• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V: KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

efisien, terutama pajak yang ditimbulkannya dibandingkan dengan PT. Pusri Holding sebagai new company. Seandainya new company nya adalah PT Pusri Holding, maka pajak yang timbul sangat besar sekali karena pajak dihitung dari seluruh aset-aset yang dimiliki oleh seluruh anggota holding, sedangkan jika yang menjadi new companynya adalah PT. Pusri Palembang , maka pajak yang dihitung hanya terhadap aset-aset PT. Pusri Palembang.

Untuk mengurangi beban pajak yang timbul, maka akan dilakukan terhadap aset-aset yang ada pada saat ini, sehingga di dapat nilai yang wajar. PT. Pusri akan mengirimkan surat ke Departemen Keuangan mengenai permintaan penghapusan pajak, namun jika masih ada pajak yang timbul, PT. Pusri meminta untuk dapat diangsur pembayarannya melalui pemotongan dividen. Pajak yang timbul tersebut tidak akan menjadi beban PT. Pusri Palembang, melainkan akan menjadi beban PT. Pusri Palembang, melainkan akan menjadi beban PT. Pusri Holding secara keseluruhan.

Aset-aset yang dimiliki oleh PT. Pusri selama ini tidak akan berubah, tetap menjadi milik PT. Pusri Palembang, termasuk gudang-gudang, kantor-kantor di daerah, dan kantor Perwakilan Pusri Jakarta (KPJ). Saham-saham akan tetap menjadi milik PT.Pusri Palembang, termasuk saham di PT. Rekayasa Industri, PT. Pupuk Iskandar Muda, PT. Mega Eltra. Untuk itu, PT. Pusri telah menunjuk konsultan bertaraf internasional dan netral yaitu Price Waterhouse and Coopers (PWJ) untuk menentukan nilai-nilai saham tersebut.

Status karyawan PT. Pusri Palembang merupakan peralihan dari PT.Pusri Holding dimana tidak ada perubahan dari sebelumnya hak-hak dan kesejahteraan karyawan, termasuk masa kerja dan kebijakan pensiun. Dirut dapat memahami dan akan memperhatikan keinginan

karyawan agar lebih banyak karyawan PT Pusri yang ditempatkan sebagai direksi, akan tetapi dalam prosesnya masih ada faktor lain yang menentukan.Hal penyesuaian dalam hal ketenagakerjaan perlu dilakukan sehubungan dengan akan beralihnya operasional, produksi dan distribusi yang selama ini dilakukan oleh Pusri kepada Pusri Palembang. Hubungan kerja karyawan Pusri akan diteruskan pada Pusri Palembang.Hak-hak karyawan tidak dikurangi, fasilitas dan tunjangan tidak berubah.Masa kerja karyawan pada Pusriakan diperhitungkan ke dalam masa kerja pada Pusri Palembang, yang harus sesuai dengan asas-asas Undang-Undang Ketenagakerjaan di Indonesia. Pengalihan status karyawan, aset-aset perseroan dan peryataan saham-saham PT. Pusri akan dicantumkan dalam addendum akte pendirian PT. Pusri Palembang dan merupakan kelanjutan dari PT. Pusri yang dibentuk pada tahun 1959.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian-uraian pembahasan yang diatas maka dapat disampaikan sebagai kesimpulan sebagai berikut:

1. Spin off perlu dilakukan di dalam restrukturisasi perseroan, karena ada beberapa alasan penting bagi perseroan untuk melakukan restrukturisasi antara lain karena persaingan, fleksibilitas dan biaya awal yang begitu tinggi.Dalam penguatan struktur usahanya, mekanisme spin off dapat dimanfaatkan oleh perseroan sebagai sarana untuk lebih mempertajam segmentasi pasar, khususnya melalui penguatan lini bisnis yang lebih fokus dan spesialis. Dalam hal ini, mekanisme spin off digunakan untuk mempertajam salah satucore bisnis yang dianggap penting bagi perseroan untuk dikembangkan (demerger) menjadi sebuah perseroan baru yang merupakan perseroan anak dari induk perseroan. Selain itu dengan mekanisme spin off ini sebuah Perseroan dapat juga melakukan pemisahan aset bermasalahnya (bad assets) menjadi badan usaha baru yang bukan merupakan perseroan (menjadi semacam perseroan pengelola aset). Dalam hal ini maka keuntungan bagi perseroan adalah selain memiliki perseroan baru yang menjadi kendaraan pengelola aset bermasalahnya (special purpose vehicle) yang tetap dapat dikontrolnya, juga menjadi sarana yang efektif bagi perseroan dalam melakukan pembersihan aset bermasalahnya (cleaning assets).

2. Proses pelaksanaan spin off dalam suatu perseroan pre-spin off dalam hal ini merupakan keadaan sebelum spin off dimana dalam tahap ini, tugas dari seluruh

jajaran direksi maupun manajemen kedua atau lebih perseroan untuk mengumpulkan informasi yang kompeten dan signifikan untuk kepentingan proses spin off perseroan- perseroan tersebut. Spin off- stage pada saat perseroan-perseroan tersebut memutuskan untuk melakukan spin off, hal yang harus dilakukan oleh mereka untuk pertama kalinya dalam tahapan ini adalah menyesuaikan diri dan saling mengintergrasikan diri dengan partner mereka agar dapat berjalan sesuai dengan partner mereka. Post-spin offpada tahapan ini, terdapat beberapa langkah yang harus dilakukan oleh perseroan. Langkah pertama yang akan dilakukan oleh perseroan adalah dengan melakukan restrukturisasi, dimana dalam spin off, sering terjadinya

dualisme atau lebih kepemimpinan yang akan membawa pengaruh buruk dalam

organisasi.Langkah kedua yang akan diambil adalah dengan membangun suatu kultur baru dimana kultur atau budaya baru perseroan atau dapat juga merupakan budaya yang sama sekali baru bagi perseroan. Langkah ketiga yang diambil adalah dengan cara melancarkan transisi, dimana yang harus dilakukan dalam hal ini adalah dengan membangun suatu kerjasama, dalam berupa tim gabungan ataupun kerjasama mutual. 3. Akibat hukum dari spin off terhadap perseroan yang dipisahkan dari perseroan yang

merupakan hasil pemisahan. Latar belakang terbentuknya spin off adalah adanya rencana perubahan holding company (induk perusahaan) dari bentuk operating

holding menjadi non operating holding dengan alasan agar lebih fokus dalam

pengelolahan sinergi korporasi antara sesama perseroan yang kelak menjadi anak perseroan. Penerapan prinsip-prinsip Good Corporate Govermance dalam pembentukan perseroan spin off oleh induk perseroan terhadap anak perseroan kelak membuat penggabungan dan sentralisasi perseroan akan menghasilkan mekanisme

pengendalian, fungsi-fungsi organisasi dan kebijakan yang bersifat strategis dan dinamis.Manfaat spin off terhadap induk perseroan dan anak perseroan akan meningkatkan optimalisasi kegiatan operasional. Sentralisasi kebijakan strategis diharapkan akan meningkatkan efesiensi kerja karyawan serta nilai dan performa perseroan yang pada akhirnya dapat meningkatkan manfaat bagi karyawan, terciptanya sinergi korporasi yang lebih baik antara induk perseroan dan anak-anak perseroannya. Sehingga terbentuklah harmonisasi dan sinkronisasi atas kebijakan korporasi antar anak perseroan yang ikut melakukan spin off terhadap induk perseroan.

Dokumen terkait