• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tanggung Jawab Direksi Setelah Perseroan Mempunya

BAB IV TANGGUNG JAWAB PERSEROAN TERBATAS DALAM

D. Tanggung Jawab Direksi Setelah Perseroan Mempunya

Dalam Undang–Undang Perseroan Terbatas ketentuan Pasal 14 ayat (2) menyatakan, dalam hal perbuatan hukum atas nama perseroan yang belum memperoleh status badan hukum dilakukan oleh pendiri atas nama perseroan, perbuatan tersebut menjadi tanggung jawab pendiri yang bersangkutan dan tidak mengikat perseroan.

Undang-Undang Perseroan Terbatas yang baru, Pasal 30 ayat (1) menyatakan, Menteri mengumumkan dalam Tambahan Berita Negara Republik Indonesia :

a. akta Pendirian Perseroan beserta Keputusan Menteri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (4);

b. akta perubahan anggaran dasar Perseroan beserta Keputusan Menteri sebagaimana dimaksud dalam pasal 21 ayat (1);

c. akta perubahan anggaran dasar yang telah diterima pemberitahuannya oleh Menteri.

Pengumuman yang dilakukan oleh Menteri tersebut harus terlaksana dalam 14 hari setelah keputusan Menteri lahir.Tampaknya Undang-Undang yang baru ini menetapkan, bahwa setelah Perseroan Terbatas mendapatkan pengesahan sebagai

badan hukum, Pemegang Saham, Komisaris, dan Direksi tidak bertanggung jawab pribadi. Tidak ada satu pasal pun yang menetapkan bagaimana tanggung jawab Pemegang Saham, Komisaris dan Direksi dalam periode setelah Akta Pendirian dan Anggaran Dasar mendapat pengesahan sebagai badan hukum sampai dengan perusahaan tersebut didaftarkan dan diumumkan dalam Tambahan Berita Negara Republik Indonesia.100

Direksi dalam kedudukannya sebagai organ perseroan yang berwenang bertanggung jawab penuh atas pengurusan perseroan untuk kepentingan dan tujuan perseroan serta mewakili perseroan baik di dalam maupun di luar pengadilan sesuai dengan ketentuan angaran dasar. Dalam kedudukannya ini, pada prinsipnya Direksi bertugas menjalankan dan mengelola perseroan. Untuk membantu Direksi dalam melakukan tugasnya, berdasarkan prosedur yang ditetapkan oleh Direksi, Direksi dapat meminta nasihat dari pihak ketiga atau membentuk komite khusus. Setiap anggota Direksi haruslah merupakan seseorang yang mempunyai karakter yang baik dan pengalaman yang diperlukan. Direksi mengurus saham, direksi akan menjalankan tanggung jawab sosial perseroan (misalnya bertindak sebagai warga yang baik di negara-negara dimana perseroan mejalankan usahanya) dan memperhatikan kepentingan berbagai pihak yang mempunyai kepentingan terhadap perseroan. Untuk memfungsikan Direksi dalam suatu perusahaan komposisi Direksi haruslah sedemikian rupa sehingga memungkinkan pembuatan keputusan yang efektif dan 100Pengelolaan Perusahaan Yang Baik : Tanggung Jawab Pemegang Saham, Komisaris, Dan

Direksi Oleh : Erman Rajagukguk , http://www.ermanhukum.com/ akses tertanggal 1 2 Desember 2011, halaman 23

cepat. Sekurangnya 20% anggota Komisaris haruslah merupakan orang luar untuk meningkatkan (a) efektifitas perannya sebagai pengelola, dan (b) transparansi musyawarah yang dilakukan oleh Direksi. Jumlah Direksi yang merupakan orang luar pada akhirnya haruslah sedemikian rupa sehingga suara yang mereka berikan mempunyai pengaruh terhadap segala keputusan penting yang diambil pada setiap Rapat Direksi. Direksi yang merupakan orang luar tidak boleh mempuyai ikatan dengan Komisaris dan pemegang saham yang mempunyai kontrol atas perseroan dan tidak mempunyai kepentingan yang dapat mengurangi kemampuan mereka untuk menjalankan tugas mereka dengan tanpa berpihak untuk kepentingan perseroan. Oleh sebab itu, semestinya dalam pelaksanaan Direksi perseroan terbuka sekurangnya terdiri dari 2 (dua) anggota. Direksi selaku organ perusahaan dalam menjalankan tugas dan wewenangnya harus mematuhi segala undang-undang dan peraturan yang berkekuatan huum serta Anggaran Dasar Perseroan dalam menjalankan tugas- tugasnya.

Dalam kaitanya dengan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan ini, seorang Direksi harus menjalankan tugas-tugasnya dengan maksud baik dan penuh tanggung jawab untuk kepentingan perseroan. Setiap anggota Direksi bertanggung jawab secara pribadi atas segala kesalahan atau kelalaian dalam menjalankan tugsnya. Direksi harus menyimpan buku-buku perseroan, menyiapkan dan menyerahkan Laporan Tahunan dan laporan keuangan tahunan kepada RUPS Tahunan serta membuat dan menyimpan Daftar Pemegang Saham dan notulen RUPS. Berdasarkan Pasal 101 UUPT, seorang anggota direksi harus mengungkapkan kepada

perseroan segala kepemilikan sahamnya atau anggota keluarganya dalam perseroan atau dalam perseroan lainnya. Seorang anggota Direksi yang memiliki saham dalam perusahaan-perusahaan dimaksud harus melaporkan kepemilikan sahamnya kepada Bapepam.

1. Tanggung Jawab Direksi Dalam Perseroan

a. Tanggung Jawab Hukum Pribadi Direksi Secara Tidak Terbatas Dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya, Direksi harus bertolak dari landasan bahwa tugas dan kedudukan yang diperolehnya berdasarkan dua prinsip dasar, yaitu pertama kepercayaan yang diberikan perseroan kepadanya (fiduciary duty), dan kedua prinsip yang merujuk pada kemampuan serta kehati-hatian tindakan Direksi (duty of skill and care). Kedua prinsip ini menuntut Direksi untuk bertindak secara hati-hati dan disertai itikad baik, semata-mata untuk kepentingan dan tujuan perseroan. Pelanggaran terhadap kedua prinsip ini membawa konsekuensi yang berat bagi Direksi, seperti terlihat antara lain dalam Pasal 97 dan Pasal 104 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, karena ia dapat dimintai pertanggungjawaban secara pribadi. Pasal 97 Undang-Undang No.40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas menyatakan:

“Setiap anggota Direksi wajib dengan itikad baik dan penuh tanggung jawab menjalankan, tugas untuk kepentingan dan usaha perseroan. a) Setiap anggota Direksi bertanggung jawab penuh secara pribadi apabila yang bersangkutan bersalah dan lalai menjalankan tugasnya sesuai dengan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat(1). b) Atas nama perseroan, pemegang saham yang mewakili paling sedikit 1/10 (satu per sepuluh) bagian dari jumlah seluruh saham dengan hak suara yang sah dapat mengajukan gugatan ke Pengadilan

Negeri terhadap¬ anggota Direksi yang karena kesalahan atau, kelalainnya menimbulkan kerugian pada perseroan.”

Kemudian Pasal 104 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas menyatakan:

1) Dalam hal kepailitan terjadi karena kesalahan atau kelalaian Direksi dan kekayaan perseroan tidak cukup untuk menutup kerugian akibat kelalain tersebut, maka setiap anggota Direksi secara tanggung renteng bertanggung jawab atas kerugian itu.

2) Anggota Direksi yang dapat membuktikan bahwa kepailitan bukan karena kesalahan atau kelalaiannya tidak bertanggung jawab secara tanggung renteng atas kerugian tersebut.

Selanjutnya jika dilihat dalam Pasal 97 Ayat 2 Undang - Undang Nomor.40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas bertolak dari asas duty of skill and care, sedangkan Pasal 104 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas bertolak dariasas fiduciary duty .Direksi mewakili kepentingan perseroan secara keseluruhan dan ia tidak mewakili kepentingan pemegang saham tertentu atau masing-masing pemegang saham. Oleh karena itu, pembagian tugas dan wewenang Direksi diatur oleh RUPS atau sebagaimana ditetapkan dalam Anggaran dasar perseroan, ataupun Komisaris bila diatur demikian di dalam Anggaran Dasar.

Seperti yang telah disebutkan dalam Pasal 97 ayat (1) dan ayat (2) dimana anggota Direksi wajib menjalankan tugasnya dengan itikad baik (in good faith) dan penuh tanggung jawab (and with full sense of responsibility). Selama hal tersebut dijalankan, para anggota Direksi tetap mempunyai tanggung jawab yang terbatas yang merupakan ciri utama dari suatu perseroan atau PT. Namun apabila hal tersebut telah dilanggar artinya anggota Direksi yang bersangkutan lalai atau

bersalah dalam menjalankan tugasnya, yang bersangkutan bisa dikenakan tanggung jawab penuh secara pribadi.

Hal kepailitan yang disebutkan dalam Pasal 104 ayat (2) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, kepailitan terjadi karena kesalahan atau kelalaian Direksi dan kekayaan perseroan tidak cukup untuk menutup kerugian akibat kepailitan tersebut, maka setiap anggota Direksi secara tanggung renteng bertanggung jawab atas kerugian itu.

Sehubungan dengan hal tersebut, kiranya perlu disinggung suatu hal yang cukup penting yang terdapat dalam peradilan Amerikajudicial reviewyaitu yang disebut the business judgement rule yaitu suatu aturan yang melindungi para direksi dari tanggung jawab pribadi bilamana mereka bertindak berdasarkan itikad baik (in good faith), telah selayaknya memperoleh informasi yang cukup (well informed), dan secara masuk akal dapat dipercaya bahwa tindakan yang diambil adalah yang terbaik untuk kepentingan perseroan (the best interest of the corporation).

Bila demikian halnya, pengadilan tidak akan ragu-ragu untuk melindungi direksi yang melaksanakan business judgement tersebut. Adapun yang merupakan kekecualian sehingga direksi tidak dapat berlindung dibawah prinsip business judgement, antara lain jika keputusan direksi tersebut mengandung unsur-unsur sebagai berikut;

Praktek bisa saja masalahnya tidak sesederhana itu, maka untuk itu diperlukan suatu profesionalisme dan wawasan dari para hakim yang mempunyai

kewenangan dalam memberikan keputusan pada kasus yang diajukan kepadanya, sehingga benar-benar orang yang tidak bersalah dapat terlindungi. Sebab apabila seorang direksi dapat membuktikan hal tersebut bukan merupakan kesalahannya, ia bisa dibebaskan dari tanggung jawab pribadi. Hal ini dikarenakan seorang direksi dalam pelaksanaan tugasnya tidak hanya terikat pada apa yang secara tegas dicantumkan dalam maksud dan tujuan serta kegiatan usaha perseroan, tetapi dia juga dapat mengambil prakarsa guna mewujudkan kepentingan perseroan dengan melakukan perbuatan (sekunder) yang menunjang dan memperlancar tugas-tugasnya. Bila masih berada dalam batas-batas yang diperkenankan atau masih dalam ruang lingkup tugas dan kewajibannya (masih dalam kewenangan perseroan atau (intra vires), dia dapat bertindak asalkan sesuai dengan kebiasaan, kewajaran dan kepatutan (dan tidak bersifat ultra vires).

b. Gugatan Perdata dan Tanggung Jawab Hukum Direksi

Pada dasarnya pertanggung jawaban Direksi adalah terbatas setelah dilakukannya pendaftaran menurut Undang - Undang Nomor 3 tahun 1983 dan pengumuman Akta Pendirian yang telah disahkan Menteri Kehakiman dalam tambahan Berita Negara Republik Indonesia akan, dalam keadaan tertentu tanggung jawab terbatas ini dapat menjadi tidak terbatas atau menjadi tanggung jawab pribadi atau pun tanggung renteng sesama anggota, Direksi. Hal ini terutama berhubungan dengan konsep piercing the corporate veil dan ultra vires. Selain ajaran piercing the corporate veil yang dapat membebankan tanggung jawab

Direksi menjadi tanggung jawab pribadi seperti yang telah dikemukakan penulis di bab sebelumnya maka dalam hal ini selain prinsip tersebut di atas terdapat juga ajaran mengenai tanggung jawab Direksi dilihat dari prinsipultra vires.

Pembedakan antara perbuatan intra vires dan ultra vires, perbuatan yang secara eksplisit atau secara implisit tercakup dalam kecakapan bertindak PT (termasuk dalam maksud dan tujuan PT) adalah perbuatan intra vires. Perbuatan yang berada di luar kecakapan bertindak PT. (tidak tercakup dalam maksud dan tujuan PT). Pengertian ultra vires mengandung arti bahwa perbuatan tertentu, yang apabila dilakukan manusia adalah sah, ternyata berada diluar kecakapan bertindak PT sebagaimana diatur dalam Anggaran Dasar, dan atau berada di luar lingkup maksud dan tujuannnya.

Sedangkan dalam Pasal 97 ayat (2) Undang-Undang Nomor .40 Tahun 2007 tentang Perseroan terbatas menyatakan bahwa "anggaran dasar dapat menentukan pembatasan wewenang anggota Direksi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)". Dengan demikian, jelaslah bahwa setiap tindakan dari para Direksi di dalam mengelola perseroan tidak lepas juga dari peranan Komisaris karena kedua organ perseroan tersebut saling terkait satu sama lainnya, karena apabila Direksi bertindak melampaui batas kewenangan dari yang telah ditentukan di dalam ketentuan Anggaran Dasar perseroan, maka Direksi dapat dituntut secara pribadi. Setiap perbuatan dan tindakan yang dilakukan oleh Direksi walaupun dengan mengatasnamakan perseroan dan di kemudian hari perseroan tersebut merugi atas tindakan atau perbuatan yang dilakukan oleh Direksi tersebut karena telah

memanfaatkan perseroan untuk kepentingan pribadinya maka jelas adalah merupakan pelanggaran terhadap undang-undang dan Anggaran Dasar Perseroan. Terhadap perbuatan hukum yang dilakukannya itu tidak dapat dilimpahkan kepada perseroan (badan hukum) yang bersangkutan. Hal ini sesuai dengan ajaran tentang ultra wires yang menentukan bahwa Direksi dilarang bertindak melampaui batas wewenang yang telah ditentukan dalam Anggaran Dasar perseroan tersebut.