TESIS
Oleh
ADE RISKY KESUMA
097011035/M.Kn
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
TESIS
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Kenotariatan dalam Program Studi Kenotariatan
pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara
Oleh
ADE RISKY KESUMA
097011035/M.Kn
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
Program Studi : Kenotariatan
Menyetujui Komisi Pembimbing
(Prof. Dr. Bismar Nasution, SH, MH)
Pembimbing Pembimbing
(Dr. T. Keizerina Devi Azwar, SH, CN, M.Hum)(Notaris Syafnil Gani, SH, MHum)
Ketua Program Studi, Dekan,
(Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH, MS, CN) (Prof. Dr. Runtung, SH, MHum)
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua : Prof. Dr. Bismar Nasution, SH, MH
Anggota : 1.Dr. T. Keizerina Devi Azwar, SH, CN, MHum 2.Notaris Syafnil Gani, SH, MHum
3. Notaris Dr. Syahril Sofyan, SH, MKn
Nama : ADE RISKI KESUMA
Nim : 097011035
Program Studi : Magister Kenotariatan FH USU
Judul Tesis : TINJAUAN YURIDIS PEMBUBARAN PERSEROAN
TERBATAS (PT) BERDASARKAN UU NO. 40 TAHUN 2007
Dengan ini menyatakan bahwa Tesis yang saya buat adalah asli karya saya sendiri
bukan Plagiat, apabila dikemudian hari diketahui Tesis saya tersebut Plagiat karena
kesalahan saya sendiri, maka saya bersedia diberi sanksi apapun oleh Program Studi
Magister Kenotariatan FH USU dan saya tidak akan menuntut pihak manapun atas
perbuatan saya tersebut.
Demikianlah surat pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya dan dalam keadaan
sehat.
Medan,
Yang membuat Pernyataan
Likuidasi merupakan cara perseroan terbatas yang bubar untuk tetap memenuhi pembayaran kewajibannya terhadap para kreditornya. Adapun tindakan pemberesan tersebut meliputi: Pertama, pencatatan dan pengumpulan kekayaan perseroan terbatas. Kedua, penentuan tata cara pembagian kekayaan. Ketiga, pembayaran kepada para kreditor. Keempat, pembayaran sisa kekayaan hasil likuidasi kepada pemegang saham. Kelima, tindakan-tindakan lain yang perlu dilakukan dalam proses pelaksanaan pemberesan kekayaan.
Permasalahan dalam tesis ini, Bagaimana pengaturan prosedur pembubaran Perseroan Terbatas bila Perseroan Terbatas hanya terdapat dua orang pemegang saham, Bagaimana akibat hukum perseroan terbatas yang bubar. Bagaimana tanggung jawab Perseroan Terbatas dalam menyelesaikan utang Perseroan Terbatas kepada pihak ketiga jika terjadi pembubaran Perseroan Terbatas.
Menggunakan penelitian hukum normatif ini merupakan penelitian yang berupa usaha menemukaninconcreto, yaitu untuk mengetahui sejauh mana peraturan perundang-undangan yang dapat diterapkan. Penelitian yuridis normatif dapat dibedakan dalam ,Pertama Penelitian inventarisasi hukum positif. Kedua Penelitian terhadap asas-asas hukum. Ketiga, Penelitian terhadap taraf sinkronisasi vertikal dan horizontal
Hasil penelitian ditemukan Pengaturan prosedur pembubaran Perseroan Terbatas diatur dalam Undang – Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbaatas Pasal 142, tanggungjawab pemegang saham, dalam arti pertanggungjawab tidak lebih dari dan semata-mata dengan harta kekayaan yang terhimpun dalam badan tersebut, Dalam hal PT bubar, maka PT tidak dapat melakukan perbuatan hukum kecuali diperlukan untuk membereskan kekayaannya dalam proses likuidasi, Disarankan Perlu dibuat Regulasi dalam Undang – Undang Perseroan Terbatas yang pengaturan tanggung jawab perseroan jika perseroan bubar dan harus mempertanggungjawabkan sedangkan pertanggungjawaban yang ada belum memadai. Perlu membuat standar prosedur yang lebih jelas tentang pembubaran perseroan terbatas apabila tetapkan oleh pengadilan. Harus dibuat peraturan tentang batasan pertanggung jawaban organ perusahaan yang melakukan tindakan dan kebijakan demi kepentingan perusahaan, atas tindakan tersebut membuat perusahaan mengalamin kerugian sehingga mengakibatkan bubarnya perseroan.
Settlement process is commonly referred to as liquidation. liquidation is Limited Liability Company’s manner which is dissolved to keep the payment obligations to the creditors. As for the action settlement include: first, the writing and collection of a limited liability company property. second, the determination of procedures for the distribution of wealth. Third, payments to the creditors. Fourth, the remaining payment of the poperties of liquidation to the stockholders. fifth, other measures need to be done in the process of implementation of property settlement.
The problems in this thesis is how the setting procedure when the dissolution of a Limited Liability Company if Limited Liability Company only has two stockholders, what was the of Law result for the dissolved Limited Liability Company. How the responsibilities of a Limited Liability Company in resolving the debt to a third party in the event of dissolution of a Limited Liability Company.
Using the normative law research is a research effort to find inconcreto, namely to determine the extent to which legislation can be applied. normative legal research can be divided into, first, an inventory research of positive of law. Second, a research of the principles of law. Third, research on the extent of vertical and horizontal synchronization.
The result of research found setting a Limited Liability Company dissolution procedure regulated in Law No. 40 of 2007 about Limited Liability Companies article 142, stockholders responsibility, in the sense of responsibility is not more than merely the aggregate assets of the agency, in terms of Limited Liability Company dissolved, so the Limited Liability Company can not do the of Law activity unless it is needed to clean away its property in the liquidation process, it is recommended to make regulations in a Limited Liability Company of Law is the responsibility of setting the company if the company broke up and be accountable while there is not enough accountability. It is needed to make a clearer standard procedure about the dissolution of a Limited Liability Company if specified by the court. Must be made about the limitations of liability rules that perform organ company policy and action in the interest of the company, for the action is making financial losses resulting in the dissolution of the company.
“TINJAUAN YURIDIS PEMBUBARAN PERSEROAN TERBATAS
BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NO 40 TAHUN 2007”
Dalam penulisan Tesis ini penulis telah berusaha semaksimal mungkin sesuai
dengan kemampuan penulis. Namun sebagai manusia biasa, penulis tidak luput dari
kesalahan dan kekhilafan baik dari segi teknik penulis maupun tata bahasa. Tetapi
walaupun demikian, penulis berusaha sebisa mungkin menyelesaikan tesis ini
meskipun tersusun sangat sederhana.
Penulis menyadari tanpa kerjasama antara dosen pembimbing dan penulis
serta beberapa kerabat yang memberi berbagai masukan yang bermanfaat bagi
penulis demi tersusunnya tesis ini. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih
kepada pihak tersebut diatas yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk
memberikan arahan dan saran demi kelancaran penyusunan tesis ini.
Demikian semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi penulis dan para pembaca
pada umumnya. Penulis mengharapkan saran serta kritik dari berbagai pihak yang
bersifat membangun.
Selanjutnya dalam rangka penyelesaian tesis ini penulis menyampaikan
hormat dan terimakasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, M.Sc (CTM), Sp.A(K), selaku
Rektor Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Prof. Dr. Runtung, SH, M.Hum, selaku Dekan Fakultas Hukum
Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH, MS, CN, selaku Ketua Program
Magister Kenotariatan Universitas Sumatera Utara.
4. Ibu Dr. T. Keizerina Devi Azwar, SH, CN, M.Hum selaku Sekretaris Program
bimbingan serta pengarahan dalam penyusunan tesis ini.
6. Bapak Dr. Syahril Sofyan, SH, MKn dan Bapak Dr. Dedi Harianto, SH,
M.Hum selaku Tim Penguji tesis yang telah meluangkan waktu untuk
menguji tesis ini dan memberikan petunjuk dan pengarahan dalam penulisan
tesis ini.
7. Para Bapak dan Ibu Dosen serta Staff yang ada di Program Studi Magister
Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, penulis ucapkan
banyak terima kasih.
Akhirnya penulis mengharapkan agar tesis ini dapat memberikan manfaat bagi
semua pihak dan penulis berdoa agar kiranya ilmu yang penulis peroleh dalam
pendidikan selama mengikuti perkuliahan di tingkat sarjana dan tingkat Magister ini
dapat dipergunakan untuk kepentingan bangsa dan negara.
Medan, Juni 2012 Hormat Penulis,
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Status : Belum Kawin
Alamat : Jl. Pelita 3 No. 51 Medan
II IDENTITAS KELUARGA
Nama Ayah : Drs. Syaiful Adanan Siregar
Nama Ibu : Ritawaty Harahap, SH
III. RIWAYAT PENDIDIKAN
1. SD Negeri 060954 Medan Marelan : Tamat Tahun 1998
2. SLTP Negeri 42 Medan : Tamat Tahun 2001
3. SMU Negeri 7 Medan : Tamat Tahun 2004
4. S-1 Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara : Tamat Tahun 2008
KATA PENGANTAR... iii
RIWAYAT HIDUP ... v
DAFTAR ISI... vi
BAB I PENDAHULUAN... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Perumusan Masalah ... 9
C. Tujuan Penelitian ... 10
D. Manfaat Penelitian ... 10
E. Keaslian Penelitian... 10
F. Kerangka Teori dan Konsepsi ... 11
A. Kerangka Teori ... 11
B. Kerangka Konsepsi ... 30
G. Metode Penelitian... 31
1. Metode Pendekatan ... 31
2. Jenis Data ... 32
3. Alat Pengumpul Data ... 33
4. Analisis Data ... 33
BAB II PROSEDUR PEMBUBARAN PERSEROAN TERBATAS ... 35
A. Pengertian Perseroan Terbatas ... 35
B. Perseroan Terbatas Sebagai Badan Hukum ... 43
C. Organ Perseroan Terbatas ... 50
1. Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) ... 51
2. Direksi ... 55
3. Dewan Komisaris... 62
a. Doktrin Ultra Virres dan Intra Virres... 84
b. Prinsip Fiduciary Duty ... 85
B. Perseroan Terbatas Sebagai Suatu Badan Hukum Berkaitan Erat Dengan Pertanggungjawaban ... 90
BAB IV TANGGUNG JAWAB PERSEROAN TERBATAS DALAM MENYELESAIKAN UTANG KEPADA PIHAK KETIGA JIKA TERJADI PEMBUBARAN PERSEROAN TERBATAS 96 A. Pengaturan Perundang-undangan Pembubaran Perseroan Terbatas ... 96
1. Berdasarkan Keputusan RUPS... 97
2. Tanggung jawab Pemegang Saham Dalam Menyelesaikan Utang Kepada Pihak Ketiga jika Terjadi Pembubaran Perseroan Terbatas ... 102
B. Tanggung Jawab Komisaris ... 105
C. Tanggung Jawab Direksi Sebelum Perseroan Mempunyai Status Badan Hukum... 107
D. Tanggung Jawab Direksi Setelah Perseroan Mempunyai Status Badan Hukum... 108
E. Tanggung Jawab Pribadi Direksi Perseroan Terbatas... 116
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 121
A. Kesimpulan ... 121
B. Saran... 124
Likuidasi merupakan cara perseroan terbatas yang bubar untuk tetap memenuhi pembayaran kewajibannya terhadap para kreditornya. Adapun tindakan pemberesan tersebut meliputi: Pertama, pencatatan dan pengumpulan kekayaan perseroan terbatas. Kedua, penentuan tata cara pembagian kekayaan. Ketiga, pembayaran kepada para kreditor. Keempat, pembayaran sisa kekayaan hasil likuidasi kepada pemegang saham. Kelima, tindakan-tindakan lain yang perlu dilakukan dalam proses pelaksanaan pemberesan kekayaan.
Permasalahan dalam tesis ini, Bagaimana pengaturan prosedur pembubaran Perseroan Terbatas bila Perseroan Terbatas hanya terdapat dua orang pemegang saham, Bagaimana akibat hukum perseroan terbatas yang bubar. Bagaimana tanggung jawab Perseroan Terbatas dalam menyelesaikan utang Perseroan Terbatas kepada pihak ketiga jika terjadi pembubaran Perseroan Terbatas.
Menggunakan penelitian hukum normatif ini merupakan penelitian yang berupa usaha menemukaninconcreto, yaitu untuk mengetahui sejauh mana peraturan perundang-undangan yang dapat diterapkan. Penelitian yuridis normatif dapat dibedakan dalam ,Pertama Penelitian inventarisasi hukum positif. Kedua Penelitian terhadap asas-asas hukum. Ketiga, Penelitian terhadap taraf sinkronisasi vertikal dan horizontal
Hasil penelitian ditemukan Pengaturan prosedur pembubaran Perseroan Terbatas diatur dalam Undang – Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbaatas Pasal 142, tanggungjawab pemegang saham, dalam arti pertanggungjawab tidak lebih dari dan semata-mata dengan harta kekayaan yang terhimpun dalam badan tersebut, Dalam hal PT bubar, maka PT tidak dapat melakukan perbuatan hukum kecuali diperlukan untuk membereskan kekayaannya dalam proses likuidasi, Disarankan Perlu dibuat Regulasi dalam Undang – Undang Perseroan Terbatas yang pengaturan tanggung jawab perseroan jika perseroan bubar dan harus mempertanggungjawabkan sedangkan pertanggungjawaban yang ada belum memadai. Perlu membuat standar prosedur yang lebih jelas tentang pembubaran perseroan terbatas apabila tetapkan oleh pengadilan. Harus dibuat peraturan tentang batasan pertanggung jawaban organ perusahaan yang melakukan tindakan dan kebijakan demi kepentingan perusahaan, atas tindakan tersebut membuat perusahaan mengalamin kerugian sehingga mengakibatkan bubarnya perseroan.
Settlement process is commonly referred to as liquidation. liquidation is Limited Liability Company’s manner which is dissolved to keep the payment obligations to the creditors. As for the action settlement include: first, the writing and collection of a limited liability company property. second, the determination of procedures for the distribution of wealth. Third, payments to the creditors. Fourth, the remaining payment of the poperties of liquidation to the stockholders. fifth, other measures need to be done in the process of implementation of property settlement.
The problems in this thesis is how the setting procedure when the dissolution of a Limited Liability Company if Limited Liability Company only has two stockholders, what was the of Law result for the dissolved Limited Liability Company. How the responsibilities of a Limited Liability Company in resolving the debt to a third party in the event of dissolution of a Limited Liability Company.
Using the normative law research is a research effort to find inconcreto, namely to determine the extent to which legislation can be applied. normative legal research can be divided into, first, an inventory research of positive of law. Second, a research of the principles of law. Third, research on the extent of vertical and horizontal synchronization.
The result of research found setting a Limited Liability Company dissolution procedure regulated in Law No. 40 of 2007 about Limited Liability Companies article 142, stockholders responsibility, in the sense of responsibility is not more than merely the aggregate assets of the agency, in terms of Limited Liability Company dissolved, so the Limited Liability Company can not do the of Law activity unless it is needed to clean away its property in the liquidation process, it is recommended to make regulations in a Limited Liability Company of Law is the responsibility of setting the company if the company broke up and be accountable while there is not enough accountability. It is needed to make a clearer standard procedure about the dissolution of a Limited Liability Company if specified by the court. Must be made about the limitations of liability rules that perform organ company policy and action in the interest of the company, for the action is making financial losses resulting in the dissolution of the company.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembangunan perekonomian nasional yang diselenggarakan berdasarkan
demokrasi ekonomi dengan prinsip kebersamaan, efisiensi yang berkeadilan,
berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian, serta menjaga keseimbangan
kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional bertujuan untuk mewujudkan kesejahteraan
masyarakat.
Peningkatan pembangunan perekonomian nasional dan sekaligus memberikan
landasan yang kokoh bagi usaha dalam menghadapi perkembangan perekonomian
dunia dan kemajuan ilmu pegetahuan dan teknologi di era globalisasi pada masa
mendatang, perlu didukung oleh suatu undang-undang yang mengatur tentang
Perseroan Terbatas (PT) yang dapat menjamin terselenggaranya iklim dunia usaha
yang kondusif. Untuk mencapai iklim usaha yang kondusif, diperlukan berbagai
sarana penunjang yang antara lain adanya tatanan hukum yang dapat mendorong,
menggerakkan, dan mengendalikan berbagai kegiatan pembangunan di bidang
ekonomi. Salah satu materi hukum yang diperlukan dalam menunjang pembangunan
ekonomi adalah ketentuan-ketentuan di bidang perseroan terbatas. Perseroan Terbatas
merupakan badan usaha yang dapat berperan menjadi salah satu pilar pembangunan
ekonomi nasional yang berasaskan kekeluargaan menurut dasar-dasar demokrasi dari
pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.1
Kata perseroan dalam pengertian umum adalah perusahaan atau organisasi
usaha. Sedangkan perseroan terbatas adalah salah satu bentuk organisasi usaha atau
badan usaha yang ada dan dikenal dalam sistem hukum dagang Indonesia. Bentuk
perseroan terbatas atau PT merupakan bentuk yang lazim dan banyak dipakai dalam
dunia usaha di Indonesia karena PT merupakan asosiasi modal dan badan hukum
yang mandiri. Sebutan atau bentuk PT ini datang dari hukum dagang Belanda (WvK)
dengan singkatan NV atauNaamloze Vennootschap.2
Perseroan Terbatas (PT), dulu disebut juga Naamloze Vennootschaap (NV),
istilah lainnya Corporate Limited (Co. Ltd.), Serikat Dagang Benhard (SDN BHD).
Pengertian Perseroan Terbatas terdiri dari dua kata, yakni “perseroan” dan “terbatas”.
Perseroan merujuk kepada modal PT yang terdiri dari persero-persero atau
saham-saham. Adapun kata terbatas merujuk kepada pemegang yang luasnya hanya sebatas
pada nilai nominal semua saham yang dimilikinya.
Berdasar Pasal 1 Undang-Undang Perseroan Terbatas pengertian Perseroan
Terbatas (Perseroan) adalah badan hukum yang merupakan persekutuan modal,
didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang
1
http://blog.beswandjarum.com/sigitandi/pembaharuan-hukum-perseroan-berdasarkan-undang-undang-nomor-40-tahun-2007-tentang-perseroan-terbatas.html/comment-page-1, tanggal 20 Nopember 2010.
2 I.G Rai Widjaya, Hukum Perusahaan Perseroan Terbatas, (Bekasi : Megapoin, 2006),
seluruhnya terbagi dalam saham, dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam
undang-undang ini serta peraturan pelaksanaannya.
Perseroam Terbatas merupakan perusahaan yang oleh undang-undang
dinyatakan sebagai perusahaan yang berbadan hukum. Dengan status yang demikian
itu, PT menjadi subyek hukum yang menjadi pendukung hak dan kewajiban, sebagai
badan hukum, PT memiliki kedudukan mandiri (persona standi in judicio) yang tidak
tergantung pada pemegang sahamnya. Dalam PT hanya organ yang dapat mewakili
PT atau perseroan yang menjalankan perusahaan. Hal ini berarti PT dapat melakukan
perbuatan-perbuatan hukum seperti seorang manusia dan dapat pula mempunyai
kekayaan atau utang (ia bertindak dengan perantaraan pengurusnya).
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata menyebutkan bahwa semua
perkumpulan, termasuk perseroan terbatas yang telah memperoleh status badan
hukum dari pejabat yang berwenang dianggap telah berdiri dengan sah dan berkuasa
untuk melakukan perbuatan-perbuatan perdata, tanpa mengurangi ketentuan
perundang-undangan yang mengatur tentang perubahan kekuasaannya itu,
membatasinya, atau menundukkannya kepada tata cara tertentu.3
Menurut Subekti, badan hukum merupakan badan atau perkumpulan yang
memiliki hak dan dapat melakukan perbuatan sebagaimana halnya seorang manusia,
yang memiliki kekayaan sendiri, dapat digugat atau menggugat dalam pengadilan.
Badan hukum sebagai subjek hukum yang mandiri dipersamakan di hadapan hukum
dengan individu pribadi.4
Badan hukum merupakan pendukung kewajiban dan hak sama seperti
manusia pribadi. Untuk itu dia memiliki kekayaan sendiri, yang terpisah dari
kekayaan pengurus atau pendirinya. Segala kewajiban hukumnya dipenuhi dari
kekayaan yang dimilikinya itu. Apabila kekayaannya tidak mencukupi untuk
menutupi kewajibannya, itupun tidak akan dapat dipenuhi dari kekayaan pengurus
atau pendirinya guna menghindarkannya dari kebangkrutan atau likuidasi.5
Dalam hubungan bisnis dengan pihak ketiga, badan hukum itu bertindak
sendiri untuk kepentingannya sendiri yang diwakili oleh pengurusnya sebagaimana
diatur dalam anggaran dasar. Apabila mendapat keuntungan maka keuntungan itu
menjadi kekayaan milik badan hukum itu. Sebaliknya, apabila menderita kerugian,
maka kerugian itu ditanggung sendiri oleh badan hukum dari kekayaan yang
dimilikinya.6
Secara khusus badan usaha Perseroan Terbatas diatur dalam Undang-Undang
Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (UUPT 2007), yang secara efektif
berlaku sejak tanggal 16 Agustus 2007. Sebelum UUPT 2007, berlaku UUPT Nomor
1 Tahun 1995 yang diberlakukan sejak 7 Maret 1996 (satu tahun setelah
diundangkan) sampai dengan 15 Agustus 2007, UUPT tahun 1995 tersebut sebagai
4 Frans Satrio Wicaksono, Tanggung Jawab Pemegang Saham, Direksi, Dan Komisaris Perseroan Terbatas (PT), ( Jakarta : Visimedia, 2009), halaman 5.
5
Abdulkadir Muhammad,Hukum PerusahaanIndonesia, (Bandung : PT. Citra Aditya Bakti, 1999), halaman 63.
pengganti ketentuan tentang perseroan terbatas yang diatur dalam Kitab
Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD) Pasal 36 sampai dengan Pasal 56, dan segala
perubahannya.
Pengertian badan hukum secara substansial mengandung hal-hal sebagai
berikut :7
1. Kumpulan modal.
2. Dapat melakukan perbuatan hukum.
3. Diperuntukkan bagi kepentingan tertentu.
4. Memiliki pengurus yang akan bertindak untuk mewakili kepentingan badan
hukum tersebut.
Sifat khusus dari status badan hukum oleh perseroan terbatas adalah adanya
hak mendahului dari kreditor badan hukum atas harta kekayaan badan hukum pada
saat pembubaran badan hukum dilakukan. Selain itu, harta kekayaannya juga tidak
dapat diambil dengan begitu saja oleh para pendiri yang adalah para pemegang
sahamnya.8
Perseroan terbatas merupakan Badan Usaha dan besarnya modal perseroan
tercantum dalam anggaran dasar. Kekayaan perusahaan terpisah dari kekayaan
pribadi pemilik perusahaan sehingga memiliki harta kekayaan sendiri. Setiap orang
dapat memiliki lebih dari satu saham yang menjadi bukti pemilikan perusahaan.
Pemilik saham mempunyai tanggung jawab yang terbatas, yaitu sebanyak saham
yang dimiliki. Apabila Utang perusahaan melebihi kekayaan perusahaan, maka
kelebihan utang tersebut tidak menjadi tanggung jawab para pemegang saham.
Apabila perusahaan mendapat keuntungan maka keuntungan tersebut dibagikan
sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan. Pemilik saham akan memperoleh bagian
keuntungan yang disebut dividen yang besarnya tergantung pada besar-kecilnya
keuntungan yang diperoleh perseroan terbatas.
Menurut ketentuan Pasal 114 UUPT, perseroan bubar karena :
a. Keputusan RUPS.
b. Jangka Waktu berdiri yang ditetapkan dalam Anggaran Dasar telah berakhir.
c. Penetapan Pengadilan
Selanjutnya dalam Pasal 115 UUPT ditentukan bahwa direksi dapat
mengajukan usul pembubaran perseroan kepada RUPS. Keputusan RUPS tentang
pembubaran perseroan sah apabila diambil sesuai dengan ketentuan yang telah
ditetapkan dalam undang-undang dan Anggaran Dasar. Perseroan bubar pada saat
yang ditetapkan dalam keputusan RUPS.
Apabila perseroan bubar karena jangka waktu berdirinya berakhir, Menteri
Kehakiman atas permohonan Direksi dapat memperpanjang jangka waktu tersebut.
Permohonan perpanjangan jangka waktu hanya dapat dilakukan berdasarkan
keputusan RUPS yang dihadiri oleh pemegang saham yang mewakili paling sedikit ¾
(tiga perempat) bagian dari jumlah seluruh saham dengan hak suara yang sah dan
disetujui paling sedikit oleh ¾ (tiga perempat) bagian dari jumlah suara tersebut.
kepada Menteri Kehakiman paling lambat 90 (sembilan puluh) hari sebelum jangka
waktu berdiri itu berakhir. Keputusan Menteri Kehakiman diberikan paling lambat 30
(tiga puluh) hari terhitung sejak permohonan diterima. Apabila jangka waktu berdiri
perseroan itu berakhir dan RUPS memutuskan tidak memperpanjang jangka waktu
tersebut, maka proses likuidasi dilakukan sesuai dengan ketentuan undang-undang.9
Dalam hal terjadinya pembubaran perseroan tidak mengakibatkan Perseroan
kehilangan status badan hukum sampai dengan selesainya likuidasi dan
pertanggungjawaban likuidator diterima oleh RUPS atau pengadilan. Sejak saat
pembubaran pada setiap surat keluar Perseroan dicantumkan kata “dalam likuidasi” di
belakang nama Perseroan.10
Pembubaran sebagaimana tersebut di atas wajib untuk dilakukan pendaftaran
dan pengumuman tentang telah dibubarkannya perseroan. Dalam pendaftaran dan
pengumuman wajib disebutkan nama dan alamat likuidator. Jika hal itu tidak
dilakukan, akibat bubarnya perseroan tidak berlaku bagi pihak ketiga. Jika likuidator
lalai melakukan pendaftaran dan pengumuman, likuidator secara tanggung renteng
bertanggung jawab atas kerugian yang diderita pihak ketiga.
Jika perseroan bubar, perseroan tidak dapat melakukan perbuatan hukum,
kecuali diperlukan untuk membereskan kekayaannya dalam proses likuidasi.
Tindakan pemberesan dari likuidator meliputi :11
1. Pencatatan dan pengumpulan kekayaan perseroan.
2. Penentuan tata cara pembagian kekayaan.
3. Pembayaran kepada para kreditor.
4. Pembayaran sisa kekayaan hasil likuidasi kepada pemegang saham.
5. Tindakan-tindakan lain yang perlu dilakukan dalam pelaksanaan pemberesan
kekayaan.
Likuidator wajib memberitahukan mengenai bubarnya perseroan kepada
semua kreditor perseroan dengan surat tercatat. Pemberitahuan tersebut memuat :
1. Nama dan alamat likuidator.
2. Tata cara pengajuan tagihan.
3. Jangka waktu mengajukan tagihan yang tidak boleh lebih dari 120 hari terhitung
sejak surat pemberitahuan diterima.
Jika tagihan dari kreditor ditolak likuidator, kreditor dapat mengajukan
gugatan ke pengadilan negeri paling lambat 90 hari terhitung sejak tanggal
penolakan. Kreditor yang tidak mengajukan tagihannya dalam 120 hari sejak surat
pemberitahuan diterima, dapat mengajukan tagihannya melalui pengadilan negeri
dalam waktu dua tahun sejak pendaftaran dan pengumuman tentang bubarnya
perseroan. Tagihan yang diajukan kreditor tersebut hanya dapat dilakukan terhadap
sisa kekayaan perseroan yang belum dibagikan kepada pemegang saham.12
Likuidator bertanggung jawab kepada RUPS atau pengadilan yang
mengangkatnya atas likuidasi Perseroan yang dilakukan. Kurator bertanggung jawab
kepada hakim pengawas atas likuidasi Perseroan yang dilakukan. Likuidator wajib
memberitahukan kepada Menteri dan mengumumkan hasil akhir proses likuidasi
dalam surat kabar setelah RUPS memberikan pelunasan dan pembebasan kepada
likuidator atau setelah pengadilan menerima pertanggungjawaban likuidator yang
ditunjuknya.13 Menteri kemudian mencatat berakhirnya status badan hukum
Perseroan dan menghapus nama Perseroan dari daftar Perseroan. Pemberitahuan dan
pengumuman dilakukan dalam jangka waktu paling lambat 30 (tiga puluh) hari
terhitung sejak tanggal pertanggung jawaban likuidator atau kurator diterima oleh
RUPS, pengadilan atau hakim pengawas. Menteri mengumumkan berakhirnya status
badan hukum Perseroan dalam Berita Negara Republik Indonesia.14
B. Perumusan Masalah
Adapun yang menjadi perumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimana pengaturan prosedur pembubaran Perseroan Terbatas bila Perseroan
Terbatas hanya terdapat dua orang pemegang saham ?
2. Bagaimana akibat hukum perseroan terbatas yang bubar ?
3. Bagaimana tanggung jawab Perseroan Terbatas dalam menyelesaikan utang
Perseroan Terbatas kepada pihak ketiga jika terjadi pembubaran Perseroan
Terbatas?
13
Pasal 152 ayat (1), ayat (2), ayat (3) Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.
14.Karishachan, Perseroan Terbatas, http://karishachan.wordpress.com/2010/04/04/
C. Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah :
1. Untuk mengkaji prosedur pembubaran Perseroan Terbatas jika terdapat dua
orang pemegang saham berdasarkan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007.
2. Untuk mengkaji akibat hukum terhadap perseroan terbatas yang bubar.
3. Untuk mengkaji tanggung jawab Perseroan Terbatas dalam menyelesaikan utang
Perseroan Terbatas jika terjadi pembubaran perseroan terbatas.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penulisan ini adalah sebagai berikut:
1. Secara Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi ilmu pengetahuan,
khususnya hukum perusahaan di Indonesia. Penelitian ini juga diharapkan bisa
memberikan masukan bagi penyempurnaan perangkat peraturan mengenai
perusahaan khususnya dalam pembubaran perseroan terbatas.
2. Secara Praktis
Penelitian ini ditujukan kepada kalangan pelaku ekonomi yaitu praktisi yang
bergerak di bidang usaha yang berbadan hukum perseroan terbatas, agar dapat
lebih mengetahui dan memahami tentang pembubaran perseroan terbatas.
E. Keaslisan Penelitian
Berdasarkan penelusuran kepustakaan baik Perpustakaan Pusat maupun yang
judul mengenai Tinjauan Yuridis Pembubaran Perseroan Terbatas (PT) Berdasarkan
Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007. Oleh karena itu, penulis berkeyakinan
bahwa judul tesis ini dan permasalahan yang diajukan belum pernah diteliti dan
dibahas, sehingga dapat dikatakan asli. Namun ada penelitian yang mendekati dengan
penelitian penulis yaitu :
Yang dilakukan oleh Magdalena Simarmata, yang berjudul : Analisis Yuridis
Terhadap Pembubaran Perseroan Terbatas Melalui Rapat Umum Pemegang Saham
(RUPS) (Studi Pembubaran PT Ulu Musi Agung Tenera), adapun permasalahannya :
1. Bagaimana Pelaksanaan Pembubaran Perseroan Terbatas Melalui Rapat Umum
Pemegang Saham (RUPS) PT.Ulu Musi Agung Tertera ditinjau dari
Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.
2. Bagaimana Peranan Notaris Pada Saat Terjadinya Pembubaran Perseroan
Terbatas melalui Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).
3. Bagaimana Tanggung Jawab Pemegang Saham, Direksi Dan Likuidator Bila
Proses Pembubaran Tidak Sesuai Dengan Undang-Undang Nomor 40 Tahun
2007 Tentang Perseroan Terbatas
F. Kerangka Teori dan Konsepsi
A. Kerangka Teori
Perkembangan ilmu hukum tidak terlepas dari teori hukum sebagai
postulat-postulatnya hingga dasar-dasar filsafatnya yang paling dalam,15 sehingga
penelitian ini tidak terlepas dari teori-teori ahli hukum yang dibahas dalam bahasa
dan sistem pemikiran para ahli hukum sendiri. Jelaslah kiranya bahwa seorng ilmuan
mempunyai tanggung jawab sosial yang terpikul dibahunya. Bukan karena dia adalah
warga masyarakat yang kepentingannya terlibat secara langsung di masyarakat
melainkan juga karena dia mempunyai fungsi tertentu dalam kelangsungan hidup
masyarakat.16
Teori adalah untuk menerangkan atau menjelaskan mengapa gejala spesifik
atau proses tertentu terjadi17, dan suatu teori harus diuji dengan menghadapkan pada
fakta-fakta yang dapat menunjukkan ketidak kebenarannya18. Kerangka teori adalah
kerangka pemikiran atau butir-butir pendapat, teori thesis mengenai sesuatu kasus
atau permasalahan (problem) yang menjadi bahan perbandingan, pegangan teoritis.
Teori yang digunakan dalam tesis ini adalah teori Positivisme Hukum.
Teori Positivisme Hukum adalah teori murni yang merupakan realitis radikal. Dimana teori murni memperlihatkan kecondongannya dengan menyajikan hukum positif yang bebas dari ketercampuran hukum ”ideal’ atau hukum yang
15W. Friedman,Teori dan Filsafat Hukum ( Legal Theory), (Jakarta : Rajawali Pers, 1990),
halaman 2.
16 Jujun S. Suryasumantri,Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer, (Jakarta : Pustaka Sinar
Harahap, 1999), halaman 237.
17 J.J.J. M. Wuisman, Penelitian Ilmu-Ilmu Sosial, Asas-asas, (Penyunting : M. Hisyam).
(Jakarta : FE UI, 1996), halaman 203 lihat M. Solly Lubis,Filsafat Ilmu dan Penelitian, (Bandung : CV Mandar Maju, 1994), halaman 27 menyebutkan, bahwa teori yang dimaksud disini adalah penjelasan mengenai gejala yang terdapat dalam dunia fisik tersebut tetapi merupakan suatu abstraksi intelektual dimana pendekatan secara rasional digabungkan dengan pengalaman empiris. Artinya dijelaskannya. Suatu penjelasan biar bagaimanapun meyakinkan. Tetapi harus didukung oleh fakta empiris untuk dapat dinyatakan benar.
”benar”. Dalam konteks ini, teori murni bermaksud menyajikan hukum sebagaimana adanya, bukan sebagaimana seharusnya.19
Johon Austin mengemukakan :
Hukum adalah peraturan-peraturan yang berisi perintah, yang dibebankan untuk mengatur makhuk berpikir, perintah mana dilakukan oleh makhluk yang memegang dan mempunyai kekuasaan. Austin menganggap hukum sebagai sistem yang logis, tetap dan bersifat tertutup (closed logical sistem). Hukum tidak berdasarkan pada nilai-nilai yang baik atau buruk, melainkan didasarkan pada kekuasaan dari penguasa.20
Kaitan teori yang dipergunakan dalam penulisan ini berawal pada hak
perorangan yang lahir dari perjanjian dalam mendirikan badan hukum yang berbentuk
perusahaan terbatas. Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang
perseroan terbatas, menyatakan bahwa Perseroan Terbatas, yang selanjutnya disebut
perseroan adalah badan hukum yang merupakan persekutuan modal, didirikan
berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang
seluruhnya terbagi dalam saham dan memenuhi persyaratan yang diterapkan dalam
undang-undang ini serta peraturan pelaksanaannya.
Menurut definisi tersebut diatas maka unsur-unsur Perseroan Terbatas, yang
selanjutnya disebut perseroan, adalah :21
a. Suatu badan hukum. b. Persekutuan modal.
c. Dasar pendirian perseroan adalah perjanjian.
19Hans Kelsen,Teori Hukum Murni Dasar-Dasar Ilmu Hukum Normatif dengan judul buku asli Pure Theory of lawAlih Raisaul Muttaqin (Bandung : Nusa Media, 2008) halaman 121
20
Soejono Sukanto, Pokok-pokok Sosiologi Hukum, (Jakarta : Raja Grafindo Persada,1999) halaman 30
21Hardijan Rusli,Perseroan Terbatas dan Aspek Hukumnya, (Jakarta : Pustaka Sinar Harapan,
d. Modal dasar terbagi dalam saham. e. Memenuhi ketentuan peraturan.
Untuk dapat disebut sebagai perseroan terbatas suatu badan usaha harus
mempunyai ciri-ciri antara lain harus mempunyai kekayaan sendiri, ada pemegang
saham sebagai pemasok modal yang tanggung jawabnya tidak melebihi dari nilai
saham yang diambilnya (modal yang disetor) dan harus ada pengurus yang
terorganisir guna mewakili perseroan dalam menjalankan aktivitasnya dalam lalu
lintas hukum di luar maupun di dalam pengadilan dan tidak bertanggung jawab secara
pribadi terhadap perikatan-perikatan yang dibuat oleh perseroan terbatas. Ini berarti
bahwa badan usaha disebut perseroan harus menjadi dirinya sebagai badan hukum,
sebagai subjek hukum yang berdiri sendiri mempunyai harta kekayaan tersendiri
terpisah dari harta kekayaan para pendirinya, pemegang saham, dan para
pengurusnya.
Pada dasarnya dalam pembuatan akta pendirian perseroan terbatas yang
memuat Anggaran Dasar dan keterangan lain yang ditetapkan oleh Undang-Undang
Nomor 40 Tahun 2007, para pihak dapat dengan bebas membuat isi dari Akta
Pendirian tersebut, artinya selain ketentuan-ketentuan yang harus diikuti dalam
Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 para pihak juga dapat menuangkan apa yang
ingin mereka perjanjikan dengan ketentuan bahwa apa yang akan mereka perjanjikan
tersebut tidak melanggar undang-undang dan ketentuan umum.
Hal ini tentunya bukan hal yang tidak mempunyai dasar, namun ketentuan
Hukum Perdata (KUHPerdata) yang menganut asas kebebasan berkontrak. Pasal
1338 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata menyebutkan bahwa :
1. Semua perjanjian dibuat sesuai dengan undang berlaku sebagai
undang-undang bagi mereka yang membuatnya.
2. Perjanjian ini tidak dapat ditarik kembali selain dengan kesepakatan kedua belah
pihak atau karena alasan-alasan yang ditentukan oleh undang-undang.
3. Perjanjian harus dilaksanakan dengan itikad baik.
Dalam Pasal 1338 ayat (1) KUHPerdata ini dapat ditemukan suatu asas lain
dari hukum perajanjian KUHPerdata, yaitu adanya atau dianutnya sistem terbuka atau
asas kebebasan berkontrak menyimpulkannya ialah dengan jalan menekankan pada
perkataan ”semua” yang ada dimuka perkataan perjanjian.22 Pasal 1338 ayat (1)
KUHPerdata seolah-olah membuat suatu pernyataan bahwa kita diperbolehkan
membuat perjanjian apa saja dan itu akan mengikat sebagaimana mengikatnya
undang-undang.
Membuat suatu perjanjian harus memperhatikan apa yang biasa disebut
sebagai asas konsensualitas yang didalam Pasal 1320 KUHPerdata dinyatakan bahwa
untuk perjanjian yang sah perlu dipenuhi 4 (empat) syarat, yaitu :
a. Kesepakatan mereka yang mengikatkan diri.
b. Kecakapan untuk membuat suatu perjanjian.
c. Suatu pokok persoalan tertentu.
d. Suatu sebab yang tidak terlarang atau sebab yang halal.
Apabila dalam undang-undang tidak terdapat ketentuan-ketentuan yang mengatur
soal-soal tertentu, atau meskipun ada ketentuan, tetapi ketentuan itu tidak mengikat,
maka perseroan terbatas bebas mengatur soal demikian dalam akta pendirian.23
Kebebasan para pihak yang diberikan oleh Undang-Undang Nomor 40 Tahun
2007 tentang Perseroan Terbatas ini dapat diambil contoh dengan adanya suatu
ketentuan yang menyebutkan suatu perbuatan hukum yang dilakukan para pendiri
untuk kepentingan perseroan sebelum perseroan disahkan, mengikat perseroan setelah
perseroan menjadi badan hukum apabila :
a. Perseroan secara tegas menyatakan menerima semua perjanjian yang dibuat oleh
pendiri atau orang lain yang ditugaskan pendiri dengan pihak ketiga.
b. Perseroan secara tegas menyatakan mengambil alih semua hak dan kewajiban
yang timbul dari perjanjian yang dibuat pendiri atau orang lain yang ditugaskan
pendiri, walaupun perjanjian tidak dilakukan atas nama perseroan atau
c. Perseroan mengukuhkan secara tertulis semua perbuatan hukum yang dilakukan
atas nama perseroan.
Perseroan Terbatas didirikan oleh 2 (dua) orang atau lebih dengan akta notaris
yang dibuat dalam bahasa Indonesia sebagaimana yang tercantum dalam Pasal 7 ayat
(1) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Akta
23Rochmat Soemitro,Hukum Perseroan Terbatas, Yayasan, dan Wakaf, (Bandung : Eresco,
pendirian memuat anggaran dasar dan keterangan la in berkaitan dengan pendirian
perseroan. Keterangan lain tersebut memuat sekurang-kurangnya :24
a. Nama lengkap, tempat dan tanggal lahir, pekerjaan, tempat tinggal, dan
kewarganegaraan pendiri perseorangan, atau nama, tempat kedudukan dan
alamat lengkap serta nomor dan tanggal keputusan menteri mengenai pengesahan
badan hukum dari pendiri Perseroan;
b. Nama lengkap, tempat dan tanggal lahir, pekerjaan, tempat tinggal,
kewarganegaraan anggota Direksi dan Dewan Komisaris yang pertama kali
diangkat;
c. Nama pemegang saham yang telah mengambil bagian saham, rincian jumlah
saham, dan nilai nominal saham yang telah ditempatkan dan disetor.
Dalam pembuatan akta pendirian, pendiri dapat diwakili oleh orang lain
berdasarkan surat kuasa. Setiap pendiri Perseroan wajib mengambil bagian saham
pada saat Perseroan didirikan. Perseroan memperoleh status badan hukum pada
tanggal diterbitkannya keputusan menteri mengenai pengesahan badan hukum
Perseroan. Untuk memperoleh keputusan menteri mengenai pengesahan badan
hukum Perseroan, hal pertama yang harus dilakukan pendiri adalah mengajukan nama
Perseroan. Kemudian, Pendiri bersama-sama mengajukan permohonan melalui jasa
teknologi informasi sistem administrasi badan hukum secara elektronik kepada
Menteri dengan mengisi format isian yang memuat sekurang-kurangnya:
1. Nama dan tempat kedudukan Perseroan;
2. Jangka waktu berdirinya Perseroan;
3. Maksud dan tujuan serta kegiatan usaha Perseroan;
4. Jumlah modal dasar, modal ditempatkan, dan modal disetor;
5. Alamat lengkap Perseroan.
Dalam hal pendiri tidak mengajukan sendiri pengajuan nama Perseroan
maupun permohonan, pendiri (hanya) dapat memberi kuasa kepada notaris.
Permohonan untuk memperoleh keputusan menteri harus diajukan kepada Menteri
paling lambat 60 (enam puluh) hari terhitung sejak tanggal akta pendirian
ditandatangani, dilengkapi keterangan mengenai dokumen pendukung. Ketentuan
mengenai dokumen pendukung diatur dengan peraturan menteri.
Daftar Perseroan diselenggarakan oleh Menteri. Daftar Perseroan memuat
data tentang Perseroan yang meliputi:25
a. Nama dan tempat kedudukan, maksud dan tujuan serta kegiatan usaha, jangka waktu pendirian, dan permodalan.
b. Alamat lengkap Perseroan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5.
c. Nomor dan tanggal akta pendirian dan keputusan menteri mengenai pengesahan badan hukum Perseroan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (4).
d. Nomor dan tangga l akta perubahan anggaran dasar dan persetujuan Menteri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 ayat (1).
e. Nomor dan tanggal akta perubahan anggaran dasar dan tanggal penerimaan pemberitahuan oleh Menteri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 ayat (2). f. Nama dan tempat kedudukan notaris yang membuat akta pendirian dan akta
perubahan anggaran dasar.
g. Nama lengkap dan alamat pemegang saham, anggota Direksi, dan anggota Dewan Komisaris Perseroan.
h. Nomor dan tanggal akta pembubaran atau nomor dan tanggal penetapan pengadilan tentang pembubaran Perseroan yang telah diberitahukan kepada Menteri.
i. Berakhirnya status badan hukum Perseroan.
j. Neraca dan laporan laba rugi dari tahun buku yang bersangkutan bagi Perseroan yang wajib diaudit.
Menteri mengumumkan dalam Tambahan Berita Negara Republik Indonesia:
a. Akta pendirian Perseroan beserta keputusan menteri.
b. Akta perubahan anggaran dasar Perseroan beserta keputusan menteri.
c. Akta perubahan anggaran dasar yang telah diterima pemberitahuannya oleh
Menteri.
(2) Pengumuman dilakukan oleh Menteri dalam waktu paling lambat 14 (empat
belas) hari terhitung sejak tanggal diterbitkannya keputusan Menteri atau sejak
diterimanya pemberitahuan.
Modal dasar dari membuat suatu Perseroan Terbatas adalah Rp
50.000.000,-(lima puluh juta rupiah) sebagaimana tercantum dalam Pasal 32 UUPT dan modal
yang dipakai bisa dari modal sendiri ataupun dari Loan (pinjaman dalam negeri
maupun luar negeri) dan didalam organ suatu Perseroan Terbatas terdapat Direksi,
Komisaris, dan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) dengan tugasnya masing –
masing.
Untuk mendirikan Perseroan Terbatas harus dengan menggunakan akta resmi
(akta yang dibuat oleh notaris) yang di dalamnya dicantumkan nama lain dari
perseroan terbatas, modal, bidang usaha, alamat perusahaan, dan lain-lain. Akta ini
(dahulu Menteri Kehakiman). Untuk mendapat izin dari menteri kehakiman, harus
memenuhi syarat sebagai berikut:26
1. Perseroan terbatas tidak bertentangan dengan ketertiban umum dan kesusilaan
2. Akta pendirian memenuhi syarat yang ditetapkan Undang-Undang
3. Paling sedikit modal sudah terjual 20% dan 10% sudah disetor.
Setelah mendapat pengesahan, dahulu sebelum adanya undang-undang
mengenai Perseroan Terbatas (Undang-Undang Nomor 1 tahun 1995) Perseroan
Terbatas harus didaftarkan ke Pengadilan Negeri setempat, tetapi setelah berlakunya
Undang-Undang Nomor 1 tahun 1995 tersebut, maka akta pendirian tersebut harus
didaftarkan ke Kantor Pendaftaran Perusahaan (sesuai undang-undang wajib daftar
perusahaan tahun 1982) (dengan kata lain tidak perlu lagi didaftarkan ke Pengadilan
Negeri, dan perkembangan tetapi selanjutnya sesuai Undang-Undang Nomor 40
tahun 2007, kewajiban pendaftaran di Kantor Pendaftaran Perusahaan tersebut
ditiadakan juga. Sedangkan tahapan pengumuman dalam Berita Negara Republik
Indonesia ( BNRI ) tetap berlaku, hanya yang pada saat Undang-Undang Nomor 1
tahun 1995 berlaku pengumuman tersebut merupakan kewajiban Direksi Perseroan
Terbatas yang bersangkutan tetapi sesuai dengan Undang-Undang Nomor 40 tahun
2007 diubah menjadi merupakan kewenangan/kewajiban Menteri Hukum dan HAM.
Setelah tahap tersebut dilalui maka perseroan telah sah sebagai badan hukum
dan perseroan terbatas menjadi dirinya sendiri serta dapat melakukan
perjanjian-perjanjian dan Kekayaan perseroan terpisah dari kekayaan pemiliknya. Modal dasar
perseroan adalah jumlah modal yang dicantumkan dalam akta pendirian sampai
jumlah maksimal bila seluruh Saham dikeluarkan. Selain modal dasar, dalam
perseroan terbatas juga terdapat modal yang ditempatkan, modal yang disetorkan dan
modal bayar. Modal yang ditempatkan merupakan jumlah yang disanggupi untuk
dimasukkan, yang pada waktu pendiriannya merupakan jumlah yang disertakan oleh
para persero pendiri. Modal yang disetor merupakan modal yang dimasukkan dalam
perusahaan. Modal bayar merupakan modal yang diwujudkan dalam jumlah uang.
Dalam perseroan terbatas selain kekayaan perusahaan dan kekayaan pemilik
modal terpisah juga ada pemisahan antara pemilik perusahaan dan pengelola
perusahaan. Pengelolaan perusahaan dapat diserahkan kepada tenaga-tenaga ahli
dalam bidangnya profesional. struktur organisasi perseroan terbatas terdiri dari
pemegang saham, direksi, dan komisaris. Dalam Perseroan Terbatas, para pemegang
saham melimpahkan wewenangnya kepada direksi untuk menjalankan dan
mengembangkan perusahaan sesuai dengan tujuan dan bidang usaha perusahaan.
Dalam kaitan dengan tugas tersebut, direksi berwenang untuk mewakili perusahaan,
mengadakan perjanjian dan kontrak, dan sebagainya. Apabila terjadi kerugian yang
amat besar ( diatas 50 % ) maka direksi harus melaporkannya ke para pemegang
Saham dan pihak ketiga, untuk kemudian dirapatkan.
Komisaris memiliki fungsi sebagai pengawas kinerja jajaran direksi
perusahaan. Komisaris bisa memeriksa pembukuan, menegur direksi, memberi
petunjuk, bahkan bila perlu memberhentikan direksi dengan menyelenggarakan
Dalam RUPS semua pemegang saham sebesar/sekecil apapun sahamnya
memiliki hak untuk mengeluarkan suaranya. Dalam RUPS sendiri dibahas
masalah-masalah yang berkaitan dengan evaluasi kinerja dan kebijakan perusahaan yang harus
dilaksanakan segera. Bila pemegang saham berhalangan, dia bisa melempar suara
miliknya ke pemegang lain yang disebutProxy, hasil RUPS biasanya dilimpahkan ke
komisaris untuk diteruskan ke direksi untuk dijalankan. Isi RUPS dapat berupa :
1. Menentukan direksi dan pengangkatan komisaris
2. Memberhentikan direksi atau komisaris
3. Menetapkan besar gaji direksi dan komisaris
4. Mengevaluasi kinerja perusahaan
5. Memutuskan rencana penambahan /pengurangan saham perusahaan
6. Menentukan kebijakan perusahaan
7. Mengumumkan pembagian laba (dividen)
Keuntungan utama membentuk perusahaan perseroan terbatas adalah:27
1. Kewajiban terbatas. Tidak seperti partnership, pemegang Saham sebuah
perusahaan tidak memiliki kewajiban untuk obligasi dan hutang perusahaan. Akibatnya kehilangan potensial yang “terbatas” tidak dapat melebihi dari jumlah yang mereka bayarkan terhadap saham. Tidak hanya ini mengijinkan perusahaan untuk melaksanakan dalam usaha yang beresiko, tetapi kewajiban terbatas juga membentuk dasar untuk perdagangan di saham perusahaan.
2. Masa hidup abadi. Aset dan struktur perusahaan dapat melewati masa hidup dari pemegang sahamnya, pejabat atau direktur. Ini menyebabkan stabilitas Modal (ekonomi), yang dapat menjadi Investasi dalam proyek yang lebih besar dan dalam jangka waktu yang lebih panjang daripada aset perusahaan tetap dapat menjadi subyek disolusi dan penyebaran. Kelebihan ini juga sangat penting dalam periode pertengahan, ketika Tanah disumbangkan kepada Gereja (sebuah
27
perusahaan) yang tidak akan mengumpulkan biaya Feudal yang seorang tuan tanah dapat mengklaim ketika pemilik tanah meninggal. Untuk hal ini, lihat Statute of Mortmain
3. Efisiensi manajemen. Manajemen dan spesialisasi memungkinkan pengelolaan
modal yang efisien sehingga memungkinkan untuk melakukan Ekspansi. Dan dengan menempatkan orang yang tepat, efisiensi maksimum dari modal yang ada. Dan juga adanya pemisahan antara pengelola dan pemilik perusahaan, sehingga terlihat tugas Pokok dan fungsi masing-masing.
Pembubaran Perseroan dalam Undang – Undang Nomor 40 Tahun 2007
diatur dalam pasal 142 sampai dengan pasal 152, dimana yang berbeda dengan
pengaturan dalam Undang – Undang Nomor 1 Tahun 1995 (Pasal 114 s/d Pasal
124) adalah mengenai berakhirnya status badan hukum Perseroan. Dalam Undang –
Undang Nomor 40 Tahun 2007 ditegaskan bahwa Menteri akan mencatat
berakhirnya status badan hukum Perseroan yaitu setelah mendapatkan pemberitahuan
dari Likuidator tentang hasil akhir proses likuidasi yang dicantumkan dalam Rapat
Umum Pemegang Saham (RUPS )"terakhir".28
Pembubaran Perseroan Melalui Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS),
menurut UUPT harus dilaksanakan langkah-langkah sebagai berikut:29
1. Pelaksanaan RUPS dengan materi acara Pembubaran PT diikuti dengan penunjukan Likuidator untuk melakukan proses likuidasi ( Pasal 142 ayat 1,2 ). 2. Dalam jangka waktu 30 hari terhitung sejak tanggal pembubaran Perseroan,
Likuidator harus mengumumkan dalam Surat Kabar dan Berita Negara Republik Indonesia serta memberitahukan kepada Menteri ( Pasal 147 ayat (1) huruf b UUPT). Catatan : Dalam tahap ini Menteri hanya mencatat bahwa Perseroan dalam likuidasi.
3. Dalam tahap pemberesan harta kekayaan Perseroan, Likuidator wajib mengumumkan dalam Surat Kabar dan BNRI mengenai Rencana pembagian kekayaan hasil likuidasi (pasal 149 UUPT ).
28 http://mkn-unsri.blogspot.com/2009/12/praktek-pelaksanaan-pembubaran-pt.html, tanggal
20 Nopember 2010.
4. Dan terakhir diadakan RUPS tentang pertangggung jawaban Likuidator dalam melaksanakan proses likuidasi, sekaligus memberikan pelunasan dan pembebasan kepada Likuidator; yang diikuti pengumuman dalam Surat Kabar mengenai hasil akhir proses likuidasi dan pemberitahuan kepada Menteri.(pasal 152 ayat 3).
5. Menteri mencatat berakhirnya status badan hukum Perseroan dan menghapus nama Perseroan dari Daftar Perseroan diikuti dengan pengumuman dalam BNRI (pasal 152 ayat 5 dan ayat 8).
Singkatnya Likuidator harus mengumumkan 3 kali dalam Surat Kabar
(mengenai pembubaran, rencana pembagian kekayaan hasil likuidasi dan hasil akhir
proses likuidasi) dan 1 kali dalam BNRI (mengenai pembubaran), serta
memberitahukan kepada Menteri 2 kali (mengenai pembubaran dan hasil akhir
likuidasi).
Pembubaran Perseroan terjadi:30
1. Berdasarkan keputusan RUPS.
Direksi, Dewan Komisaris atau 1 (satu) pemegang saham atau lebih yang mewakili paling sedikit 1/10 (satu persepuluh) bagian dari jumlah seluruh saham dengan hak suara, dapat mengajukan usul pembubaran Perseroan kepada RUPS. Keputusan RUPS tentang pembubaran Perseroan sah apabila diambil sesuai dengan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 87 ayat (1) dan Pasal 89 UUPT. Pembubaran Perseroan dimulai sejak saat yang ditetapkan dalam keputusan RUPS.31
2. Karena jangka waktu berdirinya yang ditetapkan dalam anggaran dasar telah berakhir.
Dalam jangka waktu paling lambat 30 (tiga puluh) hari setelah jangka waktu berdirinya Perseroan berakhir RUPS menetapkan penunjukan likuidator. Direksi tidak boleh melakukan perbuatan hukum baru atas nama Perseroan setelah jangka waktu berdirinya Perseroan yang ditetapkan dalam anggaran dasar berakhir.
3. Berdasarkan penetapan pengadilan.
Pengadilan negeri dapat membubarkan Perseroan atas:32
a) permohonan kejaksaan berdasarkan alasan Perseroan melanggar kepentingan umum atau Perseroan melakukan perbuatan yang melanggar peraturan perundang-undangan;
b) permohonan pihak yang berkepentingan berdasarkan alasan adanya cacat hukum dalam akta pendirian;
c) permohonan pemegang saham, Direksi atau Dewan Komisaris berdasarkan alasan perseroan tidak mungkin untuk dilanjutkan. Dalam penetapan pengadilan ditetapkan juga penunjukan likuidator.
4. Dengan dicabutnya kepailitan berdasarkan putusan pengadilan niaga yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap, harta pailit Perseroan tidak cukup untuk membayar biaya kepailitan.
5. Karena harta pailit Perseroan yang telah dinyatakan pailit berada dalam keadaan insolvensi sebagaimana diatur dalam undang-undang tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang.
6. Karena dicabutnya izin usaha Perseroan sehingga mewajibkan Perseroan melakukan likuidasi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Dalam hal pembubaran terjadi berdasarkan keputusan RUPS, jangka waktu
berdirinya yang ditetapkan dalam anggaran dasar telah berakhir atau dengan
dicabutnya kepailitan berdasarkan keputusan pengadilan niaga dan RUPS tidak
menunjuk likuidator, Direksi bertindak selaku likuidator. Dalam hal pembubaran
Perseroan terjadi dengan dicabutnya kepailitan pengadilan niaga sekaligus
memutuskan pemberhentian kurator dengan memperhatikan ketentuan dalam
undang-undang tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang.
Dalam hal terjadi pembubaran Perseroan, maka:33
a. Wajib diikuti dengan likuidasi yang dilakukan oleh likuidator atau kurator.
b. Perseroan tidak dapat melakukan perbuatan hukum, kecuali diperlukan untuk
membereskan semua urusan Perseroan dalam rangka likuidasi.
Jika ketentuan huruf b ini dilanggar, anggota Direksi, anggota Dewan Komisaris, dan
Perseroan bertanggung jawab secara tanggung renteng.
Jika terjadinya pembubaran perseroan tidak mengakibatkan perseroan
kehilangan status badan hukum sampai dengan selesainya likuidasi dan
pertanggungjawaban likuidator diterima oleh RUPS atau pengadilan. Sejak saat
pembubaran pada setiap surat keluar Perseroan dicantumkan kata “dalam likuidasi” di
belakang nama Perseroan.
Likuidator bertanggung jawab kepada RUPS atau pengadilan yang
mengangkatnya atas likuidasi Perseroan yang dilakukan. Kurator bertanggung jawab
kepada hakim pengawas atas likuidasi Perseroan yang dilakukan. Likuidator wajib
memberitahukan kepada Menteri dan mengumumkan hasil akhir proses likuidasi
dalam surat kabar setelah RUPS memberikan pelunasan dan pembebasan kepada
likuidator atau setelah pengadilan menerima pertanggungjawaban likuidator yang
ditunjuknya. Menteri kemudian mencatat berakhirnya status badan hukum Perseroan
dan menghapus nama Perseroan dari daftar Perseroan. Pemberitahuan dan
pengumuman dilakukan dalam jangka waktu paling lambat 30 (tiga puluh) hari
terhitung sejak tanggal pertanggungjawaban likuidator atau kurator diterima oleh
RUPS, pengadilan atau hakim pengawas. Menteri mengumumkan berakhirnya status
badan hukum Perseroan dalam Berita Negara Republik Indonesia.
Jika hal tersebut ditelah lebih lanjut dengan ketentuan-ketentuan di atas, maka
suatu perseroan yang yang sahamnya dimiliki oleh dua kubu pemegang saham yang
pemegang saham menghendaki pembubaran Perseroan, maka upaya yang dapat
dilakukan tentunya adalah berdasarkan penetapan Pengadilan melalui pengajuan
permohonan pembubaran Perseroan.
Dalam Pasal 146 ayat 1 huruf c Undang – Undang Nomor 40 Tahun 2007,
disebutkan bahwa Pengadilan Negeri dapat membubarkan Perseroan atas
permohonan pemegang saham, Direksi, atau Dewan Komisaris dengan alasan
Perseroan tidak mungkin untuk dilanjutkan. Adapun caranya adalah melalui proses
permohonan pembubaran perseroan kepada Ketua Pengadilan Negeri yang dapat
diajukan oleh Pemegang Saham, Direksi, atau Dewan Komisaris dengan alasan
Perseroan tidak mungkin untuk dilanjutkan.
Alasan Perseroan tidak mungkin untuk dilanjutkan lebih lanjut diatur dalam
penjelasan Pasal 146 ayat 1 (c) UU PT No. 40/2007, yang menyebutkan bahwa:
a. Perseroan tidak melakukan kegiatan usaha (non-aktif) selama 3 (tiga) tahun atau
lebih, yang dibuktikan dengan surat pemberitahuan yang disampaikan kepada
instansi pajak.
b. Dalam hal sebagian besar pemegang saham sudah tidak diketahui alamatnya
walaupun telah dupanggil melalui iklan dalam Surat Kabar sehingga tidak dapat
diadakan RUPS.
c. Dalam hal perimbangan pemilikan saham dalam Perseroan sedemikian rupa
sehingga RUPS tidak dapat mengambil keputusan yang sah, misalnya 2 (dua)
d. Kekayaan Perseroan telah berkurang sedemikian rupa sehingga dengan kekayaan
yang ada Perseroan tidak mungkin lagi melanjutkan kegiatan usahanya.
Ada beberapa teori yang dikemukakan oleh para ahli mengenai badan hukum antara
lain sebagai berikut :34
1. Teori Fiktifdari Von Savigny
Teori ini menyatakan bahwa badan hukum itu semata-mata buatan Negarasaja.
Sebetulnya menurut alam hanya manusia sajalah sebagai subyekhukum, badan
hukum itu hanya suatu fiksi saja, yaitu sesuatu yang sesungguhnya tidak ada, tetapi
orang menciptakan dalam bayangannya suatu pelaku hukum (badan hukum) sebagai
subyek hukum diperhitungkan sama dengan manusia.
2. Teori harta kekayaan bertujuandari Brinz
Menurut teori ini hanya manusia saja yang dapat menjadi subyek hukum.Namun,
juga tidak dapat dibantah adanya hak-hak atas suatu kekayaan, sedangkan tiada
manusiapun yang menjadi pendukung hak-hak itu. Apa yang namakan hak-hak dari
suatu badan hukum sebenarnya adalah hak-hak yang tidak ada yang memilikinya dan
sebagai penggantinya adalah suatu harta kekayaan yang terikat oleh suatu tujuan atas
kekayaan kepunyaan suatu tujuan.
3. Teori Organdari Otto Von Gierki
Menurut teori ini badan hukum adalah suatu realitas sesungguhnya sama seperti sifat
kepribadian alam manusia ada dalam pergaulan hukum. Disini tidak hanya suatu
pribadi yang sesungguhnya, tetapi badan hukum itu juga mempunyai kehendak atau
kemauan sendiri yang dibentuk melalui alat-alat perlengkapannya (pengurus,
anggota-anggotanya). Apa yangmereka putuskan, adalah kehendak atau kemauan dari
badan hukum. Teori ini menggambarkan badan hukum sebagai suatu yang tidak
berbeda dengan manusia.
4. TeoriPropiete Collectivedari Planiol
Menurut teori ini hak dan kewajiban badan hukum itu pada hakikatnyaadalah hak dan
kewajiban anggota bersama-sama disamping hak milik pribadi, hak milik serta
kekayaan itu merupakan harta kekayaan bersama.Anggota-anggota tidak hanya dapat
memiliki masing-masing untuk bagian yang tidak dapat dibagi, tetapi juga sebagai
pemilik bersama-sama untuk keseluruhan. Di sini dapat dikatakan bahwa orang-orang
yang berhimpun itu semuanya merupakan suatu kesatuan dan membentuk suatu
pribadi yang dinamakan badan hukum. Maka dari itu badan hukum adalah suatu
konstruksi yuridis saja.
Dengan demikian dari berbagai teori itu dapat dibagi menjadi duakelompok teori
yaitu sebagai berikut :
1. Pertama, mereka yang menganggap bahwa badan hukum itu sebagai wujud
yang nyata, dianggap mempunyai “panca indera” sendiri seperti manusia,
akibatnya badan hukum itu disamakan dengan orang atau manusia.
2. Kedua, mereka yang menganggap badan hukum itu tidak sebagai wujud yang
Akibatnya kalau badan hukum itu membuat kesalahan maka kesalahan itu
adalah kesalahan manusia yang berdiri di belakang badan hukum itu secara
bersama-sama.
Perbedaan teori mengenai badan hukum ini mempunyai implikasi yang besar
terhadap pemisahan pertanggungjawaban antara badan hukum dan orang-orang yang
berada di belakang badan hukum tersebut undang-undang perseroan terbatastidak
adanya pengaturan mengenai pembubaran demi hukum perseroan terbatas secara
terperinci sebagaimana didalam KUHD yang mengatur alasan pembubaran perseroan
terbatas. Alasan-alasan pembubaran perseroan karena jangka waktu berdirinya
berakhir dan bubar demi hukum karena kerugian yang mencapai 75% dari modal
perseroan. Akan tetapi UUP T mengenal adanya pembubaran karena penetapan
pengadilan tetapi tidak mengenal adanya pembubaran demi hukum.35
B. Kerangka Konsepsi
Kerangka konsepsi sehubungan penelitian ini dapat dijelaskan sebagai
berikut:
a. Pembubaran adalah penghentian kegiatan usaha perseroan yang tidak
mengakibatkan status badan hukumnya menjadi hilang.36
b. Perseroan Terbatas adalah badan hukum yang merupakan persekutuan modal,
didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar
35Abdul Kadir Muhammad, Hukum Perseroan Indonesia, , (Bandung, Citra Aditya Bhakti
1996), halaman 66.
yang seluruhnya terbagi dalam saham dan memenuhi persyaratan yang
ditetapkan dalam undang-undang ini serta peraturan pelaksanaannya.37
c. Saham adalah tanda penyertaan atau kepemilikan seseorang atau badan dalam
suatu perusahaan atau perseroan terbatas.38
d. Rapat Umum Pemegang Saham adalah organ perseroan yang mempunyai
wewenang yang tidak diberikan kepada Direksi atau Dewan Komisaris dalam
batas yang ditentukan dalam undang-undang ini dan/atau anggaran dasar.39
e. Direksi adalah pengurus perseroan yang bertanggung jawab penuh atas
pengurusan perseroan untuk kepentingan dan tujuan perseroan serta mewakili
perseroan baik di dalam maupun di luar pengadilan sesuai dengan ketentuan
anggaran dasar.40
f. Dewan Komisaris adalah Organ Perseroan yang bertugas melakukan pengawasan
secara umum dan/atau khusus sesuai dengan anggaran dasar serta memberi
nasihat kepada Direksi.41
G. Metode Penelitian
1. Metode Pendekatan
Pendekatan masalah yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan
penelitian hukum normatif atau yuridis normatif. Pendekatan yuridis normatif ini
merupakan pendekatan yang meliputi penelitian yang berupa usaha menemukan in
37 Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. 38http://coki002.wordpress.com/pengertian-saham-dan-jenis-jenis-saham, tanggal 25
Nopember 2011.
39
Pasal 1 angka 4 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.
concreto42, untuk mengetahui sejauh mana peraturan perundang-undangan yang dapat
diterapkan. Penelitian yuridis normatif dapat dibedakan dalam :43
a. Penelitian inventarisasi hukum positif.
b. Penelitian terhadap asas-asas hukum.
c. Penelitian terhadap taraf sinkronisasi vertikal dan horizontal.
d. Penelitian yang berupa penemuan hukumin concreto
2. Jenis Data
Bahan kepustakaan merupakan tumpuan utama dalam penelitian ini, jenis data
yang dipakai dalam penelitian ini adalah data sekunder, yang mencakup bahan hukum
primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum tertier.44
a. Bahan-bahan hukum primer yang diperlukan adalah meliputi :
1. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.
2. Kitab Undang-Undang Hukum Dagang.
3. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.
b. Bahan hukum sekunder yang terdiri dari :
1. Hasil-hasil penelitian yang berkaitan dengan masalah Perseroan Terbatas.
2. Disertasi yang ada hubungannya dengan masalah Perseroan Terbatas.
3. Kepustakaan yang ada hubungannya dengan Perseroan Terbatas, termasuk
didalamnya akta pembubaran Perseroan Terbatas yang dibuat oleh Notaris.
42
Ronny Hanitijo Soemitro,Metodologi Penelitian Hukum dan Jurimetri, ( Jakarta : Ghalia Indonesia, 1990), halaman 12.
43Ibid
4. Makalah-makalah seminar dari para sarjana yang ada hubungannya dengan
Perseroan Terbatas.
c. Bahan hukum tertier terdiri dari :
1. Kamus hukum.
2. Bibliografi
3. Berbagai majalah.
3. Alat Pengumpul Data
Alat Pengumpul Data dilakukan melalui :
a. Studi Kepustakaan (Library Research)
Sehubungan dengan permasalahan dalam penelitian ini, maka pengumpulan data
dilakukan dengan melalui studi kepustakaan, dikumpulkan melalui studi literatur,
dokumen dan dengan mempelajari ketentuan peraturan perundang-undangan,
buku-buku hukum, artikel, literatur dan dokumen yang berhubungan dengan
topik penelitian ini.
4. Analisis Data
Dalam suatu penelitian sangat diperlukan suatu analisis data yang berguna
untuk memberikan jawaban terhadap permasalahan yang diteliti. Analisis data
merupakan proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola kategori
dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan
hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data.45
45Lexy Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2002),
Analisis data terhadap data primer dan data sekunder dilakukan setelah
diadakannya terlebih dahulu pengumpulan, mentabulasi, mensistematisasi dan
menganalisis data sehingga diketahui validitasnya. Penarikan kesimpulan dilakukan
dengan menggunakan metode kualitatif46 yang lebih menekankan analisisnya pada
proses penyimpulan serta pada analisisnya terhadap dinamika hubungan antara
fenomena yang diamati dengan menggunakan logika ilmiah.
46 Bambang Sunggono, Metodelogi Penelitian Hukum, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,
BAB II
PROSEDUR PEMBUBARAN PERSEROAN TERBATAS
A. Pengertian Perseroan Terbatas
Menurut Sri Redjeki Hartono, Perseroan Terbatas adalah sebuah persekutuan
untuk menjalankan perusahaan tertentu dengan menggunakan suatu modal dasar yang
dibagi dalam sejumlah sahamatau sero tertentu, masing-masing berisikan jumlah
uang tertentu pula ialah jumlah nominal, sebagai ditetapkan dalam akta notaris
pendirian Perseroan Terbatas, akta mana wajib dimintakan pengesahannya oleh
Menteri Kehakiman, sedangkan untuk jadi sekutu diwajibkan menempatkan penuh
dan menyetor jumlah nominal dari sehelai saham atau lebih.47
Istilah “Perseroan Terbatas” (PT) terdiri dari dua kata, yakni “perseroan” dan
“terbatas”. “Perseroan” merujuk pada modal PT yangterdiri atas “sero-sero” atau
“saham-saham”. Adapun kata “terbatas”merujuk pada tanggung jawab pemegang
saham yang hanya terbataspada nilai nominal semua saham yang dimilikinya. Dasar
pemikiran bahwa modal PT itu terdiri dari “sero-sero” atau“saham-saham” dapat
dilihat dalam ketentuan Pasal 1 angka 1Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 yakni
: “Perseroan Terbatas yang selanjutnya disebut Perseroan adalah badan hukum yang
merupakan persekutuan modal, didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan
usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham, dan
47Sri Redjeki Hartono,Bentuk Bentuk Kerjasama Dalam Dunia Niaga, (Semarang, Fakultas
memenuhipersyaratan yang ditetapkan dalam Undang-undang ini sertaperaturan
pelaksanaannya”Penunjukan “terbatasnya tanggungjawab” pemegang saham tersebut
dapat dilihat dari Pasal 3 Undang-undang PT yang berbunyi :“Pemegang saham
perseroan tidak bertanggungjawab secara pribadi atas perikatan yang dibuat atas
nama perseroan dan tidak bertanggungjawab atas kerugian perseroan melebihi nilai
saham yang telah dimilikinya”, di dalam hukum Inggris PT dikenal dengan istilah
Limited Company. Company artinya bahwa lembaga usaha yangdiselenggarakan itu
tidak seorang diri, tetapi terdiri atas beberapa orang yang tergabung dalam suatu
badan.Limitedmenunjukkanterbatasnya tanggungjawab pemegang saham, dalam arti
bertanggungjawab tidak lebih dari dan semata-mata dengan harta kekayaan yang
terhimpun dalam badan tersebut. Dengan kata lain, hukum Inggris lebih menampilkan
segi tanggungjawabnya48
Makna “terbatas” itu sekaligus mengandung arti keterbatasan baik dari sudut
PT maupun dari sudut si penanam modal.49 Artinya dengan ertanggungjawaban
terbatas bila terjadi hutang atau kerugian-kerugian maka hutang itu akan semata-mata
dibayar secukupnya dari harta kekayaan yang tersedia dalam PT dan sebaliknya
pemegang saham secara pasti tidak akan memikul kerugian hutang itu lebih dari
bagian harta kekayaannya yang tertanam dalam PT. Dengan pertanggungjawaban
“terbatas” itu, terlebih dahulu sudah dapat diramalkan berapa besar maksimal risiko
48
Rudhi Prasetya,Kedudukan Mandiri Perseroan Terbatas,, (Bandung:PT. Citra Aditya Bakti 1996), halaman. 43.
49Prasetya, Rudhi, Kedudukan Mandiri dan Pertanggungjawaban Terbatas dari (Surabaya: