• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tinjauan Yuridis Terhadap Spin Off Dalam Restrukturisasi Perseroan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Tinjauan Yuridis Terhadap Spin Off Dalam Restrukturisasi Perseroan"

Copied!
127
0
0

Teks penuh

(1)

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP SPIN OFF DALAM

RESTRUKTURISASI PERSEROAN

TESIS

OLEH:

JESE YUDISTRA MARPAUNG

097005098

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU HUKUM

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP SPIN OFF DALAM

RESTRUKTURISASI PERSEROAN

TESIS

Untuk Memperoleh Magister Hukum

Dalam Progrm Studi Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara

Oleh

JESE YUDISTRA MARPAUNG

097005098

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)

Judul Tesis : Tinjauan Yuridis Terhadap Spin Off Dalam

Restrukturisasi Perseroan

Nama Mahasiswa : Jese Yudistra Marpaung

Nomor Pokok : 097005098

Program Studi : Ilmu Hukum

Menyetujui

Komisi Pembimbing

(Prof. Dr. Ningrum Natasya Sirait, SH, MLI

Ketua

)

(Prof. Dr. Suhaidi, SH. MH)

Anggota Anggota

(Dr. Mahmul Siregar, SH, M. Hum)

Ketua Program Studi Dekan

(Prof. Dr. Suhaidi, SH. MH) (Prof. Dr. Runtung, SH, M. Hum)

(4)

Telah diuji pada

Tanggal 13 Januari 2012

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Dr. Ningrum Natasya Sirait, SH, MLI

Anggota : 1. Prof. Dr. Suhaidi, SH. MH

2. Dr. Mahmul Siregar, SH, M. Hum

3. Prof. Dr. Budiman Ginting, SH, M.Hum

(5)

ABSTRAK

Mengingat Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas khususnya dalam Bab VIII pada pasal 126, pasal 127, pasal 128, telah diatur mengenai pemisahan perseroan. Selanjutnya pada pasal 135, pemisahan dibedakan atas pemisahan murni dan pemisahan tidak murni (spin off) maka dengan adanya Undang-Undang Perseroan Terbatas ini dapat memberikan manfaat bagi pengelolahan perseroan guna meningkatkan kinerjanya, sehingga spin off perlu dilakukan dalam restrukturisasi perseroan dan melalui proses pelaksanaannya dalam restrukturisasi perseroan mampu menghasilkan peran pranata spin off yang berguna untuk mencapai tujuan dari restrukturisasi perseroan di Indonesia.

Rumusan permasalahan dalam penelitian ini penulis merumuskan 3 (tiga) permasalahan yang diteliti yakni sebagai berikut:Mengapa spin off perlu dilakukan dalam restrukturisasi perseroan. Bagaimana proses pelaksanaan spin off dalam suatu perseroan. Bagaimana akibat hukum dari spin off terhadap perseroan yang dipisahkan dan Perseroan yang merupakan hasil pemisahan.

Penelitian ini mengunakan metode penelitian normatif dengan pendekatan yang bersifat kualitatif, yakni mengacup ada nilai dan norma-norma hukum yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan. Sebagai bahan hukum primer digunakan dalam penelitian ini adalah Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.

Kesimpulan dari penelitian ini menunjukan Spin off perlu dilakukan di dalam restrukturisasi perseroan, karena ada beberapa alasan penting bagi perseroan untuk melakukan restrukturisasi antara lain karena persaingan, fleksibilitas dan biaya awal yang begitu tinggi. Proses pelaksanaan spin off dalam suatu perseroan pre-spin off dalam hal ini merupakan keadaan sebelum spin off dimana dalam tahap ini, tugas dari seluruh jajaran direksi maupun manajemen kedua atau lebih perseroan untuk mengumpulkan informasi yang kompeten dan signifikan untuk kepentingan proses spin off perseroan-perseroan tersebut. Akibat hukum dari spin off terhadap perseroan yang dipisahkan dari perseroan yang merupakan hasil pemisahan. Latar belakang terbentuknya spin off adalah adanya rencana perubahan holding company (induk perusahaan) dari bentuk operating holding menjadi non operating holding dengan alasan agar lebih fokus dalam pengelolahan sinergi korporasi antara sesama perseroan yang kelak menjadi anak perseroan.

Saran dalam penelitian ini bahwa dalam pemisahan (spin off) perseroan dan restrukturisasi perlu mencermati dasar hukum, jenis restrukturisasi dan tujuan restrukturisasi perseroan. Dalam proses pelaksanan spin off perseroan harus memperhatikan kepentingan perseroan, karyawan, pemegang saham minoritas dan kreditor. Pentingnya spin off terhadap perseroan yang menyebabkan akibat hukum tehadap perseroan yang dipisahkan (induk perseroan) dan terhadap perseroan hasil pemisahan (anak perseroan) harus memperhatikan asas-asas perundang-undangan di Indonesia.

(6)

ABSTRACT

Given the Law Number 40 Year 2007 regarding Limited Liability Company, especially in Chapter VIII in Article 126, Article 127, Article 128, have been set regarding the separation of the company. Later in the article 135, distinguished on the separation separation separation of pure and impure (spin off) then the presence of a Limited Liability Company Act can provide benefits to the processing company to improve its performance, so the spin offs need to be done in restructuring the company and through its implementation process in restructuring of the company is capable of producing spin off the role of institutions that are useful to achieve the goal of restructuring the company inIndonesia.

The formulation of the problem in this study the authors formulate the 3 (three) who studied the issue as follows: Why spin offs need to be made in restructuring the company. How does the implementation process in a spin off company. How does the legal consequences of the spin off of the company separated, and the Company which is a result of separation.

This study uses normative research method with qualitative approach, which includes the existing values and norms of law contained in the legislation. As the primary legal materials used in this study is the Act No.40 Year 2007 regarding Limited Liability Company.

The conclusion from this study indicate Spin offs need to be done in the restructuring of the company, because there are several important reasons for the company to restructure partly because of competition, flexibility and initial cost of implementing such high. Procces spin off in a pre-spin off the company in this is a state before the spin off which in this stage, the task of the entire board of directors and management company for two or more competent and collect significant information for the benefit of the spin off these corporations. Due to the law of the spin off company that is separated from the company which is a result of separation. The background of the formation of a spin off is a planned change in the holding company (parent company) of the form of a non-operating holding company operating a holding on the grounds that more focus in processing corporate synergies among the company that would become the companyofchildren.

Suggestions in this study that the separation (spin off) and restructuring the company must be careful about the legal basis, type of restructuring and corporate restructuring purposes. In the process of executing a spin off company must consider the interests of the company, employees, minority shareholders and since reditor. The importance of spin off of the company that caused due to company law which separated (parent company) and the separation of the company (a subsidiary company) should pay attention to the principles of legislation in Indonesia.

(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan kasih karuniaNya

sehingga tesis ini dapat diselesaikan dengan baik.

Tesis ini ditulis dalam rangka memenuhi syarat untuk memperoleh gelar Magister

Hukum pada Program Magister Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara,

Medan. Adapun judul tesis adalah “TINJAUAN YURIDIS TERHADAP SPIN OFF DALAM

RESTRUKTURISASI PERSEROAN”.

Dalam penyusunan tesis ini, penulis banyak memperoleh bantuan baik berupa bimbingan,

pengajaran, nasihat maupun semangat dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini

penulis ingin menyampaikan dengan segala kerendahan hati dan ketulusan hati, rasa terima kasih

yang sebesar-besarnya secara khusus yang saya sampaikan kepada yang terhormat komisi

pembimbing yaitu Ibu Prof. Dr. Ningrum Natasya Sirait, SH. MLI, Bapak Prof. Dr. Suhaidi, SH,

MH, Bapak Dr. Mahmul Siregar, SH, M.Hum, yang telah berkenan meluangkan dan

memberikan waktu dan perhatian untuk memberikan bimbingan, masukan, arahan dan koreksi

untuk penyelesaian tesis ini.

Selanjutnya penulis juga mengucapkan terima kasih kepada :

1. Rektor Universitas Sumatera Utara, Bapak Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM & MSc

(CTM), SpA(K) yang berkenaan memberikan kesempatan bagi penulis untuk mengikuti

(8)

2. Prof. Dr. Runtung, SH, M.Hum, selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

3. Prof. Dr. Suhaidi, SH, MH, selaku Ketua Program Magister Ilmu Hukum Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara dan juga selaku Komisi Pembimbing II.

4. Dr. Mahmul Siregar, SH. M.Hum, selaku Sekretaris Program Studi Ilmu Hukum Universitas

Sumatera Utara dan juga selaku Komisi Pembimbing III.

5. Prof. Dr. Ningrum Natasya Sirait, SH, MLI, selaku Komisi Pembimbing I.

6. Dr. T. Keizerina Devi A. SH, CN, M.Hum, selaku Penguji yang telah berkenan meluangkan

waktunya memberikan arahan demi kesempurnaan tesis ini.

7. Prof. Dr. Budiman Ginting, SH, M. Hum, selaku Penguji yang telah berkenan meluangkan

waktunya memberikan arahan demi kesempurnaan tesis ini.

8. Seluruh Dosen Di lingkungan Program Magister Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas

Sumatera Utara.

9. Seluruh Pegawai Seketariat Program Magister Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas

Sumatera Utara.

10. Seluruh Teman-Teman Stanbuk 2009 Kelas Reguler B, Kelas Hukum Bisnis di Program

Magister Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

Penulis juga menyampaikan terima kasih yang tak terhingga kepada Ayahanda Prof. Dr.

Harlem Marpaung dan Ibunda Armince Br Siahaan, juga kepada abangda Rodo Marpaung, SE,

Ak beserta kakanda drg. Maria Sitanggang serta keponakanku Naomi Marpaung, dan abangda

Aron Marpaung, ST dan calon pendamping hidupku Herawati Br Nainggolan, SE, atas semua

(9)

Penulis berharap bahwa Tesis ini dapat memberikan konstribusi pemikiran bagi semua

pihak yang berkepentingan, namun penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari

sempurna, karena itu penulis mengharapkan masukan yang sifatnya membangun guna

menyempurnakan tulisan ini.

Semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan berkah, karunia dan kekuatan lahir dan

bathin kepada kita semua.

Medan, Maret 2012

Penulis

(10)

DAFTAR ISTILAH ASING

1. Trade off adalah alasan adanya posisi tawar menawar atau menentukan suatu pilihan

diantara dua hal yang sama-sama penting dengan konsekuensi atau resiko kehilangan

salah satu hal penting lainnya.

2. Ineffecieny adalah kurang atau tidak efesien.

3. Non-perfoming (distress) enterprises adalah perusahaan yang dikategorikan

bermasalah atau keadaan perusahaan yang sedang mengalami kesulitan dalam bidang

keuangan.

4. Assets adalah kumpulan dari harta (aktiva) perusahaan yang berwujud.

5. Liabilities adalah tanggung jawab atau kewajiban yang dimiliki oleh perusahaan.

6. Cash flow adalah aliran dana atau uang yang diperoleh dari hasil penjualan barang

dan jasa.

7. Undervalued adalah keadaan atau kondisi perusahaan yang sedang jatuh (merugi)

8. Turn around adalah mengganti atau menutup unit usaha yang tidak produktif.

9. Join Operation yaitu mengundang manajemen yang sudah berpengalaman untuk

diajak bekerjasama.

10. Strategic Alliancies adalah suatu bentuk kerjasama antara dua perusahaan untuk

meningkatkan efesiensi dan kinerjanya.

11. Non core business adalah kegiatan usaha penunjang yang dilakukan oleh suatu

perusahaan.

12. Liquidation adalah membubarkan, menutup, atau membekukan unit usaha tertentu

(11)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... i

BAB I PENDAHULUAN ...1

A. Latar Belakang ...1

B. Perumusan Masalah ...13

C. Tujuan Penelitian ...13

D. Manfaat Penelitian ...14

E. Keaslian Penelitian ...15

F. Kerangka Teori dan Landasan Konsepsional ...16

1 Kerangka Teori ...16

2 Landasan Konsepsional ...21

G. Metode Penelitian ...23

1. Jenis dan Sifat Penelitian ...23

2. Sumber Data ...25

3. Teknik Pengumpulan Data...25

4. Analisis Data ...26

BAB II PEMISAHAN (SPIN OFF) PERSERON DAN RESTRUKTURISASI PERSEROAN ...28

A. Restrukturisasi Perseroan..………..…...28

1. Pengertian dan Dasar Hukum...28

2. Jenis Restrukturisasi Perseroan………...29

3. Tujuan Restrukturisasi Perseroan...35

B. Pemisahaan Perseroan (Spin Off)...47

1. Pengertian Dan Dasar Hukum...47

(12)

3. Tujuan Spin Off...59

BAB III PROSES PELAKSANAAN SPIN OFF PERSEROAN………64

A. Proses Pelaksaan Spin Off……….……64

B. Kepentingan Yang Harus Di Perhatikan Dalam Pelaksanaan Spin Off…...65

1. Kepentingan Perseroan...66

2. Kepentingan Karyawan...66

3. Kepentingan Pemegang Saham Minoritas...70

4. Kepentingan Kreditur...78

BAB IV AKIBAT HUKUM DARI SPIN OFF TERHADAP PERUSAHAAN YANG DIPISAHKAN DARI PERUSAHAAN YANG MERUPAKAN HASIL PEMISAHAN………..81

A. Pentingnya Spin Off...81

B. Akibat Hukum Spin Off Terhadap Perusahaan Yang Dipisahkan (Induk) ..…82

C. Akibat Hukum Spin Off Terhadap Perusahaan Hasil Pemisahan (Anak Perusahaan)………104

D. Analisa Holding dan SpinOff PT.Pupuk Sriwidjaya (Pusri)...111

BAB V: KESIMPULAN DAN SARAN………...116

A. Kesimpulan………116

B. Saran………..118

(13)

ABSTRAK

Mengingat Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas khususnya dalam Bab VIII pada pasal 126, pasal 127, pasal 128, telah diatur mengenai pemisahan perseroan. Selanjutnya pada pasal 135, pemisahan dibedakan atas pemisahan murni dan pemisahan tidak murni (spin off) maka dengan adanya Undang-Undang Perseroan Terbatas ini dapat memberikan manfaat bagi pengelolahan perseroan guna meningkatkan kinerjanya, sehingga spin off perlu dilakukan dalam restrukturisasi perseroan dan melalui proses pelaksanaannya dalam restrukturisasi perseroan mampu menghasilkan peran pranata spin off yang berguna untuk mencapai tujuan dari restrukturisasi perseroan di Indonesia.

Rumusan permasalahan dalam penelitian ini penulis merumuskan 3 (tiga) permasalahan yang diteliti yakni sebagai berikut:Mengapa spin off perlu dilakukan dalam restrukturisasi perseroan. Bagaimana proses pelaksanaan spin off dalam suatu perseroan. Bagaimana akibat hukum dari spin off terhadap perseroan yang dipisahkan dan Perseroan yang merupakan hasil pemisahan.

Penelitian ini mengunakan metode penelitian normatif dengan pendekatan yang bersifat kualitatif, yakni mengacup ada nilai dan norma-norma hukum yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan. Sebagai bahan hukum primer digunakan dalam penelitian ini adalah Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.

Kesimpulan dari penelitian ini menunjukan Spin off perlu dilakukan di dalam restrukturisasi perseroan, karena ada beberapa alasan penting bagi perseroan untuk melakukan restrukturisasi antara lain karena persaingan, fleksibilitas dan biaya awal yang begitu tinggi. Proses pelaksanaan spin off dalam suatu perseroan pre-spin off dalam hal ini merupakan keadaan sebelum spin off dimana dalam tahap ini, tugas dari seluruh jajaran direksi maupun manajemen kedua atau lebih perseroan untuk mengumpulkan informasi yang kompeten dan signifikan untuk kepentingan proses spin off perseroan-perseroan tersebut. Akibat hukum dari spin off terhadap perseroan yang dipisahkan dari perseroan yang merupakan hasil pemisahan. Latar belakang terbentuknya spin off adalah adanya rencana perubahan holding company (induk perusahaan) dari bentuk operating holding menjadi non operating holding dengan alasan agar lebih fokus dalam pengelolahan sinergi korporasi antara sesama perseroan yang kelak menjadi anak perseroan.

Saran dalam penelitian ini bahwa dalam pemisahan (spin off) perseroan dan restrukturisasi perlu mencermati dasar hukum, jenis restrukturisasi dan tujuan restrukturisasi perseroan. Dalam proses pelaksanan spin off perseroan harus memperhatikan kepentingan perseroan, karyawan, pemegang saham minoritas dan kreditor. Pentingnya spin off terhadap perseroan yang menyebabkan akibat hukum tehadap perseroan yang dipisahkan (induk perseroan) dan terhadap perseroan hasil pemisahan (anak perseroan) harus memperhatikan asas-asas perundang-undangan di Indonesia.

(14)

ABSTRACT

Given the Law Number 40 Year 2007 regarding Limited Liability Company, especially in Chapter VIII in Article 126, Article 127, Article 128, have been set regarding the separation of the company. Later in the article 135, distinguished on the separation separation separation of pure and impure (spin off) then the presence of a Limited Liability Company Act can provide benefits to the processing company to improve its performance, so the spin offs need to be done in restructuring the company and through its implementation process in restructuring of the company is capable of producing spin off the role of institutions that are useful to achieve the goal of restructuring the company inIndonesia.

The formulation of the problem in this study the authors formulate the 3 (three) who studied the issue as follows: Why spin offs need to be made in restructuring the company. How does the implementation process in a spin off company. How does the legal consequences of the spin off of the company separated, and the Company which is a result of separation.

This study uses normative research method with qualitative approach, which includes the existing values and norms of law contained in the legislation. As the primary legal materials used in this study is the Act No.40 Year 2007 regarding Limited Liability Company.

The conclusion from this study indicate Spin offs need to be done in the restructuring of the company, because there are several important reasons for the company to restructure partly because of competition, flexibility and initial cost of implementing such high. Procces spin off in a pre-spin off the company in this is a state before the spin off which in this stage, the task of the entire board of directors and management company for two or more competent and collect significant information for the benefit of the spin off these corporations. Due to the law of the spin off company that is separated from the company which is a result of separation. The background of the formation of a spin off is a planned change in the holding company (parent company) of the form of a non-operating holding company operating a holding on the grounds that more focus in processing corporate synergies among the company that would become the companyofchildren.

Suggestions in this study that the separation (spin off) and restructuring the company must be careful about the legal basis, type of restructuring and corporate restructuring purposes. In the process of executing a spin off company must consider the interests of the company, employees, minority shareholders and since reditor. The importance of spin off of the company that caused due to company law which separated (parent company) and the separation of the company (a subsidiary company) should pay attention to the principles of legislation in Indonesia.

(15)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Secara logis dapat dijelaskan bahwa semakin formal media ekonomi yang digunakan

sebagai alat pemenuhan kebutuhan dari aspek ekonomi maka akan semakin kompleks pula

instrumen yang terkait dalam pola usaha tersebut di mata hukum. Kekompleksitasan itu

disebabkan karena banyaknya instrumen baik dari sisi hukum maupun dari sisi ekonomi yang

terlibat didalamnya yang memerlukan perlakuan dan perhatian lebih serius lagi. Dikatakan harus

lebih serius lagi bila dibandingkan dengan menjalankan aktifitas ekonomi tanpa wadah yang

formal dari mata hukum, karena apabila ada sedikit saja unsur yang salah dalam satu wadah yang

formal di bidang ekonomi yang telah dijadikan tempat untuk pelaksanaan tujuan ekonomi

tentunya akan mengakibatkan gangguan atau bahkan kehancuran bagi sistem atau wadah

ekonomi tersebut. Wadah ekonomi yang dimaksud dalam hal ini adalah badan usaha baik yang

berstatus badan hukum dan yang berstatus bukan badan hukum.1

Perseroan terbatas merupakan bentuk usaha yang sangat ideal, karena bentuk usaha ini

merupakan konsentrasi modal, tidak mempertimbangkan lagi latar belakang dari pemegang

sahamnya terutama pada jenis perseroan terbatas terbuka. Hubungan antar pribadi para

pemegang saham bukan lagi menjadi pertimbangan utama, karena yang diutamakan adalah besar

dana yang ditanam dalam saham perseroan terbatas. Faktor kelaziman tersebut merupakan salah

satu faktor yang mempengaruhi seseorang dalam memilih pembentukan perseroan terbatas.

1

(16)

Perlu diingat kembali bila memperhatikan subjek hukum atau rechtspersoon, maka

terdapat pembagian secara umum yakni sebagai berikut:2

1. Rechtspersoon yang berstatus badan hukum

Untuk Rechtspersoon yang berstatus badan hukum, bila memperhatikan hukum perdata di

Indonesia khususnya dilapangan hukum perseroan dikenal beberapa bentuk yaitu koperasi,

yayasan dan perseroan terbatas.

2. Rechtspersoon yang berstatus bukan badan hukum

Sedangkan untuk Rechtspersoon yang berstatus bukan badan hukum terdiri dari

perkumpulan, paguyuban sosial kemanusian, persekutuan perdata yang bergerak di bidang

agama dan pendidikan (misalnya kelompok belajar, bermain atau olahraga), persekutuan perdata

di bidang ekonomi misalnya comanditaire venootschaap (CV), firma, usaha dagang (UD), dan

bentuk lain yang serupa dengan itu yang berada di luar status badan hukum sebagaimana telah

disebutkan diatas.

Dalam tulisan ini penelitian membatasi pembahasan hanya pada Rechtspersoon yang

berstatus badan hukum terutama bergerak di bidang ekonomi murni yaitu Perseroan Terbatas.

Perseroan Terbatas menurut hukum positif di Indonesia yaitu Pasal 1 angka 1 Undang-Undang

Nomor 40 Tahun 2007 diartikan sebagai berikut:

“Perseroan Terbatas, yang selanjutnya disebut perseroan adalah badan hukum yang merupakan

persekutuan modal, didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal

dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam

undang-undang ini serta peraturan pelaksananya”.3

2

Ibid, hal. 9.

3

(17)

Perlu dicermati bahwa negara Indonesia merupakan penganut ekonomi Pancasila dimana

dalam hal penguasaan aspek ekonomi oleh negara tidak mutlak berada dalam tangan

penyelenggara negara atau seperti layaknya sistem ekonomi komunis, sekaligus bukan pula

membiarkan secara liar bagi warga negara untuk melaksanakan aktifitas ekonomi guna

pencapaian tujuan ekonominya masing-masing dengan cara menghalalkan segala cara atau

seperti halnya sistem ekonomi liberal atau kapitalis. Namun sistem ekonomi yang dianut di

Indonesia ini merupakan jalan tengah dari kedua sistem ekonomi yang mayoritas dianut oleh

negara-negara lain di dunia.4

Hal ini dapat dibuktikan melalui pengaturan tentang Perseroan Terbatas dimana secara

tegas negara memberikan kebebasan dari sisi materiil bagi para pihak pembentuk perseroan

tersebut dengan ikatan hukum berupa janji, namun disisi lain negara juga menunjukkan

otoritasnya sebagai pembuat hukum dengan mengadakan unifikasi hukum di bidang hukum

formal yaitu dalam hal prosedur kelembagaan dan pembuatan/pendirian Perseroan Terbatas (PT).

Negara telah merancang sedemikian rupa sehingga terdapat keseimbangan kedudukan antara

warga negara dengan negara.

Dewasa ini terdapat banyak badan usaha yang berstatus badan hukum terutama Perseroan

atau Perseroan Terbatas (PT) yang telah berkembang menjadi perseroan yang mempunyai

banyak unit-unit kegiatan usaha. Unit-unit kegiatan usaha tersebut merupakan suatu divisi yang

relatif independen, tetapi dapat juga merupakan suatu bagian yang hanya sebagai pelaksana

keputusan dari kantor pusat suatu Perseroan Terbatas (PT).Ketika perseroan memberikan adanya

tingkat kebebasan (degree of independence) kepada unit-unitnya tersebut, tanpa didasari hal itu

dapat membawa dampak negatif bagi perseroan yakni sewaktu-waktu perseroan akan

4

(18)

menghadapi kesulitan dalam mengendalikan unit-unit tersebut. Kesulitan tersebut juga dapat

timbul karena berkaitan dengan jenis usaha yang beraneka ragam, dapat juga karena masalah

trade off antara kecepatan pengambilan keputusan dan pengendalian terhadap jenis usaha yang

berlangsung pada suatu perseroan.5

Di samping hal-hal di atas, dalam kegiatan operasionalnya perseroan juga tidak selalu

mampu berkembang dengan baik. Kadang-kadang perseroan terpaksa melakukan downsizing

dapat mempertahankan kelangsungan usahanya, bahkan Perseroan terpaksa membubarkan diri

karena kerugian terus-menerus yang dialaminya. Perseroan dapat menghadapi kesulitan baik

karena alasan operasional maupun dapat juga karena alasan keuangan. Alasan yang pertama

berarti perseroan menanggung biaya operasi yang lebih besar dari penghasilan operasinya.

Sebab yang kedua, Perseroan menghadapi kesulitan keuangan karena beban keuangan tetap yang

terlalu besar. Mungkin dari sisi operasional masih menghasilkan keuntungan operasi, tetapi laba

operasi tersebut tidak mampu untuk memenuhi kewajiban finansialnya. Masalah-masalah ini

menyebabkan perseroan melakukan restrukturisasi. Restrukturisasi merupakan suatu strategi

bisnis yang tetap untuk diimplementasikan pada perseroan-perseroan terkategori under

perfoming. Istilah restrukturisasi perseroan menjadi populer di Indonesia sejak awal krisis

moneter dan krisis ekonomi pada pertengahan tahun 1997 yang lalu. Kendatipun demikian, krisis

ekonomi hanyalah salah satu faktor penyumbang yang mengakibatkan hancurnya dunia bisnis

nasional. Faktor penyumbang lain yang tidak kalah signifikannya dalam memicu terpuruknya

kinerja perseroan-perseroan nasional pada umumnya adalah kurang sehatnya iklim usaha dan

budaya bisnis yang diterapkan oleh para pelaku ekonomi nasional.6

5

Ibid, hal.58.

6

(19)

Kondisi ini justru terungkap secara jelas setelah krisis ekonomi melanda Indonesia,

ternyata struktur ekonomi Indonesia tergolong sebagai biaya tinggi yang diwarnai oleh

praktik-praktik manipulasi dan berbagai bentuk inefficieny pengelolahan usaha. Dibalik fenomena itu

terbukti pula bahwa sesungguhnya faktor-faktor fundamental perekonomian Indonesia selama

beberapa dasawarsa terakhir ini sangat rapuh dan rentan terhadap krisis. Hal ini terefleksi para

realitas kehancuran dunia usaha nasional sejak awal krisis terjadi. Realitas ini terungkap oleh

banyaknya perseroan nasional baik swasta maupun BUMN, yang dilanda kesulitan likuiditas

akibat terpicu oleh teralaminya kerugian secara periodik dan beban utang yang melebihi nilai riil

aktiva mereka sehingga tidak mengherankan jika banyak mereka yang tergolong dalam kategori

non-performing (distress) enterprises.7

Dalam kondisi yang demikian, restrukturisasi perseroan menjadi satu-satunya alternatif

strategi pemulihan dan peningkatan kerja perseroan.Restrukturisasi perseroan juga merupakan

bagian penting dari program reformasi ekonomi. Restrukturisasi perseroan melibatkan

restrukturisasi assets dan liabities perseroan termasuk struktur perbandingan hutang dan modal

sendiri perseroan tersebut, yang sejalan dengan kebutuhan cash flow untuk meningkatkan

efisiensi, memperbaiki pertumbuhan dan meminimalkan biaya pajak.8

Strategi restrukturisasi digunakan untuk mencari jalan keluar bagi perseroan yang tidak

berkembang, sakit atau adanya ancaman bagi organisasi atau industri diambang pintu perubahan

yang signifikan. Pemilik umumnya melakukan perubahan dalam tim unit manajemen, perubahan

strategi, atau masuknya teknologi baru dalam perseroan. Selanjutnya sering diikuti oleh akuisisi

untuk membangun bagian yang kritis, menjual bagian yang tidak perlu, guna mengurangi biaya

7

Ibid, hal. 178.

8

(20)

akuisisi secara efektif. Hasilnya adalah perseroan yang kuat, atau merupakan transformasi

industri. Strategi restrukturisasi memerlukan tim manajemen yang mempunyai wawasan untuk

melihat ke depan, kapan perseroan berada pada titik undervalued atau industri pada posisi yang

matang untuk transformasi. Wawasan yang sama diperlukan untuk melakukan turn around pada

unit usaha, bahkan pada bisnis yang tidak familiar.9

Restrukturisasi perseroan bertujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan atau

memaksimalisasi kinerja suatu perseroan padahal setiap kali perseroan melakukan perbaikan

baik dalam skala kecil maupun skala besar, tujuannya adalah untuk memperbaiki kinerja

perseroan. Tentu saja perseroan tidak perlu menunggu terlebih dahulu terjadinya penurunan baru

dilakukan perbaikan, sehingga perbaikan atau pembenahan jenis usaha pada suatu perseroan

perlu dilakukan secara terus-menerus. Pada umumnya istilah restrukturisasi digunakan jika

perseroan ingin melakukan perbaikan secara menyeluruh, dan tujuannya adalah untuk

memperbaiki dan memaksimalkan kinerja perseroan.

Restrukturisasi dalam perseroan dapat dibedakan menjadi :

1. Restrukturisasi Bisnis yaitu penataan kembali rantai bisnis dengan tujuan untuk

meningkatkan keunggulan dan daya saing (competitive advantage) perseroan.

Restrukturisasi bisnis dapat ditempuh melalui berbagai alternatif, yaitu:

a) Regrouping dan konsolidasi.

b) Join Operation.

c) Strategic Alliancies.

d) Strategic Business Unit (SBU).

9

Dean Novel, Analisis Restrukturisasi Perseroan (Jakarta : Universitas Pancasila, 2002),

(21)

e) Divestasi.

f) Likuidasi.

2. Restrukturisasi keuangan yaitu penataan kembali struktur keuangan perseroan untuk

meningkatkan kinerja keuangan perseroan restrukturisasi keuangan dapat dilakukan dengan

beberapa alternatif yaitu :

a) Menjadwalkan kembali pembayaran bunga dan pokok pinjaman.

b) Penjadwalan kembali pembayaran pokok pinjaman.

c) Mengubah utang menjadi modal sendiri (debt equity swap).

d) Menjual non-care business melalui spin off, sell of ,atau liquidation

e) Mengundang karyawan dan manajemen untuk membeli saham perseroan.

f) Penjualan saham kepada publik (go public)

3. Restrukturisasi Manajemen yaitu penataan manajemen dapat dipenuhi dengan melalui

beberapa cara yaitu :

a) Business processreengincering adalah proses penataan ulang secara radikal manajemen

dan bisnis perseroan.

b) Delaying dan right sizing adalah pengurangan lapisan-lapisan dalam struktur organisasi

perseroan, yang bertujuan untuk mengurangi destorsi informasi akibat terlalu banyaknya

jenjang organisasi.

c) Downsizing yaitu pengurangan jumlah dari karyawan atau lembaga kerja dalam

perseroan.

d) Downscoping adalah pengecilan bisnis melalui pengurangan unit-unit yang tidak penting

dan mempertahankan core business saja.10

10

(22)

4. Restrukturisasi Organisasi yaitu penataan ulang organisasi dapat dilakukan dengan

pergantian komisaris, struktur manajemen atau menyangkut status perseroan. Pada umumnya

restrukturisasi organisasi ditempuh melalui konsolidasi internal, hal ini dilakukan melalui

penciutan jumlah cabang, kantor wilayah atau jaringan distribusi pada suatu perseroan.11

Restrukturisasi juga dibutuhkan dalam industri perbankan dimana secara nyata ditemukan

praktek bank yang menjalankan 2 (dua) sistem dalam hal prinsip ekonominya, yakni terdapat

bank yang menjalani prinsip kerjanya dengan berbasis bunga (interest) dalam kegiatan usaha

yang berbasis ekonomi Islam atau bahkan memiliki anak usaha yang basis sistem ekonominya

berbeda atau bertolak belakang dengan perseroan induknya. Sehingga kenyataan ini

mengakibatkan industri perbankan melakukan spin off dalam merestrukturisasi usahanya.

Mencermati hal itu negara yang secara hukum memiliki otoritas untuk memecahkan

masalah yang terdapat di masyarakat mengambil sikap tegas dalam bidang Perseroan Terbatas

dimana dikenalkan pranata hukum pemisahan (spin off) dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun

2007 yang mengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995. Adapun dalam keseharian, pranata

hukum yaitu spin offtidak atau belum lazim digunakan baik dalam ruang lingkup perseroan

maupun dalam dunia usaha, walaupun demikian spin off secara materiil telah dilakukan jauh

sebelum berlakunya Undang Nomor 40 Tahun 2007. Dalam pasal 1 angka 12

Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, istilah spin off disebut dengan

pemisahan. Selanjutnya dalam Pasal 135, Pemisahan dibedakan antara Pemisahan Murni dan

Pemisahan Tidak Murni.12

11

Gatot Supramono, Hukum Perseroan Terbatas, (Jakarta :Djambatan, 2009), hal.364

12

(23)

Pemisahan murni mengakibatkan seluruh aktiva dan pasiva perseroan beralih karena

hukum kepada 2 (dua) Perseroan lain atau lebih yang menerima peralihan dan perseroan yang

melakukan pemisahan usaha tersebut berakhir karena hukum. Sedangkan Pemisahan tidak murni

mengakibatkan sebagian aktiva dan pasiva beralih karena hukum kepada satu Perseroan lain atau

lebih yang menerima peralihan dan perseroan yang melakukan pemisahan tersebut tetap ada.

Bagi industri perbankan kontruksi hukum ini baru dilegislasikan dalam Undang-Undang

Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah, meskipun sebelumnya sudah diatur dalam

Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Dalam Pasal 1 angka 32

Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah, Spin off (pemisahan) adalah

pemisahan usaha dari satu bank menjadi dua badan usaha atau lebih, sesuai dengan ketentuan

yang berlaku. Pengatur spin off dalam perbankan syariah ini secara spesifik ditujukan untuk

menerapkan substansi UU Perbankan Syariah atau untuk menjamin terpenuhinya prinsip-prinsip

syariah, khususnya terhadap Unit Usaha Syariah (UUS) yang secara korporasi masih berada

dalam satu entitas dengan Bank Umum Konvensional. Namun konstruksi hukum spin off ini

dapat digunakan oleh industri perbankan dalam merestrukturisasi usahanya.13

Dari penjelasan mengenai spin off di atas, jelas bahwa pemisahan aset dan kewajiban dari

suatu perseroan menjadi perseroan baru yang independen (entitas yang terpisah) merupakan

unsur yang paling penting dalam proses hukum spin off. Dalam prakteknya, pemisahan aset dan

kewajiban tersebut umumnya adalah beberapa pemisahan unit usaha (divisi) tertentu menjadi

suatu perseroan baru yang kegiatan usahanya bisa sama atau berbeda dengan perseroan

awalnya.14

13

Abdul R. Saliman, Hukum Bisnis Untuk Perseroan (Jakarta :Kencana, 2010), hal. 125.

14

(24)

Berkenaan dengan pemegang saham atas perseroan baru hasil pemisahan, baik dalam

UUPT maupun UU Perbankan Syariah tidak ada disebutkan secara tegas pihak yang menjadi

pemegang saham atas perseroan yang baru tersebut. Terhadap hal ini, Fred B.G. Tumbuan

mengemukkan bahwa kaedah pokok dalam hal pemisahan adalah bahwa para pemegang saham

yang melakukan pemisahan karena hukum menjadi pemegang saham dari perseroan yang

menerima peralihan aktiva dan pasiva.15

Aspek hukum lainnya yang juga penting dalam Spin off ini adalah terkait dengan status

karyawan. Dalam perpektif Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan

(UU Ketenagakerjaan), pemisahan (spin off atau split off) adalah merupakan salah satu bentuk

perubahan status perseroan sebagaimana dimaksud pasal 163 UU Ketenagakerjaan. Sebagaimana

disebutkan, bahwa pada spinoff, sebagian aktiva dan pasiva suatu perseroan beralih karena

hukum kepada suatu perseroan baru (perseroan yang memisahkan diri), maka oleh karena itu

entitas (entity) dan pemegang saham (owners) pada perseroan yang melakukan pemisahan

tersebut adalah juga menjadi entity dan owners di perseroan yang memisahkan diri.

Dengan demikian, hubungan hukum di perseroan yang memisahkan diri merupakan

lanjutan dari perseroan yang melakukan pemisahan. Begitu juga dengan hubungan kerja pada

perseroan yang melakukan pemisahan, artinya hubungan kerja karyawan di perseroan yang

melakukan pemisahan berlanjut perseroan yang memisahkan diri.16

Selain hal di atas, dari sisi pengenaan pajak terhadap perseroan apabila spin off

dilaksanakan maka akan ada pertambahan subjek pajak sebagai konsekuensinya yakni berupa

berdirinya sebuah perseroan yang baru atau badan usaha yang juga berstatus badan hukum.

15

Ibid, hal. 82.

16

(25)

Seperti hal penetapan pajak perseroan pada umumnya, perseroan yang merupakan hasil

pemisahan dikenakan antara lain pajak penghasilan, pajak pertambahan nilai, HTNB. Mengenai

perpajakan ini, perseroan awal atau induk perseroan menjadi semakin terbebani akibat penetapan

pajak ganda oleh pemerintah. Namun bagi pemerintah, dengan bertambahnya perseroan akibat

dari aktifitas pranata hukum spin off maka akan meningkatkan volume pendapatan negara dari

sektor pajak dan retribusi.

Dalam khazanah hukum, sebenarnya terdapat kontruksi hukum yang lain dimana sudah

sangat dikenal dan mirip dengan mekanisme spin off yaitu penggabungan perseroan (merger).

Karena kemiripan ini maka dalam beberapa istilah, spin off seringkali juga disebut dengan

demerger. Bentuk kemiripannya terutama adalah dengan menyebabkan beralihan secara hukum

seluruhnya hak dan kewajiban bank yang melakukan pemisahan, sebagaimana halnya dengan

konstruksi hukum penggabungan(merger).17

Kontruksi hukum merger sendiri telah mendapat pengaturan yang cukup lama dalam

perundang-undangan di Indonesia, dan dalam prakteknya merger dalam telah dilakukan sejak

tahun 1971-1972 yaitu sejal terjadinya merger pertama kali dari beberapa bank nasional yang

kemudian menjadi PT. PAN Indonesia Bank (Bank Panin). Sedangkan kontruksi hukum spin off

di industri perbankan baru mengemuka setelah timbulnya wacana pemisahan fungsi unit syariah

dari beberapa bank nasional akhir-akhir ini.18

Mengingat Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas khususnya

dalam Bab VIII pada pasal 126, pasal 127, pasal 128, telah diatur mengenai pemisahan

17

DS, Meilala, Itikad baik dalam KUH Perdata, (Bandung:Penerbit Bina Cipta, 1987),hal.61.

18

(26)

perseroan. Selanjutnya pada pasal 135, pemisahan dibedakan atas pemisahan murni dan

pemisahan tidak murni (spin off) maka dengan adanya Undang-Undang Perseroan Terbatas ini

dapat memberikan manfaat bagi pengelolahan perseroan guna meningkatkan kinerjanya,

sehingga spin off perlu dilakukan dalam restrukturisasi perseroan dan melalui proses

pelaksanaannya dalam restrukturisasi perseroan mampu menghasilkan peran pranata spin off

yang berguna untuk mencapai tujuan dari restrukturisasi perseroan di Indonesia.19

Berdasarkan uraian yang telah dikemukan di atas peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian dalam bentuk karya ilmiah dengan fokus judul adalah “Tinjauan Yuridis Terhadap

Spin Off Dalam Restrukturisasi Perseroan”.

B. Permasalahan

Sesuai dengan latar belakang di atas, maka beberapa hal yang menjadi pokok permasalahan

dalam penelitian tesis ini adalah sebagai berikut :

1. Mengapa spin off perlu dilakukan dalam restrukturisasi perseroan?

2. Bagaimana proses pelaksanaan spin off dalam suatu perseroan?

3. Bagaimana akibat hukum dari spin off terhadap perseroan yang dipisahkan dan Perseroan

yang merupakan hasil pemisahan?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan di atas, maka tujuan yang hendak

dicapai dalam penelitian tesis ini adalah sebagai berikut:

19

(27)

1. Untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan perlukan dilakukan spin off dalam

restrukturisasi perseroan.

2. Untuk mengetahui syarat-syarat yang harus dipenuhi dan cara yang digunakan dalam

proses pelaksanaan spin off dalam suatu perseroan.

3. Untuk mengetahui akibat dari spin off terhadap perseroan yang dipisahkan dan perseroan

yang merupakan hasil pemisahan.

D. Manfaat Penelitian

Kegiatan penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yaitu baik

secara teoritis maupun secara praktis, yakni tentang :

1. Secara teoritis

Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan kajian lebih lanjut dan sebagai bahan

pertimbangan yang penting dalam mengambil suatu kebijakan dalam pengelolahan

perseroan serta diharapkan dapat memberi manfaat bagi bidang hukum bisnis

terutama dalam perkembangan hukum Perseroan Terbatas.

2. Secara praktis

a. Sebagai pedoman dan masukan bagi pemerintah dalam upaya pembaharuan dan

pengembangan hukum nasional ke arah pengaturan kebijakan dalam pengelolaan

perseroan milik negara (BUMN).

b. Sebagai informasi bagi masyarakat dan pelaku usaha untuk mengetahui pengaturan

(28)

c. Sebagai bahan referensi atau rujukan untuk dikaji kembali bagi para peneliti lebih

lanjut untuk menambah wawasan hukum bisnis terutama yang membahas tentang

perseroan dengan mengambil poin-poin tertentu.

d. Sebagai informasi untuk membuka inspirasi bagi pelaku bisnis atau pihak-pihak yang

memiliki kedudukan sebagai organ-organ dalam suatu perseroan (pemegang saham,

direktur, dan komisaris) bahkan investor agar mampu memahami ruang lingkup spin

off dalam restrukturisasi perseroan.

E. Keaslian Penelitian

Guna menghindari terjadinya duplikasi penelitian terhadap masalah yang sama dalam

penelitian ini, maka peneliti melakukan pemeriksaan data tentang “ Tinjauan Yuridis Terhadap

Spin Off Dalam Restrukturisasi Perseroan”, kemudian menurut data yang diperoleh berkenaan

dengan judul yang persis sama dengan judul di dalam penelitian ini, baik menurut perpustakan

program studi ilmu hukum maupun perpustakaan pusat Universitas Sumatera Utara serta di

perpustakaan di luar dari kampus Universitas Sumatera Utara dan pada institusi lain berkenaan

dengan judul diatas, ternyata penelitian belum pernah dilakukan peneliti yang lain ( terdahulu)

mengenai topik dan permasalahan yang sama meskipun dalam bentuk makalah dan bentuk

seminar maupun dalam diskusi panel sudah pernah dilakukan pembahasan atau diskusi, juga

tidak sama dengan judul dalam penelitian ini.

Dengan demikian, maka penelitian ini dapat dipertanggung jawabkan peneliti, bahwa

penelitian ini memiliki keaslian dan sesuai dengan asas-asas keilmuan yang harus dijunjung

(29)

proses menemukan kebenaran ilmiah sehingga dengan demikian penelitian ini dapat

dipertanggung jawabkan kebenarannya.

F. Kerangka Teori dan Konsepsional

1. Kerangka Teori

Didalam penelitian diperlukan adanya kerangka teoritis sebagaimana yang dikemukakan

oleh Ronny H. Soemitro bahwa untuk memberikan landasan yang mantap pada umumnya setiap

penelitian haruslah selalu disertai dengan pemikiran-pemikiran teoritis. Teori menempati

kedudukan yang penting untuk merangkum dan memahami masalah secara lebih baik. Hal-hal

yang semula tampak tersebar dan berdiri sendiri bisa disatukan dan ditunjukkan kaitannya satu

sama lain secara bermakna. Teori memberikan penjelasan melalui cara mengorganisasikan dan

mensistematiskan masalah yang dibicarakannya.

Kerangka teori merupakan kerangka pemikiran atau butir-butir pendapat, teori, tesis,

sipenulis mengenai suatu kasus atau permasalahan (problem)yang bagi sipembaca menjadi bahan

perbandingkan, pasangan teoritis, yang mungkin ia setujui atau pun yang tidak disetujuinya dan

ini merupakan masukan eksternal bagi pembaca. Menurut Kaelan M.S, landasan teori dalam

suatu penelitian adalah merupakan dasar-dasar operasional dari suatu penelitian. Landasan teori

dalam suatu penelitian adalah bersifat strategi yang artinya memberikan realisasi pelaksanaan

penelitian.

Untuk mengkaji mengenai tujuan yuridis dalam konteks spin off dalam restrukturisasi

(30)

hukum diantaranya yaitu teori harta kekayaan bertujuan, teori organ, teori Leer van het amblelijk

vermogen.20

Menurut Teori Harta Kekayaan bertujuan bertujuan dari Brinz, yang menyatakan bahwa

terdapat kekayaan yang tidak ada pemiliknya tetapi terikat pada tujuan tertentu kemudian diberi

nama badan hukum.21

Menurut Teori organ dari Otto van Gierke, menyatakan bahwa badan hukum itu adalah

suatu realitas sesungguhnya sama seperti sifat kepribadian alam manusia ada di dalam pergaulan

hukum. Dimana badan hukum itu mempunyai kehendak dan kemauan sendiri yang dibentuk

melalui alat-alat perlengkapannya yaitu pengurus dan anggota-anggotanya.

Teori selanjunya yaitu Leer van het ambtelijk vermogen atau ajaran tentang harta kekayaan

yang dimiliki seseorang dalam jabatannya yang dipelopori oleh Holder dan Bilder. Penganut

ajaran ini menyatakan bahwa tidak mungkin mempunyai hak jika dapat melakukan hak itu.

Dengan lain perkataan, tanpa daya berkehendakmakatidak ada kedudukan sebagai subjek hukum.

Untuk badan hukum yang berkendak ialah para pengurus, maka pada badan hukum semua hak

itu diliputi oleh pengurus. Dalam kapasitasnya sebagai pengurus mereka adalah berhak, maka

disebut ambtelijk vermogen.22

Sebagaimana telah disinggung diatas, beberapa teori mengenai badan hukum sangatlah

penting dalam penulisan tesis ini karena melihat spin off dalam restrukturisasi perseroan

berdampak pada berdirinya suatu perseroan yang baru sebagai hasil pemisahan dari perseroan

20

R. Subekti, Hukum Pembuktian, (Jakarta : Penerbit Pradnya Paramita, 1977), hal. 59.

21

Ronny H. Soemitro, Metedologi Penelitian Hukum, (Jakarta : Penerti Ghalia, 1982), hal. 37.

22

(31)

yang telah ada sebelumnya. Mengingat bahwa perseroan yang baru berdiri tersebut juga

merupakan badan usaha yang berstatus badan hukum sama halnya seperti induk Perseroannya.

Berdasarkan UUPT bahwa badan usaha yang berbentuk perseroan merupakan badan

hukum, namun bukan berarti setiap badan hukum adalah perseroan. Di sini UUPT secara tegas

menyatakan bahwa Perseroan Terbatas merupakan suatu badan hukum, yaitu suatu badan yang

dapat bertindak dalam lalu-lintas hukum sebagai subyek hukum dan memiliki kekayaan yang

dipisahkan dari kekayaan pribadi pengurusnya. Karena itu, Perseroan juga merupakan subjek

hukum, yaitu subjek hukum mandiri atau personastandi in judicio. Dia bisa mempunyai hak dan

kewajiban dalam hubungan hukum sama seperti manusia biasa atau natural person atau

natuurlijke person, dia bisa menggugat ataupun digugat, bisa membuat keputusan dan bisa

mempunyai hak dan kewajiban, utang-piutang mempunyai kekayaan seperti layaknya manusia.

Dalam pasal 1 ayat(1) Undang-Undang Perseroan Tebatas (UUPT) menegaskan bahwa

perseroan merupakan badan hukum yang terjadi karena undang-undang. Hal ini berbeda dengan

Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD) yang tidak tegas menyebutkan suatu perseroan

merupakan badan hukum. Dimana suatu badan hukum mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

1) Adanya harta kekayaan yang terpisah

Hal ini mengandung pengertian bahwa perseroan mempunyai harta kekayaan yang

terpisah dari harta para pemegang sahamnya. Dan didapat dari pemasukan para

pemegang saham yang berupa modal dasar, modal yang di tempatkan dan modal yang

disetor. Kekayaan yang terpisah itu membawa akibat sebagai berikut:

a) Kreditur pribadi dari para perseroan dan atau para pengurusnya tidak mempunyai hak

(32)

b) Persero dan juga para pengurusnya secara pribadi tidak dapat menagih piutang badan

hukum dari pihak ketiga;

c) Kompensasi antara hutang pribadi dan hutang badan hukum tidak diperkenalkan;23

d) Hubungan hukum, baik perikatan maupun proses-proses antara para persero dan atau

para pengurusnya dengan badan hukum dapat saja terjadi seperti halnya antara badan

hukum dengan pihak ketiga;

e) Pada kepailitan, hanya para kreditur badan hukum itu saja yang dapat menuntut harta

kekayaan yang terpisah itu.24

2) Mempunyai tujuan tertentu.

Tujuan tertentu dari suatu perseroan dapat diketahui dalam anggaran dasarnya

sebagaimana dalam pasal 12 huruf b UUPT menyebutkan bahwa Anggaran Dasar

memuat sekurang-kurangnya maksud dan tujuan serta kegiatan usaha perseroan yang

sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.25

3) Mempunyai kepentingan sendiri.

Maksudnya adalah hak-hak subyektif sebagai akibat dari peristiwa hukum yang dialami

yang merupakan kepentingan yang dilindungan hukum dan dapat menuntut serta

mempertahankan kepentingannya terhadap pihak ketiga

23

R. Soemitro, Op.Cit, hal. 28.

24

Rachmadi Usman, Dimensi Hukum Perseroan Perseroan Terbatas, Bandung : Alumni, 2004, hal. 50.

25

(33)

4) Ada organisasi yang teratur.

Ciri yang keempat dari perseroan adalah badan hukum mempunyai organisasi yang

teratur, demikian pula dengan perseroan mempunyai anggaran dasar yang terdapat dalam

akta pendiriannya yang menandakan adanya organisasi yang teratur.26

Salah satu perbedaan yang cukup menonjol antara UUPT Nomor 40 Tahun 2007 ini

dengan peraturan yang digantikannya (UU Nomor 1 Tahun 1995) adalah adanya ketentuan

mengenai Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) dalam UUPT dan spin off atau

pemisahan atau pemekaran perseroan. Sistematika UUPT Nomor 40 Tahun 2007

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas ini, diundangkan

pada tanggal 16 Agustus 2007, terdiri dari XIV BAB, 161 Pasal.

Memperhatikan keadaan tersebut di atas dapat dikatakan bahwa keputusan-keputusan yang

menyangkut perubahan UUPT juga membawa beberapa perubahan mengenai Organ Perseroan

sebagaimana diatur dalam perundangan sebelumnya, yaitu mengenai :

a. Kedudukan RUPS bukan lagi sebagai organ tertinggi dalam suatu perseroan.

b. Adanya Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan.

c. Adanya direksi Independence.

d. Komisaris tidak boleh bertindak sendiri-sendiri, melainkan harus bersama-sama.

f. Konsep pemisahan menurut UUPT. 27

Spin Off terjadi ketika sebuah perseroan mendistribusikan seluruh saham biasa yang

dimiliki pada sebuah anak cabang yang dikuasainya untuk pemegang saham aslinya.

26 Agus Budiarto,

Seri Hukum Perseroan Kedudukan Hukum dan Tanggung Jawab Pendiri Perseroan

Terbatas, (Jakarta : Ghalia Indonesia, 2002), hal.30.

27

(34)

2. Kerangka konsepsional

Kerangka konsepsional atau kontruksi secara internal pada pembaca berguna untuk

mendapat stimulasi atau dorongan konseptual dari bacaan dan tinjauan kepustakaan. Kerangka

konsepsional dibuat untuk menghindari pemahaman dan penafsiran yang keliru dan memberikan

arahan dalam penelitian, maka dengan ini dirasa perlu untuk memberikan beberapa konsep yang

berhubungan dengan judul dalam penelitian sebagai berikut :

1. Pemisahan (Spin Off) adalah perbuatan hukum yang dilakukan oleh perseroan untuk

memisahkan usaha yang mengakibatkan sebagaian aktiva dan pasiva perseroan beralih

karena hukum kepada satu perseroan atau lebih.28

2. Spin off murni adalah pemisahan yang dilakukan oleh perseroan untuk memisahkan usaha

yang mengakibatkan seluruh aktiva dan pasiva perseroan beralih karena hukum kepada

2 (dua) Perseroan atau lebih atau sebagian aktiva dan pasiva Perseroan beralih karena

hukum kepada satu (1) perseroan atau lebih.29

3. Spin off tidak murni adalah pemisahan yang mengakibatkan sebagian aktiva dan pasiva

perseroan beralih karena hukum kepada satu perseroan lain atau lebih yang menerima

peralihan dan perseroan yang melakukan pemisahan tersebut tetap ada.

4. Restrukturisasi diartikan sebagai penataan kembali struktur badan/lembaga sehigga

kinerja badan/lembaga tersebut dapat lebih efektif dan efisien. Kata efesien sering

dianalogikan dengan penghematan, yakni usaha–usaha untuk meningkatkan hasil kerja

28

Ibid, hal. 37.

29

(35)

lembaga badan/lembaga sehingga dengan penggunaan sumber daya sekecil mungkin

mendapatkan hasil kerja yang besar mungkin.30

5. Perseroan Terbatas adalah suatu perseroan atau badan usaha yang didirikan oleh 2 (dua)

orang atau lebih untuk menjalankan usaha dan memiliki badan hukum, dimana besar

modalnya tercantum dalam anggaran dasar yang terdiri atas saham-saham yang

pemiliknya memiliki bagian sebanyak saham dimilikinya, serta kekayaannya terpisah dari

kekayaan pribadi pemiliknya sehingga memiliki harta kekayaan sendiri.

6. Aktiva adalah harta atau aset perseroan yang berwujud sebagai salah satu sumber

ekonomi perseroan yang diharapkan dapat memberikan manfaat usaha bagi perseroan

tersebut.31

7. Pasiva adalah kewajiban perseroan yang harus dibayar kepada pihak ketiga (kreditur)

atau pengorbanan ekonomis yang harus dilakukan oleh suatu perseroan pada masa yang

akan datang akibat kegiatan usaha perseroan.32

G. Metode Penelitian

Kata metode berasal dari kata Yunani “methods” yang berarti cara atau jalan. Sehubungan

dengan upaya ilmiah, maka metode menyangkut masalah cara kerja. yaitu cara kerja untuk dapat

memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan. Dalam bahasa Indonesia kata

metode berarti cara sistematis dan cara terpikir secara baik untuk mencapai tujuan. Oleh karena

itu sebagai sebuah penelitian ilmiah, maka rangkaian kegiatan penelitian mulai dari

30

Ibid, hal. 39.

31

Ibid, hal. 40.

32

(36)

pengumpulan data sampai pada analisis data dilakukan dengan memperhatikan kaedah-kaedah

penelitian sebagai berikut:33

1. Jenis dan Sifat Penelitian.

Metode penelitian yang dipergunakan dalam penyusunan tesis ini adalah metode penelitian

hukum normatif. Metode penelitan hukum normatif adalah penelitian yang mengacu kepada

norma-norma hukum yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan dan putusan

pengadilan. Ronald Dworkin menyebutkan metode penelitian tersebut juga sebagian penelitian

doctrinal (doctrinal research), yaitu suatu penelitian yang menganalisis baik hukum sebagai law

as it written in the book, maupun hukum sebagai law as it is decided by the judge through

judicial process.34

Tiga alasan penggunaan penelitian hukum normatif yang bersifat kualitatif. Pertama,

analisis kualitatif didasarkan pada paradigma hubungan dinamis antara teori, konsep-konsep dan

data yang merupakan umpan balik atau modifikasi yang tetap dari teori dan konsep yang

didasarkan pada data yang dikumpulkan35. Kedua, data yang akan dianalisis beraneka ragam,

memiliki sifat dasar yang berbeda antara yang satu dengan lainnya, serta tidak mudah untuk

dikuantifsir. Ketiga, sifat dasar data yang akan dianalisis dalam penelitian adalah bersifat

menyeluruh dan merupakan suatu kesatuan yang integral, dimana hal itu menunjukkan adanya

keanekaragaman data serta memerlukan informasi yang mendalam (indepth information).36

33

http://id.wikipedia.org/wiki/Perseroan_Terbatas

34

Agus Budiarto, Op.Cit, hal. 89.

35

William J. Filstead, Qualitative Methods : A Needed Perspective in Evaluation Reseaarch, dalam

Thomas D. Cook dan Charles S. Reichardt, ed, Qualitative and Quantitative Methods in Evalution Research,

(London : Sage Publications, 1979), hal. 38.

36

(37)

Ketiga kriteria penelitian kualitatif tersebut terdapat dalam penelitian tesis ini, sehingga

sangat beralasan menggunakan metode kualitatif dalam analisis data. Penelitian ini bersifat

menyeluruh karena berupaya mendalami keseluruhan aspek dari spin off dalam restrukturisasi

perseroan baik aspek etika bisnis maupun aspek hukum, yang keseluruhan dikonstruksikan

dalam uraian-uraian yang sistematis.

Penelitian ini juga berupaya mencari hubungan yang harmonis dari konsep-konsep yang

ditemukan dalam bahan-bahan hukum primer dan skunder dengan menggunakan teori atau

doktrin-doktrin hukum terkait tinjauan yuridis terhadap spin off dalam restrukturisasi

perseroan.37

2. Sumber Data

Sumber data digunakan dalam penelitian ini adalah terbagi atas:

a. Bahan hukum primer, yaitu berupa peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan

masalah yang diteliti, baik dalam bentuk perundang-undangan ataupun peraturan

perundang-undangan lainnya dalam hal ini antara lain UU No. 40 Tahun 2004 tentang

Perseroan terbatas, UU No.21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah, KUHD, dan

KUHPerdata.

b. Bahan hukum sekunder, yaitu yang memberikan penjelasan tentang bahan hukum primer

berupa buku-buku, makalah-makalah seminar, majalah, surat kabar dan bahan-bahan

tertulis lainnya yang berisikan pendapatt praktisi hukum dalam hal ini yang berhubungan

dengan permasalahan yang diteliti dan juga putusan pengadilan tentang masalah yang

diteliti.

37

(38)

c. Bahan hukum tertier, yaitu hukum yang memberikan petunjuk maupun penjelasan

terhadap bahan hukum primer dan sekunder berupa kamus hukum, ensiklopedia dan

berbagai kamus lain yang relevan.38

3. Teknik Pengumpulan Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Seluruh data

sekunder dikumpulkan dengan mempergunakan studi dokumen atau studi pustaka (library

reseach) untuk mendapatkan data sekunder berupa buku-buku pustaka, jurnal-jurnal,

tulisan-tulisan yang ada didalam media cetak dan dokumen-dokumen yang relevan dengan penelitian ini

di perpustakaan. Data yang diperoleh melalui penelitian kepustakaan tersebut selanjutnya akan

dipilah-pilah guna memperoleh asas-asas, kaedah dan doktrin hukum (di dalam UU PT dan UU

Perbankan Syariah) yang kemudian dihubungkan dengan permasalahan yang sedang dihadapi

dan disistematisasikan sehingga menghasilkan klasifikasi yang selaras dengan permasalahan

dalam penelitian ini. Selanjutnya data yang diperoleh tersebut akan dianalisis secara induktif

kualitatif untuk sampai pada kesimpulan, sehingga pokok permasalahan yang ditelaah dalam

penelitian ini dapat dijawab.39

4. Analisis Data

Analisa data merupakan hal yang sangat penting dalam suatu penelitian dalam rangka

memberikan jawaban terhadap masalah yang diteliti, sebelum analisis data dilakukan terlebih

dahulu diadakan pengumuman data, kemudian dianalisis secara kualitatif dan ditafsirkan secar

logis dan sistematis, kerangka berpikir deduktif dan induktif akan membantu penelitian ini

38

Ronal Dworkin sebagaimana dikutip Bismar Nasution, Metode Penelitian Hukum Normatif dan

Perbandingan Hukum, Makalah disampaikan pada dialog interaktif tentang Penelitian Hukum dan Hasil Penulisan

Hukum pada Majalah Akreditasi, Fakultas Hukum USU, 18 Febuari 2003, hal. 1.

39

(39)

khususnya dalam taraf konsistensi, serta konseptual dengan produser dan tata cara sebagaimana

yang telah ditetapkan oleh asas-asas yang berlaku umum dalam perundang-undangan.40

Pada penelitian hukum normatif, pengelolahan bahan-bahan hukum pada hakekat adalah

kegiatan untuk mengadakan sistematis terhadap bahan-bahan hukum tertulis. Sistematis berarti

membuat klasifikasi terhadap bahan-bahan tertulis tersebut untuk memudahkan dalam penelitian,

kegiatan yang dimaksud dalam hal ini diantaranya memilih bahan hukum primer, sekunder, dan

tertier yang berisi peraturan perundang-undangan serta kaidah-kaidah hukum yang mengatur dan

berkaitan dengan masalah spin off dalam restrukturisasi perseroan serta menemukan

prinsip-prinsip hukum lainnya secara sistematis sehingga menghasilkan klasifikasi tertentu yang terbagi

atasa penyebab terjadi spin off, proses pelaksanaan spin off dalam suatu Perseroan dan akibat

hukum dari spin off. Kemudian menemukan dan mengarahkan hubungan antara prinsip-prinsip

hukum dan klasifikasi dengan menggunakan kerangka teoritis yang ada sebagai analisis.

Selanjutnya menarik kesimpulan dari hasi penelitian yang diperoleh denga menggunakan logika

berpikir deduktif dan induktif.

40

(40)

BAB II

PEMISAHAN PERSEROAN (SPIN OFF) DAN RESTRUKTURISASI PERSEROAN

A. Restrukturisasi Perseroan

1. Pengertian dan Dasar Hukum

Adapun pengertian restrukturisasi menurut Suad Husnan dan Enny Pudjiastuti bahwa:

“restrukturisasi merupakan kegiatan untuk merubah struktur perseroan”. Sedangkan pengertian

dari restrukturisasi James C. Van Horne dan John M. Wachowicz, JR, yang diterjemahkan oleh

Dewi Fitriasari dan Denny Arnos Kwari, bahwa: “restrukturisasidiikuti dengan adanya

perubahan dalam struktur modal, operasi, atau kepemilikan perseroan yang merupakan rutinitas

usahanya”.41

Dari pengertian diatas dapat diketahui bahwa restrukturisasiadalah tindakan atau kegiatan

merubah struktur perseroan melalui pertimbangan dan untuk tujuan tertentu, dimana semuanya

itu harus berdasarkan dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Mengingat

restrukturisasi ini terjadi pada badan usaha, maka pihak pengambil keputusan dalan hal ini

adalah perseroan yang bertindak sebagai stakeholders. Restrukturisasi yang terjadi pada

perseroan meliputi restrukturisasi sumber daya manusia dan restrukturisasi keuangan. Dimana

hal ini diberlakukan agar pengelolaan perseroan sendiri dapat lebih optimal dalam meningkatkan

kinerja keuangan. 42

41

Ibid, hal. 76.

42

(41)

Dari kedua pengertian diatas pula, bahwa restrukturisasi dapat diartikan makin membesar

atau makin mengecilnya struktur organisasi suatu perseroan. Apabila diartikan dalam pengertian

pertama, maka kegiatan Spin Off juga merupakan upaya untuk melakukan restrukturisasi.

Dalam pengadaan restrukturisasi terhadap perseroan harus terdapat adanya prinsip

keterbukaan. Pelaksanaan prinsip keterbukaan ini sangat penting untuk dilakukan karena berguna

meningkatkan kepercayaan investor atau publik khususnya terhadap pasar modal, kemudian

dengan adanya prinsip keterbukaan dapat berfungsi juga untuk menciptakan mekanisme pasar

yang efisien. Filosofi ini di dasarkan pada konstruksi pemberian informasi secara penuh sehingga

menciptakan pasar modal yang efisien yaitu harga saham sepenuhnya merupakan refleksi dari

seluruh informasi yang tersedia.43

2.Jenis Restrukturisasi Perseroan

Akibat terjadinya krisis ekonomi atau ketidakpastian ekonomi global, banyak perseroan

yang tidak mampu lagi membayar hutangnya bahkan hanya untuk membayar bunga bank saja

tidak cukup. Oleh karena itu, banyak perseroan yang melaksanakan restrukturisasi, yaitu

penataan ulang sendi-sendi perseroan.

Adapun menurut Bramantyo Djohanputro, pada intinya bahwarestrukturisasi dapat

dikategorikan ke dalam 3(tiga) jenis sebagai berikut:44

a) Restrukturisasiaset (portofolio)

43

Munir Fuady, Hukum Bisnis Dalam Teori dan Praktek, ( Bandung : PT. Citra Aditya Bakti, 1996), hal.42

44

(42)

Restrukturisasi portofolio merupakan kegiatan penyusunan portofolio perseroan supaya

kinerja perseroan menjadi semakin baik. Yang termasuk kedalam portofolioperseroan adalah

setiap aset, lini bisnis, divisi, unit usaha atau SBU(strategic business unit), maupun anak

perseroan.45

b) Restrukturisasi keuangan (modal)

Restrukturisasi keuangan atau modal adalah penyusunan ulang komposisi modal perseroan

supaya kinerja keuangan menjadi lebih sehat. Kinerja keuangan dapat dievaluasi berdasarkan

laporan keuangan, yang terdiri dari neraca, laporan laba/rugi, laporan arus kas, dan posisi modal

perseroan. Berdasarkan data dalam laporan keuangan tersebut, analisis dapat diukur bedasarkan

rasio kesehatan,yang antara lain tingkat efesien (efficiency ratio), tingkat efektivitas

(effectiveness ratio), profitabilitas (profitabilitas ratio), tingkat likuiditas (liquidity ratio), tingkat

perputan aset (asset turnover), rasio ungkitan (leverage ratio), dan rasio pasar (market

ratio).46

c) Restrukturisasi manajemen/organisasi

Selain rasio-rasio diatas, tingkat kesehatan juga dapat diukur berdasarkan profil risiko

tingkat pengembalian (risk return profile).

Restrukturisasi manajemen/organisasi merupakan penyusunan ulang komposisi

manajemen, struktur organisasi, pembagian kerja, sistem operasional, dan hal-hal lain yang

berkaitan dengan masalah manajerial keorganisasian. Tujuannya sama dengan kedua jenis

restrukturisasi diatas, yaitu supaya kinerja perseroan membaik. Dalam hal restrukturisasi

45

Ibid, hal. 80.

46

(43)

manajemen/organisasi, perbaikan kinerja diperoleh melalui beberapa cara, antara lain dengan

pelaksanaan yang lebih efesien dan efektif, pembagian wewenang yang lebih baik sehingga

keputusan tidak berbelit-belit, dan kompetensi staf yang lebih mampu menjawab permasalahan

di setiap unit kerja.47

Pada dasarnya, suatu perseroan dapat menerapkan salah satu jenis restrukturisasi pada satu

waktu. Tetapi hal yang banyak terjadi adalah suatu perseroan menerapkan dua atau lebih jenis

restrukturisasisekaligus karena aktivitas-aktivitas restrukturisasi tersebut saling terkait.Ketiga

jenis restrukturisasi tersebut dapat dilakukan dan dapat berorientasi jangka pendek maupun

panjang. Restrukturisasi jangka pendek berfungsi dalam rangka pembayaran utang perseroan

dalam batas waktu yang ditentukan dengan jatuh tempoh yang cepat, sedangkan restrukturisasi

jangka panjang berfungsi dalam rangka pembayaran utang perseroan dalam batas waktu yang

ditentukan dengan jatuh tempoh yang lama.

Selain itu, restrukturisasi dapat berdampak pada pengurangan, pengeccilan, atau

pemangkasan suatu aset, unit kerja, sistem atau modal dan dapat juga berdampak pada

penambahan, pembangunan, dan pengembangan baik aset, unit kerja, sistem, organisasi, maupun

permodalan.

MenurutBennett Silalahi,restrukturisasi pada perseroan atau organisasi dapat dibedakan

menjadi:48

47

Ibid, hal. 90.

48

Silalahi Bennett, Reorganisasi Perseroan Terbatas, (Bandung : Refika Aditama, 2001),

(44)

a) Restrukturisasi Keuangan

Yaitu penataan kembali struktur keuangan perseroan untuk meningkatkan kinerja keuangan

perseroan restrukturisasi keuangan dapat dilakukan dengan beberapa alternatif yaitu:

1) Menjadwal kembali pembayaran bunga.

2) Penjadwalan kembali pembayaran pokok pinjaman.

3) Mengubah hutang menjadi modal sendiri (debt equity swap). Hutang dikonversi dalam

bentuk saham.

4) Menjual non core business melalui spin off, sell of atau liquidation.

5) Mengundang investor individu yang potensial (privateplacement) ataupun karyawan dan

manajemen untuk membeli saham perseroan (managementbuyout).

6) Penjualan saham kepada public (go public). Manfaat utama dari go public adalah :

a. Mendapat tambahan fresh money atau fresh capital.

b. Memudahkan perseroan untuk melakukan diversifikasi.

c. Memudahkan dalam benchmarkingcompany value.

d. Melalui mekanisme pasar dapat meningkatkan pengawasan manajer perseroan.

e. Bagi BUMN, go public dapat mengurangi campur tangan birokrasi.

f. Akuntablitas pengelolaan perseroan akan menjadi lebih baik.

b) RestrukturisasiSumber Daya Manusia (SDM)

Restukturisasisumber daya manusia (SDM) pada perseroan dilakukan dengan adanya

pergantian jajaran direksi dan manajer serta pengurangan karyawan atau penambahan karyawan

yang dianggap lebih kompeten dan professional sesuai dengan kapasitas pada bidang

Referensi

Dokumen terkait

Pemahaman perawat tentang karakteristik pekerjaannya dengan kenyataan yang dirasakannya sebagai perawat di Instalasi Rawat Inap RSUD Kota Mataram, NTB memiliki

• Audit dan Kontrol Password: menentukan manfaat secara umum dari sistem pengendalian akses dalam menurunkan akses tidak berhak atau serangan ....

Berisikan mengenai hasil penelitian dan pembahasan terhadap permasalahan yang dibahas mengenai peran pihak kepolisian dalam melaksanakan perpolisian masyarakat dalam

Bagi Bangsa Indonesia kristalisasi nilai – nilai tersebut adalah yang terdapat di dalam Pancasila, dimana sila Ketuhanan merupakan nilai inti dan nilai sumber untuk nilai – nilai

seputar tantangan pendidikan Islam di era globalisasi. Maka, penelitian ini ingin melihat sejauh mana perspektif Abuddin Nata di era industri 4.0. Selain itu,

Permasalahan yang timbul di perusahaan mengenai promosi dan penjualan, Karena masih menggunakan secara manual, berkunjung ke rumah untuk promosi dan memberikan brosur

Berdasarkan hasil-hasil yang telah diperoleh dalam penelitian ini, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: Ada hubungan positif antara fanatisme dengan agresivitas

is 10 percent or more of the greater, in absolute amount, of (a) the combined reported profit of all operating segments that reported a profit or (b) the combined reported loss