, tidak semata-mata bebas dari suatu penyakit atau kecacatan dalam hal yang

berkaitan dengan system reproduksi, serta fungsi dan prosesnya

a. Benar b. Salah

2. Mendapatkan informasi dan pendidikan kesehatan reproduksi merupakan hak

reproduksi wanita

a. Benar b. Salah

3. Wanita berhak mendapatkan pelayanan dan perlindungan kesehatan reproduksi.

a. Benar b. Salah

4. Seorang ibu tidak berhak menentukan jumlah dan jarak anak yang diinginkannya.

a. Benar b. Salah

5. Bebas dari penganiayaan dan berkelakuan buruk termasuk perlindungan dari

perkosaan, kekerasan, penyiksaan, dan pelecehan seksual merupakan hak reproduksi

wanita

Gambar

Tabel 1.1 Definisi Operasional
Tabel 5.1
Tabel 5.2
Tabel 5.3
+3

Referensi

Dokumen terkait

Taggart, maka pelaksanaan tindakan pembelajaran menggunakan model Cooperative learning tipe Numbered heads Together pada siswa kelas V SDN Ngablak 02 akan dilaksanakan dalam 2

Oleh karena itu, zeolit K-F hasil sintesis dengan penambahan KCl 2,5 M kemudian dikarakterisasi menggunakan SEM untuk mengetahui morfologi yang terbentuk,

Walau terkesan sederhana, aplikasi toko online ini dapat berguna untuk pemakainya yaitu para pengguna Internet, khususnya pengusaha yang ingin memperluas jangkauan bisnisnya

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tentang Urusan Pemerintahan Bidang

[r]

Toyota Motor Manufacturing Indonesia, melalui penelitian yang berjudul “ Hubungan Antara Organizational Climate Dengan Work Engagement Pada Operator CEVD. (Component Export

Dari hasil penelitian yang telah peneliti lakukan baik di SD Insan Terpadu Sumberanyar dan MI Raudlatul Munadhirin pandean dapat disimpulkan bahwa ada beberapa persamaan dan

Ia ingin segera mengajak para monyet lain untuk pindah dari Pulau Kulisusu ke Pulau Buah supaya para monyet tidak lagi tinggal bersama burung sarere dan bangau.. Karoa sudah

Sesuai indikator pada materi permainan bola kecil khususnya hoki bagi kelas X, disebutkan bahwa siswa dapat mempraktikkan teknik dasar permainan tradisonal hokcungpit dan