• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kepentingan Pemegang Saham Minoritas

BAB III PROSES PELAKSANAAN SPIN OFF PERSEROAN

B. Kepentingan Yang Harus Di Perhatikan Dalam Pelaksanaan Spin Off

3. Kepentingan Pemegang Saham Minoritas

Perbuatan hukum tersebut menyangkut pula pemegang saham minoritas karena penentuan sikap Perseroan dilakukan melalui RUPS. Dalam pengambilan keputusan RUPS yang diutamakan undang-undang adalah musyawarah untuk mufakat. Jika dalam RUPS pengambilan keputusan semua pemegang saham setuju sehingga tercapai suara bulat, akan terasa lebih enak dan damai dibanding dengan melalui voting karena ada yang kalah suara. 98

Apabila pemegang saham tersebut tidak menyetujui langkah perseroan mengambil perbuatan tersebut maka jalan keluarnya mereka berhak meminta kepada perseroan agar sahamnya dibeli dengan harga yang wajar sesuai dengan tata cara penilaian dan konversi saham dalam pasal 123 ayat (2) hruf c untuk penggabungan dan pasal 125 ayat (6) huruf d untuk pengambilalihan perseroan.

Pada umumnya yang sering terjadi kelompok mayoritas dalam suatu rapat memaksakan kehendaknya kepada kelompok minoritas karena merasa mempunyai banyak suara. Dalam UUPT 2007 dikehendaki sedapat mungkin suara pemegang saham minoritas dihormati sebelum Perseroan melakukan perbuatan hukum.

99

UUPT dan peraturan pelaksanaannya jelas memberikan perlindungan kepada pemegang saham minoritas dalam suatu perseroan terbatas. Perlindungan ini khususnya diberikan kepada

97

Ridwan, Khairandy, Pengantar Hukum Dagang, (Yogyakarta : FH UUI Pres, 2006), hal.99.

98

Ibid,hal.105.

99

satu atau lebih pemegang saham yang memiliki paling tidak 10% (sepuluh) persen dari seluruh saham yang telah dikeluarkan dan disetor dalam suatu Perseroan terbatas.

Di dalam UUPT dan peraturan pelaksanaannya pada dasarnya di atur bahwa satu atau lebih pihak yang memiliki saham paling sedikit 10% dalam perseroan akan memiliki hak-hak pemegang saham minoritas antara lain sebagai berikut:

a) Hak Pemeriksaan dan Memperoleh Informasi

Hak untuk meminta dilakukannya pemeriksaan/investigasi dan memperoleh data/keterangan tentang perseroan dimana pemegang saham minoritas mempunyai hak untuk meminta Ketua Pengadilan Negeri (PN) yang berwenang untuk melakukan investigasi terhadap perseroan dengan tujuan untuk memperoleh data atau informasi, jika terdapat dugaan bahwa:

1) Perseroan melakukan perbuatan melawan hukum yang merugikan pemegang saham atau pihak ketiga atau.

2) Anggota Direksi atau Dewan Komisaris melakukan perbuatan melawan hukum yang merugikan Perseroan atau pemegang saham atau pihak ketiga.

Hak untuk mengajukan pemeriksaan ini juga diberikan kepada (i) kejasaan untuk kepentingan umum atau (ii) pihak ketiga lainnya, yang berdasarkan peraturan perundang- undangan, anggaran dasar perseroan atau perjanjian dengan perseroan diberi wewenang untuk mengajukan permohonan pemeriksaan (vide Pasal 138 UUPT).

Sebelum mengajukan permohonan kepada pengadilan, pihak yang memohonkan wajib sebelumnya telah mencoba untuk memperoleh data atau informasi dari perseroan dan perseroan tidak memberikan data atau keterangan yang diminta.Permohoan kepada Ketua PN harus didasarkan atas alasan yang wajar dan berdasarkan itikad baik. Jika permohonan dikabulkan oleh pengadilan, maka akan ditetapkan maksimum 3 (tiga) orang ahli untuk melakukan pemeriksaan

dengan tujuan untuk mendapatkan data atau keterangan yang diperlukan. Para pemeriksa ini berhak untuk memeriksa semua dokumen-dokumen dan catatan-catatan dari perseroan. Direksi dan Komisaris beserta karyawan perseroan wajib bekerja sama dengan pemeriksa, dan laporan ahli ini wajib disampaikan kepada Ketua PN paling lambat 90 hari sejak tanggal pengangkatan ahli penetapan Ketua PN.

Biaya pemeriksaan ini dapat dilakukan kepada perseroan berdasarkan penetapan Ketua PN. Akan tetapi, atas permohonan dari perseroan baik sebagian atau seluruh biaya ini dapat saja perseroan ajukan kepada pemohon, anggota direksi, atau anggota dewan komisaris. 100

Berdasarkan hasil laporan ahli ini, pemohon (pemegang saham) dapat menentukan langkah lebih lanjut terhadap perseroan. Dalam praktek, hasil laporan ahli ini digunakan sebagai bukti oleh pemegang saham untuk mengajukan gugatan terhadap perseroan dan/atau anggota Direksi dan/atau anggota Dewan Komisaris.

Laporan hasil pemeriksaan disampaikan oleh pemeriksa kepada Ketua PN, dan selanjutnya Ketua PN akan menyerahkan laporan ini kepada pemohon dan perseroan yang bersangkutan. Ahli wajib untuk merahasiakan hasil pemeriksaan yang telah dilakukan.

b) Hak Menuntut

Atas nama perseroan pemegang saham minoritas juga berhak untuk menuntut atau mengajukan gugatan kehadapan pengadilan yang berwenang terhadap anggota Direksi dan anggota Komisaris perseroan jika perbuatan mereka dianggap oleh pemegang saham minoritas telah merugikan perseroan (vide Pasal 97 ayat (6) dan Pasal 114 ayat (6) UUPT).

c) Hak Memanggil RUPS

100

Pasal 79 ayat 2 UUPT menjamin pemegang saham minoritas untuk memanggil RUPS. Apabila ternyata pengurus perseroan telah mengabaikan hak-hak dari pemegang saham minoritas ini, maka pemegang saham minoritas sebagai pemohon dapat meminta pengadilan negeri yang yurisdiksi hukumnya meliputi tempat kedudukan perseroan untuk memberikan izin agar dapat diselenggarakannya RUPS (vide Pasal 80 UUPT).

d) Hak Untuk Diajukannya Likuidasi perseroan

Pemegang saham minoritas juga berhak mengajukan permohonan kepada pengadilan yang berwenang untuk melikuidasi Perseroan. Hak ini diatur dalam Pasal 142, sampai dengan dan termasuk pasal 146 UUPT.

e) Pembelian Kembali Saham (Buy-Back Shares)

Pemegang saham minoritas juga berhak untuk meminta kepada perseroan agar sahamnya dibeli kembali (buy-back) dengan harga wajar, jika pemegang saham yang bersangkutan tidak menyetujui tindakan perseroan yang merugikannya atau yang merugikan perseroan berupa: (i) perubahan Anggaran Dasar; (ii) pengalihan atau penjaminan kekayaan perseroan yang mempunyai nilai lebih dari 50% kekayaan bersih perseroan atau (iii) penggabungan, peleburan atau pengambilalihan perseroan (vide Pasal 62 juncto Pasal 126 ayat 2 UUPT dan ketentuan dari Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 1998). Jadi pemegang saham minoritas berhak untuk meminta agar sahamnya dibeli kembali dengan harga yang wajar oleh perseroan jika pemegang saham minoritas tersebut tidak menyetujui tindakan atau transaksi tersebut di atas, yang merugikan kepentingan pemegang saham dan perseroan

Apabila pemegang saham minoritas melaksanakan hak ini, maka perseroan akan melakukan pembelian kembali saham milik pemegang saham minoritas ini oleh Perseroan dengan ketentuan bahwa:

1) Pembelian kembali saham tersebut tidak menyebabkan kekayaan bersih perseroan menjadi lebih kecil, dari jumlah modal yang ditempatkan ditambah dengan cadangan wajib yang telah disisihkan.

2) Jumlah nilai nominal seluruh saham yang akan dibeli kembali oleh perseroan tersebut dan gadai saham atau jaminan fidusia atas saham yang dipegang oleh perseroan sendiri atau perseroan lain, yang sahamnya secara langsung atau tidak dimiliki oleh perseroan tidak melibihi 10% dari jumlah modal, yang ditempatkan dalam perseroan kecuali diatur lain dalam peraturan dibidang pasar modal.

Jika buy-back shares tidak dilaksanakan sesuai dengan syarat-syarat di atas, hal ini akan mengakibatkan transaksi buy-back shares batal demi hukum (null and void) (vide Pasal 37 ayat 2 UUPT). Apabila kondisi perseroan tidak memungkinan dilakukannya buy-backatas seluruh saham minoritas, maka perseroan wajib untuk mengusahakan agar sisa saham milik pemegang saham minoritas tersebut dibeli oleh pihak lainnya (vide Pasal 62 ayat 2 UUPT). 101

Jika seluruh saham milik pemegang saham minoritas dibeli kembali oleh perseroan, maka perseroan itu sendiri hanya dapat memegang sementara saham perseroan tersebut paling lama 3 tahun, dengan ketentuan bahwa saham perseroan yang dimiliki oleh perseroan itu sendiri, tidak dapat digunakan untuk mengeluarkan suara dalam RUPS dalam menentukan jumlah kuorum, yang harus dicapai dan perseroan sebagai pemegang saham tersebut tidak berhak untuk mendapatkan pembagian dividen.

Selain dari perlindungan terhadap pemegang saham minoritas tersebut, UUPT dan peraturan pelaksanaannya juga telah mengatur dan memberikan perlindungan kepada karyawan,

101

kreditor dan mita usaha lainnya dari perseroan khususnya dalam pelaksanaan transaksi akuisisi, penggabungan dan konsolidasi (vide Pasal 126 UUPT).

Rapat umum pemegang saham masing-masing perseroan baik perseroan yang mengambil alihmaupun perseroan yang diambil alih tidak selalu mencapai suara bulat dalam memutuskan mengenai suatu rencana spin off. Untuk melindungi pemegang saham minoritas, maka spin off tidak dapat diputuskan secara sepihak saja oleh pemegang saham mayoritas.

Perlindungan terhadap pemegang saham minoritas perlu, mengingat pemegang saham tidak bisa dipaksa untuk menerima suatu perubahan yang mendasar. Hal ini berbeda pada saat mereka membeli saham pertam kali. Ketidaksetujuan mungkin timbul sehubungan dengan harga saham yang diambil alih. Bila keputusan mengenai spin off diserahkan saja kepada pemegang saham mayoritas, maka bisa saja harga saham yang diambil alih atau penilaian terhadap asset yang diambil alih merugikan pemegang saham minoritas.102

Mengutip pendapat Margareth Chew, Misahardi Wilamarta mengatakan bahwa perlindungan hukum bagi pemegang saham termasuk pemegang saham minoritas menjadi lebih penting dalam era baru yang bersifat ekonomi global. Undang-Undang harus melakukan perlindungan hukum terhadap pemegang saham minoritas dalam suatu perseroan terbatas, jika tidak dilakukan dengan baik maka akan mengganggu implementasi Good Corporate Governance.

Undang-Undang No. 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas (UUPT) menyediakan beberapa upaya hukum kepada pemegang saham khususnya pemegang saham minoritas untuk

20)

102

Ridwan, Khairandy, Perseroan Terbatas, Doktris dan Peraturan Perundang-Undangan serta Jurisprudensi,( Yogyakarta : Total Media, 2009), hal.65.

menjaga kepentingannya.21)

UUPT juga memberi hak kepada setiap pemegang saham untuk meminta perseroan agar sahamnya dibeli dengan tingkat harga yang wajar apabila ia tidak menyetujui tindakan perseroan yang merugikan dirinya atau perseroan. Tindakan perseroan tersebut adalah tindakan hasil keputusan RUPS karena berupa antara lain perubahan anggaran dasar, penggabungan, peleburan atau pengambilalihan perseroan dan tindakan-tindakan yang merupakan kewenangan RUPS (Pasal 55 UUPT).

Setiap pemegang saham berapapun jumlah saham yang dimilikinya berhak mengajukan gugatan berupa suatu "personal action"yaitu untuk dan atas nama sendiri menggugat terhadap perseroan ke Pengadilan Negeri. Apabila ia merasa dirugikan karena tindakan perseroan, yang dianggap tidak adil dan tampa alasan wajar sebagai akibat keputusan RUPS, direksi atau komisaris (Pasal 54 ayat (2) UUPT). Hak tersebut berbeda dari hak pemegang saham yang mewakili paling sedikit 1/10 bagian dari jumlah saham dan hak suara yang sah, untuk mengajukan gugatan atas nama perseroan (derivative action) ke Pengadilan Negeri terhadap direksi (Pasal 85 ayat (3) UUPT) dan terhadap komisaris (Pasal 98 ayat (2) UUPT) yang karena kesalahan atau kelalaiannya menimbulkan kerugian pada perseroan.

UUPT selanjutnya memberi kemungkinan kepada pemegang saham yang mewakili 1/10 bagian dari seluruh jumlah saham dengan hak suara yang sah atau suatu jumlah yang lebih kecil sebagaimana ditentukan dalam Anggaran Dasar dengan seizin ketua Pengadilan Negeri yang daerah hukumnya meliputi tempat kedudukan perseroan menyelenggarakan RUPS, bilamana direksi atau komisaris tidak mengindahkan permintaannya menyelenggarakan RUPS. Bahkan UUPT mengatur bahwa ketua Pengadilan Negeri tidak terikat pada ketentuan dalam UUPT atau

Anggaran Dasar Perseroan yang bersangkutan dalam menetapkan bentuk, isi dan jangka waktu pemanggilan RUPS serta penunjukan ketua rapat (Pasal 67 UUPT).103

Khusus mengenai pembubaran perseroan UUPT memberi hak kepada pemegang saham yang mewakili paling sedikit 1/10 bagian dari seluruh jumlah saham dengan hak suara yang sah untuk memohon kepada Pengadilan Negeri agar perseroan dibubarkan. Apabila permohonan tersebut dikabulkan, maka Pengadilan sekaligus menetapkan likuidaturnya (Pasal117 UUPT).

UUPT telah memperkenalkan hak "enquete" yaitu hak pemegang saham untuk atas nama sendiri atau atas nama perseroan memohon kepada Pengadilan Negeri yang daerah hukumnya meliputi tempat kedudukan perseroan, agar dilakukan pemeriksaan terhadap perseroan, dengan tujuan untuk mendapatkan data atau keterangan. Dalam hal terdapat dugaan bahwa perseroan melakukan perbuatan melawan hukum yang merugikan pemegang saham atau Direksi atau Komisaris melakukan perbuatan melawan hukum yang merugikan perseroan atau pemegang saham (vide Pasal 110-113 UUPT).

Dokumen terkait