• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tanggung Jawab Pribadi Direksi Perseroan Terbatas

BAB IV TANGGUNG JAWAB PERSEROAN TERBATAS DALAM

E. Tanggung Jawab Pribadi Direksi Perseroan Terbatas

Ketentuan Pasal 92 ayat (1) Undang-undang Perseroan yang baru menyatakan Direksi menjalankan pengurusan perseroan untuk kepentingan perseroan dan sesuai dengan maksud dan tujuan perseroan.

Selanjutnya dalam Pasal 97 ayat 5 menyatakan :

(1) direksi bertanggung jawab atas pengurusan perseroan sebagaiman dimaksud dalam Pasal 92 ayat (1), (2) pasal ini menyatakan pengurusan sebagaimana dimaksud pada Pasal 97 ayat (1) wajib dilaksanakan setiap anggota direksi dengan itikad baik dan penuh tanggung jawab. (3) pasal ini menyebutkan setiap anggota direksi bertanggung jawab secara pribadi atas kerugian perseroan, apabila yangbersangkutan bersalah atau lalai menjalankan tugasnya sesuai dengan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2). (4) dalam hal direksi terdiri dari 2 (dua) anggota direksi atau lebih maka tanggung jawab sebagaimana dimaksud pada ayat (3) berlaku secara tanggung renteng bagi setiap anggota direksi.

(5) pasal ini menyatakan, anggota direksi tidak dapatdipertanggung jawabkan atas kerugian sebagaiman dimaksud pada ayat (3) apabila dapat membuktikan :

a. kerugian tersebut bukan karena kesalahan ataukelalaiannya;

b. telah melakukan pengurusan dengan itikad baik dankehati-hatian untuk kepentingan dan sesuai dengan maksud dan tujuan perseroan;

c. tidak mempunyai benturan kepentingan baik langsung maupun tidak langsung atas tindakan pengurusan yang mengakibatkan kerugian; dan

d. telah mengambil tindakan untuk mencegah timbul atau berlanjutnya kerugian tersebut.

Doktrinbussiness judgment ruleadalah suatu pembelaan kepada direksi untuk melepaskan diri dari tanggungjawab pribadi atas kerugian perseroan, apabila anggota direksi yang bersangkutan dapat membuktikan bahwa tindakan pengurusan yang dilakukannya diyakini sebagai tindakan yang terbaik bagi perseroan dan dilakukannya secara jujur, beritikad baik dan tindakan tersebut tidak bertentangan dengan hukum dan anggaran dasar perseroan. Sungguhpun kemudian ternyata tindakan tersebut keliru dan tidak menguntungkan atau bahkan merugikan Perseroan, maka RUPS dan bahkan pengadilan pun tidak dapat melakukan second guess

terhadap keputusan bisnis direksi tersebut.101 Doktrin ini sejalan dengan ketentuan

Pasal 97 ayat (5) UUPT yang berbunyi sebagai berikut :

101

Bismar Nasution, “ Pertanggungjawaban Direksi dalam Pengelolaan Perusahaan” makalah disampaikan pada Seminar Nasional Sehari dalam Rangka Menciptakan Good Corporate Governance pada Sistem Pengelolaan dan Pembinaan BUMN Persero, di selenggarakan oleh Inti Sarana Informatika,(Yakarta: Hotel Borobudur, 8 Maret 2007), halaman. 4.

Anggota Direksi tidak dapat dipertanggungjawabkan atas kerugian sebagaimana dimaksud pada ayat (3) apabila dapat membuktikan:

a. kerugian tersebut bukan karena kesalahan atau kelalaiannya;

b. telah melakukan pengurusan dengan itikad baik dan kehati-hatian untuk kepentingan dan sesuai dengan maksud dan tujuan Perseroan;

c. tidak mempunyai benturan kepentingan baik langsung maupun tidak langsung atas tindakan pengurusan yang mengakibatkan kerugian; dan

d. telah mengambil tindakan untuk mencegah timbul atau berlanjutnya kerugian tersebut.

Sebagai perbandingan beberapa pengadilan di Amerika Serikat berpendapat bahwa pertimbangan (judgment) Direksi tidak dapat dilindungi oleh doktrin business

judgment rule apabila pertimbangan direksi tersebut didasarkan pada suatu

kecurangan (fraud), mengandung benturan kepentingan (conflict of interest),

perbuatan yang melanggar hukum (illegality) dan menimbulkan kerugian bagi perseroan sebagai akibat kelalaian berat (gross negligency) dari Direksi.102

Setidaknya terdapat tiga ukuran untuk memutuskan apakah suatu kerugian disebabkan oleh keputusan bisnis yang tepat, sehingga dapat terhindar dari pelanggaranduty of caredireksi, yaitu :

a. Direksi memiliki informasi tentang masalah yang akan diputuskan dan percaya bahwa informasi tersebut benar.

b. Tidak memiliki kepentingan dengan keputusan dan memutuskannya dengan itikad baik

c. Memiliki dasar yang rasional untuk mempercayai bahwa keputusan yang diambil adalah yang terbaik bagi perusahaan.103

102Ibid., halaman. 5 103Ibid., halaman 3

Oleh karena itu sangat penting bagi Direksi untuk memperhatikan prinsip kehati-hatian dalam menjalankan tugas dan wewenangnya mengurus kepentingan perseroan. Sebagai contoh dari standar “kehati-hatian” itu, antara lain, misalnya : (1) Anggota Direksi tidak boleh melakukan kegiatan-kegiatan atas beban biaya

perseroan, apabila tidak memberikan sama sekali atau memberikan sangat kecil manfaat pribadi yang diperoleh oleh anggota direksi yang bersangkutan. Meskipun demikian, hal itu dapat dikecualikan apabila dilakukan atas beban biaya representasi jabatan dari anggota direksi yang bersangkutan berdasarkan keputusan RUPS.

(2) Anggota Direksi tidak boleh menjadi pesaing bagi perseroan yang dipimpinnya, misalnya dengan mengambil sendiri kesempatan bisnis yang seyogianya disalurkan kepada perseroan.

(3) anggota direksi harus menolak untuk mengambil keputusan mengenai sesuatu hal yang diketahuinya atau sepatutunya diketahui akan dapat mengakibatkan perseroan melanggar ketentuan perundang-undangan yang berlaku, sehingga perseroan terancan dikenai sanksi oleh otoritas yang berwenang, misalnya izin usahanya dicabut atau dibekukan kegiatan usahanya, atau digugat oleh pihak lain.

(4) anggota direksi dengan sengaja atau karena kelalaiannya telah tidak melakukan atau telah tidak cukup melakukan upaya atau tindakan yang perlu diambil untuk mencegah timbulnya kerugian bagi perseroan.

(5) anggota direksi dengan sengaja atau karena kelalaiannya telah tidak melakukan atau telah tidak cukup melakukan daya atau tindakan yang perlu diambil untuk meningkatkan keuntungan perseroan.104

Undang-undang perseroan terbatas yang baru ini (Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007) lebih jelas mengenai tanggung jawab direksi atas perbuatannya yang tidak mendapat persetujuan komisaris, padahal persetujuan tersebut diwajibkan oleh anggaran dasar perseroan.

Salah satu tolak ukur untuk memumutuskan apakah suatu kerugian tidak disebabkan oleh keputusan bisnis (Business Judgment) yang tidak tepat sehingga dapat menghindar dari pelanggaran prinsip duty of care adalah Pertama, memiliki informasi tentang masalah yang akan diputuskan dan percaya bahwa informasi tersebut benar, Kedua, memiliki kepentingan dengan keputusan dan memutuskan dengan itikad baik. Ketiga , memiliki dasar rasional untuk mempercaya bahwa keputusan yang diambil adalah terbaik bagi perusahaan105.

104

Sutan Remy Sjahdeni,Tanggungjawab Direksi dan Komisaris,Jornal Hukum Bisnis, Vol. 14 Yogyakarta : Yayasan Pengembangan Hukum Bisnis, 2001), halam. 100.

105Bismar Nasution, Makalah Seminar Sehari ,Tanggung Jawab Direksi dan Komisaris