• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Ibu Bayi/Balita Tentang Penyakit Diare Dan Program Pencegahan Diare Terhadap Tindakan Pencegahannya Di Desa Tanjung Anom Kecamatan Pancur Batu Tahun 2012

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Ibu Bayi/Balita Tentang Penyakit Diare Dan Program Pencegahan Diare Terhadap Tindakan Pencegahannya Di Desa Tanjung Anom Kecamatan Pancur Batu Tahun 2012"

Copied!
93
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PERSEPSI IBU BAYI/BALITA TENTANG PENYAKIT DIARE DAN PROGRAM PENCEGAHAN DIARE TERHADAP TINDAKAN

PENCEGAHANNYA DI DESA TANJUNG ANOM KECAMATAN PANCUR BATU

TAHUN 2012

SKRIPSI

OLEH :

INDAH ASTATI NIM. 061000186

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

PENGARUH PERSEPSI IBU BAYI/BALITA TENTANG PENYAKIT DIARE DAN PROGRAM PENCEGAHAN DIARE TERHADAP TINDAKAN

PENCEGAHANNYA DI DESA TANJUNG ANOM KECAMATAN PANCUR BATU

TAHUN 2012

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

OLEH :

INDAH ASTATI NIM. 061000186

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

ABSTRAK

Ibu sebagai pengasuh yang terdekat dengan bayi dan balita memiliki peran besar dalam melakukan pencegahan terhadap kejadian diare. Berdasarkan data profil Puskesmas Pancur Batu pada tahun 2012 Desa Tanjung Anom merupakan urutan tertinggi untuk kasus diare untuk usia bayi/balita yaitu sebesar 227 kasus.

Jenis penelitian ini adalah explanatory research yang bertujuan untuk menjelaskan persepsi tentang kerentanan penyakit diare, persepsi tentang keparahan penyakit diare, persepsi tentang manfaat pencegahan diare, persepsi tentang hambatan pencegahan diare dan persepsi tentang program pencegahan diare. Populasi adalah ibu yang memiliki bayi dan balita dan pengambilan sampel dilakukan dengan cara simple random sampling. Analisis data menggunakan uji regresi linear berganda pada taraf kepercayaan 95%.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel yang memunyai pengaruh signifikan terhadap tindakan pencegahan diare adalah persepsi tentang kerentanan penyakit diare (p=0,025<0,05), sedangkan variabel yang tidak berpengaruh adalah persepsi tentang keparahan penyakit diare (p=0,988>0,05), persepsi tentang manfaat pencegahan diare (p=0,639>0,05), persepsi tentang hambatan pencegahan diare (p=0,183>0,05) dan persepsi tentang program pencegahan diare (p=0,317>0,05).

Disarankan kepada petugas kesehatan Puskesmas Pancur Batu sebaiknya mengadakan kegiatan berupa penyuluhan, melakukan pendekatan dan pelatihan kepada kader dan bidan desa agar dapat membantu dalam menyebarluaskan informasi tentang penyakit diare dan melakukan penyuluhan yang berkesinambungan.

(4)

ABSTRACT

Mothers as caregiver who are closest to baby and children under five year old has important role to prevent the incidence of diarrhea. Based on the data from profile of Community Health Centre Pancur Batu 2012, Tanjung Anom village is as the highest incidence rank for diarrhea, namely 227 cases.

This research was explanatory research with the objectives to describe the perception about the susceptibility to diarrhea disease, the perception about the seriousness of diarrhea disease, the perception about the use of the prevention of diarrhea, the perception about the hindrances found in the prevention of diarrhea, the perception about diarrhea prevention program to diarrhea prevention action. The population was mother with baby and children under five year old and sample taking used simple random sampling. Data analysis used multiple linier regression test with significance level 95%.

The results of research showed that the variable with significant influence to the action of the prevention of diarrhea disease was the perception about the susceptibility of diarrhea disease (p=0,025<0,05), whereas the variables without significant influence were the perception about seriousness of diarrhea disease (0,988>0,05), the perception about the use of diarrhea prevention (p=0,639>0,05), the perception about the hindrances found in the prevention of diarrhea disease (p=0,183>0,05) and the perception about diarrhea prevention program (p=0,317>0,05).

It is suggested for health providers in Community Health Centre Pancur Batu to give counseling and guidance as well as training for the cadres and village midwifes in distributing information about diarrhea disease.

Keywords: perception, diarrhea prevention

(5)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : INDAH ASTATI

Tempat/Tanggal Lahir : Medan, 2 Januari 1988 Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Kristen Protestan

Status Perkawinan : Belum Menikah

Jumlah Anggota Keluarga : Anak ke-3 dari 5 bersaudara Alamat Rumah : Jl. Kabu-Kabu No. 54 Pancur Batu Riwayat Pendidikan

1. 1993-1999 : SD Methodist Pancur Batu 2. 1999-2002 : SMP Methodist Pancur Batu 3. 2002-2005 : SMA Methodist 1 Medan

(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Yesus Kristus Sang Juruselamat atas kasih, berkat dan anugerahNya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul Pengaruh Persepsi Ibu Bayi/Balita Tentang Penyakit Diare dan Program Pencegahan Diare Terhadap Tindakan Pencegahannya di Desa Tanjung Anom Kecamatan Pancur Batu Tahun 2012 sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Begitu banyak tantangan yang dihadapi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, namun berkat bantuan dan dukungan dari berbagai pihak baik secara moril maupun materil, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Untuk itu penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan kepada:

1. Dr. Surya Utama, M.Si., selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

2. dr. Heldy B Z, MPH., selaku Ketua Departemen Administrasi dan Kebijakan Kesehatan.

3. Siti Khadijah, SKM, M.Kes., selaku Dosen Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis sehingga skripsi ini bisa diselesaikan dengan baik.

4. dr. Rusmalawaty, M.Kes., selaku Dosen Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan arahan untuk kesempurnaan skripsi ini.

5. dr. Heldy B.Z., MPH, selaku Dosen Penguji II yang telah meluangkan waktu untuk memberikan masukan terhadap skripsi ini.

6. dr. Fauzi, SKM, selaku Dosen Penguji III yang telah meluangkan waktu untuk memberikan masukan terhadap skripsi ini.

7. Dra. Syarifah, MS., selaku Dosen Penasehat Akademik Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

(7)

9. Suryadi Aritonang, S.Sos, M.Si., selaku Kepala Camat Pancur Batu yang telah memberikan izin peneliti untuk melakukan penelitian.

10. Kepala Puskesmas dan Staf di Puskesmas Pancur Batu yang telah memberi izin peneliti untuk melakukan penelitian dan membimbing peneliti selama melakukan penelitian.

11. Terkhusus kepada kedua orang tua tercinta, Alm. Role Limbong dan Nurliana Ginting, kakak-kakakku Elprina Limbong, S.S., Elfryanti Limbong, Amd. Par. dan adik-adikku Nicholas Limbong, Suhendra Limbong yang senantiasa mendukung dan mendoakan penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

12. Terkhusus kepada seseorang yang spesial Agustinus Brahmana, S.E. yang senantiasa mendukung dan mendoakan penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. 13. Kedua sahabatku Adelina Sitompul, SKM dan Yanny Siregar, SKM, terima kasih buat persahabatan, doa dan dukungan yang membuat kita jadi lebih baik. 14. Teman-teman seperjuangan di Departemen Administrasi dan Kebijakan

Kesehatan Melda, Hessy, Agustini, Enda, bang Pahottor, kak Citra, Lafandi, Karina dan seluruhnya yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Akhirnya semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang memerlukannya.

Medan, Desember 2012 Penulis

(8)
(9)

3.3. Populasi dan Sampel... 33

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ……… 37

4.2. Data Demografis ……….. . 37

4.3. Deskripsi Karakteristik Responden ……….. 38

4.4. Persepsi tentang Penyakit Diare ………... 39

4.4.1. Persepsi tentang Kerentanan Penyakit Diare ….. ... 40

4.4.2. Persepsi tentang Keparahan Penyakit Diare …………. .. 42

4.4.3. Persepsi tentang Manfaat Pencegahan Penyakit Diare .. . 44

4.4.4. Persepsi tentang Hambatan Pencegahan Diare …... 46

4.4.5. Persepsi tentang Program Pencegahan Diare ….. ... 48

4.5. Tindakan Pencegahan Diare ... ... 50

4.6. Hasil Uji Statistik Bivariat …... 52

4.7. Hasil Uji Statistik Multivariat . ... 53

BAB V PEMBAHASAN ... ... 55

5.1. Pengaruh Persepsi tentang Kerentanan Penyakit Diare terhadap Tindakan Pencegahan Diare ….. ... 55

5.2. Pengaruh Persepsi tentang Keparahan Penyakit Diare terhadap Tindakan Pencegahan Diare ………. ... 56

5.3. Pengaruh Persepsi tentang Manfaat Pencegahan terhadap Tindakan Pencegahan Diare …. ... 57

5.4. Pengaruh Persepsi tentang Hambatan Pencegahan terhadap Tindakan Pencegahan Diare … ... 57

(10)

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN …….... 59

6.1. Kesimpulan ….. ... 59

6.2. Saran …….. ... 59

DAFTAR PUSTAKA ……… ... xii

LAMPIRAN:

Lampiran 1 Surat Keterangan Telah Selesai Pengumpulan Data dari Instansi Terkait

Lampiran 2 Surat Izin Penelitian Lampiran 3 Kuesioner

(11)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 1.1. Jumlah Balita dan Jumlah Kasus Diare di Wilayah Kerja

Puskesmas Pancur batu Bulan Januari-Desember

Tahun 2011 ... 3 Tabel 3.1. Aspek Pengukuran Variabel Bebas dan

Variabel Terikat ... 35 Tabel 4.1. Distribusi Penduduk Desa Tanjung Anom Berdasarkan Jenis

Kelamin Tahun 2012 ... 37 Tabel 4.2. Distribusi Identitas Responden Berdasarkan Umur, Pendidikan, dan Pekerjaan ... 38 Tabel 4.3 Distribusi Penghasilan Keluarga ... .. 39 Tabel 4.4 Distribusi Identitas Bayi/Balita ... 39 Tabel 4.5 Distribusi Responden Berdasarkan Uraian Jawaban Persepsi

Kerentanan Terhadap Penyakit Diare ... 41 Tabel 4.6. Distribusi Responden Tentang Kategori Persepsi Kerentanan

Terhadap Penyakit Diare ... 41 Tabel 4.7. Distribusi Responden Berdasarkan Uraian Jawaban Persepsi

Keparahan Terhadap Penyakit Diare ... 43 Tabel 4.8. Distribusi Responden Tentang Kategori Persepsi Keparahan

Terhadap Penyakit Diare ... 43 Tabel 4.9. Distribusi Responden Berdasarkan Uraian Jawaban Persepsi

Manfaat Pencegahan Terhadap Penyakit Diare ... 45 Tabel 4.10. Distribusi Responden Tentang Kategori Persepsi Manfaat

(12)

Tabel 4.11. Distribusi Responden Berdasarkan Uraian Jawaban Persepsi

Hambatan Pencegahan Terhadap Penyakit Diare ... 47 Tabel 4.12. Distribusi Responden Tentang Kategori Persepsi Hambatan

Pencegahan Terhadap Penyakit Diare... 47 Tabel 4.13. Distribusi Responden Berdasarkan Uraian Jawaban Persepsi

Program Pencegahan Terhadap Penyakit Diare ... 49 Tabel 4.14. Distribusi Responden Tentang Kategori Persepsi Program

Pencegahan Terhadap Penyakit Diare... 49 Tabel 4.15. Distribusi Responden Berdasarkan Uraian Jawaban Tindakan

Pencegahan Diare ... 51 Tabel 4.16. Distribusi Responden Tentang Kategori Pencegahan Penyakit

Diare ... 52 Tabel 4.17. Hasil Uji Statistik Korelasi Pearson ... 53 Tabel 4.18. Hasil Analisis Regresi Linear Berganda Persepsi Kerentanan

Dan Persepsi Hambatan Tentang Penyakit Diare Terhadap

(13)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

(14)

ABSTRAK

Ibu sebagai pengasuh yang terdekat dengan bayi dan balita memiliki peran besar dalam melakukan pencegahan terhadap kejadian diare. Berdasarkan data profil Puskesmas Pancur Batu pada tahun 2012 Desa Tanjung Anom merupakan urutan tertinggi untuk kasus diare untuk usia bayi/balita yaitu sebesar 227 kasus.

Jenis penelitian ini adalah explanatory research yang bertujuan untuk menjelaskan persepsi tentang kerentanan penyakit diare, persepsi tentang keparahan penyakit diare, persepsi tentang manfaat pencegahan diare, persepsi tentang hambatan pencegahan diare dan persepsi tentang program pencegahan diare. Populasi adalah ibu yang memiliki bayi dan balita dan pengambilan sampel dilakukan dengan cara simple random sampling. Analisis data menggunakan uji regresi linear berganda pada taraf kepercayaan 95%.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel yang memunyai pengaruh signifikan terhadap tindakan pencegahan diare adalah persepsi tentang kerentanan penyakit diare (p=0,025<0,05), sedangkan variabel yang tidak berpengaruh adalah persepsi tentang keparahan penyakit diare (p=0,988>0,05), persepsi tentang manfaat pencegahan diare (p=0,639>0,05), persepsi tentang hambatan pencegahan diare (p=0,183>0,05) dan persepsi tentang program pencegahan diare (p=0,317>0,05).

Disarankan kepada petugas kesehatan Puskesmas Pancur Batu sebaiknya mengadakan kegiatan berupa penyuluhan, melakukan pendekatan dan pelatihan kepada kader dan bidan desa agar dapat membantu dalam menyebarluaskan informasi tentang penyakit diare dan melakukan penyuluhan yang berkesinambungan.

(15)

ABSTRACT

Mothers as caregiver who are closest to baby and children under five year old has important role to prevent the incidence of diarrhea. Based on the data from profile of Community Health Centre Pancur Batu 2012, Tanjung Anom village is as the highest incidence rank for diarrhea, namely 227 cases.

This research was explanatory research with the objectives to describe the perception about the susceptibility to diarrhea disease, the perception about the seriousness of diarrhea disease, the perception about the use of the prevention of diarrhea, the perception about the hindrances found in the prevention of diarrhea, the perception about diarrhea prevention program to diarrhea prevention action. The population was mother with baby and children under five year old and sample taking used simple random sampling. Data analysis used multiple linier regression test with significance level 95%.

The results of research showed that the variable with significant influence to the action of the prevention of diarrhea disease was the perception about the susceptibility of diarrhea disease (p=0,025<0,05), whereas the variables without significant influence were the perception about seriousness of diarrhea disease (0,988>0,05), the perception about the use of diarrhea prevention (p=0,639>0,05), the perception about the hindrances found in the prevention of diarrhea disease (p=0,183>0,05) and the perception about diarrhea prevention program (p=0,317>0,05).

It is suggested for health providers in Community Health Centre Pancur Batu to give counseling and guidance as well as training for the cadres and village midwifes in distributing information about diarrhea disease.

Keywords: perception, diarrhea prevention

(16)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Diare adalah penyakit yang terjadi karena perubahan konsistensi feses selain dari frekuensi buang air besar. Seseorang dikatakan menderita diare bila feses lebih berair dari biasanya, atau bila buang air besar tiga kali atau lebih, atau buang air besar yang berair tapi tidak berdarah dalam waktu 24 jam (Depkes RI, 2010).

Penyakit diare adalah penyakit yang sangat berbahaya dan terjadi hampir di seluruh daerah geografis di dunia dan bisa menyerang seluruh kelompok usia baik laki – laki maupun perempuan, tetapi penyakit diare dengan tingkat dehidrasi berat dengan angka kematian paling tinggi banyak terjadi pada bayi dan anak balita. Di negara berkembang termasuk Indonesia, anak-anak menderita diare lebih dari 12 kali per tahun dan hal ini yang menjadi penyebab kematian sebesar 15-34% dari semua penyebab kematian (Depkes RI, 2010).

Diare lebih dominan menyerang balita karena daya tahan tubuh balita yang masih lemah sehingga balita sangat rentan terhadap penyebaran virus penyebab diare. Diare merupakan salah satu penyebab angka kematian dan kesakitan tertinggi pada anak, terutama pada balita (Depkes RI, 2007).

Hal yang bisa menyebabkan balita mudah terserang penyakit diare adalah perilaku hidup masyarakat yang kurang baik dan keadaan lingkungan yang buruk. Diare dapat berakibat fatal apabila tidak ditangani secara serius karena tubuh balita

(17)

sebagian besar terdiri dari air, sehingga bila terjadi diare sangat mudah terkena dehidrasi (Depkes RI, 2010).

Faktor-faktor yang meningkatkan resiko terjadinya diare adalah lingkungan, praktik penyapihan yang buruk dan malnutrisi. Diare dapat menyebar melalui praktik-praktik yang tidak higienis seperti menyiapkan makanan dengan tangan yang belum dicuci, setelah buang air besar atau membersihkan tinja seorang anak serta membiarkan seorang anak bermain di daerah dimana ada tinja yang terkontaminasi bakteri penyebab diare (Depkes RI, 2010).

Penyakit diare di Indonesia merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang utama. Hal ini disebabkan karena masih tingginya angka kesakitan diare yang menimbulkan banyak kematian terutama pada balita. Angka kesakitan diare di Indonesia dari tahun ke tahun cenderung meningkat. Berdasarkan Profil Kesehatan RI Tahun 2010, CFR (Case Fatality Rate) diare pada tahun 2006 sebesar 2,16%, pada tahun 2007 sebesar 1,79% dan pada tahun 2008 meningkat sebesar 2,94%. CFR diare pada tahun 2009 menurun menjadi 1,74% dan angka CFR itu tetap pada tahun 2010 dimana Kejadian Luar Biasa (KLB) Diare terjadi di 11 propinsi dengan jumlah penderita diare sebanyak 4.204 orang dan jumlah kematian 73 orang (Depkes RI, 2010).

(18)

kabupaten/kota dengan total penderita 2.819 orang dan kematian 23 orang (CFR 0,81%). Berdasarkan laporan Program Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit, pada tahun 2008 tingkat kematian pada penyakit diare mengalami peningkatan dibandingkan tahun sebelumnya. Tahun 2008 CFR akibat diare sebesar 4,78% dengan 10 penderita meninggal dari 209 kasus. Angka ini naik dari tahun sebelumnya yaitu dengan CFR 1,31% dengan 4 penderita meninggal dari 304 kasus. Berdasarkan data profil dari kabupaten/kota tahun 2008, diperoleh bahwa jumlah penderita diare di Sumatera Utara tahun 2008 adalah 208.024 penderita, dari jumlah tersebut 98.768 (47,48%) adalah kasus pada balita (Profil Dinkes Sumut, 2008).

Di Kabupaten Deli Serdang sendiri, diare merupakan salah satu penyakit yang ada di kabupaten ini dengan 20373 kasus pada tahun 2010.

Berdasarkan data profil kesehatan Puskesmas Pancur Batu, di Kecamatan Pancur Batu diare merupakan penyakit urutan kedua dari sepuluh penyakit terbesar yang ada di Puskesmas Pancur Batu dan kasus terbesar terjadi pada balita yakni 741 kasus pada tahun 2011.

Tabel 1.1 Jumlah Balita dan Jumlah Kasus Diare di Wilayah Kerja Puskesmas Pancur Batu Bulan Januari - DesemberTahun 2011

No. Nama Desa Jumlah Balita Jumlah Kasus

(19)

12.

Sumber: Profil Kesehatan Puskesmas Pancur Batu Tahun 2011

Berdasarkan data di atas dapat dilihat bahwa jumlah kasus diare paling banyak terjadi di Desa Tanjung Anom yakni 227 kasus.

(20)

Adapun program pencegahan diare di Desa Tanjung Anom yang dilakukan oleh petugas kesehatan adalah penyuluhan seperti Sanitasi Lingkungan, Personal Hygiene, Pemberian Oralit, selain penyuluhan yang dilakukan oleh petugas kesehatan ada juga penyuluhan yang dilakukan oleh instansi lain seperti penyuluhan dari Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES) tentang penyakit diare. Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa ibu mengatakan bahwa petugas kesehatan jarang datang sehingga sulit mendapatkan informasi mengenai diare, selain itu petugas kesehatan juga jarang memberitahukan informasi tentang penyuluhan dan melakukan pemantauan ke lapangan.

Pengalaman atau pengetahuan yang dimiliki seseorang merupakan faktor yang sangat berperan dalam menginterpretasikan suatu rangsangan yang diperoleh. Pengalaman masa lalu akan menyebabkan terjadinya perbedaan dalam interpretasi. Sebelum seseorang mengadopsi perilaku baru, harus tahu terlebih dahulu apa arti atau manfaat perilaku tersebut bagi dirinya dan keluarganya (Notoatmodjo, 2003).

Menurut Gunawan (2010) bahwa persepsi ibu tentang keseriusan terhadap pencegahan penyakit diare mempunyai pengaruh terhadap tindakan pencegahan diare, sedangkan persepsi ibu tentang kerentanan tidak berpengaruh terhadap tindakan pencegahan diare yang dilakukan ibu balita di Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan.

(21)

1.2. Perumusan Masalah

Bagaimana pengaruh persepsi ibu bayi/balita tentang penyakit diare dan program pencegahan diare terhadap tindakan pencegahannya di Desa Tanjung Anom Kecamatan Pancur Batu Tahun 2012.

1.3. Tujuan Penelitian

Menjelaskan pengaruh persepsi ibu bayi/balita tentang penyakit diare dan program pencegahan diare terhadap tindakan pencegahannya di Desa Tanjung Anom Kecamatan Pancur Batu Tahun 2012.

1.4. Manfaat Penelitian

1. Manfaat bagi tenaga kesehatan, pemerintah/pengambil keputusan dapat memberikan informasi tentang permasalahan terkait sehingga dapat digunakan sebagai dasar untuk mengambil keputusan dalam menentukan kebijakan untuk pencegahan dan penanganan kejadian diare.

2. Bagi peneliti lain, penelitian ini dapat memberikan informasi baru tentang penelitian terkait sehingga dapat menjadi referensi untuk penelitian-penelitian pengembangan berikutnya.

(22)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Diare

Diare adalah buang air besar lembek atau cair dapat berupa air saja yang frekuensinya lebih sering dari biasanya (biasanya tiga kali atau lebih dalam sehari) (DepkesRI, 2000).

Menurut WHO (1992) diare adalah tinja yang mengandung lebih banyak air dibandingkan yang normal atau sering disebut mencret atau tinja seperti air. Diare sering didefinisikan sebagai buang air encer tiga kali atau lebih dalam sehari, sedangkan diare yang mengandung darah disebut disentri.

(23)

Beberapa perilaku yang dapat meningkatkan risiko terjadinya diare pada balita, yaitu (Depkes RI, 2007):

1. Tidak memberi ASI secara penuh 4-6 bulan pertama pada kehidupan. Pada balita yang tidak diberi ASI risiko menderita diare lebih besar daripada balita yang diberi ASI penuh, dan kemungkinan menderita dehidrasi berat lebih besar.

2. Menggunakan botol susu, penggunaan botol ini memudahkan pencemaran oleh kuman karena botol susah dibersihkan. Penggunaan botol yang tidak bersih atau sudah dipakai selama berjam-jam dibiarkan dilingkungan yang panas, sering menyebabkan infeksi usus yang parah karena botol tersebut dapat menyebabkan infeksi diare.

3. Menyimpan makanan masak pada suhu kamar, bila makanan disimpan beberapa jam pada suhu kamar, makanan akan tercemar dan kuman akan berkembang biak.

4. Menggunakan air minum yang tercemar.

5. Tidak mencuci tangan sesudah buang air besar dan sesudah membuang tinja anak atau sebelum makan dan menyuapi bayi/balita.

(24)

Faktor-faktor yang meningkatkan resiko diare adalah sebagai berikut (Savitri, 2002) :

1. Faktor lingkungan

a. Pasokan air tidak memadai. b. Air terkontaminasi tinja. c. Fasilitas kebersihan kurang.

d. Kebersihan pribadi buruk, seperti tidak mencuci tangan setelah buang air. e. Kebersihan rumah buruk, seperti tidak membuang tinja anak di WC. f. Metode penyiapan dan penyimpanan makanan tidak higienis, misalnya

makanan dimasak tanpa dicuci terlebih dahulu atau menutup makanan yang telah dimasak.

2. Praktik penyapihan yang buruk

a. Pemberian ASI eksklusif dihentikan sebelum bayi berusia 4-6 bulan dan pemberian susu botol.

b. Berhenti menyusui sebelum anak berusia satu tahun. 3. Faktor individu

a. Kurang gizi.

b. Buruk atau kurangnya mekanisme pertahanan alami tubuh. 4. Produksi asam lambung berkurang.

(25)

Menurut Suharyono (2008) faktor-faktor yang memengaruhi terjadinya diare, yaitu:

1. Faktor gizi

Makin buruk gizi seorang anak, ternyata makin banyak episode diare yang dialami.

2. Faktor makanan yang terkontaminasi pada masa sapih

Penggunaan botol susu pada anak-anak usia 6-24 bulan dapat menyebabkan penyakit diare. Meneruskan pemberian ASI, menghindari pemberian susu botol, perhatian penuh terhadap higiene makanan anak dapat mencegah serangan diare pada anak. Serangan diare pada usia ini berpengaruh sangat buruk pada pertumbuhan anak dan dapat menyebabkan malnutrisi, walaupun demikian anak-anak yang minum ASI juga dapat terserang diare. Hal ini dapat disebabkan oleh karena puting susu ibu yang tidak bersih, untuk itu ibu yang masih menyusui perlu menjaga kebersihan puting susu.

3. Faktor sosial ekonomi

(26)

4. Faktor lingkungan

Sanitasi lingkungan yang buruk juga akan berpengaruh terhadap terjadinya diare. Interaksi antara agent (penyakit), tuan rumah (manusia) dan faktor-faktor lingkungan yang mengakibatkan penyakit perlu diperhatikan dalam penanggulangan diare. Peranan faktor lingkungan (air, makanan, lalat dan serangga lain), enterobakteri, parasit usus, virus, jamur dan beberapa zat kimia telah secara klasik dibuktikan pada berbagai penyelidikan epidemiologis sebagai penyebab penyakit diare, walaupun demikian, banyak yang masih perlu dijelaskan mengenai pentingnya sebagai faktor lingkungan.

Menurut Depkes (2010) proses terjadinya diare dapat disebabkan oleh berbagai kemungkinan, diantaranya:

1) Faktor infeksi

Proses ini dapat diawali adanya mikroba atau kuman yang masuk dalam saluran pencernaan yang kemudian berkembang dalam usus dan merusak sel mukosa usus yang dapat menurunkan darah permukaan usus selanjutnya terjadi perubahan kapasitas usus yang akhirnya mengakibatkan gangguan fungsi usus dalam absorbsi cairan dan elektrolit atau juga dikatakan bakteri akan menyebabkan sistem transporaktif dalam usus sehingga sel mukosa mengalami iritasi yang kemudian sekresi cairan dan elektrolit meningkat.

2) Faktor malabsorbsi

(27)

3) Faktor makanan

Dapat terjadi peningkatan peristaltik usus yang mengakibatkan penurunan kesempatan untuk menyerap makanan yang kemudian menyebabkan diare, seperti makanan yang tercemar, basi, beracun dan kurang matang.

4) Faktor psikologis

Keadaan psikologis seseorang dapat memengaruhi kecepatan gerakan peristaltik usus yang akhirnya mempengaruhi proses penyerapan makanan yang dapat menyebabkan diare.

Departemen Kesehatan RI (2000), mengklasifikasikan jenis diare menjadi empat kelompok yaitu:

1) Diare akut; yaitu diare yang berlangsung kurang dari empat belas hari (umumnya kurang dari tujuh hari),

2) Disentri; yaitu diare yang disertai darah dalam tinjanya,

3) Diare persisten; yaitu diare yang berlangsung lebih dari empat belas hari secara terus menerus,

4) Diare dengan masalah lain; anak yang menderita diare (diare akut dan persisten) mungkin juga disertai penyakit lain seperti demam, gangguan gizi atau peyakit lainnya.

(28)

kesadaran menurun dan bila tak cepat diobati penderita dapat meninggal, (3) gangguan gizi yang terjadi akibat keluarnya cairan berlebihan karena diare dan muntah; kadang-kadang orangtuanya menghentikan pemberian makanan karena takut bertambahnya muntah dan diare pada anak atau bila makanan tetap diberikan dalam bentuk diencerkan. Hipoglikemia akan lebih sering terjadi pada anak yang sebelumnya telah menderita manultrisi atau bayi dengan gagal bertambah berat badan. Sebagai akibat hipoglikemia dapat terjadi edema otak yang dapat mengakibatkan kejang dan koma (Suharyono, 2008).

2.2. Gejala Diare

Gejala diare atau mencret adalah tinja yang encer dengan frekuensi empat kali atau lebih dalam sehari, yang kadang disertai dengan: (1) Muntah, (2) Badan lesu atau lemas dan panas, (3) Tidak nafsu makan, (4) Darah dan lendir dalam kotoran (Depkes RI, 2000).

(29)

2.3. Pencegahan Penyakit Diare 2.3.1. Pencegahan Primer

Menurut WHO (1992), pencegahan penyakit diare dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:

1. Pemberian air susu ibu

a. Berikan air susu ibu selama 4-6 bulan pertama kemudian berikan ASI bersama makanan lain sampai paling kurang anak berusia satu tahun.

b. Untuk menyusu dengan nyaman dan aman, ibu harus :

1) jangan beri cairan tambahan seperti air, air gula atau susu bubuk, terutama dalam hari-hari awal kehidupan anak;

2) memulai pemberian ASI segera setelah bayi lahir;

3) menyusukan sesuai keperluan (peningkatan pengisapan meningkatkan penyediaan susu);

keluarkan susu secara manual untuk mencegah pembendungan payudara selama masa pemisahan dari bayi.

c. Jika ibu bekerja di luar rumah dan tidak mungkin membawa bayinya, maka ibu harus mempersiapkan ASI untuk bayinya sebelum ibu meninggalkan rumah.

d. Ibu seharusnya terus memberikan air susu ibu sewaktu bayinya sakit dan setelah sakit.

2. Perbaikan cara menyapih

(30)

b. Kemudian diet anak seharusnya menjadi semakin bervariasi dan mencakup makanan pokok di masyarakat (biasanya serelia atau umbi); kacang atau kacang polong; sejumlah makanan dari hewan, sebagai contoh produk susu, telur dan daging; serta sayuran hijau atau sayuran jingga.

c. Anak juga harus diberikan buah-buahan atau sari buah dan minyak atau lemak yang ditambahkan ke dalam makanan penyapih.

d. Anggota keluarga seharusnya mencuci tangan sebelum menyiapkan makanan penyapih dan sebelum memberi makan bayi.

e. Makanan harus dipersiapkan di tempat bersih, menggunakan wadah dan peralatan yang bersih.

f. Makanan yang tidak dimasak harus dicuci dengan air bersih sebelum dimakan.

g. Makanan yang dimasak harus dimakan sewaktu masih hangat atau panaskan dahulu sebelum dimakan.

h. Makanan yang disimpan harus ditutup dan jika mungkin masukkan ke dalam lemari es.

3. Gunakan banyak air bersih

a. Air harus diambil dari sumber terbersih yang tersedia.

(31)

c. Air harus dikumpulkan dan disimpan dalam wadah bersih dan gunakan gayung bersih bergagang panjang untuk mengambil air.

d. Air untuk masak dan minum bagi anak anda harus dididihkan. 4. Cuci tangan

a. Semua anggota keluarga seharusnya mencuci tangan dengan baik:

1) setelah membersihkan anak yang telah buang air besar dan setelah membuang tinja anak.

2) setelah buang air besar.

3) sebelum menyiapkan makanan. 4) sebelum makan.

5) sebelum memberi makan anak.

b. Orang tua atau kakak seharusnya mencuci tangan anak yang lebih kecil. 5. Menggunakan kakus

a. Semua anggota keluarga seharusnya mempunyai kakus bersih yang masih berfungsi. Kakus harus digunakan oleh semua anggota keluarga yang cukup besar.

b. Kakus harus dijaga bersih dengan mencuci permukaan yang kotor secara teratur.

c. Jika tidak ada kakus, anggota keluarga harus:

1) buang air besar jauh dari rumah, jalan atau daerah anak bermain dan paling kurang 10 meter dari sumber air.

2) jangan buang air besar tanpa alas kaki.

(32)

6. Membuang tinja anak kecil pada tempat yang tepat

a. Kumpulkan tinja anak kecil atau bayi secepatnya, bungkus dengan daun atau kertas koran dan kuburkan atau buang di kakus.

b. Bantu anak untuk membuang air besar ke dalam wadah yang bersih dan mudah dibersihkan, kemudian buang ke dalam kakus dan bilas wadahnya atau anak dapat buang air besar di atas suatu permukaan seperti kertas koran atau daun besar dan buang ke dalam kakus.

c. Bersihkan anak segera setelah anak buang air besar dan cuci tangannya. 7. Imunisasi terhadap campak, anak harus diimunisasi terhadap campak secepat

mungkin setelah usia 9 bulan. 2.3.2. Pencegahan Sekunder

Pencegahan tingkat kedua meliputi diagnosa dan pengobatan yang tepat. Pada pencegahan tingkat kedua, sasarannya adalah mereka yang baru terkena penyakit diare.

Menurut Ngastiyah (2005) penatalaksanaan atau penanggulangan penderita diare di rumah antara lain:

a. Memberi tambahan cairan

Berikan cairan lebih sering dan lebih lama pada setiap kali pemberian, jika anak memperoleh ASI eksklusif berikan oralit atau air matang sebagai tambahan. Anak yang tidak memperoleh ASI eksklusif berikan satu atau lebih cairan berikut: oralit, cairan makanan (kuah, sayur, air tajin) atau air matang. Petugas kesehatan atau kader kesehatan harus memberitahu ibu berapa banyak cairan sehatinya:

(33)

2) Umur 1 sampai 5 tahun: 100 sampai 200 ml setiap kali buang air besar.

Minumkan cairan sedikit demi sedikit tetapi sering dan jika muntah tunggu 10 menit kemudian lanjutkan lagi sampai diare berhenti.

b. Memberi makanan

Saat diare anak tetap harus diberi makanan yang memadai, jangan pernah mengurangi makanan yang biasa dikonsumsi anak, termasuk ASI dan susu. Hindari makanan yang dapat merangsang pencernaan anak seperti makanan yang asam, pedas atau buah-buahan yang mempunyai sifat pencahar. Bila diare terjadi berulang kali, balita atau anak akan kehilangan cairan atau dehidrasi.

2.3.3. Pencegahan Tersier

(34)

2.4. Program Pencegahan Diare

Untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian diare, pemerintah dalam hal ini Departemen Kesehatan RI, melalui Dinas Kesehatan melakukan beberapa upaya sebagai berikut (Depkes RI, 2007):

1. Meningkatkan kuantitas dan kualitas Tatalaksana Penderita diare melalui pendekatan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS), dan Pelembagaan Pojok Oralit.

2. Mengupayakan Tatalaksana Penderita diare di rumah tangga secara tepat dan benar.

3. Meningkatkan upaya pencegahan melalui kegiatan KIE, dan meningkatkan upaya kesehatan bersumber masyarakat.

4. Meningkatkan sanitasi lingkungan.

5. Peningkatan Kewaspadaan Dini dan Penanggulangan Kejadian Luar Biasa Diare.

Berikut adalah hal-hal yang dapat dilakukan petugas kesehatan untuk menyokong praktek pencegahan diare (WHO, 1992):

1. Menggunakan teknik pendidikan yang baik

(35)

2. Memberikan contoh yang baik

Petugas kesehatan harus selalu melakukan apa yang diajarkannya tentang pencegahan, sebab tindakan akan berpengaruh lebih kuat daripada sekedar kata-kata saja.

3. Berperan serta dalam proyek masyarakat untuk mermperbaiki tindakan pencegahan

Di dalam bekerja sama dengan kelompok masyarakat, petugas kesehatan dapat menggunakan pengetahuannya tentang cara mencegah diare untuk membantu merencanakan proyek yang bermanfaat. Beberapa contoh proyek yang dapat dilakukan dengan peralatan yang terbatas dan yang akan bermanfaat bagi banyak anggota masyarakat mencakup:

a. Membeli sabun dalam jumlah besar bagi masyarakat. b. Memperbaiki sumber air.

c. Merancang dan menyokong pembangunan kakus keluarga.

d. Berkebun untuk menghasilkan bahan makanan yang lebih baik dan lebih murah untuk makanan penyapih.

4. Mendukung pemberian ASI

Petugas kesehatan yang hadir pada waktu bayi lahir dapat membantu ibu memulai pemberian air susu ibu dengan melakukan hal yang didaftar di bawah. Petugas kesehatan dapat juga menganjurkan dukun bayi atau anggota keluarga yang hadir saat kelahiran untuk melakukan hal-hal berikut:

(36)

b. Biarkan ibu dan bayi tinggal dalam kamar yang sama atau bawa bayi ke ruang ibu untuk diberi ASI, bila lapar.

c. Jangan memberikan makanan selain ASI pada bayi baru lahir.

d. Perlihatkan ke ibu cara terbaik memberikan ASI dan cara menghindari masalah sewaktu masa menyusui.

Petugas kesehatan dapat mendorong ibu yang memberi ASI untuk bertemu dan membahas masalah yang ada. Ini adalah kelompok pendukung pemberian air susu ibu.

5. Membangun dan memelihara kakus pada fasilitas kesehatan

Kakus yang bersih dan dapat berfungsi dengan baik pada fasilitas kesehatan merupakan contoh bagi orang yang datang ke pelayanan kesehatan. Kakus harus dirawat dengan baik, sehingga anggota keluarga melihat bagaimana kakus yang baik bekerja.

6. Beritahu anggota masyarakat tempat sumber air bersih berada dan cara mengembangkan sumber air

Mungkin beberapa sumber air dalam masyarakat dapat diperbaiki dengan melakukan tindakan sederhana seperti yang didaftar di bawah ini. Anggota masyarakat dapat memiliki keinginan untuk memperbaiki sumber air, jika petugas kesehatan dapat mengatakan apa yang harus dilakukan, sebagai contoh:

a. Membangun pagar atau dinding sekeliling sumber air untuk melindunginya dari hewan.

(37)

c. Jangan mencuci di sumber air.

d. Jangan membiarkan anak bermain dalam atau sekitar sumber air.

e. Pasang alat katrol sederhana dan ember untuk mempermudah menimba air dari sumur.

2.5. Pengertian Perilaku

Perilaku dari pandangan biologis adalah merupakan suatu kegiatan atau aktivitas organisme yang bersangkutan. Jadi perilaku manusia pada hakikatnya adalah suatu aktivitas dari pada manusia itu sendiri. Oleh sebab itu, perilaku manusia itu mempunyai bentangan yang sangat luas, mencakup: berjalan, berbicara, bereaksi, berpakaian, dan lain sebagainya. Bahkan kegiatan internal (internal activity) seperti berpikir, persepsi dan emosi juga merupakan perilaku manusia. Untuk kepentingan kerangka analisis dapat dikatakan bahwa perilaku adalah apa yang dikerjakan oleh organisme tersebut, baik dapat diamati secara langsung atau secara tidak langsung (Notoatmodjo, 2003).

Menurut Skiner dalam Notoatmodjo (2003) mengemukakan bahwa perilaku adalah merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar).

Dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:

(38)

sikap yang terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut, dan belum dapat diamati secara jelas oleh orang lain.

2. Perilaku terbuka (overt behavior), yaitu respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka. Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktek (practice), yang dengan mudah dapat diamati atau dilihat oleh orang lain.

2.6. Perilaku Kesehatan

Perilaku kesehatan menurut Notoatmodjo (2003) adalah respon seseorang (organisme) terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan, dan minuman, serta lingkungan. Dari batasan ini, perilaku kesehatan dapat diklasifikasikan menjadi 3 kelompok, yaitu :

1. Perilaku pemeliharaan kesehatan (health maintenance) adalah perilaku atau usaha-usaha seseoraang untuk memelihara atau menjaga kesehatan agar tidak sakit dan usaha untuk penyembuhan bilamana sakit. Perilaku kesehatan ini terdiri dari 3 aspek :

a. Perilaku pencegahan penyakit dan penyembuhan penyakit bila sakit, serta pemulihan kesehatan bilamana telah sembuh dari penyakit.

(39)

c. Perilaku gizi. Makanan dan minuman dapat memelihara kesehatan seseorang, tetapi sebaliknya makanan dan minuman dapat menjadi penyebab menurunnya kesehatan seseorang, bahkan dapat mendatangkan penyakit. Hal ini sangat tergantung pada perilaku orang terhadap makanan dan minuman tersebut.

2. Perilaku pencarian dan penggunaan sistem atau fasilitas pelayanan kesehatan, atau sering disebut perilaku pencarian pengobatan (health seeking behavior) adalah menyangkut upaya atau tindakan seseorang pada saat menderita penyakit dan atau kecelakaan. Tindakan atau perilaku ini di mulai dari mengobati sendiri (self treatment) sampai mencari pengobatan ke luar negeri. 3. Perilaku kesehatan lingkungan adalah bagaimana seseorang merespon

lingkungan, baik lingkungan fisik maupun sosial budaya, dan sebagainya, sehingga lingkungan tersebut tidak mempengaruhi kesehatannya. Dengan perkataan lain, bagaimana seseorang mengelola lingkungannya sehingga tidak mengganggu kesehatannya sendiri, keluarga, atau masyarakatnya. Misalnya bagaimana mengelola pembuangan tinja, air minum, tempat pembuangan sampah, pembuangan limbah, dan sebagainya.

Becker dalam Notoatmodjo (2003) membuat klasifikasi lain tentang perilaku kesehatan, yaitu:

(40)

a. Makan dengan menu seimbang (appropriate diet). Menu seimbang di sini dalam arti kualitas (mengandung zat-zat gizi yang diperlukan tubuh dan kuantitas dalam arti jumlahnya cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh (tidak kurang, tetapi tidak juga lebih). Secara kualitas mungkin di Indonesia dikenal dengan ungkapan empat sehat lima sempurna.

b. Olahraga teratur, yang juga mencakup kualitas (gerakan), dan kuantitas dalam arti frekuensi dan waktu yang digunakan untuk olahraga.

c. Tidak merokok. Merokok adalah kebiasaan jelek yang mengakibatkan berbagai macam penyakit.

d. Tidak minum minuman keras dan narkoba.

e. Istirahat cukup. Dengan meningkatnya kebutuhan hidup akibat tuntutan untuk penyesuaian dengan lingkungan modern, mengharuskan orang untuk bekerja keras dan berlebihan, sehinggan kurang waktu istirahat. f. Mengendalikan stres. Stres akan terjadi pada siapa saja dan akibatnya

bermacam-macam bagi kesehatan.

g. Perilaku atau gaya hidup lain yang positif bagi kesehatan, misalnya tidak berganti-ganti pasangan dalam hubungan seks, penyesuaian diri kita dengan lingkungan, dan sebagainya.

2. Perilaku sakit (illness behavior), perilaku ini mencakup respon seseorang terhadap sakit dan penyakit, persepsinya terhadap sakit, pengetahuan tentang penyebab dan gejala penyakit, pengobatan penyakit, dan sebagainya.

(41)

kewajiban sebagai orang sakit (obligation). Hak dan kewajiban ini harus diketahui oleh orang sakit sendiri maupun orang lain (terutama keluarganya), yang selanjutnya disebut perilaku peran orang sakit (the sick role). Perilaku ini meliputi :

a. Tindakan untuk memperoleh kesembuhan.

b. Mengenal/mengetahui fasilitas atau sarana pelayanan/penyembuhan penyakit yang layak.

c. Mengetahui hak (misalnya : hak memperoleh perawatan, memperoleh pelayanan kesehatan, dan sebagainya) dan kewajiban orang sakit (memberitahukan penyakitnya kepada orang lain terutama kepada dokter/petugas kesehatan, tidak menularkan penyakitnya kepada orang lain, dan sebagainya).

2.7. Pengertian Persepsi

(42)

emosi berhubungan erat dengan keadaan jasmani yang pada hakekatnya merupakan faktor keturunan (bawaan). Manusia di dalam mencapai kedewasaannya, semua aspek tersebut di atas akan berkembang sesuai dengan hokum perkembangan (Notoatmodjo, 2003).

Thoha (2008) mengemukakan bahwa proses pembentukan persepsi antar satu individu dengan yang lain berbeda-beda. Pembentukan persepsi tergantung berbagai faktor yang memengaruhi, baik faktor internal seperti pengalaman, keinginan, proses belajar, pengetahuan, motivasi, pendidikan, dan faktor eksternal yang meliputi lingkungan keluarga, masyarakat, sekolah, faktor sosial budaya, lingkungan fisik dan hayati, dimana seseorang itu bertempat tinggal.

Menurut Robin (2002), faktor-faktor yang memengaruhi persepsi yaitu: 1. Pelaku persepsi (perceiver); pelaku persepsi memandang suatu target dan

mencoba menafsirkan apa yang dilihatnya. Penafsiran tersebut sangat dipengaruhi oleh karakteristik-karakteristik pribadinya. Karakteristik pribadi yang lebih relevan memengaruhi persepsi adalah sikap, motif, kepentingan atau minat, pengalaman masa lalu dan pengharapan.

2. Objek atau target yang dipersepsikan; karakteristik-karakteristik dari target atau objek juga memengaruhi apa yang dipersepsikan. Karakteristik objek atau target yang dipersepsikan yaitu kedekatan. Objek-objek yang berdekatan satu sama lain akan cenderung dipersepsikan bersama-sama, bukan secara terpisah.

(43)

peristiwa dilihat dapat memengaruhi perhatian, seperti lokasi, cahaya, panas atau setiap jumlah faktor situasional.

Setelah seseorang mengetahui stimulus atau objek kesehatan, kemudian mengadakan penilaian atau pendapat terhadap apa yang diketahui, proses selanjutnya diharapkan ia akan melaksanakan atau mempraktekkan apa yang diketahui atau disikapinya (dinilai baik). Inilah yang disebut praktek (practice) kesehatan, atau dapat juga dikatakan perilaku (overt behavior) kesehatan. Oleh sebab itu indikator praktek kesehatan ini juga mencakup hal-hal tersebut di atas, yakni (Notoatmodjo, 2003):

1. Tindakan (praktek) sehubungan dengan penyakit, tindakan ini mencakup: (1) pencegahan penyakit dan (2) penyembuhan penyakit.

2. Tindakan (praktek) pemeliharaan dan peningkatan kesehatan. 3. Tindakan (praktek) kesehatan lingkungan.

Adapun jenis persepsi adalah sebagai berikut (Glanz dkk, 1997):

1. Persepsi kerentanan (Perceived susceptibility) merupakan persepsi subjektif individu mengenai risiko mengalami kondisi kesehatan tertentu.

2. Persepsi keparahan (Perceived severity) merupakan perasaan individu mengenai keseriusan akibat yang ditimbulkan oleh suatu penyakit.

3. Persepsi manfaat (Perceived benefit) mengacu pada keyakinan individu mengenai keefektifan suatu tindakan dalam mengurangi ancaman yang ditimbulkan oleh suatu penyakit.

(44)

penghalang untuk melakukan perilaku pencegahan penyakit, misalnya rasa malu, takut, rasa sakit.

(45)

2.8. Kerangka Konsep Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan permasalahan di atas, maka dapat dirumuskan kerangka konsep penelitian sebagai berikut:

Variabel Bebas Variabel Terikat

Gambar 2.1. Kerangka Konsep Penelitian

1. Persepsi tentang kerentanan penyakit diare adalah persepsi subyektif ibu yang mempunyai bayi/balita terhadap risiko bayi/balita terserang diare.

2. Persepsi tentang keparahan penyakit diare adalah persepsi ibu yang mempunyai bayi/balita terhadap keseriusan akibat diare jika tidak segera ditangani.

3. Persepsi tentang manfaat pencegahan diare adalah persepsi ibu yang mempunyai bayi/balita terhadap manfaat yang diperoleh dari tindakan pencegahan diare pada bayi/balita.

Persepsi tentang penyakit diare 1. Persepsi tentang kerentanan

penyakit diare

2. Persepsi tentang keparahan penyakit diare

3. Persepsi tentang manfaat pencegahan diare

4. Persepsi tentang hambatan pencegahan diare

Persepsi tentang program pencegahan diare

(46)

4. Persepsi tentang hambatan pencegahan diare adalah persepsi ibu yang mempunyai bayi/balita yang menjadi penghalang untuk melakukan tindakan pencegahan diare pada bayi/balita.

5. Persepsi tentang program diare adalah persepsi ibu yang mempunyai bayi/balita terhadap program-program yang dilakukan oleh petugas kesehatan seperti promosi, pendidikan dan penyuluhan tentang pencegahan dan penanganan diare pada bayi/balita.

(47)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Penilitian ini merupakan penelitian survei dengan tipe explanatory research, yaitu penelitian yang bertujuan menjelaskan hubungan kausal antara variabel-variabel penelitian melalui pengujian hipotesa (Singarimbun, 1995). Dalam penelitian ini ingin menjelaskan pengaruh persepsi ibu bayi/balita tentang penyakit diare dan program pencegahan diare terhadap tindakan pencegahannya di Desa Tanjung Anom Kecamatan Pancur Batu.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1. Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas Pancur Batu khususnya Desa Tanjung Anom, dengan alasan berdasarkan data yang diperoleh bahwa kasus diare di wilayah tersebut merupakan yang tertinggi di wilayah kerja Puskesmas Pancur Batu pada tahun 2011 yakni sebanyak 227 kasus untuk bayi/balita.

3.2.2 Waktu Penelitian

Waktu yang diperlukan dalam penelitian selama satu bulan, yaitu bulan Agustus tahun 2012. Waktu yang digunakan adalah untuk pengambilan data, pengolahan dan analisis data serta penyusunan hasil penelitian.

(48)

3.3. Populasi dan Sampel 3.3.1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang memiliki bayi/balita di Desa Tanjung Anom sampai bulan maret tahun 2012 yaitu sebanyak 263 orang. 3.3.2. Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian dari populasi yaitu sebagian dari seluruh ibu yang memiliki bayi/balita di Desa Tanjung Anom Kecamatan Pancur Batu dengan menggunakan teknik pengambilan sampel simple random sampling. Adapun rumus yang digunakan untuk penentuan sampel dalam penelitian ini adalah:

Keterangan: N= Besar populasi n= Besar sampel

d= Tingkat kepercayaan/ketepatan yang diinginkan (0,1) maka:

n=72.45 ~ 73 orang

(49)

3.4. Metode Pengumpulan Data 3.4.1. Jenis Data

Jenis data ada dua yaitu:

1) Data primer terdiri dari hasil wawancara dengan menggunakan kuesioner.

2) Data sekunder terdiri dari data yang diperoleh dari Profil Kesehatan Puskesmas Pancur Batu.

3.5. Variabel dan Definisi Operasional 3.5.1. Variabel

Variabel penelitian terdiri dari variabel bebas dan variabel terikat, secara rinci diuraikan di bawah ini:

a. Variabel bebas:

1) Persepsi ibu tentang penyakit diare (persepsi tentang kerentanan penyakit, persepsi tentang keparahan penyakit, persepsi tentang manfaat pencegahan diare, persepsi tentang hambatan pencegahan diare).

2) Persepsi ibu tentang program pencegahan diare. b. Variabel terikat: Tindakan pencegahan penyakit diare. 3.5.2. Definisi Operasional

Adapun defenisi operasional dari variabel-variabel yang menjadi sasaran penelitian di atas adalah sebagai berikut:

(50)

2. Persepsi tentang keparahan penyakit diare adalah persepsi ibu bayi/balita terhadap keparahan penyakit diare yang dapat menyebabkan kematian bila tidak segera ditangani.

3. Persepsi tentang manfaat pencegahan diare adalah persepsi ibu bayi/balita tentang manfaat yang dirasakan terhadap pencegahan diare pada bayi/balita.

4. Persepsi tentang hambatan pencegahan diare adalah persepsi ibu bayi/balita yang menjadi hambatan dalam melakukan tindakan pencegahan diare.

5. Persepsi tentang program pencegahan diare adalah persepsi ibu bayi/balita terhadap promosi dan penyuluhan yang diberikan oleh petugas kesehatan.

6. Tindakan pencegahan diare adalah aktivitas yang dilakukan ibu bayi/balita sebelum terserang diare dalam rangka menghindari terjadinya diare.

3.6. Aspek Pengukuran

Dalam pengumpulan data setiap variabel penelitian adalah sebagai berikut: Tabel 3.1. Aspek Pengukuran Variabel Bebas dan Variabel Terikat

(51)

pencegahan

(52)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Desa Tanjung Anom merupakan salah satu desa yang ada di wilayah administrasi Kecamatan Pancur Batu dari beberapa desa yang lainnya. Desa Tanjung Anom terdiri atas enam dusun dengan luas wilayah 400 Ha, luas pemukiman 120 Ha dan luas lahan pertanian 200 Ha. Desa Tanjung Anom termasuk wilayah Kecamatan Pancur Batu dengan batas-batas sebagai berikut:

Sebelah Utara : Desa Sembahe Baru Sebelah Selatan : Desa Kuta Jurung Sebelah Timur : Desa Sei Glugur Sebelah Barat : Kota Medan

4.2. Data Demografis

Jumlah penduduk Desa Tanjung Anom sebanyak 9698 jiwa dengan jumlah Kepala Keluarga (KK) sebanyak 2287 KK. Jumlah laki-laki lebih banyak yaitu 4923 jiwa dibandingkan jumlah perempuan sebanyak 4775 jiwa. Secara rinci dapat dilihat pada tabel 4.1. berikut ini.

Tabel 4.1. Distribusi Penduduk Desa Tanjung Anom Berdasarakan Jenis Kelamin Tahun 2012

No. Jenis

Kelamin

Jumlah

F %

1 Laki-laki 4923 50,78

2 Perempuan 4775 49,22

Total 9698 100,00

(53)

4.3. Deskripsi Karaktersitik Responden

Secara umum hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 73 responden, 4 orang berusia muda (15 – 24 tahun) atau sebesar 5,5% dan sebanyak 69 orang berusia dewasa (25 – 49 tahun) atau sebesar 94,5%. Tingkat pendidikan yang terbanyak yaitu responden yang tamat SMA yaitu sebanyak 33 orang (45,2%) dan terendah yaitu tidak tamat SD sebanyak 1 orang atau sebesar 1,4%. Untuk pekerjaan sebagian besar responden tidak bekerja yaitu sebanyak 47 orang atau sebesar 64,4% dan responden yang bekerja sebagai buruh hanya 1 orang atau sebesar 1,4%. Secara rinci dapat dilihat pada tabel 4.2. berikut ini.

Tabel 4.2. Distribusi Identitas Responden Berdasarkan Umur, Pendidikan, dan Pekerjaan

Identitas Responden Jumlah Persentase

Umur (Tahun)

Akademi/Perguruan Tinggi 20 27,4

(54)

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan jumlah responden yang memiliki penghasilan keluarga per bulan ≤ Rp 1.200.000,00 sebanyak 21 responden (28,8%) dan jumlah responden yang memiliki penghasilan keluarga per bulan > Rp 1.200.000,00 sebanyak 52 responden (71,2%). Jumlah terbanyak adalah responden yang memiliki penghasilan keluarga per bulan > Rp 1.200.000,00. Secara rinci dapat dilihat pada tabel 4.3. berikut ini.

Tabel 4.3. Distribusi Penghasilan Keluarga

No. Penghasilan Keluarga (Rupiah) Jumlah Persentase

1. ≤ 1.200.000,00 21 28,8

2. > 1.200.000,00 52 71,2

Jumlah 72 100,0

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan jumlah bayi/balita pada kelompok usia 0-12 bulan sebanyak 30 responden (41,1%), usia 13-24 bulan sebanyak 19 responden (26,0%), usia 25-36 bulan sebanyak 9 responden (12,3%), usia 37-48 bulan sebanyak 14 responden (19,2%) dan usia 49-59 sebanyak 1 responden (1,4%). Jumlah terbanyak adalah responden pada kelompok usia 0-12 bulan. Secara

Tabel 4.4. Distribusi Identitas Bayi/Balita

No. Umur Bayi/Balita (Bulan) Jumlah Persentase

1. 0 – 12 30 41,1

2. 13 – 24 19 26,0

3. 25 – 36 9 12,3

4. 37 – 48 14 19,2

5. 49 – 59 1 1,4

Jumlah 73 100,0

4.4. Persepsi tentang Penyakit Diare

(55)

persepsi ibu tentang kerentanan penyakit diare, keparahan penyakit diare, manfaat pencegahan diare, hambatan pencegahan diare dan persepsi tentang program pencegahan diare.

4.4.1. Persepsi tentang Kerentanan Penyakit Diare

Persepsi tentang kerentanan penyakit diare diperoleh jawaban responden dari empat pertanyaan yang terdapat dalam kuesioner. Berdasarkan empat pertanyaan tersebut diperoleh jawaban responden terhadap pertanyaan (1) pada saat tumbuh gigi bayi/balita mudah terkena diare, 50 responden (68,5%) memersepsikan setuju pada saat tumbuh gigi bayi/balita mudah terkena diare, sedangkan 8 responden (11,0%) memersepsikan kurang setuju dan 15 responden (20,5%) memersepsikan tidak setuju. Pertanyaan (2) bayi/balita yang masuk angin lebih mudah terkena diare, 57 responden (78,1%) memersepsikan setuju bayi/balita yang masuk angin lebih mudah terkena diare, sedangkan 5 responden (6,8%) memersepsikan kurang setuju dan 11 responden (15,1%) memersepsikan tidak setuju.

(56)

Tabel 4.5. Distribusi Responden Berdasarkan Uraian Jawaban Persepsi

Berdasarkan hasil penelitian terhadap 73 responden didapatkan bahwa sebanyak 29 responden (39,7%) memersepsikan penyakit diare rentan menyerang bayi/balita, sedangkan 43 responden (58,9%) memersepsikan penyakit diare cukup rentan menyerang bayi/balita dan 1 responden (1,4%) memersepsikan penyakit diare tidak rentan. Secara rinci dapat dilihat pada tabel 4.6 berikut ini.

Tabel 4.6. Distribusi Responden Tentang Kategori Persepsi Kerentanan Terhadap Penyakit Diare

No. Persepsi Kerentanan Jumlah Persentase

1. Tidak Rentan 1 1,4

2. Cukup Rentan 43 58,9

3. Rentan 29 39,7

(57)

4.4.2. Persepsi tentang Keparahan Penyakit Diare

Persepsi keparahan tentang penyakit diare diperoleh jawaban responden terhadap empat pertanyaan yang terdapat dalam kuesioner. Berdasarkan empat pertanyaan tersebut diperoleh jawaban responden terhadap pertanyaan (1) diare dapat menyebabkan demam, 49 responden (67,1%) memersepsikan setuju diare dapat menyebabkan demam, sedangkan 9 responden (12,3%) memersepsikan kurang setuju dan 15 responden (20,5%) memersepsikan tidak setuju. Pertanyaan (2) bila tidak segera ditangani diare dapat menyebabkan mata bayi/balita cekung, 56 responden (76,7%) memersepsikan setuju bila tidak segera ditangani diare dapat menyebabkan mata bayi/balita cekung, sedangkan 9 responden (12,3%) memersepsikan kurang setuju dan 8 responden (11,0%) memersepsikan tidak setuju.

(58)

Tabel 4.7. Distribusi Responden Berdasarkan Uraian Jawaban Persepsi

1. Diare dapat menyebabkan demam

15 20,5 9 12,3 49 67,1 73 100 2. Bila tidak segera ditangani

diare dapat menyebabkan mata bayi/balita cekung

8 11,0 9 12,3 56 76,7 73 100

3. Bila tidak segera ditangani diare dapat menyebabkan bayi/balita kekurangan cairan

3 4,1 2 2,7 68 93,2 73 100

4. Bila tidak segera diobati diare dapat menyebabkan kematian

7 9,6 1 1,4 65 89,0 73 100

Berdasarkan hasil penelitian terhadap 73 responden didapatkan bahwa sebanyak 64 responden (87,7%) memersepsikan bahwa penyakit diare bila tidak segera ditangani bisa menjadi penyakit yang parah, sedangkan 9 responden (12,3%) memersepsikan cukup parah dan tidak ada responden (0,0%) yang memersepsikan tidak parah. Secara rinci dapat dilihat pada tabel 4.8 berikut ini.

Tabel 4.8. Distribusi Responden Tentang Kategori Persepsi Keparahan Terhadap Penyakit Diare

No. Persepsi Keparahan Jumlah Persentase

1. Tidak Parah 0 0,0

2. Cukup Parah 9 12,3

3. Parah 64 87,7

(59)

4.4.3. Persepsi tentang Manfaat Pencegahan Penyakit Diare

Persepsi tentang manfaat pencegahan penyakit diare diperoleh jawaban responden terhadap tiga pertanyaan yang terdapat dalam kuesioner. Berdasarkan tiga pertanyaan tersebut diperoleh jawaban responden terhadap pertanyaan (1) penggunaan air bersih pada bayi/balita dan seluruh keluarga dapat mengurangi resiko diare pada bayi/balita, 69 responden (94,5%) memersepsikan setuju penggunaan air bersih pada bayi/balita dan seluruh keluarga dapat mengurangi resiko diare pada bayi/balita, sedangkan 4 responden (5,5%) memersepsikan kurang setuju dan tidak ada responden (0,0%) yang memersepsikan tidak setuju. Pertanyaan (2) pemberian ASI pada bayi/balita meningkatkan daya tahan tubuh sehingga bayi/balita kebal terhadap penyakit seperti diare, 68 responden (93,2%) memersepsikan setuju pemberian ASI pada bayi/balita meningkatkan daya tahan tubuh sehingga bayi/balita kebal terhadap penyakit seperti diare, sedangkan 2 responden (2,7%) memersepsikan kurang setuju dan 3 responden (4,1%) memersepsikan tidak setuju.

(60)

Tabel 4.9. Distribusi Responden Berdasarkan Uraian Jawaban Persepsi Manfaat Pencegahan Terhadap Penyakit Diare

No. Pertanyaan Tidak

1. Penggunaan air bersih pada bayi/balita dan

Berdasarkan hasil penelitian terhadap 73 responden didapatkan bahwa sebanyak 71 responden (97,3%) memersepsikan bahwa upaya pencegahan yang dilakukan bermanfaat untuk mencegah bayi/balita terserang diare, sedangkan 1 responden (1,4%) memersepsikan kurang bermanfaat dan 1 responden (1,4%) memersepsikan tidak bermanfaat. Secara rinci dapat dilihat pada tabel 4.10 berikut ini.

Tabel 4.10. Distribusi Responden Tentang Kategori Persepsi Manfaat Pencegahan Terhadap Penyakit Diare

No. Persepsi Manfaat Pencegahan Jumlah Persentase

1. Tidak Bermanfaat 1 1,4

2. Kurang Bermanfaat 1 1,4

3. Bermanfaat 71 97,3

(61)

4.4.4. Persepsi tentang Hambatan Pencegahan Diare

Persepsi tentang hambatan pencegahan diare diperoleh jawaban responden terhadap empat pertanyaan yang terdapat dalam kuesioner. Berdasarkan empat pertanyaan tersebut diperoleh jawaban responden terhadap pertanyaan (1) ibu tidak dapat memberikan ASI karena tuntutan pekerjaan, 28 responden (38,4%) memersepsikan setuju ibu tidak dapat memberikan ASI karena tuntutan pekerjaan, sedangkan 15 responden (20,5%) memersepsikan kurang setuju dan 30 responden (41,1%) memersepsikan tidak setuju. Pertanyaan (2) ibu tidak mempunyai kesempatan untuk bertanya tentang pencegahan diare kepada petugas kesehatan, 12 responden (16,4%) memersepsikan setuju ibu tidak mempunyai kesempatan untuk bertanya tentang pencegahan diare kepada petugas kesehatan, sedangkan 16 responden (21,9%) memersepsikan kurang setuju dan 45 responden (61,6%) memersepsikan tidak setuju.

(62)

Tabel 4.11. Distribusi Responden Berdasarkan Uraian Jawaban Persepsi Hambatan Pencegahan Terhadap Penyakit Diare

No. Pertanyaan Tidak

3. Persediaan air bersih kurang untuk

Berdasarkan hasil penelitian terhadap 73 responden didapatkan bahwa sebanyak 7 responden (9,6%) memersepsikan bahwa hambatan dalam mencegah penyakit diare sulit, sedangkan 26 responden (35,6%) memersepsikan cukup sulit dan 40 responden (54,8%) memersepsikan mudah. Secara rinci dapat dilihat pada tabel 4.12 berikut ini.

Tabel 4.12. Distribusi Responden Tentang Kategori Persepsi Hambatan Pencegahan Terhadap Penyakit Diare

No. Persepsi Hambatan Pencegahan Jumlah Persentase

1. Sulit 7 9,6

2. Cukup Sulit 26 35,6

3. Mudah 40 54,8

(63)

4.4.5. Persepsi tentang Program Pencegahan Diare

Persepsi tentang program pencegahan diare diperoleh jawaban responden terhadap tiga pertanyaan yang terdapat dalam kuesioner. Berdasarkan tiga pertanyaan tersebut diperoleh jawaban responden terhadap pertanyaan (1) penyuluhan tentang diare yang dilakukan petugas kesehatan membantu ibu dalam mencegah diare pada bayi/balita, 61 responden (83,6%) memersepsikan setuju penyuluhan tentang diare yang dilakukan petugas kesehatan membantu ibu dalam mencegah diare pada bayi/balita, sedangkan 2 responden (2,7%) memersepsikan kurang setuju dan 10 responden (13,7%) memersepsikan tidak setuju. Pertanyaan (2) petugas kesehatan yang aktif mempermudah ibu untuk memperoleh informasi tentang diare, 61 responden (83,6%) memersepsikan setuju petugas kesehatan yang aktif mempermudah ibu untuk memperoleh informasi tentang diare, sedangkan 2 responden (2,7%) memersepsikan kurang setuju dan 10 responden (13,7%) memersepsikan tidak setuju.

(64)

Tabel 4.13. Distribusi Responden Berdasarkan Uraian Jawaban Persepsi Program Pencegahan Terhadap Penyakit Diare

No. Pertanyaan Tidak

Berdasarkan hasil penelitian terhadap 73 responden didapatkan bahwa sebanyak 62 responden (84,9%) memersepsikan bahwa program pencegahan diare bermanfaat, sedangkan 2 responden (2,7%) memersepsikan kurang bermanfaat dan 9 responden (12,3%) memersepsikan tidak bermanfaat. Secara rinci dapat dilihat pada tabel 4.14 berikut ini.

Tabel 4.14. Distribusi Responden Tentang Kategori Persepsi Program Pencegahan Terhadap Penyakit Diare

No. Persepsi Program Pencegahan Jumlah Persentase

1. Tidak Bermanfaat 9 12,3

2. Kurang Bermanfaat 2 2,7

3. Bermanfaat 62 84,9

(65)

4.5. Tindakan Pencegahan Diare

Tindakan pencegahan diare diperoleh jawaban responden terhadap enam pertanyaan yang terdapat dalam kuesioner. Berdasarkan enam pertanyaan tersebut diperoleh jawaban responden terhadap pertanyaan (1) apakah ibu mencuci tangan dengan sabun sebelum memberi makan bayi/balita, 43 responden (58,9%) menjawab ya, sedangkan 20 responden (27,4%) menjawab kadang-kadang dan 10 responden (13,7%) menjawab tidak. Pertanyaan (2) apakah ibu mencuci dot dan peralatan makan bayi/balita dengan air bersih sebelum digunakan, 63 responden (86,3%) menjawab ya, sedangkan 3 responden (4,1%) menjawab kadang-kadang dan 7 responden (9,6%) menjawab tidak.

Pertanyaan (3) apakah ibu membersihkan puting susu sebelum memberikan ASI pada bayi/balita, 45 responden (61,6%) menjawab ya, sedangkan 13 responden (4,1%) menjawab kadang-kadang dan 15 responden (20,5%) menjawab tidak. Pertanyaan (4) apakah ibu membuang tinja bayi/balita dengan bersih dan benar, 71 responden (97,3%) menjawab ya, sedangkan 1 responden (1,4%) menjawab kadang-kadang dan 1 responden (1,4%) menjawab tidak.

(66)

Tabel 4.15. Distribusi Responden Berdasarkan Uraian Jawaban Tindakan Pencegahan Diare

No. Pertanyaan Tidak

Kadang-kadang

4. Apakah ibu membuang tinja bayi/balita dengan

(67)

Tabel 4.16. Distribusi Responden Tentang Kategori Pencegahan Penyakit Diare

No. Pencegahan Jumlah Persentase

1. Buruk 0 0,0

2. Sedang 8 11,0

3. Baik 65 89,0

Jumlah 73 100,0

4.6. Hasil Uji Statistik Bivariat

Analisis bivariat digunakan untuk melihat ada tidaknya hubungan antara variabel bebas persepsi tentang penyakit diare (persepsi tentang kerentanan penyakit, persepsi tentang keparahan penyakit, persepsi tentang manfaat pencegahan, persepsi tentang hambatan pencegahan), persepsi tentang program pencegahan diare dan variabel terikat (tindakan pencegahan penyakit diare) dengan menggunakan uji Pearson Product Moment dengan tingkat kemaknaan nilai p<0,05, dengan hasil sebagai berikut:

1. Pada karakteristik responden, variabel persepsi kerentanan (p=0,025), menunjukkan hubungan secara signifikan dengan tindakan pencegahan diare karena nilai p<0,05.

2. Pada karakteristik responden, variabel persepsi keparahan (p=0,988), persepsi manfaat pencegahan (p=0,639), persepsi hambatan pencegahan (p=0,183), dan persepsi program pencegahan (p=0,317), menunjukkan tidak adanya hubungan variabel- variabel tersebut dengan tindakan pencegahan diare karena p>0,05.

Gambar

Tabel 1.1 Jumlah Balita dan Jumlah Kasus Diare di Wilayah Kerja
Gambar 2.1. Kerangka Konsep Penelitian
Tabel 3.1.
Tabel 4.1.
+7

Referensi

Dokumen terkait

L = beban hidup atau momen dan gaya dalam yang berhubungan dengannya. (

telah menyatakan bahwa apa yang disebut Tuhan, ternyata adalah masyarakat itu sendiri yang kemudian dipersonifikasikan dari nilai- nilai sosial. Dengan

[r]

Dengan adanya program ini maka pihak pengurus masjid Abubakar Sidik dapat melakukan perhitungan zakat dengan cepat dan akurat, ini sangat membantu sekali karena program zakat ini

Pembuatan Website ini menggunakan program aplikasi Macromedia Dreamweaver MX dan bahasa pemrograman XML dengan menggunakan Internet Eksplorer 6.0 sp.1 sebagai browser. Dan tentu

[r]

Penulisan Ilmiah ini membahas tentang pembuatan modul interktif yang dapat digunakan oleh mahasiswa maupun pemakai, selain itu terdapat berbagai macam animasi yang dapat

Directorate of Museum (2007, p.1) Museum as a repository of historical heritage objects is a potential place to improve learning, especially the learning of history in schools. 3)