BAB II PEMISAHAN (SPIN OFF) PERSERON DAN RESTRUKTURISAS
B. Pemisahaan Perseroan ( Spin Off )
1. Pengertian Dan Dasar Hukum
Adapun pengertian restrukturisasi menurut Suad Husnan dan Enny Pudjiastuti bahwa: “restrukturisasi merupakan kegiatan untuk merubah struktur perseroan”. Sedangkan pengertian dari restrukturisasi James C. Van Horne dan John M. Wachowicz, JR, yang diterjemahkan oleh Dewi Fitriasari dan Denny Arnos Kwari, bahwa: “restrukturisasidiikuti dengan adanya perubahan dalam struktur modal, operasi, atau kepemilikan perseroan yang merupakan rutinitas usahanya”.41
Dari pengertian diatas dapat diketahui bahwa restrukturisasiadalah tindakan atau kegiatan merubah struktur perseroan melalui pertimbangan dan untuk tujuan tertentu, dimana semuanya itu harus berdasarkan dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Mengingat restrukturisasi ini terjadi pada badan usaha, maka pihak pengambil keputusan dalan hal ini adalah perseroan yang bertindak sebagai stakeholders. Restrukturisasi yang terjadi pada perseroan meliputi restrukturisasi sumber daya manusia dan restrukturisasi keuangan. Dimana hal ini diberlakukan agar pengelolaan perseroan sendiri dapat lebih optimal dalam meningkatkan kinerja keuangan. 42
41
Ibid, hal. 76.
42
Dari kedua pengertian diatas pula, bahwa restrukturisasi dapat diartikan makin membesar atau makin mengecilnya struktur organisasi suatu perseroan. Apabila diartikan dalam pengertian pertama, maka kegiatan Spin Off juga merupakan upaya untuk melakukan restrukturisasi.
Dalam pengadaan restrukturisasi terhadap perseroan harus terdapat adanya prinsip keterbukaan. Pelaksanaan prinsip keterbukaan ini sangat penting untuk dilakukan karena berguna meningkatkan kepercayaan investor atau publik khususnya terhadap pasar modal, kemudian dengan adanya prinsip keterbukaan dapat berfungsi juga untuk menciptakan mekanisme pasar yang efisien. Filosofi ini di dasarkan pada konstruksi pemberian informasi secara penuh sehingga menciptakan pasar modal yang efisien yaitu harga saham sepenuhnya merupakan refleksi dari seluruh informasi yang tersedia.43
2.Jenis Restrukturisasi Perseroan
Akibat terjadinya krisis ekonomi atau ketidakpastian ekonomi global, banyak perseroan yang tidak mampu lagi membayar hutangnya bahkan hanya untuk membayar bunga bank saja tidak cukup. Oleh karena itu, banyak perseroan yang melaksanakan restrukturisasi, yaitu penataan ulang sendi-sendi perseroan.
Adapun menurut Bramantyo Djohanputro, pada intinya bahwarestrukturisasi dapat dikategorikan ke dalam 3(tiga) jenis sebagai berikut:44
a) Restrukturisasiaset (portofolio)
43
Munir Fuady, Hukum Bisnis Dalam Teori dan Praktek, ( Bandung : PT. Citra Aditya Bakti, 1996), hal.42
44
Djohanputro Bramantyo, Restrukturisasi Perseroan Di Indonesia, (Yogyakarta : Pustaka Widyatama, 2003), hal. 78.
Restrukturisasi portofolio merupakan kegiatan penyusunan portofolio perseroan supaya kinerja perseroan menjadi semakin baik. Yang termasuk kedalam portofolioperseroan adalah setiap aset, lini bisnis, divisi, unit usaha atau SBU(strategic business unit), maupun anak perseroan.45
b) Restrukturisasi keuangan (modal)
Restrukturisasi keuangan atau modal adalah penyusunan ulang komposisi modal perseroan supaya kinerja keuangan menjadi lebih sehat. Kinerja keuangan dapat dievaluasi berdasarkan laporan keuangan, yang terdiri dari neraca, laporan laba/rugi, laporan arus kas, dan posisi modal perseroan. Berdasarkan data dalam laporan keuangan tersebut, analisis dapat diukur bedasarkan rasio kesehatan,yang antara lain tingkat efesien (efficiency ratio), tingkat efektivitas (effectiveness ratio), profitabilitas (profitabilitas ratio), tingkat likuiditas (liquidity ratio), tingkat perputan aset (asset turnover), rasio ungkitan (leverage ratio), dan rasio pasar (market ratio).46
c) Restrukturisasi manajemen/organisasi
Selain rasio-rasio diatas, tingkat kesehatan juga dapat diukur berdasarkan profil risiko tingkat pengembalian (risk return profile).
Restrukturisasi manajemen/organisasi merupakan penyusunan ulang komposisi manajemen, struktur organisasi, pembagian kerja, sistem operasional, dan hal-hal lain yang berkaitan dengan masalah manajerial keorganisasian. Tujuannya sama dengan kedua jenis restrukturisasi diatas, yaitu supaya kinerja perseroan membaik. Dalam hal restrukturisasi
45
Ibid, hal. 80.
46
manajemen/organisasi, perbaikan kinerja diperoleh melalui beberapa cara, antara lain dengan pelaksanaan yang lebih efesien dan efektif, pembagian wewenang yang lebih baik sehingga keputusan tidak berbelit-belit, dan kompetensi staf yang lebih mampu menjawab permasalahan di setiap unit kerja.47
Pada dasarnya, suatu perseroan dapat menerapkan salah satu jenis restrukturisasi pada satu waktu. Tetapi hal yang banyak terjadi adalah suatu perseroan menerapkan dua atau lebih jenis restrukturisasisekaligus karena aktivitas-aktivitas restrukturisasi tersebut saling terkait.Ketiga jenis restrukturisasi tersebut dapat dilakukan dan dapat berorientasi jangka pendek maupun panjang. Restrukturisasi jangka pendek berfungsi dalam rangka pembayaran utang perseroan dalam batas waktu yang ditentukan dengan jatuh tempoh yang cepat, sedangkan restrukturisasi jangka panjang berfungsi dalam rangka pembayaran utang perseroan dalam batas waktu yang ditentukan dengan jatuh tempoh yang lama.
Selain itu, restrukturisasi dapat berdampak pada pengurangan, pengeccilan, atau pemangkasan suatu aset, unit kerja, sistem atau modal dan dapat juga berdampak pada penambahan, pembangunan, dan pengembangan baik aset, unit kerja, sistem, organisasi, maupun permodalan.
MenurutBennett Silalahi,restrukturisasi pada perseroan atau organisasi dapat dibedakan menjadi:48
47
Ibid, hal. 90.
48
Silalahi Bennett, Reorganisasi Perseroan Terbatas, (Bandung : Refika Aditama, 2001),
a) Restrukturisasi Keuangan
Yaitu penataan kembali struktur keuangan perseroan untuk meningkatkan kinerja keuangan perseroan restrukturisasi keuangan dapat dilakukan dengan beberapa alternatif yaitu:
1) Menjadwal kembali pembayaran bunga.
2) Penjadwalan kembali pembayaran pokok pinjaman.
3) Mengubah hutang menjadi modal sendiri (debt equity swap). Hutang dikonversi dalam bentuk saham.
4) Menjual non core business melalui spin off, sell of atau liquidation.
5) Mengundang investor individu yang potensial (privateplacement) ataupun karyawan dan manajemen untuk membeli saham perseroan (managementbuyout).
6) Penjualan saham kepada public (go public). Manfaat utama dari go public adalah : a. Mendapat tambahan fresh money atau fresh capital.
b. Memudahkan perseroan untuk melakukan diversifikasi. c. Memudahkan dalam benchmarkingcompany value.
d. Melalui mekanisme pasar dapat meningkatkan pengawasan manajer perseroan. e. Bagi BUMN, go public dapat mengurangi campur tangan birokrasi.
f. Akuntablitas pengelolaan perseroan akan menjadi lebih baik. b) RestrukturisasiSumber Daya Manusia (SDM)
Restukturisasisumber daya manusia (SDM) pada perseroan dilakukan dengan adanya pergantian jajaran direksi dan manajer serta pengurangan karyawan atau penambahan karyawan yang dianggap lebih kompeten dan professional sesuai dengan kapasitas pada bidang masing- masing. Pada dasarnya setiap korporasi dapat menerapkan salah satu jenis restrukturisasi pada
satu saat, namun bisa juga melakukan restrukturisasi secara keseluruhan, karena aktifitasrestrukturisasi saling terkait. Pada umumnya sebelum melakukan restrukturisasi, manajemen perseroan perlu melakukan penilaian secara komprehensif atas semua permasalahan yang dihadapi perseroan langkah tersebut umum disebut sebagai penilaian uji tuntas perseroan (due diligence). Hasil penilaian ini sangat berguna untuk melakukan langkah restrukturisasi yang perlu dilakukan berdasar skala prioritasnya. Pelaksanaan restrukturisasi yang berhasil, harus melibatkan dan mendapatkan komitmen dari semua pihak. 49
Bagi perseroan biasanya ada dua pilihan yang dapat dilakukan yaitu dengan melakukan PHK (Pemutusan Hubungan Kerja) disertai dengan pesangon atau menyalurkan pekerjaan ke perseroan lain. Bagi perseroan yang mempunya grup, dapat menyalurkan karyawannya ke perseroan lain yang masih dalam satu grupnya, sehingga para karyawannya setelah perseroan melakukan perbuatan hukum tersebut dapat tetap bekerja dan mereka tetap memiliki penghasilan.
Sedangkan restrukturisasi dalam perampingan perseroan dapat dilakukan dengan melakukan 2 (dua) cara yakni sebagai berikut:50
1) Self Off
Perseroan yang mempunyai unit kegiatan yang yang sangat beraneka ragam, mungkin suatu ketika akan merasa bahwa diantara unit-unit tersebut ada yang tidak bekerja secara ekonomis. Penyebabnya dapat beraneka ragam, salah satunya adalah tingkat kegiatannya terlalu rendah sehingga sulit mencapai economic of scale-nya. Penyebab lainnya dapat dikarenakan
49
Ibid, hal. 25.
50
bukan berada pada bisnis utama, korporasi kemudian kurang memperhatikan unit tersebut. Apabila unit kegiatan ini dirasa membebani perseroan, maka unit tersebut dapat dijual, baik secara tunai maupun melalui pembayaran dengan saham.
2) Spin Off
Cara spin off dilakukan dengan apabila unit kegiatan tersebut kemudian dipisahkan dari sebuah perseroan dan berdiri sebagai suatu perseroan baru yang terpisah. Dengan demikian perseroan tersebut akan mempunyai direksi sendiri dan independen dalam mengambil keputusan, serta kepemilikan perseroan baru tersebut berada di tangan para pemegang saham. Pemisahan ini dimaksudkan agar unit tersebut dapat mengambil keputusan dengan lebih cepat, lebih efisien dan ada yang secara khusus bertanggung jawab.
Bentuk dari Restrukturisasi perseroan menurut Gunadi adalah sebagai berikut:51
1) Merger (penggabungan usaha).
2) Konsulidasi (peleburan usaha). 3) Likuidasi (pembubar usaha) 4) Kepailitan (kebangkrutan usaha) 5) Split off (pemecahan usaha) 6) Spin off ( pemekaran usaha)
7) Revaluasi (penilaian kembali aktiva tetap usaha) 8) Rekapitalisasi (penataan kembali permodalan usaha) 9) Reorganisasi (perubahan struktur usaha)
Adapun tujuan restrukturisasi sebagaimana di tetapkan dalam Pasal 72 ayat (2) Undang- Undang No 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara (BUMN) adalah untuk kepentingan sebagai berikut:
1)Meningkatkan kinerja dan nilai perseroan.
51
Gunadi, Beberapa Tinjauan Tentang Permasalahan Hukum Perseroan, (Bandung : Citra Aditya Bakti, 2005), hal. 83.
2) Memberikan manfaat berupa deviden dan pajak kepada Negara.
3) Menghasilkan produk dan layanan dengan karya yang kompetitif kepada konsumen. 4)Memudahkan privatisasi.
3. Tujuan Restrukturisasi Perseroan
Pada Undang-Undang Kebangkrutan Amerika Serikat, memberikan peluang bisnis yang tertekan secara finansial untuk melakukan restrukturisasi dan menghindari likuidasi. Seperti yang diketahui, mendirikan suatu perusahaan atau perseroan memerlukan biaya yang tidak sedikit. Dalam mendirikan suatu perusahaan atau perseroan dibutuhkan uang dan waktu dalam menciptakan bisnis yang sungguh-sungguh ada (secara khusus dengan membentuk badan usaha atau kemitraan) dalam mendapatkan perdanaan awal, untuk membeli atau menyewa aset yang diperlukan, untuk memadukan aset fisik secara bersamaan ke dalam perseroan yang produktif, untuk merekrut dan melatih tenaga kerja, untuk membangun hubungan dengan konsumen dan supplier, lalu yang lebih umum lagi adalah untuk membangun kemauan dan pengenalan nama.52
Bagi pekerja, manajer, kreditur dan pemilik bisnis yang dilikuidasi, maka dampak yang dirasakan adalah secara langsung dan dalam beberapa hal bersifat merusak. Dimana mereka akan kehilangan pekerjaan mereka disertai dengan tekanan emosional dan masalah keuangan di dalam keluarga mereka. Oleh karena itulah dipilih cara mempertahankan perusahaan atau perseroan untuk tetap beroperasi daripada melakukan likuidasi. Dan ini merupakan dasar pemikiran dari Bab 11 Undang-Undang Kebangkrutan Amerika Serikat yang menekankan bahwa keberadaan restrukturisasi tersebut dianggap perlu atau penting untuk dilakukan.
52
M. Yahya Harahap, Beberapa Tinjauan Tentang Permasalahan Hukum, ( Bandung : Citra Aditya Bakti, 1997), hal. 83.
Ada 2 (dua) jenis kebangkrutan yang terdapat pada Undang-Undang Kebangkrutan Amerika Serikat, yang pertama Kebangkrutan Neraca biasanya mengacu kepada debitur tidak mampu bayar dalam neraca jika jumlah utang debitur melebihi nilai aset debitur. Sedangkan yang kedua Kebangkrutan Ekuitas, dimana debitur untuk membayar dimana debitur secara umum gagal membayar utangnya pada batas yang ditentukan.53
Sehingga dengan restrukturisasi diharapkan dapat menstrukturisasi utang debitur sehingga perseroan dapat terus beroperasi. Ada 4(empat) syarat yang harus dipenuhi untuk keberhasilan dari restrukturisasi tersebut, yaitu :
a) Mempertahankan bisnis atau perseroan tetap beroperasi
Syarat pertama yang dijaga adalah mempertahankan perusahaan tetap beroperasi. Jika bisnis berhenti beroperasi, walaupun dalam waktu singkat, maka para pekerja akan hilang dalam artian berhenti, dan hubungan dengan konsumen dan supplier akan rusak. Oleh karena itu untuk tetap bertahan, maka debitur dalam kepemilikannya butuh proteksi dari campur tangan yang menghambat dari penyitaan barang. Hal ini menyangkut larangan penyitaan aset perseroan debitur, sehingga debitur berkonsentrasi pada restrukturisasi perseroannya.54
b) Putar haluan bisnis atau perseroan
Di dalam melakukan perubahan haluan bisnis, manajeman harus berusaha mengurangi biaya, menambah pendapatan, dan mengatasi masalah yang mengarah kepada tekanan keuangan. Divisi yang tidak menguntungkan atau lini produk harus dibuat menguntungkan. Ada beberapa
53
Ibid, hal. 87.
54
langkah dalam tukar haluan bisnis, dimana dibutuhkan rancangan utama tunai, seperti pembayaran untuk membeli perlengkapan yang lama, rusak atau efesien atau untuk membeli inventaris debitur yang lebih banyak sehingga dapat menarik konsumen, dan dalam melakukan hal tersebut dibutuhkan uang tunai.
c) Menentukan klaim dengan dan terhadap debitur
Point awal untuk menentukan klaim dengan dan terhadap debitur akan merupakan hukum yang berhubungan dengan non-kebangkrutan. Dimana debitur secara tertentu akan memiliki klaim terhadap yang lainnya jika membuat petisi dalam kebangkrutan, misalnya kebanyakan debitur memiliki piutang kepada konsumen. Untuk menentukan utang apa yang dimiliki debitur dan kemudian mengumpulkan adalah merupakan bagian penting dalam mengumpulkan sumber daya yang diperlukan untuk restrukturisasi.
d) Restrukturisasi hutang dan membagi nilai perseroan
Syarat terakhir untuk keberhasilan restrukturisasi adalah bahwa hutang harus direstrukturisasi sehingga debitur mampu membayarnya, dan nilai utang dari debitur yang diorganisasikan harus diberikan kepada kreditur.Perlunya dilakukan restrukturisasi utang, karena debitur menginginkan supaya utangnya berkurang atau waktu pembayaran diperpanjang atau jika memungkinkan kedua-duanya. Tidaklah baik jika debitur menyelesaikan restrukturisasi dan masih punya hutang yang tidak dapat dibayar. Faktanya, sering menjadi keuntungan kreditur untuk sepakat mengurangi utang mereka sehingga debitur berada dalam kondisi yang baik dalam hal posisi keuangan yang dapat diatasi. Sebagai hasilnya, debitur mampu membayar kekurangan
utangnya yang sudah sampai pada batas waktu.55
Pilar-pilar prinsip good corporate governance tersebut yakni :
Transparansi merupakan asas yang berlaku secara universal. Teori good corporate governance, yang relatif baru dikenal dan dikembangkan menempatkan transparansi menjadi salah satu pilar dari keempat prinsipnya.
1) Akuntabilitas adalah tuntutan agar manajemen perseroan memiliki kemampuan menanggapi pertanyaan dari stakeholders atas berbagai tindakan korporat (corporate action) yang mereka lakukan.
2) Transparansi adalah tersedianya informasi yang akurat, relevan dan mudah dimengerti, yang dapat diperoleh secara mudah dan dengan biaya yang relatif rendah.
3) Prediktabilitas adalah perseroan beroperasi di lokasi yang memiliki keteraturan hukum dan peraturan, dan dalam konteks ekonomi memiliki kebijakan yang fair, efektif, dan uniform.
4) Partisipasi adalah tuntutan untuk memperoleh data dan informasikan yang dapat dipercaya, serta untuk meningkatkan keikutsertaan pihak stakeholders dalam proses pengecekan kebijakan yang dilakukan oleh perseroan.
Tidak semua kegiatan usaha perseroan berhasil seperti yang diharapkan, meskipun banyak juga perseroan yang berhasil. Perseroan yang kurang atau tidak berhasil ditandai oleh penurunan kinerja bisnis mereka dari tahun ke tahun. Walaupun tidak semua perseroan yang menurun
55
Johanes, Ibrahim dan Lindawati Sewu, Hukum Bisnis Dalam Perspektif Manusia Modern,
kinerja bisnisnya berakhir dengan kebangkrutan, namun apabila tidak diadakan tindakan korektif yang tepat tidak jarang mereka terpaksa menutup usahanya.
Kecuali disebabkan oleh faktor-faktor eksternal yang akut seperti bencana alam atau krisis ekonomi, krisis kinerja bisnis perseroan tidak pernah terjadi mendadak. Krisis kinerja bisnis yang ditandai oleh menurunnya likuiditas keuangan, solvabilitas dan profitabilitas merupakan satu proses. Hal ini berkembang sedikit demi sedikit dari tahun ke tahun, dan akan menjadi semakin parah bilamana tidak cepat ditangani secara professional.56
Penurunan kinerja bisnis, termasuk penurunan kondisi keuangan timbul karena berbagai macam faktor intern dan ekstern perseroan. Beberapa di antara faktor-faktor penyebab tersebut adalah :
1) Menurunnya jumlah penjualan produk dari tahun-ketahun,
2) Jumlah piutang dagang meningkat secara tidak proposional dibandingkan dengan peningkatan jumlah penjualan,
3) Menumpuknya jumlah persediaan bahan baku, barang setengah jadi dan barang jadi, 4) Struktur pendanaan operasi bisnis yang kurang sehat. Jumlah utang terlalu besar
dibandingkan dengan jumlah dana modal sendiri (meningkatnya debtsto equity ratio),
5) Meningkatnya jumlah biaya operasional,
6) Manajemen atau karyawan menyalahgunakan harta Perseroan untuk memenuhi kebutuhan pribadi,
7) Krisis ekonomi, nasional, regional dan/atau internasional,
8) Kehidupan politik nasional dan/atau internasional yang tidak stabil, 9) Bencana alam.57
Dalam banyak kasus krisis keuangan yang dihadapi perseroan milik negara dan perseroan swasta dapat diatasi dengan jalan melakukan restrukturisasi.Strategi restrukturisasi yang diterapkan masing-masing perseroan tidak sama, sebab strategi restrukturisasiitudipengaruhi oleh
56
Ibid, hal. 51.
57
beberapa faktor. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi pilihan strategi restrukturisasi adalah:58
1) Tingkat krisis yang dihadapi perseroan. 2) Penyebab utama krisis tersebut.
3) Pengorbanan yang harus diberikan pemilik perseroan. 4) Manfaat yang diperkiraan dapat diperoleh.
Untuk kasus-kasus tertentu kadang-kadang diperlukan kombinasi strategi restrukturisasi. Restrukturisasi melibatkan para pemilik perseroan secara langsung. Dalam menjalankan tugas tersebut mereka dapat dibantu dewan komisaris, manajemen perseroan. Adapun bentuk restrukturisasi yang banyak dipergunakan untuk mengatasi krisis keuangan perseroan adalah sebagai berikut :59
1) Restrukturisasi harta perseroan (reorganization of assets)
Salah satu cara untuk memperbaiki likuiditas keuangan perseroan adalah menata kembali harta yang dimiliki perseroan. Hal itu dilakukan dengan jalan megurangi jenis atau jumlah harta tetap, termasuk sarana produksi yang kurang berguna atau tidak efisien lagi. Harta tetap seperti itu dapat jual kepada pihak ketiga. Dengan menjual harta tetap yang kurang berguna atau tidak efisien bagi perseroan akan mendapat injeksi dana segar. Dana tersebut dapat dipergunakan untuk mendanai kebutuhan modal kerja dan melunasi utang-utang yang berbunga tinggi. Dengan demikian kegiatan bisnis perseroan dapat diperlancar, sedangkan biaya bunga pinjaman dapat
58
Ibid, hal. 60.
59
C.S.T, Kansil dan Christine, Hukum Perseroan Indonesia, Aspek Hukum Dalam Ekonomi (Jakarta : PT. Pradnya Paramita, 1995), hal. 93.
berkurang. Disamping itu beban biaya penyusutan juga akan berkurang. Manfaat yang diperoleh dengan strategi ini adalah likuiditas keuangan dan profitabilitas perseroan dapat diperbaiki.
Restrukturisasi harta perseroan juga dapat dilakukan dengan jalan memperbaiki manajemen persediaan, antara lain dengan meminimalisir jumlah persedian bahan baku, bahan pembantu dan barang jadi. Manfaat yang diperoleh adalah jumlah kas/bank yang terikat dalam persediaan dapat diminimalisir. Jalan lain mereorganisir harta perseroan adalah memangkas atau menghapuskan harta perseroan yang bernuansa pemborosan dan menjadi sumber pemborosan biaya. Contoh harta perseroan yang berbau pemborosan adalah gedung kantor yang terlalu luas dan mewah, laboratorium riset dan pengembangan yang terlalu canggih, villa megah untuk tempat peristirahatan pemimpin perseroan kendaraan dinas yang terlalu banyak jumlahnya, terlalu mewah dan terlalu mahal pajak dan biaya pemeliharaannya.
Jumlah piutang dagang wajib diminimalisir. Hal itu dapat dilakukan dengan jalan memperbaiki manajemen piutang dagang. Pemberian kredit penjualan kepada distributor dilakukan secara selektif. Kegiatan penagihan piutang dagang dilakukan secara lebih intensif.
2) Divestasi
Divestasi adalah cara memperbaiki likuiditas keuangan perseroan dengan jalan menjual sebagian hak kepemilikan perseroan kepada pihak ketiga. Dengan menjual sebagian hak kepemilikan perseroan dapat diperoleh dana segar untuk memperbaiki likuidasi perseroan,James C Van Horn mengatakan bahwa divestasi dapat dilakukan dengan berbagai macam cara, antara lain dengan:60
a) Menjual bagian tertentu perseroan (partial sell-offs)
60
Dalam partial sell-offs pemilik perseroan menjual bagian tertentu perseroannya kepada perseroan lain. Dengan menjual bagian tertentu perseroannya mereka dapat memperoleh dana segar untuk dipergunakan menambah dana modal kerja atau melunasi utang berbunga. Sebaiknya bagian yang dijual itu adalah bagian yang telah lama memberi beban keuangan yang terlalu berat, misalnya membebani biaya operasional yang terlalu besar. Dengan demikian profitabilitas perseroan secara keseluruhan terganggu. Partial-sell offs hanya dapat menarik minat pembeli bilamana mereka yakin bagian perseroan yang akan dijual dapat memperkuat organisasi bisnis perseroan.
b) Menjual anak perseroan (corporate spin-offs)
Corporate spin-offs dilakukan oleh grup perseroan yang sedang mengalami kesulitan keuangan. Dalam corporate spin-offsperseroan menjual sebagian saham anak perseroan mereka kepada pihak ketiga. Corporate spin-offs juga dapat dilakukan dengan jalan memisahkan bagian tertentu perseroan menjadi sebuah perseroan lain yang independen. Selanjutnya saham perseroan baru tersebut dibagikan secara prorate kepada para pemegang saham perseroan lama. Dengan strategi ini bagian perseroan yang dipisahkan wajib mengurusi sendiri kebutuhan keuangan mereka.
Sedangkan Fred Weston mengambil contoh IBMsebagian perseroan yang telah melakukan divestasi corporate spin-offs agar dapat mengelola keuangan perseroan mereka secara lebih efesien. Pada tahun 1986 IBM telah menjual product centers dan bagian penjualan eceran mereka di Amerika Serikat. Selanjutnya pada tahun 1988 IBM menjual bisnis pengkopian (copier business) mereka kepada Eastmant Kodak.61
61
Ibid, hal. 118.
Dalam corporate spin-offs anak perseroan yang dijual atau bagian perseroanyang dipisahkan akandikelola manajemen baru. Dengan
demikian belum tentu perseroan lama dapat mengharapkan sinergi kerjasama dengan perseroan baru ini.
c) Menjual saham biasa yang dimiliki oleh para pemegang saham kepada publik (equit carve- outs)
Equity carve-outs hampir sama dengan corporate spin-offs. Bedanya dalam equity carve- outs saham anak perseroan tidak ditawarkan kepada perusahaa lain secara individual, melainkan ditawarkan kepada publik melalui busa efek, equity carve-outs juga disebut split-off intial public offering (IPOs). Apabila perseroan induk masih ingin menguasai anak perseroan yang mereka jual, saham yang ditawarkan kepada publik hendaknya tidak mencapai 50% seluruh saham biasa.
Dengan demikian perseroan induk masih dapat mengawasi kinerja manajemen perseroan yang dijual sebagian itu. Apabila perseroan berhasil menjual sebagian saham anak perseroannya, mereka akan dapat mengumpulkan dana segar tanpa bunga. Seperti halnya partial sell-offs dan
corporate spin-offs dana segar tersebut dapat dipergunakan untuk menambahkan dana modal
kerja dan membayar kembali pinjaman berbunga. Disamping untuk mengatasi kesulitan keuangan, kadang-kadang equit carve outs dipergunakan untuk mendapatkan dana murah guna perluasan perseroan yang sehat usahanya.
3) Restrukturisasi Keuangan
Restrukturisasi keuangan merupakan upaya menyelamatkan perseroan yang dilakukan bersama-sama oleh perseroan dan bank kreditur mereka. Dalam kasus ini karena menghadapi kesulitan keuangan, perseroan tidak mampu membayar bunga dan/atau cicilan kredit yang telah mereka terima. Untuk mencengah kredit berkembang menjadi kredit macet dan tidak terbayar sama sekali, kadang-kadang bank bersedia membantu nasabah mereka merestrukturisasikan