PENGETAHUAN DAN SIKAP SUAMI TERHADAP KESEHATAN
REPRODUKSI WANITA DI DUSUN III DESA TANJUNG
ANOM KECAMATAN PANCUR BATU KABUPATEN
DELI SERDANG TAHUN 2010
DISUSUN OLEH:
NIM: 095102064 EKA SIAHAAN
KARYA TULIS ILMIAH
PROGAM D-IV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
PROGRAM D-IV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Karya Tulis Ilmiah, JUNI 2010
Eka Siahaan
Pengetahuan dan Sikap Suami Terhadap Kesehatan Reproduksi Wanita di Dusun III Desa
Tanjung Anom Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang
Tahun 2010
ix + 49 hal + 6 tabel + 1 skema + 8 lampiran
Abstrak
Kesehatan reproduksi adalah kesejahteraan fisik, mental, yang utuh dan bukan hanya karena tidak adanya penyakit atau kelemahan dalam segala hal yang berhubungan dengan sistem reproduksi dan fungsi serta prosesnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pengetahuan dan sikap suami terhadap kesehatan reproduksi wanita di Dusun III Desa Tanjung Anom Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang Tahun 2010. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif dengan besar sampel sebanyak 100 orang dengan metode pengambilan sampel simple random
sampling. Penelitian dilakukan pada bulan Januari 2010 sampai Juni 2010. Instrumen
dalam penelitian ini berupa kuesioner yang meliputi data demografi, pertanyaan pengetahuan dan penyataan sikap tentang Kesehatan reproduksi wanita. Hasil penelitian menunjukkan mayoritas dari segi demografi yaitu berdasarkan umur 26-30 tahun sebanyak 29 orang (29%), berdasarkan pendidikan yaitu mayoritas SMP sebanyak 35 orang (35%), berdasarkan pekerjaan sebanyak 66 orang (66%), berdasarkan sumber informasi secara tidak langsung sebanyak 61 orang (61%). Dari segi pengetahuan responden berpengetahuan baik sebanyak 87 orang (87%), dan dari segi sikap responden bersikap positif sebanyak 100 orang (100%). Diharapkan tenaga kesehatan lebih meningkatkan penyuluhan-penyuluhan yang dilakukan di seluruh wilayah kerjanya sehingga suami memiliki pengetahuan dan pemahaman tentang kesehatan reproduksi wanita sehingga suami mau melakukannya dalam kehidupannya.
Kata Kunci : Pengetahuan, Sikap, Kesehatan Reproduksi Wanita
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur peneliti ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
memberikan berkat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis
Ilmiah ini dengan judul “Pengetahuan Dan Sikap Suami Terhadap Kesehatan Reproduksi
Wanita Dusun III Desa Tanjung Anom Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang
Tahun 2010” yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan
pendidikan pada Program Studi D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas
Sumatera Utara.
Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini penulis mendapatkan bimbingan,
masukan dan arahan dari berbagai pihak, sehingga penulis dapat membuat Karya Tulis
Ilmiah ini tepat pada waktunya.
Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapakan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada:
1. dr. Dedi Ardinata,M.Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas
Sumatera Utara
2. dr. Murniati Manik, MSc, SpKK selaku ketua program studi D-IV Bidan Pendidik
Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara
3. Ibu Dina Indarsita,M.Kes selaku pembimbing yang telah memberikan bimbingan
4. Seluruh dosen, staf dan pegawai administrasi Program Studi D-IV Bidan Pendidik
Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara
5. Bapak Marsono selaku Kepala Desa Tanjung Anom yang telah memberikan
kesempatan kepada penulis dalam melakukan penelitian.
6. Kedua orang tuaku (W. Siahaan dan B. Marpaung ) dan adik-adikku yang telah
banyak membantu baik moril maupun materil, memberikan dorongan dan
semangat serta do’a yang tiada henti-hentinya kepada penulis dalam membuat
Karya Tulis Ilmiah ini.
7. Teman-teman Program Studi D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan
Universitas Sumatera Utara yang telah memberi dukungan dan masukan kepada
penulis
8. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah
memberikan bantuan dan dukungan pada penulis dalam penyusunan Proposal
Karya Tulis Ilmiah ini.
Penulis menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini Masih terdapat kekurangan,
untuk itu masukan dan saran yang membangun sangatlah diharapkan demi perbaikan
dimasa yang akan datang. Akhirnya hanya kepada TYME penulis berserah diri, semoga
penelitian ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Medan, Desember 2010
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... iii
DAFTAR SKEMA ... DAFTAR TABEL ... DAFTAR LAMPIRAN ... BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang Masalah ... 1
1.2 Perumusan Masalah ... 5
1.3 Tujuan Penelitian ... 5
1.3.1 Tujuan Umum ... 5
1.3.2 Tujuan Khusus ... 5
1.4 Manfaat Penelitian ... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 7
1. Pengetahuan ... 7
1.1 Defenisi Pengetahuan ... ... 7
1.2 Tingkat Pengetahuan ... 8
1.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi ... 9
2. Sikap ... 11
2.2 Komponen Pokok Sikap ... 11
2.3 Berbagai Tingkatan Sikap... 11
3. Suami ... 12
4. Kesehatan Reproduksi ... 12
4.1 Defenisi Kesehatan Reproduksi ... 12
4.2 Hak-Hak Reproduksi Wanita ... 14
4.3 Tujuan Kesehatan Reproduksi ... 16
4.4 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kesehatan Reproduksi ... 17
4.5 Menilai Derajat Kesehatan Reproduksi ... 18
4.5 Hak Reproduksi Dan Kesehatan Reproduksi Di Kaitkan Dengan Isu Gender ... 19
4.7 Masalah Kesehatan Reproduksi ... 21
BAB III KERANGKA PENELITIAN ... 23
A. Kerangka Konsep ... 23
B. Defenisi Operasional ... 24
BAB IV METODE PENELITIAN ... 28
A. Desain Penelitian ... 28
B. Populasi dan Sampel ... 28
C. Tempat Penelitian ... 29
D. Waktu Penelitian ... 29
E. Etika Penelitian ... 29
G. Prosedur Pengumpulan Data ... 32
H. Analisa Data ... 34
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ... 36
A. Hasil Penelitian ... 36
B. Pembahasan ... 44
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 48
A. Kesimpulan Menjawab Penelitian... 48
B. Saran Menjawab Penelitian ... 49
DAFTAR PUSTAKA ...
DAFTAR SKEMA
Halaman
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1.1 : Defenisi Operasional………27
Tabel 5.1 : Distribusi Responden Berdasarakan Karakteristik...37
Tabel 5.2 : Distribusi Responden Berdasarkan Petanyaan Pengetahuan...39
Tabel 5.3 : Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan...40
Tabel 5.4 : Distribusi Responden Berdasarkan Pertanyaan Sikap...41
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Lembar Informed Consent
Lampiran 2 : Lembar Kuesioner
Lampiran 3 : Lembar konsul
Lampiran 4 : Master Tabel
PROGRAM D-IV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Karya Tulis Ilmiah, JUNI 2010
Eka Siahaan
Pengetahuan dan Sikap Suami Terhadap Kesehatan Reproduksi Wanita di Dusun III Desa
Tanjung Anom Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang
Tahun 2010
ix + 49 hal + 6 tabel + 1 skema + 8 lampiran
Abstrak
Kesehatan reproduksi adalah kesejahteraan fisik, mental, yang utuh dan bukan hanya karena tidak adanya penyakit atau kelemahan dalam segala hal yang berhubungan dengan sistem reproduksi dan fungsi serta prosesnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pengetahuan dan sikap suami terhadap kesehatan reproduksi wanita di Dusun III Desa Tanjung Anom Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang Tahun 2010. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif dengan besar sampel sebanyak 100 orang dengan metode pengambilan sampel simple random
sampling. Penelitian dilakukan pada bulan Januari 2010 sampai Juni 2010. Instrumen
dalam penelitian ini berupa kuesioner yang meliputi data demografi, pertanyaan pengetahuan dan penyataan sikap tentang Kesehatan reproduksi wanita. Hasil penelitian menunjukkan mayoritas dari segi demografi yaitu berdasarkan umur 26-30 tahun sebanyak 29 orang (29%), berdasarkan pendidikan yaitu mayoritas SMP sebanyak 35 orang (35%), berdasarkan pekerjaan sebanyak 66 orang (66%), berdasarkan sumber informasi secara tidak langsung sebanyak 61 orang (61%). Dari segi pengetahuan responden berpengetahuan baik sebanyak 87 orang (87%), dan dari segi sikap responden bersikap positif sebanyak 100 orang (100%). Diharapkan tenaga kesehatan lebih meningkatkan penyuluhan-penyuluhan yang dilakukan di seluruh wilayah kerjanya sehingga suami memiliki pengetahuan dan pemahaman tentang kesehatan reproduksi wanita sehingga suami mau melakukannya dalam kehidupannya.
Kata Kunci : Pengetahuan, Sikap, Kesehatan Reproduksi Wanita
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Bahwasanya secara normatif wanita mempunyai hak dan kewajiban serta
kesempatan yang sama dengan pria dalam segala bidang kehidupan dan bidang
pembangunan seperti yang tercantum dalam GBHN, tetapi secara faktual persamaan
tersebut saat ini belum terwujud, diantaranya di bidang kesehatan. Masih banyak
wanita yang mengalami diskriminasi dalam bidang kesehatan, umpamanya:
pembedaan pemberian makanan bergizi pada anak laki-laki dan wanita, akses
informasi, dan akses pelayanan kesehatan dan sebagainya.
Untuk menghilangkan hambatan-hambatan ini salah satu usaha pemerintah
berusaha untuk meningkatkan pelayanan terhadap wanita usia produktif dengan
menyediakan puskesmas dan rumah sakit dengan berbagai fasilitasnya. Tingginya
angka kematian ibu penyebab utamanya adalah perdarahan, infeksi, dan toksemia dan
penyebab tak langsung adalah kemiskinan, tradisi sosial budaya, status gizi yang tidak
memadai, dan kurangnya akses pemanfaatan dan fasilitas kesehatan serta rendahnya
status wanita. Masalah kesehatan reproduksi wanita ini tidak terlepas dari faktor
usaha-usaha yang lebih sederhana, lebih mudah terjangkau, lebih sesuai dengan kondisi
sosial ekonomi dan budaya setempat, dan juga mengikut sertakan masyarakat secara
umum dan terpadu.
Hal yang lebih penting dalam memasyarakatkan kesehatan reproduksi ini adalah
kesadaran dan motivasi masyarakat sendiri (terutama pihak wanita) yang menjaga
kesehatan reproduksinya. Artinya hal ini membawa pemikiran baru untuk
mengefektifkan serta mengintensifkan pelaksanaan berdasarkan kesadaran
masyarakat dan kebutuhannya sendiri. Terobosan dan strategi bagaimana
memasyarakatkan program kesehatan reproduksi khususnya reproduksi wanita tanpa
arahan atau paksaan
Kesehatan reproduksi adalah kesejahteraan fisik, mental dan sosial yang utuh dan
bukan hanya tidak adanya penyakit atau kelemahan, dalam segala hal yang
berhubungan dengan sistem reproduksi dan fungsi-fungsinya serta proses-prosesnya.
Oleh karena itu, kesehatan reproduksi berarti orang dapat mempunyai kehidupan seks
yang memuaskan dan aman, dan bahwa mereka memiliki kemampuan untuk
bereproduksi dan kebebasan untuk menentukan apakah mereka ingin melakukannya,
bilamana dan seberapa seringkah.(Juliandi,2003)
Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia saat ini masih merupakan yang tertinggi
dibandingkan dengan AKI di Negara-negara ASEAN lainnya. Menurut statistik tahun
2006, Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia 225/100.000 kelahiran hidup. Nomor
Sedangkan AKI di Sumatera utara pada tahun 2006 adalah 320/100.000 KH, Tahun
2006 adalah 315/100.000 dan tahun 2007 adalah 275/100.000 (Dinkes Propsu, 2008).
Menurut Depkes (2001) dari kesepakatan internasional tersebut setiap orang
terutama wanita berhak untuk mengatur jumlah keluarganya termasuk mendapatkan
penjelasan yang lengkap untuk mendapatkan pelayanan kesehatan reproduksi lainnya
seperti pelayanan antenatal, persalinan, nifas, pelayanan BBL, hingga menopause.
(Yesi Azwar,2005)
Menurut Suprihastusti (2000), 97% pengguna kontrasepsi adalah perempuan
sehingga banyak perempuan yang mengalami gangguan akibat efek samping dari alat
kontrasepsi. Di samping itu adanya pola fikir bahwa hamil, melahirkan adalah kodrat
perempuan, maka perempuanlah yang harus menggunakan kontrasepsi. Itu membuat
semakin rendahnya partisipasi pria, pria yang jumlahnya 50% dari penduduk dunia
hanya kurang dari 1/3 nya pengguna kontrasepsi.
Berdasarkan hasil prasurvei BKKBN Oktober 2009 di Sumatera Utara, jumlah
pasangan yang aktif pada Mei 2009 sebanyak 1.266.071 peserta KB, yakni peserta
KB IUD 2.488, Metode Operasi Wanita sebanyak 920 peserta, Metode Operasi Pria
257 peserta, kondom 2.212 peserta, implant 4.325 peserta, suntik 9.974 peserta dan
dan pil sebanyak 10.931 peserta. Data ini menunjukkan bahwa peran serta pria dalam
penggunaan alat kontrasepsi masih rendah.
Penyebab utama kematian ibu adalah perdarahan 28%, infeksi 13%, eklampsi
ini dapat dicegah dengan cara meningkatkan kesehatan ibu, status gizi, dan fasilitas
yang tersedia (Fauzih, 2008). Berdasarkan dari hasil studi pendahuluan yang
dilakukan penulis di Dusun III Desa Tanjung Anom Kecamatan Pancur Batu
Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, dari 30 orang ibu hamil hanya 12 orang yang
melakukan kunjungan ANC secara rutin, 63 % pria bukan merupakan akseptor
kontrasepsi, setiap bulannya data kunjungan menunjukkan adanya minimal 2 orang
ibu hamil mengalami anemis, di Dusun III Desa Tanjung Anom belum digalakkan
program suami siaga, tentunya peran dan dukungan suami merupakan satu aspek
yang sangat penting untuk mensejahterakan kesehatan reproduksi wanita. Untuk
mewujudkannya tentu suami harus mengetahui dan bagaimana menyikapi tentang
kesehatan reproduksi wanita.
Melihat fenomena di atas, penulis tertarik untuk menyusun Karya Tulis Ilmiah
yang berjudul “Pengetahuan Dan Sikap Suami Terhadap Kesehatan Reproduksi
Wanita di Dusun III Desa Tanjung Anom Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan dari latar belakang di atas dapat dirumuskan masalah penelitian
yaitu bagaimana pengetahuan dan sikap suami terhadap kesehatan reproduksi wanita
di Dusun III Desa Tanjung Anom Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang
Tahun 2010.
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum
Untuk mengidentifikasi Pengetahuan dan Sikap Suami terhadap Kesehatan
Reproduksi Wanita di Dusun III Desa Tanjung Anom Kecamatan Pancur
Batu Kabupaten Deli Serdang Tahun 2010.
1.3.2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengidentifikasi karakteristik responden tentang kesehatan
reproduksi wanita di Dusun III Desa Tanjung Anom Kecamatan Pancur
Batu Kabupaten Deli Serdang Tahun 2010.
b. Untuk mengidentifikasi pengetahuan suami terhadap kesehatan
repoduksi wanita di Dusun III Desa Tanjung Anom Kecamatan Pancur
Batu Kabupaten Deli Serdang Tahun 2010.
c. Untuk mengidentifikasi sikap suami terhadap kesehatan repoduksi
wanita di Dusun III Desa Tanjung Anom Kecamatan Pancur Batu
1.4 Manfaat Penelitian
a. Bagi masyarakat Dusun III Desa Tanjung Anom Kecamatan Pancur Batu
Kabupaten Deli Serdang, Khususnya bagi para suami sebagai sumber informasi
mensejahterakan kesehatan reproduksi wanita.
b. Bagi Pendidikan Kebidanan
Penelitian ini dapat dijadikan sebagai sumber informasi untuk mahasiswa
kebidanan dan sebagai pembanding untuk penelitian berikutnya agar menjadi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengetahuan
1.1. Definisi Pengetahuan
Pengetahuan adalah merupakan hasil dari “Tahu” dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui
panca indra manusia, yaitu: indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba.
Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui pendidikan, pengalaman orang
lain, media massa maupun lingkungan (Notoatmodjo, 2003).
Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan
seseorang. Pengetahuan diperlukan sebagai dukungan dalam menumbuhkan rasa percaya
diri maupun sikap dan perilaku setiap hari, sehingga dapat dikatakan bahwa pengetahuan
merupakan fakta yang mendukung tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2003).
Rogers (1974) mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru
dalam diri orang tersebut menjadi proses berurutan :
1. Awarenes, dimana orang tersebut menyadari pengetahuan terlebih dahulu
terhadap stimulus (objek).
2. Interest, dimana orang mulai tertarik pada stimulus.
3. Evaluation, merupakan suatu keadaan mempertimbangkan terhadap baik
4. Trial, dimana orang telah mulai mecoba perilaku baru.
5. Adaptation, dimana orang telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan
kesadaran dan sikap.
1.2. Tingkat Pengetahuan
Notoatmodjo mengemukakan yang dicakup dalam domain kognitif yang
mempunyai enam tingkatan, pengetahuan mempunyai tingkatan sebagai berikut
(Notoatmodjo, 2003) :
a. Tahu (Know)
Kemampuan untuk mengingat suatu materi yang telah dipelajari, dari seluruh
bahan yang dipelajari atau rangsangan yang diterima. Cara kerja untuk mengukur
bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain : menyebutkan,
menguraikan, mengidentifikasikan dan mengatakan.
b. Memahami (Comprehension)
Kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan
dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.
c. Aplikasi (Aplication)
Kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau
kondisi yang sebenarnya. Aplikasi disini dapat diartikan sebagai pengguna
hukum-hukum, rumus, metode, prinsip-prinsip dan sebagainya.
Kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek dalam suatu
komponen-komponen, tetapi masih dalam struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu
sama lain. Kemampuan analisis dapat dilihat dari penggunaan kata kerja seperti
kata
kerja mengelompokkan, menggambarkan, memisahkan.
e. Sintesis (Sinthesis)
Kemampuan untuk menghubungkan bagian-bagian dalam bentuk keseluruhan
yang baru, dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun
formulasi baru dari formulasi yang ada.
f. Evaluasi (Evaluation)
Kemampuan untuk melakukan penelitian terhadap suatu materi atau objek
tersebut berdasarkan suatu cerita yang sudah ditentukan sendiri atau
menggunakan kriteria yang sudah ada (Notoatmodjo, 2003).
1.3. Pengukuran Pengetahuan
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang
menanyakan tentang isi materi yang akan diukur dari subjek penelitian atau responden.
Kedalamam pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan
dengan tingkatan-tingkatan diatas (Notoadmojo, 2003)
a. Tingkat pengetahuan baik bila skor > 75%-100%
c. Tingkat pengetahuan kurang bila skor < 60%
1.4 Pengetahuan Suami tentang Kesehatan Reproduksi
Pendekatan baru dalam peningkatan pengetahuan laki-laki dalam kesehatan
reproduksi adalah dengan membekali laki-laki dengan informasi yang benar dan
mengikutsertakan mereka dalam setiap upaya untuk meningkatkan derajat kesehatan
reproduksi. Beberapa kegiatan yang dapat melibatkan laki-laki antara lain:
1. Perencanaan Keluarga
Bersama dengan istri/pasangannya merencanakan keluarga, misalnya dalam
menentukan jumlah anak, kapan istri hamil, dimana istri akan melahirkan, metoda KB
yang digunakan, dsb.
2. Aktif dalam penggunaan kontrasepsi
Laki-laki dalam memilih metoda kontrasepsi seperti kondom dan vasektomi. Metoda
kontrasepsi harus dipelajari bersama dan metoda apa yang dipilih, meskipun pihak istri
yang akan menggunakan. Selanjutnya pihak laki-laki dapat berperan aktif, misalnya
dalam:
a. Mengingatkan pasangan, misalnya dalam meminum pil KB, kapan waktunya suntik
KB atau menghitung waktu masa subur bila memilih metoda pantang berkala.
b. Membawa pasangan ke fasilitas kesehatan bila terjadi efek samping.
c. Merencanakan ulang metoda pengganti bila cara yang telah dipilih tidak
3. Memperhatikan kesehatan ibu hamil
Pada waktu isterinya hamil laki-laki dapat menjamin bahwa isterinya:
a. Mendapatkan pelayanan antenatal dengan baik dan teratur.
b. Memperoleh makanan bergizi dan cukup istirahat.
c. Merasa tenang dan bahagia.
d. Mempunyai persediaan biaya persalinan dan rujukan ke rumah sakit bila terjadi
komplikasi.
e. Diajak bicara tentang siapa yang akan menolong persalinan dan mendorong
pertolongan persalinan dilakukan oleh bidan atau dokter.
f. Mempelajari gejala komplikasi bersama dirinya dan sejak awal menyusun rencana
transportasi ke rumah sakit bila terjadi komplikasi, diantar dan didampingi sesuai
kebutuhan.
4. Memastikan persalinan yang aman oleh tenaga kesehatan, laki-laki dapat menjamin
bahwa :
a. Penolong persalinan adalah bidan atau dokter
b. Menyediakan dana, perlengkapan dan transportasi yang dibutuhkan
c. Mendampingi selama proses persalinan berlangsung dan mendukung upaya
rujukan bila diperlukan.
5. Membantu setelah bayi lahir
Setelah bayi lahir suami dapat membantu dalam hal:
b. Menjamin tersedianya makanan bergizi
c. Membantu pekerjaan rumah tangga yang cukup berat seperti menimba air,
mencuci pakaian, dsb.
d. Membantu memelihara bayi, misalnya memandikan bayi, mengganti popok,
membawa bayi untuk iminisasi, dsb.
e. Segera memilih metoda kontrasepsi.
6. Menjadi seorang ayah yang baik
Laki-laki dapat menjadi seorang ayah yang baik dengan cara:
a. Membantu mengasuh dan mendidik anak dengan aktif misalnya membantu anak
belajar, ikut bermain bersama anak, dsb.
b. Menjadi model panutan bagi anak yang telah menginjak usia remaja.
7. Mengakhiri kekerasan terhadap perempuan
Tindakan yang dapat dilakukan oleh laki-laki untuk mengakhiri kekerasan antara lain:
a. Mengakhiri kekerasan terhadap perempuan/istri
b. Memanfaatkan pengaruhnya yang besar untuk mengubah norma/perilaku
masyarakat dalam menghapus kekerasan terhadap perempuan.
8. Membantu pencegahan PMS, termasuk HIV/AIDS dengan melakukan:
a. Hubungan seksual yang aman dan bertanggung jawab (hanya dengan satu
b. Mencegah kehamilan yang tidak diinginkan yang mungkin dapat berakibat fatal
bagi pasangan bila melakukan aborsi.
c. Mengubah norma perilaku hubungan seksual yang tidak bertanggung jawab
dibeberapa wilayah/suku tertentu.
Dengan adanya cara pandang yang baru terhadap peran laki-laki dalam kesehatan
reproduksi, diharapkan dampak akhirnya adalah menurunnya kejadian kematian ibu dan
bayi, serta meningkatnya status kesehatan perempuan secara keseluruhan.
2. Sikap
2.1 Pengertian
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap
suatu stimulus atau objek (Notoadmojo, 2003). Manifestasi sikap itu tidak dapat
langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang
tertutup
2.2 Komponen Pokok Sikap
Dalam buku Notoadmojo 2003, Allport menjelaskan bahwa sikap itu mempunyai
3 komponen pokok.
a. Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek
b. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek
ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh. Dalam
penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan, pikiran, keyakinan, dan emosi
memegang peranan penting.
2.3 Berbagai Tingkatan Sikap
a. Menerima (receiving)
Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang
diberikan (objek)
b. Merespon (Responding)
Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan, dan menyelesaikan tugas
yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap
c. Menghargai (valuing)
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah
adalah indikasi sikap tingkat tiga.
d. Bertanggung Jawab (Responsible)
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko
merupakan sikap paling tinggi.
2.4 Sikap Suami terhadap Kesehatan Reproduksi
Dalam masyarakat laki-laki telah dikukuhkan sebagai kepala keluarga yang
perlu menghukum anggota keluarganya. Ini berhubungan erat dengan isu ketidak
setaraan jender dan adanya budaya patriarki dalam masyarakat yang
menempatkan posisi laki-laki lebih tinggi dari posisi perempuan.
Dari aspek sikap, laki-laki diharapkan dapat memberi kontribusi positif
terhadap kesehatan reproduksi sangat berpengaruh terhadap kesehatan
perempuan. Keputusan penting seperti siapa yang akan menolong istri
melahirkan, memilih metoda kontrasepsi yang dipakai istri masih banyak
ditentukan oleh suami. Dilain pihak banyak laki-laki tidak mendapatkan
pelayanan dan informasi yang memadai tentang kesehatan reproduksi misalnya
dalam hal hubungan seksual sebelum nikah, berganti-ganti pasangan, kesetaraan
ber-KB serta sikap lainnya sehingga membahayakan perempuan yang menjadi
pasangannya. (Saroha, 2009)
3. Suami
Suami adalah seseorang yang memiliki istri dan merupakan kepala keluarga yang
bertugas memimpin keluarga namun memiliki kedudukan yang sama dengan istri,
sehingga suami juga dapat membantu istri dalam melakukan pekerjaan dalam rumah
tangga. (Poerwadarminta, 1976). Peran dan partisipasi suami juga sangat dibutuhkan
4. Kesehatan Reproduksi
4.1 Definisi Kesehatan Reproduksi
Konfrensi Internasional tentang Kependuduka n dan Pembangunan/ ICPD
(Interenational Confererence on Population and Development), di Kairo Mesir tahun
1994 diikuti 180 negara menyepakati perubahan paradigma dalam pengelolaan
masalah kependudukan dan pembangunan dari pendekatan dan pengendalian populasi
dan penurunan fertilitas /keluarga berencana menjadi pendekatan yang terfokus pada
kesehatan reproduksi serta hak reproduksi. Tahun 1995 konferensi sedunia IV tentang
wanita dilaksanakan di Beijing, Cina, Haque 1999, di New York tahun 2000
menyepakati antara lain:
Definisi kesehatan reproduksi adalah: suatu keadaan sejahtera fisik, mental dan
dan sosial secara utuh, tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan dalam
semua hal yang berkaitan dengan system reproduksi, serta fungsi dan
prosesnya.(Widyastuti, 2009 )
Menurut Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN, 1996) yang
dimaksud dengan kesehatan reproduksi adalah apa yang disebut sebagai Reproduksi
Sehat Sejahtera , dengan definisi: “ Adalah suatu keadaan sehat mental, fisik dan
kesejahteraan sosial secara utuh pada semua hal yang berhubungan dengan sistem dan
fungsi serta proses reproduksidan bukan hanya kondisi yang bebas dari penyakit dan
kecacatan serta dibentuk berdasarkan atas perkawinan yang sah, mampu memenuhi
spiritual memiliki hubungan yang serasi-selaras-seimbang antara anggota keluarga
dengan masyarakat dan lingkungan “. (Saroha, 2009)
Dari beberapa definisi diatas jelaslah bahwa masalah kesehatan reproduksi bukan
hanya menyangkut kehamilan atau langsung berkaitan dengan kehamilan saja, tetapi
mencakup area-area yang lebih luas. Kesehatan reproduksi bukanlah sekedar masalah
biomedik saja, tetapi merupakan masalah sosial karena dipengaruhi oleh berbagai
faktor sosial seperti bagaimana masyarakat mempersepsikan peran perempuan dalam
masyarakat, kekerasan terhadap perempuan, sejauh mana masyarakat mengetahui
bahwa merekapun dapat membantu kesehatan kaum perempuan, nilai anak, keluarga
dan sebagainya.
4.2Hak – Hak Reproduksi Wanita
Hak-hak reproduksi menurut kesepakatan dan Konferensi Internasional
Kependudukan dan Pembangunan bertujuan untuk mewujudkan kesehatan bagi individu
secara utuh, baik kesehatan jasmani maupun rohani, meliputi:
1. Hak mendapatkan informasi dan pendidikan kesehatan reproduksi.
2. Hak mendapat pelayanan dan perlindungan kesehatan reproduksi.
3. Hak kebebasan berfikir tentang pelayanan kesehatan reproduksi.
4. Hak untuk dilindungi dari kematian karena kehamilan.
5. Hak untuk menentukan jumlah dan jarak kelahiran anak.
6. Hak atas kebebasan dan keamanan berkaitan dengan kehidupan reproduksinya.
7. Hak untuk bebas dari penganiayaan dan berkelakuan buruk termasuk perlindungan
8. Hak mendapatkan manfaat kemajuan ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan
kesehatan reproduksi.
9. Hak atas pelayanan dan kehidupan reproduksinya.
10.Hak untuk membangun dan merencanakan keluarga.
11.Hak untuk bebas dari segala bentuk diskriminasi dalam kehidupan berkeluarga dan
kehidupan reproduksi.
12.Hak atas kebebasan berkumpul dan berpartisipasi dalam politik yang berkaitan
dengan kesehatan reproduksi.(Widyastuti, 2009)
Dalam ICPD 1994 di Kairo, telah disepakati paradigma baru dalam pengelolaan
masalah kependudukan dan pembangunan yaitu dengan pendekatan yang terfokus pada
kesehatan reproduksi dan hak reproduksi. Dengan demikian, upaya pengendalian
penduduk, perlu mempertimbangkan pemenuhan kebutuhan kesehatan reproduksi
laki-laki dan perempuan sepanjang siklus hidup dan hak reproduksi mendapat perhatian
khusus. Hak reproduksi didasarkan pada pengakuan hak-hak asasi manusia yang diakui
didunia internasional. Hak reproduksi perorangan dapat dapat diartikan bahwa: setiap
orang, baik laki-laki maupun perempuan (tanpa memandang perbedaan kelas sosial, suku,
umur, agama, dll), mempunyai hak yang sama untuk memutuskan secara bebas dan
bertanggung jawab (kepada diri, keluarga dan masyarakat) mengenai jumlah anak, jarak
antar anak, untuk menentukan waktu kelahiran anak dan dimana akan melahirkan. Hak
reproduksi antara lain adalah sebagai berikut: setiap orang berhak memperoleh standar
a. Penyedia pelayanan harus memberikan pelayanan kesehatan reproduksi yang
berkualiatas dengan memperhatikan kebutuhan klien, sehingga menjamin
keselamatan dan keamanan klien.
b. Laki-laki dan perempuan baik sebagai individu maupun sebagai pasangan, berhak
memperoleh informasi lengkap tentang seksualitas, kesehatan reproduksi, manfaat
serta efek samping obat-obatan, serta alat dan tindakan medis yang digunakan
untuk mengatasi masalah kesehatan reproduksi.
c. Adanya hak untuk memperoleh pelayanan Keluarga Berencana yang aman,
efektif, terjangkau, dapat diterima, sesuai dengan pilihan, tanpa paksaan dan tidak
melawan hukum.
d. Perempuan berhak memperoleh pelayanan kesehatan yang dibutuhkannya yang
memungkinkannya sehat dan selamat dalam kehamilan serta memperoleh bayi
yang sehat.
e. Hubungan suami-istri didasari penghargaan terhadap pasangan masing-masing
dan dilakukan dalam situasi dan kondisi yang diinginkan bersama, tanpa unsur
pemaksaan, ancaman dan kekerasan.
f. Para remaja, laki-laki maupun perempuan, berhak memperoleh informasi yang
tepat dan benar tentang reproduksi remaja, sehingga dapat berperilaku sehat dan
menjalani kehidupan sosial yang bertanggung jawab.
g. Laki-laki dan perempuan berhak mendapat informasi yang mudah diperoleh,
lengkap dan akurat mengenai penyakit menular seksual, termasuk HIV/AIDS.
Menurut BKKBN 2000, kebijakan teknis operasional di Indonesia, untuk
mewujudkan pemenuhan hak-hak reproduksi:
1. Promosi hak-hak reproduksi
Dilaksanakan dengan menganalisis perundang-undangan, peraturan dan kebijakan
yang saat ini berlaku apakah sudah seiring dan mendukung hak-hak reproduksi
dengan tidak melupakan kondisi lokal sosial budaya masyarakat. Pelaksanaan upaya
pemenuhan hak reproduksi memerlukan dukungan secara politik, dan legisltif
sehingga bisa tercipta undang-undang hak reproduksi yang memuat aspek
pelanggaran hak-hak reproduksi hak-hak reproduksi.
2. Advokasi hak-hak reproduksi
Advokasi yang dimaksudkan agar mendapatkan dukungan komitmen dari para
tokoh politik, tokoh agama, tokoh masyarakat, LSM, dan swata. Dukungan swasta
dan LSM sangat dibutuhkan karena ruang gerak pemerintah lebih terbatas. Dukungan
para tokoh sangat membantu memperlancar terciptanya pemenuhan hak-hak
reproduksi sangat penting artinya untuk terwujudnya pemenuhan hak-hak reproduksi.
4.3 Tujuan Kesehatan Reproduksi
a. Tujuan Utama Kesehatan Reproduksi adalah:
Memberikan pelayanan kesehatan reproduksi yang konferehensif kepada
perempuan termasuk kehidupan seksual dan hak-hak reproduksi perempuan sehingga
reproduksinya yang pada akhirnya dapat membawa pada peningkatan kualitas
kehidupannya.
b. Tujuan Khusus Kesehatan Reproduksi adalah:
a. Meningkatkan kemandirian perempuan, khususnya dalam peranan dan fungsi
reproduksinya.
b. Meningkatkan peran dan tanggung jawab sosial perempuan dalam konteks: kapan
ingin hamil, berapa jumlah anak yang diinginkan dan jarak antar kehamilan
c. Meningkatkan peran dan tanggung jawab sosial laki-laki.
d. Menciptakan dukungan laki-laki dalam membuat keputusan, mencari informasi
dan pelayanan yang memenuhi kebutuhan kesehatan reproduksi.
4.4 Ruang Lingkup Kesehatan Reproduksi
Digunakan pendekatan siklus hidup (Life-Cycle Approach), yang berarti
memperhatikan kekhususan penanganan sistem reproduksi pada setiap fase kehidupan,
serta kesinambungan antar fase kehidupan tersebut sehinggadiperoleh komponen
pelayanan yang nyata dan dapat dilaksanakan. Lima tahap pendekatan siklus:
a. Konsepsi, pada masa ini mulai dari kehamilan sampai bayi baru lahir mempunyai
proporsi pelayanan yang sama.
b. Bayi dan Anak, pada masa bayi dan anak mempunyai kebutuhan antara lain:
- ASI Ekslusif, dan penyapihan yang layak
- Tumbuh kembang anak, pemberian makanan dan gizi seimbang
- Pencegahan dan penanggulangan kekerasan
- Pendidikan dan kesempatan yang sama pada anak laki-laki dan perempuan.
c. Remaja, pada masa remaja juga diketahui beberapa kebutuhan yakni:
- Gizi seimbang
- Informasi tentang kesehatan reproduksi
- Pencegahan kekerasan termasuk seksual
- Pencegahan terhadap ketergantungan NAPZA
- Perkawinan pada usia yang wajar
- Pendidikan dan penigkatan ketrampilan
- Peningkatan penghargaan diri
- Peningkatan pertahanan terhdap godaan dan ancaman.
d. Usia Subur, pada usia subur juga terdapat kebutuhan yaitu:
- Kehamilan dan persalinan yang aman
- Pencegahan kecacatan dan kematian akibat kehamilan pada ibu dan bayi
- Menjaga jarak kelahiran dan jumlah kehamilan dengan penggunaan alat
kontrasepsi (KB)
- Pencegahan terhadap penyakit menular seksual: HIV/AIDS
- Pelayanan kesehatan reproduksi berkualitas
- Pencegahan dan penanggulangan masalah aborsi secara rasional
- Deteksi dini kanker payudara dan kanker leher rahim
- Pencegahan dan menejemen infertilitas
e. Usia Lanjut, pada usia lanjut ini juga sangat memerlukan kebutuhan antara lain:
- Perhatian pada penyakit utamadegeneratif termasuk rabun, gangguan
mobilitas dan osteoporosis
- Deteksi dini kanker leher rahim dan kanker prostat. (Saroha,2009)
Secara luas, ruang lingkup kesehatan reproduksi meliputi:
1. Kesehatan ibu dan bayi baru lahir.
2. Pencegahan dan penanggulangan Infeksi Saluran Reproduksi (ISR) termasuk
PMS-HIV/AIDS
3. Pencegahan dan penanggulangan komplikasi aborsi
4. kesehatan reproduksi remaja.
5. Pencegahan dan penanganan infertilitas
6. Kanker pada usia lanjut dan osteoporosis.
7. Berbagai aspek kesehatan reproduksi lain, misalnya kanker serviks, mutilasi
genital, fistula, dll.
Kesehatan reproduksi ibu dan bayi baru lahir meliputi perkembangan berbagai organ
reproduksi mulai dari sejak dalm kandungan, bayi, remaja, wanita usia subur,
klimakterium, menopause hingga meninggal. Kondisi kesehatan seorang ibu
hamilmempengaruhi pada kondisi bayi yang dilahirkannya, termasuk didalamnya kondisi
kesehatan organ-organ reproduksi bayinya. Permasalahan kesehatan reproduksi remaja
termasuk pada saat pertama anak perempuan mengalami haid /menarche yang bisa
beresiko timbulnya anemia, perilaku seksual yang mana bila kurang pengetahuan dapat
tertularpenyakit hubungan seksual, termasuk HIV/AIDS. Selain tersebut diatas ICPD juga
menyebutkan bahwa kesehatan reproduksi juga mengimplikasikan seseorang berhak atas
kemungkinan tertulari penyakit infeksi menular seksual yang bisa berpengaruh pada
fungsi organ reproduksi, dan terbebas dari paksaan. Hubungn seksual dilakukan dengan
memahami sesuai etika dan budaya yang berlaku.
4.5 Dampak dalam Masalah Kesehatan Reproduksi
1. Masalah Reproduksi
- Kesehatan, morbiditas atau gangguan kesehatan dan kematian perempuan
berkaitan dengan kehamilan, termasuk didalamnya masalah gizi dan anemia
dikalangan perempuan, penyebab serta komplikasidari kehamilan, masalah
kemandulan dan ketidak suburan.
- Peranan atau kendali sosial budaya terhadap reproduksi. Maksudnya
bagaimana pandangan masyarakat terhadap kesuburan dan kemandulan, nilai
anak dan kelurga, sikap masyarakat terhadap perempuan hamil.
- Intervensi pemerintah atau negara terhadap masalah reproduksi. Misalnya
antar lain program kelurga berencana, undang-undang yang berkaitan dengan
masalah genetik, dan lain sebagainya.
- Tersedianya pelayanan kesehatan reproduksi dan keluarga berencana, serta
terjangkaunya secara ekonomi oleh kelompok perempuan dan anak-anak.
- Kesehatan bayi dan anak-anak terutama anak berusia dibawah lima tahun.
- Dampak pembangunan ekonomi, industrialisasi dan perubahan linkungan
2. Masalah Gender dan Seksualitas
- Pengaturan negara terhdap masalah seksualitas; maksudnya adalah peraturan
dan kebijakan negar mengenai masalah pornografi, pelacuran, pendidikan
seksualitas.
- Pengendalian sosial budaya terhadap masalah seksualitas, bagaimana
norma-norma susila yang berlaku tentang perilaku seks, homoseks, poligami dan
perceraian.
- Seksualitas dikalangan remaja
- Status dan peranan perempuan
- Perlindungan terhadap perempuan pekerja
3. Masalah yang berkaitan dengan kehamilan yang tidak dinginkan
- Pembunuhan bayi
- Pengguguran kandungan, terutama yang dilakukan secara tidak aman
- Dampak kehamilan yang tidak diinginkan serta pengguguran kandungan yang
tidak aman
- Kebijakan pemerintah dalam menghadapi hal tersebut.
4. Masalah kekerasan dan perkosaan terhadap perempuan
- Kecenderungan penggunaan kekerasan secara sengaja terhadap perempuan,
perkosaan, serta dampaknya terhadap perempuan
- Norma sosial mengenai kekerasan dalam rumah tangga, serta mengenai
berbagai tindakan kekerasan terhadap perempuan
- Sikap masyarakat mengenai kekerasan dan perkosaan terhadap pelacur.
5. Masalah penyakit yang ditularkan melalui hubungan seksual
- Masalah penyakit menular seksual lama, seperti sifilis dan gonorrhoe
- Masalah penyakit menular seksualitas yang relatif baruseperti clamydia dan
herpes.
- Masalah HIV/AIDS (Human Immunodeficiency Virus/Acquired
Immunodefecincy syndrome)
- Dampak sosial dan ekonomi dari penyakit menular seksual
- Kebijakan dan program pemerintah dalam penyakit tersebut (termasuk
penyediaan pelayanan kesehatan bagi pelacur/pekerja seks komersial)
- Sikap masyarakat terhadap penyakit menular seksual.
6. Masalah Pelacuran
- Demografi pekerja seks
- Faktor-faktor yang menjadi pendorong pelacuran dan sikap pemerintah
terhadapnya
- Dampaknya tehadap kesehatan reproduksi, baik bagi pelacur itu sendiri
maupun bagi konsumennya dan keluarganya.
7. Masalah sekitar teknologi
- Teknologi reproduksi dengan bantuan (inseminasi buatan dan bayi tabung)
- Pemilihan bayi berdasarkan jenis kelamin (gender fetal screening)
- Penapisan genetik (genetic screening)
- Keterjangkauan dan kesamaan kesempatan
BAB III
KERANGKA PENELITIAN
A. Kerangka Konsep
Kerangka konsep dalam penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan variabel yang
terdiri atas : pengetahuan dan sikap suami terhadap kesehatan reproduksi meliputi
(defenisi, hak-hak, tujuan, ruang lingkup, dan dampak kesehatan reproduksi) sebagai
berikut :
Skema 1: Kerangka Konsep PENGETAHUAN SUAMI
SIKAP SUAMI
KESEHATAN REPRODUKSI WANITA
- Defenisi kesehatan reproduksi
- Hak-hak kesehatan reproduksi
- Tujuan kesehatan reproduksi
- Ruang lingkup
B. Definisi Operasional
Defenisi operasional adalah defenisi yang membatasi ruang lingkup atau pengertian
variabel-variabel yang diteliti (Notoadmojo,2003).
Tabel 1.1 Definisi Operasional
No Variabel Defenisi
2 Sikap suami
sikap yang baik dan
pertanyaan sikap
yang negatif yaitu
sikap yang tidak
Kuesioner 1.21-25 tahun
2.26-30 tahun
3.31-35 tahun
4. 36-40 tahun
5. 41-45 tahun
Interval
4 Pendidikan Jenjang pendidikan
yang dilalui oleh
suami
Kuesioner 1.Pendidikan dasar:
3.Pendidikan
tinggi: D-I, D-II,
D-III, D-IV, S-I,
S-II, S-III
5 Pekerjaan Kegiatan atau
aktivitas sehari-hari
yang dilakukan oleh
suami
Kuesioner 1.Pns
2.Wiraswasta
3.Bertani
4.Polri
5.Tidak bekerja
Nomina
l
6 Sumber
informasi
Media yang sering
digunakan oleh
suami untuk
memperoleh
informasi tentang
kesehatan
reproduksi wanita
Kuesioner 1.Langsung:
keluarga, teman
dan tenaga
kesehatan
2 Tidak langsung:
media cetak,
media elektronik
dan media papan
Nomina
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriftif dengan
pendekatan cross sectional yang bertujuan untuk mengidentifikasi gambaran pengetahuan
dan sikap suami terhadap kesehatan reproduksi di Dusun III Desa Tanjung Anom
Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang Tahun 2010.
B. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh suami yang ada di Dusun III Desa
Tanjung Anom Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang Tahun 2010. Data
yang diperoleh sebanyak 137 orang
2. Sampel
Pengambilan Sampel dalam penelitian ini menggunakan tekhnik Simple
Random Sampling yaitu tekhnik secara acak dengan menggunakan pengundian
nomor. Untuk mencapai sampling ini, setiap elemen diseleksi secara acak. Nama
ditulis pada secarik kertas, diambil secara acak setelah semuanya terkumpul.
Terdapat rumus yang dapat dipergunakan untuk menentukan besar sampel.
1 + N (d)2
Keterangan: n = Jumlah sampel
N = Jumlah Populasi
d = Tingkat signifikansi (p)
dari rumus diatas didapatkan sampel yang dijadikan responden pada penelitian ini,
yaitu:
n = 137
1 + 137 (0,05)2
= 100,3
Jumlah sampel yang akan diteliti sebanyak 100 suami yang ada di Dusun III Desa
Tanjung Anom Kecamatan Pancur Batu Deli Serdang Tahun 2010
Peneliti menyusun kriteria responden sebagai subjek penelitian antara lain : a)
suami yang mempunyai istri dan berusia 21-45 tahun b) Dapat membaca, menulis
C. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Dusun III Desa Tanjung Anom Kecamatan Pancur Batu
Kabupaten Deli Serdang Tahun 2010.
D. Pertimbangan Etika Penelitian
Penelitian ini dilakukan setelah peneliti mendapat persetujuan dari institusi
pendidikan yaitu Program Studi D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan USU dan
izin Bapak Kepala Desa Dusun III Tanjung Anom. Dalam penelitian ini terdapat
beberapa hal yang berkaitan dengan permasalahan etik, yaitu : memberikan penjelasan
kepada calon responden tentang tujuan dan prosedur pelaksanaan penelitian. Apabila
calon responden bersedia, maka calon responden dipersilahkan untuk menandatangani
informed consent. Tetapi jika calon responden tidak bersedia, maka calon responden
berhak untuk menolak dan mengundurkan diri. Responden juga berhak mengundurkan
diri selama proses pengumpulan data berlangsung. Kerahasiaan catatan mengenai data
responden dijaga dengan cara tidak menuliskan nama responden pada instrumen
penelitian, tetapi menggunakan inisial. Data-data yang diperoleh dari responden juga
hanya digunakan untuk kepentingan penelitian. untuk mendapatkan mengetahui
pengetahuan dan sikap responden di Dusun III Tanjung anom setelah mengisi kuesioner.
F. Instrumen Penelitian
1. Kuesioner Penelitian
Alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner
peneliti mengonsultasikan kuesioner kepada pembimbing sehingga responden hanya
memilih jawaban yang telah ada. Alat pengumpulan data ini terdiri dari tiga bagian,
yaitu : bagian pertama instrumen penelitian berisi data demografi, bagian
pengetahuan, dan bagian sikap.
Kuesioner ini berisi pertanyaan untuk mengetahui pengetahuan suami terhadap
pkesehatan reproduksi wanita. Bagian ini terdiri dari 20 pertanyaan. Untuk menilai
pengetahuan suami, dilakukan penyekoran dengan jawaban benar diberi nilai 1 (satu)
dan jawaban yang salah diberi nilai 0 (nol).
Untuk mendapatkan kriteria digunakan perhitungan berikut: a) Menentukan skor
terbesar dan terkecil. Skor terbesar : 20. Skor terkecil : 0; b) Menentukan nilai rentang
(R). Rentang = skor terbesar – skor terkecil = 60-20 = 30; c) Menentukan nilai
panjang kelas (i). Panjang kelas (i) =
kelas banyaknya
R g ntan ( ) Re
= 40/2 = 20 d) Menentukan
skor kategori: i) Kurang = 0 + 6,6 = 6,6 (Dari jumlah pertanyaan, responden
hanya benar menjawab 0-6 pertanyaan); ii) Cukup = 6,7 + 6,6 = 13,3 (Dari jumlah
pertanyaan, responden hanya benar menjawab 7-13 pertanyaan); iii) Baik = 13,4 +
6,6 = 20 (Dari jumlah pertanyaan, responden hanya benar menjawab 14-20
pertanyaan)
Bagian ketiga instrumen juga dibuat sendiri oleh peneliti berdasarkan tinjauan
pustaka. Kuesioner ini berisi pernyataan untuk mengetahui sikap suami terhadap
kesehatan reproduksi wanita Bagian ini terdiri dari 20 pernyataan. Untuk menilai
likert yang menggunakan empat kategori untuk setiap pernyataan positif, alternatif
jawaban : sangat setuju (SS) skornya 4 (empat), setuju (S) skornya 3 (tiga), tidak
setuju (TS) skornya 2 (dua), sangat tidak setuju skornya 1 (satu). Dan untuk
pertanyaan negatif, alternatif jawaban : sangat setuju (SS) skornya 1 (satu), setuju (S)
skornya 2 (dua), tidak setuju (TS) skornya 3 (tiga), dan sangat tidak setuju (STS)
skornya 4 (empat).
Untuk mandapatkan kriteria digunakan perhitungan berikut : a) Menentukan skor
terbesar dan terkecil. Skor terbesar : 60. Skor terkecil : 10; b) Menentukan nilai
rentang (R). Rentang = skor terbesar–skor terkecil = 40-10 = 30; c) Menentukan nilai
panjang kelas (i). Panjang kelas (i) =
kelas banyaknya
R g ntan ( ) Re
=
2 30
= 15; d) Menentukan
skor kategori: i) Positif : jika responden memiliki skor > 15; ii) Negatif : jika
responden memiliki skor < 15
2. Validitas dan Reliabilitas Instrumen
a. Uji Validitas
Uji validitas, dimaksudkan agar pertanyaan yang termuat dalam kuesioner
bisa mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh instrumen atau kuesioner
tersebut. Content validity index sudah dilakukan dengan dr. M. Fahdy, SpOG.
b. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas dimaksudkan untuk mengukur tingkat kestabilan atau
kekonsistenan jawaban yang diberikan reponden atas pertanyaan dari kuesioner.
Uji validitas dilakukan pada 10 suami yang mempunyai kriteria sama dengan
responden di Jln. Tanah tinggi Binjai dilakukan pada bulan Februari 2010. Lalu
data diolah menggunakan komputerisasi dengan cara analyze kemudian scale
setelah itu reliability statistic untuk mencari nilai koefisien alpha cronbach
sebesar 0,7
G. Prosedur Pengumpulan Data
Prosedur yang dilakukan dalam pengumpulan data penelitian ini yaitu:
mendapatkan surat permohonan izin pelaksanaan penelitian dari Program D-IV Bidan
Pendidik, kemudian mengajukan permohonan izin melaksanakan penelitian kepada
Kepala Dusun III Desa Tanjung Anom Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli
Serdang Tahun 2010, setelah mendapatkan persetujuan maka peneliti melakukan
penyebaran kuesioner dengan cara mendatangi rumah responden setelah itu
menyatakan persetujuan responden menjadi responden secara sukarela jika calon
responden bersedia maka diminta untuk menandatangani lembar persetujuan
(informed consent). Menjelaskan cara pengisian kuesioner kepada responden dan
selanjutnya dipersilahkan untuk mengisi lembar kuesioner dengan jujur dan agar
Peneliti mendampingi responden dalam pengisian untuk menjelaskan apabila
ada pertanyaan yang kurang jelas dalam pengisian kuesioner. Setelah kuesioner diisi,
dikumpulkan kembali oleh peneliti dan diperiksa kelengkapannya sehingga data yang
diperoleh terpenuhi, kemudian dianalisis oleh peneliti.
H. Analisis Data
Analisa data dilakukan dengan menggunakan komputerisasi, dengan cara : 1) data
dimasukkan ke variabel data memasukkan nomor responden, umur, pendidikan, paritas,
sumber informasi, skor pengetahuan, skor sikap, kategori pengetahuan, dan kategori
sikap; 2) setelah itu masukkan hasil data ke data view sesuai dengan variabel
masing-masing; 3) setelah itu di analyze; 4) descriptif statistic; 5) serta hasil data yang sudah
diolah dimasukkan ke dalam bentuk tabel distribusi dan frekuensi yaitu dalam
karakteristik (umur, pendidikan, paritas dan sumber informasi), skor pengetahuan, skor
sikap, kategori pengetahuan dan kategori sikap. Kemudian data dimasukkan ke dalam bab
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Pada bab ini diuraikan hasil penelitian dan pembahasan penelitian mengenai
Pengetahuan dan Sikap Suami Terhadap Kesehatan Reproduksi Wanita di Dusun III
Desa Tanjung Anom Kabupaten Deli Serdang tahun 2010. Penelitian ini telah
dilaksanakan mulai Januari sampai dengan April 2010 di Dusun III tanjung Anom
dengan jumlah responden sebanyak 100 orang.
Untuk mengidentifikasi pengetahuan dan sikap suami terhadap kesehatan
reproduksi wanita di Dusun III Desa Tanjung Anom Kecamatan Pancur Batu
Kabupaten Deli Serdang Tahun 2010, peneliti menggunakan kuesioner yang
berisikan 20 pertanyaan pengetahuan dan 10 pernyataan sikap. Berikut ini akan
dijabarkan mengenai hasil penelitian tersebut yaitu karakteristik responden,
pengetahuan dan sikap suami terhadap kesehatan reproduksi wanita di Dusun III
Desa Tanjung Anom Kab. Deli Serdang Tahun 2010.
1. Karakteristik responden
Pada penelitian ini karakteristik responden mencakup umur, pendidikan,
Tabel 5.1
Distribusi Responden Berdasarkan Karakteristik Suami Terhadap Kesehatan Reproduksi Wanita di Dusun III Kec. Pancur Batu
Kab. Deli serdangTahun 2010 (n = 100)
2.
Berdasarkan tabel di atas diketahui berumur 26-30 tahun merupakan responden
terbanyak yaitu 29 orang (29 %), pendidikan terbanyak tamatan SMP yaitu 35 orang
(35 %), pekerjaan terbanyak yaitu mayoritas bertani sebanyak 66 orang (66 %)
sumber informasi yang didapat suami mengenai kesehatan terbanyak berasal dari
tidak langsung seperti media cetak, media elektronik dan media papan (billboard di
jalan yang memuat tentang kesehatan reproduksi wanita) yaitu sebanyak 61 orang (61
%).
2. Pengetahuan Responden
Pengetahuan (Knowledge) merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui
panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan
Tabel 5.2
Distribusi Responden Berdasarkan Pertanyaan Pengetahuan Suami Terhadap Kesehatan Reproduksi Wanita di Dusun III Kec. Pancur Batu
Kab. Deli Serdang Tahun 2010 (n = 100)
No Pertanyaan Pilihan Jawaban
Benar Salah
F % F %
1 Definisi kesehatan reproduksi wanita 88 88% 12 12%
2 Informasi kesehatan reproduksi wanita 89 89% 11 11%
3 Hak kesehatan reproduksi wanita 87 87% 13 13%
4 Hak menentukan jumlah anak 84 84% 16 16%
5 Bebas dari penganiayaan dan perlakuan buruk 73 73% 27 27%
6 Hak kebebasan berkumpul 80 80% 20 20%
7 Memberi pelayanan kesehatan reproduksi 80 80% 20 20%
8 Perempuan tidak berhak mendapat informasi 81 81% 19 19%
9 Pelayan kesehatn reproduksi yang konfrehensif 78 78% 22 22%
10 Meningkatkan kemandirian perempuan 87 87% 13 13%
11 Meningkatkan peran dan tanggung jawab sosial 57 57% 43 43%
12 Tujuan utama kesehatan reproduksi 55 55% 45 45%
13 Dukungan laki-laki dalam membuat keputusan 68 68% 32 32%
15 Pencegan kecacatan dan kematian 77 77% 23 23%
16 Kanker pada usia lanjut 80 80% 20 20%
17 Pengengendalian sosial budaya 80 80% 20 20%
18 Pengguguran kandungan 77 77% 23 23%
19 HIV/AIDS 71 71% 29 29%
20 Masalah kesehatan reproduksi wanita 73 73% 27 27%
Berdasarkan hasil pilihan jawaban pengetahuan suami, didapati bahwa suami
yang banyak menjawab pertanyaan yang benar pada pertanyaan nomor 2 ada 89
orang (89 %), didapat bahwa suami yang sedikit menjawab pertanyaan yang benar
pada pertanyaan nomor 12 ada 55 orang (55 %). Sedangkan suami yang banyak
menjawab salah pada pertanyaan nomor 12 ada 45 orang (45 %), didapati bahwa
suami yang sedikit menjawab salah pertanyaan nomor 2 ada 11 orang (11 %).
Tabel 5.3
Distribusi responden berdasarkan Pengetahuan suami Terhadap Kesehatan Reproduksi Wanita di Dusun III Desa Tanjung Anom Kec. Pancur Batu
Kab. Deli Serdang Tahun 2010 (n = 100)
Variabel Frekuensi Persentase (%)
Kurang 2 2
Cukup 11 11
Baik 87 87
Berdasarkan tabel 5.3 di atas menyatakan pengetahuan responden sebagian
mayoritas menunjukkan berpengetahuan baik tentang kesehatan reproduksi wanita
yaitu sebanyak 87 orang (87 %).
3. Sikap Responden
Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu
stimulus atau objek. Sikap secara nyata menunjukkan adanya kesesuaian reaksi
terhadap stimulus tertentu.
Tabel 5.4
Distribusi Responden Berdasarkan Pernyataan Sikap Terhadap Kesehatan Reproduksi Wanita di Dusun III Tanjung Anom
Kab. Deli SerdangTahun 2010 (n = 100)
NO Pertanyaan Pilihan Jawaban
Sangat Setuju
Setuju Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
F % F % F % F %
1 Kesehatan reproduksi tidak semata-mata bebas dari penyakit akan tetapi juga suatu keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial.
37 37% 46 46% 16 16% 1 1%
2 Hubungan suami istri didasari penghargaan terhadap pasangan masing-masing sehingga dapat
kesejahteraan
6 Kesehatan reproduksi seutuhnya adalah
wanita 9 Suami tidak
dianjurkan
menggunakan alat kontrasepsi karena suami memiliki kedudukan yang lebih tinggi daripada istri
10 10% 19 19% 43 43% 28 28%
10 Pembunuhan bayi dapat dilakukan Karena itu adalah hal yang wajar
13 13% 10 10% 46 46% 31 31%
Berdasarkan hasil pilihan jawaban sikap suami, didapati bahwa suami yang banyak
menjawab pertanyaan sangat setuju pada nomor 5 ada 47 orang (47%), didapat bahwa
suami yang paling sedikit menjawab pertanyaan sangat tidak setuju pada nomor 8 ada 7
orang (7%), didapat bahwa suami yang paling banyak menjawab pertanyaan setuju pada
nomor 4 ada 53 orang (53%), didapat bahwa suami paling sedikit menjawab pertanyaan
setuju pada nomor 6 ada 1 orang (1%), didapat bahwa suami yang paling banyak
menjawab pertanyaan tidak setuju pada nomor 6 ada 59 orang (59 %), didapat bahwa
suami yang paling sedikit menjawab pertanyaan tidak setuju tidak setuju pada nomor 5
ada 4 orang (4 %), didapat bahwa suami yang paling banyak menjawab pertanyaan sangat
tidak setuju pada nomor 8 ada 46 orang (46%), didapat bahwa suami yang paling sedikit
Tabel 5.5
Distribusi Responden Berdasarkan Sikap Suami tentang Kesehatan Reproduksi Wanita di Dusun III Desa Tanjung Anom Kec. Pancur Batu
Kab. Deli Serdang Tahun 2010 (n = 100)
Variabel Frekuensi Persentase (%)
Positif 100 100
Negatif - -
Total 100 100
Berdasarkan tabel 5.5 di atas menyatakan sikap responden mayoritas bersikap
positif tentang kesehatan reproduksi wanita sebanyak 100 orang (100%).
B. Pembahasan
1. Pengetahuan suami tentang kesehatan reproduksi wanita
Berdasarkan hasil penelitian diketahui pada tabel 5.3 dapat dilihat bahwa dari 100
responden yang diteliti ditemukan responden berpengetahuan baik tentang kesehatan
reproduksi wanita sebanyak 87 orang (87 %) dan minoritas responden
berpengetahuan kurang tentang kesehatan reproduksi wanita sebanyak 2 orang (2 %).
Pada tabel 5.1 dapat dilihat bahwa dari 100 responden yang diteliti, ditemukan
mayoritas responden berumur 26-30 tahun sebanyak 29 orang (29%) dan minoritas
responden yang berumur 41-45 tahun sebanyak 10 orang (10%). Sesuai pendapat
Hurlock (2002), bahwa usia dewasa (20-40 tahun) merupakan masa dimana seseorang
secara maksimal mencapai prestasi yang memuaskan, pada usia tengah (41-60 tahun)
adalah usia tidak peroduktif memang lebih aktif mencari dan mendapatkan informasi
dibandingkan dengan usia yang tidak produktif lagi.
Pada tingkat pendidikan juga ditemukan responden mayoritas berpendidikan
sekolah menengah sebanyak 35 orang (35 %), dan minoritas responden berpendidikan
dari perguruan tinggi sebanyak 6 orang (6 %). Sesuai pendapat Notoadmodjo (2003)
yang mengatakan bahwa, pendidikan mempunyai peranan penting dalam menentukan
kualitas manusia. Tingkat pendidikan masyarakat dikaitkan dengan kemampuan
dalam menyerap dan menerima informasi dalam bidang kesehatan dan keluarga. Hal
ini bertujuan melihat bahwa semakin tinggi pendidikan yang dimiliki responden,
maka semakin mudah dan berwawasan luas mengetahui tentang kesehatan reproduksi
wanita.
Pada pekerjaan juga ditemukan mayoritas responden yaitu bertani sebanyak 66
orang (66 %), sesuai pendapat Notoadmodjo (2003) dikatakan bahwa, terdapat
kecenderungan pengetahuan dari suami yang berpenghasilan kurang.
Bila dilihat dari sumber informasi yang didapat responden tentang kesehatan
reproduksi bahwa mayoritas responden mendapat secara tidak langsung seperti media
(billbord) sebanyak 61 orang (61%), dan minoritas responden mendapatkan sumber
informasi secara langsung (kelurga, tenaga kesehatan seperti: bidan, perawat dan
dokter) sebanyak 39 orang (39%). Sesuai BKKBN (2000) bahwa penggunaan media
elektronik (radio/televisi) sebagai promosi menjadi salah satu faktor penyebab. Media
televisi atau radio merupakan media yang paling mudah diakses masyarakat. Banyak
faktor yang menyebabkan informasi tentang kesehatan reproduksi tidak banyak
diketahui oleh responden diantaranya kurangnya komunikasi dan informasi.
Sesuai pendapat Notoadmodjo (2003), menyatakan bahwa, isi stimulasi yang
dikeluarkan sumber (komunikator) kepada penerima (komunikan). Isi stimulasi
berupa peran atau informasi yang dikeluarkan oleh komunikator, tetapi diharapkan
agar direspon secara positif untuk aktif melakukan sesuatu hal berupa perilaku atau
tindakan.
Petugas kesehatan tidak mengetahui tentang keuntungan kesehatan reproduksi
bagi wanita. Petugas kesehatan perlu meningkatkan informasi kepada responden
dalam pelaksanaan serta banyaknya manfat kesehatan reproduksi bagi wanita.
Petugas kesehatan masih kurang mengikuti seminar-seminar, baik yang dilakukan
oleh organisasi maupun yang oleh pemerintah.
2. Sikap responden tentang kesehatan reproduksi wanita
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa seluruh suami/responden di Dusun
III Desa Tanjung Anom Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang Tahun
(100%). Sikap positif ini disebabkan oleh pengetahuan responden yang seluruhnya
dengan latar belakang memiliki pendidikan yang baik.
Menurut Azwar (2007) dengan berkembangnya intelegensi bertambahnya
pengalaman sejalan dengan bertambahnya usia maka ada hal yang tadinya dianggap
sejenis sekarang dipandang tersendiri lepas dari jenisnya terdapatnya objek tersebut
dapat sikap tersendiri pula.
Howard Kenle mengemukakan bahwa sikap merupakan kecenderungan untuk
mendekati atau menjauhi atau melakukan sesuatu baik secara positif maupun negatif
terhadap suatu lembaga, peristiwa, gagasan, atau konsep dan menurut peneliti
pengetahuan seseorang bisa mempengaruhi sikap.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan menjawab penelitian
Dari hasil penelitian pengetahuan dan sikap suami terhadap kesehatan reproduksi
wanita di Dusun III Desa Tanjung Anom tahun 2010. Maka dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut :
1. Mayoritas responden dari segi karakteristik tentang kesehatan reproduksi wanita
bahwa berdasarkan umur sebagian besar responden 29 orang (29%) pada rentang
usia 26-30 tahun. Sedangkan berdasarkan pendidikan, sebagian besar responden
35 orang (35%) responden berpendidikan sekolah menengah. Dan sebagian besar
responden bertani sebanyak 66 orang (66%). Serta sebagian besar mendapatkan
informasi secara tidak langsung sebanyak 61 orang (61%).
2. Mayoritas responden dari segi pengetahuan tentang kesehatan reproduksi,
sebagian besar responden memiliki pengetahuan baik sebanyak 87 orang (87%).
3. Mayoritas responden dari segi sikap tentang kesehatan reproduksi, Tabel 5.3
menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki sikap positif sebanyak 93
B. Saran menjawab penelitian
Adapun saran pada penelitian ini yaitu:
1. Untuk masyarakat (khususnya responden/ suami)
Masyarakat khususnya para responden yang mempunyai istri agar lebih aktif
dalam mencari informasi tentang kesehatan reproduksi wanita sehingga responden
yang masih memiliki pengetahuan kurang dapat lebih meningkatkan
pengetahuannya.
2. Tenaga kesehatan
Diharapkan tenaga kesehatan lebih meningkatkan pemahaman dan informasi
mengenai kesehatan reproduksi wanita melalui penyuluhan-penyuluhan yang
dilakukan di seluruh wilayah kerja seperti menggalakkan program suami siaga
sehingga suami yang mempunyai istri memiliki pengetahuan dan pemahaman
tentang kesehatan reproduksi wanita dan mau menerapkannya dalam kehidupan
sehari-hari..
3. Peneliti lanjut
Peneliti lainnya dapat melanjutkan secara lebih spesifik dari sisi korelasi, agar
dapat dilihat adakah hubungan antara pengetahuan dan sikap suami terhadap
DAFTAR PUSTAKA
Sihite Romany, 2007. Perempuan, Kesehatan, & Keadilan. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada.
Manurung Ria, 2002. Kekerasan Terhadap Perempuan Pada Masyarakat
Multietnik. Yogyakarta: Pusat Study Kependudukan Dan Kebijakan UGM
Darwin Muhadjir dan Tukiran, 2001. Menggugat Budaya Patriarkhi. Yogyakarta:
Kerja sama Pusat Penelitian Kependudukan Universitas Gadjah Mada dengan
Ford Foundation.
Widyastuti Yani, dkk, 2009. Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta: Fitramaya
Pinem Saroha, 2009. Kesehatan Reproduksi dan Kontrasepsi. Jakarta: Trans Info
Media.
Llewellyn Derek, Jones. 2000. Setiap Wanita. Jakarta: Pustaka Delapratasa
Nadesul Hendrawan, dr. 2007. Buku Calon Pengantin dan Keluarga Muda. Jakarta:
Kompas.
Sastroasmoro Sudigdo, dkk. 2008. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis.
Jakarta: Sangung Seto
Sarwono Jonathan, 2006. Metode Penelitian Kuntitatif dan Kualitatif. Yogyakarta:
Notoadmojo Soekidjo, 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka
Cipta.
Arikunto Suharsimi, 2006. Prosedur Penelitian. Jarkarta: Rineka cipta
Nursalam, 2008. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan.
Edisi 2, Jakarta: Salemba Medika
Poerwadarminta, 1976. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka
Harahap Juliandi, 2003. Kesehatan Reproduksi. berkarya.
Wordpress.com//
Habsari Ririn, 2006. Menguak Misteri Dibalik Kesakitan Perempuan. Dibuka pada
situs
. Di peroleh 19 oktober 2009
Savitri Nita, 2003. Memasyarakatkan Kesehatan Reproduksi Wanita. Dibuka pada
situs
KUESIONER PENELITIAN
PENGETAHUAN DAN SIKAP SUAMI TERHADAP KESEHATAN REPRODUKSI WANITA DI DUSUN III DESA TANJUNG ANOM KECAMATAN PANCUR BATU
KABUPATEN DELI SERDANGTAHUN 2010
A. PENGETAHUAN
Pilihlah salah satu jawaban yang anda anggap paling benar dan berilah tanda
silang ( x ) pada salah satu jawaban tersebut.
Petunjuk
1. Kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan sejahtera fisik, mental, & social secara
utuh, tidak semata-mata bebas dari suatu penyakit atau kecacatan dalam hal yang
berkaitan dengan system reproduksi, serta fungsi dan prosesnya
a. Benar b. Salah
2. Mendapatkan informasi dan pendidikan kesehatan reproduksi merupakan hak
reproduksi wanita
a. Benar b. Salah
3. Wanita berhak mendapatkan pelayanan dan perlindungan kesehatan reproduksi.
a. Benar b. Salah
4. Seorang ibu tidak berhak menentukan jumlah dan jarak anak yang diinginkannya.
a. Benar b. Salah
5. Bebas dari penganiayaan dan berkelakuan buruk termasuk perlindungan dari
perkosaan, kekerasan, penyiksaan, dan pelecehan seksual merupakan hak reproduksi
wanita